Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
LAPORAN AKHIR
KEGIATAN PROGRAM INSENTIF
PENINGKATAN KEMAMPUAN PENEUTI DAN PEREKAYASA
DEPARTEMEN KE'LAUTAN DAN PERIKANAN
TAHUN ANGGARAN 2010
\
PENELITI PENGUSUL:
Koordinator : Dr. Didik Wahju Hendro Tjahjo, MS.
Anggota peneliti : 1. Sri Endah Purnamaningtyas, A.PL, S.Pi
2. Ir. Hendra Satria
LAPORAN AKHIR
PENELITI PENGUSUL:
An ggota pe nel iti : 1. Sri Endah Pu rnamani ngtyas, A.P i., S.Pi
2010
LEMBAR IDENTITAS DAN PENG ESAHA N
Satuan Kerja Penyelen ggara Balai Riset Pumulihan Sumber Daya Ikan
Peneliti Pengusu llPenangung Jawab Dr. Didik Wahju Hendro Tjahjo , MS.
ii
KAJIAN BIO-Li MNOLOGI DAN SUMBERDAYA IKAN DALAM
D idik Wahju H endro T jahjo, H endra Satria dan Sri Endah Pu rna m a ningtyas
Balai Riset Pemulihan Sumber Daya I kan
RINGKASAN
Situ C ileunca berada 45 km sebelah Selatan kota B andung meru pakan salah
satu situ yang terletak di Kecamatan Pangalengan, Bandung Jawa Barat Situ
Cileunca mempunyai Luas 180 ha, yang berada pada ketinggian 1400 m dpl ,
kedalaman air 6-10 m . Kcgiatan petemakan bcrkembang sangat pesat di Kecamatan
Pengalengan . Jumlah peternak sapi yang ada di wilayah ini telah mencapai 4.500
orang dengan jumlah sapi 18 500 ekor. Pcngembangan kegiatan ters ebut menghasilkan
Iimbah organik yang sangat besar (22.000 ton/bu lan), dan sebagian besar terbuang ke sunga i
dan masuk ke Situ Cileunca. Hal terse but mendorong terjadinya kCllJsakan atau dcgradasi
habitat dan keanckaragaman hayati perairan . TUJu an penel itian ini adalah untuk mengctahui
aspek bio-limnologis dan beberapa aspek biologi beberapa jenis ikan dominan untuk
mementukan jenis ikan ~ang sesuai untuk ditebar di Situ Cil eunca. P engambilan contoh di
lakuka n dengan metoda pengambilan contoh terstratifikasi pada bulan Juli dan
Oktober 2010 Pengamatan dilaksanakan di 4 Sta si un , ya itu 1. D am Puiosari, 2
Outlet Cipanunjang, 3 Cipanyisikan dan 4. Bagian Tengah Analisa data dilakukan
secara diskriptif dengan mensintes a berb agai data dan informasi yang dikumpulkan
dari lapangan dan masyarakat sekitar serta instansi terk ait Hasil pengamatan
menunjukan suhu air relatif rendah ( 20 .1 - 24 ,4 C), kecerahan 0.5 - 0,8 m. oksgen terlarut
relatif rendah (0,4 - 5.6 mg/L), ortofosfat (0,017-0.077 mg/L) dan kelimpahan
fitoplanktonnya besar (64049 - 1.138792 selll) Perairan SJtu tersebut telah mencapai
tingkat kesuburan eutrofik Jumlah jenis ikan yang di temukan selama peneJitian sebanyak
II Jenis Berdasarkan kebiasaan makannya ikan betutu (O'cye!eo tris marmorato) temasu k
golongan ikan predator. golsom (Aequidens go/som) dan lele (Clorios batrochus ) termasuk
golongan ikan karnivora, mas (Cypril1lls corpio) dan beunteur (Puntius binototus) tennasuk
ikan herbivora. Di Situ Cileunca, kelimpahan pakan yang tersed ia sangat ti nggi tctapi
Jumlah ikan yang memanfaatkan masih rendall. sehingga sumberdaya pakan yang tersedia
belum dimanfaatkan secara optimal. Oleh karena itu, produksi hasil tangkapan ikan dapat
ditingkatkan dengan optimasi relung ekologi melaJui penebaran ,i cnis ikan yang ses uai.
Jenis ikan tersebut diantaranya adalah ikan patm (Pongasionoc/on hypoptha!l11lls). mola
(Al11b!Jpharyngodon micro!epis), bilih (M..vs{OCOiellclls podangesi::,). dan kepras
! (Thynnichthy s thynl1olc/es) . Diharapkan dampak dari kesu ksesan program pemacuan stok
ikan tersebut adalah tefJaminnva kelestarian usaha perikanan, peningkatall pendapatan
masyarakat kelestarian usaha petemakan sapi perah dan sumberdaya perairan Situ Cileunca.
Kata Kunci: Bio-JimJ1ologi. biologi ikan, potensi biomass ikan, Situ Cil eunca,
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swr, yang telah memberikan
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan " Kajian
Bio-Limnologi Dan Sumberdaya Ikan Dalam Rangka Men yusun Model Pemacuan
Stok Ikan di Situ Cileunca , Bandung ". Penelitian ini dlbiayai dari Kegiatan Program
Insentif Peneliti dan Perekayasa BRKP 2009.
Tim Peneliti :
iv
DAFTAR lSI
Halaman
LENIBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN .. .
RINGKASAN .
DAFTAR lSI.
DA FTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR ..
1 PENDAHULUAN . 1
2 TINJAUAN PUSTA KA . 3
2 .2 Komunitas Ikan 4
2. 3 Penebaran Ikan 6
4 .1 Lokasi Kegiatan 9
4 .3 Anallisa Data 10
6.1 Kesimpulan 31
6 .2 Saran 31
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1 Metoda yang digunakan dalam pengamatan peubah kualitas air di Situ
Cileunca . . .. . .. .. . . . . . . .. . . ... . 10
2 Nilai indeks keanekaragaman , keseragaman dan dominans i
plankton selama penelitian. . .. ... . 19
vi
,
Nomor Haiaman
vii
.
