Sie sind auf Seite 1von 14

GEOLOGI, KARAKTERISTIK DAN GENESA ENDAPAN LATERIT BAUKSIT

PT. ANTAM (Persero) Tbk, UNIT GEOMIN, DAERAH KENCO, KABUPATEN


LANDAK, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Fachrul Rozi Ramadhan*, Yoga Aribowo*, Dian Agus Widiarso*, Dedi Sunjaya**, Betraz A**
(corresponding email : fachrulroziramadhan@gmail.com)

*Program Studi Teknik Geologi, Universitas Diponegoro, Semarang


** PT. ANTAM (persero) Tbk, Unit Geomin Site Landak, Kalimantan Barat

ABSTRACT

Bauxite mining is one of the business units that started to increase mine in Indonesia because it
has considerable economic value in the scale of quantity and quality. One of the prospective locations
are in areas Kenco, Landak District, West Kalimantan Province. Kenco is an area that addressed the
rest of the development of Cretaceous volcanism consisting of the island of Borneo Volcanic
Formations Mensibau with unit members Granodiorite, quartz diorite and diorite, and the Formation of
the Kingdom Volcanic Andesite-trachite units and Formations of alluvium and swamp sediment
quarter. Bedrock types that tend to be acid-intemediet bauxite will produce certain characteristics that
are different from the dominant rock properties of acids or bases. Rock intensively weathered have the
potential to form a precipitate lateritic bauxite. Conducted a detailed mapping is the next steps of
regional mapping to narrow the area of bauxite mineral mining resource prospects.
Geological aspects and lateritic bauxite deposit genesis process on the site is a very interesting
research material. Based on field mapping, Gibsite is the bauxite formed with frame type is the result
of weatherin sediment residue on the soil catena. The study area consists of rocks that form lateritisation
overburden, soil laterite, iron cap /gossan, saprolite and bedrock layers. Lateritic bauxite deposit
formation is largely controlled by bedrock type, time, climate (rainfall), morphology, changes the face
of groundwater, and vegetation destruction process involving a series of rocks, minerals leaching,
transport and deposition of mineral elements of chemical residues.
Lateritic bauxite sludge characteristics according to the analysis of X-Ray Diffraction (XRD) on
a layer of overburden to ore (saprolite layer) shows the mineral composition Nacrite, Kaolinite, Gibsite,
Goethite, Quartz, Nordstandite, Hematite, and Dickite. The average mineral formed at neutral pH tends
to be acidic by 5-7 and temperatures below 150oC. The analysis of X-Ray Fluorescence (XRF) shows
the rock has certain characteristics which, if averaged Aluminum trihydrate (Al2O3) as much as 33%,
Iron (II) trihydrate (Fe2O3) of about 8.5%, Silicate oxide (SiO2) approximately 43%, Titanium
oxide (TiO2) approximately 1% and total silicate (R-SiO2) approximately 7%. Saprolite layer
showed a thickening layer on the hillside at an angle of 20 - 25o, while the section near the top of the
hill or valley will be thinned. The results showed that the value of XRF levels bedrock formation of
bauxite have economic value to the content of Al and Fe but less to a total content of Si and Si.

Keyword: Vulcanisme, Source rock, Gibsite, Bauxsite characteristics

I. PENDAHULUAN Granodiorit dan Nefelin) sehingga kaya


Data Kementerian ESDM tahun dengan komposisi unsur Al berumur Pra-
2010, menyatakan bahwa sumber daya tersier (kapur) yang didukung dengan iklim
bauksit di Indonesia sebanyak 726.585.010 tropis, curah hujan yang tinggi dan
juta ton bijih dan cadangan 111.791.676 mekanisme proses pelapukan untuk
juta ton bijih. Penyebaran daerah tambang terjadinya proses lateritisasi pembentukan
bauksit salah satunya adalah daerah endapan dan karakterisitik bauksit yang
Kalimantan Barat yng didukung dengan dihasilkan.
batuan dasar yang bersifat asam-
intermediet (seperti Sienit, Diorit kuarsa,

