Sie sind auf Seite 1von 7

ISSN No.

1978-3787 Media Bina Ilmiah37

PERBEDAAN LAMA PENYEMBUHAN LUKA BERSIH ANTARA PERAWATAN LUKA


MENGGUNAKAN GERUSAN BAWANG MERAH (Allium Cepa L) DIBANDINGKAN DENGAN
POVIDON IODIN 10% PADA TIKUS PUTIH
(Rattus Norvegicus Strain Wistar)

oleh :

Ainun Sajidah*, GA Sri Puja Warnis W**,Sugijati***


Dosen pada Poltekes Kemenkes Mataram

Abstract: Wound is one kind of problems in medical surgery of nursery. Povidon Iodine 10% is to be a
medication that often used during wound healing, however it might bring with it several side effects such
skin irritation. Shallot (Allium Cepa l) containing materials which can be used to treat wound. Therefore,
we need to observe in order to find out the difference of healing period on wound treatment by using
shallot grinder (Allium Cepa l) compared with povidon iodine 10%.The design of this research is true
experiment with post test group only by using white mouse as the sample chosen by using simple random
sampling. The variable measured here is average wound recovery on wound treatment which used shallot
grinder (Allium Cepa l), povidon iodine 10%, and control, by using statistical test of one way anova. The
result shows that p=0,000, it means that there is a significant different between wound treatment using
shallot grinder (Allium Cepa l) and wound treatment using povidon iodine 10%, and control. However,
the result from wound treatment using shallot grinder (Allium Cepa l) compared with povidon iodine 10%
shows that p=0,184, it means that there is no significant difference between wound treatment using
shallot grinder (Allium Cepa l) and povidon iodine 10%. This is because of content each the material
influences healing process of clean wound, that is alliin , glycoside flavone, and saponin at shallot (
Allium Cepa l), and polyvinnypyroliodine at povidon iodine 10%. We suggest that the next research shall
be done accurate assessment to determine dose, make extract, and research toxicity test to cover the
limitedness of this research.
Key words: Shallot Grinder (Allium Cepa l), Povidon Iodine 10%, Clean wound recovery period.

PENDAHULUAN
Luka adalah terputusnya atau rusaknya perawatan luka merupakan bagian dari tanggung
kontinuitas jaringan, bila tidak ditangani dengan jawab seorang perawat dan harus dilakukan dengan
segera (perawatan juga penanganan yang kurang konsisten dan tepat. Perawatan luka secara
baik) akan terjadi infeksi atau komplikasi yang lain konsisten dan tepat sangat diperlukan untuk
dan meninggalkan bekas yang sulit untuk mencegah infeksi dan menekan proses inflamasi
dihilangkan. Berdasarkan mekanisme cedera, luka sehingga proses penyembuhan dapat berlangsung
dapat dibedakan menjadi luka insisi, kontusio, lebih cepat.
laserasi dan luka tusuk, sedangkan berdasarkan Penyembuhan luka adalah suatu proses yang
tingkat kontaminasi dapat dibedakan menjadi luka kompleks dengan melibatkan banyak sel. Proses
bersih, luka kontaminasi bersih, luka yang dimaksudkan disini karena penyembuhan
terkontaminasi dan luka kotor atau terinfeksi luka melalui beberapa fase. Fase tersebut meliputi:
(Brunner and Suddart, 2002). koagulasi, inflamasi, proliferasi, dan fase
Luka bersih adalah luka bedah yang tidak remodeling. (Suriadi, 2004). Dalam proses
terinfeksi dimana tidak terdapat inflamasi dan penyembuhan luka membutuhkan perawatan yang
kontaminasi dari saluran pencernaan, pernafasan, mencakup pembersihan luka bersih dan
genital atau saluran kemih. Di rumah sakit,
_____________________________________
http://www.lpsdimataram.com Volume 8, No. 4, Juli 2014
38 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787

debridemen, pengolesan preparat antibiotik topikal Berdasarkan penelitian sebelumnya yang