1. PENDAHULUAN
2. T1NJAUAN PUSTAKA
nitrat. Nitrogen di pera iran terdapat dalam berbagai bentuk sepertl gas N c; nitril, n imH,
amrnonla. ammon iUm, serta nitrogen yang berikatan dengan senyavv" organi k komple ks
Kon entras i nitrit, nitrat dan amOl1lUn di Situ Cil eunca seca ra berturu t-tul1!t 0, 011-0, I L3
mgJL, 0,007 - 2,28 1 mglL dan 0,088 -- 2,556 mg/L , serta konsentrasi ortofosfatnya
berklsar antara 0,01 2-0 .78 0 mgiL (Tjahjo dan Pumam aningtyas, 2010)
Kelimpahan fitop \ankton dt Situ C ileuTl\.:a berkisar anta ra 279. 668-21 69 938 sei/L
denga n mta-rata 722 90 I se\/L (Tj ahjo dan Pumamaningtyas, 2010) Selanjutnya Ijahj o
dan Pumamaningtyas (2010) menyatakan bahwa ko mposisi kelas fi top lankton secara
umum se l3tn3 pengamata n didominas i oleh kelas Dinophyceae kecuali pada bulan
Oktober keltmpahan kelas Dinophyceae dan Desm idlaceae relatif seimbang Adanya
dominasi kelas Dinophyceae tersebut merupakan mdl kato r bahwa pada pera iran tersebut
mempunY,li konsentrasi bahan organik yan.:1 tmggi.
sebelumnya Ui ka ada), relung ekolog i dan komunitas ikan yang ada, serta tipe bada n air
yang ada (peren nial atau non-perennial). Oisamping itu, pertimbangan penting lainnya
adalah ketersed iaan dan akses mudah untuk mendapatkan benih yang sesuai , bai k dan
segi waktu, jumlah dan ukuran , pertumbuhan cepat dan mempunyai nilai ekonomis.
Peneba ran ikan dalam rangka pemacuan sumberdaya ikan merupakan suatu
upaya kegiatan perikanan perairan umum yang bentuk mirip dengan budidaya ikan
ekstensif, dimana kolam nya sangat luas yaitu satu badan air dan dikelola oleh satu atau
beberapa kelompok . Sedangkan jenis ikan yang dikembangkan harus lebih disukai
masyarakat dengan kriteria 5ebagai berikut:
a) Sesuai dengan perm intaan pasar.
b) Oapat diterima sebaga i ikan konsums i oleh masyarakat di sekitar badan air
c) Kemampuan memanfaatkan sumbe r daya makanan yang tersedia secara alami
di badan air dan mempu nyai ranta; makanan yang pendek.
d) Pertumbuhan cepat dan konvertor makanan yang efisien seh ingga ikan terse but
mempunyai peluang untuk mencapai ukuran pasar dalam waktu yang singkat.
e) Kemamp uan untuk hid up bersama dengan jenis yang lain di badan air dalam
rangka memaksimalkan pemanfaatan ruang dan pakan alam i yang tersedia .
Berdasarkan hasil penelitian pemacuan sumberdaya ikan di tingkat nasiona l,
beberapa jenis ikan yang dikembangkan ada lah grass ca rp (Ctenopharyngodon idellus),
silve r carp (Hypophthafamichthys moHln'x), Th in nichthys th in noides (ringa ), mas
(Cyprinus carpio), tawes (Barbonoide gonionotus, Puntius javanicus ), patin (Pangasius
hypopthalmus), mujair (Oreochromis mossambicus) dan nila (Oreochromis niloticus)
yang umumnya jenis ikan yang banyak diin ginkan untuk dikembangan . Oalam beberapa
asus harus ekstra hatihati melakukan introduksi ke lompok jenis tilapia (mujair, nila dan
sejenisnya), karena dalam jangka panjang dapat menurunkan praduksi tota l ikan dan
eanekaragaman jen is ikan seinng dengan pen ingkatan dominasi jenis ikan tersebut.
Hal tersebut terjad i dihampir seluruh perairan di pulau Jawa da n Sulawesi.
!IIi
Tujuan:
1. Mengetahui dinamika kualitas fisika-kim ia pera iran
2. Mengetahui komposis i dan kel impahan plankton ,
3. Menganalisa kom posisi jenis, peran dan /uas re lung pakan jenis ikan
4. Mengevaluasi interaksi antar jenis ikan ikan
5. Mengetahu i jenis dan kompos isi alat tangkap ikan
Manfaat:
1. Salah satu alternatif pengendal ian degradasi lingkungan perairan Situ Cileunca ,
2. Salah satu upaya peningkata n produksi ikan dan kesejahteraan nelayan
3. Data dan informas i dasar untuk menyusun program pemacuan stok ikan di Situ
Cileunca , bandung
,
4. METODOLOGI
Data kualitas peraira n yang diambil me liputi suhu air, kecerahan , alkalinitas, pH,
oksigen terl arut, ka rbon dioksida bebas , ammon ium, BOT, ortofosfat dan SO<\,
sedangkan metoda yang digunakan dalam analisis kualitas air tersebut tertera dalam
Tabel 1
Tabel 1. Metoda yang digunakan dalam pengamatan peubah kualitas air di Situ
Cileunca
11
A C 1
N = I1 X - x - x-
B D E
Kete rangan :
=
N jumlah total plankton
n = jumlah rataan to ta l individu per lapangan pandang
A = luas gelas pen utup (mm 2 )
8 = luas lapa ngan pandang (mm 2)
C = Vol. air terkonsentras i (ml)
D = Vol. air sa tu tetes (ml) dibawah gelas pen utup
E = Vol. ai r yan g disarin g (I)
Kebiasaan makan. Perhitungan kebiasaan makan untuk mas ing-masing jen is ikan
men ggunakan Indeks Preponderance , dengan bentuk rumu s sebagai berikut
V xO
I, = "L.,. ('V;x O' ) x l 00
ketera ngan :
Vi = presentase volum e satu macam ma kanan
OJ = presen tase frekuensi kejadian satu macam makanan
2:(Vi x 0 ;) = jumlah VixO; dari semua macam makanan
Estimasi Tingkat Trofik. Est imasi tingkat trofik jenis ikan dihitung de ngan
menggunakan ca ra yang dikemukakan oleh Mearns et al. (Caddy and Sharp , 1986),
denga n rumus sebagai berikut:
1' =I+ L
T xJ
I]' p
1
I
{ 100 J
Keterangan
Tr = tingkat trofik
T,p = tingkat trofik kelompok pakan ke-p
Ip = indeks preponderan kelompok pakan ke-p
.I
12
Suhu air Suhu air sangat mempengaruhi kehidupan organisma akuatik. Suhu air
di Situ Cileunea berkisar antara 20 ,1-24 ,4 c dengan rata -rata 22,5 c (Gambar 2).
