Sie sind auf Seite 1von 46

@

,. LEMBAGA PENDIDIKAN & PELATIHAN


~ KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & L1NGKUNGAN
. LP2K3L A2K4 INDONESIA

BAS. I.
PENDAHULUAN

1.1. PENGERTIAN

Pengertian Higiene adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan


berbagai masalah kesehatan, dan segala bentuk upaya untuk
memperbaiki dan mempertahankan kesehatan, atau dapat juga dikatakan
bersih dan bebas penyakit.
Higiene Perusahaan mempunyai arti higiene di dalam perusahaan,
yang dalam prakteknya mengadakan penilaian kepada faktor-faktor
penyebab penyakit kwalitatif dan kwantitatif didalam Iingkungan kena
perusahaan melalui pengukuran, Hasil pengukuran digunakan sebagai
dasar tindakan korektif kepada Iingkungan kerja termasuk Iingkungan
disekitar tempat kegiatan keqa.
Tindakan korektif ini dapat berupa tindakan pencegahan I
antisipasi, agar pekerja dan masyarakat sekitar tempat kegiatan kerja
terhindar dari bahaya - bahaya kesehatan akibat kelja, kondisi yang
demikian ini tentunya kan memberikan jaminan kesehatan yang tinggi.
Melihat yang demikian ini secara jelas sifat higiene perusahaan,
mempunyai sasaran yakni lingkungan keria. Dimana pada pekerjaan
konstruksi secara keseluruhan kondisi lingkungannya selalu berinteraksi
dengan kondisi teknik baik yang menyangkut sarana kerja dan
prasarana serta Iingkungan tempat kerjanya.
Kesehatan Kerja. Semua Kegiatan yang mengupayakan untuk
memberikan jaminan kesehatan kepada setiap tenaga kerja pada semua
jenis pekerjaan yang bertujuan, agar setiap tenaga kerja I masyarakat
pekerja memperoleh derajat kesehatan yang setinggi -tingginya, baik fisik,
atau mental, maupun sosial, dengan usaha - usaha preventif dan kuratif,
terhadap penyakit-penyakit I gangguan - gangguan kesehatan yang
diakibatkan oleh faktor-faktor pekerjaan, kondisi kerjanya dan lingkungan
kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum.
Disamping itu pemberian perfindungan kesehatan pekerja
dimaksudkan guna mewujudkan produktifrtas kerja yang optimal, sehingga
diperfukan penyelenggaraan upaya-upaya kesehatan kerja dan
pemeliharaannya. secara je las sifat kesehatan kerja mempunyai sasaran
adalah manusia, dan hal ini lebih belSifat medis.
Mendasarkan pada penjelasan diatas maka penggabungan
keduanya yakni Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja atau biasanya
disebutkan dengan istiJah "HIPERKES" mempunyai arti penggabungan
dua disiplin ilmu yakni ilmu medis dan tehnik.
Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, mempunyai suatu
kesamaan pengertian yang juga merupakan terjemahan dari
"Occupational Health", yang secara umum lebih di fokuskan dalam
kesehatan untuk Iingkungan kerja dan tenaga I pekerja di Iingkungan

1130
@ ()
lfMBAGA PENDIDIKAN & PELATINAN
KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & L1NGKUNGAN
LP2K3L A2K4 INDONESIA

tersebut, hal ini berarti menangani yang berkenaan dengan masalah


masalah kesehatan secara menyeluruh di dalam suatu perusahaan.
Penanganan kesehatan yang dimaksud adalah usaha-usaha
kuratif, preventif, penyesuaian faktor manusiawi terhad ap pekerjaannya
dan higiene dan lain-lain..
Dari uraian diatas secara umum Higiene Perusahaan dan
kesehatan kena di maksudkan untuk mengangkat derajat kesehatan
tenaga kerja setinggi - tingginya, hal ini dapat dilakukan dengan cara
mengatur pembertan pengobatan, perawatan tenaga keqa yang sakit,
mengatur persediaan tempat, cara-cara dan syarat yang memenuhi
norma-norma Higiene Perusahaan dan Kesehatan Ke ~a untuk mencegah
penyakit akibat, balk sebagai akibat pekerjaan maupun penyakit umum
serta menetapkan syarat-syarat kesehatan bagiperumahan.
Pada pekerjaan konstruksi Higiene Perusahaan dan Kesehatan
Ke ~a ditempat kegiatan konstruksi dapat disitilahkan pula higiene proyek
dan kesehatan ke~a , yang memang berlaku dilingkungan tempat kegiatan
kerja konstruksi ber1angsung. .
Untuk mencapai mengangkat derajat kesehatan yang tinggi yaitu
tenaga kerja yang sehat dan produktif. Higiene Perusahaan I Proyek dan
Kesehatan Kerja harus menggunakan i1mu-i1mu yang bersangkutan erat
dengannya, seperti, psikologi, toksikologi dan lain-lain.

1.2. TUJUA N UTAMA


Pada Hakikatnya Higiene Perusahaan I proyek dan Kesehatan
Kerja adalah untuk mencapai derajat kesehatan kerja yang tinggi dart
tenaga ke~a dan pekerja, disamping sebagai sarana untuk meningkatkan
produksi, yang berlandaskan kepada meningginya effisiensi dan . daya
produldifitas faktor manusia dalam produksi.
Sehingga Higiene Perusahaan I proyek dan Kesehatan Ke~a
rnempunyai tujuan utama yaitu : adalah menciptakan tenag a kerja
yang sehat dan p ro duktif. Tujuan utama tersebut dapat dicapai dengan
rnelalui :

1. Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan


kecelakaan-kecelakaan akibat kerja.
2. Pemeliharaan I perawatan dan peningkatan kesehatan dan gizi
tenaga kerja dalam lingkungan kerja yang memenuhi syarat-syarat
kesehatan. sehingga mampu mempertinggi efflSiensi dan daya
produktivitas tenaga manusia secara optimal .
Ungkungan ke~a yang dimaksud melip uti dlantaranya :
tekanan panas, penerangan di tempat kefja. pembatasan debu di
udara ruang kerja, sikap badan saat bekeqa, penserasian manusia
dan mesin, pengekonomisan upaya. tingkat kesehatan dan
keadaan gizi tenaga kerja yang bersangkutan.
3. Pemberantasan kelelahan ke~a dan penglipat-gandaan kegairahan
serta kenikmatan kerja,

2130
@
~
, LEMBAGA PENDIDIKAN& PELATIHAN
KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & L1NGKUNGAN
LP2K3L A2K4 INDONESIA

4 . Pertindungan bagi masyarakat di sekitar tempat kegiatan kerja


konstruksi bertangsung, agar terhindar dart bahaya-bahaya
pengotoran oleh bahan-bahan dari perusahaan yang
bersangkutan , dan pertindungan masyarakat luas dari bahaya
bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh hasil produk saat
pembangunan peke rjaan konstruksi
5. Tersed ianya biaya kuratif kesehatan kerja atas kecelakaan dan
penyakit-penyakit akibat kerja, serta penyakit umum yang makin
meningkat jumlahnya oleh karena pengaruh yang memburukkan
keadaan oleh bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh pekerjaan
konstruks i. Biaya-biaya kuratif meliputi : pengobatan, perawatan
di rumah sakit, rehabilitasi, absenteisrne, kerusakan mesin ,
peralatan dan bahan oleh karena kecelakaan, terganggunya
pekerjaan , dan cacat yang menetap .

1.3. PENGARUH KO NOISI KESEHATAN KERJA TERHADAP RENOAHNYA


PRODUKTIFITAS KERJA

Dari hasil, data survei terbatas dan pengarnatan-pengamatan di


sana sini yang dilakukan lembaga Nasional Higiene Pe rusahaan dan
Kesehatan kerja Departemen Tenaga Kerja. Diperoleh kond isi kesehatan
masyarakat pekerja di Indonesia . Yakni :
1. Penyakit Umum Baik pada sektor pertanian, maupun seldor
pertambangan , industri dan lain-lainnya , penyakit yang paling
banyak terdapat adalah :
penyakit infeksi ,
penyakit endemik yang masih menghinggapi tenaga kerja ,
antara lain cacar dan cholera
penyakit parasit. Penyakit-penyakit parasit, seperti
dikarenakan cacing masih merupakan gangguan yang
besar
Penyakit-penyakit alat pemapasan seperti flu dan bronchitis
merupakan bagian terbanyak (30-40% dari seluruh penyakit
umum).
Penyakit perut meliputi 15-20% dan seluruh penyakit
umum.
Angka sakit oleh T.B.C. paru-paru masih tin ggi, berkisar
diantara 3,5 dan 8% dari tenaga kerja masih dihinggapi
penyakit tersebu t.
Pertu diketahui pula kekhususan mengenai gangguan kesehatan
pada masyarakat tenaga kerja, yaitu biasanya efek pe nyakit umum
diperburuk lagi oleh faktor-faktor pekerjaan yang tida k mernenuhi
syarat-syarat higiene dan kesehatan. Hal itu dapat dilihat misalnya
dari observasi-observasi yang menunjukkan bahwa "sterr dan
strain" yang berat da lam pekerjaan menyebabkan bertambahnya
T.B.C. paru-paru atau penyakit lainnya . Selanjutnya observasi

3/30

@
. l EMBAGAPENDIDIKAN&PELATIHAN
,~ KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA &lINGKUNGAN
lP2K3l A2K4 - INDONESIA

tahun 1966-1967 memberikan kesan tentang absenteis tenaqa


kerja seharinya oleh karena sakit berkisar di antara 3 - 8% da ri
masyarakat-masyarakat tenaga kerja yang diselidiki, sedangkan
penyakit merupakan sebab terpenting dari padanya.
2. Penyakit akibat kerja seperti :
pneumoconiosis, dennatoses akibat kerja, keracunan
keracunan bahan kimia, gangguan-gangguan mental
psikologi akibat kerja, dan lain-lain benar-benar terdapat
pada tenaga kerja.
Pada pekerjaan konstruksi belum ada angka yang pasti
tetapi Sebagai contoh pada penelitian-penelitian tenaga - tenaga
buruh pekerjaan tambang, ditemui ~ % kasus silicosis. .
Selanjutnya penyelidikan pada 20 orang cardes
menunjukkan adanya 2 kasus bronchospasme, 1 kasus bronchitis
berulang dan 2 kasus bronchitis chronica.
Hanya saja penyakit-penyakit akibat kerja ini jumlahnya
masih nampa k seolan-olah sedlklt, oleh karena disebabkan tidak
adanya Iaporan, tidak dibu atnya diag nosa kearah penyakit
tersebut, atau dikarenakan labour turnover yang tinggi, dan belum
cukupnya fullemployment. Namun begitu, kadang-kadang
gangguan kepada pekeljaan sangat besar, seperti halnya temyata
pada kasus-kasus yang tersangka tabacosis dengan buruh-buruh
bertiduran di k1inik dan mengeluh badan panas , batuk dan pusing
kepala.
Kematian oleh keracunan pertisida benar-benar pemah
te~a di,
walaupun jumlah penderita yang sebenarnya tidak diketahui
secara pasti, olen karena tidak adanya laporan yang lengkap. Effek
kronis tidak dipahami oleh majikan ataupun buruh secara jelas,
walaupun pada berbagai keadaan di perusahaan kadang-kadang
terdapat kesadaran tentang adanya kesehatan yang memburuk
sebagai akibat makin lamanya bekelja .
Dennatosis kulit ter1ihat pada buruh-buruh yang bekeqa
dengan bahan-bahan kimia, baik pada industri, maupun pada
pertanian. Penyelidikan-penyelidikan tentang dermatoses oleh
pupuk atau racun-racun hama menunjukkan tentang kebenaran
adanya kelainan-kelainan kulit oleh bahan-bahan tersebut.
Bahkan oleh karena pengalaman lapangan, telah tidak
dipakai lagi misalnya persenyawaan air raksa organik yang sangat
mengganggu kulit-kulit pekelja itu .
3. Keadaan gizi pada buruh-buruh menurut pengamatan yang
pemah dijalankan sering tidak menguntungkan ditinjau dari sudut
produktivitas kerja.
Adapun keadaan gizi kurang baik dikarenakan penyakit
penyakit endem is dan parasitis. kurangnya pengertian tentang gizi ,
kemampuan pengupahan yang rendah, dan beban kelja yang
terlalu besar.
Suatu pengukuran berat badan pada bunta yang berada
pada suasana panas dan berdebu menunju kkan befat badan rata
rata 46,9 kg, padahal untuk 9Olongan adm inistrasi dengan tinggi
4130
@
~
.
. LEMBAGA PENDIDIKAN & PELATIHAN
KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & L1NGKUNGAN
LP2K3L A2K4 INDONESIA

