Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Yudi Sutarso
Jurusan Manajemen, STIE Perbanas Surabaya.
Jl. Nginden Semolo 36 Surabaya 60118, 031-5947151-2, Fax:031- 5935937
E-mail : ysutarso@hotmail.com
ABSTRAK
Kualitas dalam manajemen memiliki pengertian yang beragam, tergantung pada perspektif yang digunakan dan
tujuan yang akan dicapai. Tidak dapat diingkari kualitas bagi suatu organisasi menjadi hal terpenting dalam
usaha mempertahankan dan mengembangkan kinerja organisasi. Perguruan tinggi di Indonesia, juga merupakan
komponen organisasi yang perlu mengembangkan kinerja kualitas dalam kesehariannya. Salah satu perspektif
pengembangan kualitas pada perguruan tinggi adalah melalui pengukuran kepuasan pelanggan. Kepuasan
pelanggan diakui sangat penting dalam menentukan kesuksesan pengelolaan kualitas pada organisasi. Metode
kepuasan pelanggan telah berkembang pesat pada organisasi bisnis, sekalipun pada kasus perguruan tinggi di
Indonesia hal tersebut belum secara luas diimplementasikan. Kepuasan pelanggan secara prinsip merupakan
kesesuaian antara harapan dan kenyataan yang diperoleh oleh pelanggan. Artikel ini berusaha mengeksplorasi
dimensi pengembangan kualitas dari perguruan tinggi di Indonesia khususnya dari perspektif pelanggan.
Keterbatasan kajian literatur menyangkut tema tersebut menjadi motivasi penulisan artikel ini. Pertanyaan yang
akan dijawab dari artikel ini adalah bagaimana kepuasan pelanggan digunakan sebagai aspek penting dalam
pengelolaan kualitas dan bagaimana pengukuran kepuasan pelanggan pada perguruan tinggi dapat dilakukan.
Implikasi manajerial dan riset juga didiskusikan dalam artikel ini.
ABSTRACT
Quality in management has various definitions, based on the perspectives used and the goal to be achieved. It
cant be denied that the quality for organization is crucial to maintaining and developing organizational
performance. Higher education in Indonesia is also one of organizations that should develop quality
performance. One of the developing quality perspectives in higher education is through measuring customer
satisfaction. Customer satisfaction is recognized as important aspect to acheive success on developing quality in
organization. The development of measuring customer satisfaction as quality indicators was widely implemented
on business organization, although its has not yet been in higher education in Indonesia. Customer satisfaction
principally means suitability the customers expectation and what they really get. This article tries to explore
developing quality dimension from higher education in Indonesia, particularly fram customer perspective. The
question to be answered by this article is how customer satisfaction is used as important aspect to enhancing
quality in higher education, and how measuring customer satisfaction in higher education is done. Managerial
and research implication is also discussed in this article.
77
Yudi Sutarso
Kepuasan Pelanggan pada Perguruan Tinggi : Mengukur Kinerja Kualitas dari Perspektif Pelanggan
model pengukuran kualitas perguruan tinggi di Kekuatan produk, keindahan bentuk, kerapian
Indonesia. Penulis menggunakan inisial perguruan tampilan, ketepatan ukuran, dan sebagainya adalah
tinggi X oleh karena permintaan obyek penelitian, penilaian kualitas yang berkonotasi barang, dimana
disamping bahwa maksud pembahasan dalam artikel keberadaanya dapat dilihat, diraba, didengar ataupun
ini adalah lebih untuk memberikan gambaran dirasakan, atau bahwa terdapat alat ukur obyektif
mengenai bagaimana mengukur kepuasan yang cukup handal untuk mengukur kualitas
pelanggan. Pembahasan akan terdiri dari 1) tujuan tersebut. Sedangkan untuk jasa predikat kualitas
dan output penelitian, 2) tinjauan teoritis; 3) tersebut menjadi kurang bermakna, oleh karena
metodologi yang digunakan dalam penelitian, 4) karakteritik jasa yang berbeda dengan barang.
