Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Abstract: In Indonesia there are several church fellowships. Design of their buildings is influenced by the
location, ideology, or ordinances of worship. Synod Javanese Christian Church was first established by local
residents since the Dutch colonial period. The synod is divided into 32 clusters based on the distribution area
of Java. Each of these clusters is called Klasis, The purpose of this research was to explore elements
which are significant to the architectural character of Java Christian Church referring to the implementation
of Christian symbols and characteristics of traditional architecture of Javanese on building elements of Java
Christian Church in Klasis Yogyakarta Utara. Research method includes data collection method, data
processing method, and the method of making conclusions. The method of data collection consists of
literature study, survey that includes observation, documentation of the building physical data in the form
of sketches of floor plan and building facade, including photographs, and distributing questionnaires.
Methods of processing and analyzing data in the form of questionnaire conducted by tabulating data and
calculating the percentage of the dominant variable elements of the building which are considered using
Christian symbols and characteristics of traditional Javanese architecture. Meanwhile, sketches of the floor
plan and building facade, analyzed by the Ordering Principles stated by Ching (2007). The result indicates
that Javanese Christian Church building implements the Christian symbols more significantly rather than
characteristics of traditional Javanese architecture. Dominant variables which are applying the Christian
symbols are ornaments, windows, and furniture.
Keywords: Java Christian Church, architectural character, Christian symbol, traditional architecture of
Javanese
Abstrak: Di Indonesia terdapat beberapa persekutuan gereja yang rancangan bangunan gerejanya
dipengaruhi oleh faktor lokasi, ideologi, atau tata cara ibadah. Sinode Gereja Kristen Jawa didirikan
pertama kali oleh penduduk lokal sejak masa kolonial Belanda. Sinode tersebut terdiri dari 32 Klasis yang
terbagi menurut persebaran wilayah di Pulau Jawa. Tujuan penelitian ini adalah untuk menelusuri unsur-
unsur pembentuk karakter arsitektural bangunan Gereja Kristen Jawa dengan mengacu pada penerapan
simbol Kristiani dan ciri khas arsitektur tradisional Jawa pada unsur-unsur bangunan Gereja Kristen Jawa
Klasis Yogyakarta Utara. Metode penelitian yang digunakan, meliputi metode pengumpulan data,
pengolahan data, serta penarikan kesimpulan. Metode pengumpulan data dilakukan dengan studi literatur,
survei, yang meliputi pengamatan, pendokumentasian data fisik bangunan berupa gambar denah, tampak
serta foto, dan menyebarkan kuesioner. Metode pengolahan dan analisis data yang berbentuk kuesioner
dilakukan dengan cara tabulasi data dan menghitung persentase variabel yang dominan dari unsur-unsur
bangunan yang dianggap menerapkan simbol Kristiani dan ciri khas arsitektur tradisional Jawa, sedangkan
untuk data yang berbentuk sketsa, yaitu denah dan tampak, dianalisis dengan prinsip penataan Ching
(2007). Hasil penelitian menunjukkan bahwa bangunan Gereja Kristen Jawa secara signifikan lebih
menerapkan simbol Kristiani dibandingkan dengan menerapkan ciri khas arsitektur tradisional Jawa.
Variabel yang dominan menerapkan simbol Kristiani adalah ornamen/ragam hias, jendela, dan perabotan.
Kata kunci: Gereja Kristen Jawa, karakter arsitektural, simbol Kristiani, arsitektural tradisional Jawa
1
Alvita Melina Surtania Kaunang adalah mahasiswi Program Studi Arsitektur Universitas Atma Jaya Yogya-
karta.
2
Emmelia Tricia Herliana adalah staf pengajar Program Studi Arsitektur Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 10, Nomor 2,Oktober 2012
Di Indonesia, agama Kristen Protestan 1999:175). Arti kata gereja kemudian dibagi
termasuk salah satu dari lima agama yang menjadi dua, yaitu: [1]Perkumpulan semua
diakui secara hukum, sehingga bangunan orang yang dipanggil untuk percaya kepada
gereja dapat berdiri di seluruh wilayah di Tuhan Yesus Kristus; dan [2]Bangunan
Indonesia. Persekutuan gereja di Indonesia ibadah atau wadah untuk menerima sakramen
memiliki beragam variasi dilihat dari segi bagi umat Kristen.
lokasi, ideologi, atau tata cara ibadah. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
Beberapa persekutuan bisa saja memiliki (Sugono, 2008:761), Kristen didefinisikan
hirarki ruang, facade bangunan, dan logo sebagai nama agama yang disampaikan oleh
gereja yang berbeda satu sama lain. Salah Kristus (Nabi Isa). Aliran yang dianut oleh
satu persekutuan gereja di wilayah Pulau Gereja Kristen Jawa ialah Kristen Protestan.
