Sie sind auf Seite 1von 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Malaria Tropika

1. Anatomi fisiologi sistem hematologi

Darah adalah cairan di dalam pembuluh darah yang mempunyai fungsi mentransportasikan
oksigen, karbohidrat, dan metabolit : mengatur keseimbangan asam dan basa : mengatur suhu
tubuh dengan cara konduksi (hantaran), membawa panas tubuh dari pusat produksi panas, (hepar
dan otot) untuk di distribusikan ke seluruh tubuh, penghantar hormon dengan membawa dan
menghantarkan dari kelenjar ke sasaran. Jumlah darah pada orang dewasa kira kira 1/ 13 berat
badan ( 4,5 5 liter ) .

Menurut Syaifuddin ( 2009 ) darah terdiri dari 2 bagian antara lain :

a. Sel-sel darah

Pada janin sel darah di bentuk di hati dan limpa, sedangkan pada orang dewasa di sumsum tulang.

1). Sel darah merah ( eritrosit )

Bentuknya seperti cakram / bikonkaf tidak mempunyai inti , tidak bergerak, berukuran 0,007 mm.
Pada manusia sel darah merah berada dalam sirkulasi lebih kurang 120 hari. Hitung rata-rata normal
sel darah merah 5,4 juta/l pada pria dan 4,8 juta /l pada wanita.

Sel darah mengandung hemoglobin yang dapat mengangkut 20 ml Oksigen ( O2 ) dalam 100 ml
darah. Di bentuk di sumsum tulang dengan memerlukan zat besi, vitamin B 12, asam folat dan rantai
globulin yang merupakan protein dari hemositoblas. Eritrosit di produksi oleh hormon eritropoeitin
di dalam ginjal dan hati, Sel darah di hancurkan di limpa yang mana proses penghancuran zat besi
yang di keluarkan di proses kembali untuk mensintesa sel eritrosit yang baru dan pigmen billirubin di
kelurkan bersama cairan empedu ke dalam usus ( Syaifuddin, 2009 )

2). Sel darah putih ( leukosit )

Bentuknya dapat berubah-ubah dan dapat bergerak dengan perantar kaki palsu atau pseudopodia ,
memiliki bermacam-macam inti sel, warnanya bening ( tidak berwarna ) dan banyaknya kira-kira 1
mm3 darah 6000-9000. Macam-macam leukosit antara lain agranulosit, monosit, dan granulosit (
neutrofil, eosinofil, basofil). Adapun fungsi dari sel darah putih antara lain adapun fungsi dari sel
darah putih ; sebagai respon fagositosit yang menelan dan mencerna benda asing, respon antibody
dan system imunitas . Jumlah leukosit normal antara lain 6000-11.000 gr/dl.

3). Trombosit ( sel pembeku )

Trombosit adalah jasad renik yang bergranula dengan ukuran 2-4 mikron, yang jumlahnya sekitar
200.000-300.000 keping /mm3 dan umur peredarannya sekitar 10 hari. Fungsinya sangat penting
dalam proses pembekuan darah dan hemostasis (menghentikan aliran darah).

b. Plasma darah
Plasma merupakan suatu larutan yang luar biasa mengandung banyak sekali ion, molekul organik,
dan molekul organik yang sedang di angkut ke berbagai bagian tubuh atau membantu transpor zat-
zat lain. Fungsi protein plasma antara lain : mempertahankan tekanan osmotic plasma yang di
perlukan untuk pembentukan dan penyerapan cairan jaringan, mempertahankan pH normal,
membantu proses pembekuan darah, sebagai immunogobulin.

2. Pengertian

Malaria adalah penyakit yang bersifat akut maupun kronis yang disebabkan oleh protozoa. Genus
plamodium ditandai dengan demam, anemi dan splenomegali (Mansjoer, dkk. 2001)

Malaria adalah suatu penyakit serius yang di sebabkan oleh protozoa genus Plasmodium, misalnya
P. Falcifarum yang di tularkan lewat gigitan nyamuk Anopeles. Penyakit malaria umumnya di jumpai
di daerah topis (Brooker, 2001).

