Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Perangkat inilah yang mengintegrasikan kerja antara masukan dan keluaran dalam
suatu alur proses tertentu. Dengan adanya perangkat pengendali otomat ini, maka
peran manusia bisa dikurangi. Hingga pada beberapa proses kehadiran manusia
sebagai operator bisa mencapai titik 0.
PLC
DCS Controller
Dan lain lain
2.1 Overview
Saat data dari perangkat hendak ditampilkan pada monitor komputer, maka pasti
terjadi pertukaran data. Data dari perangkat dikirimkan ke komputer, komputer
mengenali data tersebut kemudian menampilkannya ke monitor.
Bab ini akan membahas mengenai teori dasar komunikasi antara komputer dengan
peripheral control seperti diilustrasikan pada gambar 2.1.
T 8 0 C
101 0100 011 1000 011 0000 100 0011
Masing masing huruf diubah menjadi 7 bit, tetapi bisa dijadikan 8 bit dengan
menambah 0 didepan karena tidak mengubah nilainya:
T 8 0 C
0101 0100 0011 1000 0011 0000 0100 0011
Jadi tabel ASCII berfungsi mengubah huruf /karakter menjadi kode binner
standart yang dipahami di seluruh dunia.
4. Apakah setiap komunikasi data harus diubah menjadi kode digital? Iya.
Secara nyata, perangkat mengirimkan data dengan mengubah ubah
tegangan / arus / frekuensi dan lain sebagainya. Perangkat tidak pernah bisa
mengirim huruf langsung.
Contoh
o Logika 1 misalkan diwakili tegangan 5 volt
o Logika 0 misalkan diwakili tegangan 0 volt
Maka huruf Z jika mengacu tabel 1 akan diwakili logika 0001 1010 sehingga
kondisi real pengiriman data adalah seperti pada gambar:
Dengan demikian maka setiap pengiriman data digital harus diubah menjadi
kode digital yang benar.
Tetapi jika data yang dikirim bukan tulisan atau huruf melainkan angka, maka
konversi menjadi kode digital tidak memerlukan tabel tetapi hanya diubah
menjadi binner saja.
Contoh jika ingin mengirim angka 27 maka angka 27 diubah menjadi biner
yaitu 0001 1011 setelah itu baru dikirim
T 8 0 C
0101 0100 0011 1000 0011 0000 0100 0011 -> dikirim bit /bit
8. Dari contoh diatas terlihat agar perangkat dapat saling berkomunikasi perlu
adanya suatu peraturan. Aturan yang disepakati dalam proses komunikasi
seperti misalkan:
o Tulisan dikirim dari kiri ke kanan atau sebaliknya?
o Bagaimana tabel konversi / cara konversi ke kode digitalnya.
o Biner yang dikirimkan secara bergantian yang dikirim dulu MSB atu LSB
o Kalau tulisan sudah dikirim oleh transmitternya, apakah receiver perlu
mengkonfirmasi ke pengirim?
o Kapan transmitter mengirim tulisan, apakah terus menerus ataukan
perlu ditrigger suatu kejadian baru mengirim?
o Pengiriman mengunakan tegangan berapa?
o Pengiriman menggunakan berapa kabel, kabelnya jenis apa (supaya
antara pengirim dan penerima match)
o Konektor antar perangkat apakah menggunakan terminal isi 4/5/6
bagaimana bentuknya?
o Berapa kecepatan pengiriman antar huruf?
o Bagaimana kalau trjadi error, apa indikatornya?
o Dan lain sebagainya
Sebelum terjadi komunikasi antar perangkat, maka aturan tersebut harus jelas
dan disepakati antar perangkat.
Aturan yang disepakati dalam berkomunikasi tersebut itulah disebut
PROTOKOL. Protokol bisa kita buat sendiri, tetapi bisa mengacu pada protokol
standart. Protokol standart yang dijumpai di industri antara lain MODBUS,
SYSMAC, SIEMENS-PPI dan lain lain. Detail mengenai protokol akan dibahas
pada bab tersendiri.