Organ isme akuatik memiliki kisa ran suhu te rtentu (b atas atas dan ba tas bawah) untuk
pertumbuhan maksimal. Menurut Ray dan Rao da/am Pratiwi et a/" (2000) menyatakan
ba hwa fitop lan kton dapat berkem bang pada ki saran su hu 20-30 DC, arti nya suhu di Situ
Cileunca dapat untuk pertumbuhan plankton . Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu
pa da suatu pera iran an tara lain : keti nggia n, altitude , lamanya hari, sirkul as i ud ara ,
penutupan awan , aliran serta kedalaman badan air (Effendi , 2003). Hasil penelitian
te rsebut re!atif sama dengan hasil penelitian Sulastri et al. (2009), yaitu 23,31 DC, dan
Tjahjo dan Pu rnamaningtyas (2010) yaitu 20 ,1-23 ,8 DC, serta relat if berbeda dengan
hasil pen gamatan Hakim , (2007), yaitu berkisa r an tara 18,5 - 20 ,0 c
JUt on
24
cr
o 22
18
-ipan unj.Jng Cipanyisikan Teng Cl 1 am Pulo
Gambar 2. Rata-rata suh u air untuk masing-masing stasiun dan wa ktu pengamatan
menetralkan ion hydrogen yang masuk ke badan air (Effendi , 2003). Hasil pengamatan
terse but relatif sama Situ Cileunca tahun 2009 berkisa r anta ra 6,5 - 9 (Tjahjo dan
Pu rn amani ngtyas, 2010) , dan sedikit berb eda hasi l pengamatan tahun 2007 yang
berkisar anta ra 5,5 - 8,0 (Hakim, 2007).
Oksigen merupakan param eter kualitas air yang penting untuk menentukan
kualitas air, karena oksigen merupa kan sa lah satu kompomen utama bagi metab olisme
ika n dan organisme perai ran lain nya. Kebutuhan organ isme terhadap oksigen sangat
bervariasi terga ntung da ri jen is , stadia dan aktivitas organ isme terse but. Konsentrasi
oksigen di Situ Cileunca berkisar an tara 0,4-5,6 mg/L dengan rata-rata 2 ,1 mg/L, dimana
kandungan oksigen te narut bulan Juli lebi h renda h dibandin gkan bu lan Oktober 2010
(Gambar 3). Men urut Swingle da/am Effendi (2003) kadar oksigen terlarut yang lebih
kecil dari 0,3 mg /L hanya sedikit jenis ikan yang da pa t bertahan hidup dan jika pada
kisaran 1-5 mg/L ikan masih dapat bertahan hidup namun pertumbuhannya terganggu.
Berdasarkan baku mutu air untuk kegiatan perikanan konsentrasi oks igen lebih besar 3
mg/ L (PP No. 82 Tahun 2001 ). Rendahnya konsentrasi oksigen terlarut tersebut
disebabkan pe nguraian bahan organ ik yang berasal dari limbah bahan organik yang
sa ngat tin ggi, dimana laj u produksi oks igen oleh fitoplankton lebih ren dah daripada laju
pemanfaatan oksigen oleh bakteri , zooplankton dan ikan . Kondisi ini jauh berbeda
de ngan hasil pen gamatan Situ Ci leunca pada tahun 2007 yang berkisar antara 3,3 - 7. 9
mg/L ( Hakim , 2007),
-JUl on
6
o
Cipa nunjang Ci panyisikan Tengah Darn Pulo
Ga mba r 3. Rata- rata oksige n terlarut menurut stasiun da n w aktu penga matan
Karbon dioksida berperan sebagai salah satu komponen sistem penyangga dan
bahan utama da lam proses fotosintesa , teta pi dalam jumlah besa r mampu mengham bat
absorps i oksigen oleh darah . Menurut Effendi (2003) bahwa perairan yang baik bagi
kepentingan perika na n sebaiknya me ngandung kadar karbon dioksida bebas lebih
,
14
rendah dari 10 mg/L mas ih dapat ditolerir oleh orgnisme akuatik . Sedangkan menurut
NTAC (1968) menyarankan agar kand unga n karbo n dioks ida bebas tidak melampa ui 2 5
mg/L dengan catatan oksigen te rlarut cukup tersed ia. Konsentrasi karb ondio ksida di Situ
Cileu nca be rkisa r antara 0-2,8 mg/L dengan rata-rata 1,1 mg/L. , hal tersebut berarti
kandun ga n karb on dioksida bebas mas ih dalam batas-batas yang mendukung
ke hidu pan ikan dan organisme maka nan nya.