Jawa ialah Sinode Gereja Kristen Jawa. Kata Protestan menurut Kamus Besar Bahasa
Sinode Gereja Kristen Jawa didirikan oleh Indonesia berarti penganut Protestantisme
penduduk Kristen lokal yang bertumbuh yang merupakan aliran dalam agama Kristen
sejak masa kolonial Belanda. Sinode Gereja yang terpisah dari Gereja Katolik Roma pada
Kristen Jawa terdiri dari 32 Klasis yang Zaman Reformasi (abad ke-16) yang dipelo-
terbagi menurut persebaran wilayah di Pulau pori oleh Marthin Luther.
Jawa, salah satunya ialah Klasis Yogyakarta
Utara. Periode Arsitektur Gereja
Hildebrandt (2004) menyatakan bahwa Menurut Keane (1998), sejarah Arsi-
dalam setiap ibadah, baik disadari maupun tektur Kristen Awal dimulai pada masa
tidak, menggunakan simbolisme yang dapat kerajaan Romawi dan berkembang secara
berbentuk verbal (misalnya kata-kata dalam bertahap pada periode tertentu. Pada abad
liturgi atau khotbah, cerita perumpamaan, ke-1 sampai abad ke-4, ajaran Kristen yang
atau mitos), visual (gambar, dekorasi atau diberitakan Yesus Kristus di tengah bangsa
benda-benda lain yang dapat dilihat), dan Yahudi mengalami banyak penolakan yang
ritual (ritus yang mengikuti dramaturgi mengakibatkan para pengikutNya mati
tertentu, tindakan, dan gerak tubuh), dengan sebagai martir. Karena hidup dalam masa
unsur simbolis yang tidak hanya dapat pengejaran, pengikut Kristen lalu meng-
dilihat, tetapi juga dirasakan semua indra. adakan kebaktian dalam tempat yang
Berdasarkan pernyataan tersebut, maka tersembunyi, yaitu katakombe. Katakombe
diasumsikan bahwa Gereja Kristen Jawa merupakan pemakaman yang terletak di
menerapkan simbol-simbol Kristiani dalam bawah tanah.
wujud arsitekturalnya. Oleh karena itu, Pada tahun 313 SM, Kaisar Konstantin
dilakukan penelusuran penerapan simbol mulai mengakui adanya agama Kristen
Kristiani pada bangunan Gereja Kristen melalui Deklarasi Milan. Mulai saat itu
Jawa. agama Kristen menjadi agama resmi negara
Penelusuran juga dilakukan terhadap dan gedung-gedung ibadah banyak dibangun.
kemungkinan adanya penerapan filosofi Saat itu bangunan gereja mengambil bentuk
arsitektur tradisional Jawa yang membentuk basilica, yaitu bentuk bangunan yang
karakter arsitektural bangunan Gereja Kristen berfungsi sebagai gedung pertemuan dan
Jawa, berkaitan dengan lokasi bangunan gedung pengadilan Romawi. Untuk me-
Gereja Kristen Jawa yang hanya berlokasi di nyesuaikan dengan kegiatan peribadatan,
Pulau Jawa. Sejauh ini belum terdapat maka basilica mulai dimodifikasi. Modifikasi
penelitian yang berusaha mencari unsur- itu dilakukan pada pilar, dinding, dan apse
unsur pembentuk karakter arsitektural yang dibuat berhiaskan mozaik dan fresco
bangunan Gereja Kristen Jawa. Kristiani. Ruang ibadah dibuat menyerupai
bahtera yang disebut naos, gereja menghadap
ARSITEKTUR GEREJA ke timur sebagai pengharapan kedatangan
mesias.
Kata gereja berasal dari Bahasa Pada masa pemerintahannya, Konstan-
Portugis, yaitu igreja yang diambil dari tin memindahkan ibukota kekaisaran ke
Bahasa Latin eklesia yang berarti Byzantium, sebuah kota di wilayah Romawi
kumpulan orang-orang percaya (Indra, Timur. Di wilayah Romawi Timur kemudian
88
Kaunang, A. M. S. & Herliana, E. T., Identifikasi Unsur-unsur Pembentuk Karakter Arsitektural Bangunan Gereja Kristen Jawa Klasis
Yogyakarta Utara
didirikan gereja yang memiliki ciri khas, keluwesan (flexibility), kedekatan (intimacy),
yaitu denah memusat dan atap kubah. Puncak dan keindahan (beauty).
dari kejayaan Arsitektur Byzantium diwujud-
kan oleh Gereja Hagia Sophia pada tahun Perkembangan Arsitektur Gereja di
532-537 di Konstantinopel, yang masih ada Indonesia
hingga saat ini. Gereja-gereja di Indonesia yang
Gaya Romanesque muncul setelah dibangun pada tahun 1900-1930 cenderung
Romawi mengalami zaman kegelapan selama menggunakan gaya eklektik, sesuai dengan
ratusan tahun. Ciri-ciri dari Arsitektur langgam yang sedang digemari di Eropa saat
Romanesque ialah penggunaan busur itu. Namun, pada daerah-daerah terpencil,
lengkung sebagai penghubung antar kolom para misionaris justru berusaha meng-
yang berjajar rapat, ketinggian ruang adaptasi unsur-unsur tradisional setempat,
cenderung mencolok dibandingkan dengan sehingga muncul bangunan-bangunan gereja
lebarnya, bentuk denah mengadopsi bentuk yang menggunakan bentuk arsitektur
salib, dan dinding-dindingnya dipenuhi tradisional (Priatmojo, 1989:41).