serta pembalutan (Brunner dan Suddart, 2002). dilakukan oleh A. Zainudin tahun 2003 di
Bahan yang banyak digunakan oleh Mojokerto, tentang efektivitas bawang merah
masyarakat untuk merawat luka saat ini adalah (Allium Cepa l.) dalam menghambat pertumbuhan
betadine (povidon iodine 10%). (Bernadus, 2003). MRSA (Meticillin Resistant Stapylococcus aureus)
Efek samping yang bisa ditimbulkan dari povidon secara invitro didapatkan hasil bahwa bawang
iodine 10% adalah dapat menimbulkan iritasi pada merah memiliki daya antimikroba sebagai
luka. (Fedrick, 2003) penghambat pertumbuhan kuman uji.
Dewasa ini banyak penelitian mencari bahan Sebuah survey terbaru yang dilakukan di 20
alternatif untuk kesehatan. Negara yang beriklim RS di Kanada September 2006, yang dilakukan
tropis seperti Indonesia memiliki potensi alam oleh Canadian National Intensive Care Unit
yang sangat besar untuk digali, salah satunya memperlihatkan 20% kuman Stapylococcus aureus
adalah pemanfaatan flora dan fauna dibidang menjadi MRSA dan angka terbesar mencapai 50%
kesehatan. Bawang merah merupakan tanaman di salah satu RS di Kanada. Sementara angka
yang sangat akrab dengan masyarakat di Indonesia. kematian setiap tahunnya di Kanada akibat MRSA
Hampir setiap hari masyarakat menggunakan mencapai 8.500 orang/tahun, demikian menurut
bawang merah, khususnya untuk makanan atau The Community and Hospital Infection Control
bumbu masakan. Di Indonesia, bawang merah Association. (Martono, 2007).
menjadi komoditas cukup penting sebagai sumber
Berdasarkan fenomena diatas, peneliti sangat
penghasilan petani dan pendapatan negara. Selama
tertarik untuk mengetahui perbedaan lama
beberapa tahun terakhir ini, bawang merah
penyembuhan luka bersih antara perawatan luka
termasuk enam besar komoditas sayuran komersial
menggunakan gerusan bawang merah (Allium
yang diekspor Indonesia. (Rukmana, 1994).
Cepa L) dibandingkan dengan povidon iodin 10%.
Bawang merah bisa dimanfaatkan untuk
Penelitian ini menggunakan sampel hewan coba
pengobatan luka dengan menempelkannya
yaitu tikus putih (Rattus norvegicus strain wistar).
ditempat luka. (Muhlisah dan Hening, 2003).
Menurut Susilowati dalam Handayani (1999) tikus
Bawang merah mempunyai enzim alliin yang
wistar dapat digunakan mewakili mamalia
timbul saat dihancurkan. (Winarto, 2004). Umbi
termasuk manusia dan telah digunakan secara
bawang merah mengandung senyawa asam amino
efektif sebagai hewan coba untuk mempelajari
yang tidak berbau, tidak berwarna, dan mudah
keadaan biologi dan patologi dari jaringan organ.
larut dalam air. Ikatan asam amino ini dikenal
Spesies ini telah berguna dalam penelitian untuk
sebagai alliin. (Santoso, 1998). Menurut Prambudi
menjelaskan informasi biologi yang berharga,
(2006) Alliin adalah zat yang bersifat antibakteri
untuk membuktikan pengertian dari mekanisme
yang mencegah infeksi dari bakteri pathogen.
dasar proses penyakit. (Baker, 1979).
Dalam bawang merah juga terkandung flavon
glikosida dan saponin. Peranan flavon glikosida METODE PENELITIAN
adalah melancarkan peredaran ke seluruh tubuh Metode penelitian ini merupakan cara untuk
dan mencegah terjadinya penyumbatan pembuluh menjawab suatu permasalahan dengan
darah, anti inflamasi dan sebagai anti nyeri menggunakan metode ilmiah, yaitu meliputi :
(analgesik). Saponin adalah kandungan zat kimia desain penelitian, jenis sampel, tata cara
yang bermanfaat dalam mempengaruhi kolagen pengambilan sampel, metode pemeriksaan sampel,
(tahap awal perbaikan jaringan) yaitu dengan tujuan pemeriksaan, intervensi yang diberikan,
menghambat produksi jaringan luka yang cara pengolahan data dan analisis data, waktu dan
berlebihan (Hutapea, 1999). Pemanfaatan tanaman tempat penelitian.
obat yang digunakan secara tepat tentunya tidak Penelitian ini menggunakan rancangan
atau kurang menimbulkan efek samping penelitian True eksperimental dengan Postest Only
dibandingkan dengan obat-obatan yang berbahan Control Group Design yang dikerjakan dengan
sintesis. (Santoso, 1998). menggunakan hewan coba tikus putih (Rattus

