Sie sind auf Seite 1von 42

..

LAPORAN AKHIR
KEGIATAN PROGRAM INSENTIF
PENINGKATAN KEMAMPUAN PENEUTI DAN PEREKAYASA
DEPARTEMEN KE'LAUTAN DAN PERIKANAN
TAHUN ANGGARAN 2010

KAJIAN BIO-LiMNOLOGI DAN SUMBERDA YA IKAN DALAM


RANGKA MENYUSUN MODEL PEMACUAN STOK IKAN
DI SITU CILEUNCA, BANDUNG

Jenis Intensif : Riset Terapan


Fokus Bidang : Ketahanan Pangan
Produk Target : Model Pemacuan Stok Ikan di Situ
Cileunca

\
PENELITI PENGUSUL:
Koordinator : Dr. Didik Wahju Hendro Tjahjo, MS.
Anggota peneliti : 1. Sri Endah Purnamaningtyas, A.PL, S.Pi
2. Ir. Hendra Satria

BALAI RISET PEMULIHAN SUMBER DAYA IKAN


BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
2010

LAPORAN AKHIR

KEGIATAN PROGRAM INSENTIF

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA

OEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERI KANAN

TAHUN ANGGARAN 2010

KAJIAN BI OLlMNOLOGI DAN SUMBERDA YA IKAN DALAM

RANGKA MENYUSUN MODEL PEMACUAN STOK IKAN

01 SITU CILEUNCA, BANDUNG

Jenis Intensif : Riset Terapan


Fokus Bidang : Ketahanan Pangan
Produk Target : Model Pemacuan Stok Ikan di Situ
Cileunca

PENELITI PENGUSUL:

Koordinator : Dr . Didik Wahj u Hendro Tjahjo, MS.

An ggota pe nel iti : 1. Sri Endah Pu rnamani ngtyas, A.P i., S.Pi

2. Ir. Hendra Satria

BALAI RISET PEMULIHAN SUMBER DAYA IKA N

BADAN PENELITIAN DAN PEN GEMBANGAN KELAUTAN DAN PERI,KANAN

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

2010
LEMBAR IDENTITAS DAN PENG ESAHA N

J udul Kegiatan/Penelitian Kajian Bio-Limnologi Dan Sumberdaya Ikan


Dalam Ran gka Menyusun Model Pemacuan
Stok Ikan di Situ Cileunca , Bandung

Departemen Kelautan dan Perikanan

Jenis Intensif Riset Terapan

Fokus Bidang Ketahanan Pangan

Satuan Kerja Penyelen ggara Balai Riset Pumulihan Sumber Daya Ikan

Peneliti Pengusu llPenangung Jawab Dr. Didik Wahju Hendro Tjahjo , MS.

Pangkat Jabatan/Fungsional Peneliti Peneliti Madyal IV b

A nggota 1. Sri Endah Purnamaningtyas , A.Pi , S.Pi

2. Ir. Hendra Satria

NIP 19580929 198503 1 003

Jenis Kelamin Laki-Iaki

Total Biaya Kegiatan/Penelitian Rp 95.415 .000,

ii
KAJIAN BIO-Li MNOLOGI DAN SUMBERDAYA IKAN DALAM

RAN GKA MENYUSUN MODEL PEMACUAN STOK IKAN

01 SITU CILE UNCA, BANDUNG

D idik Wahju H endro T jahjo, H endra Satria dan Sri Endah Pu rna m a ningtyas
Balai Riset Pemulihan Sumber Daya I kan

RINGKASAN

Situ C ileunca berada 45 km sebelah Selatan kota B andung meru pakan salah
satu situ yang terletak di Kecamatan Pangalengan, Bandung Jawa Barat Situ
Cileunca mempunyai Luas 180 ha, yang berada pada ketinggian 1400 m dpl ,
kedalaman air 6-10 m . Kcgiatan petemakan bcrkembang sangat pesat di Kecamatan
Pengalengan . Jumlah peternak sapi yang ada di wilayah ini telah mencapai 4.500
orang dengan jumlah sapi 18 500 ekor. Pcngembangan kegiatan ters ebut menghasilkan
Iimbah organik yang sangat besar (22.000 ton/bu lan), dan sebagian besar terbuang ke sunga i
dan masuk ke Situ Cileunca. Hal terse but mendorong terjadinya kCllJsakan atau dcgradasi
habitat dan keanckaragaman hayati perairan . TUJu an penel itian ini adalah untuk mengctahui
aspek bio-limnologis dan beberapa aspek biologi beberapa jenis ikan dominan untuk
mementukan jenis ikan ~ang sesuai untuk ditebar di Situ Cil eunca. P engambilan contoh di
lakuka n dengan metoda pengambilan contoh terstratifikasi pada bulan Juli dan
Oktober 2010 Pengamatan dilaksanakan di 4 Sta si un , ya itu 1. D am Puiosari, 2
Outlet Cipanunjang, 3 Cipanyisikan dan 4. Bagian Tengah Analisa data dilakukan
secara diskriptif dengan mensintes a berb agai data dan informasi yang dikumpulkan
dari lapangan dan masyarakat sekitar serta instansi terk ait Hasil pengamatan
menunjukan suhu air relatif rendah ( 20 .1 - 24 ,4 C), kecerahan 0.5 - 0,8 m. oksgen terlarut
relatif rendah (0,4 - 5.6 mg/L), ortofosfat (0,017-0.077 mg/L) dan kelimpahan
fitoplanktonnya besar (64049 - 1.138792 selll) Perairan SJtu tersebut telah mencapai
tingkat kesuburan eutrofik Jumlah jenis ikan yang di temukan selama peneJitian sebanyak
II Jenis Berdasarkan kebiasaan makannya ikan betutu (O'cye!eo tris marmorato) temasu k
golongan ikan predator. golsom (Aequidens go/som) dan lele (Clorios batrochus ) termasuk
golongan ikan karnivora, mas (Cypril1lls corpio) dan beunteur (Puntius binototus) tennasuk
ikan herbivora. Di Situ Cileunca, kelimpahan pakan yang tersed ia sangat ti nggi tctapi
Jumlah ikan yang memanfaatkan masih rendall. sehingga sumberdaya pakan yang tersedia
belum dimanfaatkan secara optimal. Oleh karena itu, produksi hasil tangkapan ikan dapat
ditingkatkan dengan optimasi relung ekologi melaJui penebaran ,i cnis ikan yang ses uai.
Jenis ikan tersebut diantaranya adalah ikan patm (Pongasionoc/on hypoptha!l11lls). mola
(Al11b!Jpharyngodon micro!epis), bilih (M..vs{OCOiellclls podangesi::,). dan kepras
! (Thynnichthy s thynl1olc/es) . Diharapkan dampak dari kesu ksesan program pemacuan stok
ikan tersebut adalah tefJaminnva kelestarian usaha perikanan, peningkatall pendapatan
masyarakat kelestarian usaha petemakan sapi perah dan sumberdaya perairan Situ Cileunca.

Kata Kunci: Bio-JimJ1ologi. biologi ikan, potensi biomass ikan, Situ Cil eunca,

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swr, yang telah memberikan
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan " Kajian
Bio-Limnologi Dan Sumberdaya Ikan Dalam Rangka Men yusun Model Pemacuan
Stok Ikan di Situ Cileunca , Bandung ". Penelitian ini dlbiayai dari Kegiatan Program
Insentif Peneliti dan Perekayasa BRKP 2009.

Perairan Situ Cileunca yang terl etak di Kabupaten Bandung Selatan,


Propinsi Jawa Barat. Kegiatan peternakan berkembang sangat pesat di Kecamatan
Pengalengan. Pengembangan kegiatan terse but menghasilkan limbah organik yang
sangat besar (22.000 ton/bulan), dan sebagian besar terbu ang ke sungai dan
mas uk ke Situ Cileunca. Hal tersebut mendorong terjadinya kerusakan atau
degradasi habitat dan keanekaragaman hayati perairan. Peningkatan pencemaran
tersebut terus meningkat selaras dengan peningkatan jumlah ternak sapi yang
dikembangkan di wilayah tersebut. Dalam upaya mengatasi permasalahan yang
sangat kompleks tersebut, perlu langkah-Iangkah pengendalian. Salah satu caran ya
adalah melalui pemacuan sumberdaya ikan dengan menebarkan jenis ikan yang
mampu memanfaatkan kelimpahan plankton. Secara tidak langsung penebaran
tersebut mampu memperbaiki kualitas perairan . Sehingga produksi hasil tangkapan
Ikan dapat ditingkatkan , disamping usaha peternakan sapi perah dan sumberdaya
perairan Situ Cileunca dapat lestari .

Kami mengucapkan terimakas ih kepada peneliti senior BRPSI dan teman


teman peneliti-litkayasa yang telah memberi bantuan dan masukkan kepada tim
sehingga kami dapat melaksanakan penelitian ini dengan baik. Demikian juga,
kamipun mengucapkan terimakasih kepada kepala BRPSI dan staf administrasi
yang telah banyak membantu sehingga penelitian dapat berjalan dengan baik ..

Jatiluhur, November 2010

Tim Peneliti :

1. Dr. Didik Wahju Hendro Tjahjo


2. Sri Endah Purnamaningtyas, APi.S.Pi
3. Ir. Hendra Satria

iv
DAFTAR lSI

Halaman
LENIBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN .. .
RINGKASAN .
DAFTAR lSI.
DA FTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR ..

1 PENDAHULUAN . 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Masalah 2

2 TINJAUAN PUSTA KA . 3

2. 1 Hidromorfometrik dan bio-limnologi Situ Cileun ca 3

2 .2 Komunitas Ikan 4

2. 3 Penebaran Ikan 6

3 TUJUAN DAN MANFAAT . . . .. . . 8

4 METODOLOGI ... .. . .. . . .... . ... . 9

4 .1 Lokasi Kegiatan 9

4 .2 Metode Pengumpulan Data 9

4 .3 Anallisa Data 10

5 HASIL DA N PENIBAHASAN .. ... . . . 12

5.1 Bio-limnologi Situ Cileunca 12

5.2 Komunitas Ikan dan Pen ebaran Ikan 24

6 KESIIVlPULA N DAN SARAN ..... . . 31

6.1 Kesimpulan 31

6 .2 Saran 31

DAFTAR PUSTAKA . . .. . ..... . . . .. . . .. ...... ... . . .... .. .. . . . . . 32

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman
1 Metoda yang digunakan dalam pengamatan peubah kualitas air di Situ
Cileunca . . .. . .. .. . . . . . . .. . . ... . 10
2 Nilai indeks keanekaragaman , keseragaman dan dominans i
plankton selama penelitian. . .. ... . 19

3 Nilai indeks keanekaragaman, keseragaman dan dominansi


plankton selama penelitian . . .. .. . ....... . 23

vi
,

DAFTAR GAM BAR

Nomor Haiaman

Peta Situ Cileunca dan stasiun pengamatannya . 9

2 Rata-rata suhu air untuk masing-masing stasiun dan waktu pengamatan 12

3 Rata-rata oksigen terlarut menurut stasiun dan waktu pengamatan . 13

4 Rata-rata alkalinitas untuk masing-masing stasiun dan waktu

pengamatan . . .... ... . 14

5 Rata-rata kandunga n Nitrit. Nitrat dan ammonium menurut stasi un dan

w aktu pen gamata n. . . . . . . . . . .......... 16

6 Rata-rat a ka ndungan ortofosfat men uruJ stasiull dan waktu pengamatan 17

7 Komposisi kelimpahan fitopiankton menurut stasiun dan waktu

pengamatan. ........... ............ .......... 18

8 Jenis Microcystis sp. yang memilki nilai keiimpahan tertinggi . . . . . 19

9 Jenis-jenis tumbuhan air di perairan Situ Cileunca ...... .... . ..... .. . 22

10 Jenis-jenis siput yang terdapat di perairan Situ Cileunca ........ . .. . 23

11 Udang batu (Caridina sp) . 24

12 Beberapa jenis ikan yang ada di Situ Cileunca. 26

13 Kebiasaan makanan jenis ikan dominan di Situ Cileunca. 26

14 Tingkat trofik jenis Ikan dominan di Situ Cileunca. 27

15 Luas relung pakan dari jenis ikan dominan di Situ Cileunca. 28

16 Interaksi antar jenis ikan yang dominan di Situ Cileunca. 29

vii
.

