Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang definisi dari Leptospirosis.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi dari Leptospirosis.
3. Mahasiswa mampumenyebutkan manifestasi klinik dari Leptospirosis.
4. Mahasiswa mampu menyebutkan klasifikasi Hemoroid.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi dari Leptospirosis.
6. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada Hemoroid.
1
BAB II
KONSEP TEORI
2.1.Definisi
Leptospirosis adalah infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri leptospira. Penyakit
ini disebut juga Weil disease, Conicola fever, Hemorrhagic jaundice, Mud fever,atau
Swineheard disease. Pada tahun 1886 Adolf Weil pertama kali melaporkan penelitian
tentang penyakit ini, ia menemukan bahwa penyakit ini menyerang manusia dengan
gejala demam, icterus, pembesaran hati dan limpa, serta kerusakan ginjal. Pada tahun
1915 Inada menemukan penyebab leptospirosis adalah Spirocheate
aicterohemorrhagie.
Di China penyakit ini disebut sebagai penyakit akibat pekerjaan (occupational
disease) karena banyak menyerang para petani. Di jepang penyakit ini disebut dengan
penyakit demam musim gugur. Penyakit ini juga banyak ditemukan di Rusia,
inggris, Argentina, dan Australia.
Di Indonesia gambaran klinis leptospirosis dilaporkan pertama kali oleh Van
deer Scheer di Jakarta pada tahun 1892, sedangkan isolasinya dilakukan oleh Vervoot
pada tahun 1922. Di berbagai daerah di tanah air, sudah berhasil di isolasi berbagai
serovar, antara lain Leptospira bataviae, L. javanica, L. australis, L. semaranga, L.
icterohaemorrhaguae, L. canicola, dari Jakarta, Ambarawa, Riau, Bangka, dan Bogor.
2.2.Epidemologi
Penyakit ini terjadi diseluruh dunia, baik di Negara berkembang maupun
Negara maju, di daerah pedesaan dan perkotaan. Suatu penelian melaporkan 31%
abak di daerah perkotaan dan 10% anak di pinggiran kota pernah terpapar leptospira,
yang ditunjukkan dengan adanya antibody terhadap leptospira.
Di Inodensia, penyakit ini tersebar di pulau Jawa, Sumsel, Riau,
Sumbar, Sumut, Bali, NTB, Susel, Sulut, Kaltim, dan Kalbar. KLB tercatat terjadi di
Riau (1986), Jakarta (2002) (diperoleh 138 spesimen dengan 44,2% positif), Bekasi
(2002), dan Semarang (2003)
Leptospira dapat menyerang semua jenis mamalia seperti tikus, anjing,
kucing, landak, sapi, burung, dan ikan. Hewan yang terinfeksi dapat tanpa gejala
sampai meninggal. Suatu laporan hasil penelitian tahun 1974 di Amerika Serikat
menyatakan 15-40% anjing terinfeksi, dan penelotian lain melaporkan 90% tikus
2
terinfeksi leptospira. Hewan-hewan tersebut merupakan vector penyakit pada
manusia. Manusia merupakan ujung rantai penularan penyakit ini.
Manusia yang beresiko tertular adalah pekerjaannya berhubungan dengan
hewan liar dan hewan peliharaan seperti peternak,petani, petugas laboratorium, hean
dan bahkan tentara. Wanita dan anak di perkotaan sering terinfeksi setelah berenang
dan piknik di luar rumah. Orang yang hobi berenang termasuk yang sering terkena
penyakit ini.
Angka kematian akibat penyakit ini relative rendah, tetapi meningkat dengan
bertambahnya usia. Mortalitas bisa mencapai lebih dari 20% bila disertai icterus dan
kerusakan ginjal. Pada penderita yang berusia lebih dari 51 tahun , mortalitasnya
mencapai 56%.
2.3.Etiologi
Genus leptospira yang termasuk dalam ordo spirocheata dari family trepanometaceae
adalah bakteri yang berbentuk seperti benang dengan panjang 6-12 m. Spesies L.
innterogans adalah spesies yang dapat menginfeksi manusia dan hewan. Saat ini
terdapat minimal 180 serotipe dam 18 serogroup yang sudah teridentifikasi dan
hampir setengahnya terdapat di Indonesia.
