Sie sind auf Seite 1von 37

PENGARUH PEMBERIAN AIR KELAPA MUDA TERHADAP

KADAR LDL
Studi Eksperimental Terhadap Tikus Putih Jantan Galur Wistar
yang Diinduksi Tinggi Lemak

Usulan Penelitian untuk Skripsi


untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai gelar Sarjana Kedokteran

Oleh :
Alfiza Nismala Sari
30101206813

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2015
Usulan Skripsi
PENGARUH PEMBERIAN AIR KELAPA MUDA TERHADAP
KADAR LDL
Studi Eksperimental Terhadap Tikus Jantan Galur Wistar
yang Diinduksi Tinggi Lemak

diajukan oleh:
Alfiza Nismala Sari
3010.1206.813

Telah disetujui oleh :

Pembimbing I

dr. Hj. Danis Pertiwi, M.Si, Med. Sp.PK Tanggal 14 Agustus 2015
Pembimbing II

Siti Thomas, SKM, M.Kes Tanggal 14 Agustus 2015

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................... 4
1.4.1 Manfaat Teoritis............................................................ 4
1.4.2 Manfaat Praktis ............................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 5
2.1 LDL (Low Density Lippoprotein)............................................. 5
2.1.1. Definisi LDL................................................................. 5
2.1.2. Metabolsisme LDL ..................................................... 5
2.1.3. Biosintesis LDL ............................................................ 6
2.1.4. Reseptor LDL ............................................................... 7
2.1.5. Faktor yang mempengaruhi Kadar LDL darah ............. 8
2.1.6. Pemeriksaan Kadar LDL .............................................. 9
2.2 Kelapa ..................................................................................... 10
2.2.1 Definisi Kelapa ............................................................. 10
2.2.2 Taksonomi ................................................................... 11
2.2.3 Morfologi ...................................................................... 12
2.3 Simvastatin .............................................................................. 13
2.3.1 Definisi ........................................................................ 13
2.3.2 Mekanisme Kerja ......................................................... 13
2.4 Kandungan Kimia dan peranan Air Kelapa Muda .................. 14
2.4.1 L-Arginin ...................................................................... 14
2.4.2 Vitamin C ..................................................................... 15

iii
2.4.3 Polifenol ....................................................................... 15
2.5 Telur Puyuh ............................................................................. 16
2.6 Tikus Jantan Galur Wistar ...................................................... 16
2.7 Pengaruh Pemberian Air Kelapa Muda terhadap Kadar LDL.. 16
2.8 Kerangka Teori ......................................................................... 18
2.9 Kerangka Konsep ..................................................................... 19
2.10Hipotesis ................................................................................... 19
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 20
3.1 Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian ............................... 20
3.2 Variabel dan Definisi Operasional ........................................... 20
3.2.1 Variabel Penelitian........................................................ 20
3.2.1.1. Variabel bebas ............................................... 20
3.2.1.2 Variabel terikat .............................................. 20
3.2.1.3 variabel Prakondisi ......................................... 20
3.2.2 Definisi Operasional ..................................................... 20
3.3 Populasi dan Sampel................................................................. 21
3.3.1 Populasi Penelitian ....................................................... 21
3.3.2 Sampel Penelitian ........................................................ 22

3.4 Instrumen Penelitian ................................................................. 23


3.4.1 Instrumen penelitian .................................................... 23
3.4.2 Bahan Penelitian .......................................................... 23
3.5 Cara Penelitian.......................................................................... 23
3.6 Tempat dan Waktu ................................................................... 26
3.6.1 Tempat penelitian ........................................................ 26
3.6.2 Waktu Penelitian .......................................................... 26
3.7 Alur Kerja ................................................................................. 27
3.8 Analisa hasil ............................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 29

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Buah kelapa merupakan salah satu buah yang banyak tumbuh di negara-
negara tropis dan salah satunya di Indonesia. Indonesia merupakan penghasil
buah kelapa terbesar. Di Indonesia, masyarakat belum banyak mengetahui
tentang khasiat yang dimiliki oleh buah kelapa. Salah satu komponen buah
kelapa adalah air kelapa. Air kelapa merupakan 25% bagian dari buah kelapa
dan memiliki banyak kandungan senyawa yang bermanfaat (Aryo Bogadenta,
2013). Beberapa senyawa di dalam air kelapa di antaranya L-Arginin, polifenol
dan vitamin C yang dilaporkan bersifat hipolipidemik (Manisha et al, 2011).
Senyawa yang terkandung dalam air kelapa muda tersebut mempunyai
pengaruh terhadap kadar kolesterol HDL, VLDL dan LDL (Bhagya, 2010).
Saat ini belum banyak penelitian tentang air kelapa muda terhadap kadar lipid
dalam darah, terutama pengaruh air kelapa muda terhadap kadar LDL.
Penyakit jantung koroner merupakan penyakit yang banyak terjadi di
masyarakat Indonesia. Ketidak seimbangan kadar kolesterol yaitu terjadinya
peningkatan kadar LDL dan penurunan kadar HDL merupakan risiko tertinggi
terjadinya penyakit jantung koroner (Jonathan C, 2006). Penyakit Jantung
koroner merupakan penyakit yang paling banyak terjadi di dunia saat ini.
Diperkirakan pada tahun 2020 kasus penyakit jantung koroner akan meningkat
menjadi 73% penyebab kematian di dunia (WHO, 2004). Pengendalian kadar
kolesterol yang tepat dapat mengurangi risiko terjadinya penyakit jantung
koroner (Ballanntyne CM et al., 2009).
Penelitian yang dilakukan Bhagya (2010) di India, tikus Sprague-Dawley
yang diberi air kelapa muda sebanyak 4ml/100grBB selama 3 minggu dengan
induksi fruktosa mengalami penurunan kadar LDL dalam darah. Berdasarkan
penelitian, air kelapa muda mempunyai sifat hipolipidemik dengan berbagai
senyawa yang dimiliki di antaranya polifenol, vitamin C dan L-Arginin

1
3

(Anurag P, 2003). Senyawa air kelapa muda berupa L-Arginin dan vitamin C
mampu meningkatkan produksi Nitrit Oxide sehingga menurunkan terjadinya
oksidasi pada LDL. Sedangkan kerja dari polifenol adalah dengan menurunkan
sekresi dari Apo B-100 sehingga menurunkan jumlah lipoprotein yang
mengangkut kolesterol (Smith dan Mangkowidjojo, 1988)
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti ingin melakukan
penelitian pada tikus jantan galur wistar yang diinduksi telur puyuh dengan
pemberian air kelapa muda sebanyak 8ml/200grBB selama 3 minggu terhadap
kadar LDL darah. Pemilihan telur puyuh dikarenakan kandungan kolesterol
yang tinggi pada telur puyuh perlu diperhitungkan dan telur puyuh merupakan
bahan pangan yang relatif murah, mudah didapat dan banyak disukai
masyarakat. Telur puyuh mempunyai kadar kolesterol yang lebih tingi sebesar
2139,17mg/100gr dibandingkan telur ayam (Winarno, 1989).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan sebelumnya, maka
dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : Adakah pengaruh
pemberian air kelapa muda terhadap kadar LDL serum tikus putih jantan galur
wistar yang diinduksi tinggi lemak ?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum :
Untuk mengetahui pengaruh pemberian air kelapa muda
terhadap kadar LDL serum tikus putih jantan galur wistar yang
diinduksi tinggi lemak.
1.3.2 Tujuan Khusus :
1.3.2.1 Mengetahui rerata kadar LDL serum tikus putih jantan
galur wistar yang hanya mendapat diet pakan standar dan
aquadest.
1.3.2.2 Mengetahui rerata kadar LDL serum tikus putih jantan
galur wistar yang mendapat diet pakan standar dan induksi
tinggi lemak tanpa pemberian air kelapa muda.
4