3.1 Overview
Dalam komunikasi data digital, semua data baik text, audio, image bahkan
video akan dikonversi menjadi kode biner. Kode binner hanya memiliki 2 kondisi yaitu
1 dan 0 (High dan Low). Kondisi 1 dan 0 tersebut hanya penulisan simbol dalam
tataran teoritis, pada aplikasi nyata di lapangan simbol 1/0 diubah menjadi besaran
fisik yang nyata. Besaran fisik nyata yang sering digunakan antara lain adalah
tegangan dan atau arus.
Jadi pada kondisi real logika 1 mungkin diwakili tegangan 10 volt sementara
logika 0 diwakili tegangan -10 volt. Secara konsep logika 1/0 bisa diwakili sembarang
tegangan misal logika 1 diwakili 220V atau bahkan 20kV, logika 0 diwakili 110V atau
yang lainnya. Tetapi sekali lagi antar perangkat yang berkomunikasi harus memiliki
kesamaan standart. Tanpa ada kesamaan standart maka akan terjadi kesalahan.
Misal :
Perangkat I memiliki standar logika 1 = 220V dan logika 0 = 110V
Perangkat II standart logikanya lain misal 1 = 110V dan logika 0 = 0 volt
Maka saat perangkat I mengirim logika 0 yang diwakili 110V oleh perangkat II
tegangan tersebut diterima dan dikonversi menjadi logika 1 (mengacu ke
standart perangkat II bahwa 110V adalah logika 1). Disini terjadi salah data
logika 1 yang dikirim diterima menjadi logika 0.
Jadi logika 1/0 bisa diwakili tegangan / arus berapapun juga asal antar perangkat
yang berkomunikasi harus memiliki standart yang sama supaya komunikasi berhasil
/data tersampaikan dengan benar dan peripheral tidak rusak.
Walaupun demikian, agar memudahkan penggunaan, maka logika 1/0 memiliki
standart pensinyalan yang umum. Dengan adanya standart sinyal yang umum ini
memungkinkan antar perangkat yang berbeda pabrik bisa saling dikoneksikan asal
sinyalnya sama.
Logika 0 : 0V 0.7V
Logika 1 : 2.5V 5.2V
Standart sinyal tersebut disebut RS-232. Dengan range tegangan yang lebih luas dari
standart TTL/CMOS maka pengiriman data dengan sinyal RS-232 ini bisa menempuh
jarak 50 feet (15 meter). Penjelasan detail mengenai RS-232 akan ditemui pada bab
selanjutnya.
Untuk mengurangi noise maka kabel yang digunakan seharusnya terpilin (twisted)
dan shielded.
Perlu diingat bisanya yang dikirim adalah LSB dulu baru MSB, jadi dari gambar seolah
olah terbalik.
Kode binner ini 010 1101 disebut DATA BIT. Dalam komunikasi serial standart data bit
bisa diset 7 bit atau 8 bit. Jika diset 7 bit maka data yang dikirim tetap 010 1101 tetapi
jika diset 8 bit maka akan ditambah logika 0 untuk menggenapi menjadi 0010 1101.
Selanjutnya dalam komunikasi serial asinkron selain data bit pada umumnya juga
ditambah 1 bit START BIT (selalu logika 0) ditambah STOP BIT (selalu logika 1). Stop bit
bisa diset 1,1.5 hingga 2 bit. Kemudian bisa ditambah dengan PARITY (optional)
parity hanya selebar 1 bit.
Karakter : -
Binner : 010 1101 <- ini disebut data bit 7 bit.
Data : 010 1101 0 <- ditambah start bit 1 logika 0
dibelakang
Data : 1 010 1101 0 <- ditambah stop bit 1 logika 1 didepan.
Pemilihan setting ini harus sama antar perangkat yang hendak berkomunikasi,
perbedaan setting antar perangkat menyebabkan gagalnya komunikasi.