Karena ukurannya yang sangat kecil, leptospira hanya dapat dilihat dengan
mikroskop medan gelap atau mikroskop electron. Bakteri leptospira berbentuk spiral
dengan ujung-ujung seperti pengait. Bentuk yang demikian menyebabkan leptospira
dapat bergerak sangat aktif untuk maju, mundur arau berbelok. Bakteri ini peka
terhadap asam. Meskipun didalam air tawar dapat bertahan hidup sampai sekitar satu
bulan, namun dalam air yang nekat seperti air selokan, air kencing atau, air laut,
leptospira akan cepat mati.
Lingkungan yang sesuai untuk hidup leptospira adalah tanah panas dan
lembab seperti kondisi daerah tropis. Bakteri ini dapat hidup sampai 43 hari pada
tanah yang sesuai dan sampai beberapa minggu dalam air terutama air tawar. Urine
seekor sapi yan terinfeksi dapat mengandung 100 juta leptospira/mm.
2.4.Manifestasi Klinis
Penyakit ini merupakan penyakit infeksi system akut yang ditandai dengan vaskulitis
yang menyeluruh. Masa inkubasi 7-12 hari, bahkan ditemukan antara 2-20 hari.
(Sumarmo,2002)
3
Dalam perjalanan penyakit dibedakan dalam 2 fase :
1. Fase 1 atau septicemia, berlangsung 4-7 hari. Pada hari fase ini, leptospira
menghilang dari darah, dari cairan serebrospinal dan jaringan lain, kecuali
squeous humor mata dan prenkin ginjal.
2. Fase 2, awal fase ini ditandai dengan meningkatnya titer antibody leptospira
secara cepat, oleh sebab itu fase ini disebut juga fase imun. Fase 2 berlangsung 4-
30 hari. Pada saat ini terjadi leptospiura yang dapat berlangsung selama 1 minggu
sampai 1 bulan. Meningitis, ganguan hati dan ginjal,akan mencapai puncaknya
pada fase ini.
Beberapa peneliti menyebutkan adanya fase ke-3 dan fase konvalesense. Fase ini
terjadi antara minggu ke-2 dan ke-4, pada saat ini demam dan nyeri dapat timbul
kembali.
2.5.Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah rutin dijumpai leukositosis, normal atau menurun,
hitung jenis leukosit, terdapat peningkatan jumlah netrofil. Leukositosis dapat
mencapai 26.000 per mm pada ke adaan anikterik.
2. Pemeriksaan fungsi ginjal
3. Pemeriksaan fungsi hati
4. Pemeriksaan laboratorium khusus
- Pemeriksaan mikroskopik dan immunostaining
- Pemeriksaan molekuler
- Biakan
- Inokulasi hewan percobaan
2.6.Penatalaksanaan
Leptospirosis ringan cukup diatasi dengan istirahat dirumah, diberikan obat penurun
panas dan antibiotic untuk kuman Leptospirosis (dexocilin). Pasien juga diberikan
obat simptomatis sesuai dengan keluhan pasien. Pemberian nutrisi juga perlu
diperhatikan karena nafsu makan biasanya menurun. Perlu pemberian nutrisi
seimbang dengan kebutuhan kalori dan disesuaikan keadaan fungsi hati serta ginjal
yang menurun.
4
Untuk leptospirosis yang cukup berat, pengobatan dengan Benzyl Penicillin 6-
8 MU iv dosis terbagi selama 5-7 hari. Atau Procain Penicilin 4-5 MU/hari kemudian
dosis diturunkan menjadi setengahnya setelah demam hilang, biasanya lama
pengobatan 5-6 hari.
Jika pasien alergi penicillin digunakan tentracyline dengan dosis asal 500mg,
kemudian 2500 mg IV/IM perjam selama 24 jam, kemudian 250-500 mg/ 6 jam
peroral selama 6 hari. Atau Erythromcin dengan dosis 250 mg/ 6 jam selama 5 hari.