yang sama (sekitar 1,58 meter) berat badan adalah 52,5 kg.
Terlihat tendensy, bahwa beban-beban kerja yang terlalu berat dan
mengganggu kesehatan menurunkan berat badan. Pada kead aan
tersebut produk1ivitas tenaga kerja sangat rendah.
4. Lingkungan kerja sering-sering kurang membantu untuk
produktivitas optimal tenaga kerja. keadaan suhu, kelembaban dan
gerak udara memberikan suhu efektif di luar kenikmatan kerja.
Selain iklim tropis, heat stress di sana-sini melebihi index 1.
Penerangan yang penting untuk melakukan kerja sering
diabaikan, dengan akibat kelelahan mata, yang besar dan
menurunnya eftisiensi.
Itensitas bunyi banyak melebihi 85 dB{A) sehingga bukan
saja mengganggu produktivitas tapi juga mulai pada taraf
membahayakan.
Lingkungan kerja sering-sering penuh oleh debu, uap, gas
dan lain-lain yang di satu pihak mengganggu produktivitas, dan
mengganggu kesehatan di pihak lain. Sarna sekali belum ada
pengertian tentang Nilai Ambang Batas, ataupun kalau disadari,
belum ada kemampuan untuk mengevaluasi dan mengadakan
perbaikan Iingkungan kerja.
Dari suatu evaluasi effek debu Hibiscus, ternyata keluhan
keluhan yang menunjukkan kurangnya kesenangan bekerja pada
tenaga kertja yang "exposed" kepada debu sangat mencolok.
5. Perencanaan atau pemikiran te ntang penserasian manusia
dan mesin serte perbaikan cara ketja sesual dengan
modemisasi yang berprinsip sedikit-dikitnya energi tetapi setinggi
tingginya output kerja pada umumnya belum diketahui.
Tidak jarang ukuran-ukuran mesin atau peralatan kerja
sangat berbeda dengan ukuran-ukuran tenaga kerja. di satu, hal
tersebut dikarenakan rnesin-mesin atau perkakas-perkakas pada
umumnya diimport, tetapi di pihak lain, dikarenakan sarna sekali
belum adanya kesadaran.
Untuk hal tersebut perlu adanya pengertian dari penguasa,
buruh dan pihak lainnya tentang perencanaan manusia dan mesin,
suatu pengetahuan yang di Negara-negara rnaju diterapkan dari
. hari ke hari secaraterus menerus.
Baiklah bila kita tidak bicara tentang mesin-mesin yang
rumit, melainkan tentang suatu contoh yang sangat sederhana
ialah cangkul sebagai alat pertanian, berbagai jenis cangkul yang
diimport atau yang dibuat dalam negeri, dapat dipilih bentuk dan
ukuran yang paling sesuai, agar terdapat kesehatan yang optimal
dan produktivitas setinggi-tingginya.
6. Ditinjau dari segi mental psikologis tenaga-tenaga kerja baru
mengalami goncangan-goncangan hebat sebagai akibat keadaan
perubahan sosial politik, seperti dengan adanya puncaknya
kekacauan di jaman G.30.S, peristiwa kerusuhan diberbagai
daerah kerusuhan, dan setelah itu barulah tenaga kerja mengalami
perbaikan perbaikan ke arah stabilisasi keadaan.

5/30

@)

LEMBAGA PENDIDIKAN & PELATIHAN

,9s KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & L1NGKUNGAN


LP2K3L A2K4 -I NDONESIA

Sedangkan psikologi industri dan psikologi kerja hanya


dikenal pada perusahaan-perusahaan besar, begitupun baru pada
taraf permulaan. Padahal lapangan tersebut akan sangat
membantu penyesuaian emosionil dan mental para tenaga kerja
terhadap pekeqa annya.
Pada umurnnya bel urn d iketahui , bahwa kebudayaan kerja
yang harus dimiliki oleh setiap tenaga ke~a pada khususnya dan
Bangsa pada urnurnnya yang sedang mernbangun ha rus didiisi
dengan usaha-usaha yang menimbulkan kegairahan serta
kenikmatan kerja kea rah dedikasi yang sernpurna.
7. Kesejahteraan tenaga kelja yang sering-sering kurang baik
dikarenakan pengupahan yang rendah, diperburuk Iagi oleh tidak
dikenal dan tidak diprakteknya usaha keluarga berencana dan
indutri sering beridiri sendiri dan tertetak jauh dan rnasyarakat
umum , rnaka usaha keluarga berencana akan berhasil baik,
apabila diintegrasikan dengan kegiatan kesehatan perusahaan .
8. Beturn dipahami dengan benar hubungan antara kesehatan
dengan tinggi - rendahnya proiduktifitas, baik oleh pengusaha
dan buruh atau pihak lainnya.
Selalu terdapat anggapan pada mereka, bahwa usaha
kesehatan hanyalah usaha kesejahteraan semata, dan tidak
membantu dalam soal produktivitas. Sedangkan ceramah-cerarnah
dan penerangan yang diperlukan untuk merubah pandangan dan
sikap dernikian sangat terbatas jumlahnya.
Sehingga pertunya kesehatan ke~a dimasukkan dalarn
kegiatan-kegiatan pendidikan bagi para pengusaha dan buruh.
yang mengarah kepada penanarnan pengertian pernbentukan skill
dilandasi dengan factor kesehatan ke~a
9. Rendahnya fasilitas kesehatan yang ada di perusahaan rnasih
jauh I belum mernenuhi harapan. Pendekatan usaha kesehatan
biasanya tertalu kuratif, belum atau sedikit sekali
menyelenggarakan usaha-usaha preventif, Iebih-lebih lagi apa
yang disebut gerakan kesehatan dalarn produktivitas belum
terpikirkan sarna sekal i.
Kesulitan-kesulitan antara lain dikarenakan dokter-dokter
perusahaan sering-sering adalah dokter part-time, sehingga sangat
terbatas kesempatan untuk mengembangkan lapangan kesehatan
dalam produksi.
10. Beturn diterapkan dengan baik rnasalah higiene, kesehatan
dan keselamatan kerja, walaupun telah cukup banyak banyak
perundang-undangan yang rnendukungnya, tetapi implementasinya
sering-sering mengalami kesulitan , oleh kare na terbatasnya tenaga
untuk pen gawasan ataupun yang mengerti, sehingga masih
perlunya dibina skill untuk pengenalan dan evaluasi gangguan
gangguan kesehatan dan penyakit akibat kelja pacta tempat
kegiatan, cara dan Iingkungan kerja, sehingga perlu lebih
disosialisaikan ke seluruh jajaran pengurusl pengusaha dan
pekerja. terutama pada perusahaan-perusahaan menegah dan
keeil.

6130
@
. l EMBAGAPENDIDIKAN&PELATIHAN
~ KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA &lINGKUNGAN
lP2K3l A2K4 - INDONESIA

Mempelajari keadaan diatas dan untuk mengatasi pengaruh buruk,


dari kondisi-kondisi kesehatan kerja, khususnya yang meliputi sektor
tenaga kerja, atau sektor produktif, maka :

1. Perlu pelaksanaan higiene perusahaan/proyek dan kesehatan keria


di tempat kegiatan konstruksi
2. Perlunya adanya tenaga kesehatan pada tingkat perusahaan dan
perlu ditingkatkan pengerahan tenaga-tenaga kesehatan ke dalam
sektor produksi jasa klonstruksi. Serta perlunya dibina para teknisi
pekerjaan konstruksi dengan skill tambahan tentang higiene
perusahan/proyek dan kesehatan kerja.
3. . Pertu diusahakan pendidikan dan training kepada pengusaha dan
buruh tentang pentingnya kesehatan produksi dalam meningkatkan
produktivitas tenaga ke~a sebagai sarana kearah peningkatan
kesejahteraan masyarakat pekerja jasa konstruksi.
4. Perlu dikembangkannya "applied research" yang dapat
menemukan karakteristik-karakteristik masyarakat pekerja, misal
saja tentang waktu ke~a dan istirahat, gizi dan produktivitas,
daerah-daerah nikmat kerja dan produktivitas kerja optimal. dan
lain-lain sebagainya. Namun research baru benar-benar berialan,
apabila telah dibangun keahlian dan peralatan yang mernadai
secukupnya. Hasil-hasH selain untuk diterapkan dalam praktek,
research akan merupakan pula standar-standar untuk perundang
undangan.
5. Keahlian-keahlian dalam hiperkes dengan lembaganya harus
selalu dapat dimanfaatkan oleh setiap sektor produksi konstruksi,
manakala sewaktu-waktu diperlukan nasehat-nasehat sesuai
dengan tingkat kebutuhannya. Baik yang ada ditingkat propinsi
maupun kotaI kabupaten.
6. Pembinaan Iapangan kesehatan dalam produksi di tempat kegiatan
konstruksi ini memerlukan keqa sarna yang sebaik-baiknya
diantara institusi I departemental Kesehatan. agar diperoleh
manfaat yan9 sebesar-besamya. .

Dengan usaha-usaha tersebut, maka diharapkan, bahwa


occupational health, sebagai bagian lapangan kesehatan yang
berintegrasi dengan produksi konstruksi, dapat menghilangkan hambatan
hambatan dan sanggup menunjang serta meningkatkan ataupun
mempertahankan secara maksimal produktifitas kerja

1.4. HUBUNGAN KEDOKTERAN PENCEGAHAN DAN KESEHATAN


MASYARAKAT
Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja sebagai satu kesatuan
adalah spesiallsasl dalam IImu Kesehatan Masyarakat (Public Health) dan
IImu Kedokteran Pencegahan (Preventif Medicine) yang diterapkan bagi
rnasyarakat pekerja. Pada Higiene Perusahaan dan Kesehatan Ke~a
selalu dipakai pedoman: "Penyakit dan kecelakaan akibat kerja dapat
7130

M
LEMBAGA PENDIDIKAN & PELATIHAN

KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & L1NGKUNGAN


LP2K3L A2K4 - INDONESIA

dicegah", dan itu Hiogene Perusahaan dan Kesehatan Ke~a adalah


kedokteran Pencegahan. Selain itu, pada usaha-usaha atau tindakan
tindakan Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, yang menjadi "paslen''
adalah masyarakat, yaitu masyarakat pekerja, masyarakat sekitar satu
perusahaan, dan kadang-kadang masyarakat umum yang menjadi
konsumen dan produk-produk suatu perusahaan, maka tepatlah pula bUa
dinyatakan, bahwa Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja adalah satu
bagian dan Kesehatan Masyarakat. Dan memang demikianlah
sebenarnya, Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja berkembang dan
Kedokteran Pencegahan dan Kesehatan Masyarakat. Tetapi, biarpun
demikian, tidaklah boleh dilupakan, bahwa Higiene Perusahaan dan
Kesehatan Ke~a mengandung segi-segi kuratif, walaupun titik berat
ditekankan kepada pencegahan.
Pendekatan-pendekatan yang biasa dilakukan dalam
kedokteran pencegahan, kesehatan masyarakat dan epidemilogi sangat
baik untuk dilakukan dalam usaha higiene perusahaan dan kesehatan
kelja. maka dari itu dasar-dasar pemikiran seperti. benkut berlaku pula
dalam kesehatan yang erat hubungannya dengan proses produksi ini:

1. gangguan kesehatan, yang juga merupakan gangguan effisiensi


kerja, adalah proses dinamis dalam hubungan penyebab (sebab
dari gangguan), manusia dan Iingkungan. Proses tersebut dimulai
dari keadaan normal (sebelum dan ketika mulai kelja), kemudian
perubahan-perubahan yang belum menampak sebagai gejala, lalu
sakit, cacat atau kematian;
2. sebab-sebab dari gangguan kesehatan dan effisiensi tersebut
adalah jarnak, misalnya beban kerja yang berat, tekanan panas .
tinggi, faktor kimia di udara, dan lain-lain, sedangkan yang terkena
adalah bukan hanya perseorangan, melainkan masyarakat tenaga
kelja;
3. pencegahan bennaksud memutuskan rantai proses tersebut sedini
dininya, sedangkan epidemilogi mempelajari kwalitas reaksi-reaksi
kelompok tenaga ke~a terhadap sebab-sebab dalam pekerjaan
dan Iingkungan ke~a ;
4. kesehatan nonnal dan sehat serta effisiensi perlu di dekat secara
statistik.
Sebagai akibat dari pemikiran tersebut, rnaka dalam higiene
perusahaan dan kesehatan kerja dapat dipakai pedoman:
1. Proses evaluasi gangguan kesehatan, jadi juga gangguan
effisiensi, pada umumnya dapat diputuskan.
2. cara memutuskan proses adalah dengan meniadakan atau
mengendafikan interaksi diantara tenaga kerja, faktor penyebab
dan Iingkungan kelja.
3. Perlu kemampuan mendeteksi perubahan pada tenaga ke ~a sedini
mungkin.
4. Pemeliksaan kesehatan berkala sangat penting dan Iebih kerap
pada kasus-kasus dianggap perlu.