1
II. LOKASI PENELITIAN permukaan laut. Kemiringan lereng antara
Wilayah penelitian berada di daerah 15-40%.
Kenco, Kabupaten Landak, Provinsi 3. Daerah dataran dengan ketinggian 10-25m
Kalimantan Barat. Secara geografis daerah di atas permukaan laut, menempati daerah
penyelidikan terletak pada koordinat sekitar aliran sungai, rawa-rawa dan lembah
antar bukit dengan kemiringan <15 %.
geografis 10901536,06 sampai dengan
3.4. Jenis tanah
10902959,79 Bujur Timur dan Jenis tanah daerah ini adalah Podsolik
003109,76 sampai dengan 003801,52 merah kuning (batuan sedimen), Podsolik
Lintang Selatan, dengan luas wilayah 564 merah kuning (batuan beku dan sedimen),
Ha. (Gambar 1) Podsol (batuan sedimen), Latosol, Organosol
dan glei humus (bahan aluvial).
III. KONDISI REGIONAL 3.5. Kondis Iklim dan Curah Hujan
3.1. Stratigrafi Regional Secara umum curah hujan rata-rata
Stratigrafi Kabupaten Landak, sebesar 160 mm per bulan, dengan suhu rata-
Propinsi Kalimantan Barat merupakan hasil rata 23-35oC dengan dua musim yaitu Musim
kajian dari Peta geologi lembar Singkawang hujan antara bulan September Maret dan
(1363), Kalimantan (oleh: N. Suwarna (GRDC) Musim Kemarau antara bulan April Agustus.
dan R.P. Langford, 1993) skala 1:200.000
(Gambar 2) IV. TINJAUAN PUSTAKA
1. Satuan Batuan Gunungapi Raya (Klr) 4.1. Endapan laterit Bauksit
berumur Jura-Trias, berupa Andesit terubah, Bauksit (Al2O3.2H2O) memiliki sistem
dasit, basal dengan gabungan antara kristal oktahedral, terdiri dari 35-65% Al2O3, 2-
piroklastika andesitan dan dasitan, kaya 10% SiO2, 2-20% Fe2O3, 1-3% TiO2 dan 10-
klorit, epidot, sisipan tipis konglomerat, 30% H2O. Sebagai bijih alumina, bauksit
batupasir, dan batulumpur yang mengandung sedikitnya 35% Al2O3, 5% SiO2,
diperkirakan adalah batuan Gunungapi. 6% Fe2O3, dan 3% TiO2. Bauksit terbentuk dari
2. Satuan Granodiorit Mensibau (Klm) batuan yang mempunyai kadar aluminium
berumur Kapur-Jura, berupa granodiorit tinggi, kadar besi rendah dan sedikit kadar
dengan granit, diorit kuarsa, adamelit dan kuarsa bebas. Pada saat batuan mengalami
tonalit yang merupakan batuan terobosan. pelapukan kimiawi unsur kimia silika (Si)
3. Formasi Hamisan (Toh) berumur Oligosen, terlarut dan terlepas dari ikatan kristal begitu
berupa arsenit kuarsa, arsenit litos, juga sebagian unsur besi. Alumina, Titanium
konglomerat aneka bahan. dan mineral oksidasi terkonsentrasi sebagai
4. Endapan alluvial dan rawa (Qa) berumur endapan residu. Batuan yang dapat memenuhi
Pliosen, berupa lumpur, pasir, kerikil, dan persyaratan itu antara lain nephelin sienit,
sisa tumbuhan. batuan lempung/serpih. Batuan itu akan
3.2. Struktur Geologi mengalami proses lateritisasi (proses
Kabupaten Landak termasuk dalam pertukaran suhu secara terus menerus sehingga
Zona C, yaitu Daerah Kontinen Dataran Sunda. batuan mengalami pelapukan). Valeton (1972)
Kondisi Zona C di Kalimantan Barat kurang Secara komersial bauksit terjadi dalam tiga
stabil karena tidak mengalami Diastrofisma bentuk, yaitu:
Tersier. Struktur lipatan berarah barat-timur. 1. Pissolitic atau oolitic disebut pula kemel
Struktur kelulusan dan patahan berkembang di yang berukuran diameter dari sentimeter,
bagian timur, pada batuan beku berumur kapur, sebagai amorfous trihydrate.
umumnya berarah barat laut-tenggara. 2. Sponge ore (Arkansas), porous, merupakan
3.3. Morfologi Regional sisa dari batuan asal dengan komposisi
Secara garis besar daerah penelitian utama mineral gibsit.
dibagi menjadi 3 (tiga) bagian yaitu: 3. Amorphous atau bijih lempung. Clay
1. Morfologi perbukitan terjal, menempati symposium (1952)
daerah-daerah dengan ketinggian >140m di 4.2. Klasifikasi Endapan Bauksit
atas permukaan laut dengan lereng >40%. Berdasar letak depositnya, menurut
2. Perbukitan bergelombang, memiliki Valeton (1972) bauksit klasifikasikan menjadi
ketinggian antara 25-140m di atas empat tipe, yaitu:
1. Deposit bauksit residual