Tetracyline dan Erythomicyn kurang efektif dibandingkan dengan Penicillin.
Pemberian Ceftriaxone dosis 1 g. iv. Selama 7 hari hasilnya tidak jauh berbeda
dengan pengobatan menggunakan penicillin.
Oxtetracyline digunakan dengan dosis 1.5 g. peroral, dilanjutkan dengan 0.6 g.
tiap 6 jam selama 5 hari; tetapi cara ini menurut beberapa peneliti tidak dapat
mencegah terjadinya komplikasi hati dan ginjal.
2.7.Pencegahan
Sanitasi lingkungan harus diperhatikan terutama di daerah peternakan, pemotongan
hewan atau dikolam renang. Kapanye rumah yang antitikus (rat proof) perlu
dilakukan. Perlindungan bagi pekerja peternakaan yang harus diberikan adalah sepatu
bot, sarung tangan, masker dan baju pelindung. Imunisasi bagi yang sering
berhubungan dengan hewan penularan juga perlu dilakukan.
Penyuluhan tentang higine pribadi dan penularan penyakit ini akan membantu
untuk mencegah KLB. Kewaspadaan petugas kesehatan dapat berupa pengawasan
situasi pascabanjir, mengisolasi hewan sakit dari rumah penduduk dan daerah wisata
(sebagai perlindungan dari urin hewan), vaksinasi hewan peliharaan dengan strain
local , serta mengontrol vector bila diperlukan. Kewaspadaan ini diperlukan sebagai
upaya untuk mencegah penyebaran penyakit.
2.8. Penularan
Infksi pada manusia dapat menjadi melalui beberapa cara berikut ini :
1. Kontak dengan air, tanah, dan lumpur yang tercemar bakteri.
2. Kontak dengan organ, darah dan urin hewan terinfeksi
3. Mengonsumsi makanan yang terkontaminasi
5
Berdasarkan berbagai data, infeksi yang tersering adalah melalui cara pertama.
Bakteri masuk ketubuh manusia melalui kulit yang lecet atau luka dan mukosa,
bahkan dalam literature disebutkan bahwa penularan penyakit ini dapat melalui
kontak dengan kulit intak (sehat) tertama bila di kontak lema dnegan air. Hewan
penular utama pada manusia adalah tikus. Di Amerika serikat penularan terbesar
adalah anjing. Di Indonesia, infeksi ini banyak terjadi di daerah baniir. Detergen
bahkan dengan konsentrasi rendah sekalipun, terbukti dapat menghambat
perkembangan hidup leptospira.
Faine S. menyatakan bahwa terdapat tiga pola epidemologi leptospira, yaitu :
1. Penularan via kontak langsung, biasanya pada daerah beriklim sedang, sering
terjadi di peternakan sapi dan babi.
2. Penularan atau penyebaran penyakit karena kontaminasi yang luas pada
lingkungan, biasanya pada iklim tropis-basah ( musim hujan ). Paparan pada
manusia secara lebih luas tidak terbatas karena pekerjaan.
3. Penularan via infeksi rodensia pada lingkungan perkotaan yang kumuh.
2.9.Patofisiologi
Leptospirosis masuk kedalam tubuh melalui kulit atau selaput lendir, memasuki aliran
darah dan berkembang lalu menyebar secara luas ke jaringan tubuh kemudian terjadi
respon imunologi, baik secara seluler maupun humoral sehingga infeksi ini dapat
ditekan dan terbentuk antibody spesifik, walaupun demikian beberapa organisme ini
masih bertahan. Pada daerah yang terisolasi secara imunologi seperti didalam ginjal di
mana sebagaian mikro organisme akan mencapai convulused tubules, bertahan di
sama dan dilepas melalui urin. Leptospirosis dapat dijumpai dalam air kemih sekitar 8
hari sampai beberapa minggu setelah infeksi dan sampai berbulan-bulan bahkan
bertahun-tahun kemudian leptospirosis dapat hilang dengan fegositosis dan
mekanisme humoral. Kuman ini dengan cepat lenyap dari darah setelah terbentuknya
agglutinin setelah fase leptospiremia 4-7 hari, mikroorganisme hanya ditemukan
dalam jaringan ginjal dan okuler leptospiruria berlangsung 1-4 minggu.
