Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Spinal Epidural/Kaudal
Anestesi Umum
Definisi Anestesi Umum
Meniadakan rasa nyeri
secara sentral disertai
dengan hilangnya
kesadaran yang bersifat
reversible.
Fisiologi Hilangnya Kesadaran
Hingga kini fisiologi pasti hilangnya
kesadaran belum sepenuhnya dimengerti.
Teori Meyer-Overton menyatakan
anestesia terjadi jika sejumlah molekul
anestetika inhalasi berdifusi dan "larut"
dalam membrn lipid sel.
Teori lain oleh Pauiling menyatakan
sejumlah molekul zat anestetik berinteraksi
dengan molekul air membentuk clathrates
(mikrokristal yang terhidrasi). Molekul
inilah yang menginhibisi reseptor-reseptor
di SSP
Secara klasik dipercaya bahwa
kesadaran hilang melalui peningkatan
tonus GABA atau inhibisi reseptor yang
diaktivasi glutamat. GABA bersifat
menginhibisi impuls di otak, sedangkan
NMDA dan AMPA bersifat eksitasi.
Gama Aminobutyric Acid (GABA)
GABA adalah neurotransmitter inhibitori di SSP,
bekerja dengan cara berikatan dengan reseptornya di
membran sel. Ikatan ini menyebabkan terbukanya
kanal ion yang memungkinkan masuknya ion Cl- atau
keluarnya ion K+ . Terjadi hiperpolarisasi sel. Obat
yang bekerja pada reseptor GABA memiliki efek
depresif di SSP. Obat-obat ini biasanya bersifat
antiansietas, antikonvulsif, menyebabkan
amnesia dan sebagainya.
Absolut Relatif
Dekompresi Hipertensi
kordis derajat berat/tak
IIIIV terkontrol
(diastolik >110)
AV blok derajat II DM tak terkontrol
total (tidak ada
gelombang P). Infeksi akut
Sepsis
GNA
Anestesia Umum
Keuntungan: Kerugian:
Keuntungan Kerugian
ETT
ETT
Komplikasi Intubasi Endotrakeal
Spasme laring (lariongspasme) akibat
rangsangan nosiseptif pada ujung saraf
jalan napas terutama sekitar laring
akibat anestesi tidak adekuat.
Bradikardi akibat saraf eferen vagus
yang berujung di jantung.
Laringeal mask airway
(LMA)
LMA
Alat supra glotis airway, didesain
untuk memberikan dan menjamin
tertutupnya bagian dalam laring
untuk ventilasi spontan dan
memungkinkan ventilasi kendali
pada mode level (< 15 cm H2O)
tekanan positif.
Classic LMA
LMA Fastrach ( Intubating LMA )
Perbedaan utama
antara LMA clasic
dan LMA Fastrach
yaitu pada tube
baja, handle dan
batang pengangkat
epiglottic.
LMA Proseal
Kelebihan:
Tekanan seal jalan nafas
yang lebih baik.
Terdapat pemisahan
antara saluran pernafasan
dengan saluran
gastrointestinal, dengan
penyatuan drainage tube
yang dapat mengalirkan
gas-gas esofagus atau
memfasilitasi suatu jalur
tube orogastric untuk
dekompresi lambung.
Flexible LMA
Bentuk dan ukuran mask
hampir menyerupai cLMA,
dengan airway tube
terdapat gulungan kawat
yang menyebabkan
fleksibilitasnya meningkat
yang memungkinkan
posisi proximal end
menjauhi lapang bedah
tanpa menyebabkan
pergeseran mask.
Berguna pada
pembedahan kepala dan
leher, maxillo facial dan
THT.
Insersi LMA
Indikasi LMA
a. Sebagai alternatif dari ventilasi
face mask atau intubasi ETT
untuk airway management. LMA
bukanlah suatu penggantian ETT,
ketika pemakaian ETT menjadi
suatu indikasi.
Kerugian:
Jalan napas tak sepenuhnya terlindung
Karena esofagus terhalang, maka tidak
dapat dilakukan pemasangan pipa
nasogastrik.