Besarnya nilai alkalinitas suatu pera iran menunjukan kapasitas penyan gga
pe rairan te rsebut, dan dapat dig un akan sebaga i penduga kesuburan (Swingle, 1968).
Hal tersebut dise babka n ba nyaknya ka ndungan kalsiun dan mag nesiu m karbo nat
seca ra potensial diikuti oleh banya knya unsu r atau ion N da n P yang biasan ya
meru pakan indikator kes ubu ran suatu perairan (Wardoyo , 198 1) . Ki sa ran alkalinitas di
Situ Cileunca berkisar antara 14-37,6 mg/L CaC0 3 eq dengan rata-rata 23 ,3 CaC0 3 eq
(Gam bar 4) . Umumnya kon sentrasi alkalini tas ku rang dari 40 mg/L di sebut denga n
perairan lun ak (soft water). Tetapi unsur-unsur alkalinitas (karbonat dan bik.arbonat)
berperan seb aga i buffer (penyang ga pH) untuk me njaga kestab ilan p H di suatu pera iran.
Berdasarkan nilai baku mutu air untuk kegiatan perikanan menunjukan bahwa
kandungan alkalinitas perairan leb ih besar dari 20 ,0 mg/L CaCO o eq. Hal te rsebut
berarti perairan Situ Cileunca mempunyai pH yang cukup bervariasi , penyedia CO 2
bebas se dang dan produksi perairan sedan g) se rta masih layak untuk keg iatan
pe rika nan.
Ml OKT
-
36
::; 32
a.o 28
E 14
III
til 20
.t=
.!: 16
til 12
~ 8
4
0
ripanu njang ( ipanyisii<.) n Tengah Dalll Pulo
G am bar 4. Ra ta-rata a!kali nitas untuk masing-masing sta siun dan waktu pengamatan
Nitrogen m erupakan salah satu unsur yan g penting bag i pertumbuhan tam anan
air dan berpean dala m pembentu l\an dan pemelih araan protein. Sumb er serryawa
'litroge n di peraira n waduk atau danau terutama berasal dari limbah pertanian , limbah
rumah ta ngga dan industri (Goldman & Home, 1983) Da!a m keadaan aerob dengan
.
,
bantuan bakteri, bah an organik dlurai menjadi amoniun1, selanjutnya amonium diubah
menjadi nitri! dan nitrat. Nitrogen di perairan terdapat dalam berbagai bentuk seperti
gas i'J:, nitrit, nitrat. ammonia, ammonium, serta ni trogen yang betikatan dengan
senyawa organik kompleks
I<on sentrasi nltrit di Situ Cileunca berkisar antara 0,01'1-0 .1 13 mg/L den gan rata
rata 0,048 mg/L Baku mutu perairan untuk Nitrit kurang dari 1 mg/I (PP No. 82 Tahun
2001 ). Secara umum berdasarkan l~onsentrasi nitritnya, perairan SitLI Cileunca masih
layak untuk kehidupan dan perkembangan ikan dan organisme pakannya.
Kon sen trasi Nitrat di Situ Cileunca berk isa r antara 0, 033 - 1,320 mg/L dengan
rata-rata 0,903 rng/L Baku mutu untuk pe rairan berdasarkan PP No .82 Tahun 200 1
maksimal 10 mg/L. Konsentras i Nitra t di Situ Ci leunca re larif re ndah, sehingga nitrat di
pera iran ini berperan se bagai limiting faktor.
Unsur N dalam bentuk ammonia terionisas i (ammonium) dan nitrat sangat
dipe rlu kan oleh produks i pri mer untuk proses fotos intesa (J0rgensen, 1986), dip ih ak lain
ammonia terion isasi di pera ira n membe ntuk keseimba nga n dengan ammonia bebas da n
keseimbanga n terseb ut sangat dipenga ru hi oleh suhu dan pH (Boyd, 1990). Secara
umum . kadar amon ium eli Situ Ci leunca berkisar antara 0,205 - 1,206 mg/L dengan rala
rata 0,522 rng/L . Konsentrasi Amonium terendah berada di penl1ukaan stasiun
Cipanunjang pada bulan Juli. dan tertinggi berada di stasiun Cipanunjang pada
kedalaman dasar perairan dan stasiun Panyis ikan kedalaman 2 m .
. JUl _ -OKT
0, 1
0,08
:::r
......
E 0,06
0' 0,04
Z
Z 0,Q2
.\
.
,
16
HJl I OKT
1,2
1
:::J
....... 0,
IU)
E 0,6
(Yl
oz a,lf
Z
0,2
o
Cipaounjang Cipanyi~ikan Tengah Dam Pula
, JUl ' OKT
0,8
0,6
0,4
....
::I:
Z 0,2
I
Z
o
Cipanunjang Cipanyisikan Tengah DClm Pula
Garl1 bar 5. Rata-rata kandun gan Nitrit. Nitrat dan amrnoniuli; menu rut stasiun dan
waktu pengama an
Sulfat rneru pakan salah satl! anion dari be lerang dan terdapat dihampi r semua
perairan Oi peral ran anaerob sufat dired uksi menyadi senyawa sulfida dan bersifat
sanga t toksin bag! ikan dan organisme: makanannya Suatu perairan yang kekurangan
kand ungan sulfatnya akan menghambat perkembangan plankton . Konsentrasi sulfat di
Situ Cileunca berkisar anta ra 4, 07 - 16A6 mg/l dengan rata-rata 9,68 mg/L Baku mulu
untuk sulfa! sendiri berdasa rkan PP No. 82 Tahun 2009 seb esar 400 mg/L. Berdasarkan
kandu nga n sulfa! pada baku mutu air, maka pera iran Silu Cileu nca masih baik unluk
mendu kung pengemban gan keg iata n perikan an .