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Situ Cileunca berada 45 km sebelah Selatan kota Bandung merupakan salah


satu situ yang terletak di Kecamatan Pangalengan , Bandung Jawa Barat. Situ ini
dibangun pada masa pemerintahan Belanda mulai tahun 1919 - 1926. Situ Cileunca
mempunyai Luas 180 ha, ya ng berada pada ketinggian 1400 m dpl, vo lume air
3
11.500.000 m dengan keda laman rata-rata 6,4 m.
Perairan situ merupakan sumberda ya air yang memp unyai potensi ekologis dan
ekonom is, disampi ng itu perairan wad uk merupakan sala h satu bentuk peraira n umum
yang bers ifat terb uka (ope n access), mil ik umum (common property) dan bersifat
sebag una . Pada saat ini pemanfaata n dan pengembangan sumberdaya perairan waduk
melalu i keg iatan tambahan cede rung mengabaikan fungs i utama dari pembangunan
wad uk dan kualitas perairan itu send iri. Hal tersebu t disebabkan perairan Situ Ci leunca
merupakan salah satu bentuk perairan umum yang bersifat terbuka , milik umum dan
semua orang berhak memanfaatkan , tetapi ta k seorangpun yang sadar dan berkuaji ba n
memelihara sumberdaya terse but. Berbaga i kegiatan yang dil akukan, te lah
mengakibatkan perubahan kualitas perairan , baik yang berakibat mening katkan
kesuburan, maupun yang me ndorong terjadi nya kerusakan atau degradasi hab itat dan
keanekaragaman hayati perairan.

Usaha petemakan sapi perah di Kecamatan Pengalengan telah berkembang


dengan pesat. Jumlah petemak sapi tersebut te lah mencapai 4.500 orang denga n
jumlah sapi 18.500 ekor (Oanuwijaya, 2009; Candana , 2009). Sela njutnya Ca ndana
(2009) menyatakan bahwa peternakan sapi tersebut da lam satu bulan menghasilkan
ii mbah kotoran mencapai 22 .000 ton . Sebagian besar limbah orga nik tersebut masuk ke
Situ Cileunca . Berdasarkan beban bahan organik tersebut, perairan situ tersebut telah
mencapai tingkat kesuburan eutrofik-h ipertrofik, dan dampaknya negatif terhadap
perairan antara lain sepe rti :
a. Perairan dalam kond isi anoxia yang menghasilkan gas beracun seperti
NH3 dan H2S,
b. Blooming algae yang tidak terkendali
.

c. 8erkurangnya keanekaragaman jenis ikan, bahka n beberapa jenis ikan


punah
d. Penurun an produksi perikanan
e. Turun atau rusaknya keindahan pe rairan
Da lam upaya mengatasi permasalahan yang sangat kompleks tersebut, perlu
angkah-Iangkah pengendalian. Salah satu upaya yang diperlukan adalah melal ui
pemacuan sumberdaya ikan dengan menebar jenis ikan yang sesuai. Untuk itu perlu
data dan informasi tentang biol imnologi perairan Situ Cileunca. Oleh karena itu, tujuan
penel iti an in i adalah untuk mengetah ui aspek bio-limnologis dan beberapa aspek biologi
oeberapa jenis ikan dominan untuk mementukan jenis ikan yang sesuai untuk ditebar di
Situ Cileunca.

1.2 Perumusan Masalah


Perkembangan usaha peternakan sapi perah di Kecamatan Penga lengan telah
tum buh dengan pesat. Dampak perkembangan pertemakan tersebut adalah beba n
baha n organik yang masuk ke Situ Cileunca dari pertemakan tersebut meningkat sangat
nyata . Jika beban organik yang masuk tersebut meleb ihi daya dukung perairan ,
ondis i tersebut akan mendorong tin gkat produksi perairan da ri oligotrofik menjadi
eutrofik dan bahkan hipertrofik. Hal tersebut berdampak degradasi habitat dan
pen urunan kea nekaragaman jenis ikan yang ada, dan ak himya produksi perika nan
[angkapnya menurun ..
Kondisi tersebut telah te ~ a d i di Situ Ci leunca te~ad i , yang ditu njukan oleh
beberapa faktor, antara la in: Perairan dafam kondisi anoxia, bloomi ng algae,
oerkurangnya keane karagaman jenis ikan , bahkan beberapa jenis ikan punah, dan
penurunan produks i perikanan , serta turun atau rusaknya kei ndahan perairan.
Degradas i kua litas perairan dan produksi perikanan tangkap tersebut dapat diperbaiki
dan dikendalikan mela lui penebaran jenis ikan yang sesuai. Jen is ikan yang ditebar
terseb ut akan memanfaatkan kelimpahan plankton yang ada , selanjutnya melalui
proses siklu s nutrien dan jala makana n terse but, secara bertahap aka n mampu
me mperbai ki kualitas pera iran yang ada.
3

2. T1NJAUAN PUSTAKA

2.1 Hidromorfometrik dan bio-limnologi Situ Cileunca


Situ Cileunca bera da 45 km selatan kota Bandung merupakan salah satu situ
yang terletak di Pangalengan, Bandung Jawa Barat yang dibangun pada tahun 1919
sampai dengan tahun 1926. Pada masa pemerintahan Belanda . Situ Cileunca
mempunyai Luas 180 ha, yang berada pada ketingg ian 1400 dpl, volume air
11 .500 .000 m3 , keda laman air 6-10 m. Situ ini diapit oleh empat desa , yakn i Warnasa ri,
Margamekar, Pulosari dan Margaluyu Situ Cifeunca sebena mya ada 2 buah satu
diatas (Situ Cipanunjang den gan luas 210 ha) yan g merupakan inlet dan Situ Cileunca
(180 ha).
Data yang himpun dari Hakim (2 007) menyatakan bahwa : Dam Pulo Sa ri yan g
dibangun di Situ Cil eunca pada tahun 1919-1924 memiliki specifikasi sebagai berikut:
a) Bangunan bendungan tipe urugan tanah homogen
b) Ke ti nggian dari dasar sungai 15 m
c) Ketin ggian da ri dasar ga lian 19 m
d) Elevasi puncak bendung + 1420,50 m
e) El evasi muka air normal + 1417,50 m
f) Panjang puncak bendung 595 m
g) Luas pera iran norma l 180 Ha
h) Luas perairan banjir 182 ,5 Ha
Perairan Situ Cileunca mempunyai beberapa parameter bio-Limnologl, antara lam
5uhu aimya berki ar antara 20,1 -23 ,8 c (Tjahj o dan Pu mamanin!,'tyas, 2010), hasil
peneliltan Sulastri ef a T. (2009), yaitu 23 ,31 DC, dan hasil pengamatan Hakim, (2007),
\ aitu berkisar an tara 18,5 - 20,0 c Kecerahan di Situ Cileunca berkisar antara 50-80
em dengan pH berkisar antara 6, 5-9,0, oksigen terl arut Cileunca berkisar an tara 0 -6,8
mer L (TJahjo dan Pumamaningtyas, 2010)
Nnrogen merupa kan salah :;atu un SUf yang penting bagi pertu mbuhan ta ll1anan ail',
" dan berpean dalam pembentukan dan pemeliharaan protein. Sumber ;:;enyawa nitrogen di
pera iran waduk ata u dan au terulama berasal c1ari limbah pCl1at1lan, limbah lllmah tangga
dan mdustri (Goldman & Ho rne, 1983). Da lam keadaan aerob dengan baJ1 t1Jan bakte ri,
baha n organi k diurai menjadl amon iull1, selanj utnya am onium dlubah menjadi nltri t dan
4

nitrat. Nitrogen di pera iran terdapat dalam berbagai bentuk sepertl gas N c; nitril, n imH,
amrnonla. ammon iUm, serta nitrogen yang berikatan dengan senyavv" organi k komple ks
Kon entras i nitrit, nitrat dan amOl1lUn di Situ Cil eunca seca ra berturu t-tul1!t 0, 011-0, I L3
mgJL, 0,007 - 2,28 1 mglL dan 0,088 -- 2,556 mg/L , serta konsentrasi ortofosfatnya
berklsar antara 0,01 2-0 .78 0 mgiL (Tjahjo dan Pumam aningtyas, 2010)
Kelimpahan fitop \ankton dt Situ C ileuTl\.:a berkisar anta ra 279. 668-21 69 938 sei/L
denga n mta-rata 722 90 I se\/L (Tj ahjo dan Pumamaningtyas, 2010) Selanjutnya Ijahj o
dan Pumamaningtyas (2010) menyatakan bahwa ko mposisi kelas fi top lankton secara
umum se l3tn3 pengamata n didominas i oleh kelas Dinophyceae kecuali pada bulan
Oktober keltmpahan kelas Dinophyceae dan Desm idlaceae relatif seimbang Adanya
dominasi kelas Dinophyceae tersebut merupakan mdl kato r bahwa pada pera iran tersebut
mempunY,li konsentrasi bahan organik yan.:1 tmggi.