8/30
@
~
LEMBAGA PENDIDIKAN & PELATIHAN
KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & L1NGKUNGAN
LP2K3L A2K4- INDONESIA

5. Tidakan-tindakan didasarkan atas hasilnya pada sejumlah terbesar


dari masyarakat tenaga kerja, juga dikelompokkan menurut jenis
kelamin, umur, peke rjaan dan besamya pengaruh dari sebab dan
lingkungan kerja. .
6. Pemeriksaan dan usaha-usaha seperlunya terhadap tenaga kerja
yang memperlihatkan keluhan-keluhan.
7. Perfu pendidikan tentang gangguan-ganggguan dan cara
pencegahannya kepada pengusaha dan tenaga kerja.
8. Kebiasaan-kebiasaan dan tradisi tenaga kerja perlu diketahui dan
dipelajari.
9. tindakan dini merupakan pencegahan terhadap perkernbanqan
gangguan yang lebih jauh.
10. Kemampuan menyelenggarakan administrasi yang baik ' dan
menarik partisipasi masyarakat sangat penting.
Kedokteran pencegahan adalah i1mu dan seni untuk pencegahan
penyakit, memperpanjang dan meningkatkan kesehatan fisik dan mental,
serta effisiensi. Maka dalam higiene perusahaan dan kesehatan kerja,
effisiensi, yang disebut terakhir terutama dalam hubungan kerja lebih
tampil ke depan. Sedangkan kesehatan masyarakat adalah kedokteran
pencegahan yang diselenggarakan melalui usaha-usha kemasyarakat
untuk :
1. sanitasi Iingkungan;
2. pemberantasan penyakit menular;
3. pendidikan tentang higiene perorangan;
4. pengorganisasian pengobatan dan perawatan untuk diagnosa dan
terapi dini;
5. pengembangan aparat sosial.
Yang memungkinkan individu dalam rnasyarakat memiliki suatu
standar dalam kehidupan untuk memelihara kesehatannya. Higiene
perusahaan dan kesehatan kerja menekankan usaha-usaha kuratif,
preventif, penyehatan temp at, eara dan Iingkungan kerja, kesehatan
perumahan tenaga kerja dan Iain-tain, yang pada dasamya sejalan.
Bagan tingkat dan usaha-usaha pencegahan dalam kedokteran
pencegahan pada dasamya dapat diterapkan pada higiene perusahaan
dan kesehatan kerja (TabeI1).

9/30

~
. LEMBAGA PENDIDIKAN & PELATIHAN
~. KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & L1NGKUNGAN
LP2K3L A2K4- INDONESIA

Tabel1

TINGKAT DAN UPAYA PENCEGAHAN DALAM HUBUNGAN


GANGGUAN KESEHATAN DAN EFFISIENSI TENAGA KERJA

Se belu rn proses gangguan Gangguan dini Sa kit Cacat

Peningk atan Perlindungan Diagnosa dan Pembatasan Rahab ilitasi


Khusus pengobatan dini te~adinya cacat
Kesehatan

1. Pendidikan dan 1. Imunisasi 1. Mencari 1. Pengobatan 1. Lalihan dan


penerangan lenaga kerja, yang tepat pendidikan
2. Higiene perorangan unluk untuk
2. Perbaikan giz i kerja atau kelompok, menghentika penggunaan
3. Perkembangan 3. Sanitasi untuk kasus n proses maksm al
kejiwaan yang lingkungan kasus penyakitdan kernarnpuan
sehat kerja gangguan mencegah tinggal
tertentu kornptikasi
4. Perumahan 4. Perlindunga dan cacat
2. Pendidikan
sehat n dii 2. Penyaringan
menetap.
masyarakal dan
terhadap industri unluk
5. Rekreasi 3. Perneriksaan
2. Penyediaan menggunakan
bahaya
selektif de ngan tena ga cacat
6. Tempat, cara, bahaya dari fasilitas
tujuan:
lingkungan kerja pekerjaan unluk
3. Beke~a secara
sehat - mengobati membatasi
5. Pengendalia penuh
dan cacatdan
7. Nasehat n bahaya mencegah mencegah 4. Penempatan
perkawilan agar dalam proses kematian. selektif
termasuk keadaan penyakit,
kelu arga aman 5. Terapi k e~a di
berencana
6. Penggunaan
- rnencegah Rumah Sakit
penularanl
8. Perh atian bahan 6. Ternpat ke~a
tarnbah
terha dap faktor rnakanan yang dilindungi
banyak
ket urunan khusus ("shelte red
yang
workshop")
9. Perneriksaan 7. Perlindunga terkena,
sebelLm kerja n terhadap - rnencegah
korsinogen
komptikasi
8. Menghindari lcacat
sebab-sebab rnenetap
alergi
- rnemperpe
9. Peserasian ndek
manusia dan pencegah

10/30

@
'l
e \,
LEM'AGA PENOIOIKAN PELATIHAN
KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & L1NGKUNGAN
LP2K3L A2K4 INDONESIA

Tabel 2.
PERBEDAAN ANTARA HIGIENE PERUSAHAAN
DAN KESEHATAN KERJA DENGAN KESEHATAN MASYARAKAT

Higiene perus ahaan dan kesehatan Kesehatan masyarakat


kerja
1. Kesehatan masyarakat tenaga kerja 1. Kesehatan masyarakat umum sebagai
merup akan tujuan utama . sasaran utama
2. Yang diurusi biasanya golongan 2. Mengurusi masyarakat yang kurang
golon gan karyawan yang mudah mudah dicapai
didekati
3. sulit untuk melaksanakan pemeriksaan
3. Ditandai dengan sangta efektifnya periodic
pem eriksaan kesehatan sebelum kerja
dan periodik
4. Ungkungan umum merupakan suatu
4. Yang dihadapi adalah Iingkungan kerja
problem pokok
5. Terutama bertujuan peningkatan
produktivitas 5. Tujuan pokonya adafah kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat, sedangka
aspek produktivitas hanya menonjol
apabila terjadi wa bah-wabah
6. Dibiayai oleh anggaran Pemerintah
6. Dibiaya i oleh perusahaan atau
masyarakat tenaga kerja
7. Perkemb angan sangat pesat sesudah 7. Perkembangan sangat cepat setelah
revolusio industri kemajuan-kemajuan di bida ng limu
jasad-jasad renik
8. Perund ang-undangan berada dalam
ruang lingkup ketenaga kerjaan 8. Perundang-undangan termasuk dalam
ilmu kesehatan

Terdapat kecenderungan , bahwa usaha-usaha higiene perusahaan


dan kesehatan kerja diluaskan kepada kelua rga dan masyarakat sekitar
perusahaan, sedangkan program kesehatan rnasyarakat meluas
mencakup tenaga kerja dan keluarganya.
Dampak yang dirasakan adalah mempengaruhi terhadap sektor
ketenaqakerjaan, ekonomi , stabil itas dan sebagainya, baik skala mikro
maupun makro. Hal ini per1u dihindari dan dicegah deng an eara
mene rapkan K3 secara konseptual, terencana dan berke sinambungan .
pelak~~jlnn.ya tidak T.,~dah karena per1u kesadaran dan
pemahaman ~erhua I, pihak dan '.~,(harus ya!<in bahwa pene rapan K3
keberadaannya sangat .91butuhkan;'aan sangat bermanfaat bagi semua
pihak, terutama bagiperusahaan:, ~q~la m meningkatkan produktivitasnya.
Dalam skala besar ~ f! ka n me~9..3n~u pemerintah dalam mewuj udkan
kesejahteraan rnasyarakat . ,; .: : .
Disadari bah~ ;be ~'~a l k~bijakan
dan program pemerintah dalam
menanamkan kesadaran budaya K3 belum mendapatkan hasil seperti apa

11130
@
/ ~ \.
LEMBAGA PENDIDIKAN & PELATIHAN
KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & L1NGKUNGAN
LP2K3L A2K4 - INDONESIA

yang diharapkan . Banyak factor ekstemal maupun internal yang perlu


diperti mbangkan dan diantisipasi agar dalam menghadapi tantangan dan
peluang ke depan industri konstruksi kita masih mampu bersaing dan tetap
tegar.

BAS . II.
DASAR-DASAR HIGIENE PERUSAHAAN

Dasar - dasar higiene perusahaan , dianta ranya meliputi : kebersuhan dan


kesehatan ke ~a di lingkungan kerja, gangguan penyakit umum, kecelakaan di
pekerjaan konstruksi, usaha'- usaha kesehatan kerja, penyakit akibat ke ~a , yang
diterangkan sebagai berikut ini :

2.1 . KEB ERSIHAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA

Keberisihan disini menyangkut kebersihan dan higienis dalam


perusahaan ataupun lingkungan proyek seperti : penyediaan Air minum,
kakus, tempat cuci dan buangan air kotor, ruangan makan I kantin, dan
lain - lainnya yang menyangkut kebutuhan kesehatan kehidupan di
tempat kegiatan kerja.
Lingkungan kerja konstruksi, terutama tempat kerja harus dapat
dijamin tingkat kesehatannya, dengan kebersihan Iingkungan lokasi kerja,
penerangan yang baik, ve ntilasi yang baik, usaha-usaha sanitasi yang
sehat dan getaran dalarn tingkat frekwensi yang tinggi.
Untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat, harus dapat
dilakukan usaha-usaha mengurangi terjadinya bahaya, seperti
pengeboran tanah dengan system basah yang sanggup mengurangi
jumlah debu bebas ke udara, eara rnasuk yang aman ke dalam ruang
bawah tanah seperti trowongan, ruang lantai bawah tanah
(basernent).dengan penerangan dan ventilasi yang cukup Usaha
penerangan yang baik antara lain sangat berguna bagi pencegahan
kecelakaan., tersed ianya sanitasi terutama penting untuk meniadakan
wadah-wadah penyakit perut dan eacing diantara kaum pekerja. Jelasnya,
betapa pentingnya kerja sarna medis dan tehni k untuk usaha-usaha
higiene perusahaan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan konstruksi
Sanitasi Iingkungan sangat penting bagi pekerja-pekerja dan
kelua rganya yang biasanya tinggal dalam barak - barak ke~a khusus
perkampungan untuk masyarakat pekerja pekerjaan konstruksi, sanitasi
diperlukan untuk pernouanqan kotoran , dan Iimbah - Iimbah cair, dari
barak I perkampungan rnasyarakat konstruksi di tempat kegiatan
konstruksi.
Pemberantasan nyamuk, lalat. tikus dan lain-lain. Yang capat
dilakukan secara berkala, tertib dan konsisten, Penyediaan air minum
yang bersih I higienis, sangat diperlukan bagi pekerja

2.2. GANGGUAN-GANGGUAN PENYAKIT UMUM

12/30

~
.. LEMBAGA PENDIDIKAN & PELATIHAN
~ KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & L1NGKUNGAN
LP2K3L A2K4 - INDONESIA

Seperti be riaku pada umumnya pekerja-pekerja pekerjaan


konstruksipun menderita penyakit-penyakit umum seperti yang terdapat
pada masyarakat luas . Jenis penyakit - penyakit umum yang terjadi di
pekerjaa n konstruksi ini jauh lebih banyak dari pada penyakit-penyakit
akibat kerja dan sanqat variatif, hal ini sangat tergantung dari jenis dan
karakteristik serta lokasi pekerjaan konstruksi itu sendlri , lokasi ada yang
di kota - kota dan ada kalanya di daerah yang jauh terpencil di daJam
hutan ataupun daerah yang tidak didiami manusia .

Berkenaan dengan hal diatas sangat diperlukan adanya program


pengobatan dan perawatan yang meliputi keluarganya. Demikian pula P3K
sangat di rasakan . keperluannya untuk pekerja-pekerja pekerjaan
konstruksi.

Penyakit-penyakit umum sebagairnana biasa sangat dipegaruhi ke


arah yang lebih buruk oleh akibat-akibat kerja dan lingkungan pekerj aan
pekerjaan konstru ksi yang menjadi beban tambahan, Keadaan udara
lembab di bawah tanah (bagi yang bekerja di ruang bawa h tanah atau
trowonqan), pencemaran Iingkungan oleh gas dan debu, dan lain-lain
dapat meningkatkan jumlah abse nteisme.

Gangguan penyakit umum, pada umumnya disebabkan oleh


Iingkungan kerja yang tidak sehat dan bersih atau tidak higiene ,
dia ntaranya .seperti penyakit :
1. Demam berdarah ,
2. Malana
3. Terserang menular I~innya , dll

. 2.3. KECELAKAAN UMUM PEKERJAAN KONSTRUKSI

Perkerjaan konstruksi penuh dengan bahaya-bahaya kecelakaan,


baik jatuh ata u tertimpa benda-benda yang jatuh termasuk atap pekerjaan
konstruksi a tau dinding yan g rubuh , maupun Iedakan-ledakan. Jatuh dap at
pada urnumnya memniliki ketinggian lebih dfa ri 3 meter, dab banyak yang
bek rja naik dan turun, melalui sistim 18ngga-tang9a.

Bahaya rubuh atau runtuh bagian atas bangunan seperti, atap ,


din ding dan lantai atas dari suatui ruangan yang mempunyai lantai lebih
dari 1 (satu) , hal ini biasanya sebagai akibat sistim penyokong I perancah
dinding atau atap yang kurang baik pernasangannya atau oleh karena
pekenaan konstruksi berumur tua .

Bahaya ledakan-Iedakan terjadi biasanya akibat meledaknya gas


methan ata un debu a rang batu halus (untuk yangh bekerja di bawah
(tan ah). Ditinjau dari sudut bahaya kecelakaan ini san gatlah panting ,
unyuk hal ini per1unya usaha-u saha pencegahan kecelakaan yang sebaik
baiknya.