1.3.2.3 Mengetahui rerata kadar LDL serum tikus putih jantan


galur wistar yang mendapat diet pakan standar, induksi
tinggi lemak, dan air kelapa muda
1.3.2.4 Mengetahui rerata kadar LDL serum tikus putih jantan
galur wistar yang mendapat diet pakan standar, induksi
tingg lemak dan simvastatin
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat teoritis
1.4.1.1. Sebagai data dasar dan bahan pertimbangan dalam
pengembangan obat obat tradisional selanjutnya.
1.4.1.2. Sebagai bahan landasan untuk penelitian selanjutnya
mengenai manfaat dari air kelapa muda.
1.4.2. Manfaat praktis
Memberi informasi kepada masyarakat luas terhadap manfaat air
kelapa muda terhadap kadar LDL dan penyakit kardiovaskular.
.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. LDL (Low Density Lipoprotein)


2.1.1. Definisi LDL
LDL (Low Density Lipoprotein) adalah lipoprotein berdensitas rendah.
Golongan lipoprotein yang bertanggung jawab untuk transport kolesterol ke
jaringan ekstrahepatik. LDL dibentuk dalam sirkulasi ketika lipoprotein
berdensitas sangat rendah didegradasi menjadi lipoprotein densitas menengah
kemudian didegradasi menjadi LDL melalui penambahan lipoprotein spesifik
dan kehilangan semua trigliserida nya. Kemudian LDL diangkut dan
dikatabolisme oleh hepar maupun jaringan ekstrahepar melalui endositosis
yang diperantarai oleh reseptor spesifik yang disebut beta-1 (Dorland, 2010).
2.1.2. Metabolisme LDL
Kolesterol merupakan salah satu komponen lipid yang larut dalam lemak
tetapi hanya sedikit yang larut dalam air, sehingga zat ini diangkut dalam darah
dengan bentuk lipoprotein (Ganiswara et al., 1998). Trigliserid dan kolesterol
disintesis oleh hati dan disekresi dalam bentuk lipoprotein. Sebagian besar
LDL dibentuk dari VLDL, namun terdapat bukti yang menunjukan bahwa
sebagian produksi LDL terjadi di dalam hati. Waktu paruh hilangnya
apoprotein B-100 dalam LDL dan sirkulasi darah kurang lebih 2 hari (Murray
et al., 2003). Dalam sirkulasi trigliserid di VLDL akan mengalami hidrolisis
menjadi partikel-partikel lipoprotein yang lebih kecil yaitu IDL yang dibantu
oleh enzim lipoprotein lipase (LPL). IDL (Intermediate density lipoprotein)
adalah zat perantara yang terjadi sewaktu VLDL dikatabolisme menjadi LDL.
Sebagian VLDL, IDL dan LDL akan mengangkat kolesterol ester ke hati.
Komponen lipoprotein yang paling banyak mengandung kolesterol adalah LDL
sehingga merupakan pengangkut kolesterol yang utama dalam darah
(Ganiswara et al., 1998). Sebagian dari kolesterol LDL akan mengalami
oksidasi dan ditangkap oleh reseptor scavenger-A(SR-A) di makrofag dan akan
6

menjadi sel busa (foam cells). Jumlah kolesterol yang teroksidasi tergantung
pada kadar kolesterol yang terkandung di LDL (Murray et al., 2003).
2.1.3. Biosintesi LDL
Sebagian besar LDL dibentuk dari VLDL, namun terdapat pula bukti
yang menunjukkan bahwa sebagian produksi LDL dilaksanakan oleh hati.
Waktu paruh untuk hilangnya apo B-100 dalam LDL dalam sirkulasi darah
adalah kurang lebih 2 hari (Murray et al., 2003) .
Reseptor LDL (E, Apo-B-100) terdapat pada permukaan sel di cekungan-
cekungan yang diselubungi di sisi sitosolik membrane sel oleh suatu protein
yang disebut klatrin (clathrin).Reseptor glikoprotein menembus membran
dengan region pengikat B-100 yang terletak di ujung terminal amino yang
terpajan. Setelah terjadi pengikatan, LDL diserap secara utuh melalui proses
endositosis. Apoprotein dan ester kolesteril kemudian dihidrolisis di lisosom,
dan kolesterol dipindahkan ke dalam sel. Reseptor di daur ulang ke permukaan
sel. Influks kolesterol ini menghambat transkripsi gen-gen yang menyandi
HMG-KoA sintase yang berperan dalam sintesis kolesterol serta reseptor LDL
itu sendiri melalui jalur SREBP sehingga secara terpadu menekan sintesis dan
penyerapan kolesterol. Dengan cara ini, aktivitas reseptor LDL di permukaan
sel diatur oleh kebutuhan kolesterol untuk membrane, hormone steroid atau
asam empedu (Murray et al., 2009).
2.1.4. Reseptor LDL
Reseptor lipoprotein yang paling banyak diketahui, yakni reseptor LDL,
mengenali apo E dan apo B-100.Dengan demikian selain dengan LDL, reseptor
ini juga berikatan dengan VLDL, IDL, dan sisa kilomikron.Reseptor LDL
berikatan dengan ligannya dengan afinitas tinggi dan rentang spesifitas yang
sempit. Reseptor lain adalah protein terkait-reseptor LDL (LDL receptor
related protein, LRP) dan reseptor penyapu makrofag (Mark et al., 2000).
2.1.4.1. Protein Terkait- Reseptor LDL (LRP)
LRP( LDL, receptor- related protein) secara struktural mirip
dengan reseptor LDL, tetapi spektrum ligan yang dikenalinya lebih
lebar. Reseptor LDL mengenali apo E pada lipoprotein dan berikatan
7

dengan VLDL oleh LPL.Dengan demikian, salah satu fungsi LRP


diperkirakan adalah membersihkan sisa-sisa tersebut dari darah.
Reseptor LRP banyak ditemukan di sel hati, otak` dan plasenta.Insulin
menyebabkan jumlah reseptor ini di permukaan sel meningkat (Marks
et al., 2000).