ukiran/lukisan yang menggambarkan kisah
dalam Alkitab. Fungsi Utama Gereja
Arsitektur Gotik kemudian muncul Sitompul (1993:223-226) menyatakan
menggantikan gaya Romanesque. Jika gaya bahwa pesan dan makna yang terkandung
Romanesque yang berkesan kokoh disebut pada arsitektur gereja tidak lepas dari
benteng Allah, maka gaya Gotik yang hubungan arsitektur dengan tiga fungsi utama
terlihat ringan, runcing, tinggi, dan cantik gereja, yaitu persekutuan (koinonia), kesak-
disebut sebagai istana surga. sian (marturia), dan pelayanan (diakonia).
Selama 400 tahun, Arsitektur Gotik Pertemuan gereja sebagai persekutuan antara
dianggap sebagai puncak keberhasilan manusia dengan Tuhan dilakukan di dalam
kesenian arsitektur gereja. Menurut keyakin- ruang kebaktian, sehingga ruang ini dianggap
an umat Kristen, Allah dipahami hadir kudus dan sakral. Secara konseptual, fungsi
dimana saja seperti cahaya. Oleh karena itu, kesaksian pada arsitektur gereja ditekankan
cahaya dihayati sebagai sifat ilahi. Cahaya pada simbolisasi kegiatan yang terjadi pada
matahari kemudian dibiarkan masuk ke gereja dan elemen-elemen fisik pada gereja,
dalam interior gereja dan didesain secara untuk memberitakan firman Tuhan. Ruangan
estetis yang disebut dengan struktur diafan, dan kegiatan yang terjadi di dalamnya dibuat
artinya tembus cahaya. Yang terkenal dari untuk dapat menyiarkan, secara langsung
gaya Arsitektur Gotik ialah konsep cahaya maupun tidak langsung, semangat Kristiani
dengan pemakaian kaca bergambar yang bagi orang yang mengapresiasinya.
disebut stained glass sebagai pencerahan Gereja mempunyai tugas atau fungsi
mistik. pelayanan agar manusia semakin dekat
Pada abad ke-15, arsitektur mulai dengan Tuhan. Pelayanan adalah simbol
mengalami peralihan pada masa kasih Tuhan untuk mengasihi semua orang.
Renaissance. Bangunan gereja yang paling Berkembang pesatnya peradaban manusia
menonjol saat itu ialah Gereja St. Petrus di menuntut peran gereja yang lebih besar untuk
Roma, Italia, yang dibangun pada tahun melayani semua manusia. Pelayanan kepada
1506-1626. Arsitektur Renaissance kemu- seluruh umat manusia ini yang menjadi misi
dian berakhir dan digantikan oleh gaya Barok gereja.
dan Rokoko. Gaya ini memiliki ciri khas
berupa ornamen/ukiran yang rumit dan SIMBOLISME KRISTIANI
memenuhi semua bidang yang ada.
Pada abad ke-20, Revolusi Industri Kata simbol berasal dari kata kerja
membawa banyak perubahan dan perkem- bahasa Yunani, yaitu sym-bollein, yang
bangan. Prinsip-prinsip yang digunakan pada berarti mencocokkan atau menghubung-
arsitektur gereja zaman modern memiliki kan antara dua bagian yang berbeda. Simbol
pertimbangan-pertimbangan dari aspek kegu- dapat dipahami sebagai sebuah kata,
naan (utility), kesederhanaan (simplicity), gambaran, benda, tempat, gerakan, tindakan,
89
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 10, Nomor 2,Oktober 2012
mitos, atau ritus yang berhubungan dengan bersifat transenden. Unsur simbolik pada
makna tertentu. arsitektur rumah ibadah selain berperan
untuk membentuk suasana sakral, juga
Tabel 1. Beberapa Simbol Kristiani yang Sering memberi karakter khusus yang menunjukkan
Digunakan
Simbol Makna
hakikat, falsafah, dan aturan-aturan yang
Alfa dan Omega merupakan huruf pertama dan berlaku pada agama tersebut.
Omega terakhir dalam alphabet Yunani. Makna
dari Alfa dan Omega digunakan untuk
menunjukkan kekekalan dari kuasa
Allah sebagai yang pertama dan yang
terakhir.