_____________________________________________
Volume 8, No. 4, Juli 2014 http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah39

norvegicus strain wistar), untuk mengetahui Peneliti memilih sampel tikus sebanyak 30
perbedaan lama penyembuhan luka bersih ekor, kemudian membaginya kedalam 3 kelompok:
menggunakan gerusan bawang merah (Allium 1. Kelompok perlakuan dengan pemberian
Cepa L) dibandingkan dengan povidone iodine gerusan bawang merah.
10% dan sebagai kontrolnya perawatan luka bersih 2. Kelompok perlakuan dengan pemberian
tanpa menggunakan bahan apapun. povidone iodine 10%.
Hewan coba pada penelitian ini adalah tikus 3. Kelompok kontrol dengan tanpa diberikan
putih (Rattus norvegicus strain wistar). Sampel bahan apapun.
yang digunakan sebanyak 30 ekor tikus dan akan Kemudian hewan coba ini dilakukan
dilakukan pembagian menjadi tiga kelompok yaitu penyayatan atau pembuatan luka bersih, yaitu luka
dua kelompok perlakuan dan satu kelompok bedah tidak terinfeksi dimana tidak terdapat
kontrol. Pembagian kelompok ini dilakukan inflamasi dan kontaminasi dari saluran pernafasan,
dengan cara Quotasampling, dikarenakan cara ini pencernaan, genital, atau saluran kemih. Luka
lebih mudah serta sesuai dengan penelitian yang bersih biasanya dijahit tertutup, jika diperlukan,
dilakukan dan sekaligus sebagai syarat dengan sistem drainase tertutup. Kemungkinan
terlaksananya penelitian jenis True eksperimental, relative dari infeksi luka adalah 1% sampai 5%.
yakni masing-masing kelompok sebanyak 10. Untuk mengendalikan tikus saat melakukan
Sampel yang digunakan pada penelitian ini tindakan atau intervensi pembuatan dan perawatan
dengan kriteria sehat, umur tikus putih (Rattus luka terlebih dahulu tikus diberikan restrain
norvegicus strain wistar) antara satu sampai dua menggunakan kasa dan atau tangan, sedangkan
bulan, dengan jenis kelamin dan jenis tikus yang ketika melakukan pembuatan luka supaya tikus
sama serta berat badan rata-rata sama. Penelitian tidak merasakan nyeri, tikus diberikan anestesi
ini menggunakan hewan coba tikus putih (Rattus lokal (pembiusan) mengunakan lidokain.
norvegicus strain wistar) karena menurut Kemudian dibuat luka bersih sepanjang 1 cm
Susilowati dalam Handayani (1999) tikus wistar dengan kedalaman luka sampai subkutan
dapat digunakan mewakili mamalia termasuk (termasuk kategori bedah minor) dan setelah itu
manusia dan telah digunakan secara efektif sebagai luka dijahit sesuai protap yang berlaku (terlampir).
hewan coba untuk mempelajari keadaan biologi Setelah itu dilakukan perawatan pada 10 ekor tikus
dan patologi dari jaringan organ. Spesies ini telah diberikan gerusan bawang merah lalu ditutup kasa,
berguna dalam penelitian untuk menjelaskan 10 ekor lainnya diberikan kassa bethadin dan 10
informasi biologi yang berharga, untuk ekor lainnya lagi ditutup kasa steril tanpa obat
membuktikan pengertian dari mekanisme dasar (kelompok kontrol).
proses penyakit. (Baker, 1979). Pada kelompok perlakuan dengan bethadin
Ketiga kelompok sampel pada penelitian ini menggunakan bethadin plester steril yang sudah
dilakukan pemeriksaan/observasi kesembuhan luka umum dijual di berbagai apotik, sedangkan untuk
setiap hari yaitu penilaian kesembuhan luka bersih kelompok perlakuan gerusan bawang merah
setiap hari sampai minggu ke-2 atau sampai menggunakan tanaman bawang merah lokal
terbentuknya kolagen, jaringan granulasi dan dengan dosis 0,5 gram untuk setiap tikus/hari.
kekuatan tegangan luka meningkat. Proses ini Setiap kandang berukuran 900 cm2 yang berisi 2
biasanya berlangsung antara hari ke-5 sampai hari ekor tikus. Setiap hari luka dirawat dan diberikan
ke-20 proses penyembuhan luka yang disebut pengobatan sesuai kelompoknya masing-masing
tahap Proliferatif (fase fibroblastik atau jaringan dan dinilai tingkat kesembuhan lukanya.
ikat) (Smeltzer, 2005). Dari hasil penelitian ada tidaknya tanda
Tujuan Pemeriksaan untuk membedakan lama peradangan luka bersih bekas insisi yang dilakukan
penyembuhan luka bersih antara perawatan luka dalam penelitian ini didapatkan data rata-rata lama
menggunakan gerusan bawang merah (allium cepa penyembuhan luka insisi tersebut. Kemudian
l) dibandingkan dengan povidon iodin 10% pada dianalisis menggunakan Parametric Test yaitu one
tikus putih (rattus norvegicus strain wistar). way anova dengan uji komparasi. (Sugiono, 2003).

