Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
oleh :
Abstract: Wound is one kind of problems in medical surgery of nursery. Povidon Iodine 10% is to be a
medication that often used during wound healing, however it might bring with it several side effects such
skin irritation. Shallot (Allium Cepa l) containing materials which can be used to treat wound. Therefore,
we need to observe in order to find out the difference of healing period on wound treatment by using
shallot grinder (Allium Cepa l) compared with povidon iodine 10%.The design of this research is true
experiment with post test group only by using white mouse as the sample chosen by using simple random
sampling. The variable measured here is average wound recovery on wound treatment which used shallot
grinder (Allium Cepa l), povidon iodine 10%, and control, by using statistical test of one way anova. The
result shows that p=0,000, it means that there is a significant different between wound treatment using
shallot grinder (Allium Cepa l) and wound treatment using povidon iodine 10%, and control. However,
the result from wound treatment using shallot grinder (Allium Cepa l) compared with povidon iodine 10%
shows that p=0,184, it means that there is no significant difference between wound treatment using
shallot grinder (Allium Cepa l) and povidon iodine 10%. This is because of content each the material
influences healing process of clean wound, that is alliin , glycoside flavone, and saponin at shallot (
Allium Cepa l), and polyvinnypyroliodine at povidon iodine 10%. We suggest that the next research shall
be done accurate assessment to determine dose, make extract, and research toxicity test to cover the
limitedness of this research.
Key words: Shallot Grinder (Allium Cepa l), Povidon Iodine 10%, Clean wound recovery period.
PENDAHULUAN
Luka adalah terputusnya atau rusaknya perawatan luka merupakan bagian dari tanggung
kontinuitas jaringan, bila tidak ditangani dengan jawab seorang perawat dan harus dilakukan dengan
segera (perawatan juga penanganan yang kurang konsisten dan tepat. Perawatan luka secara
baik) akan terjadi infeksi atau komplikasi yang lain konsisten dan tepat sangat diperlukan untuk
dan meninggalkan bekas yang sulit untuk mencegah infeksi dan menekan proses inflamasi
dihilangkan. Berdasarkan mekanisme cedera, luka sehingga proses penyembuhan dapat berlangsung
dapat dibedakan menjadi luka insisi, kontusio, lebih cepat.
laserasi dan luka tusuk, sedangkan berdasarkan Penyembuhan luka adalah suatu proses yang
tingkat kontaminasi dapat dibedakan menjadi luka kompleks dengan melibatkan banyak sel. Proses
bersih, luka kontaminasi bersih, luka yang dimaksudkan disini karena penyembuhan
terkontaminasi dan luka kotor atau terinfeksi luka melalui beberapa fase. Fase tersebut meliputi:
(Brunner and Suddart, 2002). koagulasi, inflamasi, proliferasi, dan fase
Luka bersih adalah luka bedah yang tidak remodeling. (Suriadi, 2004). Dalam proses
terinfeksi dimana tidak terdapat inflamasi dan penyembuhan luka membutuhkan perawatan yang
kontaminasi dari saluran pencernaan, pernafasan, mencakup pembersihan luka bersih dan
genital atau saluran kemih. Di rumah sakit,
_____________________________________
http://www.lpsdimataram.com Volume 8, No. 4, Juli 2014
38 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787
_____________________________________________
Volume 8, No. 4, Juli 2014 http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah39
norvegicus strain wistar), untuk mengetahui Peneliti memilih sampel tikus sebanyak 30
perbedaan lama penyembuhan luka bersih ekor, kemudian membaginya kedalam 3 kelompok:
menggunakan gerusan bawang merah (Allium 1. Kelompok perlakuan dengan pemberian
Cepa L) dibandingkan dengan povidone iodine gerusan bawang merah.
10% dan sebagai kontrolnya perawatan luka bersih 2. Kelompok perlakuan dengan pemberian
tanpa menggunakan bahan apapun. povidone iodine 10%.