3. Etiologi

Menurut Harijanto (2000) empat jenis plasmodium yang dapat menyebabkan infeksi yaitu,

a. Plasmoduim vivax, merupakan infeksi yang paling sering dan menyebabkan malaria
tertiana/vivaks (demam pada tiap hari ke tiga).

b. Plasmoduim falciparum, memberikan banyak komplikasi dan mempunyai perlangsungan yang


cukup ganas, mudah resisten dengan pengobatan dan menyebabkan malaria tropika/falsiparum
(demam tiap 24-48 jam).

c. Plasmoduim malariae, jarang ditemukan dan menyebabkan malaria quartana/malariae (demam


tiap hari empat).

d. Plasmoduim ovale, dijumpai pada daerah Afrika dan Pasifik Barat, di Indonesia dijumpai di Nusa
Tenggara dan Irian, memberikan infeksi yang paling ringan dan dapat sembuh spontan tanpa
pengobatan, menyebabkan malaria ovale.

Masa inkubasi malaria bervariasi tergantung pada daya tahan tubuh dan spesies plasmodiumnya.
Masa inkubasi Plasmodium vivax 14-17 hari, Plasmodium ovale 11-16 hari, Plasmodium malariae 12-
14 hari dan Plasmodium falciparum 10-12 hari.

4. Jenis Jenis Malaria

Menurut Harijanto (2000) beberapa jenis malaria antara lain sebagai berikut :

a. Malaria tertiana/vivax disebabkan oleh Plasmodium vivax dengan periodik 48 jam dengan gejala
klasik trias malaria.

b. Malaria quartana/malariae disebabkan oleh Plasmodium malariae. Masa inkubasi 18 hari atau
lebih panjang (30-40 hari). Serangan paroksismal terjadi tiap 3-4 hari, biasanya pada waktu sore.

c. Malaria ovale merupakan bentuk yang paling ringan dari semua malaria disebabkan oleh
Plasmodium ovale. Masa inkubasi 11-16 hari, walau pun periode laten sampai 4 tahun. Serangan
paroksismal 3-4 hari dan jarang terjadi lebih dari 10 kali walau pun tanpa terapi dan terjadi pada
malam hari.

d. Malaria tropika/falciparum malaria tropika merupakan bentuk yang paling berat, ditandai
dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemia yang banyak dan sering terjadi
komplikasi. Masa inkubasi 9-14 hari. Malaria tropika menyerang semua bentuk eritrosit. Disebabkan
oleh Plasmodium falciparum.

Masih menurut Harijanto (2000) beberapa aspek khusus pada infeksi malaria adalah :

1) Malaria pada kehamilan

Malaria pada daerah endemik sangat berpengaruh pada ibu hamil karena menimbulkan anemia
pada ibu dan berat bayi lahir rendah. Rata-rata terjadi penurunan 170 gram pada bayi lahir pada
seorang primigravida. Lebih sering terjadi pada kehamilan trisemester I dan II.

2) Malaria karena tranfusi darah

Malaria karena transfusi darah dari donor yang terinfeksi malaria cukup sering terutama pada
daerah yang menggunakan donor komersial. Parasit malaria tetap hidup dalam tubuh penerima kira-
kira satu minggu bila dipakai anti-koagulan yang mengandung dektrose dapat sampai 10 hari. Bila
seseorang pernah mendapat transfusi darah, sampai selama 3 bulan dan terjadi demam yang tak
jelas penyebabnya, harus dibuktikan terhadap infeksi malaria dengan pemeriksaan darah tepi
berkali-kali tiap 6-8 jam.

3) Malaria campuran

Malaria infeksi campuran sering dilaporkan, di Indonesia seperti juga di Thailand sering terjadi
infeksi campuran antara Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax. Masing-masing plasmodium
dapat menutupi yang lain.

4) Malaria kronik

Pada daerah endemik dimana transmisi tidak stabil, imunitas masyarakat terhadap malaria rendah.
Hal ini mengakibatkan terjadinya serangan malaria berulang. Keadaan ini menimbulkan morbiditas
yang tinggi dimana sering terjadi penurunan berat badan, anemia, kulit kering dan dehidrasi, sklera
kuning, pucat dan splenomegali. Pada anak akan terjadi gangguan pertumbuhan dan perkembangan
pubertas yang terhambat. Pada ibu hamil dapat terjadi abortus, anemia dan terkadang sterilisasi.

5) Malaria kongenital

Malaria kongenital jarang terjadi pada bayi lahir di daerah endemik karena imunitas ibu. Bila ibu
tidak imun, Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax dapat menginfeksi eritrosit sampai
sirkulasi placenta dan masuk sirkulasi fetus (biasanya saat kelahiran), keadaan ini disebut malaria
kongenital. Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale jarang mengakibatkan malaria kongenital.

