Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Disusun Oleh:
YOGYAKARTA
2013
2
Pendahuluan
1
Lihat peraturan pemerintah no. 19 tahun 2005 BAB VI ayat 1
4
Supervisi
A. Supervisi
Dalam kamus besar bahasa Indonesia ( KBBI ) supervisi berarti
pengawasan utama atau pengontrolan tertinggi. Menurut Danim, Sudarwan2
bahwa secara etimologi, supervisi berasal dari bahasa inggris supervision
yang berarti pengawasan. Pelaku atau pengawasannya di sebut supervisor dan
orang yang di supervisi di sebut subyek supervisi atau supervise. Secara
morfologis, supervisi terdiri dari dua kata, yaitu super (atas) dan vision
(pandang, lihat, tilik, amati atau awasi). Supervisi, karenanya di beri makna
melihat, melirik, memandang, menilik, mengamati, atau mengawasi dari atas.
Pelakunya di sebut supervisor, yang kedudukannya lebih tinggi atau di atas
orang yang di supervisi. Sementara Suharsimi3 mengatakan bahwa memang
sejak dulu banyak orang menggunakan istilah pengawasan, penilikan atau
pemeriksaan untuk istilah supervisi, demikian pula pada zaman Belanda orang
mengenal istilah inspeksi.
Menurut Soetjipto Dan Raflis4 Supervisi tidak dapat di artikan secara
sempit sebagai proses untuk mengawasi dan usaha memperbaiki pengajaran
yang terbatas di dalam ruang kelas, tetapi lebih luas dari itu. Proses pengajaran
selalu terkait dengan semua kegiatan pendidikan di sekolah. Kegiatan supervisi
bertujuan untuk memperbaiki proses dan hasil belajar - mengajar. Sasaran
supervisi dapat kita bedakan menjadi dua yaitu yang berhubungan langsung
dengan pengajaran dan yang berhubungan dengan pendukung pengajaran.
Supervisi satuan pendidikan adalah fungsi langsung dari menejemen
2
Danim, Sudarman dan Khairi, Profesi Kependidikan, ( Bandung : CV. Alfabeta,
2011), hlm. 152
3
Suharsimi Arikunto, Organisasi dan administrasi pendidikan teknologi dan kejuruan,
( Jakarta : P2LPTK, Ditjen Dikti, Depdikbud. 1988 ) hlm. 152
4
Soetjipto dan Raflis, Profesi Keguruan, ( Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2004 ) hlm.
232-233
5
pendidikan sedangkan supervisi kelas atau bidang studi secara khusus terfokus
terhadap proses belajar - mengajar.
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa pengertian supervisi adalah aktivitas pengawasan, pengontrolan serta
pembinaan yang dilakukan atasan kepada bawahannya artinya suatu lembaga
pendidikan mempunyai seorang supervisor yang bertugas untuk mengawasi
dan mengontrol serta membina pada semua kegiatan yang dilakukan oleh
lembaga pendidikan tersebut.
Dalam memberikan pengawasan, pengarahan dan pengontrolan
seorang supervisor telah diberikan wilayah wilayah yang harus di supervisi
dalam lembaga pendidikan. Seoran supervisor juga tidak boleh memberikan
pengontrolan sesuai dengan keinginannya sendiri. Karena dalam pendidikan di
Indonesia telah diberikan ketentuan ketentuan apa saja yang harus di awasi,
diberikan arahan dan diberikan pembinaan. Dalam makalah ini akan dijelaskan
bahwa apa saja yang harus di supervisi dalam hal standar pendidik dan tenaga
kependidikan.
B. Standar Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
5
Lihat http://kbbi.web.id/didik
6
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, ( Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1992 ) hlm. 74
7
Suryo Subroto, Beberapa Aspek Dasar Kependidikan, ( Jakarta: Bina Aksara, 1983 )
hlm. 26
6
Jadi yang dimaksud pendidik di sini adalah seorang guru yang ada
pada sebuah lembaga pendidikan yang memberikan ilmu pengetahuannya
kepada peserta didik.
8
Lihat UU SPN No 20 tahun 2003 pasal 37 ayat 2
9
Lihat UU SPN No 20 tahun 2003 pasal 39 ayat 1
7
10
Imam Machali dan Ara Hidayat, Pengelolaan Pendidikan : Konsep, Prinsip dan
Aplikasi dalam mengelola sekolah dan Madrasah, ( Yogyakarta : Kaukaba, 2012 ), hlm. 197
11
Kunandar, Guru Profesional, ( Jakarta : PT Raja Grafindo, 2007 ), hlm. 72
12
Ibid, Pengelolaan Pendidikan ..., hlm. 198
8
13
Mulyana, Rahasia Menjadi Guru Hebat, ( Jakarta : PT Gramedia Widiasarana, ),
hlm. 110
14
Gorky Sembiring, Menjadi Guru Sejati, ( Yogyakarta : Percetakan Galangpress,
2008 ), hlm. 39
10
15
Buletin BNSP. Standar Pendidik Dan Tenaga Kependidikan, edisi 3, 2006. hlm. 51
16
Ibid, Pengelolaan Pendidikan ..., hlm. 200
11
2. Menguasai teori belajar dan 2.1 Memahami berbagai teori belajar dan
prinsip-prinsip pembelajaran prinsip-prinsip pembelajaran yang
yang mendidik. mendidik terkait dengan mata pelajaran
yang diampu.