2
Asosiasi dengan kemiringan lereng yang 4.4. Faktor Pengontrol Endapan Bauksit
menengah sampai hampir datar pada batuan Menurut Valeton (1972) pembentukan
nephelin syenit. Permukaan bauksit endapan laterit bauksit dikontrol oleh beberapa
kemiringannya lebih dari 50 dan batasan faktor yang saling terkait dan mempengaruhi,
yang umum adalah 250. Pada batuan tetapi faktor tersebut juga dapat berubah dalam
nephelin syenit bagian bawah bertekstur membentuk endapan, faktor tersebut seperti:
granitik. 1. Batuan asal yang kaya akan unsur Al
2. Deposit bauksit koluvial 2. Daerah subtropis dengan curah hujan yang
Deposit diselubungi oleh kaolinit, nephelin, tinggi
dan sienit. Deposit ini terletak di bawah 3. Temperatur harian lebih besar dari 200C
lempung dan termasuk swamp bauxite 4. Topogra undulating
dengan tekstur pisolitik dan oolitik yang 5. Daerah sungai berstadia tua (stabil)
masih terlihat jelas serta berada di daerah 6. Proses pembentukan di atas muka air tanah
lembah. permanent
3. Deposit bauksit alluvial pada perlapisan 7. Seting tektonik
Deposit membentuk perlapisan silang siur,
dipisahkan dengan gravel yang bertekstur IV. METODOLOGI PENELITIAN
pisolitik Metode yang dilakukan untuk
4. Deposit bauksit alluvial pada konglomerat mendapatkan data yang diperlukan antarai lain
kasar metode survei langsung secara detail dengan
Deposit tipe ini umumnya menutupi bauksit peta 1:2500 (Gambar 3) dan selanjutnya metode
boulder dengan konglomerat kasar, terutama analisis petrologi, petrografi, struktur geologi,
dari lempung karbonat dan pasir. XRD dan XRF terhadap conto sampel.
Berdasarkan kriteria lapisan tanah yang
ideal dalam pengendapan bauksit, terdapat 3 V. HASIL DAN PEMBAHASAN
jenis lapisan tanah (Valeton (1972), yaitu : 5.1. Stratigrafi Derah Penelitian
1. Latosol : Tanah yang terbentuk dari batuan Daerah kenco terdiri atas 5 satuan
asal batuan, diantaranya : Satuan Granodiorit,
2. Andosol : Tanah mineral yang berasal bukan Satuan Diorit, Satuan Diorit Kuarsa (Formasi
dari batuan asal biasanya dari abu gunung Granodiorit Mensibau, Klm), Satuan Andesit
api yang kaya akan Al+ dengan Gibbsite (Formasi Gunungapi Raya, Klr), dan Satuan
sebagai Aluminum. Endapan Aluvium (Formasi Quarter Aluvium
3. Catena : Tanah yang ada bersama sama dan Rawa (Qa). (Gambar 8)
berkembang pada saat bersamaan dibawah a. Satuan Granodiorit
kondisi yang berbeda. Satuan ini meliputi 35% daerah
4.3. Proses Pembentukan Endapan Bauksit penelitian berorientasi timur laut barat daya,
Menurut Zarasyandi, dkk (1984). kondisi morfologi relatif tinggi dan terjal,
proses-proses yang dapat membentuk endapan elevasi kelerengan mencapai 30o.. Batuan
bauksit dijelaskan sebagai berikut : ditemukan berukuran boulder relatif besar,
1. Proses Magmatik bahkan mencapai 20m2 dengan kondisis
Alumina yang bersumber dari proses terlapukan ringan. Komposisi kuarsa sekitar
magmatik dijumpai dalam bentuk batuan 15-20%, komposisi plagioklas lebih dominan
yang kaya akan kandungan alumina yang dari feldspar yaitu sekitar 15%, biotit,
disebut dengan alumina-rich rock. hornblende, pirit, dan kalkopirit dengan
2. Proses Hidrothermal komposisi <5%. Granodiorit berstruktur masif.
Alumina produk alterasi hidrothennal dari Pengamatan tekstur derajat kristalisasi
trasit (trachyte) dan riolit (rhyolite). holokristalin, ukuran mineral sekitar 1-5mm,
3. Proses Metamorfosa granularitas equigranular-faneritik dan bidang
Alumina yang bersumber dari proses antar mineral euhedral-subhedral. . Pengamatan
metamorfosa adalah sumber alumina yang mikroskopis menunjukan komposisi mineral
tidak ekonomis. kuarsa dan plagioklas bisa mencapai 15-20%.
4. Proses Pelapukan Mineral biotit ataupun hornblend 5% serta
Alumina yang bersumber dari proses adanya inklusi dan mineral opaque (Gambar 4).
pelapukan, dijumpai sebagai cebakan Hasil pelapukan yang intensif akan
residual dan disebut sebagai bauksit. menunjukkan warna merah hingga merah bata.