2.2 Komunitas Ikan


Ross dalam Werner (1 986) menyatakan bahwa ikan menunjukkan pemanfaatan
su mberdaya yang ku at sepanjang sumbu relungnya, seperti pakan, habitat dan waktu.
Seba liknya Sh oener dalam Werner (1986) menyatakan bahwa pemanfaatan
sumweberdaya paka n leb ih penting diba ndingkan habitat. Selanjutnya Ross da lam
Wemer (1986) menyatakan bahwa pemenfaatan secara temporal ku ran g pe ntin g
diband ingkan pemanfaatan pakan dan hab itat, tetapi hal terseb ut mas ih leb ih penting
untu k ikan diband ingkan organisme lain nya .
Miller dan Dunn (1 980) menyatakan bahwa stud i kebiasaan pakan ada lah sa lah
sa tu tahap pertama da lam mengkaj i peran fungsional organisme dalam ekosistem atau
hubungan dengan ekolog i pakannya terhadap keselurahan dinamika populas i.
Berdasarka n pola kebiasaan pakannya , jenis ika n dapat dikelompokkan dalam 3
kelompok (Ya nes-Arancibia, Linares dan Day , 1980), antara lain:
a) Konsumen tingkat pertama , termasuk golonga n pemakan plankton (fito-da n/ata u
zooplankton), pemakan detritus, dan pemakan vegetas i lainnya, serta omn ivore
~ (pemakan detritus, vegetasi lainnya dan oraga nisme kecil).
b) Komsumen tingkat dua , kelompok ini didominasi oleh ikan kamivora, dimana
kelompok ikan ini sedikit mengkonsums i vegetasi dan detritus, sedangkan pakan
utamanya ma kro dan mikro benthos dan ikan keci l.
-.

c) konsumen tingkat tiga , merupakan kelompokikan yang sangat karnivorous


dengan pakan utamanya makrozoobenthos dan ikan .
Berdasarkan strategi pemanfaatan pakan untuk masing-masing jenis dapat
dikelompokkan dalam 2 tipe pemanfaatan (Hyatt,1979), antara lain:
a) Spesialis, pengemba ngan spesialisasi da lam pemanfaatan pakan oleh kelompok
ikan herbivore, bentik kamivora , planktivora dan piscivora banyak ditemui di
daerah tropis dimana peralran daerah tersebut relative stabil dengan pola
peru bah an yang dapat diprediksi Sehingga jenis ikan yang ada lebih selektif
dalam memanfaatkan pakan yang tersedia .
b) Generalis , merupakan kelompok jenis ikan yang memanfaatkan pakan denga n
range yang luas terhadap kualitas pakan . Umumnya kelompok ini banyak ditemui
di peraira n yang labil dan pola perubahannya tidak beraturan.
Gi ller (1984) menyatakan bahwa ika n yang mempunyai luas relung pakan yang
luas atau kebiasaan pakan yang berpota generalis menunjukkan kesuksesan
keberadaannya di suatu perairan , dan terjadi kompetisi intraspesifik, maka organisme
tersebut cederu ng men in gkatkan tuas relungnya.
Variasi tipe dari fakta-fakta hasil observasi, baik penelitian dl alam maupun di
lapangan menunjukkan keterbatasan sumberdaya dan interaksi antar jenis memainkan
peranan yang nyata dalam pembentukan atau penyusunan komunitas ikan air tawa r.
Ko mpetisi. Apabi la dalam pemanfatan sumberdaya antar ikan men imbulkan
pengaru h eksploitasi yang bersifat kompetitif, maka kita harus dapat men unju kka n
keterbatasan lokasi sumberdaya , dim ana keterbatasan sumberdaya tersebut penting
bagi komun itas ikan . Sedangkan studi te ntang pemanfaatan sumberdaya akan pakan
yang melebih i kemampuan supply jarang atau bel um pernah dilakukan . Jika kita lihat
fl eksibilitas pertumbuhan individu ikan tertJadap keadaan sumberdaya dan lingkungan,
maka pertumbuhan tersebut dapat digunakan sebagai indicator yang sensitive terhadap
ti ngkat sumberdaya (Werner,1986). Weatherley (1972) memberikan rangkuman
beberapa hasil penelitian yang menunjukkan efek keterbatasan sumberdaya terhadap
pertumbuhan . Keterbatasan pakan dalam komunitas ikan di danau ditunjukkan oleh
Werner (1986) dengan beberapa kes impulan penetitian tersebut tentang efeknya
terhadap ikan antara lain:
a) Perubahan ke limpahan dn komposisi pakan yang di manfaatkan
b) Turunnya seleksi ukuran secara dramatis dalam pemanfaatan pakan oleh ikan .
.

c) Perubahan komposisi zooplankton baik jenis , ukuran zooplankton dalam


komunitasnya .
Komplementaritas dalam pemanfaatan pakan . Komplementaritas maksudnya
adalah tingkat kesamaan sim ilaritas antar jenis kompetitor dalam memanfaatkan salah
satu jenis sumbe rdaya , akan tetapi mere ka dapat memanfaatkan sumberdaya lain ya ng
berbeda . Sebagai contoh , jika 2 kompetitor memanfaatkan kelompok pakan yang sama,
tetapi keduanya memanfaatkan habitat yang berbeda ; jika kedua jenis ikan terseb ut
memanfaatkan kelompok pakan dan habitat yang sama, tetap i mempunya i pola makan
atau habitat yang berbeda (pola diuma l-nocturnal). Seperti diketahui bersama bahwa di
daerah tropis mempunyai keragaman jenis yang tinggi dengan sifat pemanfaatan
sumberdaya yang cenderung spesialis , maka kunci po kok untuk hidup bersama dan
tida k sa ling merug ikan adalah komplementaritas dalam pemanfaatan sumberdaya yang
tersedia (available).

2.3 Penebaran Ikan


Kondisi Situ Cileunca te lah menunjukan perairan dalam kondisi anoxia, blooming
algae, berkurangnya keaneka ra gaman jenis ikan , bahkan beberapa jenis ikan punah ,
dan penurunan produksi perikana n, serta turu n atau rusa knya keindahan perairan
Degradasi kualitas pe rai ran dan produ ksi perikanan tang kap tersebut dapat diperbaiki
dan dikendali kan melalui penebaran jenis ikan yang sesua i. Sedangka n penebaran ikan
tersebut mempunyai beberapa prosedu r, antara lain :
1. Menentukan jenis ikan yang sesuai untuk ditebar
2. Sumber benih ikan
3. Persiapan sebelum penebaran
4. Ukuran ben ih
5. Padat tebar
6. Waktu penebaran
7. Mekanisme penebaran
Stategi penebaran tersebut dituangkan dalam program penebaran , dimana
~ didalamnya ada beberapa prosedur yang harus dipertimbangkan pada tahap
Implementasinya. Maka pada tahap ini sangat diperlukan suatu perencanaan yang baik
(mantap dan tepat) agar sukses pelaksanaan pemacuan sumberdaya ikan.
Pendekatan pem ilihan jen is ikan yang dikembangkan teruta ma
mempertimbangkan pengalaman pembudidaya ikan , pengalaman penebara n ikan
7

sebelumnya Ui ka ada), relung ekolog i dan komunitas ikan yang ada, serta tipe bada n air
yang ada (peren nial atau non-perennial). Oisamping itu, pertimbangan penting lainnya
adalah ketersed iaan dan akses mudah untuk mendapatkan benih yang sesuai , bai k dan
segi waktu, jumlah dan ukuran , pertumbuhan cepat dan mempunyai nilai ekonomis.
Peneba ran ikan dalam rangka pemacuan sumberdaya ikan merupakan suatu
upaya kegiatan perikanan perairan umum yang bentuk mirip dengan budidaya ikan
ekstensif, dimana kolam nya sangat luas yaitu satu badan air dan dikelola oleh satu atau
beberapa kelompok . Sedangkan jenis ikan yang dikembangkan harus lebih disukai
masyarakat dengan kriteria 5ebagai berikut:
a) Sesuai dengan perm intaan pasar.
b) Oapat diterima sebaga i ikan konsums i oleh masyarakat di sekitar badan air
c) Kemampuan memanfaatkan sumbe r daya makanan yang tersedia secara alami
di badan air dan mempu nyai ranta; makanan yang pendek.
d) Pertumbuhan cepat dan konvertor makanan yang efisien seh ingga ikan terse but
mempunyai peluang untuk mencapai ukuran pasar dalam waktu yang singkat.
e) Kemamp uan untuk hid up bersama dengan jenis yang lain di badan air dalam
rangka memaksimalkan pemanfaatan ruang dan pakan alam i yang tersedia .
Berdasarkan hasil penelitian pemacuan sumberdaya ikan di tingkat nasiona l,
beberapa jenis ikan yang dikembangkan ada lah grass ca rp (Ctenopharyngodon idellus),
silve r carp (Hypophthafamichthys moHln'x), Th in nichthys th in noides (ringa ), mas
(Cyprinus carpio), tawes (Barbonoide gonionotus, Puntius javanicus ), patin (Pangasius
hypopthalmus), mujair (Oreochromis mossambicus) dan nila (Oreochromis niloticus)
yang umumnya jenis ikan yang banyak diin ginkan untuk dikembangan . Oalam beberapa
asus harus ekstra hatihati melakukan introduksi ke lompok jenis tilapia (mujair, nila dan
sejenisnya), karena dalam jangka panjang dapat menurunkan praduksi tota l ikan dan
eanekaragaman jen is ikan seinng dengan pen ingkatan dominasi jenis ikan tersebut.
Hal tersebut terjad i dihampir seluruh perairan di pulau Jawa da n Sulawesi.
!IIi

3. TUJUAN DAN MANFAAT

Tujuan:
1. Mengetahui dinamika kualitas fisika-kim ia pera iran
2. Mengetahui komposis i dan kel impahan plankton ,
3. Menganalisa kom posisi jenis, peran dan /uas re lung pakan jenis ikan
4. Mengevaluasi interaksi antar jenis ikan ikan
5. Mengetahu i jenis dan kompos isi alat tangkap ikan

Manfaat:
1. Salah satu alternatif pengendal ian degradasi lingkungan perairan Situ Cileunca ,
2. Salah satu upaya peningkata n produksi ikan dan kesejahteraan nelayan
3. Data dan informas i dasar untuk menyusun program pemacuan stok ikan di Situ
Cileunca , bandung

,

4. METODOLOGI

4.1 Lokasi Kegiatan

Situ Cileunca , Kec. Pangalengan, Jawa Barat.

4.2 Metode Pengumpulan Data

Pengamata n di lakukan pada bulan Juli dan Oktober, 2010, serta


pen gamatan dilaksanakan di 4 Stasiun , yaitu 1. Dam Pulosari, 2. Outlet
Cipanunjang , 3. Cipanyisikan dan 4. Bagian Tengah (Gambar 1).