contoh pengukuran pada salah beberapa aspek Karakteritik jasa pada dasarnya adalah tidak
layanan jasa pendidikan, 5) kesimpulan; dan 6) berwujud, beranekaragam, dan menyatu
implikasi manajerial dan riset. (Parasuraman et.al 1985). Jasa merupakan entitas
produk yang tidak berwujud, lebih merupakan
2. TUJUAN DAN OUTPUT PENELITIAN kinerja daripada obyek fisik dan penyedia jasa lebih
Penelitian ini dilakukan dengan empat tujuan utama, sulit menentukan keseragaman atau standard sebuah
yaitu antara lain : 1) mengetahui tingkat kepuasan layanan atau jasa. Jasa tidak dapat dihitung, diukur,
pelanggan (mahasiswa) terhadap layanan disimpan, dicoba dan diverifikasi oleh konsumen
keseluruhan dari jasa pendidikan perguruan tinggi ketika konsumen akan membelinya. Sehingga
X; 2) untuk mengetahui tingkat kepuasan karakteristik ini berakibat pada sulitnya konsumen
pelanggan terhadap layanan tertentu yang diberikan mengukur kualitas jasa. Jasa juga merupakan entitas
oleh perguruan tinggi X, yang meliputi : layanan produk yang heteroginitasnya sangat tinggi. Jasa
administrasi, perkuliahan, satpam, parkir, toilet, beranekaragam tergantung pada produsernya,
kantin, perpustakaan, koperasi, organisasi konsumennya, waktunya dan tempatnya. Sehingga
kemahasiswaan, akses informasi, dan sarana; 3) dari karakteritik ini berakibat bahwa pada dasarnya
mengetahui faktor yang menjadi penyebab tidak ada produk jasa yang sama persis. Jasa juga
ketidakpuasan dari layanan jasa perguruan tinggi merupakan entitas produk yang menyatu, yaitu tidak
X; 4) untuk mengetahui perbedaan tingkat bisa dipisahkan waktunya antara kapan diproduksi
kepuasan pelanggan dari berbagai karakteristik dan kapan dikonsumsi. Sehingga evaluasi atas
pelanggan jasa perguruan tinggi X. kualitas jasa tidak ditentukan hanya oleh keluaran
Penelitian ini juga akan menghasilkan beberapa saja, namun juga melibatkan proses penyampaian
output yang dapat bermanfaat bagi pengelolaan jasa jasa.
pendidikan tinggi X, yaitu yaitu antara lain : 1) Konsepsi pengukuran kualitas jasa pertama kali
deskripsi tingkat kepuasan pelanggan baik secara dikemukakan oleh Parasuraman et. al. (!985). Dalam
umum maupun bagian-perbagian; 2) deskripsi faktor konseptualisasi tersebut, kualitas jasa diukur dari
ketidakkepuasan pelanggan; 3) indeks awal dari perspektif kinerja dibandingkan dengan harapan
kepuasan pelanggan perguruan tinggi X; dan 4) pelanggan. Terdapat lima kesenjangan yang melekat
model penelitian kepuasan pelanggan bagi dalam konseptualisasi ini, yaitu misalnya
perguruan tinggi sehingga dapat digunakan untuk kesenjangan antara jasa yang diharapkan pelanggan
penelitian berikutnya. dengan persepsi manajemen terhadap harapan
pelanggan, kesenjangan antara yang diharapkan
3. TINJAUAN PUSTAKA. dengan yang didapatkan, dan sebagainya. Sedangkan
3.1. Kualitas Jasa determinan dalam konsep kualitas jasa terdiri dari
Beragam definisi mengenai kualitas dapat ditemui di sepuluh hal, yaitu : Acces, Communication,
berbagai literatur, yang sebagian besar berbeda oleh Competence, Courtesy, Credibility, Reliability,
karena perspektif dan setting yang digunakan. Responsiveness, Security, Tangibles, dan
Misalnya Crosby (1979) mendefinisikan kualitas Understanding. Konsep kualitas jasa ini adalah salah
sebagai kesesuaian dengan kebutuhan (corformance satu konsep yang paling banyak diterima oleh baik
to requairements), Garvin (1983) memberikan peneliti maupun praktisi sebagai panduan.