Anestesi Regional
Anestesi Regional
Anestesia regional telah sangat
populer saat ini. Kemajuan anestesia
regional sangat pesat, bahkan melebihi
anestesia umum.
Penggunaan anestesia regional sangat
bermanfaat, terutama bagi kasus yang
merupakan indikasi kontra anestesia
umum atau berisiko terlalu tinggi
untuk anestesia umum.
Teknik anestesi yang menghasilkan
blokade sistem saraf simpatis,
analgesia atau anestesia sensorik dan
blokade motorik yang bergantung pada
dosis, konsentrasi dan volum anestetika
lokal setelah pemberian melalui jarum
ke plana neuraksial.
Anestesia Regional
Dalam setiap anestesia regional
selalu ada kemungkinan konversi
ke anestesia umum. Oleh sebab itu,
sebelum melakukan anestesia
regional semua kelengkapan
anestesia umum sudah harus siap
tersedia.
Relatif:
Sepsis meningkatkan risiko meningitis
Infeksi di daerah pungsi dengan risiko membawa
mikroorganisme patogen ke dalam CSS yang dapat
mengakibatkan meningitis.
Riwayat gangguan neurologi sebelumnya
Riwayat pembedahan spinal dengan instrumentasi
Kelainan anatomi tulang belakang (skoliosis)
Kondisi jantung yang tergantung pada preload ( stenosis
aorta, kardiomiopati hipertrofi obstruktif)
Komplikasi Anestesi Blok Sentral
Komplikasi akibat respon fisiologis
1. Retensi urin
2. High Block
3. Total Spinal
4. Cardiac arrest
5. Anterior spinal artery syndrome
6. Hornesrs syndrome (miosis, ptosis, anhidrosis)
Komplikasi Anestesi Blok Sentral
Komplikasi yang berhubungan dengan tempat penyuntikan
1. Trauma
Backache
Dural puncture/leak
Postdural puncture headache
Diplopia
tinnitus
2. Kerusakan saraf
Nerve root damage
Spinal cord damage
Cauda equina syndrome
3. Perdarahan
Intraspinal/epidural hematoma
Komplikasi Anestesi Blok Sentral
4. Misplacement
No effect/inadequate anesthesia
Subdural block
Inadvertent subarachnoid block
Inadvertent intravascular injection
5. Catheter shearing/retention
6. Inflammation
arachnoiditis
7. Infection
Meningitis
Epidural abscess
Komplikasi Anestesi Blok Sentral
Drug toxicity
1. Systemic local anesthetic toxicity
2. Transcient neurological symptoms
3. Cauda equina syndrome
Anestesi Spinal
Indikasi Anestesi Spinal
Bedah ekstremitas bawah
Bedah panggul
Tindakan sekitar rektum perineum
Bedah obstetrik-ginekologi
Bedah urologi
Bedah abdomen bawah
Anestesi Spinal
Teknik Anestesi Spinal
1. Setelah dimonitor,
tidurkan pasien
misalkan dalam
posisi lateral
dekubitus. Beri
bantal kepala, selain
enak untuk pasien
juga supaya tulang
belakang stabil. Buat
pasien membungkuk
maximal agar
processus spinosus
mudah teraba. Posisi
lain adalah duduk.
Teknik Anestesi Spinal
2. Tempat penyutikan: penyuntikan obat
pada ketinggian L2-3 atau L3-4
memudahkan penyebaran obat ke arah
kranial, sedangkan penyuntikan pada L4-
5 karena bentuk vertebra memudahkan
obat berkumpul di daerah sakral.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Ketinggian Blok Anestesi Spinal
1. Umur
Pada usia tua, penyebaran obat anestesia lokal lebih ke
sefal akibat dari ruang subaraknoid dan epidural menjadi
lebih kecil dan terjadi penurunan progresif jumlah cairan
cerebrospinal.
2. Tinggi badan
makin tinggi pasien, makin panjang medula spinalisnya
dan volum cairan serebrospinal di bawah L2 makin
banyak sehingga pasien memerlukan dosis yang lebih
besar daripada yang pendek.