Domba Dalam agama Kristen domba atau anak
domba menjadi simbol untuk Yesus
Kristus yang telah berkorban di atas
kayu salib untuk keselamatan manusia
dan pendamaian hubungan antara Allah
dengan manusia. Domba juga
diibaratkan sebagai manusia atau umat
Allah, dan Yesus berperan sebagai
gembalanya.
Lilin Lilin dijadikan sebagai simbol Kristus
yang hidup dan menjadi Terang
Dunia. Lilin juga dapat disimbolkan
sebagai kehidupan manusia yang
mengorbankan diri demi menjalankan
panggilannya untuk menerangi
kegelapan.
Merpati Burung merpati berperan sebagai
simbol kehadiran Roh Kudus yang
dikaitkan pada peristiwa Yesus
dibaptis. Seekor burung merpati yang
membawa ranting zaitun menjadi
Gambar 1. Dinamika Proses Simbolisasi
simbol universal untuk perdamaian. Sumber: Hildebrandt, 2004:20
Dua ekor merpati disimbolkan sebagai
tanda cinta kasih. ARSITEKTUR TRADISIONAL JAWA
Roti dan Roti dan anggur mengingatkan akan
Anggur peristiwa Perjamuan Kudus yang Pada masyarakat Jawa, ada suatu
dilakukan Yesus dan kedua belas
murid-Nya. Roti digambarkan sebagai kebiasaan untuk mendidik atau mengarahkan
tubuh-Nya dan Anggur sebagai darah- tujuan hidup seseorang atau sanak keluarga
Nya. dengan menggunakan ungkapan-ungkapan
Salib Salib merupakan simbol kematian dan kata yang mudah diingat dan juga
kehidupan. Di dalam agama Kristen,
mempunyai maksud yang luas dan dalam.
salib adalah karya pembebasan dan
keselamatan Allah yang merupakan Ungkapan tersebut adalah sandang, pangan,
kemenangan untuk semua yang percaya dan papan. (Ronald, 1988). Ungkapan
padanya. tersebut memiliki arti bahwa seseorang
Sumber: Hildebrandt, 2004: 25-38 dalam hidupnya membutuhkan sandang,
pangan, dan papan. Sandang (pakaian)
Dilistone (2002:23) menyatakan
diperlukan untuk menutupi kemaluan dan
bahwa peran simbol dalam agama adalah
menunjukkan kedudukan seseorang, pangan
menghadirkan dimensi spiritual dengan
(makanan) diperlukan untuk kelangsungan
mengekspresikan daya kekuatan dari apa
hidup dan menjaga kesehatan, sedangkan
yang disimbolkannya. Simbol dapat menjadi
papan dibutuhkan supaya keluarga yang
medium Roh, memberikan pengetahuan
dibina dapat menempati tempat tinggal yang
kepada manusia mengenai adanya tingkat-
layak. Masyarakat Jawa sering berpendapat
tingkat realitas yang tidak dapat teraba dan
bahwa rumah atau tempat tinggal itu adalah
tidak dapat dilihat dengan memberi
wahyu, bukan hanya asal memiliki karena
kesadaran dalam batin manusia, sehingga
mempunyai uang. Jadi, memiliki rumah sama
terwujudlah suatu korespondensi atau
halnya seperti memiliki wahyu.
korelasi dengan segi realitas tertinggi yang
90
Kaunang, A. M. S. & Herliana, E. T., Identifikasi Unsur-unsur Pembentuk Karakter Arsitektural Bangunan Gereja Kristen Jawa Klasis
Yogyakarta Utara
91
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 10, Nomor 2,Oktober 2012
burung dara sebagai simbol Roh Kudus dan Gereja Kristen Jawa Ambarrukmo
tangan berdoa sebagai simbol orang percaya, Menurut pengurus gereja, GKJ
sedangkan untuk unsur budaya Jawa berupa Ambarrukmo awalnya adalah salah satu
Gunungan. Di bawah gambar terdapat sebuah pepanthan GKJ Gondokusuman, yang
pita yang bertuliskan GEREJA-GEREJA didewasakan pada tanggal 17 Mei 1964
KRISTEN JAWA dengan aksara Jawa. dengan pendeta konsulen Pendeta Harun
Warna keseluruhan logo ialah biru laut. Hadiwiyono (Alm.), sedangkan tempat
ibadah menumpang di Panti Asuhan Rekso
Gereja Kristen Jawa Sarimulyo Putro, Ngentak, Sapen. Pada saat
Gereja Kristen Jawa Sarimulyo didewasakan, jumlah warga adalah 359 jiwa,
terletak di Jalan Kaliurang km 5, Gang terdiri dari 183 warga dewasa dan 186 warga
Pandega Bakti 20, Yogyakarta. Gereja anak-anak serta dilayani oleh 4 orang tokoh
Kristen Jawa Sarimulyo semula adalah dan 2 orang diaken.