3
b. Satuan Diorit Kuarsa dengan komposisi mineral variatif seperti
Satuan meliputi 10% daerah komposisi kuarsa 10%, komposisi plagioklas
penelitian berorientas timur laut barat daya, dominan sekitar 30% dan feldspar lebih sedikit,
kondisi morfologi lebih rendah dan cenderung biotit, hornblende, pirit, dan kalkopirit dominan
miring, elevasi kelerengan mencapai 30-20o berukuran lebih besar dengan komposisi 5-
(relatif bergelombang). Pada beberapa lokasi 10%. Pada sayatan tipis ditemukan tekstur
batuan ditemukan berukuran boulder relatif Trachyte (Gambar 7).
cukup besar sekitar 10m2. Diorit kuarsa e. Satuan Endapan Aluvium
memiliki warna abu-abu terang hingga sedikit Satuan termuda, memiliki persebaran
keruh berstruktur masif dan tekstur derajat hampir 35% dari keseluruhan daerah. Satuan ini
kristalisasi holokristalin, ukuran mineral lebih membentuk dataran yang memapar sangat luas,
kecil sekitar 2-4mm, granularitas equigranular- tetapi belum bisa diklasifikasikan sebagai
faneritik, batas antar mineral subhedral. batuan karena masih bersifat lepasan dengan
Komposisi variatif kuarsa 10%, komposisi akumulasi material sedimen dari proses yang
plagioklas lebih dominan dari feldspar yaitu terjadi pada daerah penelitian. Komposisi
sekitar 15-20% dan feldspar terkadang hadir satuan ini cenderung pasir hingga lempung
hampir 7%, biotit atau hornblend, dan mineral serta pecahan batuan baik granodiorit hingga
opak dengan komposisi <5% (Gambar 5). andesit trakitik, ukuran butirnya dari lempung
Sayatan tipis menunjukkan tekstur granopirik. hingga kerakal dengan kondisi yang tidak
Beberapa menunjukkan pola pelarutan dan kompak.
zoning pada mineral plagioklas. Komposisi 5.2. Geomorfologi Daerah Penelitian
mineral dominan mineral plagioklas daripada Klasifikasi bentuklahan (Gambar 9)
kuarsa, terkadang indikasi adanya mineral berdasarkan morfometri klasifikasi Van
alkali feldspar. Intensitas ubahan mineral Zuidam (1983) dan morfogenesa lahan,
berwarna kuning kecoklatan digolongkan menjadi :
c. Satuan Diorit a. Satuan Perbukitan Terjal Volkanik
Satuan meliputi 25% daerah Denudasional
penelitian berorientasi merata pada bagian Satuan ini memiliki luas penyebaran
barat, kondisi morfologi bergelombang dengan sekitar 35 %, beda ketinggian yang terlihat pada
elevasi kelerengan mencapai <30o. Batuan satuan ini mencapai 15-30m, persen lereng
berukuran boulder relatif kecil, bahkan kecil berkisar antara 22 % - 40 %. Sebagian lahan
dari 8m2. Warna batuan abu-abu dengan kilap digunakan sebagai hutan dan perkebunan sawit.
kaca seperti diorit kuarsa tetapi ukuran mineral Pola aliran sungai cenderung radial sentris dari
lebih kecil berstruktur masif dengan tekstur dalam ke luar dan beberapa pola aliran sungai
derajat kristalisasi holokristalin, ukuran mineral trelis.
sekitar 1-3mm, granularitas equigranular- b. Satuan Perbukitan Bergelombang
faneritik, batas antar mineral subhedral- Volkanik Denudasional
anhedral. Komposisi kuarsa setidaknya kurang Satuan memiliki luas penyebaran
5 hingga 10%, komposisi plagioklas sekitar 15 sekitar 20 %, dengan beda ketinggian mencapai
dan feldspar kurang dari 5%. Mineral biotit, 10-15 m, kemiringan lereng yang cukup landai
hematit, limonit, dan jerosit dengan komposisi memiliki persen lereng berkisar antara 7 - 20 %.
5% (Gambar 6). Pada batuan yang intensif Lahan digunakan sebagai wilayah prospek
terlapukan akan menunjukkan warna kuning tambang dan perkebunan warga.
kecoklatan, sebagaian ditemukan c. Satuan Dataran Aluvial Denudasional
gossan/ironcap. Satuan memiliki luas penyebaran
d. Satuan Andesit (Trakitik) sekitar 45% dengan beda ketinggian mencapai
Satuan meliputi 5% daerah penelitian 2-7 m dan persen lereng berkisar antara 2-5%.
memiliki orientasi berupa titik berarah utara- Daerah rendah menghasilkan rawa tetapi
selatan. Boulder relatif kecil, bahkan kurang sebagian telah digunakan warga sebagai lahan
1m2, berstruktur masif. Derajat kristalisasi pertanian. Aliran sungai cenderung dendritik
hipokristalin, ukuran mineral sekitar <1-2mm, mengarah ke selatan dengan lebar sungai 2-4m,
granularitas equigranular-afanit, batas antar berkelok-kelok hingga teranyam.
pertemuan mineral subhedral-anhedral. Batuan 5.3. Struktur Geologi
yang intensif terlapukan akan berwarna Struktur ditemukan pada sepanjang
kemerahan hingga orange membentuk lapisan badan sungai, kemungkinan sebagai zona