2.1.4.2 Reseptor Penyapu Makrofag


Sebagian sel, terutama makrofag fagositik memiliki reseptor
nonspesifik yang dikenal sebagai reseptor penyapu (scavenger).Yang
mengikat berbagai jenis molekul, termasuk partikel LDL yang telah
termodifikasi. Modifikasi LDL sering terjadi akibat kerusakan
oksidatif. Keberadaan reseptor penyapu secara terus menerus di
membran sel mengakibatkan sel menyerap LDL yang mengalami
perubahan oksidatif jauh setelah kadar kolesterol intrasel meningkat.
Apabila telah penuh timbunan lemak, makrofag berubah menjadi sel
busa (foam cells). Penimbunan sel busa di ruang sub endotel
pembuluh darah merupakan bukti paling awal adanya pertumbuhan
plak aterosklerotik yang dikenal sebagai fatty streak (Marks et al.,
2000).
2.1.5. Faktor yang Mempengaruhi Kadar LDL Darah
2.1.5.1. Usia
Saat usia diatas 40 tahun, komposisi lemak akan bertambah sekitar
24%. Kadar LDL akan meningkat apabila kolesterol tidak bisa dikendalikan.
Hal ini akan meningkatkan plak di dalam arteri dan dapat menutup lubang
pembuluh darah koroner (Baraas, 2006).
2.1.5.2. Gaya Hidup
Aktifitas fisik dapat meningkatkan kadar HDL sebesar 12% serta
menurunkan kadar LDL sebesar 1% (Lorig, 2004). Konsumsi makanan rendah
serat dan tinggi kolesterol menyebabkan kolesterol meningkat, serta kebiasaan
merokok mengakibatkan penurunan kadar HDL dan meningkatkan kadar LDL
(Soeharto, 2004).
8

2.1.5.3. Genetik
Kadar kolesterol yang tinggi bisa disebabkan oleh faktor genetik atau
keturunan. Disebabkan karena adanya jumlah reseptor LDL yang sedikit
sehingga akan menyebabkan kadar LDL melonjak drastis karena adanya
Familial Hypercholesterolemic ( Soeharto, 2004).
2.1.5.4. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Seseorang dianggap berat badan normal apabila indeks massa tubuhnya
bekisar 20-25. Seseorang dikatakan obesitas apabila orang tersebut memiliki
indeks masa tubuh melebihi 30kg/m2. Seseorang yang mengalami obesitas
cenderung mempunyai kolesterol total dan LDL yang tinggi sehingga dapat
meningkatkan resiko terjadinya aterosklerosis yang dapat menyebabkan
penyakit jantung (Baraas, 2006).
2.1.5.5. Jenis Kelamin
Laki-laki lebih berisiko terkena penyaki jantung koroner. Hal ini
diperkirakan pada wanita mempunyai hormon esterogen, dimana hormone ini
dipercaya mencegah terbentuknya plak arteri dengan menaikan kadar HDL dan
menurunkan kadar LDL (Soeharto, 2004).

2.1.6. Pemeriksaan Kadar LDL


Pemeriksaan kadar LDL menggunakan penetapan kadar kolesterol serum
dengan metode enzimatik Fotometrik tes (Cholesterol Oxidase Phenol Amine
Pyrazolon (CHOD-PAP). Prinsip metode ini adalah penguraian kolesterol dan
esternya menjadi peroksida dengan hidrolisa dan oksidasi enzimatik (Yuliani
dan Wuryastuti, 2012).

2.2 Kelapa
2.2.1 Kelapa
Pohon kelapa termasuk jenis Palmae yang berumah satu (monokotil).
Batang tanaman kelapa tumbuh lurus ke atas dan tidak bercabang. Adakalanya
pohon kelapa dapat bercabang, namun hal ini merupakan keadaan yang tidak
normal, misalnya akibat serangan hama tanaman ( Warisno, 2003).
9

2.2.2 Taksonomi
Dalam tata nama atau sistematika (taksonomi) tumbuh-tumbuhan,
tanaman kelapa (Cocos nucifera) dimasukkan ke dalam klasifikasi sebagai
berikut.
Kingdom : Plantae (Tumbuh-tumbuhan)
Divisio : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)
Sub-Divisio : Angiospermae (Berbiji tertutup)
Kelas : Monocotyledonae (biji berkeping satu)
Ordo : Palmales
Familia : Palmae
Genus : Cocos
Spesies : Cocos nucifera L.
Penggolongan variasi kelapa pada umunya didasarkan pada
perbedaan umur pohon mulai berbuah, bentuk dan ukuran buah, warna
buah, serta sifat-sifat khusus yang lain ( Warisno, 2003). Dikenal ada dua
jenis kelapa, yaitu kelapa dalam dan kelapa genjah. Kelapa genjah
menghasilkan buah yang jumlahnya mencapai 100-140 butir/pohon/tahun,
tetapi volume buahnya kecil dan kandungan minyaknya rendah (sekitar
12%), sedangkan kelapa dalam menghasilkan buah lebih sedikit, yaitu
sekitar 75-90 butir/pohon/tahun. Volume buah kelapa dalam relatif lebih
besar dan kandungan minyaknya mencapai 62-69% (Novarianto, 2005;
Barlina, 2007).

2.2.3 Morfologi
2.2.3.1 Buah
Bunga betina yang telah dibuahi mulai tumbuh menjadi buah,
kira-kira 34 minggu setelah manggar terbuka. Tidak semua buah
yang terbentuk akan menjadi buah yang bisa dipetik, tetapi
diperkirakan 1/2 - 2/3 buah muda berguguran, karena pohon tidak
10

sanggup membesarkannya. Buah yang masih kecil dan muda sering


disebut bluluk (P. Suhardiman. 1994).
2.2.3.2 Air Kelapa Muda
Produksi air kelapa cukup berlimpah di Indonesia yaitu
mencapai lebih dari 1 sampai 900 juta liter per tahun (Onifade,2003 ;
Warisno,2004). Air kelapa mengandung sejumlah zat gizi, yaitu
protein 0,2 %, lemak 0,15%, karbohidrat 7,27 %, gula, vitamin,
elektrolit dan hormon pertumbuhan. Kandungan gula maksimun 3
gram per 100 ml air kelapa. Jenis gula yang terkandung adalah
sukrosa, glukosa, fruktosa dan sorbitol. Gula-gula inilah yang
menyebabkan air kelapa muda lebih manis dari air kelapa yang lebih
tua. (Warisno, 2004). Buah kelapa yang terlalu muda belum
memiliki daging buah, dan air kelapa muda rasanya lebih manis,
mengandung mineral 4 %, gula 2%. Air kelapa muda juga
mengandung vitamin C 2,2-3,4 mg/100ml, L-Arginin dan polifenol
(Bogadenta, 2013).