Bahaya - bahaya kecelakaan kerja selain yang diatas, dapat juga


terj adi karena sangat minimnya kesadaran pekerja dalam penggunaan
Ala t Pelidung Diri dan, ataupun keadaan kurang amannya lingkungan ..
Bahaya kecelakaan kerja dapat dikelompokkan sebagai :
13/30
@
0./0 .
LEMBAGA PENDIDI KAN & PELATIHAN
KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & L1NGKUNGAN
LP2K3L A2K4 INDONESIA

1. Sahaya kebakaran sebagai akibat penggunaan bahan I material


seperti , minyak, solar, bensin dan gas karbit I gas epiji.
2. Sahaya tersetrum dan terbakat sebagai akibat pemakaian arus
listrik .
3. Sahaya peledakan akibat penggunaan bejana bertekanan, yaitu
botol zat asam dan pesawat karbid., penggunaan bahan peledak
untuk penghancuran bangunan lama atau memecah gunung btu di
Quary atau di trowongan
4. Sahaya mesin akibat bagian-bagian mesin yang berputar.
5. Sahaya petir dan kebakaran, akibat tidak tersalurnya petir dengan
semest inya
6. Sahaya genangan air seperti hUjan dan kebanjiran .
7. Sahaya keracunan akibat penggunaan bahan kimia berbahaya
8. Sahaya keruntuhan I kejatuhan I kerubuhan benda - benda
konstruksi
9. Sahaya kelelahan dan psikologis, sebagai akibat beban kerja
berlebih seperti , Suhu dan kelembaban tinggi, Kadar debu, gejala
byssinosis,

2.4. USAHA - USAHA KESEHATAN KERJA


Usaha atau disebut juga upaya - upaya kesehatan kerja
merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan di semua perusahaan
sesuai dengan ketentuan-ketentuan pokok undang - undang
ketenaqakerjaan, telah dengan jelas menetapkan bahwa pemeliharaan
dan peningkatan kesehatan ke~a adalah merupakan bagian dari pada
upaya perfindungan tenaga kerja yang harus dilaksanakan sesuai dengan
martabat tenaga kerja sebagai manusia
Upaya perfindungan kesehatan kerja merupakan hal yang penting
dan harus dilaksanakan di semua tingkatan pekerjaam termasuk yang ada
di jasa konstruksi, sebab :
Tenaga kerja merupakan sumber daya yang sangat rnenentukan
jalanya industri.
Pekerjaan dan Iingkungan kena dapat mempengaruhi kesehatan
tenaga kerja
Kegiatan kerja di sernua tingkatan pekerjaan akan selalu
mengandung resiko bahaya bagi kesehatan tenaga kerja, sebab
tidak ada satupun industri yang benar-benar bebas dan bahaya.
Pada hakekatnya upaya-upaya kesehatan kerja adalah
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk m emelihara dan
meningkatlcan derajat kesehatan tenaga kerja, yang mencakup baik
upaya-upaya promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif atau
dengan kata lain dapat dikatakan, bahwa upaya kesehatan ke~a ditujukan
untuk :
1. Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam menyesuaikan
dirinya dengan pekerjaan yang dilakukannya.

14/30

@
/0
LEM'AG. PENDIDIKAN PEtAlIH,N
KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & L1NGKUNGAN
LP2K3L A2K4 INDONESIA

2. Menghindarkan tenaga kerja dari semua gangguan kesehatan


yang terjadi sebagai akibat pengaruh potensi bahaya yang timbul
dari pekerjaan atau Iingkungan.
3. Meningkatkan kesehatan fisik dan rohani serta kesegaran jasrnani
tenaga kerja.
4. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi
tenaga kerja yang menderita sakit.
Pendekatan dengan membiarkan Iingkungan kerja yang tidak sehat
tetap tidak berubah, maka dengan demikian potensi untuk menimbulkan
gangguan kasehatan yang tidak diinginkan juga tidak berubah.
Untuk menurunkan gangguan kesehatan diperlukan tidak diagnosis
dan pengobatan I penyembuhan, tetapi diper1ukan pula evaluasi dan
pengendalian yang efektif akan bahaya-bahaya kesehatan yang ada
termasuk bahaya kesehatan yang disebabkan oleh Iingkungan ke~a
Pengenalan dari berbagai bahaya dan resiko kesehatan di
Iingkungan kerja biasanya dilakukan pada waktu survey pendahuluan
dengan cara melihat dan mengenal biasa disebut 'Walk-through survey'
yang merupakan salah satu langkah dasar yang pertama harus dilakukan
dalam upaya program kesehatan kerja.
Hal yang harus dipematikan pula yaitu efek-efek kesehatan dari
semua bahaya-bahaya kesehatan di lingkungan kerja termasuk pula
jumlah pekerja yang potensial terpajan, sehingga langkah yang akan
ditempuh, evaluasi serta pengendaliannya dapat sesuai dengan prioritas
kenyataan yang ada.
Dalam melakukan evaluasi, maka akan dirinci hal-hal yang
menguatkan dugaan adanya bahaya kesehatan di lingkungan kerja,
menetapkan karateristik serta memberikan gambaran cakupan besar dan
luasnya pajanan . Hal ini diperlukan untuk sebagai dasar penetapan
perencanaan penerapan K3 dan langkah pengendalian.

2.5. PENYAKIT AKIBAT KERJA


Penyakit akibat ketja ada/ah suatu penyakit yang disebabkan oleh
hubungan pengaruh dari pekeqaan atau kondisi pekeljaannya dan
Iingkungan kelja dalam suatu kurun waktu tertentu
,

2.5.1. Pen gertian dan Jenis Penyaklt Akibat Kerja :


Berkenaan dengan pengertian penyakit akibat kerja maka ada dua
kelompok penyakit yang timbul akibat hubungan kelj a, yaitu :
a Penyakit akibat kerja (Occupational disease) yaitu penyakit yang
diderita sebagai akibat pemajanan terhadap faktor-faktor resiko
yang timbul dari kegiatan bekerja (llO, 1996)
Dalam peraturan peundang-undangan di Indonesia,
terdapat 2 (dua) istilah dari penyakit akibat kerja ini, yaitu :
1. Permennaker No. 01lMenl1981 tentang kewajiban melapor
penyakit akibat ke~a.

15/30
@
l@ '.
LEMBAGAPENDIDI..N& PELATIHAN
KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & L1NGKUNGAN
LP2K3L A2K4 - INDONESIA

2. "Penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang


disebabkan ofeh pekerjaan atau Iingkungan kerja".
3. Undang-undang NO.3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosiaf
Tenaga Kerja dan Keppres RI No. 22 Tahun 1993 .
4. "Penyakit yang timbul karena hubungan kerja adalah
penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan
kerja".

b Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan (Work Related


Diseases),
Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan Yaitu penyakit yang
dicetuskan, dipermudah atau diperberat oleh pekerjaan. Penyakit
ini disebabkan secara tidak langsung oleh pekerjaan, dan biasanya
penyebabnya adalah berbagai jenis atau multi faktor.
Contoh penyakit ini , adalah bronchitis pada pekerjaan yang
berdebu; hipertensi pada seorang rnanaler atau kecanduan
narkotik pada petugas anestesi yang menggunakan bahan narkotik
Beberapa faktor yang berhubungan dengan pekerjaan antara
lain :
1. Penyakit Alergi/Hipersensitivitas
Penyakit alergi akibat kerja dapat berupa
rinitis, rinosinusitis, asma, pneumonitis (alveolitis ekstrinsik
alergi), aspergilosis akut, bronkopufmoner, Hipersensitivitas
lateks, penyakit jamur, anafilaksis dan dermatitis kontak.
Gejala-gejalanya diternukan pada saluran nafas dan kulit
yang biasanya merupakan alat sasaran dari reaksi alergi.
.Banyak bahan seperti bahan kimia, microbiologis dan fisis
dapat merangsang sistem lrnon melalui interaksi non
spesifik atau spesifik (imunotoksikan). Kebanyakan
imunotoksikan menunjukan efek supresi, tetapi ada
beberapa yang justru meningkatkan respon sistem imun
dan menimbulkan reaksi alergi, autoirron atau proliferasi sel
yang tidak terkontrol.

2. Dermatitis kontak
Merupakan penyakit kulit akibat hubungan
kerja yang paling sering ditemukan. Lokasi kelainan kulit
sangat penting dalam diagnosis, oleh karena pada semua
kasus penyakit akibat kreja kelainan mulai terjadi ditempat
kontak .yang dapat menyebar ke tempat lain. Dermatitis
kontak ada 2 jenis , yaitu Dennatitis kontak iritan dan aJergi.
Kedua jenis dermatitis ini dapat menjadi kronik bUa
penyebabnya tidak diketahui dan tidak disingkirkan.

3. . Penyakit Paru

16/30
@
, l EMBAGAPENDIDIKAN&PELATIHAN
~ KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA &lINGKUNGAN
- lP2K3l A2K4 INDONESIA

Seperti halnya diagnosis penyakit akibat


kerja yang lain, anamnesis mengenai perkembangan
penyakit dan gejala dalam hubungannya dalam paparan
merupakan bagian yang sangat penting dalam diagnosis
penyakit paru akibat kerja. Contoh beberapa penyakit paru
akibat kerja adalah asma, pneumokonicosis, sarkoidosis,
tuberklosis, pneumonitis, pnemonia, fibrosis pleura atau
mesotelioma.
Menurut survey di Kalimantan TImur yang
dilakukan oleh Balai Hiperkes dilaporkan bahwa penurunan
fungsi paru terdapat pada 93 orang (26,6%) dan 349
sampel akibat pengaruh debu. Dan yang menonjol adalah
gangguan restnktif sebesar 22,9%.

4. Penyakit hati dan gastro-intestinal


Meskipun jarang dilaporkan, berbaqal penyakit hati
dapat timbul akibat kerja. Prevalensi lambung dan
oesofagus meningkat pada karyawan vulkanisasi karet dan
pekerjaan konstruksi batu bara. Hati berfungsi dalam
transforrnasi bahan kimia yang larut dalam lipid dan
mejadikannya bahan yang larut air. Proses ini biasanya
menhasilkan bahan yang kurang toksik, tetapi dapat terjadi
sebaliknya .

5. Penyakit saluran urogenital


Gagal ginjal akut dapat te~adi akibat paparan dengan uap
logam (cadmium merkury), pelarut organik dan pestiside. carbon
tetrachloride dan berbagai bahan pelarut lainnya dapat
menimbulkan kerusakan nepron dan gagal ginjal kronik. Kanker
vesika urinaria ditemukan pada pekerja industri karet dan pekerja
manufaktur bahan pewama organik. Benzidin dan 2-naphthylamin
oleh hati dikonversi menjadi bahan karsinogen yang disekresi
dengan uerine dan menimbulkan keganasan pada kandung kemih.
6. Penyakit hematologi
Meskipun jarang, nahan toksik di Iingkungan kerja dapat
rnenimbulkan berbagai gangguan hematologik.kolik abdominal,
paralisis saraf motor dan anemia dapat teqadi oleh paparan
dengan Pb diatas 40 ug/100 ml.

7. Penyakit kardiovaskuler
Pada pekerja yang terpapar dengan karbon disulfida paru
dan lndustri viscose rayon, ditemukan peningkatan kematian oleh
penyakit koroner. Resiko tinggi angina dan infrak ditemukan pada
pekerja yang terpapar dengan nitrat seperti gliceryl trinitrat dan
ethyline glycol dinitrate (rnanufaktur bahan peledak dan o bat
obatn). Paparan dengan bahan pelarut organik halogen
tnchloroethyline dapat menimbulkan kernatian mendadak akibat
flbrilasl ventrikel.
17/30
@
) .
LEMBAGA PENDIDIKAN' PELATIHAN
KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & lINGKUNGAN
LP2K3L A2K4 INDONESIA

8. Gangguan alat reproduksi


Sebab infertilitas, keguguran dan kelainan fetus kadang
dapat terjadi ofeh haban dalam lingkungan kerja. Ke~a fisis selama
hamil, radiasi, paparan dengan obat sitotoksik, timah hitam (pada
pria dan wanita), merkuri organik (pada wanita) dapat menimbulkan
gangguan reproduksi

9. Penyakit muskuloskeletal
Sindroma Raynaud berupa vibration white finge r
disebabkan oleh spasme vaskuler sebagai akibat dari gangguan
alat yang bergetar antara 20-400 Hz. Carpal tunnel syndrome
berupa parestesi pada nervus medianus dapat ditimbulkan oleh
tekanan yang berulang-ulang pada tangan (palmar dan
pergelangan) sewaktu kerja. Sakit punggung dan kebanyakan
gangguan ortopedis ditimbulkan oleh karena pekerjaan fisik yang
berat. Sindrom lainnya yaitu sakit punggung, vertebra leher dan
thorakal dan menimbulkan rasa kaku yang membatasi kemampuan
bekerja. Hal-haltersebut biasanya akan membaik bila beristirahat.

