Sie sind auf Seite 1von 110

1

Pendahuluan Industrial Interfacing

1.1 Otomasi di Industri


Di lingkungan industri pengendalian otomatis biasanya diperlukan untuk
mempercepat proses, menjaga konsistensi dari kualitas produk dan menghindarkan
bahaya pada operator. Dengan proses otomasi maka sebisa mungkin faktor human
error dikurangi. Pada tahap akhirnya, proses otomasi diharapkan bisa
mengefisienkan dan mengoptimalkan perusahaan hingga mendapat profit yang
optimal. Inilah fungsi utama dari perlunya proses otomasi. Misalkan proses pelabelan
botol jika dilaksanakan dengan manualpun bisa, tetapi kecepatan dan konsistensi
dari penempatan label pada produk akan kalah jika dibandingkan dengan
menggunakan mesin yang tepat.

1.2 Perangkat Pengendali Otomasi


Proses otomasi tentunya perlu dikendalikan oleh suatu perangkat, pengendali
otomasi pada dunia industri biasanya adalah dengan :
- Kontaktor/Relay
- Smart relay
- PLC
- PC

Perangkat inilah yang mengintegrasikan kerja antara masukan dan keluaran dalam
suatu alur proses tertentu. Dengan adanya perangkat pengendali otomat ini, maka
peran manusia bisa dikurangi. Hingga pada beberapa proses kehadiran manusia
sebagai operator bisa mencapai titik 0.

1.3 Komputer pada Sistem Otomasi Industri


Proses otomasi tidak mengharuskan hadirnya komputer pada hirarki kontrol
perangkatnya. Suatu mesin otomat bisa hanya dikendalikan PLC atau kontaktor
tanpa perlu dihubungkan ke PC. Hal demikian banyak sekali dijumpai pada dunia
industri dan dengan sistem demikian juga industri sudah bisa beroperasi dengan baik
dan menghasilkan profit yang besar.

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 1


Jadi kehadiran PC bukanlah suatu keharusan pada suatu sistem otomasi. Tetapi
pada beberapa tahun terakhir ini, sistem otomat mulai bergerak ke arah
menghadirkan komputer pada sistem kendali, hal ini disebabkan oleh bebrapa
keuntungan yang bisa didapat.

Gambar 1.1 Struktur penggunaan Komputer pada industri

Keunggulan adanya koneksi perangkat kendali ke komputer antara lain adalah:


- Status proses dapat dimonitor secara remote tanpa harus datang ke plan.
- Komputer selain bertindak memonitoring, dapat juga diset sebagai supervisor
yang akan mengkoordinasikan kerja antar perangkat .
- Mampu menampilkan parameter pengukuran secara remote
- Dapat meng-interverensi kerja perangkat secara remote (misal mematikan
perangkat dari control room, meng-interlock suatu proses, dll)
- Mampu menampilkan secara grafik / trend dari suatu parameter.
- Mampu menyimpan parameter parameter ke database untuk diolah lebih
lanjut.
- Mampu membangkitkan sinyal peringaan ketika suatu parameter melebihi
atau dibawah level yang diijinkan. Misalkan pada boiler terjadi overheated
maka animasi pada komputer plus sinyal audio akan bisa memperingatkan
operator.

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 2


- Karena data proses produksi langsung masuk ke database maka data
tersebut bisa digunakan pada level manajemen untuk mengambil keputusan
dan memonitor kinerja perusahaan secara total.

Dengan adanya keunggulan tersebut maka trend peng-koneksian perangkat ke


suatu komputer di industri akhir akhir ini semakin meningkat.

1.4 Basic Industrial Interfacing


Basic Industrial Interfacing bertujuan mempelajari teknik menghubungkan antara
komputer ke perangkat kendali yang umum ditemui di industri. Buku ini dirancang
berbeda dengan bahasan pada buku dasar teknik interfacing pada umumnya yang
mempelajari detail mulai mengenai konsep mikropocessor, teknik bus, address
decoding, perancangan rangkaian signal condisioner, ADC/DAC, perancangan
card interface, PPI 8255 dan hingga mempelajari mengenai cara pemrogramannya.
Buku Industrial interfacing ini membahas mengenai teknik lanjut dari dasar interfacing
tersebut. Buku ini juga dirancang sebagai panduan praktis nyata di lapangan
industri. Pembaca akan mengetahui tidak hanya teori nya tetapi juga memahami
standart aplikasi di lapangan yang umum ditemui di industri.

PLC
DCS Controller
Dan lain lain

Gambar 1.2 Sistem paling


sederhana koneksi komputer ke perangkat kendali

Secara umum, buku ini membahas bagaimana cara menghubungkan antara


komputer dengan perangkat luar yang akan dikendalikannya. Perangkat luar yang
dibahas disini bukan perangkat luar yang akan kita rancang, melainkan perangkat
luar disini adalah perangkat kendali yang ada di industri. Termasuk di dalamnya
antara lain:
- PLC

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 3


- DCS Controller
- Intelegent device
- Sensor
- Actuator
- Meter / Sensing devices

Untuk dapat menghubungkan perangkat tersebut ke komputer maka pada


umumnya muncul pertanyaan sebagai berikut:
- Apakah perangkat yang hendak dihubungkan ke komputer sudah memiliki
fasilitas sehingga dapat langsung dihubungkan ke PC atau perlu tambahan
alat.
- Ke bagian mana komputer alat tersebut dihubungkan (apakah bisa
menggunakan standart port, ataukan perlu card tambahan, apakah bisa
dihubungkan via USB, dan lain lain)
- Bagaimana wiring dari instalasi komunikasinya (berapa kabel yang
dibutuhkan, berapa panjang maksimal, kabel jenis apa yang dibutuhkan,
bagaimana proteksi data terhadap noise, dan lain lain)
- Apa software yang diperlukan dan bagaimana men-setting software tersebut
agar data dari perangkat dapat ditampilkan ke komputer dan juga
bagaimana bisa mengendalikan perangkat dari komputer.
Pertanyaan pertanyaan inilah yang akan dicover pada penjelasan pada tiap bab
di buku ini.

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 4


2
Konsep Komunikasi Data Digital

2.1 Overview

Gambar 2.1 Koneksi Komputer ke perangkat metering.

Saat data dari perangkat hendak ditampilkan pada monitor komputer, maka pasti
terjadi pertukaran data. Data dari perangkat dikirimkan ke komputer, komputer
mengenali data tersebut kemudian menampilkannya ke monitor.

Bab ini akan membahas mengenai teori dasar komunikasi antara komputer dengan
peripheral control seperti diilustrasikan pada gambar 2.1.

2.2 Konsep Komunikasi Data


Pada contoh kasus adalah demikian:
Peripheral 1 adalah suatu perangkat pengukur suhu 1 channel. Suhu yang
terukur 80 Celcius. Perangkat ini akan mengirimkan hasil tersebut dalam
bentuk tulisan T80C ke computer. Komputer akan menerima data tersebut
dan menampilkannya ke monitor.

Gambar 2.2 sensor PC Monitor ada tulisan T80C

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 5


Proses yang terjadi adalah sebagai berikut:
1. Tulisan T80C diubah menjadi data digital.
o Huruf T misalkan diubah menjadi 10100 01001
o Huruf 8 misalkan diubah menjadi 10100 01001
o Huruf 0 misalkan diubah menjadi 10100 01001
o Huruf C misalkan diubah menjadi 10100 01001
Pengubahan dari huruf menjadi data digital bisa terserah kita, bisa tidak
mengacu kemanapun, yang penting antar komputer dan perangkat memiliki
kesepakatan yang sama.
Jadi contoh diatas bisa juga diubah menjadi data digital yang lain, misalkan
huruf T tidak diubah menjadi 10100 01001 melainkan 10000 11111. Hal
tersebut memungkinkan asal komputer penerima tahu bahwa 1000 11111
adalah mewakilili huruf T. (Kedua perangkat yang berkomunikasi sama
sama tahu)

2. Jadi supaya kedua perangkat yang saling berkomunikasi mengetahui dan


tidak salah menerima informasi maka perubahan setiap huruf menjadi data
digital harus menggunakan standart konversi (menggunakan tabel konversi)
yang sama:

Contoh tabel konversi (bisa diset terserah kita):


Tabel 2.1: Tabel 2.2:
Huruf Data digital Huruf Data digital
A 0000 0000 A 0001 1010
B 0000 0001 B 0001 1001
C 0000 0010 C 0001 1000
. .
. .
. .
Z 0001 1010 Z 0000 0000

0 0001 0000 0 0001 1001


1 0001 0001 1 0001 1000
2 0001 0010 2 0001 0111
. .
. .
9 0001 1001 9 0000 0000

Dengan menggunakan tabel konversi yang sama, maka saat perangkat


mengirim suatu huruf maka komputer akan menerima huruf tersebut secara
benar karena acuannya sama.

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 6


Contoh:
Dari Perangkat 1 (sesuai dengan Tabel 1) huruf A diubah menjadi 0000 0000
---- dikirimkan ----- diterima komputer dengan baik yaitu 0000 0000 diubah
balik menjadi huruf A lagi (sesuai dengan tabel 1)

Tetapi jika perangkat 1 menggunakan table 1 dan komputer menggunakan


tabel 2, maka yang terjadi adalah demikian:

Dari Perangkat 1 (dengan Tabel 1) A diubah menjadi 0000 0000 ----


dikirimkan ----- diterima komputer 0000 0000 diubah balik menjadi huruf Z
(karena menggunakan tabel 2)

Disini terjadi kesalahan fatal, perangkat mengirim huruf A diterima sebagai


huruf Z komunikasi gagal. Demikian ilustrasinya jika antar perangkat
komunikasi menggunakan tabel konversi yang berbeda.

ANTAR PERANGKAT KOMUNIKASI HARUS MENGGUNAKAN TABEL KONVERSI /


ATURAN YANG SAMA DAN TELAH DISEPAKATI ANTAR PERANGKAT.

Gambar 2.3 Kegagalan komunikasi karena


referensi konversi beda

3. Pengubahan dari huruf menjadi kode biner bisa dilakukan dengan


menggunakan tabel konversi yang kita rancang sendiri seperti terlihat pada
tabel 2.1 dan 2.2. Itu jika perangkat yang akan berkomunikasi adalah desain /

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 7


rancangan kita sendiri, tetapi jika kita ingin mengirimkan data ke komputer
maka kita harus mengikuti standart baku yang dipakai komputer.
Tabel konversi standart yang umum digunakan (tidak hanya di komputer,
hampir di semua perangkat standart) yaitu tabel ASCII (American Standart
Code for Information Interchange Standar Pengkodean Amerika untuk
Pertukaran Informasi). Dengan menggunakan ini maka perangkat akan
menjadi standart dengan perangkat lainnya. Seperti yang diketahui bahwa
semua komputer dan perangkat kontrol (PLC, DCS Controller) menggunakan
tabel ASCII ini untuk konversi dari karakter ke kode binner.

Tabel ASCII adalah sebagai berikut:

Tabel 2.3 Tabel ASCII

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 8


Contoh penggunaan:
Tulisan T80C jika diubah menjadi kode binner dengan menggunakan tabel
ASCII adalah demikian (MSB LSB):

T 8 0 C
101 0100 011 1000 011 0000 100 0011

Masing masing huruf diubah menjadi 7 bit, tetapi bisa dijadikan 8 bit dengan
menambah 0 didepan karena tidak mengubah nilainya:

T 8 0 C
0101 0100 0011 1000 0011 0000 0100 0011

Jadi tabel ASCII berfungsi mengubah huruf /karakter menjadi kode binner
standart yang dipahami di seluruh dunia.

4. Apakah setiap komunikasi data harus diubah menjadi kode digital? Iya.
Secara nyata, perangkat mengirimkan data dengan mengubah ubah
tegangan / arus / frekuensi dan lain sebagainya. Perangkat tidak pernah bisa
mengirim huruf langsung.
Contoh
o Logika 1 misalkan diwakili tegangan 5 volt
o Logika 0 misalkan diwakili tegangan 0 volt
Maka huruf Z jika mengacu tabel 1 akan diwakili logika 0001 1010 sehingga
kondisi real pengiriman data adalah seperti pada gambar:

Gambar 2.4 Pengiriman 1 karakter secara pararel


(Membutuhkan 8 kabel + 1 ground)

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 9


Jadi kalau mengirim 2 huruf Z1 maka ilustasinya adalah sebagai berikut:

Gambar 2.5 Pengiriman 2 karakter secara pararel


(membutuhkan 16 kabel + 1 ground)

Dengan demikian maka setiap pengiriman data digital harus diubah menjadi
kode digital yang benar.