2.3 Kandungan Kimia dan Peranan Air Kelapa Muda


2.3.1 L-Arginin
L-Arginin adalah asam amino semi esensial yang berfungsi dalam
metabolisme tubuh sebagai zat yang mentranspor, memproses dan
mengekskresi nitrogen, mensintesis urea dan kreatinin, serta sebagai
prekursor nitrit oksida atau NO (McConnell, 2007). L-Arginin
memproduksi NO oleh aksi dari NO sintase (NOS). Endothelial NOS
(eNOS) dan neuronal NOS (nNOS) memperkuat konsentrasi NO di serum
yang baik bagi kesehatan (Alizadeh, et al 2011). NO merupakan
antioksidan dan mampu mencegah terjadinya oksidasi LDL (Boger et.al,
2001; Napoli et.al, 2002). Berdasarkan hasil penelitian Toshio Hayashi
(2005) tikus yang diinduksi hiperkolesterolemia, NO dapat menurunkan
ekspresi gen sensitive oksidasi, seperti Elk-1 dan p-CREB sehingga
menurunkan reaksi oksidasi pada kolesterol.
11

2.3.2 Vitamin C
. Vitamin C merupakan antioksidan yang membantu menjaga
kolagen di jaringan ikat, otot, tulang, dan pembuluh darah, melindungi
tubuh dari infeksi, dan membantu penyerapan zat besi. Vitamin C banyak
terdapat pada sayur dan buah jenis citrus, contohnya buah jeruk (Zieve,
2009). Vitamin C mampu meningkatkan reseptor eNOS sehingga
meningkatkan reaksi NO dengan reseptor dan meningkatkan hasil produksi
NO. Berdasarkan hasil penelitian Tousoulis (2005) konsumsi vitamin C
juga dapat menurunkan oksidasi LDL.
2.3.3 Polifenol
Polifenol merupakan salah satu antioksidan. Polifenol merupakan
fitokimia alami yang terdapat pada bahan makanan seperti buah-buahan,
sayuran, gandum utuh, sereal, polong-polongan, teh, kopi, anggur dan
coklat (Pandey, 2009). Polifenol dapat menurunkan kadar kolesterol
melalui dua mekanisme. Mekanisme pertama, polifenol akan berikatan
dengan cholesterol carrier sehingga terjadi penurunan absorbsi kolesterol
saat melewati brush broder di sel enterosit. Mekanisme yang kedua
yaitu, polifenol akan menurunkan sekresi dari Apo-B sehingga terjadi
penurunan dalam produksi lipoprotein yang berguna untuk pengangkutan
kolesterol untuk di metabolisme dalam hepar (Smith dan
Mangkowidjojo, 1988).

2.4 Simvastatin
2.4.1 Definisi
Simvastatin mempunyai mekanisme kerja menghambat 3-hidraksi-3-
metil-glutaril-koenzim A (HMG-CoA) reduktase yang mempunyai fungsi
sebagai katalis dalam pembentukan kolesterol. HMG-CoA menjadi
reduktase bertanggung jawab terhadap perubahan HMG-CoA menjadi asam
mevalonat (Bull dan Morrall, 2007).
2.4.2 Mekanisme Kerja
12

Penghambat reduktase menyebabkan peningkatan afinitas reseptor


LDL yang tinggi. Efek ini menyebabkan meningkatnya katabolisme LDL
sehingga dapat mengurangi LDL plasma. Obat ini diekstraksi paling banyak
di dalam hati. Selama pengobatan dapat terjadi penurunan trigliserid plasma
dan peningkatan kadar HDL kolesterol (Katzung, 1998).
Statin bekerja dengan cara menghambat sintesis kolesterol dalam
hati, dengan menghambat enzim HMG-CoA reduktase. Penurunan sintesis
kolesterol menyebabkan SREBP yang terdapat pada membran dipecah oleh
protease, lalu diangkut ke nukleus. Faktor transkripsi kemudian berikatan
dengan gen reseptor LDL, sehingga terjadi peningkatan sintesis reseptor
LDL. Peningkatan jumlah reseptor pada membran sel hepatosit akan
menurunkan kadar kolesterol darah lebih besar (Syarif et al., 2007).

2.5 Telur Puyuh


Telur puyuh merupakan salah satu jenis telur yang sering di
konsumsi oleh masyarakat. Telur puyuh memiliki kandungan protein
13,6% dan lemak 8,2% (Daftar komposisi bahan makanan, 1989).
Menurut Saerang (1995) kadar kolesterol per gram dari telur puyuh lebih
tinggi dibandingkan kadar kolesterol telur ayam. Kadar kolesterol pada
telur puyuh 168 mg/butir, bila satu butir beratnya sekitar 9-12 gr, maka
kadar kolesterol telur puyuh per gram telur adalah 16-17 mg.

2.6 Tikus Jantan Galur Wistar


Pada penelitian ini digunakan tikus putih jantan galur wistar
sebagai hewan coba.Tikus ini dipilih berdasarkan berat badannya yang
dapat mencapai 500 gram sehingga lebih mudah dipegang, dikendalikan,
diambil darahnya dalam jumlah yang relatif besar, serta mudah
dikembangbiakan dan dipelihara di laboratorium. Tikus ini juga tidak
memiliki kandung empedu dan tidak dapat muntah (Kusumawati, 2004).
13

2.7 Pengaruh Pemberian Air Kelapa Muda Terhadap Kadar LDL


Kandungan air kelapa muda diantaranya adalah L-Arginin,
polifenol dan vitamin C. L-Arginin merupakan substrat yang membantu
dalam sintesis NO. NO merupakan antioksidan dan mampu mencegah
terjadinya oksidasi kolesterol-LDL (Boger et.al, 2001 ; Napoli et.al, 2002).
Berdasarkan hasil penelitian Toshio Hayashi (2005) pada tikus yang
diiduksi hiperkolesterolemia, NO dapat menurunkan ekspresi gen sensitive
oksidasi, seperti Elk-1 dan p-CREB sehingga menurunkan reaksi oksidasi
pada kolesterol.
Kandungan vitamin C dalam air kelapa muda mampu
meningkatkan reseptor eNOS sehingga meningkatkan reaksi NO dengan
reseptor dan meningkatkan hasil produksi NO. Berdasarkan hasil
penelitian Tousoulis (2005) konsumsi vitamin C sebagai antioksidan dapat
menurunkan oksidasi LDL.
Polifenol dalam air kelapa muda dapat menurunkan kadar
kolesterol melalui dua mekanisme. Mekanisme pertama, polifenol akan
berikatan dengan cholesterol carrier sehingga terjadi penurunan absorbsi
kolesterol saat melewati brush broder di sel enterosit. Mekanisme yang
kedua yaitu, polifenol akan menurunkan sekresi dari Apo-B sehingga
terjadi penurunan dalam produksi lipoprotein yang berguna untuk
pengangkutan kolesterol untuk di metabolisme dalam hepar (Smith dan
Mangkowidjojo, 1988).
14

2.8 Kerangka Teori

Telur Puyuh Pemberian Air


Simvastatin
Kelapa Muda

Kilomikron L-Arginin
Polifenol Vit C

Remnan Apo B- Nitrit Garam


100 Oxide Empedu

Asetil-KoA Elk-1 dan


p-CREB

HMG-KoA

Mevalonat

VLDL

Usia
Reseptor
IMT
IDL Kadar LDL
Jenis Kelamin

Gaya Hidup

Genetik
15

3.0 Kerangka Konsep

Kadar Air Kelapa Muda Kadar LDL

3.1 Hipotesis
Pemberian air kelapa muda berpengaruh terhadap pada kadar LDL serum
pada tikus jantan galur wistar yang diinduksi diit tinggi lemak.
16

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian


Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah eksperimental laboratorium
dengan rancangan penelitian Post-Test Control Group Design.