4
breksiasi dari pergerakan yang terjadi. Pada senyawa Nacrite (Al2Si2O5(OH)4), Kaolinite
bagian tertentu ditemukan sebuah bidang yang (Al2Si2O5(OH)4), Gibsite (Al(OH)3), Goethite
menunjukkan stiriasi vertikal dengan kondisi (FeO(OH)), Quartz (SiO2), dan Dickite
bidang seperti tersayat menjadi tiga. Jenis (Al2Si2O5(OH)4). Pada tanah laterit ditemukan
struktur geologi pada daerah penelitian, senyawa Kaolinite (Al2Si2O5(OH)4), Nacrite
diklasifikasikan dengan Rickard (1972), (Al2Si2O5(OH)4), Gibsite (Al(OH)3), dan
analisis stereonet metode analisis struktur Quartz (SiO2). Sedangkan pada bijih bauksit
tegasan berputar nanang saryono (1987) ditemukan senyawa Gibsite (Al(OH)3), Quartz
(Gambar 10) dan pengintepretasian arah (SiO2), Goethite (FeO(OH)), Nordstandite
tegasan utama pada hasil analisis tersebut (Al(OH)3), Hematite (Fe2O3), dan Kaolinite
dilakukan dengan konsep Pure Shear Harding (Al2Si2O5(OH)4).
(1973) dengan melihat jenis sesar dan Horizon dibagi menjadi Humus (padat
penarikan sudut maksimal 30o terhadap bidang vegetasi), tanah (laterit I, biasanya ditandai
sesar pada analisis struktur outcrop H44, dengan butiran halus dan lepas serta batuan
memiliki arah tegasan gaya struktur barat daya dasar yang ada dibawahnya), Lapisan ferikrit
Timur laut dengan jenis sesar turun hitam (iron cap), Ore/saprolit (biji bauksit),
menganan. dan batuan dasar (Gambar 12). Pembentukan
5.4. Karakteristik Endapan Laterit Bauksit ketebalan bauksit ini sangat tergantung kepada
Bauksit yang terbentuk adalah jenis morfologi dimana penebalan pada bagian
gibsit yang terbentuk pada lapisan tanah miring dengan kelerengan 25o, sedangkan
andosol dan catena, termasuk endapan bauksit pada lembah dan puncak bukit mengalami
residu hasil pelapukan batuan (insitu). Setiap penipisan (Gambar 13-15).
batuan dasar memiliki karakteristik bauksit 5.5. Genesa dan Faktor Pembentukan
tertentu diantaranya Granodiorit menghasilkan Endapan Laterit Bauksit
tanah laterit berwarna merah bata dengan Unsur senyawa yang diperhatikan
tekstur bauksit agak kasar terdapat mineral merupakan ikatan pengayaan unsur tunggal
kuarsa berukuran 1-3mm dengan ketebalan yang bereaksi terhadap media air dan
lapisan saprolit 7-10m, Diorit kuarsa mengendapkan senyawa baru, dalam
membentuk endapan tanah laterit berwarna pertambangan bauksit senyawa tersebut adalah
kuning keorange-an dengan kondisi Aluminium trihidrat (Al2O3), Besi trihidrat
batuan/sampel lebih halus dengan mineral yang (Fe2O3), Silikat oksida (SiO2), Titanium oksida
cenderung lepas dengan ketebalan lapisan (TiO2) dan Total silikat (R-SiO2). Intensifnya
saprolit 4-8m, dan Diorit menghasil kan warna perkembangan laterit di daerah tropis basah
tanah cenderung coklat hingga coklat gelap menyebabkan terbentuknya tanah laterit.
dengan tanah laterit berwarna kuning. Sering Pada umumnya proses laterisasi pada
ditemukan rembesan air, boulder fresh rock, bauksit terdiri dari beberapa tahapan, yaitu
lempung dan pasir silikaan pada bagian bawah pelarutan, transportasi, dan pengendapan
dengan ketebalan lapisan saprolit relatif lebih kembali mineral. Faktor yang terpenting pada
variatif yaitu antara 2-8m (Gambar 11). pelarutan adalah pH, solubility, dan kestabilan
Perbandingan kadar antar batuan berdasarkan mineral. Faktor yang berpengaruh pada
analisis X-Ray Flurounces (XRF) adalah : transportasi dan pengendapan kembali mineral
Satuan (Al2 (Fe2 (Si (TiO
(R- adalah iklim, topografi, morfologi, dan
SiO2 mobilitas unsur. Hasil pelapukan akan
Batuan O3) O3) O2) 2)
) ditransportasikan oleh airtanah atau air hujan,
Grano 30- 3,5- 20- 0,20- 2,7- kemudian diendapkan kembali. Proses terjadi
diorit 45% 12% 45% 1% 11%
dengan baik pada permukaan tanah landai
Diorit 24- 4,5- 35- 0,4- 5,3-
33% 15,5% 62% 0,8% 7,5%
dengan kemiringan tertentu, keadaan morfologi
Kuarsa
dan topografi yang cenderung bergelombang
Diorit 22- 22- 17- 0,28- 5,2-
Kuarsa 40% 40% 65% 0,7% 13% miring.
Rata- 8,5 43 Beberapa unsur yang sangat penting
33% 1% 7% dalam endapan laterit bauksit adalah Al, Fe, Si
Rata % %
Berdasarkan hasil analisa sampel dan Ti. Perbandingan antara nilai Al dan Si
metode analisis X-Ray Disfraction, jenis merupakan patokan keekonomisan tambang
senyawa penciri pada tanah penutup ditemukan bauksit. Pada iklim tropis, Ca, Ni, Si dan Ti
mengalami pelindian terlebih dahulu dan lebih