Gambar 1. Peta Situ Cileunca dan stasiun pengamatannya

Pe ngamatan biolimno lgi di Situ Cileunca Suhu, pH , O2 , CO 2 , Alkalinitas ,


Nitrogen , Fosfat, Sulfat, dan plankton. Sedangkan untuk pengamatan sumberdaya ikan
pe ngambilan contoh ikan dilakukan dengan menggunakan Gill-net percobaan dengan
ukuran 1; 1, 5; dan 2 inci serta mengambil hasHtangkapan dan nelayan . Parameter yang
diamati meliputi : jenis ikan dan kebiasaan makan, .
Pengamatan ini juga menggunakan metoda diskripti f dengan mensintesa
berbagai data dan informasi yang dikumpulkan dan lapangan dan masyarakat sekitar
serta instansi terkait. Jenis dan sumber data yang dikumpulkan seperti dalam Tabel 1.
10

4.3 Ana\Hsa Data

Data kualitas peraira n yang diambil me liputi suhu air, kecerahan , alkalinitas, pH,
oksigen terl arut, ka rbon dioksida bebas , ammon ium, BOT, ortofosfat dan SO<\,
sedangkan metoda yang digunakan dalam analisis kualitas air tersebut tertera dalam
Tabel 1

Tabel 1. Metoda yang digunakan dalam pengamatan peubah kualitas air di Situ
Cileunca

Peubah Kualitas Air Unit Metodelalat

Suhu air dan udara C Thermometer


Kecerahan em Secchi disk
Intensitas matahari nm Lux meter
pH - Indicator pH
Alka li nity mg/L CaC03 eq. Titrametric
CO 2 , mg/L Titrametric
O2, mg/L Titrametric
NOTN mg/L Spectrophotometric
NH4-N mg/L Spectrophotometric
N0 3-N mg/L Spectrophotometric
P0 4 -P mg/l Spectrophotometric
BOT mg/L Titrametric
Fitop lankton seU l Number co unts, mikroskop
Zooplankton Ind .lL Number counts, mikroskop

Tekn is analisa data kesuburan perairan menggunakan metode yang digunakan


ol eh APHA (1989), Davis (1955), Boyd (1990), Ryding dan Rast (1989), Needham and
Needham (1963). Sedangkan untuk identifikasi populasi ikan , analisis biologi ikan dad
hasil tangkapan menggunakan metode yang dikemukan oleh Kottelat, et al (1993),
Effendie (1979), dan Lutdwig dan Reynold (1988).
Analisa Plankton. Untuk mendapatkan gambaran tentang karakteristik struktur
komunitas plankton, dilakukan dengan pendekatan yang bersifat kualitatif dan kuantitatif.
Pendekatan secara kuantitatif antara lain adalah pendekatan analisis dengan
mengamati komposisi jenis - jen is tertentu yang dominan dan kelimpahan sel.
. Sedangkan pendekatan secara kualitatif (indeks biologi) yaitu dengan melakukan
kalkulasi terhadap komponen-komponen tertentu dari struktur komunitas plankton yang
diamati.

,

11

Kelimpahan plankton dinyatakan dalam individu per liter. Penentuan kelimpahan


individu dilakukan dengan menggunakan metode Lackey drop micrtran sect countin g
(APHA., 1989) denga n persamaan sebagai berikut :

A C 1
N = I1 X - x - x-
B D E
Kete rangan :
=
N jumlah total plankton
n = jumlah rataan to ta l individu per lapangan pandang
A = luas gelas pen utup (mm 2 )
8 = luas lapa ngan pandang (mm 2)
C = Vol. air terkonsentras i (ml)
D = Vol. air sa tu tetes (ml) dibawah gelas pen utup
E = Vol. ai r yan g disarin g (I)

Kebiasaan makan. Perhitungan kebiasaan makan untuk mas ing-masing jen is ikan
men ggunakan Indeks Preponderance , dengan bentuk rumu s sebagai berikut
V xO
I, = "L.,. ('V;x O' ) x l 00

ketera ngan :
Vi = presentase volum e satu macam ma kanan
OJ = presen tase frekuensi kejadian satu macam makanan
2:(Vi x 0 ;) = jumlah VixO; dari semua macam makanan

Estimasi Tingkat Trofik. Est imasi tingkat trofik jenis ikan dihitung de ngan
menggunakan ca ra yang dikemukakan oleh Mearns et al. (Caddy and Sharp , 1986),
denga n rumus sebagai berikut:

1' =I+ L
T xJ
I]' p
1
I
{ 100 J

Keterangan
Tr = tingkat trofik
T,p = tingkat trofik kelompok pakan ke-p
Ip = indeks preponderan kelompok pakan ke-p

.I
12

5. HASIL DAN PEMBAH AS AN

5.1 Bio-l imnologi Situ Cileunca

Suhu air Suhu air sangat mempengaruhi kehidupan organisma akuatik. Suhu air
di Situ Cileunea berkisar antara 20 ,1-24 ,4 c dengan rata -rata 22,5 c (Gambar 2).
Organ isme akuatik memiliki kisa ran suhu te rtentu (b atas atas dan ba tas bawah) untuk
pertumbuhan maksimal. Menurut Ray dan Rao da/am Pratiwi et a/" (2000) menyatakan
ba hwa fitop lan kton dapat berkem bang pada ki saran su hu 20-30 DC, arti nya suhu di Situ
Cileunca dapat untuk pertumbuhan plankton . Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu
pa da suatu pera iran an tara lain : keti nggia n, altitude , lamanya hari, sirkul as i ud ara ,
penutupan awan , aliran serta kedalaman badan air (Effendi , 2003). Hasil penelitian
te rsebut re!atif sama dengan hasil penelitian Sulastri et al. (2009), yaitu 23,31 DC, dan
Tjahjo dan Pu rnamaningtyas (2010) yaitu 20 ,1-23 ,8 DC, serta relat if berbeda dengan
hasil pen gamatan Hakim , (2007), yaitu berkisa r an tara 18,5 - 20 ,0 c

JUt on
24

cr
o 22

18
-ipan unj.Jng Cipanyisikan Teng Cl 1 am Pulo

Gambar 2. Rata-rata suh u air untuk masing-masing stasiun dan wa ktu pengamatan

Kecerahan di Situ Cileunca be rk isar antara 50 -80 em dengan rata- ra ta 62 em.


Rendahnya keeerahan di Situ Cileunea dapat disebabkan oleh kelimpahan fitoplankton ,
bahan orga nik dan partikel tanah yang masu k ke situ tersebut. Kece rahan ini juga
dipengaruhi oleh eahaya matahari yang masuk ke dalam perairan tersebut. Oleh karena
itu, warna air di Situ Cileunca dari Coklat sampai dengan hijau,
Derajat keasaman (pH) di Situ Cileunea berkisar antara 6,5-9 ,5 dengan rata-rata
7,9 pH te rendah terd apat di stasiun Tengah , dan te rtinggi terda pat di stasi un .
Berdasrkan pendapat (Boyd , 1982) pH yang berkisar antara 6-9 dapat untuk mendukung
ke giatan perikanan dan dapat menggambarkan kemampuan suatu badan air untuk
13

menetralkan ion hydrogen yang masuk ke badan air (Effendi , 2003). Hasil pengamatan
terse but relatif sama Situ Cileunca tahun 2009 berkisa r anta ra 6,5 - 9 (Tjahjo dan
Pu rn amani ngtyas, 2010) , dan sedikit berb eda hasi l pengamatan tahun 2007 yang
berkisar anta ra 5,5 - 8,0 (Hakim, 2007).
Oksigen merupakan param eter kualitas air yang penting untuk menentukan
kualitas air, karena oksigen merupa kan sa lah satu kompomen utama bagi metab olisme
ika n dan organisme perai ran lain nya. Kebutuhan organ isme terhadap oksigen sangat
bervariasi terga ntung da ri jen is , stadia dan aktivitas organ isme terse but. Konsentrasi
oksigen di Situ Cileunca berkisar an tara 0,4-5,6 mg/L dengan rata-rata 2 ,1 mg/L, dimana
kandungan oksigen te narut bulan Juli lebi h renda h dibandin gkan bu lan Oktober 2010
(Gambar 3). Men urut Swingle da/am Effendi (2003) kadar oksigen terlarut yang lebih
kecil dari 0,3 mg /L hanya sedikit jenis ikan yang da pa t bertahan hidup dan jika pada
kisaran 1-5 mg/L ikan masih dapat bertahan hidup namun pertumbuhannya terganggu.
Berdasarkan baku mutu air untuk kegiatan perikanan konsentrasi oks igen lebih besar 3
mg/ L (PP No. 82 Tahun 2001 ). Rendahnya konsentrasi oksigen terlarut tersebut
disebabkan pe nguraian bahan organ ik yang berasal dari limbah bahan organik yang
sa ngat tin ggi, dimana laj u produksi oks igen oleh fitoplankton lebih ren dah daripada laju
pemanfaatan oksigen oleh bakteri , zooplankton dan ikan . Kondisi ini jauh berbeda
de ngan hasil pen gamatan Situ Ci leunca pada tahun 2007 yang berkisar antara 3,3 - 7. 9
mg/L ( Hakim , 2007),

-JUl on
6

o
Cipa nunjang Ci panyisikan Tengah Darn Pulo

Ga mba r 3. Rata- rata oksige n terlarut menurut stasiun da n w aktu penga matan

Karbon dioksida berperan sebagai salah satu komponen sistem penyangga dan
bahan utama da lam proses fotosintesa , teta pi dalam jumlah besa r mampu mengham bat
absorps i oksigen oleh darah . Menurut Effendi (2003) bahwa perairan yang baik bagi
kepentingan perika na n sebaiknya me ngandung kadar karbon dioksida bebas lebih

,

14

rendah dari 10 mg/L mas ih dapat ditolerir oleh orgnisme akuatik . Sedangkan menurut
NTAC (1968) menyarankan agar kand unga n karbo n dioks ida bebas tidak melampa ui 2 5
mg/L dengan catatan oksigen te rlarut cukup tersed ia. Konsentrasi karb ondio ksida di Situ
Cileu nca be rkisa r antara 0-2,8 mg/L dengan rata-rata 1,1 mg/L. , hal tersebut berarti
kandun ga n karb on dioksida bebas mas ih dalam batas-batas yang mendukung
ke hidu pan ikan dan organisme maka nan nya.
Besarnya nilai alkalinitas suatu pera iran menunjukan kapasitas penyan gga
pe rairan te rsebut, dan dapat dig un akan sebaga i penduga kesuburan (Swingle, 1968).
Hal tersebut dise babka n ba nyaknya ka ndungan kalsiun dan mag nesiu m karbo nat
seca ra potensial diikuti oleh banya knya unsu r atau ion N da n P yang biasan ya
meru pakan indikator kes ubu ran suatu perairan (Wardoyo , 198 1) . Ki sa ran alkalinitas di
Situ Cileunca berkisar antara 14-37,6 mg/L CaC0 3 eq dengan rata-rata 23 ,3 CaC0 3 eq

(Gam bar 4) . Umumnya kon sentrasi alkalini tas ku rang dari 40 mg/L di sebut denga n
perairan lun ak (soft water). Tetapi unsur-unsur alkalinitas (karbonat dan bik.arbonat)
berperan seb aga i buffer (penyang ga pH) untuk me njaga kestab ilan p H di suatu pera iran.
Berdasarkan nilai baku mutu air untuk kegiatan perikanan menunjukan bahwa
kandungan alkalinitas perairan leb ih besar dari 20 ,0 mg/L CaCO o eq. Hal te rsebut
berarti perairan Situ Cileunca mempunyai pH yang cukup bervariasi , penyedia CO 2
bebas se dang dan produksi perairan sedan g) se rta masih layak untuk keg iatan
pe rika nan.