5. Karakteristik nyamuk

Menurut Harijanto (2000) malaria pada manusia hanya dapat ditularkan oleh nyamuk betina
anopheles. Lebih dari 400 spesies anopheles didunia, hanya sekitar 67 yang terbukti mengandung
sporozoit dan dapat menularkan malaria. Di Indonesia telah ditemukan 24 spesies anopheles yang
menjadi vektor malaria.

Nyamuk anopheles betina menggigit antara waktu senja dan subuh, dengan jumlah yang berbeda-
beda menurut spesiesnya. Kebiasaan makan dan istirahat nyamuk anopheles dapat dikelompokkan
sebagai berikut ;

a. Endofili (suka tinggal dalam rumah/bangunan).

b. Eksofili (suka tinggal di luar rumah).


c. Endofagi (menggigit dalam rumah/bangunan).

d. Eksofagi (menggigit di luar rumah/bangunan).

e. Antroprofili (suka menggigit manusia).

f. Zoofili (suka menggigit binatang).

Jarak terbang nyamuk anopheles terbatas, biasanya tidak lebih dari 2-3 km dari tempat
perindukannya. Bila ada angin yang kuat nyamuk anopheles dapat terbawa sampai 30 km (Harijanto,
2000).

Nyamuk Anopheles yang menggigit manusia dan menularkan penyakit malaria adalah nyamuk
Anopheles betina dengan ciri-ciri badan adanya bercak-bercak hitam pada kedua sayapnya dan pada
bagian kepala, terdapat antena dan probocis yang sama panjang ukurannya. Pada saat menggigit
manusia, dia dalam posisi menungging. Kenapa yang betina? Nyamuk betina membutuhkan protein
yang berasal dari darah (manusia) untuk proses pematangan telur-telurnya. Nyamuk ini berkembang
biak pada setiap jenis genangan air. Dalam bentuk larva, bisa dikenali dengan posisinya yang sejajar
permukaan air.

Siklusnya :

telur kepompong larva nyamuk dewasa

2 hari 2 hari 1-2 hari

Jam gigit : 18.00 sampai 06.00 (yusi, 2009).

6. Patofisiologi

Penyakit malaria memiliki 4 jenis, dan masing-masing disebabkan oleh spesies parasit yang berbeda.
Gejala tiap-tiap jenis biasanya berupa meriang, panas dingin menggigil dan keringat dingin. Dalam
beberapa kasus yang tidak disertai pengobatan, gejala-gejala ini muncul kembali secara periodik.
Jenis malaria paling ringan adalah malaria tertiana yang disebabkan oleh Plasmodium vivax, dengan
gejala demam dapat terjadi setiap dua hari sekali setelah gejala pertama terjadi (dapat terjadi
selama 2 minggu setelah infeksi).

Demam rimba (jungle fever), malaria aestivo-autumnal atau disebut juga malaria tropika,
disebabkan oleh Plasmodium falciparum merupakan penyebab sebagian besar kematian akibat
malaria. Organisme bentuk ini sering menghalangi jalan darah ke otak, menyebabkan koma,
mengigau, serta kematian.

Malaria kuartana yang disebabkan oleh Plasmodium malariae, memiliki masa inkubasi lebih lama
daripada penyakit malaria tertiana atau tropika; gejala pertama biasanya tidak terjadi antara 18
sampai 40 hari setelah infeksi terjadi. Gejala tersebut kemudian akan terulang kembali setiap 3 hari.
Jenis ke empat dan merupakan jenis malaria yang paling jarang ditemukan, disebabkan oleh
Plasmodium ovale yang mirip dengan malaria tertiana.

Pada masa inkubasi malaria, protozoa tumbuh didalam sel hati; beberapa hari sebelum gejala
pertama terjadi, organisme tersebut menyerang dan menghancurkan sel darah merah sejalan
dengan perkembangan mereka, sehingga menyebabkan demam ( Depkes, 2009 ).

7. Tanda dan Gejala


Masa inkubasi bervariasi pada masing - masing plasmodium, keluhan prodromal dapat terjadi
sebelumnya terjadi demam yang diikuti kelesuan, malaise, sakit kepala, sakit belekang, nyeri pada
tulang dan otot, anorexia, perut tak enak, diare ringan, dan kadang merasa dingin dipunggung.
Keluhan prodromal sering terjadi pada plasmodium vivaks dan ovale, sedangkan pada plasmodium
falsifarum dan malariae, keluhan prodromal tidak jelas bahkan bahkan gejala mendadak.