definisi kualitas sebagai jumlah keseluruhan Sekalipun diterima oleh panyak peneliti dan
kegagalan internal dan kegagalan eksternal diadopsi dalam aktivitas marketing, konseptualisasi
(Parasuraman et. al. 1985). Kualitas juga dapat SERVQUAL juga banyak mendapatkan tantangan.
didefinisikan sebagaimana filosofi orang jepang Butle (1996) memberikan kritik terhadap konsepsi
sebagai zero defects doing it right the first time. SERVQUAL , dengan menyatakan bahwa konsepsi
Atau mengerjakan dengan benar sekali tanpa in gagal membangun teori ekonomi, statistik dan
pengulangan dengan tidak ada kesalahan. psikologi, dan secara praktek sedikit bukti yang
Definisi kualitas biasanya lebih sering dan lebih menyatakan bahwa pelanggan mengukur kualitas
mudah digunakan dalam konteks barang (physical jasa dalam terminologi kinerja dan harapan. Juga
object). Untuk jasa, penilaian dan pendifinisian dikatakan bahwa kualitas jasa lebih menekankan
kualitas menjadi lebih rumit dan lebih sulit. pada penyampaian jasa, dan bukan pada keluaran
Pengetahuan mengenai kualitas untuk barang yang dari layanan jasa, serta lima kualitas jasa bukanlah
selama ini sering digunakan tidak cukup untuk hal yang universal. Cronin dan Teyler (1992) juga
memahami bagaimana kualitas sebuah jasa. memberikan kritikan terhadap konsepsi
78
Seminar Teknik Industri dan Manajemen Produksi III 2003
New Role of Industrial Eng & Management Science in Shaping The Future of Indonesian Ind.
79
Yudi Sutarso
Kepuasan Pelanggan pada Perguruan Tinggi : Mengukur Kinerja Kualitas dari Perspektif Pelanggan
disebut dengan metode survei (Aaker, Kumar, dan 4.5. Operasionalisasi dan Pengukuran.
Day 2001; Indriantoro dan Supomo 1999) atau Untuk mengoperasionalisasi konstruk kepuasan
Direct Questioning Technique (Crask, Fox, dan pelanggan peneliti menggunakan item yang
Stout 1995). merepresentasikan dimensi kualitas jasa dari
Parasuraman (1991a; 1991b) dan Parasuraman dan
4.3. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel. Berry (1985;1988). Dimensi pengukuran kualitas
Penelitian ini menggunakan populasi pelanggan jasa tersebut terdiri dari reliability, responsiveness,
eksternal yaitu mahasiswa aktif perguruan tinggi competence, accessibility, courtesy, communication,
X jurusan akuntansi dan manajemen. Dalam credibility, security, understanding, dan tenggibility.
penelitian ini, peneliti melakukan pengambilan Dimensi tersebut selanjutnya dikombinasi dengan
sampel dengan metode kombinasi antara stratified item yang memberikan deskripsi dimensi ektra dari
random sampling dan cluster sampling. Penggunaan kepuasan pelanggan pada jasa pendidikan tinggi
metode ini semata-mata untuk mendapatkan (Aldridge dan Rowley 1998; Cheng dan Tam 1997)
representasi yang cukup dari populasi. Dalam dan dimensi lain dari konteks lain misalnya
menentukan sampel, peneliti melakukan tiga tahap perbankan (Allred 2001; Athanassopoulos, Gounaris
kegiatan. Pertama, peneliti membuat profiling dan Stathakopoulos 2002), industri manufaktur
populasi konsumen eksternal. Kedua, peneliti (Kelley, Davies dan Kangis 2002), jasa
membuat pengelompokan dengan klasifikasi tertentu intermediator (Wiele, Boselie dan Hesselink 2002)
terhadap populasi konsumen eksternal. Ketiga, dan sebagainya. Skala pengukuran terhadap
berdasarkan klasifikasi populasi tersebut responden konstruk kepuasan adalah skala interval. Dengan
pada masing-masing klasifikasi dipilih secara menggunakan skala ini, konstruk yang akan diukur
random. Jumlah sampel yang direncanakan untuk dijabarkan kedalam komponen-komponen yang
populasi ini adalah 500 responden, namun berhasil terukur, kemudian dijadikan titik tolak untuk
disebar sebanyak kurang lebih 400 responden dan menyusun item pertanyaan yang kemudian dijawab
kembali layak analisis sebanyak 237. Pada tahap oleh responden. Bagi analisis kuantitatif maka
dua, penyebaran kuesioner dalam rangka jawaban responden diberi skor, yaitu mulai dari skor
memberikan validasi data, maka disebarkan satu sampai lima atau enam. Semakin tinggi skor
sebanyak kurang lebih 100 kuesioner, yang teknik berarti semakin baik atau tinggi nilai indikator
samplingnya menggunakan metode konvenien. tersebut. Dalam hal ini peneliti antara lain
menggunakan skala yang merentang dari sangat
4.4. Instrumentasi. tidak setuju dengan skor satu, hingga sangat
Agar diperoleh instrumen yang benar-benar bisa setuju dengan skor lima.