Hewan coba pada penelitian ini adalah tikus 3. Kelompok kontrol dengan tanpa diberikan
putih (Rattus norvegicus strain wistar). Sampel bahan apapun.
yang digunakan sebanyak 30 ekor tikus dan akan Kemudian hewan coba ini dilakukan
dilakukan pembagian menjadi tiga kelompok yaitu penyayatan atau pembuatan luka bersih, yaitu luka
dua kelompok perlakuan dan satu kelompok bedah tidak terinfeksi dimana tidak terdapat
kontrol. Pembagian kelompok ini dilakukan inflamasi dan kontaminasi dari saluran pernafasan,
dengan cara Quotasampling, dikarenakan cara ini pencernaan, genital, atau saluran kemih. Luka
lebih mudah serta sesuai dengan penelitian yang bersih biasanya dijahit tertutup, jika diperlukan,
dilakukan dan sekaligus sebagai syarat dengan sistem drainase tertutup. Kemungkinan
terlaksananya penelitian jenis True eksperimental, relative dari infeksi luka adalah 1% sampai 5%.
yakni masing-masing kelompok sebanyak 10. Untuk mengendalikan tikus saat melakukan
Sampel yang digunakan pada penelitian ini tindakan atau intervensi pembuatan dan perawatan
dengan kriteria sehat, umur tikus putih (Rattus luka terlebih dahulu tikus diberikan restrain
norvegicus strain wistar) antara satu sampai dua menggunakan kasa dan atau tangan, sedangkan
bulan, dengan jenis kelamin dan jenis tikus yang ketika melakukan pembuatan luka supaya tikus
sama serta berat badan rata-rata sama. Penelitian tidak merasakan nyeri, tikus diberikan anestesi
ini menggunakan hewan coba tikus putih (Rattus lokal (pembiusan) mengunakan lidokain.
norvegicus strain wistar) karena menurut Kemudian dibuat luka bersih sepanjang 1 cm
Susilowati dalam Handayani (1999) tikus wistar dengan kedalaman luka sampai subkutan
dapat digunakan mewakili mamalia termasuk (termasuk kategori bedah minor) dan setelah itu
manusia dan telah digunakan secara efektif sebagai luka dijahit sesuai protap yang berlaku (terlampir).
hewan coba untuk mempelajari keadaan biologi Setelah itu dilakukan perawatan pada 10 ekor tikus
dan patologi dari jaringan organ. Spesies ini telah diberikan gerusan bawang merah lalu ditutup kasa,
berguna dalam penelitian untuk menjelaskan 10 ekor lainnya diberikan kassa bethadin dan 10
informasi biologi yang berharga, untuk ekor lainnya lagi ditutup kasa steril tanpa obat
membuktikan pengertian dari mekanisme dasar (kelompok kontrol).
proses penyakit. (Baker, 1979). Pada kelompok perlakuan dengan bethadin
Ketiga kelompok sampel pada penelitian ini menggunakan bethadin plester steril yang sudah
dilakukan pemeriksaan/observasi kesembuhan luka umum dijual di berbagai apotik, sedangkan untuk
setiap hari yaitu penilaian kesembuhan luka bersih kelompok perlakuan gerusan bawang merah
setiap hari sampai minggu ke-2 atau sampai menggunakan tanaman bawang merah lokal
terbentuknya kolagen, jaringan granulasi dan dengan dosis 0,5 gram untuk setiap tikus/hari.
kekuatan tegangan luka meningkat. Proses ini Setiap kandang berukuran 900 cm2 yang berisi 2
biasanya berlangsung antara hari ke-5 sampai hari ekor tikus. Setiap hari luka dirawat dan diberikan
ke-20 proses penyembuhan luka yang disebut pengobatan sesuai kelompoknya masing-masing
tahap Proliferatif (fase fibroblastik atau jaringan dan dinilai tingkat kesembuhan lukanya.
ikat) (Smeltzer, 2005). Dari hasil penelitian ada tidaknya tanda
Tujuan Pemeriksaan untuk membedakan lama peradangan luka bersih bekas insisi yang dilakukan
penyembuhan luka bersih antara perawatan luka dalam penelitian ini didapatkan data rata-rata lama
menggunakan gerusan bawang merah (allium cepa penyembuhan luka insisi tersebut. Kemudian
l) dibandingkan dengan povidon iodin 10% pada dianalisis menggunakan Parametric Test yaitu one
tikus putih (rattus norvegicus strain wistar). way anova dengan uji komparasi. (Sugiono, 2003).