Selanjutnya data yang dikirim bisa terlihat seperti
Lebar bit ini disebut BAUDRATE yang memiliki satuan bps (bit per second). Nilai
baudrate yang umum adalah:
- 110 bps
- 300 bps
- 1200 bps
- 2400 bps
- 4800 bps
- 9600 bps
- 19200 bps
- 38400 bps
Arti 9600 bit per second adalah dalam satu second bisa mengirim 9600 bit. Dengan
demikian jika komunikasi diset 9600 bps maka lebar per 1 bitnya adalah:
Dibawah ini adalah contoh dialog pen-settingan komunikasi serial pada komputer:
4.1 Overview
RS-232 adalah nama suatu standart komunikasi. Penomoran ini mengatur adanya
suatu penstandartan dalam:
- Standart sinyal elektrikal
- Standart mekanik
- Standart fungsional
Standart ini pada awalnya dipakai pada tahun 1969 yaitu RS-232 (RS mengacu pada
kepanjangan Recomended Standart). Standart ini mengalami beberapa revisi
hingga sampai sekarang muncul RS-232 C (Rekomendasi Standart nomor 232 revisi
C). Pada awalnya standart ini dipakai untuk menghubungkan antara suatu DTE dan
DCE. DTE adalah kependekan dari Data Terminal Equipment sedangan DCE adalah
Data Communication Equipment.
Secara ilustrasi DTE DCE adalah sebagai berikut:
Perlu diingat, secara logis bahwa Tx DTE 1 harus terhubung ke Rx DTE 2, dan Rx DTE 1
ke Tx DTE 2 seperti yang ditunjukkan pada gambar.
Dengan demikian maka kita hanya perlu menggunakan kabel isi 3. Pada prakteknya
ketika kita ingin menghubungkan antara komputer ke PLC juga hanya butuh kabel isi
3. demikian juga PLC ke PLC dan sebagian besar lainnya.
Tetapi jika kita ingin mengirim data melalui DCE (dalam hal ini modem) maka tidak
cukup hanya menggunakan 3 kabel karena modem butuh pensinyalan lebih dari itu.
Sinyal yang dibutuhkan adalah:
- Protective ground (Shield)
Berfungsi memastikan bahwa antara chassis DTE dan DCE memiliki tegangan
grounding yang sama.
- Transmitted Data (TxD)
4.3 Konektor
Terminal / konektor standart RS-232 adalah berupa D-sub 9 dan peletakan sinyal
pada pin juga sudah distandartkan seperti berikut:
Perhatikan bahwa bentuk konektor ini hampir sama dengan konektor VGA (Konektor
untuk dihubungkan ke Monitor) tetapi sebenarnya jelas beda. COM hanya memiliki 9
pin sementara VGA memiliki 15 pin.
Sekali lagi bahwa sinyal RTS, CTS, DSR, DTR,RING,DCD pada prakteknya hanya sering
dipakai untuk mengkoneksi antara DTE ke DCE. Jika hanya DTE ke DTE langsung pada
umumnya cukup hanya dengan 3 kabel yaitu Tx, Rx dan Ground (Pin 2, 3 dan 5)
dengan jalur yang dibali Tx-Rx Rx-Tx Gnd-Gnd atau secara pin 2-3, 3-2, 5-5.
Standart level itu berlaku baik pada jalur data (TxD,RxD) maupun jalur control (CTS,
RTS, DTR, DSR, RING, DCD).
RS-232 dirancang untuk menangani komunikasi antar 2 perangkat. Jadi RS-232 pada
dasarnya hanya bisa dihubungkan point to point 1:1. Standart ini tidak
merekomendasikan hubungan 1:N. Hubungan 1:N hanya bisa terjadi jika hanya ada
1 perangkat yang berfungsi sebagai pengirim sisanya adalah penerima/pendengar
seperti yang diilustrasikan pada gambar dibawah ini.