3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


3.2.1. Variabel Penelitian
3.2.1.1. Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah pemberian
Air Kelapa Muda.
3.2.1.2. Variabel Tergantung
Variabel tergantung pada penelitian ini adalah kadar
LDL serum.
3.2.1.3. Variabel Prakondisi
Variabel prakondisi pada penelitian ini adalah induksi
kuning telur puyuh.
3.2.2. Definisi Operasional
3.2.2.1. Pemberian Air Kelapa Muda
Pemberian air kelapa muda adalah pemberian air dari
buah kelapa yang berumur 5-7 bulan yang berasal dari daerah
Jogja dan sekitarnya. Air kelapa diberikan dengan sonde oral
selama 14 hari dengan dosis 8ml/200grBB/hari.
Skala : Ordinal
3.2.2.2. Kadar LDL
Kadar kolesterol LDL adalah banyaknya jumlah LDL
yang diukur dalam darah tikus jantan galur wistar yang diberi
diit tinggi lemak yang dinyatakan dengan satuan mg/dL, yang
diketahui melalui uji laboratorium dengan metode
spektofotometri menggunakan alat Automatic
17

Spectophotometer Urit yang dilakukan analisa di Penelitian


Antar Universitas (PAU) Yogyakarta.
Skala : Rasio
3.2.2.3. Diit Tinggi Lemak
Diit tinggi lipid yang dimaksud adalah telur puyuh.
Bagian telur puyuh yang digunakan adalah kuning telur
puyuh. Kuning telur puyuh di sonde secara oral sebanyak
1gr/BB tikus yang diberikan 2x sehari (pagi dan sore hari)
selama 14 hari (Reci Arianti, 2012).
Skala : Rasio
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah tikus jantan galur wistar
yang dipelihara di Penelitian Antar Universitas (PAU) Universitas
Gadjah Mada.
3.3.2. Sampel Penelitian
Besar sampel ditentukan berdasarkan ketentuan WHO, yaitu
jumlah sampel minimal 5 ekor tikus setiap kelompok perlakuan. Pada
penelitian ini sampel per kelompok ditambah 1 ekor tikus untuk
menghindari kemungkinan lost of follow, sehingga sampel berjumlah
24 ekor tikus. Sampel dibagi menjadi 4 kelompok. Kelompok 1
sebagai kontrol negatif, kelompok 2 sebagai kontrol positif dan 2
kelompok perlakuan. Selanjutnya dilakukan randomisasi untuk
adaptasi lingkungan, kemudian dilakukan pengambilan sampel dengan
menggunakan prosedur random sampling (WHO, 1993).
3.3.2.1. Kriteria Inklusi :
1. Umur tikus 2-3 bulan
2. Sehat pada penampilan luar, gerak aktif, makan dan
minum normal, tidak ada luka dan tidak cacat
3. Berat badan sekitar 200 gram (kusumawati, 2004)
18

3.3.2.2. Kriteria Drop Out sebagai berikut :


1. Tikus sakit dalam masa penelitian
2. Tikus mati dalam masa penelitian
3.4. Instrumen Penelitian
3.4.1. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Kandang tikus lengkap dengan tempat pakan dan minumnya
2. Timbangan digital untuk menimbang ekstrak dan pakan tikus
serta berat tikus
3. Sonde oral
4. Spuit
5. Mikropipet
6. Alat-alat gelas (beker glass, gelas ukur, batang pengaduk, tabung
reaksi, pipet tetes)
7. Mikrohematokrit untuk mengambil sample darah tikus
8. Sentrifuge Scientific merk Rotofik 32
9. Rak dan tabung reaksi
10. Kapas Steril
11. Automatic Spectophotometer Urit
3.4.2. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah :
1. Air kelapa muda
2. Pakan standar BR-12
3. Pakan tinggi lemak (telur puyuh)
4. Aquadest
3.5. Cara Penelitian
3.5.1. Dosis Penelitian
3.5.1.1. Penetapan dosis air kelapa muda
Menentukan dosis air kelapa muda yang digunakan pada
kelompok perlakuan (K3). Dosis yang diberikan pada penelitian
Bhagya (2010) sebelumnya sebesar 8ml/200grBB. Rata-rata setiap
tikus memiliki berat badan sekitar 200 gram.
19

3.5.1.2 Penetapan dosis Simvastatin


Menentukan dosis obat simvastatin yang digunakan pada
kelompok perlakuan (K4). Dosis obat simvastatin untuk manusia
adalah 10mg/70kgBB/hari, maka pada tikus dikonversikan menjadi :
= 10 mg x 0,018
= 0,18 mg/200g BB/hari
3.5.2. Prosedur Penelitian
Pilih secara acak (random) 24 ekor tikus putih jantan galur
wistar yang memenuhi kriteria, kemudian dibagi dalam 4 kelompok,
setiap kelompok terdiri dari 6 ekor. Hewan coba diadaptasikan
terlebih dahulu selama 1-2 hari dengan lingkungannya agar terbiasa
dan tidak mengalami stres yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.
3.5.3. Menyiapkan kandang tikus beserta tempat pakan dan minumnya
3.5.4. Menyiapkan pakan tinggi lemak
Setiap tikus diinduksi dengan kuning telur puyuh sebanyak 1gr/BB
tikus yang diberikan 2x sehari (pagi dan sore hari) selama 14 hari
(Reci Arianti, 2012).

3.5.5. Pemberian Perlakuan


Kelompok 1 (K1) : Kelompok kontrol negatif, tikus putih jantan
galur wistar diberi pakan standar BR12 + aquadest selama 14
hari.
Kelompok 2 (K2) : Kelompok uji kontrol positif, tikus jantan
galur wistar diberi pakan standar BR12 + kuning telur puyuh
1gr/BB tikus + aquadest selama 14 hari.
Kelompok 3 (K3) : Kelompok uji perlakuan, tikus jantan galur
wistar diberi pakan standar BR12 + kuning telur puyuh 1gr/BB
tikus + aquadest + air kelapa muda 8ml/ekor/hari selama 14 hari.
Kelompok 4 (K4) : Kelompok uji perlakuan, tikus jantan galur
wistar diberi pakan standar BR12 + kuning telur puyuh 1gr/BB
20

tikus + aquadest + simvastatin 0,18gr/200grBB/hari selama 14


hari.
3.5.6. Pada hari ke-15 dilakukan pengambilan darah untuk diukur kadar
LDL yang merupakan kadar LDL post-test yang sebelumnya
dipuasakan selama 12 jam.
3.5.7. Cara Pengambilan Darah
Peralatan yang digunakan adalah mikrohematokrit tubes steril,
botol penampung darah dan kapas steril. Darah diambil dengan
menusukkan mikrohematokrit tube pada vena opthalmicus di sudut
bola mata tikus secara periorbita kemudian diputar perlahan-lahan
sampai darah keluar. Darah yang keluar ditampung dalam ependrof
sebanyak 2cc. Cabut mikrohematokrit tube apabila darah yang
diperlukan telah mencukupi, bersihkan sisa darah disudut bola mata
tikus dengan kapas steril.
3.5.8. Cara Pemeriksaan Kadar LDL
Kadar LDL diukur sesudah dilakukan penelitian. Pemeriksaan
kadar LDL menggunakan uji laboratorium dengan alat Automatic
Spectrophotometer. Darah yang sudah ditampung dalam tabung
disentrifuse dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit untuk
mendapatkan serum. Prinsip pemeriksaan dengan metode
spektrofotometri.