5
mobile dibanding dengan Al dan Fe.Pelarutan endapan laterit bauksit dapat terbentuk
dan penguraian plagioklas, alkali feldspar, besi, menyesuaikan jenis batuan serta rekahan
aluminium dan silika dalam larutan akan struktur geologi.
membentuk suspensi koloid. Pada larutan, besi b. Vegetasi dan Proses Pelapukan
akan bersenyawa dengan oksida dan Daerah penelitian dominan hutan,
mengendap sebagai ferri hidroksida. Akhirnya tetapi sebagian telah difungsikan sebagai
endapan ini akan menghilangkan air dengan perkebunan. Sebagai salah satu daerah tropis,
membentuk mineral geothit FeO(OH), hematit perkembangan tumbuhan yang ditunjang curah
(Fe2O3), dan kobalt (Co) dalam jumlah kecil, hujan yang cukup menjadi faktor utama
sedangkan Al akan mengendap menjadi pelapukan batuan yang ada. Hal ini ditunjukan
endapan bauksit Al2O3.2H2O (dalam hal ini dengan terbentuknya horizon tanah penutup
bauksit secara umum). Pengendapan dikontrol setebal 20-30cm. Pada daerah yang dominan
pH sebagai penetralisir reaksi kimia oleh tanah. vegetasi, sangat sulit untuk ditemukan batuan
Jika konsentrasi air berkurang pada saat dasarnya. Tanaman yang mati menghasilkan
pengendapan laterit bauksit, maka buhmit dan larutan asam humus yang menyebabkan
diaspor dapat terbentuk. dekomposisi batuan dan mengubah pH larutan
Selain itu, pengayaan unsur lainnya dalam tanah. vegetasi akan mengakibatkan
yang terikat bauksit adalah R-Si. Unsur ini penetrasi air lebih dalam dan lebih mudah
merupakan unsur terpisah dari Si yang dengan mengikuti jalur akar pohon-pohonan,
terbentuk pada laterit bauksit, serta usnsur yang akumulasi air hujan akan lebih banyak sehingga
dipertimbangkan dalam penambangan bauksit. tanah humus akan lebih tebal (Gambar 17).
Hal ini disebabkan karena untuk menguraikan c. Muka Air Tanah dan Morfologi
senyawa bauksit nantinya, perlunya Berdasarkan pengamatan data testpit,
penambahan NaOH untuk mendapatkan beberapa menunjukkan ketinggian air bawah
bauksit murni. Proses pengayaan dan permukaan dengan merembesnya air dilubang
pengendapan laterit bauksit paling baik pada testpit. Kedalaman rata-rata mata air ditemukan
topografi miring yang mana proses mobilitas adalah 10-15m dengan ketinggian 105m dari
unsur yang rendah, karena pada bagian puncak permukaan laut mengikuti morfologi yang
cenderung untuk mengalirkan hasil erosi dan terbentuk. Bauksit terdiri dari unsur senyawa
respirasi air meteorik. Sedangkan pada bagian seperti Al dan Fe yang tidak mobile sehingga
lembah, lebih banyak membentuk endapan terendapkan kebawah permukaan dimana
laterit Fe seperti hematit dan limonit sebagai sumber unsur tersebut. Media yang paling
hasil akumulasi material sedimen serta berpengaruh dalam proses pelindian dan
peresapan larutan. Kehadiran kekar ataupun pengendapan kembali mineral adalah air.
rekahan akan mempercepat proses respirasi dan Ketika pada suatu daerah memiliki kondisi
penghancuran batuan sehingga mempengaruhi muka air tanah yang tidak stabil (masih
pembentukan zona deposit. cenderung naik turun), maka akan mengganggu
Faktor yang terlibat dalam proses ikatan senyawa yang ada dan proses
mempengaruhi ketebalan lapisan saprolit lateritisasi akan terus terjadi. Maka dari itu
diantaranya : diperlukan kondisi muka air tanah yang tenang
a. Waktu dan Perubahan Iklim untuk membentuk lapisan endapan laterit
Batuan berumur Kapur-Holosen bauksit yang ideal.
dengan rentang waktu 143 juta tahun dimana
batuan beku dipastikan hadir pada saat 25 juta VI. KESIMPULAN
tahun lalu dengan intensitas lapukan batuan 1. Bauksit yang terbentuk adalah jenis Gibsit,
dimulai 10 juta dimana kedudukan pulau merupakan deposit residual pelapukan tipe
Kalimantan telah stabil. Kalimantan setiap rangka dengan indikasi tanah laterit merah
tahunnya memiliki nilai curah hujan yang bata hingga kuning. Secara lateral terdiri
tinggi, yaitu sekitar 401-500 mm perbulan atas tanah penutup, tanah laterit, Lapisan
dengan temperatur daerah penelitian ferikrit hitam (iron cap/gossan),
diperkirakan 32-40o C, biasanya sangat panas Ore/saprolit (biji bauksit), dan source rock
disiang hari dan dingin dimalam hari. Rentang (batuan dasar). Lapisan saprolit mengalami
waktu yang sangat lama dan kondisi perubahan penebalan pada lereng bukit dan optimal
iklim (Gambar 16) yang tidak menentu dengan jika kelerengan 20-25o, sedangkan pada
intensitas hujan sangat tinggi mengakibatkan bagian puncak/punggung bukit dan lembah