Dari gambar terlihat bahwa sebenarnya yang melakukan komunikasi secara penuh
adalah antara DTE kiri dan DTE kanan. 2 DTE lainnya (bawah) hanya mengambil dari
jaur Received data (RxD) jadi 2 DTE ini hanya mendengar. Jika pada jalur TxD
terdapat atau dihubungkan ke 2 atau lebih TxD maka akan terjadi kerusakan logika.
Jadi RS-232 adalah untuk point to point, jika dibutuhan point to multipoint (1:N) maka
standart RS-232 ini tidak cocok penggunaannya.
Dari bab sebelumnya diketahui bahwa komunikasi data dengan standart RS-232
dibatasi pada jarak 50 feet (15 meter). Hal ini disebabkan RS232 menggunakan
tegangan dengan acuan ground bersama untuk merepresentasikan logika 1/0.
Dengan adanya kebutuhan berkomunikasi lebih dari 50 feet itu maka
dimunculkanlah standart baru. Standart itu adalah RS-422 dan RS-485.
Tegangan yang diterima pada sisi receiver diukur berdasarkan perbedaan nilai
tegangan antar dua jalur tersebut. Sistem ini disebut balanced atau sistem
diferensial. Dengan menggunakan sistem ini, masalah inteferensi dapat ditekan jauh
lebih rendah dibanding sistem un-balanced.
Sistem balanced ini memungkinkan pengiriman data secara cepat dan dengan
jarak yang jauh. Nilai drop tegangan dapat dieliminasi karena antar penghantar
memiliki karakteristik yang sama, sehingga nilai drop tegangan sama. Dan karena
yang diukur adalah perbedaan tegangan antar jalur, maka nilai drop yang sama
akan saling meniadakan sehingga yang terukur hanya sinyal datanya.
Dalam setiap jalur sinyal terdiri dari 2 kabel. Secara umum biasanya disebut dengan
notasi A dan B. Perbedaan nilai tegangan antara A dan B inilah yang dipakai untuk
mendeteksi logika 0 atau 1.
Standart sinyal diferensialnya adalah:
o Logika 0 : -2V sampai -6V terhadap acuan line B
o Logika 1 : +2V sampai +6V terhadap acuan line B
Notasi yang sering dipakai selain A,B antara lain A(-) B(+), TX+ TX-. Dan seharusnya
nilai tegangan antara A dan B selalu berkebalikan seperti terlihat pada gambar xx.
Terlihat ada penambahan kondisi High Impedance pada sistem ini, hal ini yang
menyebabkan RS-485 bisa multidrop. Hal ini juga menyebabkan dalam satu jalur RS-
485 bisa dipakai mengirim dan menerima data secara bergantian (Half Duplex).
Jadi RS485 biasanya hanya terdiri dari 1 jalur (2 kabel) karena pengiriman dan
penerimaan data dilakukan pada jalur yang sama hanya bergantian waktu. Tetapi
walaupun demikian bisa juga RS-485 diseting menggunakan 4 kabel.
Cara pengkoneksian RS-485 untuk perangkat di industri seperti terlihat pada gambar
5.5.
Dari gambar terlihat bahwa cara instalasi sangat mudah yaitu terminal A
dihubungkan ke terminal A (semua perangkat) dan juga terminal B dihubungkan ke
terminal B (semua perangkat). Kesalahan pemasangan terminal misal A
disambungkan ke B akan menyebabakan salah data / gagal komunikasi(pengirim
mengirim logika 1 tetapi diterima sebagai logika 0).
Untuk mengurangi sinyal pantul maka pada perangkat yang paling ujung diberi
resistor 120 ohm. Pada prakteknya jika panjang kabel tidak terlalu panjang dan
Port LPT ini memiliki level logika TTL, artinya jika output berlogika 1 maka pada fisiknya
/ pada pin yang sesuai akan terukur tegangan 5 volt. Dan saat berlogika 0 maka
pada pin yang terhubung akan terukur tegangan 0 volt.