valid dan memiliki kehandalan tinggi (reliable)
maka peneliti melakukan proses instrumentasi, yang 4.6. Analisis Data.
terdiri dari tiga tahap, yaitu studi literatur, survei Analisis yang digunakan dalam penelitian ini
pendahuluan, dan penyebaran kuesioner. Dalam menggunakan berbagai analisis. Pertama adalah
tahap studi literatur peneliti mencari literatur yang analisis skor, yaitu analisis yang dilakukan untuk
berhubungan dengan topik penelitian yaitu kepuasan menemukan karakteristik data berdasarkan skor
pelanggan dan melakukan serangkaian diskusi pengukuran. Analisis ini akan menghasilkan skor
dengan pihak yang kompeten dalam topik penelitian dari masing-masing dimensi kepuasan yang akan
yang bisa memberikan masukan bagi intrumen menjadi nilai awal dari indeks kepuasan pelanggan.
penelitian, selanjutnya membuat kisi-kisi instrumen Analisis kedua adalah analisis dengan ANOVA,
penelitian. Dalam tahap survei pedahuluan, peneliti yaitu untuk melihat deskripsi lebih lanjut mengenai
selanjutnya melakukan survei pendahuluan terhadap kepuasan pelanggan antar berbagai subsampel
obyek penelitian. Hal ini dimaksudkan agar dasar
teoritik yang didapatkan pada tahap sebelumnya 5. ANALISIS
bisa sesuai dengan konteks penelitian. Dan 5.1. Deskripsi Responden
selanjutnya jika survei pendahuluan telah dilakukan, Berdasarkan angkatan maka responden penelitian ini
dibuat instrumen penelitian berupa kuesioner awal, terdiri dari enam persen anggkatan 1999 kebawah
dan dilengkapi dengan diskusi kelompok terhadap (15), 33,8 persen angkatan 2000 (80), 38,8 persen
beberapa kelompok dalam populasi. Pada tahap angkatan 2001 (92), dan 21,1 persen angkatan 2002.
penyebaran, agar intrumen penelitian bisa Berdasarkan jurusan maka sebanyak 52,3 persen
memenuhi kualifikasi validitas dan reliabilitas yang (124) adalah jurusan manajemen dan 47,7 persen
cukup, maka peneliti melakukan pengujian pada 50 angkatan 2002 (113). Berdasarkan program studi
responden (sampel kecil) dan selanjutnya melakukan responden penelitian ini terdiri dari 6,8 persen D3
revisi instrumen. Hasil instrumen yang telah direvisi manajemen (16), 45,6 persen dari S1 manajemen
tersebut selanjutnya dijadikan instrumen atau (108), 38,4 persen dari S1 Akuntansi (91), dan 9,3
kuesioner akhir dan disebarkan kepada responden persen dari D3 Akuntansi (22). Jika dilihat dari jenis
populasi pelanggan mahasiswa. Penyebaran kelamin, responden penelitian ini terdiri dari 27,4
kuesioner dilakukan dua kali dalam jarak satu persen (65) adalah mahasiswa laki-laki, dan 72,6
minggu untuk reponden utama dan responden persen adalah wanita (172). Berdasarkan status
validasi. keorganisasian responden terdiri dari 21,1 persen
80
Seminar Teknik Industri dan Manajemen Produksi III 2003
New Role of Industrial Eng & Management Science in Shaping The Future of Indonesian Ind.