Tetapi jika data yang dikirim bukan tulisan atau huruf melainkan angka, maka
konversi menjadi kode digital tidak memerlukan tabel tetapi hanya diubah
menjadi binner saja.
Contoh jika ingin mengirim angka 27 maka angka 27 diubah menjadi biner
yaitu 0001 1011 setelah itu baru dikirim

Gambar 2. 6 Pengiriman angka

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 10


Oleh karena itu maka perlulah mempelajari mengenai teknik konversi
bilangan menjadi binner.

Pebedaan penulisan adalah sebagai berikut:


18 : ini adalah angka desimal diubah menjadi biner = 0001 0010
18 : ini adalah tulisan 18 maka diubah dengan tabel ASCII
1 8
011 0001 011 1000
18H : ini adalah angka hexa diubah menjadi binner 0001 1000

5. Penjelasan diatas adalah jika pengiriman data dikirimkan secara serentak.


Jadi pengiriman tulisan T80C memerlukan 8 x 4 kabel = 32 kabel. Plus 1
referensi ground. Total = 33 kabel. Pengiriman secara serentak ini disebut
komunikasi data secara pararel. Pengiriman data secara murni pararel
tersebut jelas lebih mudah dan lebih cepat, tetapi boros pada
pengawatannya.
Kelemahan lainnya adalah pengiriman data secara pararel jelas tidak
flexible. Saat mengirimkan 4 huruf maka diperlukan 8x4+1 = 33 kabel. Begitu
perangkat ingin mengirimkan 5 huruf, maka jumlah kabel harus disesuaikan
menjadi 8x5+1 = 41. Semakin banyak data yang hendak dikirimkan maka
akan semakin banyak pula kabel yang diperlukan. Jika dipersiapkan
langsung banyak, sehingga saat diperlukan tidak perlu menginstall kabel lagi
akan menyebabkan pemborosan.

Di industri jumlah perangkat tentunya tidak hanya 10-20 melainkan ratusan,


dan data yang dikirim tentunya tidak hanya 1 paremeter (contoh diatas
hanya 1 paremeter yaitu suhu). Dengan demikian maka pengiriman data
secara pararel ini tidak pernah dijumpai di industri karena memerlukan jumlah
kabel yang teramat sangat banyak.

6. Cara lain yang lebih realistis adalah sebagai berikut:


Tulisan T80C dikirimkan secara bergantian, huruf per huruf. Tetapi disini harus
ada suatu aturan yang disepakati kedua perangkat supaya data yang
dikirimkan benar. Misalkan urutan pengiriman harus disepakati dulu misal
pengiriman dari kiri ke kanan atau dari kanan ke kiri. Perbedaan aturan akan
menghasilkan kesalahan data juga:

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 11


Gambar 2.7 Beda aturan pengiriman penerimaan salah

Gambar 2.8 aturan sama maka penerimaan benar

Tetapi walaupun demikian, secara detail, pengiriman tetap dilaksanakan bit


per bit.

T 8 0 C
0101 0100 0011 1000 0011 0000 0100 0011 -> dikirim bit /bit

(konversi menggunakan tabel ASCII)

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 12


7. Pengiriman dengan cara bergantian seperti dijelaskan pada point 6 disebut
komunikasi data secara serial. Pengiriman data secara serial memerlukan
kabel yang sedikit, flexible karena tidak terpengaruh jumlah data
o pada komunikasi pararel jumlah data mempengaruhi jumlah kabel
dan tidak mempengaruhi kecepatan,
o pada komunikasi serial jumlah data mempengaruhi kecepatan
sampainya data dan tidak mempengaruhi jumlah kabel).

Oleh karena itulah di industri komunikasi antar perangkat pada umumnya


menggunakan komunikasi serial.

8. Dari contoh diatas terlihat agar perangkat dapat saling berkomunikasi perlu
adanya suatu peraturan. Aturan yang disepakati dalam proses komunikasi
seperti misalkan:
o Tulisan dikirim dari kiri ke kanan atau sebaliknya?
o Bagaimana tabel konversi / cara konversi ke kode digitalnya.
o Biner yang dikirimkan secara bergantian yang dikirim dulu MSB atu LSB
o Kalau tulisan sudah dikirim oleh transmitternya, apakah receiver perlu
mengkonfirmasi ke pengirim?
o Kapan transmitter mengirim tulisan, apakah terus menerus ataukan
perlu ditrigger suatu kejadian baru mengirim?
o Pengiriman mengunakan tegangan berapa?
o Pengiriman menggunakan berapa kabel, kabelnya jenis apa (supaya
antara pengirim dan penerima match)
o Konektor antar perangkat apakah menggunakan terminal isi 4/5/6
bagaimana bentuknya?
o Berapa kecepatan pengiriman antar huruf?
o Bagaimana kalau trjadi error, apa indikatornya?
o Dan lain sebagainya
Sebelum terjadi komunikasi antar perangkat, maka aturan tersebut harus jelas
dan disepakati antar perangkat.
Aturan yang disepakati dalam berkomunikasi tersebut itulah disebut
PROTOKOL. Protokol bisa kita buat sendiri, tetapi bisa mengacu pada protokol
standart. Protokol standart yang dijumpai di industri antara lain MODBUS,
SYSMAC, SIEMENS-PPI dan lain lain. Detail mengenai protokol akan dibahas
pada bab tersendiri.

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 13


Dari keterangan yang telah dijelaskan, tampaklah bahwa untuk dapat membangun
suatu komunikasi antar perangkat diperlukan suatu protokol. Dan juga komunikasi
bisa dilakukan secara pararel ataupun serial. Penjelasan mengenai protokol akan
ditemui pada bab 7, sementara penjelasan mengenai komunikasi serial standart
yang dipakai di industri akan dijelakan pada bab berikut.

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 14


3
Komunikasi Serial

3.1 Overview
Dalam komunikasi data digital, semua data baik text, audio, image bahkan
video akan dikonversi menjadi kode biner. Kode binner hanya memiliki 2 kondisi yaitu
1 dan 0 (High dan Low). Kondisi 1 dan 0 tersebut hanya penulisan simbol dalam
tataran teoritis, pada aplikasi nyata di lapangan simbol 1/0 diubah menjadi besaran
fisik yang nyata. Besaran fisik nyata yang sering digunakan antara lain adalah
tegangan dan atau arus.
Jadi pada kondisi real logika 1 mungkin diwakili tegangan 10 volt sementara
logika 0 diwakili tegangan -10 volt. Secara konsep logika 1/0 bisa diwakili sembarang
tegangan misal logika 1 diwakili 220V atau bahkan 20kV, logika 0 diwakili 110V atau
yang lainnya. Tetapi sekali lagi antar perangkat yang berkomunikasi harus memiliki
kesamaan standart. Tanpa ada kesamaan standart maka akan terjadi kesalahan.

Misal :
Perangkat I memiliki standar logika 1 = 220V dan logika 0 = 110V
Perangkat II standart logikanya lain misal 1 = 110V dan logika 0 = 0 volt

Maka saat perangkat I mengirim logika 0 yang diwakili 110V oleh perangkat II
tegangan tersebut diterima dan dikonversi menjadi logika 1 (mengacu ke
standart perangkat II bahwa 110V adalah logika 1). Disini terjadi salah data
logika 1 yang dikirim diterima menjadi logika 0.

Gambar 3.1 Beda standart sinyal mengakibatkan salah informasi

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 15


Belum lagi jika kondisi demikian:

Perangkat I standart logika 1 = 220V dan logika 0 = 110V


Perangkat II standart logika 1 = 5V dan logika 0 = 0V

Saat perangkat I mengirimkan logika 1 = 220V dihubungkan ke perangkat II


yang hanya siap menerima tegangan 5V untuk logika 1, maka perangkat II
akan rusak!!

Gambar 3.2 Beda standart sinyal mengakibatkan kerusakan

Jadi logika 1/0 bisa diwakili tegangan / arus berapapun juga asal antar perangkat
yang berkomunikasi harus memiliki standart yang sama supaya komunikasi berhasil
/data tersampaikan dengan benar dan peripheral tidak rusak.
Walaupun demikian, agar memudahkan penggunaan, maka logika 1/0 memiliki
standart pensinyalan yang umum. Dengan adanya standart sinyal yang umum ini
memungkinkan antar perangkat yang berbeda pabrik bisa saling dikoneksikan asal
sinyalnya sama.

Standart pensinyalan yang sering dijumpai antara lain:


- TTL / CMOS
- RS232
- RS422/RS485
Dalam bab ini standart sinyal yang dibahas hanya elektrikal karakteristiknya, untuk
detailnya akan dibahas lebih lanjut pada bab berikutnya.

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 16


3.2 Standart TTL/CMOS
Pada standart ini, logika 1 dan 0 diwakili besaran tegangan. Besaran tersebut adalah
sebagai berikut:

Logika 0 : 0V 0.7V
Logika 1 : 2.5V 5.2V

Karena hanya menggunakan tegangan dengan kisaran 5V maka komunikasi data


dengan standart ini secara umum hanya mampu mencapai jarak 5m. Tetapi
besaran jarak yang disebutkan diatas sebenarnya tergantung dari jenis kabel yang
digunakan. Jika menggunakan kabel dengan nilai resistansi yang rendah maka jarak
antar perangkat yang berkomunikasi bisa lebih jauh, demikian juga sebaliknya jika
menggunakan kabel yang nilai resistansinya tinggi maka jarak jangkau akan lebih
rendah. Hal tersebut dikarenakan adanya drop tegangan pada penghantar. Drop
tegangan tersebut mengakibatkan tegangan yang diterima diluar range standart
dan bisa mengakibatkan salah logika.

Gambar 3.3. Pengiriman data standart TTL max jarak 5 meter

3.3 Standart RS-232


Jarak 5 meter dalam dunia industri tentunya adalah jarak yang sangat pendek.
Dalam industri sering dibutuhkan untuk menghubungkan suatu perangkat ke
komputer dengan jarak lebih dari 5 meter. Dengan demikian maka standart
TTL/CMOS tidak mampu menangani kondisi demikian. Oleh karena itu munculah
standart baru yang dirancang agar mampu menangani komunikasi dengan lebih
jauh. Konsep standart yang berbeda ini adalah dengan menaikkan tegangan.
Dengan kenaikan nilai tegangan maka pengiriman data akan bisa lebih jauh.
Standart tersebut adalah demikian:

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 17


Dari sisi pengirim:
Logika 1 : -5V sampai -15V
Logika 0 : +5V sampai +15V

Dari sisi penerima:


Logika 1 : < -3V
Logika 0 : > +3V

Standart sinyal tersebut disebut RS-232. Dengan range tegangan yang lebih luas dari
standart TTL/CMOS maka pengiriman data dengan sinyal RS-232 ini bisa menempuh
jarak 50 feet (15 meter). Penjelasan detail mengenai RS-232 akan ditemui pada bab
selanjutnya.

3.4 Standart RS-422/RS-485


Dengan semakin berkembangnya dunia industri maka jarak komunikasi antar
perangkat juga semakin jauh, sehingga diperlukan suatu standart baru yang mampu
menangani jarak lebih dari 50 feet. Standart TTL dan RS-232 memiliki kesamaan yaitu
menggunakan acuan ground bersama. Acuan ground bersama ini pada prakteknya
akan menyebabkan mudah mengalami gangguan, sehingga dimunculkanlah suatu
standart yang setiap sinyalnya memiliki acuan / referensi tersendiri. Dengan konsep
ini maka jarak dan kecepatan data jauh meningkat.
Standart yang dimaksud adalah disebut RS422/RS485. Standart ini mampu menaikkan
jarak transmisi mencapai 4000feet (1.2km). Perbedaannya yang tampak pada
fisiknya (diluar karakter elektrikalnya) adalah pada umumnya RS422 memiliki jalur
transmit (kirim) dan receive (terima) yang berbeda sehingga memungkinkan
komunikasi secara full duplex. RS422 memiliki 4 terminal utama dan 1 protective
ground. Sedangkan RS485 hanya memiliki 1 jalur, dengan demikian pengiriman dan
penerimaan data harus dilakukan bergantian. Pengiriman dan penerimaan data
secara bergantian ini yang disebut komunikasi Half Duplex. Karena hanya memiliki 1
jalur, maka RS485 hanya memiliki 2 terminal utama + 1 protective ground. (Setiap jalur
komunikasi terdiri dari 2 kabel karena arus membutuhkan suatu loop, tidak seperti
RS232 yang bisa menggunakan ground bersama sama).

