Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Erry *
*Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Email: errymd@gmail.com
Abstract
Corneals scars can cause visual disturbances ranging from blurred to blindness. It manifested as a
mild form (nebula), moderate (macula) and severe (leukoma). Corneal disorders are the second leading
cause of blindness in the world after cataracts. Corneal scars more often caused by infection, trauma,
genetic and xeropthalmia. There is no accurate data regarding the prevalence of corneal scars in
Indonesia. Subjects of the study were all respondents aged 5 years from the Basic Health Research
Riskesdas 2007. The design of the study is a cross-sectional study. The assessment done using a
flashlight and matched image viewer cards. The highest prevalence of corneal scars in both eyes is the
province of West Sumatra (2.5%). The lowest prevalence existed in the province of North Sumatra, Riau
Islands, province of DKI Jakarta, Papua and West Papua (0.3%). The prevalence of corneal scars in
one eye showed was that the highest was in the province of Yogyakarta and Central Sulawesi (0.9%).
The lowest was in the province of DKI Jakarta and Riau Islands (0.1%). According to the age groups,
the highest prevalence of corneal scars was the age group of 75 years or more (8,7%) and the lowest
was at the 20-29 years of age group. Based on the gender characteristic there was no particular
difference. However, according to occupation, farmers, seemed more suffer (1,8%) than those who
worked at the private sectors (0,4%). In addition, length of the school attendance has significant
differences in the evidence of corneal scars that is higher at the non schooling (4,1%) and lowest at the
high school education background. Urban rural characteristics showed that the rural population are
more at risk than the urban one. There was inverse relationship between the number of corneal scars
and the household expenditure, the quintile of expenditure the lowest the prevalence of corneal scars.
The blindness of corneal scars (9,8%) and severe visual impairment (10,4%).
In conclusion, the prevalence of corneal scars is higher among the low education population at the
rural area with low household expenditures as well as farmers and fishermans occupation bagkground.
Abstrak
Sikatrik kornea dapat menimbulkan gangguan penglihatan mulai dari kabur sampai dengan kebutaan.
Sikatrik kornea dapat bentuk ringan (nebula), sedang (makula) dan berat (leukoma). Gangguan kornea
merupakan penyebab kebutaan kedua didunia setelah katarak. Sikatrik kornea lebih sering disebabkan
oleh infeksi, xeropthalmia dan trauma. Belum ada data yang akurat mengenai prevalensi sikatrik kornea
di Indonesia. Yang diteliti adalah semua responden berusia 5 tahun dari Riset Kesehatan Dasar 2007
yang merupakan penelitian potong lintang non intervensi. Pemeriksaan dengan senter dan dicocokkan
gambar kartu peraga. Prevalensi sikatrik kornea pada kedua mata tertinggi di Provinsi Sumbar (2,5%),
terendah di Provinsi di Sumut, Kepulauan Riau, Provinsi DKI Jakarta, Papua Barat dan Papua (0,3%).