Ortofosfat merupakan salah satu be tuk persenyawaan fosfo r yang te rl arut dalam
ai r yang da pat diguna kan secara la ngsun g oieh tumbuhan air da n fitoplankton tanpa
pemeca han lebih lanjut. Kadar crtofosfat di Situ Cileunca berkisar antara 0,0 17-0,077
j
rng/L dengan rata-rata 0,041 mg/L . Baku m utu air untu k ortofosfat tidak lebih (Jari 0.1
mgil. Konsentras! ortofosfat teren da h berada di kedalaman 4 m dan tertinggi berada di
kedalaman 2 m. kedua sama-sarna di stasiun tengah pada bu lan Oi<tober 201 0.
..
17
0,05
0,04
:::::i
--
04
E
0,03
o 0,02
a
0.. 0, 1
o
Cipanunjang Cipa liyisikall Tengah Dam Pulo
18
sanga t didom inasi o!er: kelas Cyanophyceae, dan stasiun pengamtan lainnya didorninasi
Cyanophyceae dan Desmidiaceae . Kelas Cyanophyceae ini juga didominas i o leh jenis
Microcystis sp. (Gambar 8)
JULI 2010
100%
80"Al
III
III 60"10
0
Q.
40"10
~
~ 20%
0%
.2
::>
a...
E
C'I)
It:
a. o
u
100%
0%
CI.I) c .c .2
c: ro
J:Z Q.(l :::J
'"
'2
:::J
:!ii>- c::
Q)
a..
E
c: C f- <t!
ro ro Cl
0. a.
;:; u
Chi aro. ( yano. .Sacll. O Desm; . . Dina .
Copepoda o C'adocera o Rot ifera OProtoloa
Tabel 2. Nilai indeks keanekaragaman , keseragaman dan dornina nsi plankton selama
penelitian
Hasil ana/isis yang ditunjukkan pada Tabe/ 2 merupakan indeks- indeks biologi
plankton pada 4 stasiu n dan 3 keda laman pada masing-masing pengamatan.
Keanekarag aman tertinggi terjadi di stasiun II (daerah Cipan yisikan) di perm ukaan
dengan ni/ai 1,999 , sedangkan terendah terjadi pada stasiun I (daerah inlet) di ke dalama
2 meter de ngan nilai 1,046 (Tabel 2). Kisaran ni lai dari indeks kean ekaragam an yang
ditunjukkan dari hasil ana lisis terse but , berarti bahwa kondisi lingkungan perairan Situ
Ci /eunca pada kriteria sedan g, dengan kandu ngan bahan organ ik cukup je las , adapun
kandungan bahan organik ya ng terdapat diperairan diduga berasa l dari pencemaran
atau sebab alam iah (Kre b, 1985).
Inde ks keseragaman populas i adalah ukuran kesamaan jumlah ind ividu antar
spes ies dalam suatu komuni tas , yang merupakan perbandingan an tara keseragaman
dengan keseragaman maksimum , tersaji jelas pada Tabe/ 2. Nilai Keseragaman
tertinggi ada pada stasiun II (daerah Cipanyisika n) di perm ukaan , dengan nilai 0,706
sedangkan yang terendah terdapat pada stas iun I (inlet) di kedalaman 4 meter dengan
ni lai 0 ,4 14. Merujuk kriteria dari Kreb (1985) nilai in deks kese ragama n yang dihasilka n
se/ama penel itian menunjukkan bahwa jumlah individu atau sel yang dimilik i antar
genera plankton tidak jauh berbeda. Ini menu nj ukkan bahwa kon disi ekos istem serasi
untuk semua genera, serta hal ini berarti bahwa berati tidak terjadi tek anan ek%gis
pa da ekosistem yan g bersangkutan . Odum (1 998) menjelaskan bahwa nilai in de ks
keseragama n digunakan untuk menunjukkan pol a sebara n biota merata ata u tida k. Jika
nilai indeks kemerataan relatif rendah artinya keberadaan setiap jenis biota dalam
perairan dalam kond isi ti dak me rata.
Indeks dominansi yang tertinggi terdapat di staiun I (inlet) pad a kedalaman 4
meter den gan ni la i 0,647 dan teren dah pad a stasiun II (Cipanyisikan) di permukaan
dengan nilai 0,179 (Tabel 2). Kisaran nilai indeks dominansi 0,647 jika dibulatkan
menjadi 1, Men urut Od um (1998), jika nilai indeks dom inansi sa ma dengan 1 (satu),
berarti terdapat species yang mendominans i spesies lainnya seh ingga komun itas dalam
ke adaan yang tidak stab il da n terj ad i tekanan ekologis karena hal terse but. Hal ini sarna
dengan kriteria oleh Kreb (1985) yaitu bila nilai indeks dominansi mendekati satu , hal ini
menunjukan adanya domin ansi da n spesie s tertentu dan ko munitas dalam keadaan
tidak stabil dan terjadi stress
Dominasi genera yan g terdapat di perairan Situ Cileunca yaitu dari genera
microcystis sp. Davis dalam Arinardi et a/. ,(1997) menyatakan bahwa disetiap perairan
terdap at perkemban ga n fitop lankton ya ng dinamis , sehingga suatu spesies dapat
21
dominan dari yang lainnya pada interval yang lebih pendek. Spesies yang dominan pada
su atu periode menjadi spes ies !ainnya yang lebih dominan. A danya dominansi plankto n
menurut 8 as mi (1991), adalah akibat tekanan ekologis dari adanya perubahan
pa rameter fisika dan kimia air yang ekstrim, dimana perubahan yang terjadi hanya
men dukung perkembangan salah satu spesies saja , sedangkan untuk spesies yang lain
dapat mengakibatkan kondisi fatal.