10. Gangguan telinga


Tanda ketulian dan tinitus dini adalah kesulitan untuk
mengikuti percakapan di tempat yang ramal. Karyawan mulai tidak
menyukai percakapan orang banyak. Audiometri dini yang seqera
dilakukan dapat mencegah terjadinya ketulian bila pekerja
ditempatkan pada temapt ke~a yang bising. Suara diatas 90 dB
dapat menyebabkan kerusakan telinga.
Menurut survey pada 136 lokasi kerja yang meliputi 21
perusahaan dimana terdapat pekeqa yang terpapar langsung
sebanayak 900 orang, terdapat 87 lokasi atau 63,9% intensitas
kebisingan melebihi NAB. Sedanglan 14% dari seluruh pekerja
yang terpapar telah kehilangan daya dengar sementara.

11. Gangguan mata


Rasa sakit pada mata dapat disebabkan karena penataan
pencahayaan tempat kerja yang buruk. Kerusakan mata dapat juga
terjadl karena cahaya sendiri. Peke~aan las tanpa penindunqan
khusus untuk mata dapat menimbulkan kerusakan komea dan
retina. Mata gagaI sering diternukan pada karyawan terpapar
dengan bahan organik asal hewan dan debu asal padi-padian.
Reaksi iritasi nan-alergi dapat ditimbulkan oleh chlor dan
formaldehid.

12. Gangguan susunan syaraf


Painting, carpet tile lining, Iaboratorium kimia, paparan
petrolium dan oli merupakan tempat keja yang mengandung resiko

18/30
~ LEMBAGA"ND'D'KAN & "LAT'HAN
fj,/0 ' KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & lINGKUNGAN
LP2K3L A2K4 - INDONESIA

terjadinya gangguan syaraf. Gejalanya dapat berupa pusing, tidak


dapat konsentrasi, sering lupa, depresi, demensia, neuropati
perifer, ataksia dan penyakiy motor neuron lainnya.

13. Stress
Dalam praktek kedokteran kerja, banyak pekerja
menunjukan gejala neuropsikiatrik yang mana gejalanya dapat
.berupa ansietas, depresi dengan gejala berat samapai ringan
(psikosis, depresi dengan resiko bunuh diri, ansietas ringan sampai
tidak menyukai pekerjaan yang kadang menunjukan gejala
somatis)
14. Infeksi
Infeksi asallingkungan kerja kadang menimbulkan keadaan
yang sangat berat misalnya Legionella asala alat pendingin dapat
menimbulkan pneumonia, leptospira pada petani sering
menimbuklan kernatian akibat gagal hepatorenal, brucella pada
petemak dan dokter hewan.
15. Keracunan
Keracunan .kronik di tempat kerja dapat terjadi akibat
paparan dengan timah hitam, merkuri, pestisida dan larutannya.
Petani sering terkontaminasi dengan insekstisida yang
mengandung carbarnat atau organophosphate dan menunjukan
tanda keracunan antikolinesterase, gangguan visus, lemah,
keringatan, tremo r, sakit kepala dan rasa mabuk.

2.5.2. Faktor - faktor pemyakit akibat kerja


Secara umum penyakit akibat kerja dapat digolongkan dalam 5
faktor penyebab penyakit akibat kerja, yaitu :

a Golongan fisik
Pada golongan fisik misalnya karena suara yang tinggi/bising bisa
menyebabkan ketulian, temperaturlsuhu yang tinggi dapat menyebabkan
berbagai keluhan dan penyakit mulai dari yang ringan sampai berat,
misalnya : hyperpireksi, heat cramp , heat exhaustion, heat stroke, yang hal
ini akibat dan keluamya cairan tubuh dan elektrolit yang banyak dari dalam
tubuh tenaga kerja. Juga disebabkan oleh radiasi sinar elektromagnetik,
misalnya : infra merah rnenyebabkan katarak, ultra violet menyebabkan
conjungtivitis, juga zat radio aktif, sinar alfa, beta, gamma dan sinar X
dapat menyebabkan kelainan yang fatal dan perrnanen. Tekanan udara,
penerangan dan getaran juga dapat menimbulkan gangguan kesehatan
terhadap tenaga kerja.

b Golongan Kimia
Didalam berbagai jenis industri misalnya pupuk, pestisida, kertas,
pengolahan minyak, gas bumi, obat-obatan, dan lain sebagainya, banyak
19/30
@
'1/0 ' .
LEMBAGA PENDIDIKAN. PELATI"AN
KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & L1NGKUNGAN
LP2K3L A2K4 INDONESIA

mempergunakan bahan kimia sebaqa i bahan baku maupun bahan


pembantu dan atau memproduksi bahan kimia yang langsung dipakai oleh
rnasyarkat . pneggunaan bahan kimia tersebut mengand ung bahaya
bahay misalnya kebakaran , peledakan . iritasi dankeracun an,. Dilaporkan
terdapat 70% penyakit akibat kerja disebabkan oleh nbah an kima yang
dapat melalui pemafasan , kulit maupun termakan. Bahan kimia tersebut
dapt berupa zat padat, cair, gas uap, maupun partikel. Masuknya bahan
kimia ke dalam tubuh dapat secara akut maupun partikel. Masuknya
bahan kimia ke dalam tubuh bahan kimia yang dalam jumlah besar dan
waktu yang pendek dapt berupa keracunan gas. karbon, monoksida (CO),
Asam Cianida (HCN), keracunan kronis adalah absorbsi zat kimia dalam
j umlah sedikit tetapi dalam waktu yang lama, seperti keracunan benze na,
yang dapat menyebabkan leukemia. keracunan zat karsinogenik dapat
menyebabkan kanker.

c Golongan Golongan biologi


Berbagai goloogan biologi misalnya virus, bakteri , parasit, cacing ,
jamur dan lain-lain, dapat menyebabkan penyakit akibat kerja. Dilaporkan
adanya pekerja yang menderita penyakit malaria, filariasis pada pekerja di
lapangan. penyakit hepatitis , TBC pada petugas kesehatan dan lain-lain .

d Golongan Fisiologi (Ergonomi)


Akibat posisi kerjalcara kerja yang salah seperti bekerja dengan
membungkuk akan menye babkan sakit otot, sakit pinggang dan cidera
punggung, juga dapat mengakibatkan perubahan bentuk tubuh. Pada
kontruksi mesin yang kurang baik juga akan menye babkan berbagai
penyakit akibat kerja.

e Golongan Mental Psikologi


Berbagai keadaan msalnya suasana kerja yang monoton ,
hUbungan kerja yang kurang baik, upaya yang kurang, tempat kerja yang
terpenciul dapat berpenga ruh tertladap pekerja yaitu menimbulkan stress
yang manifestasinya anta ra lain berupa perubahan tingkah laku, tidak bisa
membuat.keputusan, tekan an darah meningkat. yang kelanjutannya dapat
.m engatOOatkan timbufnya penyakit lain atau terjadinya kecela kaan kerja.

20/JO

@
'I/O ,
LEMBAGAPENDIDIKAN & PELATIHAN
KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & L1NGKUNGAN
lP2K3l A2K4 INDONESIA

BAS. III.
KESEHATAN KERJA

3.1. KESEHATAN KERJA


Berdasarkan difinisi dan pengertian kesehatan kerja yang telah
dijel askan pada Bab 1 dimuka, maka Kesehatan kerja adalah suatu
disiplin i1mu yang mendalami hubungan dua arah antara pekerjaan dengan
kesehatan
Sejalan dengan perkembangan dan pertumbuhan teknologi idalam
-peke rjaan konstruksi, tentunya banyak dijumpai pekeqaan-pekerjaan yang
mengandung resiko bahaya yang lebih besar dan Va riatif terhadap
kesehatan tenaga kena yang terpajan,
Ruang lingkup disiplin kesehatan kerja mempelajari berbagai
masalah kesehatan yang timbul karena pekerjaan yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok rnasyarakat. Secara lebih luas lagi, area
disiplin ini mempelajari hubungan timbal balik antara pekeqaan dan
kesehatan, baik yang positif maupun yang negatif. Di satu pihak jenis
pekerjaan atau beban kerja dengan berbagai lingkungan pekeriaannya
dapat rnerupakan faktor resiko kesehatan, dilain pihak tingkat kesehatan
dapat mempengaruhi penampilan seseorang

Kesehatan
(Beban kerja + Iingk. Ke~a ) (Tenaga kerja)

Kajian area disiplin kesehatan kerja pada hakekatnya mempelajari


kemugkinan buruk akibat hubungan interaktif antara tiga komponen objek
kajiannya, Yaitu:

1. Kapasitas atau kondisi tubuh seseorang atau rnasyarakat untuk


bekerja seperti sex, umur, gizi, tingkat kesehatan, postur,
keadaan fisiologi tubuh, pendidikan, ketrampilan dan lain-lain

21130
@,
~.
LEMBAGA PENDIDIKAN & PELATIHAN
KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & L1NGKUNGAN
LP2K3L A2K4 INDONESIA

2. Beban keqa dan Jenis pekerjaan, seperti pekeqaan fisil< :


Mengangkat, mengangkut, memikul, atau pekerjaan mental seperti
berfikir.
3. Lingkungan kerja yang merupakan beban tambahan seperti,
kebisingan, Iklim kerja, debu, kondisi alat, tinggi ke~a, luas
ruangan, dan lain-lain.
Masalah kesehatan kesehatan kerja yang buruk akan timbul, bila
ketiga komponen tersebut berinteraksi secara tidak serasi. Misalnya
sekelompok pekena dengan beban kerja fisik berat dan lingkungan kerja
panas, memer1ukan kapasitas kerja yang baik. Bila tidak, maka akan
timbul masalah kesehatan kerja. Berbagai upaya antisipasi (Pencegahan)
masalah kesehatan kerja pada dasamya menyerasikan ketiganya
komponon kajian tersebut diatas
Gangguan kesehatan dapat terjadi sebagai akibat Iingkungan kerja
yang tidak sehat, dan hal ini sudah diketahui sejak berabad-abad yang
lalu, namun masih banyak pula yang belum dapat sepenuhnya
dikendalikan di tempat kerja, sehingga dapat menimbulkan bahaya
kesehatan kerja, terutama di negara-negara berkembang termasuk
indonesia, Upaya-upaya untuk melakukan evaluasi dan pengendalian di
tempat kerja, termasuk bahaya-bahaya kerja efeknya suoah ' jelas
diketahui, seringkali kurang mendapat perhatian.

3.2. PEMERIKSAAN DAN PELAYANAN KESEHATAN KE RJA

Pemeliksaan dan pelayanan kesehatan tenaga ke~a hanya dapat


dilakukan oleh dokter dan paramedis hiperkes, yang sesuai dengan
permen 01 tahun 1976 tentang kewajiban latihan hiperkes bagi dokter dan
paramedis perusahaan I instansi, dan pennen 02 tahun 1980 tentang
pemeliksaan kesehatan tenaga kerja, adalah dokter yang telah mendapat
latihan hiperkes dali Depnaker dan telah dikukuhkan oleh menteri Tenaga
Kerja sebagai dokter penguji kesehatan tenaga keqa.
Keguatan kesehatan kerja di dalam dunia industri termasuk
dilingkungan pekeqaan jasa konstruksi, adalah tergantung atau
disesuaikan dengan jen is dan bentuk pekerjaannya, termasuk jenis dan
besamya potensi bahaya yang mungkin terjadi serta kondisi tenaga kerja
dan pekerjaan yang dilakukannya, diantaranya :
1. Pemeriksaan kesehatan tenaga ke~a : Pemeriksaan awal, Berkala ,
Khusus
2. Pelayanan kesehatan yang mencakup pemberian pengobatan dan
perawatan serta rehabilitasi bagi tenaga ke~a yang memertukanya.
3. Penanganan pencegahan dan penanggulangan keadaan darurat di
dalam industri
4. Memberikan laporan dan saran-saran tentang semua hal yang
menyangkut perencanaan dan pembuatan tempat kerja, pemilihan
alat pelindung diri serta pengaturan gizi ke~a . '
Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja harus dilakukan sebelum
bekerja (preemployment examination ), bekala selama bekerja (periodical
22/30
@,/0 ,
LEMBAGA PENDIDJKAN & PELAnHAN
KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & L1NGKUNGAN
lP2K3l A2K4 INDONESIA

examination), ataupun secara khusus apabila ada hal-hal kekhususan


(speeat examination), dimana jenis dan bentuk pemeriksaan di tiap
bentuk ini adalah disesuaikan dengan jenis dan bentuk industri.
Setiap perusahaa n berkewajiban untuk memberikan pelayanan
kesehatan bagi tenaga kerjanya sesuai dengan kemampuan perusahaan
itu sendiri. Tenaga kerja yang menderita sakit perlu diberi pengobatan dan
perawatan paling tidak secara minimal oleh perusahaan agar derajat
kesehatannya dapat dipelihara dan bila mungkin dapat ditingkatkan.
Negara kita sebagai negara yang berkembang, mengenal berbagai
bentuk pelayan kesehatan tenaga kerja dimana pelayanan ini dapat
disesuaikan dengan tingkat kemampuan perusahaan dalam hal
rnemberikan pertindungan kesehatan antara lain:
1. Rumah sakit atau bentuk pelayanan lain, yang biasanya diadakan
oleh perusahaan besar
2. Poliklinik perusahaan yang merupakan bagi.an dari perusahaan
untuk menangani kesehatan kerja tenaga kerja.
3. Fasilitas kesehatan lainya yang lebih murah.