3.6. Tempat dan Waktu


Penelitian dan penghitungan kadar LDL serum dilakukan di
Penelitian Antar Universitas (PAU) Universtas Gadjah Mada. Waktu
yang diperlukan untuk penelitian adalah 14 hari, penelitian dilakukan
pada tanggal 1 Oktober sampai dengan 1 November 2015 dan
pemeriksaan kadar LDL dilakukan sesudah perlakuan percobaan pada
masing-masing kelompok.
21

3.7. Alur Penelitian

24 Tikus Jantan Galur


Wistar

Adaptasi

1 hari

Randomisasi

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4

(K1) (K2) (K3) ( K4)

Tikus jantan Tikus jantan galur Tikus jantan Tikus jantan galur
galur wistar wistar diberi pakan galur wistar wistar diberi
diberi pakan standar BR12 diberi pakan pakan standar
standar BR12 + BR12 + kuning
+kuning telur standar BR12 +
aquadest
telur puyuh telur puyuh +
21 hari 21 hari+ aquadest
puyuh 21 hari 21 hari
+aquadest +air aquadest +
kelapa muda simvastatin
8ml/ekor /hari

14 hari

Pengambilan darah untuk observasi


postest kadar LDL
22

3.8. Analisa Hasil


Data di uji normalitas dengan Shapiro-Wilk dan uji homogenitas dengan
Leuvenes Test, apabila didapatkan data normal dan homogen maka dilakukan
uji Pos Hoc. Untuk mengetahui perbedaan antar kelompok. Apabila didaptkan
data tidak normal dan tidak homogen dilanjutkan dengan uji statistic non
parametric yaitu Kruskal Wallis dilanjutkan dengan uji Man Whitney untuk
mnegetahui perbedaan antar kelompok. Keputusan menerima atau menolak
hipotesis berdasarkan 5%. Apabila p value <0,05 Ho ditolak san H1
diterima, artinya air kelapa muda berpengaruh terhadap kadar LDL.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Penelitian dilakukan di Penelitian Antar Universitas (PAU) Universitas

Gadjah Mada mengenai pengaruh pemberian air kelapa muda terhadap kadar

kolesterol LDL serum pada tikus yang diinduksi kuning telur puyuh

dilakukan pada 24 tikus putih jantan galur wistar usia 2-3 bulan dengan berat

badan sekitar 200 gram serta tampak sehat dilihat dari penampilan luar yaitu

gerak aktif, makan dan minum normal, tidak ada luka serta cacat. Pada 24

tikus tersebut dibagi dalam 4 kelompok secara random. Pada masing-masing

kelompok diberi perlakuan selama 14 hari. Pada kelompok 1 (K1) diberikan

pakan standar, kelompok 2 (K2) diberikan pakan standar dan kuning telur

puyuh 1gr/BB, kelompok 3 (K3) diberikan kuning telur puyuh 1gr/BB dan air

kelapa muda 8ml/200grBB/hari, dan kelompok 4 (K4) diberikan simvastatin

0,18 mg/200g BB/hari.

Hari ke-15 dilakukan pengukuran kadar kolesterol LDL dengan metode

spektofotometri menggunakan alat Automatic Spectrophotometer Urit. Hasil

pemeriksaan kadar kolesterol total ditunjukkan pada Tabel 4.1.

1
24

Tabel 4.1 Data kadar kolesterol total (mg/dl) antar kelompok perlakuan

Kelompok Mean Std. Deviation


K1 24,28 1,18
K2 74,34 2,07
K3 42,72 0,65
K4 34,70 1,01

Rata-rata hasil pengukuran kadar kolesterol LDL antar kelompok

perlakuan tersebut dalam bentuk diagram batang seperti pada Gambar 4.1

berikut :

LDL
74.34
80

60 42.72
Kadar LDL

34.7
40 24.28
LDL
20

0
K1 K2 K3 K4
Kelompok

Gambar 4.1. Diagram batang kadar kolesterol LDL antar kelompok

Hasil penelitian menunjukkan kadar kolesterol LDL di K1 adalah yang

terendah yaitu 24,28 mg/dl, karena pada kelompok tersebut hanya diberi

pakan standar tanpa pemberian kuning telur puyuh sedangkan pada K2, K3

dan K4 diberi induksi kuning telur puyuh. Kadar kolesterol LDL di K2 adalah

yang tertinggi, yaitu 74,34 mg/dl karena diberi pakan standar dan diinduksi

kuning telur puyuh. Kadar kolesterol LDL di K3 yaitu 42,72 mg/dl,

menunjukkan kecenderungan penurunan karena induksi telur puyuh dengan


25

pemberian air kelapa muda dengan dosis 8ml/200g BB/hari. Pada K4 kadar

kolesterol LDL yaitu 34,70 mg/dl yang menunjukan penurunan yang

signifikan karena pada kelompok tersebut diberi simvastatin 0,18 gr/200g

BB/hari.

Kadar kolesterol LDL di ke-4 kelompok yang berbeda tersebut

selanjutnya dilakukan uji statistik untuk mengetahui apakah perbedaan kadar

kolesterol LDL tersebut merupakan efek dari perlakuan yang diberikan. Uji

Shapiro Wilk merupakan langkah uji statistik yang pertama untuk

menentukan syarat normalitas data untuk menentukan uji parametrik dan non-

parametrik untuk menguji hipotesis. Uji Shapiro Wilk ditunjukkan pada Tabel

4.2.

Tabel 4.2 Hasil uji Shapiro Wilk

Shapiro-Wilk
Kelompok
Statistic df Sig.
K1 0,877 6 0,256
K2 0,953 6 0,763
K3 0,958 6 0,801
K4 0,979 6 0,949

Tabel 4.2 menunjukkan semua data kadar kolesterol LDL pada tikus di

masing-masing kelompok berdistribusi normal. Hal ini ditunjukkan dengan

perolehan nilai p > 0,05 untuk kelompok 1, 2, 3, dan 4.