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 18


Gambar 3.4 Standart konektor dan sinyal RS-485

Gambar 3.5 Kabel data RS-485

Untuk mengurangi noise maka kabel yang digunakan seharusnya terpilin (twisted)
dan shielded.

3.5 Parameter Komunikasi Serial


Dari keterangan sebelumnya, terlihat bahwa logika 1/0 yang hanya ada pada
tataran teoritis telah terimplementasikan pada tataran real dengan mengacu pada
standart. Penjelasan diatas sebenarnya masih hanya penjelasan mengenai

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 19


karakteristik elektrikalnya. RS232, RS422 dan RS485 sebenarnya menstandarkan tidak
hanya sinyal elektrikalnya tetapi juga tipe komunikasi, kecepatan, konektor, dan lain-
lainnya.
Berikut adalah penjelasan lebih detailnya. Seperti yang telah dibahas pada bab
sebelumnya jika suatu perangkat ingin mengirim 1 karakter (misalkan karakter -) ke
perangkat lain, maka pertama huruf - tersebut diubah menjadi kode binner.
Dengan mengacu pada tabel ASCII maka huruf - diubah menjadi 010 1101 jika
kemudian akan dikirimkan dengan standart RS 232 maka setiak logika 1 diubah
menjadi tegangan -15V dan logika 0 menjadi tegangan +15V maka grafiknya
adalah sebagai berikut:

Gambar 3.6 Pengiriman data secara serial RS-232

Perlu diingat bisanya yang dikirim adalah LSB dulu baru MSB, jadi dari gambar seolah
olah terbalik.

Kode binner ini 010 1101 disebut DATA BIT. Dalam komunikasi serial standart data bit
bisa diset 7 bit atau 8 bit. Jika diset 7 bit maka data yang dikirim tetap 010 1101 tetapi
jika diset 8 bit maka akan ditambah logika 0 untuk menggenapi menjadi 0010 1101.

Selanjutnya dalam komunikasi serial asinkron selain data bit pada umumnya juga
ditambah 1 bit START BIT (selalu logika 0) ditambah STOP BIT (selalu logika 1). Stop bit
bisa diset 1,1.5 hingga 2 bit. Kemudian bisa ditambah dengan PARITY (optional)
parity hanya selebar 1 bit.

Karakter : -
Binner : 010 1101 <- ini disebut data bit 7 bit.
Data : 010 1101 0 <- ditambah start bit 1 logika 0
dibelakang
Data : 1 010 1101 0 <- ditambah stop bit 1 logika 1 didepan.

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 20


INGAT : PENGIRIMAN LSB DULU SEHINGGA TERLIHAT TERBALIK

Gambar 3.7. Penambahan bit

Pemilihan setting ini harus sama antar perangkat yang hendak berkomunikasi,
perbedaan setting antar perangkat menyebabkan gagalnya komunikasi.
Selanjutnya data yang dikirim bisa terlihat seperti

Gambar 3.8 Perbedaan kecepatan pengiriman data (speed 1)

Tetapi bisa juga terlihat seperti

Gambar 3.9 Perbedaan kecepatan pengiriman data (speed 2)

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 21


Perbedaan antara gambar 3.8 dengan gambar 3.9 adalah lebar tiap bit nya. Pada
gambar 3.9 lebar tiap bitnya lebih pendek dibanding gambar sebelumnya.
Perbedaan lebar bit ini jelas akan menyebabkan gagal komunikasi.

Lebar bit ini disebut BAUDRATE yang memiliki satuan bps (bit per second). Nilai
baudrate yang umum adalah:
- 110 bps
- 300 bps
- 1200 bps
- 2400 bps
- 4800 bps
- 9600 bps
- 19200 bps
- 38400 bps

Arti 9600 bit per second adalah dalam satu second bisa mengirim 9600 bit. Dengan
demikian jika komunikasi diset 9600 bps maka lebar per 1 bitnya adalah:

1/ 9600 = 0.10416 msec

Jadi dalam komunikasi serial, parameter yang perlu diseting adalah:


1. Baudrate
2. Data bit
3. Parity
4. Stop bit

Contoh pengiriman lainnya adalah:


Pengiriman data huruf J dari tabel ASCII adalah 100 1010 dijadikan 8 bit menjadi
0100 1010.

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 22


Gambar 3.10 Pengiriman karakter J

Dibawah ini adalah contoh dialog pen-settingan komunikasi serial pada komputer:

Gambar 3.11 Dialog pensettingan serial pada komputer

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 23


4
EIA RS-232

4.1 Overview
RS-232 adalah nama suatu standart komunikasi. Penomoran ini mengatur adanya
suatu penstandartan dalam:
- Standart sinyal elektrikal
- Standart mekanik
- Standart fungsional

Standart ini pada awalnya dipakai pada tahun 1969 yaitu RS-232 (RS mengacu pada
kepanjangan Recomended Standart). Standart ini mengalami beberapa revisi
hingga sampai sekarang muncul RS-232 C (Rekomendasi Standart nomor 232 revisi
C). Pada awalnya standart ini dipakai untuk menghubungkan antara suatu DTE dan
DCE. DTE adalah kependekan dari Data Terminal Equipment sedangan DCE adalah
Data Communication Equipment.
Secara ilustrasi DTE DCE adalah sebagai berikut:

Gambar 4.1 Hubungan antar DTE dan DCE

4.2 Perangkat DTE dan DCE


Secara prinsip DTE adalah perangkat awal pengirim data dan juga perangkat akhir
penerima data. Data dikirim dari DTE ke DTE. Jadi misalkan kita menghubungkan PLC
ke komputer, maka PLC adalah DTE dan demikian juga komputer adalah DTE.
Sedangkan DCE adalah suatu perangkat perantara komunikasi diantara DTE.
Kehadiran DCE tidak wajib, jadi seperti contoh diatas PLC-Komputer adalah DTE-DTE
tanpa ada DCE. Perantara komunikasi hanya membatu koneksi jika diperlukan
seperti contohnya modem. Jadi misalkan kita menghubungkan PLC ke komputer

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 24


langsung maka hanya ada DTE ke DTE. Tetapi jika kita menghunbungkan PLC ke
komputer secara jarak jauh melalui saluran telepon, maka kita tidak bisa hanya
menggunakan PLC dan komputer. PLC harus dihubungkan ke modem dulu, dari
modem dihubungkan ke line telepon. Pada sisi yang satunya, line telepon
dihubungkan ke modem, baru modem dihubungkan ke komputer. Itulah contoh
pemasangan perangkat DCE yang real di lapangan.
Jika kita menghubungkan atara DTE DTE langsung (PLC-Komputer, Komputer-
Komputer, PLC-PLC, dan lain sebagainya) maka kita hanya perlu menggunakan 3
sinyal yaitu:
- Transmit data (Tx)
- Receive data (Rx)
- Ground (G)

Perlu diingat, secara logis bahwa Tx DTE 1 harus terhubung ke Rx DTE 2, dan Rx DTE 1
ke Tx DTE 2 seperti yang ditunjukkan pada gambar.

Gambar 4.2 Sistem pengkabelan antar RS232

Dengan demikian maka kita hanya perlu menggunakan kabel isi 3. Pada prakteknya
ketika kita ingin menghubungkan antara komputer ke PLC juga hanya butuh kabel isi
3. demikian juga PLC ke PLC dan sebagian besar lainnya.
Tetapi jika kita ingin mengirim data melalui DCE (dalam hal ini modem) maka tidak
cukup hanya menggunakan 3 kabel karena modem butuh pensinyalan lebih dari itu.
Sinyal yang dibutuhkan adalah:
- Protective ground (Shield)
Berfungsi memastikan bahwa antara chassis DTE dan DCE memiliki tegangan
grounding yang sama.
- Transmitted Data (TxD)

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 25


Berfungsi sebagai jalur keluaran/jalur pengiriman data kerluar dari DTE menuju
DTE tujuan atau menuju DCE.
- Received Data (RxD)
Berfungsi sebagai jalur penerimaan data.
- Request to Send (RTS)
Adalah sinyal dari DTE ke DCE yang mengindikasikan bahwa DTE hendak
mengirim data. Ketika DTE hendak mengirim data, maka DTE akan
mengaktifkan RTS (pada pin akan muncul tegangan positif). DCE menerima
sinyal permintaan ini, dan jika DCE sudah siap menerima data dari DTE maka
DCE akan memberi sinyal balik ke DTE (indikasi bahwa DCE siap) melaui pin
CTS (Clear to Send). CTS aktif akan mengeluarkan tegangan positif.
- Clear To Send (CTS)
Sinyal dari DCE ke DTE yang mengidikasikan bahwa jalur telah aman, dan DTE
dipersilahkan mengirim data.
- Data Set Ready (DSR) / DCE Ready
Indikator bahwa modem / perangkat DCE sudah siap / sudah online. Arah
sinyal ini tentunya dari modem (DCE) ke DTE
- Signal Ground (Common)
Adalah ground acuan bagi perangkat.
- Data Carrier Detect (DCD)
Sinyal dari modem ke komputer (DTE) untuk memberi tahu DTE bahwa sinyal
pembawa (carrier) yang dikirim dari modem yang ada di lokasi yang jauh
telah diterima. Perlu diketahui bahwa komunikasi melalui saluran telepon
maka data digital / logika digital 1/0 diubah menjadi suara / frekuensi karena
saluran telepon biasa hanya mampu mengirim suara bukan tegangan. Pada
umumnya saat logika 1 diwakili frekuensi 1200 Hz, dan saat logika 0 diwakili
frekuensi 2200 Hz. Oleh karena itu ketika saluran telepon sedang dipakai untuk
mengirim data melalui modem (seperti saat terjadi koneksi internet dial-up)
akan terdengar 2 nada yang bergantian secara acak. DCD akan selalu aktif
selama masa komunikasi belum berakhir.
- DTE Ready (Data Terminal Ready) DTR
Sinyal dari komputer /DTE ke DCE yang mengindikasikan bahwa DTE siap dan
setelah menerima sinyal ini maka modem seharusnya mulai online.
- Ring Indicator
Pin ini akan aktif ketika ada sinyal bell masuk. Arah sinyal ini adalah dari
DCE/Modem ke Komputer. Jadi modem memberitahu komputer bahwa ada
sinyal dering dari luar. Pada operasi auto answer, maka komputer selanjutnya

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 26


akan memerintah modem untuk seolah olah meng-angkat gagang telepon
agar koneksi terjalin.

Hubungan antara DTE-DCE adalah sebagai berikut:

Gambar 4.3 Koneksi lengkap DTE ke DCE

4.3 Konektor
Terminal / konektor standart RS-232 adalah berupa D-sub 9 dan peletakan sinyal
pada pin juga sudah distandartkan seperti berikut:

Gambar 4.4 Spesifikasi konektor dan sinyal RS232

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 27


Perlu diperhatikan bahwa konektor D-sub 9 Male dan Female memiliki perbedaan
penomoran seperti berikut:

Gambar 4.5 Beda Konektor RS232 Female dan Male

Perhatikan bahwa bentuk konektor ini hampir sama dengan konektor VGA (Konektor
untuk dihubungkan ke Monitor) tetapi sebenarnya jelas beda. COM hanya memiliki 9
pin sementara VGA memiliki 15 pin.

Gambar 4.6 Konektor VGA bukan serial COM

Sekali lagi bahwa sinyal RTS, CTS, DSR, DTR,RING,DCD pada prakteknya hanya sering
dipakai untuk mengkoneksi antara DTE ke DCE. Jika hanya DTE ke DTE langsung pada
umumnya cukup hanya dengan 3 kabel yaitu Tx, Rx dan Ground (Pin 2, 3 dan 5)
dengan jalur yang dibali Tx-Rx Rx-Tx Gnd-Gnd atau secara pin 2-3, 3-2, 5-5.