_____________________________________
http://www.lpsdimataram.com Volume 8, No. 4, Juli 2014
40 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787

Penelitian dilaksanakan dilaboratorium Tabel 1. Hasil Penilaian Lama Penyembuhan


Jurusan Analis Poltekkes Kemenkes Mataram Luka Bersih
mulai bulan September s/d November 2010. Lama Rata-rata lama
Kelompok Tikus Penyembuhan penyembuhan
Luka bersih luka bersih
HASIL PENELITIAN 1 7 hari
2 7 hari
Serangkaian percobaan telah dilakukan pada 3 6 hari
30 ekor tikus putih (Rattus norvegicus strain Gerusan 4 6 hari
Bawang 5 7 hari 6.5 hari
wistar) untuk mengetahui perbedaan lama Merah 6 6 hari
penyembuhan luka bersih antara perawatan luka 7 7 hari
menggunakan gerusan bawang merah (Allium 8 6 hari
Cepa l.) dibandingkan povidon iodine 10%. Dari 9 6 hari
10 7 hari
30 ekor tikus putih tersebut dibagi dalam tiga 1 7 hari
kelompok. Kelompok I adalah kelompok tikus 2 8 hari
yang dilakukan perawatan luka menggunakan 3 6 hari
4 7 hari
gerusan bawang merah (Allium Cepa l.), kelompok Povidon 5 7 hari
II adalah kelompok tikus yang dilakukan Iodine 10% 6 8 hari 7.2 hari
perawatan luka menggunakan povidon iodine 10%, 7 7 hari
8 7 hari
kelompok III adalah kelompok tikus yang 9 7 hari
dilakukan perawatan luka tanpa menggunakan 10 8 hari
bahan apapun. Penelitian dengan perlakuan berupa 1 9 hari
2 9 hari
perawatan luka bersih dengan menggunakan bahan 3 8 hari
yang berbeda dan dilakukan setiap hari atau 4 9 hari
sampai terbentuknya kolagen, jaringan granulasi Kontrol
5 9 hari
9 hari
dan kekuatan tegangan luka meningkat. Proses ini 6 8 hari
7 8 hari
biasanya berlangsung antara hari ke-5 sampai hari 8 11 hari
ke-20. Terbukti pada penelitian ini lama 9 8 hari
penyembuhan luka bersih antara hari ke-6 sampai 10 11 hari
hari ke-11. Data diperoleh dari hasil penilaian lama
kesembuhan luka setiap hari dari masing-masing Hasil penelitian dari lama penyembuhan
kelompok dapat dilihat pada tabel dan gambar luka bersih yang terdapat pada tabel 2 terlihat
dibawah ini: bahwa kelompok perlakuan dengan bawang merah
10
menunjukkan rata-rata lama penyembuhan yaitu
9 6,5 dengan lama penyembuhan terbanyak pada hari
8 ke-6 dan ke-7. Pada kelompok perlakuan dengan
7 povidon iodine 10% menunjukkan rata-rata lama
6
penyembuhan yaitu 7,2 dengan lama penyembuhan
5 Series1
4
luka terbanyak pada hari ke-7. Sedangkan untuk
3 kontrol rata-rata lama penyembuhan yaitu 9
2 dengan lama penyembuhan luka terbanyak pada
1
hari ke-8 an ke-9. Dari gambar grafik tampak
0
Bawang Merah Povidon Iodine 10% Kontrol
terdapat peningkatan grafik lama penyembuhan
luka dimulai dari kelompok bawang merah (Allium
Gambar 1. Diagram batang dari rata-rata lama Cepa.l), kelompok povidon iodine 10%, dan
penyembuhan luka bersih. kelompok kontrol. Sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa dari ketiga perlakuan tampak
bahwa perlakuan dengan bawang merah (Allium
Cepa.l) paling baik dalam mempercepat proses
penyembuhan luka bersih.
_____________________________________________
Volume 8, No. 4, Juli 2014 http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah41