Tumbuhan air. Tumbuhan air di Situ Cileunea, baik seeara kuallitas maupun
kua ntitas masih sangat rendah . T umbuhan air tersebut banyak ditemu in di daerah litoral
Cipanunjang dan Cipanyisikan pada ki sara n kedalam antara 10 - 30 em. Keberadaan
tumbu han air pada untuk jenis terte ntu dan kepadatan te rtentu sangat meng untun gkan
bagi sumber daya ikan , Seperti yang dikemukakan Samita ( 1981) bahwa bagi
kepe ntingan peri ka nan sedikit tumbuhan air, dl perlukan untuk perlindungan ikan-ikan
ke ei! dan tempat pemijahan ikan-ikan tertentu. Disamping itu tumbuhan air dapat
bermanfaat sebagai makanan ika n ataupun se bagai tempat menempel individu
periphyton. Jenis -jenis tumbuhan yan g ditemukan an tara lain eeen g gondok
(Eichhornia crassipes) , Kyambang (Salvin ea mo/esta), kayu apu (Pistia stratiotes) da n
(umput cem ara (Hydnlla) (Gambar 9)
Tumbuhan eeeng gondok berbentuk kerdil dan tidak dijumpai tumbuhan eeeng
gondo k yang besar seperti yang terdapat di rawa pening. Tidak berkemban gnya
tumbuhan eeeng gondok ini , di duga karena rendahnya temperatur di perairan Situ
Ci leunca yang di ngin anatara 18 - 20 C pada pagi hari dan berkisar antara 21 - 2 1,5
;C pada siang hari bulan (Oktober) , pada keinggian 1550 m dpl . Namum demikian
keberadaan tumbuhan eeeng gondok ini perlu dipantau agar tidak be rke mbang pe sat
yang dapat menimbulkan masalah. Suryani (1981) melaporkan bahwa kerugian yang
di timbulka n oleh tumbuh an air yang termasuk kel ompok gu lma , bi asanya leb ih besar
dibandingkan dengan peranan atau manfaatnya bagi manusia.
Benthos. Benthos mem punyai sebaran yang terbatas di perairan Situ Cile unca,
yaitu di daerah litoral yang banyak ditumbuhi tanaman air. Quigley and Ardnold (1997)
melaporkan bahwa pada umum nya orga nisme benthos di perairan taw ar seperti di situ,
da nau , sungai-sungai denga i arus yang tidak keras dan pada perairan gena ngan air
lainnya , lebih menyukai dasar yang berlumpur dan te rdapat vegetasi Hasil pen gamatan
menunjukkan bahwa keli mpaha n benthos terbes ar pada stasiun 1 (Cipanunjang)
se besar 15 individu m 2 (Tabel 3) Hasil pen gam atan di dasar perairan yang pada
22
Jeni s-jenis benth os yang banyak dl jumpai teruma dari jenis molusca antara
Bithynia , Campelona, Tarebia dan Pleurocera . ( Gambar 10 ). Kelimpahan udang batu
(Caridina sp ) (Gambar 11 ), banya k di ju mpa i di wil ayah sebelah barat dari daerah
Cipanunjang , di mana Kondisi dasar perairan landai dan terdapat rerumputan
(G raminea sp)
~ Keli mpahan udang batu di perairan Situ Cileunca cukup melimpah berkisar
antara 420 - 800 individu per m 2 , sehi ngga dapat meru pakan nilai tambah bagi pa ra
ne\ayan untuk di jual dan untuk kebutuhan sehari-hari. Udang ba tu ini di tangkap oleh
para nelaya n pada pag i hari menangkap dengan alat tangkap Sair.
. .
23
Tabel 3 . Kelim pahan rata-rata benth os di pera iran Situ Cileunca , Kecam atan
Pan gal engan Kabupaten Bandung Pada Bulan Oktober 2010
Ta rebia PJurocera
Gambar 10 Jenis-jenis siput yang terdapat di perairan Situ Cileunca
.
j
24
25
26
ika n ini hidup di air tawar dan air payau yang bersifat benthopelajis , tidak bermi grasi dan
bersifat litorora i. Ikan mas term asuk kelompok ikan omnivore de ngan makanan
utama nya serangga air, udang, cacing , siput, biji-bijian , rumput-rumputan dan algae
(Anonim, 2007 ; Tj ahjo, 1988) . Perbedaan makanan tersebu t kemungki nan disebabkan
oleh perbedaan keli mpahan makanan yan g tersedia , sehingga ikan mas yang ada
men ggeser peran nya dan omnivora ke herb ivora .
100%
80'}<;'
c: 60"10
C'tI
~
C'tI
Cl. 40%
'
.~
III 20%
0
~
E 0%
0 '-
::J
(I)
E ....::J::J Of>
rQ
::t:: ai a
...., ~
(I)
....I ~ .....
QJ
::J
0 co
QJ
\9
co
Fito p!. Zoop!. . Tumb . lar. Insec . Insecta
Ikan lele dan golsom termasuk ikan karnivo ra, dimana ikan lele mempunyai
makanan utama seranggga dan larva serangga, dan ikan golsom mempunyai makanan
utama serangga Kebia saam makanan ikan golsom terse but relative sama dengan
kebiasaa n makanan ika n yang sama di Waduk Darma (Tjahjo & Pumamaningtyas ,
2004) . Ikan lele terse but termasu k ikan air tawar yang bersifat benthik dan
potamodromous , se rta ikan golsom ju ga merupa kan ikan air tawar dan bersifat
27
ben thopelajis (Anon im, 2007). Sedangkan ikan betutu termasuk ben thik den gan
makanan utamanya ikan dan ud ang ,
4,00
3,50
.::.::
; 3,00
0
~
...