Tugas pararnedis perusahaan di dalam organisasi perusahaan


adalah melakukan pemeliharaan kesehatan dan pelayanan pertolongan
pertama, sehubungan bila ada kecelakaan dan sakit pada saat bekerja.
Profesi para medis berkembang terus dalam berbagai aspek pencegahan
dan pemeliharaan kesehatan.
Sampai saat ini belum ada persyaratan yang memperharuskan
perusahaan untuk memperkerjakan paramedis kesehatan kerja, walaupun
kompetensi untuk paramedis kesehatan kerja sudah harus dipenuhi dalam
rangka pernenuhan standar intemasional. Untuk itu pelatihan pemenuhan
dan peningkatan kompetensi paramedis perusahaan pertu terus dilakukan
dalam rangka kompetensi pasar bebas.
Hubungan interaksi fungsi yang melibatkan pengendalian bahaya
kesehatan kerja dengan dokter, paramedis perusahaan kondisi kerja
dengan pekerja diberikan pada table 1. berikut ini

Tabel1. Tugas dan Fungsi Dokter dan Paramedis Perusahaan dalam


pengendalian bahaya Kesehatan Kerja
EVEN Person (s) responsible for control

!
Recognit ion of health effect
doctor
Worker I safety representative I nurse I

Diagnosis of Illness Nurse I doctor


Treatment Doctor
! . (possibly)
Discovery of environmental cause Hygienist I nurse I doctor I toxicologist

~
23 /30

LEMBAGA PENDIDIKAN & PELATIHAN


KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & L1NGKUNGAN
'F"=::v LP2K3L A2K4 - INDONESIA

Monitoring and contro l of cause Hygienist/safety engineer/ergonomist and

l / doctor

Monitoring of health of workers Nurse/doctor/epidemilogisUtoxicologist

Gambar : Anatomi prosedur kesehatan kerja

Rehabilition Recozn ition Monitoring I Stand arts

-=- ~-=-~ ,

Prevention Diagnosis & Control Evaluation


treatment

Fig. Anatomy of occupational health procedures

Sehingga kemungkinan besar kecelakaan ke ~a yang disebabkan


oleh fa ktor-faktor diatas adalah penyakit akibat kerja yang belum terdiagnosa .

24/30
@
.. LEMBAGA PENDIDIKAN & PELATIHAN
~ KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & L1NGKUNGAN
LP2K3L A2K4 INDONESIA

3.3. DIAGNOSA PENYAKIT AKIBAT KERJA


Untuk mendiagnosa PAK per1u dilakukan 2 hal :
a. Monitoring kesehatan tenaga kerja melalui pemeriksaan kesehatan
yang teratur.
b. Monitoring Iingkungan kerja, terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi kesehatan.

Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dilakukan untuk memenuhi 2


kebutuhan :
1. Untuk mendiagnosa dan memberiokan terapi bagi tenaga kerja
yang menderita penyakit umum. Bagi negara-negara yang sudah
maju, hal seperti ini, dilakukan asuransi.
2. untuk mengadakan pencegahan dan mendiagnosa penyakit akibat
kerja serta menetukan derajat kecacatan. Hal tersebut dilakukan
oleh dokter perusahaan atau dokter yang mempunyai keahlian
kesehatan/kedokteran kerja. .

Secara garis besar, diagnosa PAK dilakukan denga mekanisme sebagai


berikut:
1. Anamnese

Didalam anamnese per1u ditanyakan tentang :

a. Riwayat penyakit, ditanyakan tentang semua penyakit yang


diderita dan kebiasaan-kebiasaan seperti merokok,
rninuman keras dan sebagainya.
b. Riwayat pekerjaan, ditanyakan tentang semua pekerjaan
yang pemah dilakukan dibagian apa saja, berapa lama dan
apakah pemah diperiksa kesehatannya.
2. Penyakit K1inis
Seperti pemeriksaan klinis untuk penyakit umum, hanya lebih
mernpematikan kemungkinan adanya pengaruh dari falctor-faktor
dalam lingkungan kerja
3. Pemeriksaan Laboratorium
Untuk membantu menegakan diagnosa (darah, urine, faeces)
4. Pemeriksaan Rontgenologis

Untuk membantu menegakan diagnosa

5. Pemeriksaan tempat
Pemeriksaan tempat kerja untuk mengetahui kemingkinan adanya
pengaruh dari faktor-faktor Iingkungan kerja, untuk itu per1u
diperhatikan :
a. Faktor-faktor yang ada dilingkungan kerja
b. NAB yang ber1aku
c. Alat dan cara identifikasi dan evaluasinya
25/30
@
'le
~
LEMBAGA PE NDIDIKAN& PELATI"AN
KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & L1NGKUNGAN
LP2K3L AZK4 INDONESIA

d. Tenaga kerjanya, apa menggunakan alat pelindung diri atau


tidak
6. Hubungan antara bekerja dan tidak bekerja dengan gejala
penyakit.
Hal ini diperlukan karena ada penyakit tertentu yang
timbulnya gejala berkaitan dengan waktu ke~a atau waktu istirahat.
Mengingat tidak mudahnya untuk menentukan penyakit akibat
kerja, Depertemen Tenaga Kerja bekerja sama dengan DK3N dan PT.
JAMSOSTEK (Persero) telah mengadakan Seminar dan Lokakarya
tentang Cacat karena kecelakaan dan penyakit akibat kerja, yang
mendapat dukungan dari tim dokter RSCM dan FKUI. Buku pedoman
sebagai hasil lokarya tersebut telah diterbitkan dan dikukuhkan dengan
Surat Keputusan Mentri Tenaga Kerja Nomor 62 A ta hun 1992
Walaupun kemungkinan hasil lokakarya tersebut belum lengkap
seperti yang kita harapkan, namun setidaknya sudah merupakan
sumbangan bagi para petugas yang terkait untuk membantu mengakkan
diagnosa dan menetukan derajat cacatnya. .

3.4. PENEGAKKAN DIAGNOSA DAN SISTEM PELAPORAN PENYAKIT


AKIBAT KERJA

5.4.1. PENEGAKKAN DIAGNOSA


Dalam menegakkan diagnosa PAK dan melaporkannya, dibagi dalam 2
bagian yakni tersedianya sarana gam penegakan hukum, antara lain
diterangkan sebagai berikut :
1. Sarana
Peranan dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja sangat penting
dalam penegakan diagnosis penyakit akibat kerja.
Di Indonesia pada saat ini dokter pemeriksa kesehatan tenaga
kerja yang tertibat belum banyak, sehingga diagnosis, pengobatan
dan pencegahan penyakit akibat kerja dibebankan kepada dokter
umum yang belum pemah rnendapat mata kuliah kesehatan kerja.
Hal ini menyebabkan penyakit tenaga kerja dilakukan oleh
pengurus, tidak langsung oleh dokter pemeri ksa, sehingga kadang
kadang pelaporan tersebut dipengaruhi oleh kepentingan
manajemen.
Sampai saat ini pelaporan penyakit akibat kerja dan pihak-pihak
yang terkait dalam institusi belum sesuai dengan yang diharapkan.
Yang dapay dilihat peranannya secara umum
a. Depkes.
Depkes telah rnembentuk beberapa Pusat kesehatan
Tenaga Kerja, hingga saat ini laporannya belum pemah
ada. Disamping itu Depkes membawahi Puskesma dan
Rumah Sakit dimana banyak tenaga kerja yang berobat.

26/30
@.
rl~
LEMBAGAPENDIDIKAN & PELATIHAN
KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & L1NGKUNGAN
LP2K3L A2K4 INDONESIA

b. Jamsostek
Pada umumnya Jaminan Pemeliharaan Kesehatan yang
dilakukan Jamsostek hanya memberikan upaya kuratif,
sedang yang duperlukan untuk penegakan diagnosis
penyakit akibat kerja serta pelaporannya adalah upaya
upaya pro motif, prevent if, kuratif dan rehabilitatif.
c. P.J.K.3
Pihak PJK3 kadang-kadang tidak melaporkan hasil-hasil
pemeriksaan kesehatan tenaga kerja baik berkala maupun
khusus.

2. Law enforcement
Laporan penmyakit akibat kerja yang diterima Depnaker
banyak yang belum sesuai dengan yang diharapkan.
Tindakan terakhir dari Depnaker denqan mengadakan
lawenforcement untuk menetapkan peraturan perundangan
yang ada . Sam[pai saat ini, Depnaker masih menghadapi
banyak kendala untuk melakukan law enforcement

5.4.2. SISTEM PELAPORAN PENYAKIT AKIBAT KERJA


Penyakit akibat kerja erat kaitannya dengan kemajuan teknologi
sehingga penegetahuan tentang penyakit-penyakit tersebut per1u
dikembangkan antara lain dengan kepemilikan data yang lengkap.
Untuk melindungi Keselamatan dan Kesehatan tenaga kerja
terha dap pengaruh penyakit akibat kerja, perlu ada tindakan pencegahan
lebih lanjut. Olrh karena itu per1u adanya sistem pelaporan penyakit akibat
kerja yang baik, sehingga bisa digunakan untuk kelengkapan data dan
sebagai evaluasi serta menetukan kebijaksanaan lebih !anj ut.
Penyakit akibat kelja yang diderita oleh tenaga kerja merupakan
suatu kecelakaan yang harus dilaporkan.
Peraturan yang mengatur mengenai Pelaporan Penyakit Akibat
Kerja adalah :
1. Peraturan Menteri Tenag Kerja dan Transmigrasi No. Per.
01lMen/1981 tentang kewajiban, melapor PanyakitAkibat Kerja ,
Didalam pasal 2 disebutkan :
a. Apabila dalam pemeriksa an kesehatan berkala dan
pemeriksaan kesehatan khusus sebagaimana ditetapkan
dalam Perat uran Mentri Tenaga Ke~a dan Transmigrasi No.
Per. 02lM en/1980 d itemukan penyakit akibat kerja yang
diderita oleh tenaga kerja, pengurus dan badan yang
ditunjuk wajib melapo rkan secara tertulis kepada Kantor
Direktorat Jendral Pemb inaan Hubunqan Perburuhan dan
Per1indungan Tenaga Kelja setempat.

27/30
~
\ LEMBAGA PENDIDIKAN & PELATIHAN

~. KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & L1NGKUNGAN

LP2K3L A2K4 -I NDONESIA


b. Penyakit akibat kerja yang wajib dilaporkan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) pasal ini adalah sebagaimana
ditetapkan dalam lampiran peraturan ini.
Didalam pasal 3 disebutkan :
a. Laporan sebagaimana dimaksud pasal 2 ayat (1) harus
dilakukan dalam waktu paling lama 2 x 24 jam setelah
penyakit tersebut dibuat diagnosanya
b. Bentuk dan tata cara pelaporan sebagaimana dimaksud
ayat (1) pasal ini ditetapkan oleh Direktur Jendral
Pembinaan Hubungan Perburuhan dan Perlindungan
Tenaga Kerja.
2. Permennaker No. Per. 05/Men/1993 tentang Petunjuk Teknis
Pendaftaran Kepesertaan, Pembayaran luran, Pembayaran
Santunan dan Pelayanan Jaminan Sosial Tenaga Kerja .
Pasal 12 ayat (2) menyatakan :
"Berdasarkan permintaan sebaqairnana : dimaksud ayat (1);
terjadinya perbedaan pendapat tentang persentase tentang
persentase cacat antara badan Penyelenggara dengan pengusaha
atau tenaga kerja, Pegawai Pengawas Ketenaqakeriaan dan
Badan Penyelenggara meminta pertimbangan Dokter Penasehat
untuk menetapkan persentase cacat atau penyakit yang timbul
karena hubungan kerja.
3. Keputusan Mentri Tenaga Ke~a No. Kpts 333/Men/1998 tentang
Diagnosa dan Pelaporan Penyakit Akibat Kerja.
Didalam didalam pasal 3 ayat.(2) menyatakan :
"Jika terdapat keraguan-raguan dalam mengatakan diagnosa
penyak it akibat kerja oleh dokter pemeriksa maka dokter pemeriksa
Wajib membuat laporan medik.
Didalam pasal 4 disebutkan :
1. Penyakit akibat ke~a yang ditemukan sebagaimana
dimaksudkan pasal 2 harus dilaporkan oleh pengurus
tempat kerja yang bersangkutan bekerja selambat
lambatnya 2 x 24 jam kepada kepala Kantor Wilayah
Departemen Tenaga Kerja melalui Kantor Departemen
Tenaga Kerja setempat
2. Untuk melaporkan penyakit akibat keqa sebagaimana
dimaksudkan ayat 1 harus menggunakan bentuk 821F5,
83/F6 , 8-8, 8/F? sebagaimana dimaksud Surat Keputusan
Mentri Tenaga Ke ~a No. Kep. 511/Men/1985 serta bentuk
laporan sebagaimana tersebut lampiran I dan II dalam
Keputusan Mentri ini, bentuk Surat Keterangan Dokter
Pemeriksa. .
3. Laporan medik tentang penyakit kerja sebagaimana
dimaksud ayat 1 dlsarmalkan oleh pengurus kepada Kantor
Departemen Tenaga Ke ~a setempat dalam amplop tertutup
dan bersifat rahasia untuk dievaluasi oleh Dokter

28/30
@ LEMBAG' PENDIDIKAN& PELATIH' N
,e KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & L1NGKUNGAN
LP2K3L A2K4 -INDONESIA

Penasehat sebagaimana dimaksud Undang-Undang No, 2


tahun 1951 .