2.2 Menerapkan berbagai pendekatan, strategi,
metode, dan teknik pembelajaran yang
mendidik secara kreatif dalam mata
pelajaran yang diampu.
3. Mengembangkan kurikulum 3.1 Memahami prinsip-prinsip pengembangan
yang terkait dengan mata kurikulum.
pelajaran yang diampu. 3.2 Menentukan tujuan pembelajaran yang
diampu.
3.3 Menentukan pengalaman belajar yang
sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang diampu.
3.4 Memilih materi pembelajaran yang diampu
yang terkait dengan pengalaman belajar dan
tujuan pembelajaran.
3.5 Menata materi pembelajaran secara benar
sesuai dengan pendekatan yang dipilih dan
karakteristik peserta didik.
3.6 Mengembangkan indikator dan instrumen
penilaian.
4. Menyelenggarakan 4.1 Memahami prinsip-prinsip perancangan
pembelajaran yang mendidik. pembelajaran yang mendidik.
4.2 Mengembangkan komponen-komponen
rancangan pembelajaran.
4.3 Menyusun rancangan pembelajaran yang
lengkap, baik untuk kegiatan di dalam
kelas, laboratorium, maupun lapangan.
12
12. Menampilkan diri sebagai 12.1 Berperilaku jujur, tegas, dan manusiawi.
pribadi yang jujur, berakhlak 12.2 Berperilaku yang mencerminkan
mulia, dan teladan bagi peserta ketakwaan dan akhlak mulia.
didik dan masyarakat. 12.3 Berperilaku yang dapat diteladan oleh
peserta didik dan anggota masyarakat di
sekitarnya.
13. Menampilkan diri sebagai 13.1 Menampilkan diri sebagai pribadi yang
pribadi yang mantap, stabil, mantap dan stabil.
dewasa, arif, dan berwibawa. 13.2 Menampilkan diri sebagai pribadi yang
dewasa, arif, dan berwibawa.
14. Menunjukkan etos kerja, 14.1 Menunjukkan etos kerja dan tanggung
tanggung jawab yang tinggi, jawab yang tinggi.
rasa bangga menjadi guru, dan 14.2 Bangga menjadi guru dan percaya pada diri
rasa percaya diri. sendiri.
14.3 Bekerja mandiri secara profesional.
15. Menjunjung tinggi kode etik 15.1 Memahami kode etik profesi guru.
profesi guru. 15.2 Menerapkan kode etik profesi guru.
15.3 Berperilaku sesuai dengan kode etik
profesi guru.
Kompetensi Sosial
16. Bersikap inklusif, bertindak 16.1 Bersikap inklusif dan objektif terhadap
objektif, serta tidak peserta didik, teman sejawat dan
diskriminatif karena lingkungan sekitar dalam melaksanakan
pertimbangan jenis kelamin, pembelajaran.
agama, ras, kondisi fisik, latar 16.2 Tidak bersikap diskriminatif terhadap
belakang keluarga, dan status peserta didik, teman sejawat, orang tua
peserta didik dan lingkungan sekolah
sosial ekonomi.
karena perbedaan agama, suku, jenis
kelamin, latar belakang keluarga, dan
status sosial-ekonomi.
15
17. Berkomunikasi secara efektif, 17.1 Berkomunikasi dengan teman sejawat dan
empatik, dan santun dengan komunitas ilmiah lainnya secara santun,
sesama pendidik, tenaga empatik dan efektif.
kependidikan, orang tua, dan 17.2 Berkomunikasi dengan orang tua peserta
masyarakat. didik dan masyarakat secara santun,
empatik, dan efektif tentang program
pembelajaran dan kemajuan peserta didik.
Kompetensi Profesional
20. Menguasai materi, struktur, Jabaran kompetensi Butir 20 untuk masing -
konsep, dan pola pikir masing guru mata pelajaran disajikan setelah tabel
keilmuan yang mendukung ini.
mata pelajaran yang diampu.
21. Menguasai standar kompetensi 21.1 Memahami standar kompetensi mata
dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu.
pelajaran yang diampu. 21.2 Memahami kompetensi dasar mata
pelajaran yang diampu.
21.3 Memahami tujuan pembelajaran yang
diampu.
16
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Imam Machali dan Ara Hidayat, Pengelolaan Pendidikan : Konsep, Prinsip dan
Aplikasi dalam mengelola sekolah dan Madrasah, ( Yogyakarta :
Kaukaba, 2012 )
Soetjipto dan Raflis, Profesi Keguruan, ( Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2004 )
Suryo Subroto, Beberapa Aspek Dasar Kependidikan, ( Jakarta: Bina Aksara, 1983)