Hasil uji normalitas dan homogenitas menunjukkan terpenuhinya syarat

uji parametrik. Uji parametrik untuk mengetahui perbedaan rata-rata kadar

kolesterol LDL dalam penelitian ini digunakan uji One Way Anova. Uji One

Way Anova menghasilkan nilai p sebesar 0,000 (p < 0,05) yang menunjukkan
26

bahwa setidaknya ada satu pasang kelompok yang memperlihatkan perbedaan

rata-rata kadar kolesterol LDL yang signifikan dan untuk mengetahui

perbedaan tersebut terletak pada kelompok mana dilakukan uji Post Hoc LSD

sebagaimana yang ditunjukkan pada Tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3 Hasil Uji Post Hoc LSD

Mean
Kelompok
Kelompok (II) Difference P Keterangan
(I)
(I-II)
Kelompok 1 Kelompok 2 -50.05* 0,000 Signifikan
Kelompok 3 -18.44* 0,000 Signifikan
Kelompok 4 -10.42* 0,000 Signifikan
Kelompok 2 Kelompok 1 50.05* 0,000 Signifikan
Kelompok 3 31.61* 0,000 Signifikan
Kelompok 4 39.63* 0,000 Signifikan
Kelompok 3 Kelompok 1 18.44* 0,000 Signifikan
Kelompok 2 -31.61* 0,000 Signifikan
Kelompok 4 8.018* 0,000 Signifikan
Kelompok 4 Kelompok 1 10.42* 0,000 Signifikan
Kelompok 2 -39.63* 0,000 Signifikan
Kelompok 3 -8.018* 0,000 Signifikan
Keterangan: * = perbedaan rata-rata antar dua kelompok signifikan

Perbedaan rata-rata kadar kolesterol LDL di semua kelompok

menunjukkan perbedaan rata-rata kadar kolesterol LDL yang signifikan. Hal

ini ditunjukkan dengan perolehan nilai p<0,05 yaitu sebesar 0,000. Hal ini

menunjukan terdapat perbedaan kadar kolesterol LDL yang bermakna di

semua pasang kelompok.

Perbedaan rata-rata kadar kolesterol pada K1 dengan K2 menunjukan

perbedaan yang signifikan, dimana kadar kolesterol LDL pada K2 lebih

tinggi. Hal tersebut menunjukan bahwa kuning telur puyuh mampu

meningkatkan kadar kolesterol LDL dibandingkan dengan pakan standar.

Perbedaan rata-rata K1 dengan K3 menunjukan perbedaan yang signifikan,


27

dimana kadar K3 lebih tinggi. Hal tersebut menunjukan bahwa air kelapa

muda dengan dosis 8ml/200grBB/hari dengan induksi kuning telur puyuh

belum mampu menurunkan kadar kolesterol LDL sampai kadar terendah pada

kelompok K1 yang hanya diberi pakan standar. Perbedaan rata-rata kadar

kolesterol LDL pada K1 dengan K4 mempunyai perbedaan yang signifikan,

dimana kadar kolesterol LDL pada K4 lebih tinggi dibandingkan K1. Hal

tersebut menunjukan bahwa kadar kolesterol LDL pada K4 yang diberi

simvastatin dengan dosis 0,18gr/200grBB/hari dan induksi kuning telur

puyuh belum mampu menurunkan kadar kolesterol LDL sampai kadar

terendah pada kelompok K1 yang hanya diberi pakan standar.

Perbedaan rata-rata kadar kolesterol LDL antara K2 dengan K3

menunjukkan perbedaan kadar kolesterol LDL signifikan, dimana kadar

kolesterol LDL di K2 lebih tinggi daripada K3, artinya kemampuan air kelapa

muda dengan dosis 8ml/200gBB/hari mampu dalam menurunkan kadar

kolesterol LDL pada tikus yang diinduksi kuning telur puyuh. Antara K2

dengan K4, menunjukkan perbedaan kadar kolesterol LDL yang signifikan,

dimana kadar kolesterol LDL K4 lebih rendah daripada K2 menunjukkan

bahwa simvastatin dengan dosis 0,18gr/200g BB/hari terbukti lebih efektif

dalam menurunkan kadar kolesterol LDL dibandingkan dengan air kelapa

muda dengan dosis 8ml/200gBB/hari.

Perbedaan rata-rata kadar kolesterol LDL antara K3 dengan K4,

menunjukkan perbedaan rata-rata kadar kolesterol LDL yang signifikan.

Dimana kadar kolesterol LDL di K4 lebih rendah daripada di K3

menunjukkan bahwa simvastatin dengan dosis 0,18mg/200grBB/hari dan

induksi kuning telur puyuh lebih efektif dalam menurunkan kadar kolesterol
28

LDL dibandingkan dengan pemberian air kelapa muda dengan dosis

8ml/200grBB/hari dan induksi kuning telur puyuh.

4.2. Pembahasan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian air kelapa muda

dengan dosis 8ml/200grBB/hari mampu menurunkan kadar koletsrol LDL

pada tikus jantan galur wistar yang diinduksi kuning telur puyuh. Sedangkan

untuk pemberian simvastatin dengan dosis 0,18/200grBB/hari lebih optimal

dalam menurunkan kadar kolesterol LDL dibandingkan dengan air kelapa

muda dengan dosis 8ml/200grBB/hari.

Kemampuan air kelapa muda dalam menurunkan kadar kolesterol LDL


karena di dalam air kelapa muda mengandung beberapa senyawa diantaranya
L-arginin, vitamin C dan polifenol. L-Arginin adalah asam amino semi
esensial yang berfungsi dalam metabolisme tubuh sebagai zat yang
mentranspor, memproses dan mengekskresi nitrogen, mensintesis urea dan
kreatinin, serta sebagai prekursor nitrit oksida atau NO (McConnell, 2007).
L-Arginin memproduksi NO oleh aksi dari NO sintase (NOS). Endothelial
NOS (eNOS) dan neuronal NOS (nNOS) memperkuat konsentrasi NO di
serum yang baik bagi kesehatan (Alizadeh, et al 2011). NO merupakan
antioksidan dan mampu mencegah terjadinya oksidasi LDL (Boger et.al,
2001; Napoli et.al, 2002). Berdasarkan hasil penelitian Toshio Hayashi
(2005) tikus yang diinduksi hiperkolesterolemia, NO dapat menurunkan
ekspresi gen sensitive oksidasi, seperti Elk-1 dan p-CREB sehingga
menurunkan reaksi oksidasi pada kolesterol.
Vitamin C merupakan antioksidan yang membantu menjaga kolagen di
jaringan ikat, otot, tulang, dan pembuluh darah, melindungi tubuh dari
infeksi, dan membantu penyerapan zat besi. Vitamin C banyak terdapat pada
sayur dan buah jenis citrus, contohnya buah jeruk (Zieve, 2009). Vitamin C
29

mampu meningkatkan reseptor eNOS sehingga meningkatkan reaksi NO


dengan reseptor dan meningkatkan hasil produksi NO. Berdasarkan hasil
penelitian Tousoulis (2005) konsumsi vitamin C juga dapat menurunkan
oksidasi LDL.
Polifenol merupakan salah satu antioksidan. Polifenol merupakan
fitokimia alami yang terdapat pada bahan makanan seperti buah-buahan,
sayuran, gandum utuh, sereal, polong-polongan, teh, kopi, anggur dan coklat
(Pandey, 2009). Polifenol dapat menurunkan kadar kolesterol melalui dua
mekanisme. Mekanisme pertama, polifenol akan berikatan dengan cholesterol
carrier sehingga terjadi penurunan absorbsi kolesterol saat melewati brush
broder di sel enterosit. Mekanisme yang kedua yaitu, polifenol akan
menurunkan sekresi dari Apo-B sehingga terjadi penurunan dalam produksi
lipoprotein yang berguna untuk pengangkutan kolesterol untuk di
metabolisme dalam hepar (Smith dan Mangkowidjojo, 1988).
30

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa:

5.1.1 Terdapat pengaruh pemberian air kelapa muda terhadap kadar

kolesterol LDL pada tikus jantan galur wistar yang diinduksi kuning

telur puyuh

5.1.2 Rata-rata kadar kolesterol LDL tikus jantan galur wistar dengan

pemberian pakan standar adalah 24,28 mg/dl.