Untuk mengetahui perbedaan lama PEMBAHASAN


penyembuhan luka antara perawatan luka
a. Lama penyembuhan Luka bersih dengan
menggunakan bawang merah (Allium Cepa.l)
perawatan luka menggunakan gerusan
dibandingkan dengan povidon iodine 10%
bawang merah (Allium Cepa l.)
dilakukan uji Anova satu arah. Dengan alasan
Dari analisa statistik menunjukkan,
karena klasifikasi pengamatan hanya berdasar satu
perbandingan antara bawang merah (Allium Cepa
kriteria yaitu berupa pemberian perlakuan saja
l.) dan kontrol terjadi perbedaan yang bermakna
maka digunakan klasifikasi satu arah.
yaitu nilai p= 0,000. Hasil ini dikarenakan bawang
Perbedaan Lama Penyembuhan Luka merah mengandung bahan yang bisa
Hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan mempengaruhi penyembuhan luka. Umbi bawang
hasil uji statistik One-Way ANOVA SPSS ver 13 merah mengandung senyawa asam amino yang
for Windows (terlampir) didapatkan taraf tidak berbau, tidak berwarna, dan mudah larut
signifikansi 0.000 (p = 0.05) berarti hipotesa dalam air. Ikatan asam amino ini dikenal sebagai
diterima (H0 ditolak) yaitu Ada perbedaan lama alliin. (Santoso, 1998). Menurut Prambudi (2006),
penyembuhan luka bersih antara perawatan luka alliin adalah zat yang bersifat antibakteri yang
menggunakan gerusan bawang merah (Allium mencegah infeksi dari bakteri pathogen. Allisin
Cepa L) dibandingkan dengan povidon iodin 10% merupakan zat aktif yang mempunyai daya bunuh
pada tikus putih (Rattus norvegicus strain wistar). terhadap bakteri dan anti radang. Dalam bawang
Setelah masuk dalam ANOVA, maka untuk merah juga terkandung flavon glikosida dan
mengetahui perlakuan mana yang mempunyai rata- Saponin. Golongan flavonoid dapat digambarkan
rata lama penyembuhan yang sama atau berbeda sebagi deretan senyawa C6-C3-C6, kerangka
dalam penyembuhan luka bersih digunakan karbonnya terdiri atas dua gugus C6 (cincin
pengujian multiple comparison dengan LSD, benzena tersubstitusi) disambungkan oleh rantai
dengan selang kepercayaan sebesar 95%. Dari alifatik tiga karbon. Flavonoid sering terdapat
LSD diketahui bahwa adanya perbedaan lama sebagai glikosida.
penyembuhan luka bersih tersebut terlihat antara Peranan dari flavonoid yaitu melancarkan
kelompok perlakuan bawang merah (Allium peredaran darah keseluruh tubuh dan mencegah
Cepa.l) (kelompok 1) dengan kelompok kontrol terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah,
(kelompok 3), didapatkan nilai P=0,000. Dari tes mengandung anti inflamasi (anti radang), berfungsi
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai sebagai anti oksidan dan membantu mengurangi
signifikansi P = 0,000 lebih kecil dari (0,05), rasa sakit (analgesik), sedangkan saponin adalah
sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan yang senyawa aktif permukaan yang kuat yang
signifikan antara kelompok 1 dan kelompok 3. menimbulkan busa jika dikocok dalam air dan
Demikian juga antara kelompok perlakuan povidon pada konsentrasi rendah sering menyebabkan
iodine 10% (kelompok 2) dengan kelompok hemolisis sel darah merah. Saponin merupakan
kontrol (kelompok 3), didapatkan nilai P = 0,000. kandungan zat kimia yang bermanfaat dalam
Dari tes tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa mempengaruhi kolagen (tahap awal perbaikan
nilai signifikansi P = 0,000 lebih kecil dari jaringan) yaitu dengan menghambat produksi
(0,05), sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan jaringan luka yang berlebihan. (Hutapea, 1999).
yang signifikan antara kelompok 2 dan kelompok
b. Lama penyembuhan Luka bersih dengan
3. Sedangkan untuk kelompok perlakuan bawang
perawatan luka menggunakan Povidon
merah (Allium Cepa.l) (kelompok 1) dengan
Iodine 10%.
kelompok perlakuan povidon iodine 10%
(kelompok 2), didapatkan nilai P = 0,184. Dari tes Kecepatan penyembuhan luka bersih pada
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai perawatan luka menggunakan Povidon Iodine 10%
signifikansi P = 0,184 lebih besar dari (0,05), dibanding kontrol juga terjadi perbedaan yang
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada bermakna yaitu nilai P = 0,000. Penggunaan
perbedaan yang signifikan antara kelompok 1 dan Povidon Iodine 10% saat ini sangat meluas dan
kelompok 2. paling banyak digunakan sebagai antiseptik utama
_____________________________________
http://www.lpsdimataram.com Volume 8, No. 4, Juli 2014
42 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787