Gambar 4.7 Koneksi 3 kabel RS232

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 28


RS-232 mengunakan tegangan untuk mengimplementasikan logika 1/0. Level
tegangan yang distandartkan dibedakan mejadi dua kategori yaitu pengirim dan
penerima.

Pada sisi pengirim / Driver, standart level tegangan adalah:


- Logika 1 : -5V sampai -25V
- Logika 0 : +5V sampai +25V
- Tegangan -5V sampai +5V adalah range terlarang yang akan menyebabkan
logika mengambang.

Sedangkan pada sisi penerima / Receiver, standart level tegangan adalah:


- Logika 1 : -3V sampai -25V
- Logika 0 : +3V sampai +25V
- Tegangan -3V sampai +3V adalah range terlarang yang akan menyebabkan
logika mengambang.

Gambar 4.8 Standart level sinyal RS232

Standart level itu berlaku baik pada jalur data (TxD,RxD) maupun jalur control (CTS,
RTS, DTR, DSR, RING, DCD).

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 29


Dengan level tegangan standart tersebut maka jarak maksimal adalah 50 feet (15
meter). Tetapi hal tersebut sebenarnya adalah tergantung dari pemilihan kabel.
Secara prinsip sebenarnya pembatasan adalah pada nilai kapasitansi dari saluran,
batas maksimal adalah 2500pF. Dengan asumsi bahwa pada umumnya kabel
memiliki nilai kapasitansi sebesar 160pF/m hingga 50pF/m maka jarak maksimum
yang diijinkan sesuai standart adalah 15 meter 50 meter.
Kecepatan transmisi pada RS-232 yang ditentukan dari pemilihan baudrate juga
mempengaruhi jarak. Jika menggunakan baudrate yang rendah, maka data akan
bisa mencapai jarak yang jauh dengan baik.

RS-232 dirancang untuk menangani komunikasi antar 2 perangkat. Jadi RS-232 pada
dasarnya hanya bisa dihubungkan point to point 1:1. Standart ini tidak
merekomendasikan hubungan 1:N. Hubungan 1:N hanya bisa terjadi jika hanya ada
1 perangkat yang berfungsi sebagai pengirim sisanya adalah penerima/pendengar
seperti yang diilustrasikan pada gambar dibawah ini.

Gambar 4.9 Koneksi RS232 lebih dari dua perangkat

Dari gambar terlihat bahwa sebenarnya yang melakukan komunikasi secara penuh
adalah antara DTE kiri dan DTE kanan. 2 DTE lainnya (bawah) hanya mengambil dari
jaur Received data (RxD) jadi 2 DTE ini hanya mendengar. Jika pada jalur TxD
terdapat atau dihubungkan ke 2 atau lebih TxD maka akan terjadi kerusakan logika.
Jadi RS-232 adalah untuk point to point, jika dibutuhan point to multipoint (1:N) maka
standart RS-232 ini tidak cocok penggunaannya.

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 30


5
EIA RS-422 dan RS-485

Dari bab sebelumnya diketahui bahwa komunikasi data dengan standart RS-232
dibatasi pada jarak 50 feet (15 meter). Hal ini disebabkan RS232 menggunakan
tegangan dengan acuan ground bersama untuk merepresentasikan logika 1/0.
Dengan adanya kebutuhan berkomunikasi lebih dari 50 feet itu maka
dimunculkanlah standart baru. Standart itu adalah RS-422 dan RS-485.

5.1 Transmisi data secara unbalanced


RS-232 yang menggunakan tegangan sebagai representasi logika termasuk
mengunakan sistem unbalanced. Maksud sistem pengiriman data secara
unbalanced adalah jika , sinyal common / acuan / ground (reference) dipakai
secara bersamaan untuk sinyal sinyal dan juga untuk rangkaian elektronik di
dalamnya. Dengan demikian maka dibutuhkan hanya 1 kabel/jalur per setiap sinyal.
Ground nya bersama sama. Misal membutuhkan 10 sinyal maka hanya butuh 10
kabel data plus 1 jalur ground.
Secara teori, sistem unbalanced ini akan bisa bekerja baik tetapi jika konsumsi arus
kecil dan nilai impedansi ground kecil. Tetapi pada kenyataannya, sistem ini bekerja
baik untuk pentransmisian data dalam jarak pendek. Hal tersebut disesbakan jalur
ground yang jadi referensinya adalah menggunaka kabel pada umumnya (sama
seperti yang digunakan untuk mengirim data) sehingga memiliki karakteristik sebagai
konduktor umum (memiliki nilai resistansi, induktansi dan kapasitansi).

Gambar 5.1 Pengiriman data secara unbalanced (common ground)

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 31


Pada komunikasi jarak jauh, konduktor common ini memiliki nilai potensial tegangan
yang berbeda antara titik awal hingga titik ujungnya. Jalur konduktor common ini
juga menjadi tempat masuknya noise dan tegangan pengganggu lainnya.

5.2 Transmisi data secara balanced


Berbeda dengan sistem un-balanched, pada sistem balaced, setiap signal dikirimkan
melalui dua jalur. Jadi pada sistem ini referensinya tidak dipakai bersamaan,
melainkan setiap sinyal punya referensi sendiri.

Gambar 5.2 Pengiriman data secara balanced

Tegangan yang diterima pada sisi receiver diukur berdasarkan perbedaan nilai
tegangan antar dua jalur tersebut. Sistem ini disebut balanced atau sistem
diferensial. Dengan menggunakan sistem ini, masalah inteferensi dapat ditekan jauh
lebih rendah dibanding sistem un-balanced.
Sistem balanced ini memungkinkan pengiriman data secara cepat dan dengan
jarak yang jauh. Nilai drop tegangan dapat dieliminasi karena antar penghantar
memiliki karakteristik yang sama, sehingga nilai drop tegangan sama. Dan karena
yang diukur adalah perbedaan tegangan antar jalur, maka nilai drop yang sama
akan saling meniadakan sehingga yang terukur hanya sinyal datanya.

5.3 Standart RS-422


RS-422 menggunakan sistem pentranmisian data dengan metode diferensial
(balanced). Dengan menggunakan sistem ini maka banyak perbaikan jika
dibanding sistem RS-232, antara lain:
- Jarak transmisi bisa mencapai 4000 feet (1.2 km).
- Data rates bisa mencapai 10 Mbps (naik 1000 kali dibandingkan RS-232)

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 32


- Dalam satu jalur hanya 1 driver / pengirim / transmitter
- 1 pengirim bisa diterima hingga 10 perangkat penerima
- Adanya jalur kirim dan terima yang terpisah sehingga komunikasi bisa full
duplex.

Dalam setiap jalur sinyal terdiri dari 2 kabel. Secara umum biasanya disebut dengan
notasi A dan B. Perbedaan nilai tegangan antara A dan B inilah yang dipakai untuk
mendeteksi logika 0 atau 1.
Standart sinyal diferensialnya adalah:
o Logika 0 : -2V sampai -6V terhadap acuan line B
o Logika 1 : +2V sampai +6V terhadap acuan line B

Notasi yang sering dipakai selain A,B antara lain A(-) B(+), TX+ TX-. Dan seharusnya
nilai tegangan antara A dan B selalu berkebalikan seperti terlihat pada gambar xx.

Gambar 5.3 Sinyal A dan B dalam RS485

Pada prakteknya, perangkat pengirim biasanya membangkitkan tegangan


diferensial sebesar 5V.

Gambar 5.4 Wiring RS422

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 33


RS-422 pada umumnya memiliki jalur transmiter dan receiver tersendiri. Dengan
demikian maka biasanya terdapat 4 jalur (2 transmiter notasi TX+ TX-, 2 receiver notasi
RX+ RX-). Selain itu biasanya terdapat juga 1 jalur protective ground.
Pada prakteknya standart RS-422 dapat dijumpai di industri, tetapi kalah dengan RS
485.

5.4 Standart RS-485


Seperti halnya RS-422, RS-485 juga menggunakan sistem transmisi balanced. Pada RS-
485 terdapat improvisasi performansi dari RS-422. Improvisasi yang paling tampak
adalah kemampuan mendrive penerima yang jauh lebih banyak (RS-422 hanya 10
penerima untuk 1 pengirim) . Kecepatan dan jarak transmisi masih sama dengan RS-
422. Secara umum spesifikasi RS-485 adalah:
- Jarak komunikasi 4000 feet (1.2 km)
- Kecepatan hingga 10Mbps
- Dalam satu line bisa dibebani hingga 32 penerima
- Dalam satu line bisa dihubungkan hingga 32 pengirim (Dengan syarat
bergantian, dalam satu waktu hanya ada 1 pengirim yang aktif, pengirim
yang lain tidak aktif / drop sehingga sistem ini disebut multidrop)
Jika pada jalur tersebut dibutuhkan perangkat lebih dari 32 maka tetap bisa
dilaksanakan tetapi dengan menambah repeater.

Perbedaan tegangan antara A dan B mengalami perbedaan dibandingkan RS422


yaitu:
o Logika 0 : -1.5V sampai -6V terhadap acuan line B
o Logika 1 : +1.5V sampai +6V terhadap acuan line B
o High impedance : nilai resistansi sangat tinggi

Terlihat ada penambahan kondisi High Impedance pada sistem ini, hal ini yang
menyebabkan RS-485 bisa multidrop. Hal ini juga menyebabkan dalam satu jalur RS-
485 bisa dipakai mengirim dan menerima data secara bergantian (Half Duplex).
Jadi RS485 biasanya hanya terdiri dari 1 jalur (2 kabel) karena pengiriman dan
penerimaan data dilakukan pada jalur yang sama hanya bergantian waktu. Tetapi
walaupun demikian bisa juga RS-485 diseting menggunakan 4 kabel.

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 34


Spesifikasi RS-485 terlihat pada tabel:
Tabel 5.1 Spesifikasi RS485

Cara pengkoneksian RS-485 untuk perangkat di industri seperti terlihat pada gambar
5.5.

Gambar 5.5 Wiring RS485

Dari gambar terlihat bahwa cara instalasi sangat mudah yaitu terminal A
dihubungkan ke terminal A (semua perangkat) dan juga terminal B dihubungkan ke
terminal B (semua perangkat). Kesalahan pemasangan terminal misal A
disambungkan ke B akan menyebabakan salah data / gagal komunikasi(pengirim
mengirim logika 1 tetapi diterima sebagai logika 0).
Untuk mengurangi sinyal pantul maka pada perangkat yang paling ujung diberi
resistor 120 ohm. Pada prakteknya jika panjang kabel tidak terlalu panjang dan

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 35


baudrate yang dipilih tidak terlalu cepat maka resistor terminal ini bisa diabaikan.
Kabel yang dipakai bisa menggunakan produksi Belden 9841 (single pair) maupun
Belden 9842 (Two pair).

Pengkoneksian antar perangkat harus menggunakan konsep daisy chain (bahasa


penulis : sepur sepuran) tidak boleh disambung secara star atau stub.

Gambar 5.6 Tipe koneksi RS485

Sedangkan instalasi dengan ditambah repeater (jika perangkat yang disambung


lebih dari 32 perangkat) adalah seperti terlihat pada gambar:

5.7 Wiring RS485 dengan repeater

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 36


Selain itu untuk mengurangi noise, kabel yang dipakai harusnya adalah twisted dan
shielded. Dengan menggunakan kabel yang terpilin (twisted) maka jika saluran
terinduksi sinyal (mode common) luar maka hasil superposisi akan saling
meniadakan. Selain itu dengan adanya shiled maka noise tidak akan masuk ke jalur
data melainkan langsung dibuang ke ground.