Untuk mengetahui COM yang bisa digunakan pada komputer, bisa dilakukan dilihat
pada device manager (klik kanan pada My Computer -> Propertis -> Hardware ->
Device manager) seperti terlihat sebagai berikut:
Dengan converter tersebut maka output dari COM yang awalnya terdiri dari 9 pin
akan berubah menjadi 3 pin yaitu A,B dan Ground.
Dengan demikian maka pengkoneksian perangkat yang memiliki standat RS485 ke
komputer adalah sebagai berikut.
Belden 9841
18 19 20
Rangkaian PM800
- +
Converter RS-485/232
PM800 GND GND
B Tx
V1 V2 V3 VN I1+ I1- I2+ I2- I3+ I3-
A
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Rx
COM1 `
L3 S1 S2
L2 S1 S2 CT
L1 S1 S2 CT
N CT
100 meter
Sumber
7.1 Overview
Dari bab bab sebelumnya sudah dijelaskan bagaimana menghubungkan suatu
perangkat ke komputer. Tetapi walaupun antara perangkat dan komputer secara
fisik sudah terhubung dengan benar (tempat koneksi ke komputer benar, kalau perlu
konverter-konverter juga sudah benar, jalur komunikasi sudah dikabeli dengan
benar) tetap saja tidak akan bisa terhubung tanpa adanya setting software yang
benar. Software juga kalau sudah diinstal tetapi beda aturan dengan perangkat
maka tetap saja tidak bisa terhubung.
Secara konsep protokol dapat kita rancang sendiri, tetapi jika kita hendak
mengkoneksikan dengan suatu perangkat maka tentunya harus mengikuti standart
perangkat tersebut.
Di dunia industri banyak sekali standart protokol, antara lain:
- Modbus
- Sysmac
- Siemens PPI
- HART
- Profibus
- ASI
- Dan lain lain
Dalam buku ini sementara hanya akan dijelaskan mengenai protokol sederhana
tetapi banyak dijumpai di industri yaitu Modbus.
Pada protokol Modbus, komunikasi pasti diawali oleh master. Master mengirimkan
suatu perintah (Query). Query tersebut secara pararel akan masuk ke semua Slave
(karena jaringan RS-485 semua dipararel A-A B-B).
Kemudian hanya slave yang sesuai dengan alamat query yang diinginkan master
yang akan menjawab. Jadi master mengirirm Query slave yang sesuai mejawab
dengan memberikan Response.
Query dan Response pada prakteknya adalah deretan angka angka. Dimana
angka angka ini telah memiliki arti standart yang diketahui antar perangkat.
Misal:
Master mengirim query -> 01 04 00 00 00 02 71 CB
Maka slave akan merespon -> 01 04 04 43 66 33 34 1B 38
Tentunya kita tidak akan paham apa maksud angka angka itu tanpa mengetahui
definisi setiap angka.
Slave address : berisi alamat slave yang dituju. Jadi dalam satu line mungkin
terdapat puluhan Slave yang terhubung secara pararel. Akan
Start address : adalah berisi alamat register pada slave yang akan
dikirimkan isi nya ke master.
Number of point : jumlah register yang akan dikirim.
Sebelumnya akan dijelaskan lebih dahulu mengenai konsep perangkat slave yang
ada hubungannya dengan pengertian register.
Salah satu perangkat pengukur parameter listrik keluaran Schneider adalah Power
Meter. Power meter ini digunakan untuk melakukan pengukuran mulai tegangan,
arus, frekuensi, THD, daya dan masih banyak lagi.
Power Meter seri PM810 ini bisa langsung dihubungkan ke komputer, karena memiliki
terminal RS-485. Protokol Modbus bisa disuport oleh perangkat ini.
Sesuai teori RS-485, dalam satu line bisa dipasang hingga 32 PM810. Hubungan dari
sistem ini ke komputer adalah melaui port serial COM. Seperti yang diketahui bahwa
port COM menggunakan standart RS-232 sementara PM RS-485 sehingga diperlukan
konverter RS-232 to RS-485.