81
Yudi Sutarso
Kepuasan Pelanggan pada Perguruan Tinggi : Mengukur Kinerja Kualitas dari Perspektif Pelanggan
keluhan terhadap layanan jasa pendidikan Perguruan 8 Petugas lambat saat melayani saya 112 47
tinggi X. 9 Petugas tidak ramah dan tidak sopan 110 46
Gambaran perbedaan karakteristik pelanggan
10 Sering diping-pong 110 46
terhadap tingkat kepuasan dapat dijelaskan sebagai
berikut. Analisis perbedaan karakteritik dilakukan 11 Tidak segera dilayani 105 44
dengan uji ANOVA untuk yang lebih dari dua sub
sampel. Hasil analisis menunjukkan antra lain Faktor yang paling dikeluhkan dari layanan
Tahun angkatan tidak mempengaruhi tingkat administrasi adalah sebagai berikut :
kepuasan pelanggan, atau dengan kata lain Jumlah
No Deskripsi (%)
(orang)
perbedaan tahun angkatan tidak menunjukkan
perbedaan tingkat kepuasan. Rata-rata skor 1 Antrian panjang 61 27,5
kepuasan dari skor maksimal 7 (sangat puas), 2 Prosedur administrasi berbelit-belit 42 18,9
angkatan 1999 dengan skor 3,64, angkatan 2000 3 Petugas tidak ramah dan tidak sopan 21 9,5
dengan skor 3,84, angkatan 2001 dengan skor 3,74, 4 Loket kecil dan sempit 15 6,8
dan angkatan 2002 dengan skor 3,60. Skor ini 5 Sering diping-pong 12 5,9
menunjukkan tingkat kepuasan pelanggan yang
berada pada posisi antara kurang puas (skor 3) dan 5.4.2. Layanan Perkuliahan
netral (skor 4). Hal-hal yang sering menjadi penyebab
Perbedaan jurusan dan program studi juga ketidakpuasan dari layanan perkuliahan adalah
menunjukkan hasil yang serupa dengan perbedaan sebagai berikut :
angkatan. Dimana skor tingkat kepuasan pada D3
Manajemen sama dengan 3,13, S1 Manajemen Jumlah
sebesar 3,73, S1 Akuntansi sebesar 3,84, dan D3 No Pernyataan (%)
(orang)
Akuntansi sebesar 3,84. 1 Beban tugas kuliah terlalu berat 152 64
2 Dosen menilai terlalu mahal 150 63
5.2. Tingkat Kepuasan Perbagian Dosen merokok saat kuliah
Secara sederhana tingkat kepuasan pelanggan Jasa 3 berlangsung 125 53
Perguruan tinggi X dapat dijabarkan sebagai Ruang kuliah sering terganggu suara
berikut (Angka menunjukkan persentase jumlah 4 dari luar 123 52
mahasiswa dengan respon tertentu dari total 5 Penyelenggaraan kelas membosankan 109 46
sampel):
6 Kursi kuliah tidak nyaman 105 44
JENIS 7 Tidak ada tempat menunggu kuliah 105 44
STP TP KP N HP P SP Dosen menggunakan literatur
LAYANAN
Keseluruhan 2.6 9.1 44.3 10.9 22.2 10.4 0.4 8 berbahasa Inggris 104 44
Administrasi 3.5 13.1 46.7 17.5 14.8 3.9 0.4 Literatur yang digunakan sulit
Perkuliahan 4.0 3.8 30.2 23.4 26.8 14.0 0.9 9 didapatkan 98 41
Satpam 0.9 1.3 14.0 28.1 13.2 36.0 6.6
10 Dosen terlambat datang 93 39
Parkir 1) 3.5 15.0 28.1 15.0 24.8 13.3 0.0
Toilet 4.3 12.9 30.5 15.0 24.0 12.9 0.4
Kantin 4.3 16.2 40.6 17.1 15.8 6.0 0 Faktor yang paling dikeluhkan dari layanan
Perpustakaan 1.3 6.6 25.1 24.2 22.9 18.9 0.9 perkuliahan adalah sebagai berikut :
Koperasi 3.0 12.1 36.8 22.5 16.5 9.1 0
Orkem2) 1.7 7.7 27.6 38.1 9.4 13.8 1.7 Jumlah
Informasi 0.4 4.9 23.0 36.7 15.0 16.4 3.5 No Pernyataan (%)
(orang)
Sarana 0.9 3.9 18.9 27.0 22.7 23.6 3.0
1) Persentasi didasarkan pada jumlah mahasiswa yang membawa 1 Beban tugas kuliah terlalu berat 45 20.7
kendaraan; 2) Persentasi didasarkan pada jumlah mahasiswa 2 Dosen menilai terlalu mahal 40 18.4