Perbandingan RS-232, RS-423, RS-422 dan RS-485 adalah sebagai berikut:

Tabel 5.2 Perbandingan antar sinyal

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 37


6
Port Pada Komputer

Pengkoneksian antara perangkat dengan komputer tidak bisa dilakukan di


sembarang terminal. Kita tidak bisa menghubungkan PLC ke komputer via terminal
keyboard atau terminal video.
Perangkat yang sudah standart misalkan keyboard, mouse, monitor, joystick/game
control dan speaker sudah memiliki terminal koneksi yang dirancang khusus untuk
itu. Sedangkan hubungan anatara suatu perangkat non standart ke komputer
biasanya melalui terminal port.
Pada komputer terdapat 2 jenis port, yaitu pararel port dan serial port. Sesuai
dengan namanya, pararel port berfungsi untuk pengiriman data secara pararel
sementara serial port untuk berkomunikasi secara serial.
Port pararel dulu biasanya dipakai untuk menghubungkan printer ke komputer.
Sekarang printer rata rata sudah tidak menggunakan pararel port melainkan
menggunakan USB port. Pararel port lebih dikenal dengan LPT sementara serial port
dikenal dengan COM.

Gambar 6.1 Port pada komputer

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 38


6.1 Pararel Port/Printer Port /LPT
Port ini melaksanakan komunikasi data secara pararel, oleh karena itu maka jarang
sekali ada perangkat kendali di industri yang terhubung ke komputer melalui
perangkat terminal ini. Tetapi walaupun port ini jarang digunakan, pada bagian ini
akan dibahas sekilas mengenai port ini.
Secara fisik, port LPT ini berupa D Sub 25. Seperti ditunjukkan pada gambar xx.xx

Gambar 6.2 Konektor standart LPT / Pararel Port

Port LPT ini dibagi menjadi 3 yaitu


- Data register
Terdiri dari 8 bit yaitu D7... D0, terletak pada pin 2.pin 9. Data register ini
pada umumnya bersifat output, tetapi bisa juga diset menjadi inputan
dengan melakukan pensettingan pada register kontrol.
- Control Register
Secara internal terdiri dari 8 bit, tetapi pada fisiknya hanya terdiri dari 4 bit
yaitu C3 ... C0 menempati pin 17, 16, 14 dan 1. Perlu diketahui bahwa control
register ini bersifat active low kecuali pada C2 (bersifat active high). Register
control ini hanya bersifat sebagai outputan.
- Status register
Secara internal terdiri dari 8 bit, tetapi pada fisiknya hanya diimplementasikan
5 bit. 5 bit itupun tidak mulai dari S0-S4 melainkan mulai dari S3-S7. Pin yang
terhubung kesini adalah pin S7=pin 11,S6=pin 10,S5=pin 12, S4=pin 13 dan S3
pada pin 15. Status register ini bersifat sebagai inputan bagi computer.

Port LPT ini memiliki level logika TTL, artinya jika output berlogika 1 maka pada fisiknya
/ pada pin yang sesuai akan terukur tegangan 5 volt. Dan saat berlogika 0 maka
pada pin yang terhubung akan terukur tegangan 0 volt.

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 39


Demikian juga bagi pin inputan, saat diberi tegangan dari luar sebesar 5 volt, maka
akan terbaca sebagai logika 1 dan saat diberi tegangan 0 volt akan terbaca
sebagai logika 0.

Gambar 6.3 Definisi pin LPT

Pengalamatan port LPT ini adalah berurutan yaitu:


Data register = base
Control register = base + 1
Status register = base + 2
Dimana base umumnya pada computer adalah alamat $378, $278 atau $3BC.

6.2 COM Port


Pada komputer komunikasi data secara serial bisa dilaksanakan melalui COM. Pada
beberapa komputer lama biasanya terdapat 2 COM yang disebut COM1 dan
COM2. Pada komputer yang baru biasanya hanya dijumpai 1 COM dan bahkan
pada komputer terbaru sering tidak terdapat port COM.
Jika ingin menghubungkan perangkat melalui port serial, pada komputer yang tidak
memiliki COM bisa dilakukan dengan menambah USB to Serial. Dengan
penambahan perangkat ini maka komputer akan bisa dihubungkan dengan
perangkat kontrol yang menerapkan standart RS-232.
Pada prakteknya di lapangan, banyak sekali merk dari USB to Serial. Pada beberapa
merk perangkat USB to Serial tidak bisa berfungsi sempurna. Sehingga kadang gagal
koneksi. Untuk menghidari hal tersebut maka gunakanlah perangkat USB to Serial
dengan kualitas baik.

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 40


Gambar 6.4 Konverter USB ke RS232

Untuk mengetahui COM yang bisa digunakan pada komputer, bisa dilakukan dilihat
pada device manager (klik kanan pada My Computer -> Propertis -> Hardware ->
Device manager) seperti terlihat sebagai berikut:

Gambar 6.5 Informasi COM/LPT pada Device Manager

6.3 Konverter RS232 to RS485


Di industri banyak dijumpai perangkat yang menggunakan standart sinyal RS485. Hal
ini karena standart ini mampu menjangkau jarak yang lebih jauh (1.2 km). Terminal
dari perangkat yang memiliki terminal RS232 pada umumnya ada 3 yaitu A/B dan
ground. Perangkat dengan jalur komunikasi standart ini tidak bisa dihubungkan

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 41


langsung ke komputer yang hanya memiliki COM standart. COM standar memiliki
level RS232 sementara perangkat membutuhkan level RS485.
Agar dapat digunakan untuk menghubungkan alat yang memiliki standart RS485,
maka diperlukan suatu konverter dari RS232 to RS485.
Bentuk perangkat tersebut adalah sebagai berikut:

Gambar 6.7 Konverter RS-232 ke RS-485

Dengan converter tersebut maka output dari COM yang awalnya terdiri dari 9 pin
akan berubah menjadi 3 pin yaitu A,B dan Ground.
Dengan demikian maka pengkoneksian perangkat yang memiliki standat RS485 ke
komputer adalah sebagai berikut.

Belden 9841

18 19 20
Rangkaian PM800
- +
Converter RS-485/232
PM800 GND GND

B Tx
V1 V2 V3 VN I1+ I1- I2+ I2- I3+ I3-
A
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Rx

COM1 `

L3 S1 S2
L2 S1 S2 CT
L1 S1 S2 CT
N CT
100 meter
Sumber

Gambar 6.8 Contoh koneksi


perangkat dengan komunikasi RS-485 ke PC

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 42


7
Protokol Komunikasi

7.1 Overview
Dari bab bab sebelumnya sudah dijelaskan bagaimana menghubungkan suatu
perangkat ke komputer. Tetapi walaupun antara perangkat dan komputer secara
fisik sudah terhubung dengan benar (tempat koneksi ke komputer benar, kalau perlu
konverter-konverter juga sudah benar, jalur komunikasi sudah dikabeli dengan
benar) tetap saja tidak akan bisa terhubung tanpa adanya setting software yang
benar. Software juga kalau sudah diinstal tetapi beda aturan dengan perangkat
maka tetap saja tidak bisa terhubung.

Dalam suatu komunikasi antar perangkat agar informasi dapat tersampaikan


dengan tepat tentunya ada suatu aturan / protokol yang harus disepakati. Secara
definisi, protokol adalah suatu kumpulan aturan yang mengatur proses perpindahan
data antara pengirim dan penerima melalui suatu link / media.

Secara konsep protokol dapat kita rancang sendiri, tetapi jika kita hendak
mengkoneksikan dengan suatu perangkat maka tentunya harus mengikuti standart
perangkat tersebut.
Di dunia industri banyak sekali standart protokol, antara lain:
- Modbus
- Sysmac
- Siemens PPI
- HART
- Profibus
- ASI
- Dan lain lain
Dalam buku ini sementara hanya akan dijelaskan mengenai protokol sederhana
tetapi banyak dijumpai di industri yaitu Modbus.

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 43


7.2 Konsep Modbus
Protokol modbus membutuhkan suatu saluran komunikasi Half Duplex. Hal tersebut
dikarenakan komunikasi antara perangkat pengendali saluran (dalam hal ini disebut
Master) dengan perangkat lainya (bertidak sebagai Slave) dilakukan bergantian.
Dengan demikian maka secara phisical, protokol Modbus bisa diimplementasikan
pada jaringan RS-232, RS-423, RS-422 maupun RS-485. tetapi yang paling sering
adalah menggunakan RS-485 (karena hanya butuh half duplex, tidak perlu
memboroskan instalasi yang tidak perlu).

Pada protokol Modbus, komunikasi pasti diawali oleh master. Master mengirimkan
suatu perintah (Query). Query tersebut secara pararel akan masuk ke semua Slave
(karena jaringan RS-485 semua dipararel A-A B-B).

Gambar 7.1 Koneksi perangkat dalam jaringan RS485

Kemudian hanya slave yang sesuai dengan alamat query yang diinginkan master
yang akan menjawab. Jadi master mengirirm Query slave yang sesuai mejawab
dengan memberikan Response.
Query dan Response pada prakteknya adalah deretan angka angka. Dimana
angka angka ini telah memiliki arti standart yang diketahui antar perangkat.
Misal:
Master mengirim query -> 01 04 00 00 00 02 71 CB
Maka slave akan merespon -> 01 04 04 43 66 33 34 1B 38

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 44


Gamabar 7.2 Ilustrasi query respond pada jaringan

Angka Query 01 04 00 00 00 02 71 CB juga akan diubah dulu menjadi binner yaitu


Dari
01 04 00 00 00 02 71 CB
Diubah menjadi
000000001 00000100 00000000 00000000 00000000 00000010 01110001 11001010
setelah itu akan dikirim byte per byte mulai LSB.

Tentunya kita tidak akan paham apa maksud angka angka itu tanpa mengetahui
definisi setiap angka.

7.3 Query dan Respon


Secara mudah, query adalah perintah dari master kepada slave. Query / perintah
tersebut harus direspon oleh slave. Hanya slave yang dituju yang akan
melaksanakan perintah. Jika slave yang dituju tidak ada (misalkan perangkatnya
dalam kondisi mati atau rusak atau sudah diambil) maka tidak akan ada respon.
Jadi dalam jaringan modbus yang bertindak aktif adalah master, secara periodik
master bertanya (mengirim query) maka slave yang dituju akan menjawab. Kalau
master tidak bertanya maka slave pasif tidak akan mengirim data apapun juga /
diam. Dengan demikian maka terlihat dalam jaringan tidak boleh ada 2 master yang
aktif bersamaan.
Struktur query juga sudah distandartkan. Query standart Modbus adalah berikut:

Gambar 7.3 Standar query Modbus

Slave address : berisi alamat slave yang dituju. Jadi dalam satu line mungkin
terdapat puluhan Slave yang terhubung secara pararel. Akan

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 45


tetapi setiap slave harus memiliki nomor alamat yang berbeda.
Dalam satu jalur tidak diperbolehkan ada dua alamat slave
yang sama. Analoginya dalam satu jalan tidak boleh ada
nomor rumah yang sama, jika aa nomor rumah yang sama
maka ketika pak pos akan mengirimkan surat akan bingung.
Pada suatu perangkat biasanya nomor slave dapat diubah
ubah / dapat diset.
Function code : Function code ini adalah berisi apa maksud perintah query
master mengirimkan query. Apakah maksudnya memerintah
slave untuk menghidupkan kontak, ataukah memerintah slave
mengirim status kontak, ataukah memrintah slave mengirim
keadaan, dan lain lain. Function code hanya mungkin memilih
4 pilihan angka yaitu sesuai tabel xx.x. Diluar angka tersebut
berarti salah.

03 : membaca isi dari register yang bisa dibaca / ditulis


04 : membaca isi dari register yang hanya bisa dibaca
08 : hanya untuk mengecek apakah slave aktif
16 : menulis / mengisi register. Hanya holding register yang bisa
ditulisi.

Start address : adalah berisi alamat register pada slave yang akan
dikirimkan isi nya ke master.
Number of point : jumlah register yang akan dikirim.

Sebelumnya akan dijelaskan lebih dahulu mengenai konsep perangkat slave yang
ada hubungannya dengan pengertian register.

Agar lebih mudah maka akan digunakan sebuah analogi.

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 46


Di sebuah jalan X terdapat 20 gudang. Agar kiriman tidak salah maka nomor
gudang tidak ada yang sama. Nomor gudang yang digunakan adalah nomor 100
sampai nomor 120. Kesemua gudang tersebut sama persis, yaitu di dalamya
terdapat 10 ruang. Ruang itu diberi nomor 1000 sampai dengan 1010. Dalam tiap
ruang berisi barang dengan jumlah berbeda beda.
Ketika kantor pusat ingin mengetahu isi ruang pada salah satu gudang maka kantor
pusat hanya akan berteriak melaui penguat suara yang dapat didengar oleh semua
penjaga gudang.
Misal perintah tersebut demikian:
Gudang nomor 110 diperintah mengirimkan data status/isi dari
ruang nomor 1000 sejumlah 2 ruang urut.