5.1.3 Rata-rata kadar kolesterol LDL tikus jantan galur wistar yang

diinduksi kuning telur puyuh adalah 74,34 mg/dl.

5.1.4 Rata-rata kadar kolesterol LDL tikus jantan galur wistar yang

diinduksi kuning telur puyuh dan pemberian air kelapa muda dosis

8ml/200grBB/hari adalah 42,73 mg/dl.

5.1.5 Rata-rata kadar kolesterol total tikus jantan galur wistar yang

diinduksi kuning telur puyuh dan diberi simvastatin dosis

0,18mg/ekor/hari adalah 34,71 mg/dl.

5.2 Saran

Penelitian pada air kelapa tua atau kelapa jenis lain perlu dilakukan,

untuk mengetahui kadar senyawa aktif yang terkandung seperti L-arginin,

vitamin C dan polifenol atau senyawa lain di dalam air kelapa dalam

menurunkan kadar kolesterol LDL secara efektif.


31

DAFTAR PUSTAKA

Alizadeh, M., 2010, The Effect of Hypocaloric Diet Enriched in Legumes with or
without L-Arginine and Selenium on Anthropometric Measures in
Central Obese Women, J Res med Sci, 2010 Nov-Dec; 15(6): 331-343.

Anurag P., Sandhya V., Rajamohan T., 2012, Cardioprotective Effect of Tender
Coconut Water, Indian Journal J.37 22-25.

Aryo Bogadenta, 2013, Manfaat Air Kelapa dan Minyak Kelapa, Flash Books,
Yogyakarta.

Bambang Dwiloka, 2003, Efek Kolesterolemik Berbagai Telur, Universitas


Diponegoro, Semarang.

Baraas F, 1993, Mencegah Serangan Jantung dengan Menekan Kolesterol,


Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Bhagya, D. Prema, L. Rajamohan, T., 2010, Beneficial Effects of Tender Coconut


Water on Blood Pressure and Lipid Levels in Experimental
Hypertension, www.sciendirect.com/science/article/pii.pdf. Dikutip
tanggal 21 Desember 2014.

Boger R., Bode BS., Muggs A., et al., 2003, Atheroslerosis, Indian Jounal of
Biochemistry and Biophysics, vol.40:354-357, India.

Dorland, W.A Newman., 2010, Kamus kedokteran Dorland, Edisi 31, EGC,
Jakarta, 1238-1239.

Ganiswara, S. G., Setiabudi, R., Suyatna, F. D., Purwantyastuti, Nafrialdi, 1998,


Farmakologi dan Terapi, edisi 4, FK UI, Jakarta, 367,377.

Katzung, Betram G., 1997, Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi 6, Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Hal: 553-554.

Kusumawati, D,.2004, Bersahabat Dengan Hewan Coba, Gadjah Mada University


Press, Yogyakarta.
32

Manisha DM., Shyamapada Mandal, 2010, Coconut In Health Promotion and


Disease Prevention, Asian Pacific Journal of Tropical Medicine 241-247.

Marks, D. B., Marks, A. D., Smith, C. M., 2000, Biokimia Kedokteran Dasar
Sebuah Pendekatan Klinis, EGC, Jakarta 479-522.

McConell, Glenn K., 2007. Effects of L-arginine Supplementation On Exercise


Metabolis,. Department of Physiology, The University of Melbourne,
Parkville, Australia.

Murray, R. K., Granner, D. K., Mayes, P.A., Rodwell, V. W., 2003, Biokimia
Harper, edisi 25, EGC, Jakarta, 282-284.

Napoli R., Cozzolino D., Guardasole., et al., 2002.,Red Wine Consumption


Improve Insulin Resistance but not Endothelial Function in Type 2
Diabetic Patient, PubMed 54:1053-1063.

Nevin KG, Rajamohan T., 2004, Beneficial Effect of Virgin Coconut Oil on Lipid
Parameters and In Vitro LDL Oxidation, Asian Pacific of Tropical
Medicine.

Novarianto H., 2005, Plasma Nutfah dan dan Pemuliaan Kelapa, Balai Penelitian
Tanaman Kelapa dan Palma Lain, Manado.

Rosanoff dan Seelig, 2004, Comparison of Mechanism and Functional Effects of


Magnesium and Statin Pharmaceuticals, Dalam :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15466951. Dikutip tanggal 7
Mei 2015.
Saerang, J. L. P. 1997. Pengaruh Minyak Nabati dan Lemak Hewani dalam
Ransum Puyuh Petelur terhadap Performans, Daya Tetas, Kadar
Kolesterol Telur, dan Plasma Darah. Pascasarjana Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.

Shills, Maurice E., Shike, Mosche, Ross A., Catharine, Callabero, Benjamin,
Cousins, Robert J. 2006.Modern Nutrition Health and Disease.10th Ed.
Lippincott Williams & Wilkins.

Smith JB dan Mangkoewidjojo, 1988, Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan


Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta. UI Press. Hal 37-38.
33

Soeharto I., 2004, Serangan Jantung dan Stroke Hubungannya dengan Lemak &
Kolesterol, PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.126-127, 206.

Toshio H., Matsui Hirai, Fukatsu A., et al., 2005, Atheroslerosis, Jurnal PNAS
vol.102, California.

Tousoulis D, Davies GJ, Tentolouris C, et al., 2001, Vasomotor effect of Land D-


arginine in stenotic atheromatous coronary plaque, Heart, 86:296301

Warisno, 2007, Budi Daya Pepaya, Cetakan Kelima, Kanisius, Yogyakarta, 1-19.

WHO, 1993, Research Guidelines for the Safety and Efficiacy of Herbal
Medicine, Regional Office for Watern Pacific, Manila.

WHO. 2004. The Atlas Heart Disease and Stroke. Volume 84. WHO New York.

Winarno, F.G. 1993. Pangan, Gizi, Teknologi dan Konsumen. PT Gramedia


Pustaka Utama. Jakarta

Yuliani ,S., Wuryastuti, H 2012, Pengaruh Pemberian Vitamin E Terhadap Kadar


Malondialdehid Plasma pada Tikus yang Diberi Makan Lemak Tinggi,
Jurnal Science Veteriner.

Zieve, D. 2009. Vitamin C : Medline Plus Medical Encyclopedia. Juni 2010.


http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/002404.htm. Dikutip
tanggal 2 Juni 2015.
34

Air kelapa, Dikutip tanggal 15 september 2015


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31915/4/Chapter%20II.pdf

Das könnte Ihnen auch gefallen