Berikut ini akan dibahas manifestasi klinis yang merupakan tanda dan gejala malaria :

a. Manifestasi klinik dari malaria tertiana/malaria vivaks/malaria benigna

Pada hari pertama panas ireguler, kadang remiten atau intermiten, perasaan dingin, menggigil
jarang terjadi. Pada akhir minggu tipe panas menjadi intermiten dan periodik selama 48 jam, dengan
gejala klasik trias malaria. Serangan paroksimal biasanya terjadi dalam sore hari. Kepadatan parasit
mencapai maksimal, dalam waktu 7 - 14 hari. Limpa mulai teraba, parasetimia mulai menurun
setelah 14 hari, limpa masih membesar dan panas masih berlangsung. Pada akhir minggu kelima
panas mulai menurun secara krisis. Pada malaria vivaks manifestasi klinis dapat berlangsung secara
berat, tetapi kurang membahayakan dan mengalami pembesaran limpa. Malaria vivaks dapat
memberikan pola relapse yang berbeda, demam ireguler 2 - 4 hari, menjadi intermiten dan jelas
pada sore hari, hipertermi, timbul nausea dan vomiting. Dan sering anemia, biasanya parasetimia
rendah dan ada splenomegali.

b. Manifestasi klinis malaria malariae / quartana

Manifestasi klinis pada malaria vivaks hanya berlangsung ringan, parsasit dapat dijumpai didarah
sebelum gejala timbul. Gejala sering timbul insidious, nausea dan muntah. Anemia jarang terjadi,
splenomegali ringan, serangan paroksimal terjadi setiap 3 - 4 hari, biasanya pada waktu sore hari dan
parasetemia sangat rendah.

c. Manifestasi malaria ovale.

Merupakan bentuk yang paling ringan dari semua jenis malaria, masa inkubasi 11 - 16 hari,
walaupun periode laten dapat sampai 4 tahun serangan paroksimal 3 - 4 hari, terjadi pada malam
hari, bila terjadi infeksi campuran dengan malaria lain maka plasmodium ovale tak akan nampak
didarah tepi. Gejala klinik hampir sama dengan malaria vivaks, lebih ringan, dan dapat sembuh tanpa
pengobatan. Menggigil jarang terjadi, dan splenomegali jarang sampai dapat di raba. Parasetimia
pada malaria vivaks dan gametosit terlihat pada minggu pertama.

d. Manifestasi klinis malaria tropika falsifarum, malaria tertiana ringan maligna, malaria sub
tertiana.

Malaria tropika merupakan bentuk yang paling berat, ditandai dengan panas yang ireguler, anemia,
splenomegali parasetimia yang berat. Gejala prodromal yang sering dijumpai yaitu, sakit kepala,
nyeri belakang/tungkai, lesu, perasaan dingin, mual, muntah dan diare. Panas ireguler disertai
hipertermi. Anemia sering terjadi mulai dari derajat ringan sampai berat. Hati membesar dan tebal
dan timbul ikterus.

Gejala-gejala umum, gejala klasik yaitu terjadinya Trias Malaria Secara berurutan : ( Harijanto,
2000 )

a. Stadium dingin ( cold stage )


Mulai menggigil, kulit dingin dan kering, seluruh badan bergetar, gigi saling bergetak, pucat sampai
sianosis, seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung 15 menit sampai satu jam, diikuti dengan
meningkatnya temperatur.

b. Stadium panas ( hot stage)

Penderita muka merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas badan tetap tinggi dapat
sampai 40 oC, respirasi meningkat, nyeri kepala, muntah, tekanan darah turun, kesadaran turun
sampai terjadi kejang. Periode ini lebih lama dari fase dingin, dapat mencapai dua jam atau lebih,
diikuti dengan keadaan berkeringat.

c. Stadium berkeringat (sweating stage)

Berkeringat dimulai dari temporal diikuti oleh seluruh tubuh, temperatur turun, capek dan sering
tidur, bila bangun akan merasa sehat dan dapat melakukan pekerjaan seperti biasa.

7. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan darah tepi, pembuatan preparat darah tebal dan tipis dilakukan untuk melihat
keberadaan parasit dalam darah tepi, seperti tropozoit yang berbentuk cincin (Mansjoer, dkk., 2001,
hal. 411).

Pemeriksaan mikroskopik darah tepi untuk menemukan adanya parasit malaria sangat penting untuk
menegakkan diagnosa. Pemeriksaan satu kali dengan hasil negative tidak mengenyampingkan
diagnosa malaria. Pemeriksaan darah tepi tiga kali dan hasil negative maka diagnosa malaria dapat
dikesampingkan. Adapun pemeriksaan darah tepi dapat dilakukan melalui :

a. Pemeriksaan darah tepi

1) Tetesan preparat darah tebal.