6
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. PENGKAJIAN
a. Riwayat Sekarang : Keluhan saat ini, Demam tinggi, sakit kepala, malaise (
lemah / lesu), muntah, konjungtivitis ( radang mata ), rasa nyeri otot betis dan
punggung. Gejala-gejala tersebut akan tampak antara 4 9 hari.
b. Riwayat Masa Lalu : riwayat pasien tentang kontak dengan lingkungan sekitar
secara spesifik seperti air, tanah atau tanaman yang telah dikotori oleh air seni
hewan penderita leptospirosis, yang masuk kedalam tubuh manusia melalui
selaput lender ( mukosa ) mata, hidung, kulit yang lecet atau makanan yang
terkontaminasi urine hewan terinfeksi leptospira
c. Pemeriksaan Fisik : inpeksi/lihat adakah kemerahan dan bentuk luka dikulit,
sesak dan palpasi adakah pembengkakan, demam, nyeri lambung.
d. Pemeriksaan Penunjang : adakah pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui
bakteri antraks, dan pemeriksaan radiologi untuk mengetahui kelainan
perdarahan, dan komplikasi.
e. Penatalaksanaan : terapi yang diberikan sesuai intruksi dokter.
f. Dischart Planning:
Kalau ada tawaran daging murah, jangan dibeli, mungkin sekali daging
tersebut berasal dari tempat pemotongan gelap yang tidak terjamin.
Jaga lingkungan sekitar secara spesifik seperti air, tanah atau tanaman
yang telah dikotori oleh air seni hewan penderita leptospirosis .
Masyarakat agar membeli daging dari rumah pemotongan hewan yang
mempunyai izin operasi dan ditandai dengan stempel/cap pada daging.
Seyogyanya juga membeli daging dari pasar swalayan atau kios kios
daging yang memiliki izin, bersih dan hygiene.
3.2.DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Hypertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme penyakit
b) Nyeri ( kepala, dada, persendian ) akut berhubungan vasospasme
c) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum
7
d) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang proses
penyakit dan penatalaksanaannya
e) Perubahan status nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
f) Ketidak seimbangan cairan elektrolit : kurang volume cairan berhubungan
dengan fase diuretic GGA, dengan peningkatan volume urine dan
melambatnya kemampuan absorpsi tubular
g) Curah jantung menurun berhubungan dengan degenerasi sel-sel otot miokard.
h) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane
alveolar- kapiler ( efek inflamasi )
3.3.PERENCANAAN KEPERAWATAN
A. Umum
No DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI
KEPERAWATAN HASIL
1 Hypertemi berhubungan Tujuan : Mandiri
dengan peningkatan Setelah dilakukan tindakan pantau tanda vital,
metabolism penyakit , keperawatan selamaTujuan : perhatikan adanya
ditandai dengan Setelah dilakukan tindakan diaphoresis
DS : Demam keperawatan selama 3 X 24 berikan pakaian
DO :suhu meningkat, akral jam, suhu tubuh klien kembali tipis, longgar
panas ,kulit kering normal sesuai dengan
Kriteria hasil : kebutuhan
Suhu tubuh 36-37C berikan kompres
Akral teraba hangat hangat air biasa
Kulit lembab anjurkan pasien
banyak minum
kolaborasi
pemberiananti
piuretik
8
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
2 Nyeri (kepala,dada, Tujuan : Mandiri
persendian)akut Setelah dilakukan kaji skala nyeri ,lokasi nyeri,
berhubungan tindakan keperawatan identitas nyeri
viasospasme, ditandai 3 X 24 jam ,nyeri monitor tanda- tanda vital
dengan : berkurang sampai berikan posisi yang nyaman