yang non aktivis organisasi
3 Penyelenggaraan kelas membosankan 16 7.4
Dosen merokok saat kuliah
5.4. Faktor Ketidakpuasan 4 berlangsung 10 4.6
5.4.1. Layanan Administrasi Tidak ada petunjuk yang jelas
Hal-hal yang sering menjadi penyebab 5 mengenai perubahan jadwal kuliah 9 4.1
ketidakpuasan dari layanan administrasi adalah
6 Dosen memberikan ancaman 8 3.7
sebagai berikut :
Jumlah 7 Dosen terlambat datang 7 3.2
No Pernyataan (%) 8 Dosen tidak sopan 7 3.2
(orang)
1 Antrian panjang 196 83
2 Loket kecil dan sempit 178 75 6. KESIMPULAN
Penelitian ini memberikan beberapa kesimpulan
3 Loket administrasi tidak nyaman 162 68
mengenai kepuasan pelanggan jasa pendidikan
4 Prosedur administrasi berbelit-belit 150 63 perguruan tinggi X, yaitu antara lain :
5 Loket administrasi tidak menarik 137 58 Pertama, dari analisis dihasilkan bahwa tingkat
6 Preses penyelesaian lama 130 55 kepuasan pelanggan perguruan tinggi X masih
7 Tidak ada tempat menunggu 126 53 pada tingkat kurang puas. (Berada pada skor 3
82
Seminar Teknik Industri dan Manajemen Produksi III 2003
New Role of Industrial Eng & Management Science in Shaping The Future of Indonesian Ind.
(tiga) dari 7 (tujuh) rentang skala). Tingkatan ini melakukan perbaikan. Sehingga perguruan tinggi
masih dibawah netral dan puas, artinya untuk X sudah seharusnya secara reguler melakukan
mencapai tingkatan puas perlu dua tingatan lagi. survey kepuasan pelanggan agar mengetahui tingkat
Tingkat kepuasan ini berlaku baik terhadap layanan kepuasan pelanggan dan perbaikan yang diperlukan.
keseluruhan, yaitu layanan total yang diberikan
perguruan tinggi X. Hal ini dapat dilihat secara Kedua, dalam jangka satu tahun kedepan perbaikan
visual dari kenyataan bahwa sebagian besar yang diperlukan bagi upaya meningkatkan kepuasan
responden (persentasi terbesar) berada pada tingkat pelanggan adalah sebagaimana tercermin dalam
kurang puas. Hanya 10,4 persen saja pelanggan pembahasan sebelumnya. Aspek kecil-kecil
yang merasa puas terhadap layanan total, 0.4 sebagaimana tergambar dalam pembahasan
persen yang sangat puas, selebihnya 89.2 berada sebelumnya merupakan hal yang perlu diperbaiki.
pada posisi maksimal hampir puas. Sebab pengembangan kepuasan pelanggan bukanlah
selalu harus program yang besar, terstruktur dan
Kedua, tingkat kepuasan pada layanan tertentu sophisticated namun akan lebih mudah jika
(bagian-perbagian), dapat disimpulkan bahwa dilakukan dengan hal kecil, sederhana, ditail tapi
sebagian besar persentase responden berada pada konsisten konsisten.
tingkat kepuasan kurang puas (administrasi,
perkuliahan, parkir, toilet, kantin, perpustakaan, Ketiga, beberapa kenyataan temuan penelitian ini
koperasi), sedangkan layanan organisasi menunjukkan perlunya edukasi pelanggan agar
kemahasiswaan, akses informasi dan sarana berada kepuasan pelanggan bisa meningkat. Edukasi
pada tingkatan netral, dan layanan satpam berada pelanggan diharapkan akan menurunkan tingkat
pada tingkat puas. Kondisi tingkat kepuasan pada harapan pelanggan, atau mengurangi keberadaan
layanan bagian perbagian dapat dikatakan serupa pelanggan yang tidak rasional, yang hal ini juga
dengan kondisi pada layanan keseluruhan. berarti meningkatkan kepuasan pelanggan.