anggota jemaat pepanthan Dayu dan
merupakan bagian pelayanan wilayah V GKJ Gereja Kristen Jawa Maguwoharjo
Gondokusuman. Sebelum tahun 1970, GKJ Maguwoharjo terletak di dukuh
beberapa anggota yang berdomisili di Kembang, sebelah timur Ring Road + 50 m
kampung Sarimulyo telah mengadakan dari traffic light, sehingga membuat
persekutuan dalam bentuk Pendalaman keberadaan gereja mudah dijangkau dari
Alkitab (PA). segala arah. Atas persetujuan Majelis GKJ
Tanjungtirto, pada tanggal 1 Januari 1972
Gereja Kristen Jawa Dayu diresmikan pepanthan Maguwoharjo yang
Gereja Kristen Jawa Dayu sebelumnya termuda dari kelima pepanthan GKJ
merupakan sebuah pepanthan dari GKJ Tanjungtirto. Pada tanggal 1 Januari 1987,
Sawokembar Gondokusuman. Pepanthan ini pepanthan Maguwoharjo diresmikan menjadi
berdiri pada tahun 1959 dan didewasakan Gereja Kristen Jawa (GKJ Maguwoharjo).
pada tanggal 31 Oktober 1993 di desa
Pusung, Kelurahan Sinduharjo, Kabupaten Gereja Kristen Jawa Minomartani
Sleman. Setelah pepanthan ini berumur 33 Pada tanggal 22 Mei 1988, pepanthan
tahun, jemaat berinisiatif menjadikan Minomartani diresmikan oleh induk GKJ
pepanthan Dayu sebagai gereja dewasa yang Condongcatur. Dengan status sebagai
bersifat mandiri. Pada sidang Klasis pepanthan, maka pada setiap kebaktian rutin
Yogyakarta Selatan tanggal 7 Juli 1993 hari Minggu pagi gereja ini dilayani oleh
diputuskan bahwa pepanthan Dayu layak pendeta atau majelis yang ditetapkan melalui
untuk didewasakan atau menjadi gereja persidangan Majelis GKJ Condongcatur
mandiri. dengan berpedoman pada Tata Gereja
Kristen Jawa yang ditetapkan oleh Sinode.
METODE PENELITIAN
92
Kaunang, A. M. S. & Herliana, E. T., Identifikasi Unsur-unsur Pembentuk Karakter Arsitektural Bangunan Gereja Kristen Jawa Klasis
Yogyakarta Utara
Metode Pengumpulan Data kan pada jam sesudah rapat majelis dan diisi
Dalam pengumpulan data, penulis oleh anggota majelis dan pengurus gereja.
melakukan studi literatur, survei, membuat
data fisik, dan menyebarkan kuesioner. Studi Metode Pengolahan Data
literatur adalah studi yang dilakukan dengan Data-data yang telah terkumpul
mencari referensi teori yang relevan dengan kemudian diolah agar menjadi suatu data
kasus yang diteliti dari berbagai sumber, yang tersusun baik, rapi, dan mudah dibaca.
seperti buku, internet, dan jurnal. Teori yang Tahap-tahap pengolahan data meliputi: [1]
berkaitan dengan topik yang diteliti adalah Penyuntingan (editing), yaitu mengelom-
teori mengenai arsitektur gereja, simbolisme pokkan dan memeriksa hasil pengumpulan
dalam agama Kristen, arsitektur tradisional data untuk menghindari kesalahan dalam
Jawa, dan profil Sinode Gereja Kristen Jawa. menganalisis; [2] Penghitungan (calculate),
Survei dilakukan dengan mendatangi yaitu menghitung persentase hasil pengum-
lokasi dari kasus studi, yaitu GKJ Dayu, GKJ pulan data; dan [3] Pembuatan tabel (tabu-
Sarimulyo, GKJ Ambarrukmo, GKJ lasi), yaitu membuat tabel-tabel yang berisi
Maguwoharjo, dan GKJ Minomartani. data yang telah diberi kode.
Unsur-unsur yang diamati selama melakukan
survei, yaitu organisasi ruang, atap, dinding, Metode Analisis Data
bukaan (pintu, jendela, bouven dan ventilasi), Data kuesioner yang telah terkumpul
plafon, kolom, lantai, warna, perabotan, dan dari hasil kuesioner kemudian dianalisis
ragam hias atau ornamen. dalam bentuk tabel dan diuraikan secara
Data fisik merupakan data berupa deskriptif berdasarkan alasan dari penulis
gambar pra-rancangan (bila ada) seperti maupun peserta kuesioner yang menuliskan
denah, potongan, dan tampak. Bila gambar- alasan pada lembar kuesioner. Analisis data
gambar tersebut tidak dapat diperoleh, maka dalam penelitian ini berupaya untuk mencari
penulis melakukan penggambaran ulang variabel terbanyak yang diduga menjadi
denah dan tampak. unsur pembentuk karakteristik arsitektural
gereja. Data fisik, seperti gambar denah,
Populasi dan Sampel tampak, dan foto-foto bangunan, dianalisis
Populasi dalam penelitian ini ialah dengan menggunakan prinsip-prinsip desain
seluruh Gereja Kristen Jawa pada Klasis (Ching, 2007) yaitu: sumbu, simetri, hirarki,
Yogyakarta Utara. Penarikan sampel ritme, datum, dan transformasi.