Dari tabel diatas terlihat juga bahwa pada register alamat 1200 berisi THD Arus fase A
hasil pengukuran. Dalam setiap perangkat yang sama persis tipenya, penggunaan
register selalu sama. Tetapi jika beda perangkat walaupun dikeluarkan oleh pabrik
yang sama, biasanya definisi registernya tidak sama.
Analogi yang sama jika ada 10 PM810 (semua adalah Slave) dihubungkan secara
daisy chained (pararel, berurutan) dengan standart RS485 plus sebuah komputer
yang bertindak sebagai master.
Kalau komputer ingin mengetahui hasil pengukuran frekuensi pada PM810 alamat
110 maka komputer akan mengirimkan Query/perintah:
Maka perintah kata kata akan berubah menjadi perintah angka / deretan angka
demikian:
110 04 11 80 00 01 XX XX
110 04 02 50 02 XX XX
Query
110 04 11 80 00 01 FC 1B adalah angka jadi diubah menjadi biner
demikian
Query
6E 04 11 80 00 01 FC 1B adalah angka jadi diubah menjadi biner demikian
Note:
110 = 6E hexa
6E = huruf 6 dan huruf E dimana huruf 6 menurut ASCII adalah 00110110 dan E
adalah 01000101 jadi 6E diubah menjadi 00110110 01000101
6E 04 11 80
00110110 01000101 00110000 00110100 00110001 00110001 dan seterusnya
dari sini terlihat Modbus ASCII akan menyebabkan lebih banyak bit yang dikirimkan.
Dalam prakteknya di industri Modbus ASCII masih dijumpai tetapi jarang.
8.1 Overview
Untuk bisa menampilkan data yang dikirimkan perangkat maka selain hardware
diperlukan juga software. Ada beberapa alternatif mengenai software tersebut.
Software bisa di buat sendiri menggunakan bahasa pemrograman seperti C, Visual
C, Visual Basic atau Delphi. Tetapi dengan menrancang software sendiri perlu
diperhatikan masalah kehandalan. Software yang dipasang di industri tentulah harus
tahan banting. Jangan sampai karena software bermasalah, proses produksi harus
dihentikan. Hal tersebut akan mengakibatkan kerugian. Faktor kerumitan dan
kesulitan juga menjadi tinggi kalau harus membuat program sendiri. Pada
prakteknya, jika software yang diperlukan sederhana sering para developer sistem
otomasi menggunakan software yang dibuat sendiri menggunakan bahasa VB,
Visual C atau Delphi. Tetapi jika kebutuhan rumit misalkan perlu menampilkan status
mesin dimana status yang ditampilkan ratusa (dan di industri biasanya memang
ratusan), menampilkan ratusan bahkan ribuan parameter pengukuran secara online,
akses database, database bisa diakses dari level manajemen, kebutuhan alarm
hingga ribuan, dan lain sebagainya maka pembuatan program sendiri akan sangat
sangat rumit.
Alternatif lain yang sering dijumpai di lapangan, jika ingin mengkoneksikan perangkat
ke komputer bisa menggunakan software jadi. Software itu memang sudah
dirancang khusus menangani industri. Pengguna tinggal melakukan setting saja. Dan
karena pembuatan software itu sudah melibatkan banyak programmer profesional,
maka kehandalan sudah tidak diragukan. Feature software juga sudah sedemikian
lengkap, sehingga pengguna hanya tinggal melakukan setting saja (kecuali aplikasi
yang memang benar-benar khusus).
Software yang bisa digunakan untuk menghubungkan perangkat ke komputer
dalam istilah lapangannya disebut software SCADA. Software SCADA tidak hanya
diproduksi oleh satu produsen saja melainkan puluhan. Beberapa software SCADA
yang sering ditemui di pasaran Indonesia antara lain:
- Movicon X2
- Win CC
- Wonderware
- Bisa diterapkan untuk arsitektur yang kompleks dan juga bisa dikoneksikan ke
WEB (Web enabled)
Dalam bab ini akan dijelaskan langkah per langkah cara mengkoneksikan PM810 ke
komputer hingga bisa tampil di monitor menggunakan Movicon X2.