Maka semua penjaga gudang akan mendengar perintah itu, tetapi


hanya penjaga gudang nomor 110 yang akan merespon.

Penjaga gudang akan mejawab:


Gudang nomor 110 menjawab perintah pengiriman data status/isi
dengan mengirimkan 2 angka yaitu 250 unit dan 135 unit.

Master akan mendengar jawaban tersebut dan memahami


maksudnya bahwa pada gudang nomor 110 - ruang nomor 1000
berisi 250 unit dan ruang nomor 1001 berisi 135 unit.

Gudang dalam ilustrasi tersebut mewakili perangkat yang dihubungkan ke jalur


RS485, nomor gudang adalah slave address (alamat slave), dalam setiap perangkat
yang memiliki protokol Modbus di dalam perangkat tersebut terdapat banyak sekali
register. Dalam analogi diatas, register adalah ruang (ruang berada di dalam
gudang). Jadi dalam setiap perangkat yang support Modbus di terdapat register,
setiap register memiliki nomor register atau alamat register.
Register dibedakan menjadi 2 yaitu :
- Input register
Adalah register yang hanya bisa dibaca tidak bisa ditulisi. Contoh adalah
register- register hasil pengukuran. Komputer master tidak diijinkan (memang
tidak bisa) mengubah isi register ini karena kalau bisa diubah maka isi register
tidak sesuai dengan pengukuran real.
- Holding Register
Adalah register yang bisa ditulis. Contoh register pada output PLC. Output
PLC selain bisa dibaca statusnya (sedang ON/OFF, mana yang ON mana

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 47


yang OFF) tetapi juga bisa diubah oleh master komputer (misalkan
mematikan / menghidupkan output jarak jauh via komputer)

Salah satu perangkat pengukur parameter listrik keluaran Schneider adalah Power
Meter. Power meter ini digunakan untuk melakukan pengukuran mulai tegangan,
arus, frekuensi, THD, daya dan masih banyak lagi.

Gambar 7.4 Contoh perangkat RS485 PM800

Power Meter seri PM810 ini bisa langsung dihubungkan ke komputer, karena memiliki
terminal RS-485. Protokol Modbus bisa disuport oleh perangkat ini.

Gambar 7.5 Terminal RS485 pad PM800

Sesuai teori RS-485, dalam satu line bisa dipasang hingga 32 PM810. Hubungan dari
sistem ini ke komputer adalah melaui port serial COM. Seperti yang diketahui bahwa
port COM menggunakan standart RS-232 sementara PM RS-485 sehingga diperlukan
konverter RS-232 to RS-485.

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 48


Gambar 7.6 Koneksi PM800 ke komputer

Cara pemasangan pararel, semua A dihubungkan ke A , B dihubungkan ke B

Gambar 7.7 Wring detail koneksi antar PM800

7.4 Prinsip Kerja Perangkat Meter


Secara periodik, perangkat ini akan melakukan pengukuran, setelah itu hasil
pengukuran ditampilkan di lcd display.
Karena perangkat ini suport Modbus, maka di dalam nya terdapat banyak register.
Fungsi register adalah menyimpan data hasil pengukuran. Data di tiap register
secara periodik selalu direfresh disesuaikan dengan pengukuran.
Jadi secara periodik, perangkat ini akan melakukan pengukuran, setelah itu hasil
pengukuran ditampilkan di lcd display dan disimpan ke register. Dengan demikian
maka tampilan di lcd dan isi register akan selalu sesuai kondisi real. Tampilan di LCD
dirancang agar pengguna dapat melihat nilai pengukuran, sedangkan isi register
meskipun selalu update (sama dengan display LCD) tetapi tidak bisa dilihat. Isi

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 49


register tersebut memang tidak dirancang untuk dilihat melainkan disiapkan untuk
konsumsi komunikasi Modbus.
Setiap register memiliki nomor alamat, dan setiap register hanya menampung 1
parameter pengukuran. Misal frekuensi, setiap ada perubahan maka selain tampilan
LCD berubah, isi dari register nomor 1180 juga pasti berubah. Jadi register alamat
1180 didedikasikan hanya untuk menyimpan nilai frekuensi. Dari mana kita tahu
bahwa register nomor berapa berisi apa? Hal tersebut bisa dilihat pada tabel register
yang ada pada manual. Setiap perangkat yang suport Modbus pasti pada manual
sheetnya terdapat tabel register.

Tabel 7.1 Register PM800

Dari tabel diatas terlihat juga bahwa pada register alamat 1200 berisi THD Arus fase A
hasil pengukuran. Dalam setiap perangkat yang sama persis tipenya, penggunaan
register selalu sama. Tetapi jika beda perangkat walaupun dikeluarkan oleh pabrik
yang sama, biasanya definisi registernya tidak sama.

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 50


Jadi misalkan semua PM810 keluaran Schneider bisa dipastikan register alamat 1180
pasti berisi frekuensi. Untuk PM500 walaupun sama-sama keluaran Schneider frekeunsi
terletak pada alamat yang berbeda.

Kembali pada contoh diatas:


Master bertanya:
Gudang nomor 110 diperintah mengirimkan data status/isi dari
ruang nomor 1000 sejumlah 2 ruang urut.

Penjaga gudang nomor 110 akan mejawab:


Gudang nomor 110 menjawab perintah pengiriman data status/isi
dengan mengirimkan 2 angka yaitu 250 unit dan 135 unit.

Master akan mendengar jawaban tersebut dan memahami


maksudnya bahwa pada gudang nomor 110 - ruang nomor 1000
berisi 250 unit dan ruang nomor 1001 berisi 135 unit.

Analogi yang sama jika ada 10 PM810 (semua adalah Slave) dihubungkan secara
daisy chained (pararel, berurutan) dengan standart RS485 plus sebuah komputer
yang bertindak sebagai master.
Kalau komputer ingin mengetahui hasil pengukuran frekuensi pada PM810 alamat
110 maka komputer akan mengirimkan Query/perintah:

PM810 nomor 110 diperintah mengirimkan data status/isi dari


register nomor 1180 sejumlah 1 ruang urut.

Maka semua PM810 akan mendengar perintah itu, tetapi hanya


PM810 nomor 110 yang akan merespon.

PM810 tersebut akan menjawab:


PM810 nomor 110 menjawab perintah pengiriman data status/isi
dengan mengirimkan 1 angka yaitu 5002

Komputer Master akan mendengar jawaban tersebut dan memahami maksudnya


bahwa pada PM810 nomor 110 - register nomor 1180 berisi 5002. Karena dari manual

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 51


terlihat 1180 adalah frekuensi maka komputer tahu bahwa hasil pengukuran frekuensi
pada PM810 nomor 110 adalah sebesar 50.02Hz

Perintah yang tadi :


PM810 nomor 110 diperintah mengirimkan data status/isi dari
register nomor 1180 sejumlah 1 register urut.

Maka semua PM810 akan mendengar perintah itu, tetapi hanya


PM810 nomor 110 yang akan merespon.

PM810 tersebut akan menjawab:


PM810 nomor 110 menjawab perintah pengiriman data status/isi
dengan mengirimkan 1 angka yaitu 5002

Dengan mengacu pada struktur query tandart Modbus

Gambar 7.8 Standar respond Modbus

Maka perintah kata kata akan berubah menjadi perintah angka / deretan angka
demikian:
110 04 11 80 00 01 XX XX

110 : alamat PM yang akan diminta mengirim data


04 : membaca dari register input
11 : alamat atas register yang akan dibaca (dalam hal ini 1180)
80 : alamat bawah register yang akan dibaca (dalam hal ini 1180)
00 : jumlah register yang akan dibaca karena frekuensi saja maka (0001 ->
dipisah menjadi 00 dan 01)
01 : sama
XX : error check byte 1 (akan dibahas lanjut)
XX : error check byte 2 (akan dibahas lanjut)

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 52


Setelah menerima query maka responnya adalah

110 04 02 50 02 XX XX

110 : alamat PM yang mengirim jawaban


04 : perintah dari master untuk mengirim isi dari input register dikirim balik
02 : jumlah byte
50 : byte 1 isi register 1180
02 : byte 2 isi register 1180 (kalau disatukan maka 5002)
XX : error check byte 1 (akan dibahas lanjut)
XX : error check byte 2 (akan dibahas lanjut)

Respon tersebut mengacu pada standart respon sebagai berikut

Dalam Modbus dikenal ada beberapa varian yaitu:


1. Modbus RTU
2. Modbus ASCII
3. Modbus TCP/IP

7.5 Modbus RTU


Keterangan yang telah disampaikan diatas adalah Modbus RTU. Dalam Modbus RTU
semua perintah (query / respon) adalah angka. Misalkan demikian:

Query
110 04 11 80 00 01 FC 1B adalah angka jadi diubah menjadi biner
demikian

01101110 00000100 00001011 01010000 00000000 00000001 11111100 00011011

(Ingat system bilangan biner 110 = 01101110 04 = 00000100 dan seterusnya)

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 53


7.6 Modbus ASCII
Untuk modbus ASCII, query tersebut dianggap tulisan, sehingga pengubahan ke
binner menggunakan table ASCII bukan konversi decimal to binner seperti RTU.

Query
6E 04 11 80 00 01 FC 1B adalah angka jadi diubah menjadi biner demikian

Note:
110 = 6E hexa

Maka pengubahannya menurut table ASCII adalah

6E = huruf 6 dan huruf E dimana huruf 6 menurut ASCII adalah 00110110 dan E
adalah 01000101 jadi 6E diubah menjadi 00110110 01000101

6E 04 11 80
00110110 01000101 00110000 00110100 00110001 00110001 dan seterusnya

dari sini terlihat Modbus ASCII akan menyebabkan lebih banyak bit yang dikirimkan.
Dalam prakteknya di industri Modbus ASCII masih dijumpai tetapi jarang.

7.7 Modbus TCP/IP


Standart ini adalah standart terbaru dari Modbus, pada jenis ini saluran fisiknya
(physical layer) tidak menggunakan RS-485 melainkan Ethernet.

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 54


8
Software

8.1 Overview
Untuk bisa menampilkan data yang dikirimkan perangkat maka selain hardware
diperlukan juga software. Ada beberapa alternatif mengenai software tersebut.
Software bisa di buat sendiri menggunakan bahasa pemrograman seperti C, Visual
C, Visual Basic atau Delphi. Tetapi dengan menrancang software sendiri perlu
diperhatikan masalah kehandalan. Software yang dipasang di industri tentulah harus
tahan banting. Jangan sampai karena software bermasalah, proses produksi harus
dihentikan. Hal tersebut akan mengakibatkan kerugian. Faktor kerumitan dan
kesulitan juga menjadi tinggi kalau harus membuat program sendiri. Pada
prakteknya, jika software yang diperlukan sederhana sering para developer sistem
otomasi menggunakan software yang dibuat sendiri menggunakan bahasa VB,
Visual C atau Delphi. Tetapi jika kebutuhan rumit misalkan perlu menampilkan status
mesin dimana status yang ditampilkan ratusa (dan di industri biasanya memang
ratusan), menampilkan ratusan bahkan ribuan parameter pengukuran secara online,
akses database, database bisa diakses dari level manajemen, kebutuhan alarm
hingga ribuan, dan lain sebagainya maka pembuatan program sendiri akan sangat
sangat rumit.
Alternatif lain yang sering dijumpai di lapangan, jika ingin mengkoneksikan perangkat
ke komputer bisa menggunakan software jadi. Software itu memang sudah
dirancang khusus menangani industri. Pengguna tinggal melakukan setting saja. Dan
karena pembuatan software itu sudah melibatkan banyak programmer profesional,
maka kehandalan sudah tidak diragukan. Feature software juga sudah sedemikian
lengkap, sehingga pengguna hanya tinggal melakukan setting saja (kecuali aplikasi
yang memang benar-benar khusus).
Software yang bisa digunakan untuk menghubungkan perangkat ke komputer
dalam istilah lapangannya disebut software SCADA. Software SCADA tidak hanya
diproduksi oleh satu produsen saja melainkan puluhan. Beberapa software SCADA
yang sering ditemui di pasaran Indonesia antara lain:
- Movicon X2
- Win CC
- Wonderware

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 55


- Citect
- Cimon
- Winlog

Software SCADA tersebut sudah dirancang kompatibel dengan ratusan tipe


perangkat yang umum dijumpai di industri.
Buku ini akan mejelaskan sekilas menggunakan software SCADA Movicon X2 produksi
Progea Italy.