83
Yudi Sutarso
Kepuasan Pelanggan pada Perguruan Tinggi : Mengukur Kinerja Kualitas dari Perspektif Pelanggan
9. Cheng, Yin Cheong, dan Wai Ming Tam Quality Measurement, Journal of Retailing, 69
(1997),Multi-models of Quality in Education, (Spring), 140-7.
Quality Assurence in Education, 5 (1), 22-31. 18. Parasuraman, A., Z.A. Zaithaml dan L.L. Berry
10. Cronin, JJ. Jr. dan Taylor, S.A. (1985),A Conceptual Model of Service Quality
(1992),Measuring Service Quality : A and Its Implications for Future Research,
Reexamination and Extension, Journal of Journal of Marketing, 43 (Fall), 41-50.
Marketing, 56 (July),55-68. 19. Parasuraman, A., Z.A. Zaithaml dan L.L. Berry
11. Cronin, JJ. Jr. dan Taylor, S.A. (1988),A Multipe-item Scale for Measuring
(1994),SERVPERF and SERVQUAL : Consumer Perceptions of Service Quality,
Reconciling Performance based and Perception- Journal of Retailing, 64 (1), 12-40.
Minus-Expectations Measurement of Service 20. Rampersad, Hubert (2001),75 Painful
Quality,Journal of Merketing, 60 (April),31-46. Questions About Your Customer Satisfaction,
12. Garbarino, Ellen, dan Merks S, Johnson The TQM Megazine, 13 (5), 341-347.
(1999), The different Role of Satisfaction, 21. Rust, Roland T, dan Anthony J. Zahorik
Trust, and Commitment in Customer (1993),Customer Satisfaction, Customer
Relationships, Journal of Marketing, 63 (April) Retention, and Market Share, Journal of
70-87. Retailing, 69 (2), 193-215.
13. Lawrence, John J, dan Michael A. McCollough 22. Vranesevic, Tihomir, Claudio Vignali dan
(2001),A Conceptual Framework for Daniella Vignali (2002),Culture in Defining
Guaranteeing Higher Education, Quality Consumer Satisfaction in Marketing,European
Assurence in Education, 9 (3), 139-152. Business Review, 14 (5), 364-374.
14. Lee-Kelley, Liz, Sara Davies dan Peter Kangis 23. Wiele,Ton Van Der, Paul Boseline dan Martijn
(2002), Service Quality for Customer Retention Hesselink (2002),Empirical Evidence for The
in UK Steel Industry : Old Dogs and New Relationship between Customer Satisfaction and
Tricks?, European Business Review, 14 (4), Business Performance, Managing Service
274-286. Quality, 12 (3), 184-193.
15. Parasuraman, A., L.L. Berry, dan Z.A. 24. Williems, Roger, dan Rolf Visser
Zaithaml (1991a),Understanding Customer (2002),Customer Satisfaction : It is Dead but It
Expectations of Service, Sloan Mangement will not Lie Down, Managing Service Quality,
Review, 32 (Spring), 39-48. 12 (3),194-200.
16. Parasuraman, A., L.L. Berry, dan Z.A. 25. Wirtz, Jochen (2001),Improving The
Zaithaml 1991b),Refinement and Reassessment Measurement of Customer Satisfaction : A Test
of SRVQUAL Scale, Journal of Retailing, (67 of Three Methods to Reduce Halo, Managing
(4), 420-50. Service Quality, 11 (2), 99-111.
17. Parasuraman, A., L.L. Berry, dan Z.A.
Zaithaml 1993), More on Improving Service
84