Buka tabel register dan cari dan catat alamat masing-masing register:
Dari tabel yang didapat dari manual PM800 maka diketahui alamat register
sebagai berikut:
- Arus fase R : alamat register 1100
- Tegangan fase R : alamat register 1124
- Frekuensi : alamat register 1180
18 19 20
Rangkaian PM800
- +
Converter RS-485/232
PM800 GND GND
B Tx
V1 V2 V3 VN I1+ I1- I2+ I2- I3+ I3-
A
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Rx
COM1 `
L3 S1 S2
L2 S1 S2 CT
L1 S1 S2 CT
N CT
100 meter
Sumber
3. Setelah itu akan muncul dialog pemilihan targer aplikasi sebagai berikut:
Ketikkan nama file Movicon yang akan kita buat (contoh ini menggunakan
nama Interfacing1) dan pilih lokasi folder tempat menyimpannya.
Dialog ini adalah pemilihan protokol apa saja yang akan digunakan. Jadi
satu komputer / satu Movicon bisa dihubungkan dengan beberapa
perangkat dengan protokol yang beda beda dalam satu saat. Tetapi setiap
COM hanya 1 protokol.
Pada percobaan menggunakan Modbus RTU yang menggunakan
komunikasi serial sehingga pilihlah Modbus -> Modbus Serial.
13. Klik pada tombol [Add] (kalau 32 PM800 maka klik Add 32 kali)
14. Klik tombol [OK] maka akan muncul tampilan sebagai berikut:
Pada sisi kanan yaitu Project Explorer akan muncul nama yang kita ketik diawal yaitu
Interfacing1. Jika Project Explorer ini menghilang untuk menampilkan kembali cukup
menggeser mouse (tidak usah di klik) ke tulisan Project Explorer di paling kiri.
Selanjutnya buat tiga variable untuk menampung nilai yang dikirimkan PM800. Beri
nama tiga variable itu sebagai berikut:
- ARUSI1
- TEGANGANV1
17. Selanjutnya klik kiri mouse sekali pada List Variables (Tags .....)
18. Kemudian klik kanan (mouse masih berada di atas tulisan List Variables
(Tags .....) maka akan muncul pop up menu berikut.
19. Klik kiri dan pilih New Variable muncul dialog demikian:
disitu terlihat bahwa variable ARUSI1 adalah word (16 bit) untuk menampung
data yang dikirimkan dari PM800 diperlukan Dword (32 bit) maka lakukan
perubahan type variabel. Caranya:
21. Klik kiri sekali pada tulisan Word (16 bit) disamping ARUSI1 maka pada
kanan layar pada panel propertis seharusnya demikian:
22. Klik kiri sekali pada tanda [+] General maka akan muncul
Setelah itu dilakukan maka variabel ARUSI1 yang tadinya Word 16 bit
25. Ulangi langkah 17 hingga 24 untuk membuat dua buah variable yang lain
yaitu TEGANGANV1 dan FREKUENSI, hingga terbentuk sebagai berikut
Caranya klik pada tanda [+] List Comm.Driver hingga muncul Modbus Serial
27. Klik sekali pada modbus serial untuk memilih, lalu klik kanan (posisi mouse
masih di atas tulisan Modbus Serial) hingga muncul dialog sebagai berikut:
31. Klik pada tulisan / baris Variables, lalu klik pada tombol yang muncul
sebaris dengan Variables
32. Pilih Start Address (paling bawah sendiri) dan isilah dengan angka 1100.
start address ini adalah alamat register yang diinginkan.
34. Ulangi langkah 30 33 untuk kedua variable yang lain (TEGANGANV1 dan
FREKUENSI) hingga tampilannya menjadi berikut.