dilakukan dengan cara non-probability
sampling, yaitu dengan purposive sampling. Metode Penarikan Kesimpulan
Dalam purposive sampling, pemilihan Penarikan kesimpulan dilakukan
sekelompok subyek didasarkan atas ciri-ciri dengan menganalisis sejumlah sampel yang
atau sifat-sifat tertentu yang dipandang dipilih dari populasi Gereja Kristen Jawa
mempunyai sangkut paut yang erat dengan klasis Yogyakarta Utara. Kesimpulan dari
ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah sampel yang terpilih tersebut menjadi
diketahui sebelumnya (Sutrisno, 1980:82). perwakilan bagi populasi keseluruhan Gereja
Penulis memilih lima sampel gereja Kristen Jawa Klasis Yogyakarta Utara yang
dengan pertimbangan berdasarkan karakter berjumlah sepuluh gereja.
yang ingin diteliti, yaitu keterkaitan dengan
simbolisme dalam agama Kristen dan ANALISIS DAN PEMBAHASAN
keterkaitan dengan filosofi Arsitektur Jawa.
Adapun sampel yang terpilih, yaitu Gereja Analisis Simbol Kristiani dari Data
Kristen Jawa Dayu, Gereja Kristen Jawa Kuesioner
Sarimulyo, Gereja Kristen Jawa Ambar- Dari data kuesioner, diketahui jumlah
rukmo, Gereja Kristen Jawa Maguwoharjo, responden yang setuju bahwa Gereja Kristen
dan Gereja Kristen Jawa Minomartani. Jawa menerapkan simbol Kristiani pada GKJ
Jumlah responden untuk masing- Dayu sebesar 91,3%; GKJ Sarimulyo sebesar
masing gereja sekitar 20 orang. 85%; GKJ Ambarrukmo sebesar 88,89%;
Pendistribusian kuesioner dilakukan oleh GKJ Maguwoharjo sebesar 55,55%; dan GKJ
pengurus kantor gereja. Kuesioner diserah- Minomartani sebesar 100%. Pada GKJ Dayu,
93
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 10, Nomor 2,Oktober 2012
unsur yang menggunakan simbol Kristiani, gambar Perjamuan Kudus, gulungan kitab
yaitu pintu, perabotan, dan ornamen/ragam suci, serta lima roti dan dua ikan. Pajangan
hias. Simbol yang umum diterapkan, yaitu yang diletakkan pada plafon ruang ibadah
gambar burung merpati, buah anggur, salib, merupakan pajangan yang berisi kutipan ayat
kapal layar, dan model kaca patri. Pada GKJ Firman dalam kitab Yohanes. Perabotan yang
Sarimulyo, simbol Kristiani yang diterapkan menggunakan simbol Kristiani terdapat pada
dalam bangunan gereja terlihat pada unsur hiasan mimbar yang berbentuk salib.
ornamen/ragam hias, jendela, dan perabotan. Dari keseluruhan data kuesioner,
Ornamen/ragam hias yang menerapkan diketahui persentase terbanyak (73,81%)
simbol Kristiani terdapat pada kaca patri menyatakan bahwa simbol-simbol Kristiani
yang membentuk gambar Yesus Kristus yang terdapat dalam bangunan terlihat dari
sedang menggembalakan domba. Jendela onamen/ragam hias.
pada GKJ Sarimulyo secara keseluruhan
menggunakan kaca patri yang identik dengan Analisis Ciri Arsitektur Tradisional Jawa
ciri Arsitektur Gereja Gotik. Perabotan yang Dari Data Kuesioner
menerapkan simbol Kristiani terlihat pada Pada GKJ Dayu sebanyak 69,9%
mimbar GKJ Sarimulyo yang menggunakan responden setuju bahwa GKJ Dayu
simbol salib dan lilin. menerapkan ciri bangunan tradisional Jawa.
Berdasarkan data kuesioner yang Ciri bangunan tradisional Jawa tampak pada
diperoleh, simbol Kristiani yang diterapkan bentuk atap dan perabotan; atap gerejanya
dalam bangunan GKJ Ambarrukmo terdapat memiliki kemiripan dengan bentuk atap
pada unsur ornamen/ragam hias dan atap. rumah tradisional tajuk lawakan dengan
Ornamen/ragam hias yang ditemukan ialah modifikasi berupa penambahan bagian teras
latar mimbar yang berbentuk salib dengan untuk mempertegas area pintu masuk.