Ml OKT

-
36
::; 32
a.o 28
E 14
III
til 20
.t=
.!: 16
til 12
~ 8
4
0
ripanu njang ( ipanyisii<.) n Tengah Dalll Pulo

G am bar 4. Ra ta-rata a!kali nitas untuk masing-masing sta siun dan waktu pengamatan

Nitrogen m erupakan salah satu unsur yan g penting bag i pertumbuhan tam anan
air dan berpean dala m pembentu l\an dan pemelih araan protein. Sumb er serryawa
'litroge n di peraira n waduk atau danau terutama berasal dari limbah pertanian , limbah
rumah ta ngga dan industri (Goldman & Home, 1983) Da!a m keadaan aerob dengan
.
,

bantuan bakteri, bah an organik dlurai menjadi amoniun1, selanjutnya amonium diubah
menjadi nitri! dan nitrat. Nitrogen di perairan terdapat dalam berbagai bentuk seperti
gas i'J:, nitrit, nitrat. ammonia, ammonium, serta ni trogen yang betikatan dengan
senyawa organik kompleks
I<on sentrasi nltrit di Situ Cileunca berkisar antara 0,01'1-0 .1 13 mg/L den gan rata
rata 0,048 mg/L Baku mutu perairan untuk Nitrit kurang dari 1 mg/I (PP No. 82 Tahun
2001 ). Secara umum berdasarkan l~onsentrasi nitritnya, perairan SitLI Cileunca masih
layak untuk kehidupan dan perkembangan ikan dan organisme pakannya.
Kon sen trasi Nitrat di Situ Cileunca berk isa r antara 0, 033 - 1,320 mg/L dengan
rata-rata 0,903 rng/L Baku mutu untuk pe rairan berdasarkan PP No .82 Tahun 200 1
maksimal 10 mg/L. Konsentras i Nitra t di Situ Ci leunca re larif re ndah, sehingga nitrat di
pera iran ini berperan se bagai limiting faktor.
Unsur N dalam bentuk ammonia terionisas i (ammonium) dan nitrat sangat
dipe rlu kan oleh produks i pri mer untuk proses fotos intesa (J0rgensen, 1986), dip ih ak lain
ammonia terion isasi di pera ira n membe ntuk keseimba nga n dengan ammonia bebas da n
keseimbanga n terseb ut sangat dipenga ru hi oleh suhu dan pH (Boyd, 1990). Secara
umum . kadar amon ium eli Situ Ci leunca berkisar antara 0,205 - 1,206 mg/L dengan rala
rata 0,522 rng/L . Konsentrasi Amonium terendah berada di penl1ukaan stasiun
Cipanunjang pada bulan Juli. dan tertinggi berada di stasiun Cipanunjang pada
kedalaman dasar perairan dan stasiun Panyis ikan kedalaman 2 m .
. JUl _ -OKT
0, 1

0,08
:::r
......
E 0,06

0' 0,04

Z
Z 0,Q2

Cipanu njang Cipa nyisikan Tengah Darn Pulo

.\
.
,

16

HJl I OKT
1,2
1
:::J
....... 0,

IU)

E 0,6
(Yl

oz a,lf
Z
0,2
o
Cipaounjang Cipanyi~ikan Tengah Dam Pula
, JUl ' OKT
0,8

0,6

0,4
....
::I:
Z 0,2
I
Z

o
Cipanunjang Cipanyisikan Tengah DClm Pula

Garl1 bar 5. Rata-rata kandun gan Nitrit. Nitrat dan amrnoniuli; menu rut stasiun dan
waktu pengama an

Sulfat rneru pakan salah satl! anion dari be lerang dan terdapat dihampi r semua
perairan Oi peral ran anaerob sufat dired uksi menyadi senyawa sulfida dan bersifat
sanga t toksin bag! ikan dan organisme: makanannya Suatu perairan yang kekurangan
kand ungan sulfatnya akan menghambat perkembangan plankton . Konsentrasi sulfat di
Situ Cileunca berkisar anta ra 4, 07 - 16A6 mg/l dengan rata-rata 9,68 mg/L Baku mulu
untuk sulfa! sendiri berdasa rkan PP No. 82 Tahun 2009 seb esar 400 mg/L. Berdasarkan
kandu nga n sulfa! pada baku mutu air, maka pera iran Silu Cileu nca masih baik unluk
mendu kung pengemban gan keg iata n perikan an .
Ortofosfat merupakan salah satu be tuk persenyawaan fosfo r yang te rl arut dalam
ai r yang da pat diguna kan secara la ngsun g oieh tumbuhan air da n fitoplankton tanpa
pemeca han lebih lanjut. Kadar crtofosfat di Situ Cileunca berkisar antara 0,0 17-0,077
j
rng/L dengan rata-rata 0,041 mg/L . Baku m utu air untu k ortofosfat tidak lebih (Jari 0.1
mgil. Konsentras! ortofosfat teren da h berada di kedalaman 4 m dan tertinggi berada di
kedalaman 2 m. kedua sama-sarna di stasiun tengah pada bu lan Oi<tober 201 0.
..

17

0,05

0,04
:::::i
--
04
E
0,03

o 0,02
a
0.. 0, 1

o
Cipanunjang Cipa liyisikall Tengah Dam Pulo

Gambar 6 . Rata-rata kandungan ortofosfat menurut stasiun dan waktu pengamatan

Plankton. Komposisi dan ke limpahan plankto n pad a su atu merupakan su atu


indikasi dari penyebaran individu suatu spesies karena pengaruh faktor lingku ngan
(Mc. nau ghton and Wolf, 1990). Anal isis keli mpahan plankton pada su atu pera iran
berg una untuk mengetahui kebe radaa n organisme plankton pada pera iran terseb ut,
mengingat arti pen tin gnya keberadaan pl ankto n di dalam suatu perairan ya ng be rperan
sebaga i pakan alami bagi organisme pera iran lainnya
Hasil anal isis terh adap komposisi dan kelimpahan jenis pl ankton yang
didapatka n dari 4 stas iun pada 3 ked alaman pada mas in g-masing stasi un pengamatan
di Situ Celeunca berjumlah 21 genera plankton yang terdiri dari 10 kelas . Kel ompok
fitopl ankton ditemuka n 5 kelas ya itu ke las kelas C hlorophyceae 11 genera ,
Cyanophyceae 6 genera, Bacillariophyceae 3 genera, kelas Desmidiaceae 3 genera ,
kelas Di nophyceae 2 ge nera hal ini sesua i de ngan Samita (1982) bahwa fitoplankton
yang banyak ditemukan di perairan umum adalah Chlorophyceae , Cyanophyceae,
Baci llariophyceae, dan Desmidiaceae. Kelom pok zoopla nkton juga ditemukan sebanyak
5 kelas yaitu kelas Copepoda 1 genera , kelas cladocera 2 genera, kelas RotifNa 2
ge nera , ke las Protoz oa 2 ge nera dan kelas Bacteria sebanyak 1 genera .
Kelimpahan fitoplankton di Si tu Cileunce berkisa r antara 64049-1.138792 sel/L
dengan raia rata 576 993 seilL. Hasil pengamatan tersebut re!atif lebih rendah
dibandingkan pengamatan tahun 2009 yang berkisar 279.668-2 .1 69938 sel/L (Tjahjo
dan Pumamingtyas 20 10) . Komposisi kalas fitopla nkto n pada bula n Juli dido minas i
oleh kelas Oinophyceae , kecu ali di stas iun DAM Cileunca kelimpa han kalas
Cyanophyceae dan Desrnidiaceae (Gambar 7). .Adanya dornin asi kelas Oinophyceae
tersebut merupakan indikato r bahwa pada perairan te rsebut mempunya i konsentrasi
bahan organik yang tinggi Sedangkan pada bulan Oktober di stasl un Cipanunjang

18

sanga t didom inasi o!er: kelas Cyanophyceae, dan stasiun pengamtan lainnya didorninasi
Cyanophyceae dan Desmidiaceae . Kelas Cyanophyceae ini juga didominas i o leh jenis
Microcystis sp. (Gambar 8)
JULI 2010

100%
80"Al
III
III 60"10
0
Q.
40"10
~
~ 20%

0%
.2
::>
a...
E
C'I)
It:
a. o
u

Chloro. .Cyano. Bac il!' o Desmi. g O ne.


Copepoda OCladocera o Rot lfera o Protozoa
OKT08ER 2010

100%

0%
CI.I) c .c .2
c: ro
J:Z Q.(l :::J
'"
'2
:::J
:!ii>- c::
Q)
a..
E
c: C f- <t!
ro ro Cl
0. a.
;:; u
Chi aro. ( yano. .Sacll. O Desm; . . Dina .
Copepoda o C'adocera o Rot ifera OProtoloa

Gambar 7. Komp osisi kelimpah an fitoplank n menurut stasiun dan waktu


pen gamatan
19

Gambar 8. Jenis Microcystis sp yang memilki nilai kelimpahan te rtin gg i

Inde ks biologi yang dianalisis dalam pengarnatan ini meliputi indeks


keanekaragama n (H'), in deks keseraga man (E) dan indeks dominan si (C) jenis
plankton. Indeks keanekara ga man (H ') merupakan suatu indeks yang berguna sebagai
cerm inan kestabilan komunitas perai ran dan erat hubungannya dengan kestabila n
kondisi lingkungannya (Basmi, 1991), adapun nilai dari indeks keseragaman dapat
memberikan gambaran te ntang bahwa keseimbang an komu nitas (Odum, 1998).
Sedangakan nilai yang ditunjukkan oleh hasil an alisis dari indeks dominansi
memberikan gambaran apaka h suatu bada n air tersebut terdapat tekanan ekologis ata u
tidak Hasil analisis indeks keanekaragaman , keseragaman dan dom inansi selama
penelitian disajikan pada T abel 2.