6
akan menipis.Karakteristik kadar bauksit di pelapukan morfologi dan muka air tanah
daerah penelitian rata-rata adalah 33% yang stabil untuk terbentuknya endpan
Aluminium trihidrat (Al2O3), 8,5% Besi bauksit yang ideal.
(II) trihidrat (Fe2O3), 43% Silikat oksida
(SiO2), 1% Titanium oksida (TiO2) dan VII. UCAPAN TERIMAKASIH
7% Total silikat (R-SiO2). Terimakasih saya sampaikan kepada
2. Genesa Endapan laterit bauksit dikontrol Bapak Dedi Sunjaya, Bapak Betraz A, dan
oleh proses pelindian, pencucian, Segenap pihak PT. ANTAM (Persero) Tbk,
transportasi dan pengendapan kembali Unit Geomin terutama Tim Site Landak yang
mineral. Proses terebut dipengaruhi oleh telah memberikan kesempatan, masukan dan
waktu, perubahan iklim, vegetasi, proses bimbingan selama melakukan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA
Clay symposium, 1952. Problem of Clay and Laterit Genesis. New York : The America Institute of
Mining and Metallurgical Engineers.
Dhadar, J.R., 1983. Eksplorasi Endapan Bahan Galian. Bandung: G.S.B Bandung
Dominique L. Butty and Claude A. Chapallaz. 1984. Bauxite Genesis. Senior Geologists, Billiton
International Metals B.V. Leidschendam, The Netherlands. Chapter 7.
Guilbert, J.M. dan Park, C.F. Jr., 1986, The Geology of Ore Deposits. W.H.Freeman and Company:
New York.
Koesoemadinata, R.P. Geologi Eksplorasi. Bandung: ITB
N. Suwarna (GRDC) dan R.P. Langford (AGSO). 1993. Peta Geologi Regional Lembar Singkawang
skala 1 : 250.000. Bandung : Directorate General of Geology and Development Center.
Priyadi bambang. 2009. PPT Chapter 4 GKExp Unsoed 2010 Weathering. Bandung : Institut Teknologi
Bandung (Tidak dipublikasikan : Materi Kuliah).
Priyadi bambang. 2009. PPT Chapter 5 GKExp Unsoed 2010 Soil Formation. Bandung : Institut
Teknologi Bandung (Tidak dipublikasikan : Materi Kuliah)
PT. ANTAM Unit Geomin, 2012. Laporan Tahunan Site Landak. Pontianak (unpublished)
R. R. Anand, R. J. Gilkes, G. I. D. Roach. 1991. Geochemical and Mineralogical Characteristics Of
Bauxites, Darling Range, Western Australia. Applied Geochemistry. Vol. 6. pp. 233-248.
Valeton Ida. 1972. Bauxites. Elsevier Publishing Company. Amsterdam