ukuran yang besar. Bentuk atap pada GKJ Menurut kuesioner dari responden
Ambarrukmo menyerupai bentuk tajuk yang GKJ Sarimulyo, ciri bangunan tradisional
meruncing ke atas. Menurut Lembaga Jawa terlihat pada ornamen/ragam hias dan
Sejarah dan Antropologi (1976), bentuk atap atap gereja. Ornamen/ragam hias yang
yang meruncing dianggap sebagai simbol ditemukan berupa candrasengkala dan simbol
absolutisme Tuhan, sehingga model atap gunungan pada daerah latar mimbar. Atap
seperti ini kerap digunakan sebagai model pada GKJ Sarimulyo memiliki kemiripan
atap tempat ibadah. dengan bentuk atap tradisional Jawa yaitu
Simbol-simbol Kristiani yang atap rumah dara gepak yang termasuk dalam
diterapkan dalam bangunan GKJ Maguwo- kelompok bentuk kampung. Namun, bentuk
harjo terlihat pada atap dan ornamen/ragam atap gereja tersebut dibuat beberapa
hias. Penulis berasumsi bahwa hasil modifikasi, sehingga tidak mengikuti bentuk
kuesioner yang menyatakan adanya asli atap dara gepak.
kesinambungan bentuk atap dengan simbol Pada GKJ Ambarrukmo sebesar
kristiani merupakan intepretasi jemaat 44,44% jemaat menyatakan bahwa, ciri
terhadap bentuk atap gereja yang secara bangunan tradisional Jawa terlihat pada
umum menggambarkan hubungan antara ornamen/ragam hias, atap, jendela, dan
manusia dengan Tuhan. Ornamen/ragam hias perabotan. Ornamen/ragam hias yang
yang menerapkan simbol Kristiani terdapat memiliki keterkaitan dengan budaya Jawa
pada dinding belakang mimbar. Bentuk terdapat pada gambar yang ada di material
ornamen tersebut ialah salib. kaca pintu masuk, terdapat bentuk gunungan
Simbol Kristiani yang diterapkan (logo GKJ) yang dalam budaya Jawa
dalam bangunan GKJ Minomartani terlihat merupakan bagian dari pertunjukan wayang.
pada jendela, ornamen/ragam hias, dan Selain dari logo itu, penulis belum
perabotan. Secara keseluruhan jendela pada menemukan ornamen/ragam hias yang
ruang ibadah GKJ Minomartani meng- menunjukkan ciri arsitektural tradisional
gunakan kaca patri yang identik dengan ciri Jawa pada bangunan GKJ Ambarrukmo.
khas arsitektur Gotik. Kaca patri tersebut Bentuk atap pada GKJ Ambarrukmo
menggambarkan ragam simbol Kristiani memiliki kemiripan dengan bentuk atap
seperti burung merpati, lilin, buah anggur, tajuk. Modifikasi model atap dilakukan
94
Kaunang, A. M. S. & Herliana, E. T., Identifikasi Unsur-unsur Pembentuk Karakter Arsitektural Bangunan Gereja Kristen Jawa Klasis
Yogyakarta Utara
95
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 10, Nomor 2,Oktober 2012
96
Kaunang, A. M. S. & Herliana, E. T., Identifikasi Unsur-unsur Pembentuk Karakter Arsitektural Bangunan Gereja Kristen Jawa Klasis
Yogyakarta Utara
97
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 10, Nomor 2,Oktober 2012
Bersambung ke halaman 98
Sambungan dari halaman 97
Analisis Prinsip Penataan GKJ Minomartani
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan
terhadap kasus studi, beberapa gereja
memiliki kesamaan dalam aspek organisasi
ruang dan perabotan. Gambar 8
memperlihatkan bahwa pada GKJ Sarimulyo,
GKJ Dayu, dan GKJ Maguwoharjo mimbar
terletak di ujung ruang ibadah pada bagian
tengah yang membagi ruang depan gereja
menjadi simetri antara bagian kiri dan kanan.
Di bagian tengah (antara mimbar dan pintu
masuk) diletakkan bangku-bangku gereja
dengan penataan yang membentuk aisle
(lorong) utama di sepanjang garis lurus
antara mimbar dan pintu masuk. Aisle
tersebut berfungsi sebagai ruang sirkulasi dan
sebagai garis sumbu imajiner yang
menghubungkan antara mimbar dengan pintu
masuk. Di sebelah kiri dan kanan area
bangku gereja terdapat juga aisle yang
berfungsi sebagai area sirkulasi. Gambar 8. Penataan Perabotan dan Aisle GKJ
Sarimulyo, GKJ Maguwoharjo, dan GKJ Dayu
Sumber: Analisis Penulis, 2012
98
Kaunang, A. M. S. & Herliana, E. T., Identifikasi Unsur-unsur Pembentuk Karakter Arsitektural Bangunan Gereja Kristen Jawa Klasis
Yogyakarta Utara
Sumbu
Garis sumbu pada denah GKJ Dayu,
GKJ Sarimulyo, GKJ Maguwoharjo, dan
99
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 10, Nomor 2,Oktober 2012
GKJ Minomartani memiliki kesamaan, yaitu terpusat pada puncak atap dengan menam-
garis sumbu tepat berada di tengah bangunan. bahkan aksen, seperti kaca patri dan simbol
Pada GKJ Ambarrukmo, garis sumbu juga salib di sekitar puncak atap.