Submit: 4 Oktober 2011, Review 1: 10 Oktober 2011, Review 2: 10 Oktober 2011, Eligible article: 26 Januari 2012
Sikatrik Kornea Menurut Jenis Kelamin perempuan pada dua mata maupun satu mata, akan
tetapi perbedaan terlihat pada sikatrik kornea dua
Menurut jenis kelamin sikatrik kornea tidak
mata baik pada laki-laki maupun perempuan lebih
terlihat perbedaan, baik pada laki-laki maupun
Sikatrik Kornea
Pekerjaan Total
Dua Mata (n=6100) Satu Mata (n=3550)
Ibu RT 0,8 0,5 136465
TNI/Polri 0,6 0,6 2766
PNS 0,8 0,4 20091
BUMN 0,8 0,5 3187
Swasta 0,4 0,2 42780
Pedagang 0,9 0,5 82255
Pelayan Jasa 0,7 0,5 16779
Petani 1,8 0,9 145108
Nelayan 1,4 0,7 5646
Buruh 1,1 0,8 70544
Lainnya 1,5 0,8 19078
Sikatrik kornea
Pendidikan
Dua Mata (n=8474) Satu Mata (n=4537)
Tidak Sekolah 4,1 1,8
Tidak Tamat SD 1,5 0.8
Tamat SD 0,9 0,5
Tamat SLTP 0,4 0,3
Tamat SLTA 0,4 0,2
Perguruan Tinggi 0,5 0,3
Sikatrik Kornea
Daerah
Dua Mata (n=8486) Satu Mata (n=4552)
Perkotaan 0,8 0,4
Pedesaan 1,2 0,6
Sikatrik Kornea
Pencentil
Dua Mata (n=8472) Satu Mata (n=4539)
I Kuintil 1,1 0,6
II Kuintil 1,0 0,6
III Kuintil 1,0 0,6
IV Kuintil 1,0 0,5
V Kuintil 0,9 0,4
Sikatrik Kornea
Mata Kanan (n=10519) Mata Kiri (n=9784)
Baik 15 16
Sedang 66,4 63,8
Berat 10,3 10,4
Buta 8,3 9,8
Sikatrik kornea Menurut Tipe Daerah kornea juga meningkat. Hal ini berkaitan dengan
paparan risiko pekerjaan yang berkaitan dengan
Menurut tipe daerah tampak lebih tinggi
trauma kornea juga meningkat. Pada kelompok
sikatrik kornea dua mata (1,2%) maupun satu
petani sikatrik kornea dijumpai paling tinggi dan
mata(0,6%) pada daerah pedesaan. Untuk jelasnya
tidak ada perbedaan pada satu dan dua mata.
dapat dilihat pada tabel 6.
Mengingat negara kita negara agraris dan sebagian
Sikartik Kornea Menurut Tingkat Pengeluaran besar mata pencarian penduduknya bertani maka
Per Kapita kecenderungan trauma tumbuhan berupa daun padi,
Menurut tingkat pengeluaran rumah tangga kulit padi, serpihan daun kelapa dan getah tanaman,
per kapita, sikatrik kornea dua mata (1,1%) lebih juga trauma lumpur pada kornea yang berawal dari
tinggi ditemui pada tingkat pengeluaran rumah infeksi yang tidak tertangani dengan baik menjadi
tangga yang rendah sedangkan sikatrik kornea pada ulserasi kornea yang berakhir dengan terbentuk-nya
satu mata (0,4%) persentasenya lebih rendah pada sikatrik kornea. Seperti kita ketahui trauma
tingkat pengeluaran rumah tangga yang tinggi. tumbuhan cenderung membawa serpihan jamur
Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 7. yang menempel dipermukaan kornea, sehingga
Menurut katagori tajam penglihatan yang dalam penanganannya dibutuhkan terapi anti jamur,
berhubungan dengan terjadinya sikatrik kornea sedangkan tetes mata tersebut sulit didapat
terlihat kebutaan cendrung lebih tinggi pada mata didaerah-daerah yang jauh dari jangkauan ahli
kiri (9,8%) dibanding mata kanan (8,3%). mata. Akibatnya mereka datang sudah dalam
Sedangkan gangguan penglihatan berat terlihat bentuk ulserasi kornea. Hal ini perlu perhatian kita
sama pada kedua mata baik kanan maupun kiri. bersama. Dari hasil penelitian kecil yang pernah
Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 8. dilakukan oleh Suratmin terungkap pada pekerja
penderes karet, sering terjadi trauma tatal
(campuran kimia latex stimulan, getah basah-kering
Pembahasan dan kotoran yang menempel pada kulit pohon serta
Prevalensi sikatrik kornea pada dua mata kulit pohon karet) yang mana insidennya mencapai
lebih tinggi dibanding satu mata tertinggi ditemui di 3.17%t (dari 100 penderita pekerja perkebunan 4
sumatera Barat sedangkan sikatrik kornea satu mata penderita trauma tatal), yang menyebabkan ulserasi
distribusinya hampir merata disetiap daerah. Seiring kornea dan menimbulkan sikatrik kornea.6 Setiap
dengan pertambahan usia terlihat prevalensi sikatrik