Tabel 2. Nilai indeks keanekaragaman , keseragaman dan dornina nsi plankton selama
penelitian

Hasil Analisis Indeks


Kedalaman
No . Stasiun
(m)
Keanekaragaman Keseragaman Dominansi
I. Inlet 0 1,493 0,623 0,333
Cipanunjang 2 1,046 0 ,476 0 ,495
4 1,806 0,41 4 0 ,647
II . Cipanyisikan 0 1,999 0,706 0 ,179
2 1,626 0,61 6 0 ,303
4 1,788 0 ,678 0 ,236
III. Tengah 0 1,768 0,653 0 ,217
2 1 ,645 0 ,623 0,261
j
4 1,709 0,631 0 ,255
IV. DAM 0 1,696 0,612 0,240
2 1,742 0 ,603 0 ,239
4 1,792 0 ,589 0 ,256
20

Hasil ana/isis yang ditunjukkan pada Tabe/ 2 merupakan indeks- indeks biologi
plankton pada 4 stasiu n dan 3 keda laman pada masing-masing pengamatan.
Keanekarag aman tertinggi terjadi di stasiun II (daerah Cipan yisikan) di perm ukaan
dengan ni/ai 1,999 , sedangkan terendah terjadi pada stasiun I (daerah inlet) di ke dalama
2 meter de ngan nilai 1,046 (Tabel 2). Kisaran ni lai dari indeks kean ekaragam an yang
ditunjukkan dari hasil ana lisis terse but , berarti bahwa kondisi lingkungan perairan Situ
Ci /eunca pada kriteria sedan g, dengan kandu ngan bahan organ ik cukup je las , adapun
kandungan bahan organik ya ng terdapat diperairan diduga berasa l dari pencemaran
atau sebab alam iah (Kre b, 1985).
Inde ks keseragaman populas i adalah ukuran kesamaan jumlah ind ividu antar
spes ies dalam suatu komuni tas , yang merupakan perbandingan an tara keseragaman
dengan keseragaman maksimum , tersaji jelas pada Tabe/ 2. Nilai Keseragaman
tertinggi ada pada stasiun II (daerah Cipanyisika n) di perm ukaan , dengan nilai 0,706
sedangkan yang terendah terdapat pada stas iun I (inlet) di kedalaman 4 meter dengan
ni lai 0 ,4 14. Merujuk kriteria dari Kreb (1985) nilai in deks kese ragama n yang dihasilka n
se/ama penel itian menunjukkan bahwa jumlah individu atau sel yang dimilik i antar
genera plankton tidak jauh berbeda. Ini menu nj ukkan bahwa kon disi ekos istem serasi
untuk semua genera, serta hal ini berarti bahwa berati tidak terjadi tek anan ek%gis
pa da ekosistem yan g bersangkutan . Odum (1 998) menjelaskan bahwa nilai in de ks
keseragama n digunakan untuk menunjukkan pol a sebara n biota merata ata u tida k. Jika
nilai indeks kemerataan relatif rendah artinya keberadaan setiap jenis biota dalam
perairan dalam kond isi ti dak me rata.
Indeks dominansi yang tertinggi terdapat di staiun I (inlet) pad a kedalaman 4
meter den gan ni la i 0,647 dan teren dah pad a stasiun II (Cipanyisikan) di permukaan
dengan nilai 0,179 (Tabel 2). Kisaran nilai indeks dominansi 0,647 jika dibulatkan
menjadi 1, Men urut Od um (1998), jika nilai indeks dom inansi sa ma dengan 1 (satu),
berarti terdapat species yang mendominans i spesies lainnya seh ingga komun itas dalam
ke adaan yang tidak stab il da n terj ad i tekanan ekologis karena hal terse but. Hal ini sarna
dengan kriteria oleh Kreb (1985) yaitu bila nilai indeks dominansi mendekati satu , hal ini
menunjukan adanya domin ansi da n spesie s tertentu dan ko munitas dalam keadaan
tidak stabil dan terjadi stress
Dominasi genera yan g terdapat di perairan Situ Cileunca yaitu dari genera
microcystis sp. Davis dalam Arinardi et a/. ,(1997) menyatakan bahwa disetiap perairan
terdap at perkemban ga n fitop lankton ya ng dinamis , sehingga suatu spesies dapat
21

dominan dari yang lainnya pada interval yang lebih pendek. Spesies yang dominan pada
su atu periode menjadi spes ies !ainnya yang lebih dominan. A danya dominansi plankto n
menurut 8 as mi (1991), adalah akibat tekanan ekologis dari adanya perubahan
pa rameter fisika dan kimia air yang ekstrim, dimana perubahan yang terjadi hanya
men dukung perkembangan salah satu spesies saja , sedangkan untuk spesies yang lain
dapat mengakibatkan kondisi fatal.

Tumbuhan air. Tumbuhan air di Situ Cileunea, baik seeara kuallitas maupun
kua ntitas masih sangat rendah . T umbuhan air tersebut banyak ditemu in di daerah litoral
Cipanunjang dan Cipanyisikan pada ki sara n kedalam antara 10 - 30 em. Keberadaan
tumbu han air pada untuk jenis terte ntu dan kepadatan te rtentu sangat meng untun gkan
bagi sumber daya ikan , Seperti yang dikemukakan Samita ( 1981) bahwa bagi
kepe ntingan peri ka nan sedikit tumbuhan air, dl perlukan untuk perlindungan ikan-ikan
ke ei! dan tempat pemijahan ikan-ikan tertentu. Disamping itu tumbuhan air dapat
bermanfaat sebagai makanan ika n ataupun se bagai tempat menempel individu
periphyton. Jenis -jenis tumbuhan yan g ditemukan an tara lain eeen g gondok
(Eichhornia crassipes) , Kyambang (Salvin ea mo/esta), kayu apu (Pistia stratiotes) da n
(umput cem ara (Hydnlla) (Gambar 9)
Tumbuhan eeeng gondok berbentuk kerdil dan tidak dijumpai tumbuhan eeeng
gondo k yang besar seperti yang terdapat di rawa pening. Tidak berkemban gnya
tumbuhan eeeng gondok ini , di duga karena rendahnya temperatur di perairan Situ
Ci leunca yang di ngin anatara 18 - 20 C pada pagi hari dan berkisar antara 21 - 2 1,5
;C pada siang hari bulan (Oktober) , pada keinggian 1550 m dpl . Namum demikian
keberadaan tumbuhan eeeng gondok ini perlu dipantau agar tidak be rke mbang pe sat
yang dapat menimbulkan masalah. Suryani (1981) melaporkan bahwa kerugian yang
di timbulka n oleh tumbuh an air yang termasuk kel ompok gu lma , bi asanya leb ih besar
dibandingkan dengan peranan atau manfaatnya bagi manusia.
Benthos. Benthos mem punyai sebaran yang terbatas di perairan Situ Cile unca,
yaitu di daerah litoral yang banyak ditumbuhi tanaman air. Quigley and Ardnold (1997)
melaporkan bahwa pada umum nya orga nisme benthos di perairan taw ar seperti di situ,
da nau , sungai-sungai denga i arus yang tidak keras dan pada perairan gena ngan air
lainnya , lebih menyukai dasar yang berlumpur dan te rdapat vegetasi Hasil pen gamatan
menunjukkan bahwa keli mpaha n benthos terbes ar pada stasiun 1 (Cipanunjang)
se besar 15 individu m 2 (Tabel 3) Hasil pen gam atan di dasar perairan yang pada

22

stasiun 3 (Cangkringan) tidak di dijumpai adanya benthos , demikian pula halnya


pada stas iun 4 Palayangan , (di daerah pengeluaran air/outlet) , karena memliki pantai
yang terjal, ku rang disenangi organ isme benthos

Kayu apu (Pistia stratiotes) Rump ut ce mara (

Eceng gondok (Eichhornia crassipes ) Kyambang (Sa/vinea mo/esta )


Gambar 9. Jenis-jenis tumbuhan air di perairan Situ Cileunca

Jeni s-jenis benth os yang banyak dl jumpai teruma dari jenis molusca antara
Bithynia , Campelona, Tarebia dan Pleurocera . ( Gambar 10 ). Kelimpahan udang batu
(Caridina sp ) (Gambar 11 ), banya k di ju mpa i di wil ayah sebelah barat dari daerah
Cipanunjang , di mana Kondisi dasar perairan landai dan terdapat rerumputan
(G raminea sp)
~ Keli mpahan udang batu di perairan Situ Cileunca cukup melimpah berkisar
antara 420 - 800 individu per m 2 , sehi ngga dapat meru pakan nilai tambah bagi pa ra
ne\ayan untuk di jual dan untuk kebutuhan sehari-hari. Udang ba tu ini di tangkap oleh
para nelaya n pada pag i hari menangkap dengan alat tangkap Sair.
. .

23

Tabel 3 . Kelim pahan rata-rata benth os di pera iran Situ Cileunca , Kecam atan
Pan gal engan Kabupaten Bandung Pada Bulan Oktober 2010

Sa tu an: _Und./m 2' )


Jenis CipanunJang Cipanyisikan T engah DAM Keterangan
Cybister 2 1 0 0 Larva insect
Bithynia tentaculata 3 2 0 0 M ollusca
I
ICampeloma 3 2 0 0 [Mollusca
'Tarebia 2 1 0 0 Mollusca
P leurocera 2 1 0 0 Mollusca
Hagenius 2 1 0 0 ILarva serangga
Caridina 1 2 0 0 Udang batu *)
Total 16 10 0 0

Bithynia tentacufata CampeJona

Ta rebia PJurocera
Gambar 10 Jenis-jenis siput yang terdapat di perairan Situ Cileunca

.
j

24

Gambar 11. Udang batu (Caridina sp )

5.1 Komunitas Ikan dan Penebaran Ikan

Jen is ikan yang tertangkap sela ma pengamatan adalah bacenangparis


(Xiphophorus hal/en) , seribu (Poecil/a sp ), tawes (Puntius gonionotus) , golsom
(Aequidens go/som) , Ie Ie (C/arias batrachus) , boboso (G/ossogobius sp) , beun ter
(Puntius binotatus) , tempele (Be tta coccina) , be tutu (Oxyeleotris marmorata), mas
(Cyprinus carpio) dan udang lokal (Macrobrachium sp) (Gambar 12)
Ikan benteur mempunyai makanan utama fitoplankton dan detritus den ga n
makanan pelengka pnya zooplankton dan tumbuhan (Gambar 13) . Ikan ini mempunya i
tin gkat trofik se besar 2,26 (Gambar 14), berarti ikan benteur di Situ Cileunca term asuk
ikan herbivora cen derung bersifat omnivore. Hasil ke biasa an makanan ikan benteur
tersebut relative sama dengan ikan benteur di Waduk Bening, Madiun (Tjahjo, 1987).
Menurut A.nonim (2007) menyatakan bahwa ikan ini merupaka ikan air tawar ya ng
be rs ifat benthopelajis , tidak bermigrasi dan litororal dengan makanannya berupa
zooplan kton, larv a serangga dan poton gan tu mbuhan .
Ikan mas yang hidup di Situ Cileunca ini mempunyai makanan utama fitoplankton
dan detritus de ngan makanan pe lengka pnya tumbuhan dan zooplankton. Dengan
demikian ikan ini mempunyai tingkat trofik sebesar 2,08, berarti ikan ini termasuk ikan
he rbivo re pemakan plankton dan detritus. Men uru t An onim (20 07) menyatakan ba hwa

25

Bacenangparis (Xiphophorus hal/en) Bacenangpa ris (Xiphophorus hal/en)


jantan betina

Seribu (Poecilla sp) Udangloka l (Macrobrachium sp)

Tawes (Puntius ganion ofus) Goisom (Aequidens go/sa m)

Lele (C/arias batrachus) boboso (G/ossogobius sp)

Beunter (Puntius binotatus) Te mpele (Betta coccina)


26

Betutu (Oxye leotris marmorata) Mas (Cyprinus carpio)


Gambar 12 . Beberapa jenis ikan yang ada di Situ Cileu nca

ika n ini hidup di air tawar dan air payau yang bersifat benthopelajis , tidak bermi grasi dan
bersifat litorora i. Ikan mas term asuk kelompok ikan omnivore de ngan makanan
utama nya serangga air, udang, cacing , siput, biji-bijian , rumput-rumputan dan algae
(Anonim, 2007 ; Tj ahjo, 1988) . Perbedaan makanan tersebu t kemungki nan disebabkan
oleh perbedaan keli mpahan makanan yan g tersedia , sehingga ikan mas yang ada
men ggeser peran nya dan omnivora ke herb ivora .