PENUTUP
Sebagaimana telah diketahui bahwa penyakit akibat kerja
merupakan penyakit yang disebabkan oleh faktor-faktoir pekerjaan dan
Iingkungan ' kerja , maka semua sektor ketenaqakerjaan akan dapat
menimbulkan penyakit akibat kerja sesuai dengan tingkat bahayanya.
Untuk rnemelihara dan meningkatkan kesehatan tenaga kerja ,
khususnya pencegahan penyakit akibat keqa per1u dilakukan pemantauan
kesehatan tenaga kerja dan lingkungan ke~a secara sistematik dan
berkelanjuta .
Terdapat beberapa penyakit akibat kerja dan penyakit akibat
hubungan kerja sesuai dengan Pennennaker No. 01/Men/1981.
Permennaker No. Per. 05/Men/1993 dan Kepres No. 22 tahun 1993 yang
harus dilaporkan.
Setiap penyakit akibat kerja yang ditemukan pada tenaga kerja
oleh dokter pemeriksa kesehatan tenaga ke ~a wajib dilaporkan oleh
pengurus kepada Kantor Depnaker untuk mendapatkan konpensasi atau
santunan dan per1u dilakukan tindakan pencegahan lebih lanjut terhadap
faktor penyebab penyakit akibat kena.
Karena pemantauan kesehatan tenaga kerja merupakan fungsi
utama dari pelayanan kesehatan kerja mnaka peran serta aktif dari dokter
perusahaan sangat menetukan keberhasilan uapaya per1indungan
kesehatan tenaga kena khususnya penyakit akibat kerja.
Program rehabilitasi di tempat kerja yang efektif dapat
menguntungkan baik bagi pengusaha maupun tenaga kerja yang
cederalsakit. Keuntungannya adalah peningkatan citra perusahaan dan
pemeliharaan keber1angsungan usaha dan alur sumber daya untuk masa
depan.
29/30
@
0./@ '.
LEMBAGA PENDIDIKAN & PELATINAN
KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & L1NGKUNGAN
LP2K3L A2K4 - INDONESIA

Dalam modul ini telah disajikan hal-hal yang dianggap pertu untuk
dipahami dalam pelatihan Hiperkes dan keselamatan kerja tentang
program rehabilitas i di tempat kerja, dan diharapkan dapat bermanfaat
bagi pelatih dala m upayanya untuk meningkatkan pengetahuan para
dokter perusahaan dan masya rakat industri lainnya.
Sejalan dengan perkem bangan ilmu pegetahuan terutama dalam
bidang rehabilitasi medis, rehabilitasi kerja dan rehabilitasi psikososial,
diharapkan modul pelatihan ini juga secara periodik diperbaharui dan
disempumakan, sehingga para pelatih (instruktur) selalu mendapatkan
pengetahuan yang mutakhir. Untuk itu segala sumbang saran yang
membangun selalu kami nantikan ,

Daftar Kepustakaan

1. American Conference of Govermmental Industrial Hygienist (ACGIH)


1999 , Threshold limit Values for Chemical Substances and Phisical Agent
and Biological Exposure Indices , Cincinnati.
2. John T. Talty, Indystrial Higiene Engineering Recognition, Meansurement ,
Evaluation and control, Second Edition, Noyes data Corporation , USA,
1988 .
3. Jacler, L.A. and Schindler, D.N. (1989), "Occupational Hearing Loss" in
lad ou, J (ed) Occupational Medicvine London, Prentice Hall intemational.
4. Keputusan mentri tenaga ke~ a No. Kep 51/men/1999 , Nilai ambang batas
faktor Fisika di Lingkungan kerja.
5. Niland Jill, C.I.H., Occupational Hearing loss , Noise and Hearing
Conservation, Copyright 1994.
6. Sumakmur PK, Msc, (1985) Higiene Perusahaan dan kesehatan ke~a ,
Gu nung agung Jakarta.
7. Harington J.M., Gill F.S : Occupational healt (pocket consultant), 3 ed.,
Blackwell Science Ltd., 1994
8. Phoon W.O.: Practical Occupational Healt, P.G.Publishing, Singapore,
Hon gkong, New Delhi, 1988, 315pp.
9. Achmadi U.F.: Filosofi Kesehatan kerja, dalam buku pelati han dokter
Puskesmas, Depkes, dir, PS M, 1989.
10. Achmadi U.F.: Transformasi kesehatan lingkungan cankesehatan ,ke~a di
indonesia, pidato pengukuhan jabatan guru besar tetap Universitas
Indonesia, 1991.
30/30
@
LEMBAGA PENDIDIKAN & PELATIHAN
~ KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & L1NGKUNGAN
LPZK3L AZK4 -INDONESIA

11. Goelzer, Ferrari B.: Control Technology for Occupational safety and
Health, in L. Parmeggiani (ed), Encyclopaedia of Occupational Health and
Safety, Vo1.2 , Geneva , ILO, 2002.
12. Peraturan Menteri Nakertranskop. No. 01 tahun 1976, tentang kewajiban
latihan hiperkes bagi dokter dan paramedis perusahaan.
13. Peraturan Mentri Naker no. 02 tahun 1980 tentang pemeriksaan
kesehatan tenaga kerja.

31/30

J @

, LEMBAGA PENDIDIKAN & PELATIHAN

~. KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & L1NGKUNGAN LP2K3L A2K4 - INDONESIA


. LP2K3L A2K4 - INDONESIA
r
-w
<
tJ)
."
I\)
~
(,J
z r
0 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

0
z

I\)

( K 3 )
~
~
~
~
C\I Z
< o
o
-I
M LATAR BELAKANG . z'
~ m
C\I
D.
-I
Pekerjaan konstruksi adalah pekerjaan berat keras dan kasar disamping tempat dan -

tJ)


lokasinya tidak mengenakkan, masih dituntut bekerja secara cermat dan teliti.
Oleh karena itu pekerjaan konstruksi berpotensi menyebabkan terjad inya keceJakaan
r
-
t J)
dan penyakit akibat kerja. ."
, I\)
~
W (,J
Z r
0 KECELAKAAN
0 ,

z I\)

Kecelakaan ada lah suatu kejad ian yang tidak direncanakan atau tidak disengaja, ~
~
~ dima na suatu benda atau seseorang atau seke lompok orang mengadakan suatu aksi
~
C\I atau reaksi yang merugikan pada seseorang atau sekelompok orang lain maupun Z
< orang atau sekel ompok orang itu sendiri. C
-I
0
M Z
~
m
C\I
D.
-I
-en
r
-<
tJ)
."
I\)
~
W (,J
Z r
0
0
z I\)
~
~
~

C\I 'Z
< .C
-I .- Z
~O

M
~ -rn
C\I , en
D.
-I
.
..
Pelatihan Ahli Muda K3 Konstruksi LP2K3L A2K4 - INDO NESIA
@
. LEMBAGA PENDIDIKAN & PELATIHAN
~. KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & L1NGKUNGAN
LP2K3L A2K4 - INDONESIA

PENYEBAB KECELAKAAN

Dua penyebab utama :


1. Faktor Manusla (Faktor Internal)
2. FaktorTeknis (Fakto r Eksternal)

1. FAKTOR MANUSIA (INTERNAL)

Bahaya (kecelakaan) datang dari manusia sendiri.

Misalnya:
- Kondisi fisik yang tidak prima.
Sedang sakit, terlalu capek, kurang tidur dan lain sebagainya.
Kondisi psikis (kejiwaan) yang sedang tidak stabil.
Stres, emosi, rnarah, terlalu jenuh
Kurang pengertian (kurang tramp il)
Tidak mengerti I tahu K3, tidak tahu bahayanya alaUbahan, kurang trampil
mengoperasikan alat.
Kurang disiplin (Lalai)
TIdak mentaaf peraturanltata cara kerja peralatan yang tidak sempurnalbaik
tetap dipakai dan lain-lain.

2. FAKTOR TEKNIS (EKSTERNAL)

A. Faktor Konstruksi

- Pelaksanaan proyek tanpa perencanaan K3

- Konstruksi yang salah

- Pengamanan tid ak sempurna

B. Faktor Alat Kerja

- Perlengkapan alat kerja tidak sempurna

- Alat kerja tidak serasi dengan poster pekerja

Penggunaan alat yang tidak semestinya

C. Faktor Lingkungan Kerja


- Lingkungan kerja kotor, Iicin, gelap, bising, berdebu, panas, pengap
@
lEMBAGA PENDIDIKAN & PELATIHAN
~ KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & lINGKUNGAN
- lP2K3l A2K4 INDONESIA

RINCIAN KECELAKAAN BERDASARKAN KEJADIANNYA

30 % saat pergerakan manusia, alat atau bahan (pengan gkutan,lalu Iintas.


pergerakan peralatan) .
- 29 % kejatu han benda.
- 26 % tergelincir, terpukul, kena benda tajam.
10% jatuh dari ketinggian.

5 % kebakaran, ledakan, kena aliran Iistrik.

UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN

Dengan melihat penyebab terjadinya kecelakaan, kita dapat mengantisipasi atau


mencegah terj adinya kecelakaan kerja. '
Kunci utamanya adalah dengan membudayakan ketertiban, kedisiplinan dan menjaga
Iingkungan kerja tetap sehat, aman dan nyaman .

KERUGIAN AKIBAT KECELAKAAN

Korban Manusia

Luka ringan, luka berat, meninggal, cacat.

Korban Dana

Biaya pengobatan, rehabilitasi fisik maupun sosial.

Karban Waktu

Kehilangan jam kerja

- Turunnya produktifitas

CATAl AN : Pada korban manusia, penderitaan tidak hanya diderita korban sendiri,
tetapi juga keluarga ikut menderita bahkan bisa mempengaruhi kelangsungan hidup
keluarga tsb.

KEC ELAKAAN

48 % dapat dicega h
- 50 % praktis seharusnya dapat dicegah
- 2 % tidak dapat dicega h. Ini disebabkan kesalahan mekanis dari alat atau mesin
atau kesalahan tindakan dari faktor manusianya .
@~.
.. LEMBAGA PENDIDIKAN & PELATIHAN
KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & L1NGKUNGAN
LP2K3L A2K4 - INDONESIA

UPAYA PENCEGAHAN CARl FAKTOR MANUSIA

Menimbulkan dan meningkatkan kesadaran K3 dengan kampanye-kampanye dan

penyuluhan-penyuluhan.

Pengadaan latihan kerja dan peragaan K3.

Pemeriksaan kesehatan berkala secara teratur.

Pemasangan poster-poster dan tanda-tanda K3

Pemberian penghargaan bagi yang patuh dan menjatuhkan sangsi bagi yang

melanggar peraturan K3.

Pertemuan, diskusi, dialog mengenai K3 secara teratur sebelum dan selama

pekerjaan berjalan.

PENCEGAHAN KECELAKAAN FAKTOR TEKNIS

1. Pencegahan kecel akaan akibat angkutan, peggunaan alat dan lalu lintas.
- Lalu lintas kendaraan dan lalu lintas angkutan, diatur sebaik mungkin.
- Penempatan bahan dan alat, sesuaikan dengan situasillokasi pekerjaan.
- Perlengkapan dan peralatan semua lengkap dan berfungsi baik.
Ketrampilan, perlengkapan keamanan, alat pelindung operator, memenuhi
persyaratan.

2. Pencegahan kece lakaan kejatuhan benda.


- Pemasangan jari ng.
- Membuang benda jangan langsung kebawah.
- Memasang alat penqaman.
- Pemasangan perancah yang kokoh.
- Pekerjaan harus pakai helm.

3. Pen cegahan kecelakaan akibat tergelincir, terpukul, terkena benda tajam/keras.


- Pelihara lokasi kerja tetap bersih dan aman.
- . Bekerja pada sikap dan pesisl bada n yang betul.
- Pakai peral atan kerja sesuai fungsinya.
- Pakai peralatan pengaman : sepatu, helm, sarung tangan.
~) LEMBAGA PENDIDIKAN PELAn"AN
,/0' KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & L1NGKUNGAN

LP2K3L A2K4 - INDONESIA

4. Pencegah an kece lakaan terjatuh dari ketinggian.


- Perancah harus baik dan kokoh.
Perancah harus terka it pada bangunan.
Lantai injakan jangan hanya satu papan dan harus kuat.
Muatan pada lantai jangan melebihi 80 % kemampuan daya tahan.
Lantai injakan harus diberi pegangan.
Pasang jaring pengaman dan pagar pengaman.
Kebersihan lantai perancah tetap terjaga (tidak licin).
Bekerja harus mengenakan sabuk dan tali pengaman.