7
LAMPIRAN GAMBAR

Gambar 1. Lokasi daerah Kenco Kabupaten Landak, Kalimantan Barat. (Google.co.id, 2013)

Gambar 2. Peta Geologi Regional Lembar Singkawang skala 1 : 200.000 modifikasi (N. Suwarna (GRDC) dan
R.P. Langford (AGSO), 1993).

8
Gambar 3 Peta lokasi daerah penelitian

Gambar 4. Kenampakan mineral pada sayatan tipis batuan Granodiorit (Perbesar 4x).

9
Gambar 5. Hasil pengamatan petrografi mineral batuan Diorit kuarsa (perbesaran 4x).

Gambar 6. Hasil pengamatan mineral sampel batuan diorit (perbesaran 4x).

Gambar 7. Hasil pengamatan mineral sampel batuan andesit (perbesaran 4x).

10
Gambar 8 Peta Geologi daerah penelitian

Gambar 9 Peta Geomorfologi daerah penelitian

11
Gambar 10. Hasil proyeksi analisis struktur berdasarkan konsep tegasan berputar Nanang saryono (1987)
dengan program DIPS

Gambar 11. Hasil lateritisasi endapan bauksit

12
Gambar 12. Profil Dinding utara Testpit, a. Contoh gossan ,b. dan c. Contoh bauksit

Gambar 13. Profil Selatan-Utara laterit bauksit

Gambar 14. Profil Barat daya-Timur Laut laterit bauksit

13
Gambar 15 Peta Laterit daerah penelitian

Gambar 16 Profil pembentukan tanah daerah penelitian (bambang Priadi, 2009)

Gambar 17 Pembentukan tanah sesuai iklim (Jenny,1941, Rose et al,1979, dalam bambang Priadi, 2009)

14

Das könnte Ihnen auch gefallen