100%

80'}<;'

c: 60"10
C'tI
~
C'tI
Cl. 40%
'
.~
III 20%
0
~
E 0%
0 '-
::J
(I)
E ....::J::J Of>
rQ
::t:: ai a
...., ~
(I)

....I ~ .....
QJ
::J
0 co
QJ
\9
co
Fito p!. Zoop!. . Tumb . lar. Insec . Insecta

Mol usea (aci ng Ikan Udang Det rit us

Gambar 13 Kebiasaan makanan jenis ikan dominan di Situ Cileunca

Ikan lele dan golsom termasuk ikan karnivo ra, dimana ikan lele mempunyai
makanan utama seranggga dan larva serangga, dan ikan golsom mempunyai makanan
utama serangga Kebia saam makanan ikan golsom terse but relative sama dengan
kebiasaa n makanan ika n yang sama di Waduk Darma (Tjahjo & Pumamaningtyas ,
2004) . Ikan lele terse but termasu k ikan air tawar yang bersifat benthik dan
potamodromous , se rta ikan golsom ju ga merupa kan ikan air tawar dan bersifat

27

ben thopelajis (Anon im, 2007). Sedangkan ikan betutu termasuk ben thik den gan
makanan utamanya ikan dan ud ang ,

4,00

3,50
.::.::
; 3,00
0
~

...
~

tV
2, 50

2,00
.x
tl.O
c 1,50
i=
1,00

0 ,50

0 ,00
B unteur Leie Goisom Bet utu Mas
Gambar 14. Tingkat trofi k jenis ikan dominan di Situ Cileu nca

Ke ragaman jenis ikan di Situ Ci leunca sang at re ndah hanya sekitar 11 jenis ikan
dengan jumlah nelayan yang relatif sedikit dan has il tangkapan nelayan yang san gat
rendah (rata-rata kuran g da ri 2 kg/hari), Dipihak la in, berdasa rkan kua litas aim ya ,
perairan situ tersebut telah mencapai tingkat kesuburan eutrofik-hipertrofik , kelim pahan
pakan yang tersedia sangat tin ggi tetapi jumlah ikan yan g memanfaatkan masih rendah
sehingga sumberdaya pakan yang tersed ia belum dimanfaatkan secara optimal,
Dalam upaya mengatasi permasa lahan yang sangat kompleks tersebul perlu
langkah-Iangkah pengendaliannya , Sal ah satunya melalui pemacuan sumberdaya ikan
denga n menebar jenis ikan yang sesuai, Oleh karena itu, Cileunca perlu penelitian
lanjutan untuk menentukan strategi pe macuan atau pemulihan sumber daya ikan,
Diharapkan jenis ikan tersebut mampu memanfaatkan dan mengendalikan
perkemban gan plankton yang ada. Dengan demik ian dalam siklus proses terse but akan
mampu meningkatkan kualitas air, se hing ga pendapatan nelayan dan kelestarian
sum berdaya perairan dapat terj aga . Sepe rti di Waduk Ir H, Djuanda, upaya
pengendalian blooning algae telah dilakukan penebaran ikan bandeng dan berhasil
(Kartamihardja, 2007 ; Tj ahjo et a/., 20 09; Tjahjo & Purna maningtyas , 2009), hal yang
sama di Waduk Gajah Mungkur melalui penebara n ikan patin dan berhasil
(Kartam ihardja et a/. , 20 04),

28

Seju mlah spesies yan g hidup be rsam a dalam suatu kom un itas yang se im bang
tergantun g pad a beberapa faktor, anta ra lain: Jumlah total macam-macam resource yang
dimanfaatkan ol eh sekelom po k orga nisme (luas relung) , tole ransi kesa maan antar
kelompok organisme dalam memanfaatkan resource yang tersedia , dan jumlah total
resource yang dimanfaatkan oleh komuni tas orga nisme terseb ut (MacArthur dalam
Hespenheide, 1975).
Luas relung pakan kom unitas ikan yang ada di Situ Cileunca berkisar antara 1,00
3,87 (Gambar 15). Ikan golsom mempunyai lu as relung yang paling tersempit (1,00),
karena ikan hanya mengko nsumsi serangga sebaga i maka nannya. Sedangkan ikan
beunter mempunyai luas relung yang paling luas (3 ,87) , kemudian disusul ikan mas
dengan lu as relungnya 3,19. Ked ua jen is ikan ini mempunya i luas re lung yang luas
karena kedua jenis ikan ini memanfaatka n jumlah kelompok makanan dalam jumlah
yang banyak

4,00

3 ,50
c: 3,00
-'Nllit - - ----
('0
..:zt.

~ 2,50

b.O
C 2,00
:::l
Q.I 1,50
c=:
VI 1,00
I'll'
:::l
...J 0, 50

0,00
Beuflteur Lele Go isom Bel lu

Gambar 15. Luas relung pakan dari jenis ikan dominan di Situ Cileunca

Berdasarkan kesamaan dalam memanfaatkan makanan, komunitas ikan di Situ


ciieunca dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok . Kelompok-1 terdiri dari ikan beunter
dan mas, dimana kedua jenis ikan ini termasuk ikan herbivora . Kelompok-2 han ya
j terdiri dari ikan lele yang be rsifat demersal. Kelompok-3 juga hanya terdiri ikan go lsom
yang bersifat karnivora , dan kelompok-3 hanya terdiri ikan betutu yan g bersifat pre dator.
29

Be um er I r----- - - :
Mas ~
Le le - - - - - - - - - -- - ----l

Gol 3J flI _ _ __ _ __ _ _ __ _ _--'

Be tu -----------------~

10 ~O 30 40 00 SO 70 80 90 la o 110
(OlinWDmc x )' 100

Gam bar 16. Interaksi antar jenis ikan yang dom inan di Situ Cileunca

Secara umum interaksi an tar jen is ikan dalam mema nfaatkan pakan di Situ
Clleunca sang at rendah . Hal tersebut diseb abkan kelimpahan pakan yang tersedia
sangat tinggi tetapi jumlah ikan yang meman faatkan masih rendah, sehingga
sumberdaya pakan yang tersedia belum di manfaatkan secara optima/.
Berdasa rkan hasil pengamatan ma kanan ikan dapat diketah ui bahwa peran jenis
ikan dalam komunitas ikan di Situ Cileu nca su dah cukup lengkap , wal au pun tidak ada
jenis ikan yang memanfaatkan plankton secara intensif dan bersifat pelaji s. Seh ingga
dalam rang ka mengoptimalkan pemanfaata n su mberd aya pakan yan g ada dan
meningkatkan hasil tangkapan nelayan, maka perl u diu payakan pemac unan stok ikan
Pemacuan stok ikan terse but dapat dil akukan melaui in troduksi jen is ikan yang mam pu
meman faatka n keli mpahan plankton dan bersifat pelajis , sehingga peluang terjadinya
kompetisi pa kan dengan jenis ikan yang ada sangat minim . Jenis ikan ya ng ditebar
harus memenuhi enam syarat agar berdampak posistif baik kelestarian su mberdaya
ikan , ke lesta rian usaha perika nan dan pen ingkata n pendapatan nelayan Syara t-syarat
tersebut antara lain
1. Jenis ikan yang ditebar mampu memanfaatkan daerah pelajis,
2. Jenis ikan yang ditebar mampu mamanfaatkan kelimpahan plankton dengan
ba ik,
3. Jenis ikan tersebut mampu tumbuh cepat dan mampu hidup pada kondisi
perairan dengan oks igen relatif rendah ,
4. Be nih jenis ikan tersebut mampu di produksi balai benih terdekat dengan
pe ra iran Situ Cileunca,
5. Jenis ikan tersebut da pat rel atif mudah tertangkap kembali,

30

6. Jenis ikan terse but disenangi oleh masyarakat setempat dan mmpunyai nilai
ekonomis
Ada bebe rap a jen is ikan yang memenuhi syarat ters ebut relatif banyak, sebagai
contoh: ikan patin (Pangasionodon hypopthalmus) , mola (Amblypharyngodon
microlepis) , bilih (Mystacoleucus padangesis), dan kepras (Thynnichthys thynnoides).
Upaya untuk menentukan jenis ikan yang paling menguntungkan bagi nelayan terse but
dian tara alternatif jen is ikan di atas, maka pe rlu adanya komunikasi dan kata sepakat
dengan masyarakat nelayan setempat . Peran serta masyarakat pemanfaa t sum berdaya
ika n perlu diikut s ertakan dalam pen ge lolaan sumberdaya ikan (term asukdala m
perencanaan , pelaksanaan dan monitoring-evalu asi penebaran ikan) Maka akan
men unbuhkan kewajiban masyarakat tersebut secara aktif menj aga kelestaria n
sumberdaya ikan ma upun kelestarian usaha perikanan . Oleh karena itu, sebelum
dilaksanakan penebaran ikan , di Situ Cileuncak harus dibentuk kelembagaan nelayan
atau peman faat sumber daya ikannya .

.1
31

7. KESIMPU LAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Situ Cileunca mempunyai suhu air 20,1 - 24,4 aC, kecerahan 0,5 - 0,8 m, oksgen
te rlarut 0,4 - 5,6 mg/L, ortofosfat 0,017-0,077 mg/L dan kelimpahan fitoplanktonnya
sebesar 64.049 - 1.138.792 sel/I, sehingga perairan ini termasuk perairan dengan
tingkat kesuburan eu trofik. Jumtah jenis ikan yang di temukan selama penelitian
sebanyak 11 jenis, yaitu : bacenangparis (Xiphophorus hal/en) , seribu (Poecilla sp) ,
tawes (Puntius gonionotus) , gols om (Aequidens go/som), lele (C/arias batrachus) ,
boboso (Glossogobius sp) , beunter (Puntius binotatus) , tempele (Betta coccina) , betutu
(Oxyeleotris marmo rata) , mas (Cyp rinus carpio ) dan udang lokal (Macrobrachium sp).
Berdasarkan kebiasaan makannya ikan betutu temasuk golongan ikan predator, golsom
dan lele te rmasuk go longa n ikan ka rn ivora, mas dan beunteur termasuk ikan herbivora .
Oi Situ Cileunca , kelimpahan pakan yang tersedia sangat tinggi tetapi jumlah ikan yang
memanfa atka n masih rendah, sehin gg a sumberdaya pa kan yang tersedia belu m
dimanfaatkan secara optimal Oalam rangka mengoptimalkan tersebut da n untuk
mengendalikan deg radas i lingkungan pe rairan perlu dilakukan pen ebaran ikan
herbivora , seperti adalah ikan patin (Pangasionodon hypopthalmus) , mola
(Amblypharyngodon microlepis) , bilih (Mystacoleucus padangesis), dan kep ra s
(Thynnichthys thynnoides).