baik untuk perawatan luka maupun untuk bawang merah dapat digunakan untuk proses
melakukan prosedur bedah yang lain. Povidon penyembuhan luka. Pada analisa One-way ANOVA
Iodine 10% mampu membunuh semua menunjukkan nilai P =0,184 sehingga didapatkan
mikroorganisme penyebab infeksi nosokomial baik tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara
bakteri gram positif maupun gram negatif, kelompok perlakuan bawang merah (Allium Cepa
termasuk mikroorganisme yang resisten terhadap l) dan Povidon Iodine 10%. Hasil ini dapat
antibiotik, spora maupun jamur. Ada dua dikarenakan pengamatan yang hanya
mekanisme yang mendasari efek antimikroba dari menggunakan mata telanjang, sehingga tidak bisa
Povidon Iodine 10%. Pertama Povidon Iodine 10% mengamati secara detail, selain itu bawang merah
mampu mengoksidasi enzim untuk respirasi dan (Allium Cepa l) dan Povidon Iodine 10% sama-
kedua melalui iodinasi asam amino. Tetapi disisi sama mempunyai kandungan untuk proses
lain mempunyai efek samping yang perlu untuk penyembuhan luka. Hasil penelitian ini
dipertimbangkan pemakaiannya. Efek samping ini membuktikan bahwa bawang merah yang sudah
bisa berupa iritasi, reaksi toksik dari iodine, kulit dikenal umum oleh masyarakat bisa digunakan
terbakar, dan perubahan warna kulit karena zat untuk proses penyembuhan luka.
warna yang ada didalam Povidon Iodine 10%
(Fedrick P, 2003). Kemampuan antimikroba juga PENUTUP
ditunjukkan oleh Povidon Iodine 10% dengan
a. Simpulan
mengoksidasi enzim respirasi dari bakteri seperti
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan,
tyrosine.
dapat disimpulkan bahwa:
c. Lama penyembuhan luka bersih dengan 1. Lama penyembuhan luka bersih pada perawa-
perawatan luka tanpa menggunakan bahan tan luka menggunakan gerusan bawang merah
apapun atau kelompok kontrol (Allium Cepa l) pada tikus putih (Rattus nor-
vegicus strain wistar) adalah 6,5 hari.
Dilihat dari lembar observasi penyembuhan
2. Lama penyembuhan luka bersih pada perawa-
luka dari salah satu kontrol terdapat sampel yang
tan luka menggunakan povidon iodin 10% pa-
mempunyai waktu terlama dalam penyembuhan
da tikus putih (Rattus norvegicus strain wis-
luka, yaitu 11 hari. Hal ini dikarenakan luka
tar) adalah 7,2 hari.
tersebut tidak diberikan suatu bahan apapun. Disini
3. Lama penyembuhan luka bersih pada perawa-
dapat disimpulkan bahwa perbedaan antara
tan luka yang tidak menggunakan bahan apa-
pemberian bawang merah (Allium Cepa l),
pun pada tikus putih (Rattus norvegicus strain
Povidon Iodine 10% dan kontrol sangat signifikan
wistar) adalah 9 hari.
terhadap lama penyembuhan luka bersih
4. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan la-
dikarenakan kandungan yang terdapat dalam
ma penyembuhan luka bersih antara perawa-
bawang merah (Allium Cepa l) dan Povidon Iodine
tan luka menggunakan gerusan bawang merah
10% berpengaruh terhadap penyembuhan luka.
(Allium Cepa l) dibandingkan dengan Povi-
d. Perbedaan Lama penyembuhan luka don Iodine 10% pada tikus putih (Rattus nor-
bersih antara perawatan luka vegicus strain wistar).
menggunakan gerusan bawang merah
b. Saran
(Allium Cepa l.) dibandingkan dengan
1. Diperlukan penelitian yang lebih akurat untuk
Povidon Iodine 10%.
menentukan dosis dan pengekstrakan bawang
Dari hasil tentang penilaian lama luka sembuh merah (Allium Cepa l) yang efektif untuk
dapat dilihat bahwa kelompok perlakuan yang perawatan luka.
menggunakan bawang merah menunjukkan rata- 2. Masyarakat sebaiknya menggunakan gerusan
rata penyembuhan 6,5. Nilai tersebut lebih kecil bawang merah (Allium Cepa l) sebagai
dibandingkan pada kelompok perlakuan yang alternatif untuk bahan penyembuhan luka
menggunakan Povidon Iodine 10% yaitu 7,2. Dari bersih.
hasil penjelasan tersebut menunjukkan bahwa
_____________________________________________
Volume 8, No. 4, Juli 2014 http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah43