5 Pencegahan akibat aliran Iistrik, kebakaran dan ledakan.


* Aliran Listrik
- Petugas harus benar-benar yang ahli.
- Beri tanda-tanda pada tempat yang ada aliran llstrik.
- Saat pemasangan sampai uji coba terakhir harus benar-benar aman .
* Kebaka ran

- Beri tanda pada setiap bahan yang mudah terbakar.

Tempat penyimpanan yang aman .

- Qilarang merokok ditempat yang berbahaya.

* Ledakan

- Daerah ledakan harus diamankan.

Iji n dari yang berwenang .

- Pem beritahuan pada masyarakat.

- Penjagaan yang ketat pada saat peledakan.

@
' LEMBAGA PENDIDIKAN & PELATIHAN
~ KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & L1NGKUNGAN
- LP2K3L A2K4 INDONESIA

Alat keselamatan dan kesehatan kerja adalah peral atan kerja untuk
mencegah kecelakaan kerja dan pencegahan penyakit akibat kerja

Dua kategori APD :

* APD yang selalu harus dipakai

- Pelind ung kepala (topi ke ~a/he lm).

- pelindung kaki (sepatu kerja)

- Pelindung kulit (baju kerja) .

* APD Khusus

- Pelindung tangan (sarung tangan).

- Pelindu ng pernafasan (masker/respirator).

- Pelindung mata (kacamataltopeng).

- Pencegah jatuh dan ketinggian (sabuk dan tali pengaman).

Pencegah kebisingan (penutup telinga) .

Kendala yang ditemukan :


- Pemakaian alat pelindung diri tidak mengenakkan/menyenangkan.
- Pemakaian alat pelindung diri memperlambat kerja,
- Pemakaian alat pelindunq diri rnernerlukan pengawasan tambahan.
- Pengadaan alat pelindung din memerlukan danalbiaya.
- Peralatan pelindung diri memerlukan pemeliharaan dan perawatan yang juga
memerlukan biaya.

* APD Kepala

- Kejatuh an benda dan atas .

- Benturan kepala dengan benda tajam.

- Benturan kepala dengan benda keras.

* A PD Kaki

- Benda tajam .

- Kejatuhan benda.

- Bahan kimia/air.

- Gigitan binatang berbisa.

Tumbuhan beracun.

- Licin.

@ ()
LEMBAGA PENDIDlKAN PELATI'AN
KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & L1NGKUNGAN

LP2K3L A2K4 INDONESIA

* A PDTa ngan
- Bahaya pada pekerjaan konstruksi paling banyak terj adi pada tan gan dan
pergelang annya.
Yang sering terjad i adalah luka, bengkak, terkelupas, terpotong, memar dan
terbakar.
- Diperlukan pada :
A. Pekerjaan yang berhubungan dengan permukaan yang kasar, tajam atau
men onjol.
B. Berhubungan dengan benda panas, berkarat atau zat kimia.
C. Pekerjaan yang berhubungan dengan Iistrik dan cuaca.

* APD Pe rnafasan

- Bila ada kecurigaan atmosfir mengandung zat beracun,

Bila udara sa ngat berdebu

- Bila te mpat bekerja kekurangan udaraloksigen.

* APD Mata

Diperluka n pada pekerjaan :

- . Pemecahan, pemotongan atau pemasangan batu .

- Pengupasan dan pengecatan permukaan yang berkarat.

- Menggerinda, mengelas atau menggergaji logam.

* APD Tali/sabuk pengaman


- Kecelakaan fatal pada pekerjaan konstruksi banyak karena jatuh dari tempat
ketinggian.
Usaha pencegahan yang paling efektif adalah dengan jaring pengaman ata u
tali/sa buk pengaman.
Tali pengaman harus :
a. Batas [atu h pemakai tidak lebih dari dua meter.

b. Harus cukup kuatrnenahan berat badan,
c. Harua melekat pada bangunan yang kuat melalui titik kai t diatas temp at
dimana pekerjaari dilakukan.

FASILITAS K3
Diperlukan ka rena :

- Pe ke~aan konstruksi merupakan peke rjaan berat, kasar dan keras.

- Tempat dan wakt u terbatas.

- Memerluka n ketelitlan dan kecermatan.

@
. l EMBAGAPENDIDIKAN&PELATIHAN
,~ KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA &lINGKUNGAN
lP2K3l A2K4 INDONESIA

YANG TERMASUK FASILITAS K3

Fasilitas asrama I barak tidur.

Fasilitas istirahat.

Fasilitas sanitasi.

Fasilitas makan dan minum.

Fasilitas lain (hiburan, olahraga. rekreasi).

KESIMPULAN

A. Penyediaan alat-alat keselamatan kerja seyogyanya menjadi keharusan.


B. Pengawa san penggunaan alat-alat keselamatan kerja, harus terus me nerus
dilakukan.
C. Pada awalnya penggunaan alat-alat keselamatan kerja, mungkin mem perlambat
kerja, tetapi pad a akhirnya akan meningkatkan efisiensi dan produktifitas tenaga
kerja.
D. Penyuluhan pentingnya penggunaan alat-alat keselamatan kerja harus dilakukan
sampai te naga kerja terbiasa menggunakannya.
E. Fasilitas kerja seyogyanya disediakan oleh kontraktor, agar tenaga kerja
terkonsentrasi, te rkendali dan memiliki lingkungan kerja yang bersih dan sehat,
Kondisi demikian ini akan lebih menguntungkan kedua belah pihak bahkan semua
pihak yan g terkait.

@
LEMBAGA PENDIDIKAN & PELATIHAN
~ KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & L1NGKUNGAN 1~'l~i2i~~liI~atiMi
LP2K3L A2K4 INDONESIA


KESEHATAN KERJA

Suatu bagian dari i1mu kedokteran yang bertujuan agar tenaga kerja mempe roleh
tingkat kesehatan yang setingi-tingginya, baik fisik, mental dan sosial dengan usaha
usaha preventif dan kuratif terhadap gangguan penyakit akibat faktor-faktor pekerjaan
maupun penyakit umum,

TUJUAN

Tujuan utama menciptakan tenaga kerja yang sehat, berkualitas dan produktif
sehingga dapat mencapai kesejahteraan yang sesung guhnya.

SEHAT

> --------
PRODUKTlF - - SEJAH TERA

TENAGA KERJA

Sehat
- Trampil
Sejahtera
Berded ikasi tinggi
EFISIEN
DAN
LINGKUNGAN KERJA PRODUKTIF

Sehat
Nyaman
Menyenangkan
- Alat-alat kerja serasi
@ ~"
, l EMBAGAPENDIDIKAN&PELATIHAN
KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA &lINGKUNGAN
lP2K3l A2K4 INDONESIA

USAHA DAN KEGIATAN

1. Mencegah tenaga keria mengalami gangguan keselamatan maupun kese~atan


kerja.
2. Mengamankan tenaga ke rta dari akibat-akibat samping yang merugikan baik dari
teknologi maupun Iingkungan kerja .
3. Menciptakan keserasian tenaga kerja dengan pekerjaan, alat-alat dan Iingkungan
kerjanya .

KONDISI YANG MENYULITKAN (KENDALAl


1. Banyak penyakit umum yang masih merupakan rnasalahkesehatan nasional.
2. Alat-alat kerja import kurang serasi dengan orang Indonesia.
3. Pendidikan tenaga kerja yang rendah, penqetahuan kesehatan dan keselamatan
kerjanya minim.
4. Sistem pengupahan yang rendah , kondisi kesejahteraan tenaga kerja buruk,
kualitas dan produktifitasnya rendah.
5. Motivasi bekerja baru pada taraf memenuhi kebutuhan primer (pangan , sandang
dan papan), belum rnemlklrkan prestise atau prestasi sehingga kurang mempunyai
dedikasi.
6. Minimnya dana untuk fas ilitas kesehatan dan keselamatan kerja.
7. Belum dipahaminya hubungan yang saling menunjang antara produktifitas dan
kesehatan tenaga kerja .

KESEHATA MERUPAKAN INTERAKSI DARI :

1. Host (tuan rumah, manusia)


2. Agent (penyebab penyakit)
3. Environment (lingkungan)

ENVIRONMENT

~~
HOST AGENT
@ ~
' LEMBAGA PENDIDIKAN & PELATIHAN
KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & L1NGKUNGAN
LP2K3L A2K4 INDONESIA

PENYAKIT AKIBAT KERJA

Penyakit yang didapat karena pekerjaan atau sewaktu menjalankan pekerjaan perlu
mendapat perhati an karena :
Oapat menimbulkan kelainan atau cacat yang tidak dapat pulih kembali.
Menyebabkan berkurang atau hilangnya waktu kerja sehingga menurunkan
produktlfitas.

PENYEBAB PENYAKIT AKIBAT KERJA

A. Golo ngan Fisik: - Suhu (panas/dingin)


- Sinar (redup, menyilaukan, infrared, ultra violet, radio aktif)
B. Golongan Kimia : - Tekanan udara
- Getaran
- Suara
- Gas: CO, H2S, HCN
- Uap: Logam
- Larutan : Hel, H2S04
- Oebu: Silika/Si02
Asbes
Siderosis
Timah
Kapas

C. Golongan Biologik : - Cacing


- Serangga
- Bakteri
- Jamur
- Getah tanaman
- Virus

O. Golongan Fisiologi/Faal:
- Sikap badan yang salah
- Konstruksi alat yang salah
- Terlalu lama pada salah satu posisi
@/~ 0 '
LEMBAGA PENDID"AN PEIATINAN

KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & L1NGKUNGAN

LP2K3L A2K4 INDONESIA

E. Golon gan Psikologi I Mental:


- Pekerjaan yang tidak sesuai
- Overload
- Monoton
- Sulit beradaptasi dengan Iingkungan

PENYAKIT AKIBAT KERJA DIBIDANG KONSTRUKSI :

A. Pengemudi traktor, road roller, crane :


- Keletihan di leher dan bahu

- Sindro ma Sciatica

- Kerusakan kecil pada persendian tulang belakang

B. Pekerjaan dengan peralatan yang bergetar mengakibatkan gangguan sirkulasi


darah tepi dan syaraf :
- White finger diseases
- Finger cyanosis,finger numbness
- Foot numbness
- Low back pain
- Vibration sindrom
- Gangg uan pendengaran I tuli

C. Operator generator tiang pancang, stone crusher dll :


- Akibat suara dengan freku ensi tinggi menimbulkan ganguan pendengaranltuli
- Karena tempat tertutup menyebabkan gangguan pernafasan, heat stroke,
pneumokoniosis.

D. Tukang kayu :
- Nyeri pinggul dan tulang belakang

- Sindroma sciatica

Degenerasi tulang pinggul sehingga kondisi dasar tubu h berubah dan susah
digerakkan
- Rasa nyeri di lutut I degenerasi sendi lutut

E. Tukang Batu :
- Semen dermatitis
- Nyeri pinggang bagIan bawah
@~
LEMBAGA PENDIDIKAN & PELATIHAN
KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & L1NGKUNGAN
LP2K3L A2K4 -I NDONESIA

F. Tukang Las:
- Conjunctivitis
- Retin itis sampai luka di retina
- Heat cata rac
- Gangguan pernafasan
- Kelainan kulit

G Pekerja dengan bahan peledak :


- Keracunan asam nitrat menyebabkan kelainan darah dan syaraf

H. Pekerja pengecatan (tukang cat, tukang kapur dll) :


- Batuk ringan sampai gangguan pernafasan

Pneumoconiosis

Asthma Bronchiale

Peradangan kulit

Kelainan ginja l

Gangguan pencemaan dari mual sampai radang Jambung

L Petugas laboratorium :
- Adannya zat beracun menyebabkan gangguan sistem pembuatan darah dan
gangguan faal hati

J. Pekerja kantor :
- Sindroma sciatica
Gangguan penglihatan

- Gangguan pernafa:san

- Gangguan psikosomatis

K Petugas survey:
- Heat stroke
- Athl etes foot
Malaria

Penyakit kulit akibat serangga

- Gangguan pencemaan sampai peradangan saluran pencem aan

@(1, '$
LEMBAGA PENDIDIIlAN PELATIHAN
KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & L1NGKUNGAN
LP2K3L A2K4 INDONESIA

PENCEGAHAN PENYAKIT AKIBAT KERJA

Mencegah adalah lebih baik dari mengobati dan mencegah lebih murah dari pada
mengobati.

Cara pencegahan :

1. Substitusi : mengganti bahan yang berbahaya dengan yang tidak atau kurang
berbahaya.

2. Isolasi: pekerjaan yang dalam prosesnya menggangu atau membahayakan


dipisahkan/dijauhkan

3. Ventilasi: mengalirkan atau mengganti udara kotor dengan udara bersih

4. Alat pelindung diri: pakaian kerja.topl pelindung, sarung tangan, sepatu khusus
kerja, masker, kacamata, topeng las, dsb

5. Pemeriksaan kesehatan: pemeriksaan awal, pemeriksaan berkala

6. Latihan dan penerangan sebelum kerja agar mengerti atau tahu bahaya-bahayanya
dan berhati-hati

7. Pendidikan tentang keselamatan dan kesehatan kerja secara teratur

Das könnte Ihnen auch gefallen