6 .2 Saran

Perlunya suatu kaj ian lanjutan tentang eva luasi jenis dn jumlah ikan yang ditebar
di perairan Situ Cileunca, sehingga dari hasil penelitian tersebut dapat ditentukan jenis
dan jumlah ikan, serta wa ktu penebaran ikan yang tepat di perairan tersebut. Oengan
demikian , dampak penebara n ikan tersebut secara nyata dapat memperbaiki kualitas
~ dan kuantitas produksi ikann ya , serta secara tidak langsung penebaran tersebut mampu

memperbaiki kualitas perairan. Diharapkan dam pak dari kesuksesan program


pemacuan stok ikan tersebut adalah terjaminnya kel esta rian usaha perikanan ,
peningkata n pendapatan masyara kat, ke lestari an usa ha petern akan sapi pe rah dan
sumberda ya perairan Situ Cileunca.
32

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2007. Fish Bas e.


VY"''!,!! tjshbase org];s_chmeyerIEschPlscesSurTi iTiary cfm?ID=:.2 Diakses tanggal
29 September 2007
APHA, 1989. Standard method the examination of water and wastewater. 15 th edition.
Washington, DC., Am. Public Health Ass., Am. Water Works Ass ., 1134 p.
Arinardi, O. H., A.B. Sutomo, S.A Yusuf., Trima ningsih., Anaryati dan S.H. Riyono. 1997.
Kisaran Kelimpahan dan Komposisi Plankton Predominan di Kawasan Timur
Indonesia. P30 LlPI. Jakarta .
Basmi , J , 1991. Fitoplankton Sebagai Indikator Bio/ogis Lingkungan Perairan. Fakultas
Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Boyd , C.E , 1982 . Water quality management for pond fish culture . Elsevier Science
Publishers Company, New York . 318 p.
Boyd , E.G. 1990. Water Quality in Ponds for Aquaculture. Birmingham Publishing Co .
Birmingham. 442 p.
Caddy, J.F. and GD . Sharp , 1986. An ecological framework for marine fishery
investigations . FAO Fish . Tech . Pap (283) 152 P
Candana, I., 2009. Pete rnak Sapi Ke sul itan Menjual Pupuk Kandang
httpl/newspaper pi iran-rakyat cor" P:C ;~t.pllp?"'lb=bentadetclll&ld=8 F20 28
Okto ber 2009
Danuwijaya, M.T., 2009. Pengolah Limbah Sapi Pangalengan Minim Sumber Bahan
Baku Pupuk Orga nik.
htto:lfcetak kompas com/read'xnI2009"06, 19/12581225 p.:::ngolah IImbar. sapi .p
angalenganmlnirn . 28 Oktober 2009
Davis, C. 1955. The Marine and Fresh Water Plankton . Michigan State Univ . Press.
Chicago. USA.
Effendi,H. 2003 . Tel aah Kualitas air bag i Penge lolaan Sumberdaya dan Lingkungan
Perairan . Kanisius, Yogyakarta
Effendie , M.I, 1979. Metoda biologi perikanan . Yayasan Dewi Sri , Bogor, 112 hal.
Giler,P.S . 1984. community structure and the niche. Chapman and Hall , New York .
Goldman , C.R and A.J, Horne , 1983. Limnology . McGraw Hillint. Book Comp ., London
464 p.
Hakim , 2007. Studi penataan perairan umum Situ Patenggang dan Situ Cileunca (untuk
Pengemban ga n Perikanan) CV ECOTE RRA MULTIP LAN- Dinas Petemakan
dan Perikanan Kabupaten Bandung .
Hyatt,K.D. 1979. Feeding stra tegy , p.71-119. In Hoar, WS , DJ . Randall and J.R (eds.)
Fish physiology : Bioenergitic and growth. Academ ic Press , London
33

Hyatt,K.D . 1979. Feeding strategy , p.71-119 . In Hoar, W.S ., D.J. Randall and J.R (eds .)
Fish physiology: Bioenergitic and growth . Academic Press , London
J0rgensen, S.E. , 1986. Fundamental of ecological modelling. Elsevier Science
Publishers B.V., Amsterdam .
Kartamihardja , E.S ., 2007. Spektra ukuran biomassa plankton dan potensi
pemanfaatannya bagi komunitas ikan di zona limnetik Waduk Ir H Djuanda , Jawa
Barat. Disertasi. Sekolah Pascasarjana , IPB , Bogor. 137 p.
KartamihardJa, E.S. , K. Purnomo , H. Satria, D.W. H. Tjahjo dan S.E. Purn amaningtyas
2004. Peningkatan stok ikan patin (Pangasius hypopthalmus) di Waduk
Wonogiri, ikan baung (Mystus nemurus) di Wad uk Wadaslintang dan udang
gal ah (Macrobrachium rosembergil) di Waduk Darma. Pros iding Has il- Has il
Risef979-97194-3-7 p. 159-171
Kottelat, M., AJ. Whitten, SN. Kartikasari and S Wi~oatmodjo. 1993.FreshwaterFishes
of Western Indonesia and Sulawesi (lkan Air Tawar Indonesia Bagian Barat dan
SulawesI). Periplus Editins Ltd. 293 pp.
Krebs , C.J . 1985. Eco logy. The Experimental Analysis of Distribution and Abundance
Third Edition. Harper and Row Publisher. New York. 800 him
Ludwig, J .A. dan J .F. Reynol ds , 198 8. Statistical eco logy : a primer on methods and
computing John Wiley & Sons , New York . 335 p
Mc.Naughton ,SoJ dan L. L. Wolf 1990. Ekologi Umum. Diterjemahkan kedalam bahasa
Indones ia oleh S P. Saputro, Srigondo , B dan Sudarsono. Gajah Mada
University Press. Yogyakarta . 110 hal.
Miller, J.M.and M.C. Dunn. 1980. Feeding strategis and pattem of movement in juveni le
es tuarine fishes, p. 437-448. In Kennedy.V.S. (eds.)Estuarine persp ective.
Academic Press, New York.
Needh am, J.G and P,R, Needham (1963). A Guide to the Study of Fres hwater Biology.
Fifth Edition. Revised and Enlarged, Holden Day , Inc, San Fransisco. 180 p.

I\-HAC. 1968. Wate r Quality Criteria. FWPCA, Washingto DC. 234 p.


Odum , E.P. 1998. Dasar-Da sar Ekologi Edisi Ketiga Yogyakarta Gajah Mada University
Press. 432 hlm(diterjemahkan oleh Tjahono Samingan)
Pratiwi , N.T.M., K. Praptokardiyo dan N. Indriyani. 2000 . Tingkat kesuburan perairan
Situ Ciguded , Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Prosiding Semi Loka Nasional
Pengeloaan dan Pemanfaatan Da nau dan waduk . Jurusan Perikanan . Fakultas
Pertanian . Universitas Padjajaran. Bandung . 199-210 pp .
Quigley , M and A Amold. 1997. Invertebrate of stream and rivers . Key to idebtificatiob.
Printed in Great Britain by Willian Clower & Sons, Limited . London, Beccles and
Colchester. 84 p.
Ryding , S.O. and W Rast (eds.) , 1989. The contro l of eutrophication of lake and
reservoirs . Man and th e Biosphere Seri es . 31 4 p.
Satrnita , AS . 1981. Pen gelolaan perikanan waduk Jatiluhur. Prosiding Perikanan
Perairan Umum . Buku II. Pulitban gkan Jakarta. pp .211 - 215
34

Soeryalll, M. 1981. Masalah gulma di Indonesia. Prosiding Perikanan Perairan


Umum. Buku II. Pulitbangkan. pp: 33-41
Sokal, R.R. and F.J. Rohlf, 1995. Biometry: the principles practice of statistics in
biological research. W.H. Freeman and Company. 877 p.
Su!astri, T. Suryono dan Sudarsono, 2009. Pengambangan kriteria starus ekoiogis
danau-danau kecil di Pulau Jawa. Proseding Forum Perairan Umum,
Palembang (dalam proses Publikasi)
Swingle, H.S., 1968. Standardization of Chemical Analysis for Water Pond Muds. FAO
Fish. Rep. 44(4):397-406.
Tjahjo, D.W.H. dan S.E. Purnamaningtyas, 2004. Eva!uasi penebaran udang galah
di waduk darma: pemanfaatan makanan dan interaksi antar jenis ikan. JPPI
Edisi Sumber Daya dan Penangkapan Vol. 10 (6): th 2004: p. 31-39
Tjahjo, D.W.H. dan S.E. Purnamaningtyas, 2009. Evaluasi kemampuan ikan bandeng
dan nila tebaran dalam memanfaatkan kelimpahan fitoplankton di Waduk Ir H
Djuanda. Forum Nasional Pemacuan Stok Ikan. 11 p

Tjahjo, D.W . H. dan SE Purnamaningtyas, 2010. Produktivitas perairan di Situ


Cileunca, Bandung untuk pengembangan culture based fisheries Bawal (dalam
Proses Publikasi)
Tjahjo, D.WH, 1987. kebiasaan pakan komunitas ikan di waduk bening, jawa timur.
Bull. Penel. Perik. Darat Vol. 6 (1):p. 59-6
Tjahjo, D.W.H, 1988. Kebiasaan pakan komunitas ikan di waduk saguling, Jawa barat.
Bull.Penel. Perik.Darat Vol. 7 (1): p. 86 -91)
Tjahjo, DW.H, S.E. Pumamaningtyas, dan E.S. Kartamihardja, 2009. Evaluasi
keberhasilan penebaran ikan bandeng (Chanos chan as) di Waduk Ir. H.
Djuanda. Pusat Riset Perikanan Tangkap.12 p.
Townsend, C.R and T.J Wimfild, 1985. the application of optimal foraging theory feeding
behavior in fish, p. 67-98. In Tytler, P. and P. Calow (eds.) Theory energitics new
perspective. Croom Heelm, London
Wardoyo, S.T.H., 1981. Kriteria Kualitas Air untuk Keperluan Pertanian dan Perikanan.
Training Analisa Dampak Lingkungan, PPLH-UNDP-PUSDI-PSL, IPB.hal. 15-40.
Weatherley, A.H. 1972. Growth and ecology offish population. Academic press. 292 p.
Wemer, E. E. 1986. Species interactions in freshwater fish communities. P. 344-358 in
Diamomd, J. and T.J. Case (eds.) Community ecology Harper & Row,
Publishers, New York
Yanes-Arancibia, A., FA Linares and J.W. Day. 1980. fish community structure and
function in terminus lagoon, a tropical estuary in the Southern Gulf Mexico.
P.465-482. in Kennedy, V.S (eds.) Estuarine perspective. Academic, Press, l\Jew
York

Das könnte Ihnen auch gefallen