~
tV
2, 50
2,00
.x
tl.O
c 1,50
i=
1,00
0 ,50
0 ,00
B unteur Leie Goisom Bet utu Mas
Gambar 14. Tingkat trofi k jenis ikan dominan di Situ Cileu nca
Ke ragaman jenis ikan di Situ Ci leunca sang at re ndah hanya sekitar 11 jenis ikan
dengan jumlah nelayan yang relatif sedikit dan has il tangkapan nelayan yang san gat
rendah (rata-rata kuran g da ri 2 kg/hari), Dipihak la in, berdasa rkan kua litas aim ya ,
perairan situ tersebut telah mencapai tingkat kesuburan eutrofik-hipertrofik , kelim pahan
pakan yang tersedia sangat tin ggi tetapi jumlah ikan yan g memanfaatkan masih rendah
sehingga sumberdaya pakan yang tersed ia belum dimanfaatkan secara optimal,
Dalam upaya mengatasi permasa lahan yang sangat kompleks tersebul perlu
langkah-Iangkah pengendaliannya , Sal ah satunya melalui pemacuan sumberdaya ikan
denga n menebar jenis ikan yang sesuai, Oleh karena itu, Cileunca perlu penelitian
lanjutan untuk menentukan strategi pe macuan atau pemulihan sumber daya ikan,
Diharapkan jenis ikan tersebut mampu memanfaatkan dan mengendalikan
perkemban gan plankton yang ada. Dengan demik ian dalam siklus proses terse but akan
mampu meningkatkan kualitas air, se hing ga pendapatan nelayan dan kelestarian
sum berdaya perairan dapat terj aga . Sepe rti di Waduk Ir H, Djuanda, upaya
pengendalian blooning algae telah dilakukan penebaran ikan bandeng dan berhasil
(Kartamihardja, 2007 ; Tj ahjo et a/., 20 09; Tjahjo & Purna maningtyas , 2009), hal yang
sama di Waduk Gajah Mungkur melalui penebara n ikan patin dan berhasil
(Kartam ihardja et a/. , 20 04),
28
Seju mlah spesies yan g hidup be rsam a dalam suatu kom un itas yang se im bang
tergantun g pad a beberapa faktor, anta ra lain: Jumlah total macam-macam resource yang
dimanfaatkan ol eh sekelom po k orga nisme (luas relung) , tole ransi kesa maan antar
kelompok organisme dalam memanfaatkan resource yang tersedia , dan jumlah total
resource yang dimanfaatkan oleh komuni tas orga nisme terseb ut (MacArthur dalam
Hespenheide, 1975).
Luas relung pakan kom unitas ikan yang ada di Situ Cileunca berkisar antara 1,00
3,87 (Gambar 15). Ikan golsom mempunyai lu as relung yang paling tersempit (1,00),
karena ikan hanya mengko nsumsi serangga sebaga i maka nannya. Sedangkan ikan
beunter mempunyai luas relung yang paling luas (3 ,87) , kemudian disusul ikan mas
dengan lu as relungnya 3,19. Ked ua jen is ikan ini mempunya i luas re lung yang luas
karena kedua jenis ikan ini memanfaatka n jumlah kelompok makanan dalam jumlah
yang banyak
4,00
3 ,50
c: 3,00
-'Nllit - - ----
('0
..:zt.
~ 2,50
b.O
C 2,00
:::l
Q.I 1,50
c=:
VI 1,00
I'll'
:::l
...J 0, 50
0,00
Beuflteur Lele Go isom Bel lu
Gambar 15. Luas relung pakan dari jenis ikan dominan di Situ Cileunca
Be um er I r----- - - :
Mas ~
Le le - - - - - - - - - -- - ----l
Be tu -----------------~
10 ~O 30 40 00 SO 70 80 90 la o 110
(OlinWDmc x )' 100
Gam bar 16. Interaksi antar jenis ikan yang dom inan di Situ Cileunca
Secara umum interaksi an tar jen is ikan dalam mema nfaatkan pakan di Situ
Clleunca sang at rendah . Hal tersebut diseb abkan kelimpahan pakan yang tersedia
sangat tinggi tetapi jumlah ikan yang meman faatkan masih rendah, sehingga
sumberdaya pakan yang tersedia belum di manfaatkan secara optima/.
Berdasa rkan hasil pengamatan ma kanan ikan dapat diketah ui bahwa peran jenis
ikan dalam komunitas ikan di Situ Cileu nca su dah cukup lengkap , wal au pun tidak ada
jenis ikan yang memanfaatkan plankton secara intensif dan bersifat pelaji s. Seh ingga
dalam rang ka mengoptimalkan pemanfaata n su mberd aya pakan yan g ada dan
meningkatkan hasil tangkapan nelayan, maka perl u diu payakan pemac unan stok ikan
Pemacuan stok ikan terse but dapat dil akukan melaui in troduksi jen is ikan yang mam pu
meman faatka n keli mpahan plankton dan bersifat pelajis , sehingga peluang terjadinya
kompetisi pa kan dengan jenis ikan yang ada sangat minim . Jenis ikan ya ng ditebar
harus memenuhi enam syarat agar berdampak posistif baik kelestarian su mberdaya
ikan , ke lesta rian usaha perika nan dan pen ingkata n pendapatan nelayan Syara t-syarat
tersebut antara lain
1. Jenis ikan yang ditebar mampu memanfaatkan daerah pelajis,
2. Jenis ikan yang ditebar mampu mamanfaatkan kelimpahan plankton dengan
ba ik,
3. Jenis ikan tersebut mampu tumbuh cepat dan mampu hidup pada kondisi
perairan dengan oks igen relatif rendah ,
4. Be nih jenis ikan tersebut mampu di produksi balai benih terdekat dengan
pe ra iran Situ Cileunca,
5. Jenis ikan tersebut da pat rel atif mudah tertangkap kembali,
30
6. Jenis ikan terse but disenangi oleh masyarakat setempat dan mmpunyai nilai
ekonomis
Ada bebe rap a jen is ikan yang memenuhi syarat ters ebut relatif banyak, sebagai
contoh: ikan patin (Pangasionodon hypopthalmus) , mola (Amblypharyngodon
microlepis) , bilih (Mystacoleucus padangesis), dan kepras (Thynnichthys thynnoides).