Merupakan cara terbaik untuk menemukan parasit malaria karena tetesan darah cukup banyak
dibandingkan preparat darah tipis. Sediaan mudah dibuat khususnya untuk studi di lapangan.
Ketebalan dalam membuat sediaan perlu untuk memudahkan identifikasi parasit. Pemeriksaan
parasit dilakukan selama 5 menit (diperkirakan 100 lapang pandangan dengan pembesaran kuat).
Preparat dinyatakan negative bila setelah diperiksa 200 lapang pandangan dengan pembesaran 700-
1000 kali tidak ditemukan parasit. Hitung parasit dapat dilakukan pada tetes tebal dengan
menghitung jumlah parasit per 200 leukosit. Bila leukosit 10.000/ul maka hitung parasitnya ialah
jumlah parasit dikalikan 50 merupakan jumlah parasit per mikro-liter darah.

2) Tetesan preparat darah tipis.

Digunakan untuk identifikasi jenis plasmodium, bila dengan preparat darah tebal sulit ditentukan.
Kepadatan parasit dinyatakan sebagai hitung parasit (parasite count), dapat dilakukan berdasar
jumlah eritrosit yang mengandung parasit per 1000 sel darah merah. Bila jumlah parasit >
100.000/ul darah menandakan infeksi yang berat. Hitung parasit penting untuk menentukan
prognosa penderita malaria. Pengecatan dilakukan dengan pewarnaan Giemsa, atau Leishmans,
atau Fields dan juga Romanowsky. Pengecatan Giemsa yang umum dipakai pada beberapa
laboratorium dan merupakan pengecatan yang mudah dengan hasil yang cukup baik.

b. Tes antigen : p-f test

Yaitu mendeteksi antigen dari P.falciparum (Histidine Rich Protein II). Deteksi sangat cepat hanya 3-5
menit, tidak memerlukan latihan khusus, sensitivitasnya baik, tidak memerlukan alat khusus. Deteksi
untuk antigen vivaks sudah beredar dipasaran yaitu dengan metode ICT. Tes sejenis dengan
mendeteksi laktat dehidrogenase dari plasmodium (pLDH) dengan cara immunochromatographic
telah dipasarkan dengan nama tes OPTIMAL. Optimal dapat mendeteksi dari 0-200 parasit/ul darah
dan dapat membedakan apakah infeksi P.falciparum atau P.vivax. Sensitivitas sampai 95 % dan hasil
positif salah lebih rendah dari tes deteksi HRP-2. Tes ini sekarang dikenal sebagai tes cepat (Rapid
test).

c. Tes serologi

Tes serologi mulai diperkenalkan sejak tahun 1962 dengan memakai tekhnik indirect fluorescent
antibody test. Tes ini berguna mendeteksi adanya antibody specific terhadap malaria atau pada
keadaan dimana parasit sangat minimal. Tes ini kurang bermanfaat sebagai alat diagnostic sebab
antibody baru terjadi setelah beberapa hari parasitemia. Manfaat tes serologi terutama untuk
penelitian epidemiologi atau alat uji saring donor darah. Titer > 1:200 dianggap sebagai infeksi baru ;
dan test > 1:20 dinyatakan positif . Metode-metode tes serologi antara lain indirect
haemagglutination test, immunoprecipitation techniques, ELISA test, radio-immunoassay.

d. Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction)

Pemeriksaan ini dianggap sangat peka dengan tekhnologi amplifikasi DNA, waktu dipakai cukup
cepat dan sensitivitas maupun spesifitasnya tinggi. Keunggulan tes ini walaupun jumlah parasit
sangat sedikit dapat memberikan hasil positif. Tes ini baru dipakai sebagai sarana penelitian dan
belum untuk pemeriksaan rutin.

(http://www.medicafarma.blogtspot.com)

8. Penatalaksanaan

Mansjoer, dkk (2001) menerangkan obat anti malaria antara lain :

a. Skizontisid jaringan primer yang membasmi parasit praeritrosit, yaitu proguanil, pirimetamin.

b. Skizontisid jaringan sekunder yang membasmi parasit eksoeritrosit yaitu primakuin.

c. Skizontiasid darah yang membasmi parasit fase eritrosit, yaitu kina, klorokuin dan amodiakuin.

d. Gametosid yang menghancurkan bentuk seksual. Primakuin adalah gametosit yang ampuh bagi
keempat spesies. Gametosid untuk P. vivax, P. malariae, P. ovale adalah kina, klorokuin dan
amodiakuin.

e. Sporontosid mencegah gametosid dalam darah membentuk ookista dan sporozoit dalam
nyamuk Anopheles, yaitu primakuin dan proguanil.