36. Tampilkan Project Explorer, lalu klik kiri sekali pada tanda [+] Resources
37. Double klik kiri pada tulisan Screen1 dan geser mouse keluar area Project
Explorer, tunggu hingga panel Project Explorer menghilang. Maka akan
terlihat ada layar putih.
Layar putih inilah tempat kita menggambar / menampilkan isi ketiga variabel
tersebut agar tampak.
41. Hubungkan gambar meter tersebut dengan variable ARUSI1 agar isi
variabel tersebut tampak pada pergeseran jarum. Caranya Klik sekali
pada gambar Meter (yang di layar putih). Maka pada panelPropertis
kanan akan muncul.
43. Klik pada icon pada Gauger-Slider Variable (atas sendiri) lalu klik
44. Pilih ARUSI1 (klik kiri sekali pada tulisan ARUSI1) lalu klik tombol [Ok]
Berarti slider/jarum pada meter ini sudah dihubungkan ke variabel ARUSI1,
jika isi ARUSI1 berubah maka posisi slider/jarum juga akan menyesuaikan.
Dengan demikian maka perubahan akan tampak di layar.
Selanjutnya adalah mengubah skala minimum maximum dari meter.
PM800 mengirimkan arus 1A sebagai bilangan 100 (dikalikan 100) maka
posisis skala maximum jika ingin menampilkan range 0 10A maka nilai
skala maximum harus diubah 10x10 = 100. caranya :
46. Ubah Max Value menjadi 100. Klik tombol untuk menyimpan
perubahan. Maka pensetingan penampilan variabel ARUSI1 selesai.
47. Lakukan langkah 40 46 dua kali untuk variabel TEGANGANV1 dan
FREKUENSI. Perhatikan masalah skala:
Tegangan :
Maximum 300V maka nilai Max.Value = 30000.
Frekuensi
Range hanya 49Hz -51Hz maka nilai Min.Value = 4900 dan Max.Value =
5100.
Seharusnya kalau benar maka posisi jarum akan sesuai dengan nilai
terukur di PM800. Karena Movicon X2 ini versi demo, maka koneksi akan
putus setelah 15 menit.
10.1 Overview
PLC adalah suatu perangkat kendali yang sering ditemui di industri. Pada project
kedua ini akan dibahas bagaimana cara menghubungkan PLC OMRON CPM2A 30
CDR. Perlu diketahui protocol yang dipergunakan adalah Host Link. Dalam
percobaan ini akan dibahas bagaimana cara menampilkan status inputan (Input
berada pada channel 0) dan juga status output PLC (output berada pada channel
10).
Target koneksi:
Output alamat 10
lalu
Untuk membuat file project baru tekan New pada toolbar file
menu (Ctrl+N).
Dalam tahap ini bisa langsung dilewati atau dirubah nanti, karena
pada tampilan window yang terakhir akan muncul kembali cara
Setelah Add diklik maka pilih keep opened yang mana tampilannya
dirubah dengan FALSE
Dengan memberi nama pada station name maka harus dirubah nilai
portnya sesuai dengan komunikasi yang digunakan atau kabel
penghubung antara PLC dengan PC, kemudian masukkan station Id
Address atau node ini digunakan untuk pengalamatan alat atau divice
Jika tampilan sudah sebagai berikut maka ulangi langkah add untuk
menambahkan station ID atau perangkat yang akan dimonitoring,
setelah itu lakukan test cable untuk mengetahui apakah komunikasi
sudah sesuai dengan setting.
2. Setelah klik kanan dan pilih list variable pada database Real time
maka akan tampil variable name dengan nama CPM1A ch_01 lalu
tekan OK
Setelah itu pilih Real time, pilih list commad driver klik pada tanda +
dan pilih host link selanjutnya klik kanan dan klik pada commad
driver setting untuk menampilkan task Windows (omrn host link) dan
pilih Add untuk menampilkan task properties lalu klik variable maka
Untuk monitoring I/O PLC isikan start address dengan I kemudian diikuti
nomor chanel. Contoh untuk memonitoring chanel 10 maka ketik I10