Upaya untuk menentukan jenis ikan yang paling menguntungkan bagi nelayan terse but
dian tara alternatif jen is ikan di atas, maka pe rlu adanya komunikasi dan kata sepakat
dengan masyarakat nelayan setempat . Peran serta masyarakat pemanfaa t sum berdaya
ika n perlu diikut s ertakan dalam pen ge lolaan sumberdaya ikan (term asukdala m
perencanaan , pelaksanaan dan monitoring-evalu asi penebaran ikan) Maka akan
men unbuhkan kewajiban masyarakat tersebut secara aktif menj aga kelestaria n
sumberdaya ikan ma upun kelestarian usaha perikanan . Oleh karena itu, sebelum
dilaksanakan penebaran ikan , di Situ Cileuncak harus dibentuk kelembagaan nelayan
atau peman faat sumber daya ikannya .
.1
31
7.1 Kesimpulan
Situ Cileunca mempunyai suhu air 20,1 - 24,4 aC, kecerahan 0,5 - 0,8 m, oksgen
te rlarut 0,4 - 5,6 mg/L, ortofosfat 0,017-0,077 mg/L dan kelimpahan fitoplanktonnya
sebesar 64.049 - 1.138.792 sel/I, sehingga perairan ini termasuk perairan dengan
tingkat kesuburan eu trofik. Jumtah jenis ikan yang di temukan selama penelitian
sebanyak 11 jenis, yaitu : bacenangparis (Xiphophorus hal/en) , seribu (Poecilla sp) ,
tawes (Puntius gonionotus) , gols om (Aequidens go/som), lele (C/arias batrachus) ,
boboso (Glossogobius sp) , beunter (Puntius binotatus) , tempele (Betta coccina) , betutu
(Oxyeleotris marmo rata) , mas (Cyp rinus carpio ) dan udang lokal (Macrobrachium sp).
Berdasarkan kebiasaan makannya ikan betutu temasuk golongan ikan predator, golsom
dan lele te rmasuk go longa n ikan ka rn ivora, mas dan beunteur termasuk ikan herbivora .
Oi Situ Cileunca , kelimpahan pakan yang tersedia sangat tinggi tetapi jumlah ikan yang
memanfa atka n masih rendah, sehin gg a sumberdaya pa kan yang tersedia belu m
dimanfaatkan secara optimal Oalam rangka mengoptimalkan tersebut da n untuk
mengendalikan deg radas i lingkungan pe rairan perlu dilakukan pen ebaran ikan
herbivora , seperti adalah ikan patin (Pangasionodon hypopthalmus) , mola
(Amblypharyngodon microlepis) , bilih (Mystacoleucus padangesis), dan kep ra s
(Thynnichthys thynnoides).
6 .2 Saran
Perlunya suatu kaj ian lanjutan tentang eva luasi jenis dn jumlah ikan yang ditebar
di perairan Situ Cileunca, sehingga dari hasil penelitian tersebut dapat ditentukan jenis
dan jumlah ikan, serta wa ktu penebaran ikan yang tepat di perairan tersebut. Oengan
demikian , dampak penebara n ikan tersebut secara nyata dapat memperbaiki kualitas
~ dan kuantitas produksi ikann ya , serta secara tidak langsung penebaran tersebut mampu
DAFTAR PUSTAKA
Hyatt,K.D . 1979. Feeding strategy , p.71-119 . In Hoar, W.S ., D.J. Randall and J.R (eds .)
Fish physiology: Bioenergitic and growth . Academic Press , London
J0rgensen, S.E. , 1986. Fundamental of ecological modelling. Elsevier Science
Publishers B.V., Amsterdam .
Kartamihardja , E.S ., 2007. Spektra ukuran biomassa plankton dan potensi
pemanfaatannya bagi komunitas ikan di zona limnetik Waduk Ir H Djuanda , Jawa
Barat. Disertasi. Sekolah Pascasarjana , IPB , Bogor. 137 p.
KartamihardJa, E.S. , K. Purnomo , H. Satria, D.W. H. Tjahjo dan S.E. Purn amaningtyas
2004. Peningkatan stok ikan patin (Pangasius hypopthalmus) di Waduk
Wonogiri, ikan baung (Mystus nemurus) di Wad uk Wadaslintang dan udang
gal ah (Macrobrachium rosembergil) di Waduk Darma. Pros iding Has il- Has il
Risef979-97194-3-7 p. 159-171
Kottelat, M., AJ. Whitten, SN. Kartikasari and S Wi~oatmodjo. 1993.FreshwaterFishes
of Western Indonesia and Sulawesi (lkan Air Tawar Indonesia Bagian Barat dan
SulawesI). Periplus Editins Ltd. 293 pp.
Krebs , C.J . 1985. Eco logy. The Experimental Analysis of Distribution and Abundance
Third Edition. Harper and Row Publisher. New York. 800 him
Ludwig, J .A. dan J .F. Reynol ds , 198 8. Statistical eco logy : a primer on methods and
computing John Wiley & Sons , New York . 335 p
Mc.Naughton ,SoJ dan L. L. Wolf 1990. Ekologi Umum. Diterjemahkan kedalam bahasa
Indones ia oleh S P. Saputro, Srigondo , B dan Sudarsono. Gajah Mada
University Press. Yogyakarta . 110 hal.
Miller, J.M.and M.C. Dunn. 1980. Feeding strategis and pattem of movement in juveni le
es tuarine fishes, p. 437-448. In Kennedy.V.S. (eds.)Estuarine persp ective.
Academic Press, New York.
Needh am, J.G and P,R, Needham (1963). A Guide to the Study of Fres hwater Biology.
Fifth Edition. Revised and Enlarged, Holden Day , Inc, San Fransisco. 180 p.