Penggunaan obat antimalaria tidak hanya terbatas pada pengobatan kuratif saja tetapi juga
termasuk :

a. Penggunaan pencegahan (profilaksis) bertujuan mencegah terjadinya infeksi atau timbulnya


gejala klinis. Penyembuhan dapat diperoleh dengan pemberian terapi jenis ini pada infeksi malaria
oleh Plasmodium falciparum karena parasit ini tidak memiliki fase eksoeritrosit.

b. Pengobatan kuratif dapat dilakukan dengan obat malaria jenis skizontisid.

c. Pencegah transmisi bermanfaat untuk mencegah infeksi pada nyamuk atau mempengaruhi
sporogonik nyamuk. Obat antimalaria yang dapat digunakan seperti jenis gametosid dan
sporontosid.
Resistensi Plasmodium falciparum terhadap obat malaria golongan aminokuinolin (klorokuin dan
aminodiakuin) untuk pertama kali ditemukan pada tahun 1960-1961 di Kolumbia dan Brazil.
Resistensi terhadap obat malaria dipikirkan jika kasus malaria falciparum tidak dapat sembuh
dengan dosis standar atau bila rekrudensi timbul segera setelah parasit menghilang untuk
sementara waktu setelah pengobatan.

Bila resistensi Plasmodium falciparum terhadap cloroquin sudah dapat dipastikan, obat anti malaria
lain yang dapat diberikan, antara lain :

a. Kombinasi sulfadoksin 1.000 mg dan pirimetamin 25 mg per tablet dalam dosis tunggal sebanyak
2-3 tablet.

b. Kina 3 x 650 mg selama 7 hari.

c. Antibiotik seperti tetrasiklin 4 x 250mg/hari selama 7-10 hari, dan minosiklin 2 x 100 mg/hari
selama 7 hari.

d. Kombinasi-kombinasi lain seperti kina dan tetrasiklin.

(Mansjoer, dkk., 2001, hal. 412).

9. Komplikasi

Menurut Gandahusa, Ilahude dan Pribadi (2000) beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada
penyakit malaria adalah :

a. Malaria otak/malaria cerebral

Malaria otak merupakan penyulit yang menyebabkan kematian tertinggi 80% (delapan puluh persen)
bila dibandingkan dengan penyakit malaria lainnya. Gejala klinisnya dimulai secara lambat atau
setelah gejala permulaan. Sakit kepala dan rasa ngantuk disusul dengan gangguan kesadaran,
kelainan saraf dan kejang-kejang bersifat fokal atau menyeluruh.

b. Anemia berat

Komplikasi ini ditandai dengan menurunnya hematokrit secara mendadak < 15% (kurang dari lima
belas persen) atau kadar hemoglobin < 5 g/dl. Anemia ini merupakan komplikasi yang penting dan
sering ditemukan pada anak-anak.

c. Gagal ginjal

Penyulit ini menunjukkan kelainan urine output yang < 400 ml/24 jam pada orang dewasa dan 12
ml/kg BB/24 jam pada anak. Kreatinin dalam serum meningkat > 3 mg/dl. Seringkali penyulit ini
disertai edema paru. Angka kematian mencapai 50% (lima puluh persen)

d. Edema paru

Komplikasi ini biasanya terjadi pada wanita hamil dan setelah melahirkan. Frekuensi pernapasan
meningkat. Prognosisnya buruk.

e. Hipoglikemia

Konsentrasi gula pada penderita turun (< 40 mg/dl). Komplikasi ini seringkali terjadi pada wanita
hamil. Hipoglikemi juga dapat merupakan akibat penggunaan obat kina yang merupakan life saving
drug untuk semua malaria berat terutama malaria otak. Gejala klinis adalah gelisah, takikardi, nyeri
kepala dan merasa dingin.
f. Syok/gangguan sirkulasi darah

Pada penderita dengan penyulit ini tekanan darahnya < 50 mmHg pada anak dan < 70 mmHg pada
orang dewasa. Biasanya kelainan ini terdapat pada penyulit lain misalnya edema paru, asidosis
metabolik dan bakterimia. Kelainan aritmia jantung jarang ditemukan.