3. Berat badan
pada pasien gemuk terjadi penurunan volume cairan
serebrospinal berhubungan dengan penumpukan lemak
dalam rongga epidural, sehingga mempengaruhi
penyebaran obat anestesia lokal dalam ruang
subaraknoid.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Ketinggian Blok Anestesi Spinal
4. Jenis kelamin
jenis kelamin tidak berpengaruh langsung terhadap
penyebaran obat anestesia lokal dalam cairan
serebrospinal sepanjang semua faktor yang
berpengaruh adalah tetap.
5. Tekanan intraabdominal
Peningkatan tekanan intraabdominal sering dikaitkan
dengan peningkatan penyebaran obat anestesia lokal
dalam ruang subaraknoid.
6. Kecepatan penyuntikan
Makin cepat penyuntikan obat makin tinggi tingkat
analgesia yang tercapai.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Ketinggian Blok Anestesi Spinal
7. Dosis: makin besar dosis makin besar intensitas
hambatan.
8. Berat jenis: penyebaran obat hiperbarik dan hipobarik
dalam cairan serebrospinal dipengaruhi oleh posisi
pasien. Penyebaran obat isobarik selama dan sesudah
peyuntikan tidak dipengaruhi oleh posisi pasien.
9. Konsentrasi larutan: pada umumnya intensitas
analgesia meningkat dengan bertambah pekatnya
konsentrasi larutan obat anestesia lokal.
10. Manuver valsava : mengejan akan meninggikan
tekanan cairan serebrospinalis, sehingga analgesia
yang dicapai lebih tinggi, terutama bila dilakukan oleh
pasien segera setelah penyuntikan obat ke dalam ruang
subaraknoid
Anestesi Spinal
Pembedahan
Pasien menolak di tempat
Infeksi sistemik
Kontra Indikasi Absolut
Kontraindikasi Kontroversial
Kontra Indikasi Relatif
Infeksi pada tempat injeksi
Infeksi sekitar
suntikan Pasien yang
tempat suntikan
Hipovolemia berat tidak dapat
atau syok Kelainan berkomunikasi
terapi koagulan neurologis
Prediksi bedah
Tekanan intrakranial Kelainan psikis yang berjalan
meningkat Prediksi bedah lama
Fasilitas resusitasi yang berjalan Kehilangan
minimal lama banyak darah
Kurang pengalaman Penyakit
tanpa didampingi Teknik
jantung pembedahan
konsulen anestesi
Hipovolemia dengan
Terdapat perdarahan
intra atau ekstra ringan penekanan
kranial Nyeri punggung pada sistem
Stenosis aorta berat kronik pernapasan
Stenosis mitral berat
ALAT DAN OBAT-OBATAN
ANESTESI SPINAL
Alat
Obat-obatan
premedikasi
Teknik regional dapat dilakukan
Teknik Anestesi
dilakukan setelah atau
Umum
terlebih dahulu sebelum epidural
atau spinal
TIGA PENDEKATAN DASAR
UNTUK KOMBINASI
ANESTESI EPIDURAL-UMUM
1. Mengabaikan kateter epidural sampai akhir
prosedur, dengan mengatur waktu dosis muatan
anestesi epidural seperti 0,25% bupivacaine atau
0,5% ropivacaine disuntikkan sebelumnya.
2. Menggunakan anestesi lokal sangat encer, seperti
0,125% bupivacaine dengan fentanyl 2 g/cc,
selama prosedur dan untuk mengelola tambahan
opioid yang diperlukan untuk mengontrol tekanan
darah dan nadi
3. Memikirkan pengelolaan anestesi dasarnya
sebagai anestesi regional. Anestesi ampuh lokal
seperti 0,5% ropivacaine digunakan dari awal
operasi dan berlanjut sepanjang prosedur. Dalam
hal ini, obat tambahan seperti sebagai propofol
atau agen inhalasi dosis rendah digunakan hanya
untuk menghasilkan ketidaksadaran.
ANESTESI KOMBINASI
Indikasi Kontra Indikasi