_____________________________________
http://www.lpsdimataram.com Volume 8, No. 4, Juli 2014
40 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787
baik untuk perawatan luka maupun untuk bawang merah dapat digunakan untuk proses
melakukan prosedur bedah yang lain. Povidon penyembuhan luka. Pada analisa One-way ANOVA
Iodine 10% mampu membunuh semua menunjukkan nilai P =0,184 sehingga didapatkan
mikroorganisme penyebab infeksi nosokomial baik tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara
bakteri gram positif maupun gram negatif, kelompok perlakuan bawang merah (Allium Cepa
termasuk mikroorganisme yang resisten terhadap l) dan Povidon Iodine 10%. Hasil ini dapat
antibiotik, spora maupun jamur. Ada dua dikarenakan pengamatan yang hanya
mekanisme yang mendasari efek antimikroba dari menggunakan mata telanjang, sehingga tidak bisa
Povidon Iodine 10%. Pertama Povidon Iodine 10% mengamati secara detail, selain itu bawang merah
mampu mengoksidasi enzim untuk respirasi dan (Allium Cepa l) dan Povidon Iodine 10% sama-
kedua melalui iodinasi asam amino. Tetapi disisi sama mempunyai kandungan untuk proses
lain mempunyai efek samping yang perlu untuk penyembuhan luka. Hasil penelitian ini
dipertimbangkan pemakaiannya. Efek samping ini membuktikan bahwa bawang merah yang sudah
bisa berupa iritasi, reaksi toksik dari iodine, kulit dikenal umum oleh masyarakat bisa digunakan
terbakar, dan perubahan warna kulit karena zat untuk proses penyembuhan luka.
warna yang ada didalam Povidon Iodine 10%
(Fedrick P, 2003). Kemampuan antimikroba juga PENUTUP
ditunjukkan oleh Povidon Iodine 10% dengan
a. Simpulan
mengoksidasi enzim respirasi dari bakteri seperti
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan,
tyrosine.
dapat disimpulkan bahwa:
c. Lama penyembuhan luka bersih dengan 1. Lama penyembuhan luka bersih pada perawa-
perawatan luka tanpa menggunakan bahan tan luka menggunakan gerusan bawang merah
apapun atau kelompok kontrol (Allium Cepa l) pada tikus putih (Rattus nor-
vegicus strain wistar) adalah 6,5 hari.
Dilihat dari lembar observasi penyembuhan
2. Lama penyembuhan luka bersih pada perawa-
luka dari salah satu kontrol terdapat sampel yang
tan luka menggunakan povidon iodin 10% pa-
mempunyai waktu terlama dalam penyembuhan
da tikus putih (Rattus norvegicus strain wis-
luka, yaitu 11 hari. Hal ini dikarenakan luka
tar) adalah 7,2 hari.
tersebut tidak diberikan suatu bahan apapun. Disini
3. Lama penyembuhan luka bersih pada perawa-
dapat disimpulkan bahwa perbedaan antara
tan luka yang tidak menggunakan bahan apa-
pemberian bawang merah (Allium Cepa l),
pun pada tikus putih (Rattus norvegicus strain
Povidon Iodine 10% dan kontrol sangat signifikan
wistar) adalah 9 hari.
terhadap lama penyembuhan luka bersih
4. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan la-
dikarenakan kandungan yang terdapat dalam
ma penyembuhan luka bersih antara perawa-
bawang merah (Allium Cepa l) dan Povidon Iodine
tan luka menggunakan gerusan bawang merah
10% berpengaruh terhadap penyembuhan luka.
(Allium Cepa l) dibandingkan dengan Povi-
d. Perbedaan Lama penyembuhan luka don Iodine 10% pada tikus putih (Rattus nor-
bersih antara perawatan luka vegicus strain wistar).
menggunakan gerusan bawang merah
b. Saran
(Allium Cepa l.) dibandingkan dengan
1. Diperlukan penelitian yang lebih akurat untuk
Povidon Iodine 10%.
menentukan dosis dan pengekstrakan bawang
Dari hasil tentang penilaian lama luka sembuh merah (Allium Cepa l) yang efektif untuk
dapat dilihat bahwa kelompok perlakuan yang perawatan luka.
menggunakan bawang merah menunjukkan rata- 2. Masyarakat sebaiknya menggunakan gerusan
rata penyembuhan 6,5. Nilai tersebut lebih kecil bawang merah (Allium Cepa l) sebagai
dibandingkan pada kelompok perlakuan yang alternatif untuk bahan penyembuhan luka
menggunakan Povidon Iodine 10% yaitu 7,2. Dari bersih.
hasil penjelasan tersebut menunjukkan bahwa
_____________________________________________
Volume 8, No. 4, Juli 2014 http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah43
_____________________________________
http://www.lpsdimataram.com Volume 8, No. 4, Juli 2014