g. Disseminated intravascular coagulation (DIC)

Penyulit ini menimbulkan perdarahan abnormal dan spontan pada gusi, terjadi epistaksis dan ada
ptekiae dan perdarahan subkonjungtiva. Kelainan ini jarang ditemukan, hanya < 10% pada malaria
otak. Biasanya terjadi pada penderita non imun.

h. Kejang umum

Kejang timbul sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dalam 24 (dua puluh empat)jam.

i. Hemoglobnuria

Biasanya warna urine kehitam-hitaman karena hemolisis intravaskular masif dan hemoglubinurea
disertai demam (black water fever). Biasanya terjadi pada penderita non imun yang pernah tinggal
didaerah endemik untuk beberapa waktu, pernah mendapat serangan malaria dan diobati dengan
kina secara tidak teratur dengan dosis tidak adekuat.

B. Tinjauan Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses awal keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data, untuk mengevaluasi dalam
mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2001, hal. 17).

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses asuhan keperawatan. Diperlukan pengkajian yang
cermat untuk mengenal masalah klien agar dapat memberikan arah kepada tindakan keperawatan.
Keberhasilan proses keperawatan sangat tergantung pada kecermatan dan ketelitian dalam tahap
pengkajian. Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan yang merupakan
tahap yang paling penting dalam menentukan tahap berikutnya. (Rohmah dan Walid, 2009).

a. Data Dasar Pengkajian Klien

1) Anamnese awal

Adanya riwayat klien habis bepergian dari daerah yang endemis dengan penyakit malaria.

2) Aktivitas / Istirahat

Adanya kelemahan, malaise.

3) Sirkulasi

Tekanan darah normal/ dibawah normal (jika terjadi penurunan curah jantung), denyut perifer
cepat dan lemah, kulit ikterik, hangat, ekstremitas / akral pucat, kapiler refil < 3 detik (penurunan
perfusi jaringan perifer) dan pucat.

4) Eliminasi

Ditemukan adanya perubahan warna urine seperti kemerahan hematuria, pada stadium lanjut :
hemoglobinuria dan demam kencing hitam (Balck Water Fever) dan gagal ginjal akut.
5) Status Nutrisi

Didapatkan anoreksia, mual muntah, penurunan berat badan dan penurunan lemak bawah kulit /
malnutrisi.

6) Neurosensori

Adanya sakit kepala, pusing, pada stadium lanjut timbul delirium, disorientasi, koma, kejang dan
tanda neurologis fokal.

7) Keamanan / kenyamanan

Lokalisasi rasa sakit pada daerah hepar (hipokondria kanan) dan hipokondia kiri (limpa),
hepatosplenomegali dan nyeri tekan.

8) Pernapasan

Takipnea pada malaria falciparum, adanya edema paru (komplikasi) suhu umumnya meningkat
(diatas 370C), demam, menggigil dan berkeringat.

9) Pemeriksaan Diagnostik

Laboratorium : pemeriksaan darah tepi ; ditemukannya tropozoit berbentuk cincin, pada P.


Falciparum sediaan darah tipis terdapat gametosit berbentuk pisang, terdapat bintik maurier. P.
Malariae sediaan tipis ; nampak parasit berbentuk pita, skizon berbentuk bunga mawar (rosette). P.
Vivaks ; eritrosit yang mengandung parasit membesar, terdapat titik schoffner dari sitoplasmanya
berbentuk ameboid. P.Ovale mirip P. Vivaks, hanya eritrosit yang mengandung parasit berbentuk
ovale. Hb dan hematokrit menurun dan leukosit yang meningkat

2. Diagnosa keperawatan

Menurut Purniawati (2010) diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien anak dengan
malaria adalah :

a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi parasit malaria.

b. Risiko defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke


ekstravaskuler.

c. Risiko gangguan nutrisi kurang berhubungan dengan nafsu makan yang menurun.

3. Perencanaan keperawatan

Rencana keperawatan pada klien dengan malaria berdasarkan masing-masing diagnosa diatas,
menurut Purniawati (2010) ialah :

a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi parasit malaria

Tujuan : Suhu tubuh klien turun

Kriteria hasil : Tanda-tanda vital khususnya suhu dalam batas normal (360C 37,50C) dan tubuh tidak
panas

Intervensi :

1) Berikan kompres air hangat.

Rasional : Kompres akan memberikan pengeluaran panas secara induksi


2) Anjurkan klien untuk banyak minum 1500 2000 ml/hari.