DAFTAR PUSTAKA Martono, Nur. (2007). MRSA (Methicillin


Resistant Staphilococcus Aureus),
Baker. (1980). The Laboratory Rat Vol 1Research (online), (http://inna-ppni.or.id)
Aplication. Academic Press inc,
Sandiego. Muhlisah, Fauziah. Hening, Sapta. (2003). Sayur
dan Bumbu Dapur Berkhasiat Obat.
Brunner and Suddart. (2002). Buku Ajar Penebar Swadaya, Jakarta
Keperawatan Medikal Bedah. EGC.
Jakarta. Murray, R.K, at. All, (2003). Biokimia Harper.
Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta
Bernadus, T.J. (2003). Betadine Raih Sertifikat
Merek Super Brands, (online), Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan
http://www.sinarharapan.co.id. Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Penerbit Salemba Medika.
Fedrick Purdue.(2003). WoundHealing Studies in Jakarta
Human Volunteers, (online),
http://www.woundcare.org/news.html Rukmana, Rahmat.(1995) Bawang Merah,
Budidaya dan Pengolahan Pasca Panen.
Handayani D.I, Barid I, Rahayu Y.C, Kurniawati Penerbit Kanisius, Yogyakarta
A, Yustisia Y. (2005). Petunjuk
Praktikum Biologi Mulut. FKG Jember Santoso, Hieronymus Budi, (1998). Toga 2,
Tanaman Obat Keluarga. Penerbit
Hutapea. (1999). Mahkota dewa musuh baru aneka
Kanisius, Yogyakarta.
penyakit,
http://kompas.com/kesehatan/nems/0411/
10/123152.htm. diakses 20 Agustus 2010 Smeltzer, Suzanne C. (2005). Brunner &
Suddarths Texbook of Medical Surgical
Jhon B Smith.(1988). Pemeliharaan, Pembiakan, Nursing, 8th Edition, Agung Waluyo
Penggunaan Hewan Coba di Daerah (penterjemah).2002. EGC, Jakarta
Tropis. UI Pres, Jakarta

_____________________________________
http://www.lpsdimataram.com Volume 8, No. 4, Juli 2014

Das könnte Ihnen auch gefallen