DS :nyeri dengan hilang . pertahankan lingkungan yang
DO :Wajah meringis Klien tenang
melaporkan diskusikan dengan pasien
nyeri dan keluarga penyebab nyeri
berkurang s/d diskuikan mengenai
hilang pentingnya posisi atau ltak
ekspresi wajah tubuh yang normal
tidak tegag lakukan teknik massage atau
/meringis rellaksasi
tanda-tanda berikan bantuan sesuai
vital dalam kebutuhan
batas normal o Kolaborasi
skala nyeri pemberian obat analgetik
9
bantuan minimal bertahap
meningkatnya fungsi bantu klien
bagian tubuh yang latihn ROM
sakit aktif dan pasif
tingkatkan
aktivitas dan
partisipasi
dalam
merawat diri
sendiri sesuai
kemampuan
observasi
adanya daerah
yang
menglami
nyeri
10
dialaminya resiko
klien dapat individual dan
bekerjsama dalam bentuk
tindakan penularan
keperawatan Kolaborasi
Terapi obat-
obatan efek
samping,
ketaatan
program
11
keadaan
hangat
Berikan
lingkungan
yang nyaman
Anjurkan
makan posisi
duduk tegalk
Diskusikan
pentingnya
asuopan nutrisi
dalam
penyembuhan
Kolaborasi
Pemberian
vitain nafsu
makan
12
hipovolemik Turgor kulit normal tekanan darah ,
Tidak terjadi cvp.
oedem Pantau tanda-
tanda dehidrasi
Kaji tingkat
kesadaran
,gelisah, status
mental
Kaji turgor
kulit, pantau
adanya oedem
Kolaborasi
Pemberian
terapi sesuai
indiksi,pemerik
saan
laboratorium
3. Pada Jantung
13
gagal jantung bingung disorientasi,
Ikut serta aktivitas cemas ,depresi
yang mengurangi Anjurkan istirahat
beban jantung batasi aktivitas
Tinggikan
kaki,hindari tekanan
bawah lutut,
Kolaborasi
Berikan oksigen
sesuai indikasi
4. Pada Paru
14
Berpartisipasi Berikan lingkungan
dalam program tenang,batasi aktivita
pengobatan dalam pasien
tingkat Awasi tanda
kemampuan klien vital,irama jantung ,
kolaborasi
Berikan oksigen
hasil GDA
5. Pada Otak
15
istirahat diantara
waktu aktifitas
keperawatan dan
batasi waktu
setiap prosedur
tersebut
Berikan
lingkungan
nyaman dan
tenang
Kolaborasi
Berikan oksigen
terapi sesuai
indikasi
Kolaborasi
a. Memberikan antipiuretik
Mandiri
16
e. Mendiskusikan dengan pasien dan keluarga penyebab nyeri
f. Mendiskusikan mengenai pentingnya posisi atau letak yang normal
g. Melakukan teknik massnge atau relaksasi
h. Melakukan bantuan sesuai kebutuhan kolaborasi
i. Memberikan obat analgetik
Mandiri
Kolaborasi
Mandiri
17
e. Mensajikan dalam keadaan hangat
f. Memberikan lingkungan yang nyaman
g. Menganjurkan makan posisi duduk tegalk
h. Mendiskusikan pentingnya asuopan nutrisi dalam penyembuhan
Kolaborasi
Mandiri
Kolaborasi
Mandiri
18
Kolaborasi
Mandiri
Kolaborasi
Mandiri
Kolaborasi
19
a. Berikan oksigen terapi sesuai indikasi
KASUS
20
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Leptospirosis adalah infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri leptospira yang
bisa menyerangsemua jenis mamalia seperti sapi,tikus,kucing,anjing. Hewan
yang terinfeksi Leptospira dapat tanpa gejala sampai meninggal. Orang yang
beresiko terkenal adalah orang yang bekerja berhubungan dengan hewan liar
dan peliharaan seperti peternak,petani, petugas laboratorium dan tentara.
4.2 Saran
21
Seharusnya kita perlu mengetahui tentang penyakit Leptospirosis agar kita
dapat mencegah hal itu timbul dalam lingkungan kita. Penulis juga menyadari
bahwa penulisan makalah ini masih belum kesempurna, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk
menyempurnakan penulisan makalah berikutnya.
22