8.2 Software MOVICON X2


Software SCADA ini memiliki kelebihan terutama pada tampilan grafis yang bagus
dan cara pen-settingan yang relatif mudah. Secara prinsip, seperti software SCADA
lainnya Movicon mampu menangani feature standart antara lain:
- Mampu dikoneksikan dengan ratusan merek perangkat industri mulai Omron,
Siemens, Square D, Danfoss, Panasonic Matshusita, GE Fanuc, Allen Bradley,
Klockner Muller dan masih banyak lagi
- Memiliki bidang kerja / worksheet yang user friendly dan memiliki ratusan
libarary gambar sehingga memudahkan pengguna.

Gambar 8.1 Library gambar pada Movicon X2

- Bisa diterapkan untuk arsitektur yang kompleks dan juga bisa dikoneksikan ke
WEB (Web enabled)

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 56


Gambar 8.2 Kemampuan struktur Movicon X2

- Movicon juga memiliki keunggulan tampilan grafis yang bagus

Gambar 8.3 Contoh grafis pada Movicon X2

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 57


- Untuk menjaga kelangsungan proses, maka kemampuan redundancy adalah
suatu keharusan. Dalam sistem redundancy, komputer bisa dipersiapkan lebih
dari satu. Ketika 1 komputer error, maka secara otomatis komputer yang lain
akan mengambil alih kerja.

Gambar 8.4 Sistem redundancy IO Server

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 58


8.3 Lingkungan kerja Movicon X2
Ketika kita hendak mulai mengerjakan suatu project, maka kita akan berhubungan
dengan lingkungan kerja Movicon. Agar memudahkan, maka disini akan ditampilkan
idiom standart dalam software Movicon:

Gambar 8.5 IDE Movicon X2

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 59


9
Project I
Koneksi PM800 ke Komputer

Dalam bab ini akan dijelaskan langkah per langkah cara mengkoneksikan PM810 ke
komputer hingga bisa tampil di monitor menggunakan Movicon X2.

9.1 Penentuan parameter dan mencari alamat register


Pertama ditentukan parameter yang hendak ditampilkan. Dalam contoh ini
akan menampilkan parameter:
- Arus I1 / IR
- Tegangan V1 / VR
- Frekuensi

Buka tabel register dan cari dan catat alamat masing-masing register:

Tabel 9.1 Register arus PM800

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 60


Tabel 9.2 Register Tegangan PM800

Tabel 9.3 Register frekuensi PM800

Dari tabel yang didapat dari manual PM800 maka diketahui alamat register
sebagai berikut:
- Arus fase R : alamat register 1100
- Tegangan fase R : alamat register 1124
- Frekuensi : alamat register 1180

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 61


9.2 Pemilihan setting komunikasi
Selanjutnya ditetapkan setting parameter komunikasi serial yaitu:
- baudrate
- parity
- data bit
- stop bit
Pemilihan nilai terserah kita asalkan antara setting PM800 dan komputer harus
sama.
Perlu diketahui bahwa databit dan stop bit pada PM800 tidak bisa diubah
ubah yaitu databit 8 dan stop bit 1, sehingga kita tinggal
memilih/menetapkan baudrate dan parity.
Misalkan ditetapkan:
- Baudrate : 38400
- Parity : none

9.3 Penentuan protokol dan alamat slave / slave address PM800


PM800 bisa berkomunikasi menggunakan beberapa protokol, yaitu:
- J-Bus
- Modbus RTU
- Modbus ASCII 7 bit
- Modbus ASCII 8 bit
Disini ditetapkan kita menggunakan Modbus RTU
Selanjutnya mengeset alamat dari PM800 tersebut, ini bisa terserah kita. Pada
percobaan ini alamat slave ditetapkan nomor 001

Jadi setting yang telah ditetapkan adalah:


Parameter Nilai Keterangan
Alamat Register I R 1100 Lihat manual sheet
Alamat Register VR 1124 Lihat manual sheet
Alamat Frekuensi 1180 Lihat manual sheet
Baudrate 38400 Dipilih/ditetapkan sendiri
Parity None Dipilih/ditetapkan sendiri
Data bit 8 Sudah dari pabrik
Stop bit 1 Sudah dari pabrik
Protokol Modbus RTU Dipilih/ditetapkan sendiri
Alamat Slave 001 Dipilih/ditetapkan sendiri

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 62


9.4. Pensetingan PM800 sesuai tabel yang telah ditetapkan

Untuk memulai pensetingan PM800 lakukan sebagai berikut:


1. Tekan tombol panah [---->] hingga terlihat menu SETUP
2. Tekan tombol SETUP tersebut
3. Masukkan nilai password (defaultnya adalah 0000) dengan menekan
tombol lalu tekan enter
4. Tekan tombol panah [---->] hingga terlihat menu COMM
5. Ubah nilai pada layar tersebut hingga sesuai tabel
MBUS (protokol Modbus RTU)
ADDR 001 (alamat slave 001)
BAUD (baudrate 38400)
NONE (parity none)

Maka pada LCD seharusnya seperti pada gambar diatas

9.5 Pengkabelan PM800 ke komputer


Jalur komunikasi PM800 dihubungkan ke port COM pada komputer. Tetapi
karena PM800 standartnya RS-485 sedangkan COM pada komputer adalah
RS-232 maka diperlukan konverter RS232-RS485.
Antara PM800 ke Konverter RS-232/RS-485 hanya memerlukan 3 kabel yaitu
A,B dan Ground ( pada PM800 notasinya + dan - pada konverter notasinya
485(+) dan 485(-) ).

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 63


Cara menghubungkannya:

PM800 Port COM pada PC (melalui konverter)


+ 485(+)
- 485(-)
O Gnd

Secara gambar sebagai berikut:


Belden 9841

18 19 20
Rangkaian PM800
- +
Converter RS-485/232
PM800 GND GND

B Tx
V1 V2 V3 VN I1+ I1- I2+ I2- I3+ I3-
A
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Rx

COM1 `

L3 S1 S2
L2 S1 S2 CT
L1 S1 S2 CT
N CT
100 meter
Sumber

9.6 Pensettingan Movicon X2


Langkah terakhir adalah setting Movicon. Pensettingan dilakukan sebagai
berikut:
1. Buka program Movicon X2

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 64


2. Maka akan tampil splash screen sebagai berikut, tunggu hingga hilang.

3. Setelah itu akan muncul dialog pemilihan targer aplikasi sebagai berikut:

Movicon bisa dijalankan di komputer (Win32 platform), di perangkat


HMI/touch screen (Trminals j2se)), di PDA (baik PDA dengan operating sistem
Windows compaq edition / WinCE platform, maupun PDA dengan operating
system lain misalkan symbian J2me)
Karena pada percobaan ini akan menggunakan komputer maka pilihlah
Win32 platform.

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 65


4. Setelah itu klik [Open] maka akan muncul dialog baru seperti berikut:

Ketikkan nama file Movicon yang akan kita buat (contoh ini menggunakan
nama Interfacing1) dan pilih lokasi folder tempat menyimpannya.

5. Selanjutnya klik [Next] maka akan muncul dialog untuk pengesetan


password.

6. Karena percobaan ini tidak menggunakan password maka langsung saja


klik [Next]. Selanjutnya muncul dialog sebagai berikut:

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 66


Ini adalah untuk mengeset jumlah layar / screen. Pada percobaan ini ketiga
parameter tersebut ditampilkan bersamaan jadi cukup menggunakan 1
screen. Maka cawanglah Create # Screens dan pada isian ubah menjadi 1
saja.
7. Klik [Next]. Munculah dialog seperti dibawah ini. Ini jika kita ingin
mengaktifkan Historical dan Trace

8. Dalam percobaan kita belum menggunakan Historical dan Trace maka


hilangkan tanda cawang pada keduanya lalu klik [Next]
Muncul dialog sebagai berikut:

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 67


Dialog ini untuk mengaktifkan Data Logger (data yang terbaca misalkan
tegangan, arus dan frekuensi dicatat secara periodik ke database) dan
Recipe (kumpulan setting parameter). Database bisa memilih menggunakan
MS Access, MS Excel dan MS SQL Server. Pada percobaan kita mengunakan
Data Logger maka cawanglah pada Create Data Logger and Recipes ODBC
DSN dan database menggunakan MS Excell.

9. Lalu klik [Next]. Mucul dialog sebagai berikut

Dialog ini adalah jika kita menginginkan menggunakan alarm. Dengan


mengaktifkan alarm maka saat suatu nilai parameter diluar batas (threshold)

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 68


maka secara otomatis Movicon akan menampilkan peringatan. Penjelasan
tersebut adalah alarm analog. Sedangkan alarm digital adalah ketika suatu
input digital aktif / berlogika 1 maka Movicon akan membangkitkan alarm
(tetapi bisa diset juga saat suatu input berlogika 0 malah membangkitkan
alarm). Pilih dan cawang keduanya.

10. Klik [Next] Muncul dialog sebagai berikut:

Dialog ini adalah pemilihan protokol apa saja yang akan digunakan. Jadi
satu komputer / satu Movicon bisa dihubungkan dengan beberapa
perangkat dengan protokol yang beda beda dalam satu saat. Tetapi setiap
COM hanya 1 protokol.
Pada percobaan menggunakan Modbus RTU yang menggunakan
komunikasi serial sehingga pilihlah Modbus -> Modbus Serial.

11. Klik [Next] akan muncul dialog sebagai berikut

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 69


Ini adalah dialog pengesetan parameter umum / general dari Modbus Serial
tadi. Dari sedemikian banyak parameter biarkan saja nilai defaultnya yang
perlu diubah adalah yang paling bawah yaitu Frame Type pemilihan jenis
Modbus. Maka pilihlah Modbus RTU.

12. Klik tabulasi Station bukan tombol OK.


Tampilan akan berubah menjadi berikut

Dialog ini berfungsi untuk melakukan pengesetan jumlah perangkat (dalam


hal ini PM800) pada jalur. Seperti diketahui bahwa RS-485 mampu men-drive
hingga 32 perangkat jadi dalam satu jalur RS-485 bisa dihubungkan dengan
32 buah PM800.

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 70


Tetapi dalam percobaan ini hanya 1.

13. Klik pada tombol [Add] (kalau 32 PM800 maka klik Add 32 kali)

Dialog ini dipergunakan untuk mengeset parameter serial komunikasi.


Diantara banyak sekali parameter yang perlu diset adalah:
- Station name : label perangkat untuk memudahkan misal PM800Gudang
atau PM800Pabrik1 dan lain lain. Pengesetan tidak wajib tetapi agar
memudahkan. Pada percobaan diset menjadi PM1

Setting parameter Serial Port Setting bagian


- Port : adalah ke port COM komputer mana PM800 tersebut
dihubungkan misal COM1, COM2 atau lainnya. Pada percobaan
menggunakan COM1.

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 71


- Baudrate : diset sesuai pilihan kita di awal 38400bps
- Byte suze : adalah data bit yaitu 8
- Parity : diset sesuai pilihan kita di awal yaitu No parity
- Stop bit : ikut sesuai PM800 yaitu 1 Stop bit
- Station ID (dibawah sendiri) : adalah slave addres, sesuai setting kita
di PM800 adalah 001.

14. Klik tombol [OK] maka akan muncul tampilan sebagai berikut:

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 72


15. Klik [Ok] lagi muncul dialog untuk mengimport label dari perangkat
(nisalkan label pada I/O PLC). Karena kita tidak perlu maka klik [No]

Muncul lingkungan Movicon semacam ini

Pada sisi kanan yaitu Project Explorer akan muncul nama yang kita ketik diawal yaitu
Interfacing1. Jika Project Explorer ini menghilang untuk menampilkan kembali cukup
menggeser mouse (tidak usah di klik) ke tulisan Project Explorer di paling kiri.