Rasional : Mengganti cairan tubuh yang keluar karena panas dan memacu pengeluaran urine guna
pembuangan panas lewt urine.

3) Anjurkan untuk memakai pakaian yang tipis dan menyerap keringat.

Rasional : Memberikan rasa nyaman dan memperbesar penguapan panas

4) Observasi intake dan out put.

Rasional : Deteksi terjadinya kekurangan volume cairan tubuh Observasi tanda-tanda vital setiap 1
jam dan untuk menentukan intervensi lanjutan bila terjadi perubahan

5) Kolaborasi untuk pemberian antipiretik.

Rasional : Antipiretik berguna bagi penurunan panas.

b. Risiko defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke


ekstravaskuler.

Tujuan : Tidak terjadi devisit voume cairan / Tidak terjadi syok hipovolemik

Kriteria hasil : Membran mukosa bibir lembab, turgor kulit lembab dan tanda-tanda vital normal.

Intervensi :

1) Observasi vital sign setiap jam atau lebih.

Rasional : Mengetahui kondisi dan mengidentifikasi fluktuasi cairan intra vaskuler.

2) Observasi capillary refill.

Rasional : Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer

3) Observasi intake dan output, catat jumlah, warna, konsentrasi dan BJ urine.

Rasional : Penurunan haluaran urine / urine yang pekat dengan peningkatan BJ diduga dehidrasi

4) Anjurkan anak untuk banyak minum 1500-2000 ml /hari (sesuai toleransi)

Rasional : Untuk pemenuhan kebutuhan cairan tubuh peroral

5) Kolaborasi pemberian cairan intra vena, plasma atau darah.

Rasional : Meningkatkan jumlah cairan tubuh untuk mencegah terjadinya hipovolemik syok.

c. Risiko gangguan nutrisi kurang berhubungan dengan nafsu makan yang menurun.

Tujuan : Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi / nutrisi terpenuhi

Kriteria hasil : berat badan normal dan tidak ada anoreksia

Intervensi :

1) Kaji keluhan mual, muntah atau penurunan nafsu makan.

Rasional : Menentukan intervensi selanjutnya

2) Berikan makanan yang mudah ditelan mudah cerna.


Rasional : Mengurangi kelelahan klien dan mencegah perdarahan gastrointestinal.

3) Berikan makanan porsi kecil tapi sering.

Rasional : Menghindari mual dan muntah

4) Hindari makanan yang merangsang (pedas / asam) dan mengandung gas.

Rasional : Mencegah terjadinya distensi pada lambung yang dapat menstimulasi muntah

5) Beri makanan kesukaan klien.

Rasional : Memungkinkan pemasukan yang lebih banyak

6) Kolaborasi pemberian cairan parenteral

Rasional : Nutrisi parenteral sangat diperlukan jika intake peroral sangat kurang.

4. Implementasi

Implementasi atau pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik ( Iyer et al, 1996 ) dikutip oleh Nursalam ( 2001 ). Tahap pelaksanaan dimulai setelah
rencana tindakan disusun dan ditujukan, untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.
Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan klien.

Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam tujuan klien yang telah ditetapakan, yang
mencakup peningkatan kesehatan, Perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan
dengan baik, jika klien mempunyai keinginan untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan. Selama tahap pelaksanaan, perawat terus melakukan pengumpulan data dan memilih
tindakan perawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien. Semua tindakan keperawatan
dicatat ke dalam format yang telah ditetapkan oleh institusi ( Nursalam, 2001 ).

5. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan
seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil
dicapai.

Meskipun tahap evaluasi diletakan pada akhir proses keperawatan, evaluasi merupakan bagian
integral pada setiap tahap proses keperawatan. Pengumpulan data perlu direvisi untuk menentukan
apakah informasi yang telah dikumpulkan sudah mencukupi dan apakah prilaku yang diobservasi
telah sesuai. Diagnosa juga perlu dievalusi dalam hal keakuratan dan kelengkapannya. Tujuan dan
intervensi dievaluasi adalah untuk menentukan apakah tujuan tersebut dapat dicapai secara efektif.

Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal ini bisa
dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien terhadap
tindakan keperawatan yang diberikan, sehingga perawat dapat mengambil keputusan ( Nursalam,
2001 ).

Untuk evaluasi yang diharapkan pada klien dengan malaria menurut Fransiska (2009) adalah :

a. Suhu tubuh dalam batas normal

b. Tidak terjadi defisit volume cairan.


c. Nutrisi klien tetap terpenuhi.

Das könnte Ihnen auch gefallen