terbentuk dari garis lurus antara mimbar
dengan pintu yang saling berhadapan, tetapi Datum
garis sumbu tersebut memotong denah secara Prinsip datum yang digunakan dalam
diagonal. Garis sumbu hanya terlihat pada penataan denah dan facade bangunan Gereja
facade GKJ Dayu, GKJ Sarimulyo, GKJ Kristen Jawa dapat berupa garis, bidang, dan
Maguwoharjo, dan GKJ Minomartani. GKJ volume.
Ambarrukmo tidak memiliki garis sumbu
secara vertikal. Berdasarkan hasil analisis Ritme
garis sumbu, disimpulkan bahwa persentase Ritme secara horisontal dan vertikal
Gereja Kristen Jawa pada Klasis Yogyakarta terlihat pada penataan jarak antar kolom,
Utara yang menerapkan garis sumbu perabotan bangku gereja, dan jendela.
sebanyak 80%.
Transformasi
Simetri Bentuk transformasi, baik secara
Bentuk denah dari gereja yang diteliti vertikal maupun horisontal, pada setiap
umumnya berbentuk simetri, kecuali pada gereja yang diteliti tidak terlalu signifikan.
GKJ Dayu. Garis simetri pada GKJ Seluruh gereja yang diteliti memiliki bentuk
Sarimulyo, GKJ Maguwoharjo, dan GKJ dasar geometri yang sama, yaitu bentuk
Minomartani memotong denah sejajar persegi, yang kemudian dimodifikasi dengan
dengan garis tepinya, sedangkan pada GKJ melakukan penambahan dan pengurangan.
Ambarrukmo garis simetri terbentuk secara
diagonal karena posisi hirarki pusat yang Saran
terletak pada sudut ruangan dan penataan
perabotan yang mengikuti arah sumbu. Oleh Berdasarkan hasil kesimpulan,
karena itu, disimpulkan bahwa banyaknya diasumsikan bahwa bangunan Gereja Kristen
denah Gereja Kristen Jawa Klasis Jawa Klasis Yogyakarta Utara tidak secara
Yogyakarta Utara yang bersifat simetris ialah signifikan menerapkan filosofi arsitektur
sebanyak 80%. Facade ruang ibadah yang tradisional Jawa. Penerapannya hanya
terlihat simetri terlihat pada bangunan GKJ terbatas pada bentuk atap yang memiliki
Sarimulyo, GKJ Maguwoharjo, dan GKJ kemiripan dengan bentuk atap tradisional
Minomartani. Oleh karena itu, disimpulkan Jawa. Namun, kebanyakan desain atap GKJ
bahwa sebanyak 60% facade Gereja Kristen telah dimodifikasi sehingga tidak mengikuti
Jawa Klasis Yogyakarta Utara bersifat bentuk asli dari atap tradisional Jawa. Hal
simetris. yang diterapkan secara signifikan pada
bangunan ialah simbol-simbol Kristiani. Oleh
Hirarki karena itu, sebaiknya pada setiap perenca-
Hirarki dari denah keseluruhan gereja naan dan perancangan gereja menerapkan
yang diteliti memiliki kesamaan. Pusat karakter simbol Kristiani pada unsur
hirarki setiap gereja terletak pada ujung bangunannya.
ruangan yang merupakan area mimbar.
Hirarki tersebut juga ditegaskan dengan Karakter Kristiani pada bangunan
perbedaan ketinggian permukaan lantai; gereja dapat diwujudkan melalui penataan
permukaan area mimbar selalu lebih tinggi organisasi ruang, layout, pemakaian orna-
dibandingkan dengan permukaan lantai men/ragam hias, jendela, dan perabotan.
tempat duduk jemaat. Oleh karena itu, Organisasi ruang ibadah Gereja Kristen Jawa
disimpulkan bahwa persentase Gereja Kris- cenderung berorientasi pada hirarki pusat,
ten Jawa Klasis Yogyakarta Utara yang pusat yaitu mimbar. Bagan 2 menunjukkan urutan
hirarkinya terletak pada ujung tengah organisasi ruang yang umum diterapkan pada
ruangan berseberangan dengan pintu masuk Gereja Kristen Jawa.
ialah 100%. Hirarki secara vertikal pada
facade gereja yang diteliti, semuanya
100
Kaunang, A. M. S. & Herliana, E. T., Identifikasi Unsur-unsur Pembentuk Karakter Arsitektural Bangunan Gereja Kristen Jawa Klasis
Yogyakarta Utara
101
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 10, Nomor 2,Oktober 2012
102