Selanjutnya buat tiga variable untuk menampung nilai yang dikirimkan PM800. Beri
nama tiga variable itu sebagai berikut:
- ARUSI1
- TEGANGANV1

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 73


- FREKUENSI
Variable dibuat di dalam Real Time DB -> List Variables. Caranya adalah sebagai
berikut.

16. Tampilkan Project Explorer dengan menggeser mouse ke tulisan Project


Explorer miring di kiri layar. Selanjutnya klik mouse pada tanda [+] di depan
tulisan Real Time DB.

17. Selanjutnya klik kiri mouse sekali pada List Variables (Tags .....)
18. Kemudian klik kanan (mouse masih berada di atas tulisan List Variables
(Tags .....) maka akan muncul pop up menu berikut.

19. Klik kiri dan pilih New Variable muncul dialog demikian:

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 74


20. Ubah VAR00001 menjadi ARUSI1 (tanpa spasi) lalu klik [Ok] maka akan
muncul dibawah List Variable

disitu terlihat bahwa variable ARUSI1 adalah word (16 bit) untuk menampung
data yang dikirimkan dari PM800 diperlukan Dword (32 bit) maka lakukan
perubahan type variabel. Caranya:

21. Klik kiri sekali pada tulisan Word (16 bit) disamping ARUSI1 maka pada
kanan layar pada panel propertis seharusnya demikian:

22. Klik kiri sekali pada tanda [+] General maka akan muncul

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 75


23. Klik dan ubah Type menjadi Dword (32 bit without sign)

24. Klik tombol untuk menyimpan perubahan.

Setelah itu dilakukan maka variabel ARUSI1 yang tadinya Word 16 bit

Berubah menjadi Dword 32 bit without sign

25. Ulangi langkah 17 hingga 24 untuk membuat dua buah variable yang lain
yaitu TEGANGANV1 dan FREKUENSI, hingga terbentuk sebagai berikut

26. Selanjutnya kita akan mengeset / menghubungkan variable dalam


komputer ini dengan register yang sesuai .

- Arus fase R : register 1100 dihubungkan ke var ARUSI1


- Tegangan fase R : register 1124 dihub ke var TEGANGANV1
- Frekuensi : register 1180 dihubungkan ke var FREKUENSI

Caranya klik pada tanda [+] List Comm.Driver hingga muncul Modbus Serial

27. Klik sekali pada modbus serial untuk memilih, lalu klik kanan (posisi mouse
masih di atas tulisan Modbus Serial) hingga muncul dialog sebagai berikut:

28. Klik pada Comm.Driver Setting maka muncul

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 76


29. Klik pada tabulasi Task maka muncul

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 77


30. Klik tombol [Add]

sekarang kita akan menghubungkan antara variable ARUSI1 ke register


PM800 alamat register 1100

31. Klik pada tulisan / baris Variables, lalu klik pada tombol yang muncul
sebaris dengan Variables

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 78


Pilih dengan klik sekali pada ARUSI1, lalu klik tombol [Ok] maka variable
ARUSI1 akan masuk

selanjutnya hubungkan dengan register nomor 1100

32. Pilih Start Address (paling bawah sendiri) dan isilah dengan angka 1100.
start address ini adalah alamat register yang diinginkan.

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 79


33. Ubah juga parameter Swap Words menjadi True. (berhubungan dengan
urutan pengiriman data oleh PM800) lalu klik [Ok]

34. Ulangi langkah 30 33 untuk kedua variable yang lain (TEGANGANV1 dan
FREKUENSI) hingga tampilannya menjadi berikut.

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 80


35. Klik [Ok]
Sampai pada titik ini, maka isi tiga variable kita sudah terhubung ke register
yang bersesuaian di PM800. Setiap saat isi tiga variable ini selalu di update
sehingga sesuai dengan hasil pengukuran real.
Tetapi walaupun isi variable tersebut sudah sama dengan PM800 tetapi
variable tersebut belum tampak oleh operator. Maka langkah terakhir adalah
menampilkan isi variabel ke layar monitor. Caranya:

36. Tampilkan Project Explorer, lalu klik kiri sekali pada tanda [+] Resources

37. Double klik kiri pada tulisan Screen1 dan geser mouse keluar area Project
Explorer, tunggu hingga panel Project Explorer menghilang. Maka akan
terlihat ada layar putih.

Layar putih inilah tempat kita menggambar / menampilkan isi ketiga variabel
tersebut agar tampak.

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 81


38. Selanjutnya pilih komponen tampilan. Geser mouse ke atas tulisan
Toolbox miring di paling kanan, tunggu hingga panel Toolbox muncul.

39. Geser kebawah ke arah Sliders

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 82


40. Klik kiri sekali mouse di icon lalu klik kiri di bidang layar putih (terserah)
maka akan muncul.

41. Hubungkan gambar meter tersebut dengan variable ARUSI1 agar isi
variabel tersebut tampak pada pergeseran jarum. Caranya Klik sekali
pada gambar Meter (yang di layar putih). Maka pada panelPropertis
kanan akan muncul.

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 83


42. Klik pada tanda [+] Variables (atas sendiri)

43. Klik pada icon pada Gauger-Slider Variable (atas sendiri) lalu klik

pada icon yang muncul.

44. Pilih ARUSI1 (klik kiri sekali pada tulisan ARUSI1) lalu klik tombol [Ok]
Berarti slider/jarum pada meter ini sudah dihubungkan ke variabel ARUSI1,
jika isi ARUSI1 berubah maka posisi slider/jarum juga akan menyesuaikan.
Dengan demikian maka perubahan akan tampak di layar.
Selanjutnya adalah mengubah skala minimum maximum dari meter.
PM800 mengirimkan arus 1A sebagai bilangan 100 (dikalikan 100) maka
posisis skala maximum jika ingin menampilkan range 0 10A maka nilai
skala maximum harus diubah 10x10 = 100. caranya :

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 84


45. Klik sekali pada tanda [+] didepan Scale Setting

46. Ubah Max Value menjadi 100. Klik tombol untuk menyimpan
perubahan. Maka pensetingan penampilan variabel ARUSI1 selesai.
47. Lakukan langkah 40 46 dua kali untuk variabel TEGANGANV1 dan
FREKUENSI. Perhatikan masalah skala:
Tegangan :
Maximum 300V maka nilai Max.Value = 30000.
Frekuensi
Range hanya 49Hz -51Hz maka nilai Min.Value = 4900 dan Max.Value =
5100.

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 85


48. Selesai semuanya, selanjutnya Movicon siap dijalankan. Klik pada icon

Maka akan tampil

Seharusnya kalau benar maka posisi jarum akan sesuai dengan nilai
terukur di PM800. Karena Movicon X2 ini versi demo, maka koneksi akan
putus setelah 15 menit.

Untuk berhenti dan kembali ke tampilan sebelumnya tekan icon .

Demikianlah cara menghubungkan perangkat Modbus dalam hal ini PM800 ke


komputer melalui Movicon X2. Pembaca bisa meneruskan latihan dengan mencoba
menampilkan parameter yang lain dari PM800 misalkan Power Factor, THD, dan lain
lain.
Perlu diketahui bahwa cara pensetingan Movicon X2 yang ditampilkan diatas
adalah merupakan cara yang paling sederhana. Banyak terdapat cara pensetingan
yang lebih baik, tetapi karena buku ini dirancang bagi pemula maka untuk
menghindari kompleksitas maka cara sederhanalah (basic) yang ditampilkan.

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 86


10
Project 2
Koneksi PLC Omron CPM ke Komputer

10.1 Overview
PLC adalah suatu perangkat kendali yang sering ditemui di industri. Pada project
kedua ini akan dibahas bagaimana cara menghubungkan PLC OMRON CPM2A 30
CDR. Perlu diketahui protocol yang dipergunakan adalah Host Link. Dalam
percobaan ini akan dibahas bagaimana cara menampilkan status inputan (Input
berada pada channel 0) dan juga status output PLC (output berada pada channel
10).

Gambar 10.1. PLC OMRON CPM2A*)


*) Omron Electronics INC. CPM2A Product Overview, Schaumburg. 1997, page 1.

Target koneksi:

- Perangkat : PLC OMRON CPM2A (melalui peripheral port)

- Protokol : Host Link

- Register monitoring : Input alamat 00

Output alamat 10

- Slave / Node address :1

- Sinyal koneksi : RS-232

- Perangkat tambahan koneksi : CIF01

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 87


Tabel 10.1. Spesifikasi CPM2A*)

*) Omron Electronics INC. CPM2A Product Overview, Schaumburg. 1997.

Gambar 10.2. Hubungan PLC dengan PC

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 88


10.2 Setting PLC
Agar dapat terjadi komunikasi data antara computer dan PLC maka
kedua perangkat tersebut harus diseting. Pertama yang dilakukan adalah
pensetingan project. Setting project seperti telihat pada gambar dibawah:

Gambar 10.3. Project setup

Setelah setting project selesai, selanjutnya yang harus dilakukan yaitu


setting hubungan atau interface antara PLC yang dihubungkan dengan PC,
setting port yang digunakan dan setting unit atau node, dimana node ini yaitu
alamat PLC yang digunakan.

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 89


lalu

Gambar 10.4. Setting Port dan Unit PLC

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 90


Jika setting node PLC dibutuhkan,maka diseting dengan cara masuk
pada project menu, setelah itu pilih menu PLC setup. Lihat pada gambar
dibawah software syswin dibawah ini,

lalu

Gambar 10.5. Seting node PLC

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 91


Setelah masuk pada menu PLC setup Pilih pada menu peripheral port
seting dan ganti node sesuai yang diinginkan kemudian klik write dan kemudian
close.
Jika program yang kita buat sudah selesai dengan cara kerja modul,
maka langkah selanjutnya yang harus kita lakukan adalah mengkoneksikan
program tersebut dengan PLC.
Mengisikan program ke PLC, pertama tama yang harus kita perhatikan
adalah apakah PLC sudah terhubung dengan PC (tempat membuat program
atau biasanya menggunakan console programe). Interface pada PC dengan
PLC ini menggunakan kebel RS 232 atau CIF0-1. setelah semuanya siap, lakukan
langkah berikut ini:
Online Connect

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 92


10.3 Setting software Movicon X2
Pengoperasian program dari SCADA Movicon X2 adalah sebagai
berikut :
Pengoperasian program Movicon X2 dimulai dengan membuka
program Movicon X2.

Gambar 10.6. Tampilan Membuka Program Movicon X2

Untuk membuat file project baru tekan New pada toolbar file
menu (Ctrl+N).

Gambar 10.7. Tampilan Membuat Project Baru

Kemudian akan muncul pilihan bentuk koneksi yang akan


digunakan. Pilih Win32 Platform. Adapun bentuk tampilan windownya
seperti dibawah ini:

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 93


Gambar 10.8. Tampilan Pilihan Bentuk Koneksi

Pada tampilan dibawah ini, diharuskan mengisi nama project


yang akan dibuat dan memilih tempat dimana project akan disimpan,
kemudian tekan tombol Next.

Gambar 10.9. Tampilan Pemberian Nama Project

Apabila ingin menggunakan password pada project untuk


keamanan data maka klik Password Protected Project. Namun pada
project ini tidak menggunakan password sehingga langsung menekan
tombol next.

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 94


Gambar 10.10. Tampilan Pemberian Password Pada Project

Pengaturan driver-driver yang dibutuhkan, Diriver ini akan


memberikan bentuk keluaran data koneksi dari project yang dibuat. Pilih
OMRON - Host Link karena pada project ini menggunakan PLC OMRON
yang komunikasinya mengunakan host link. Kemudian tekan next pada
window.

Gambar 10.11. Tampilan Pemilihan Driver

Dalam tahap ini bisa langsung dilewati atau dirubah nanti, karena
pada tampilan window yang terakhir akan muncul kembali cara

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 95


pengaturan ini bersama logger historical, Masukkan data logger yang
akan dimonitoring pengaturan alarm, kemudian apabila ditekan finish,
maka secara otomatis akan muncul pengaturan dasar dari pembuatan
proyek ini, kemudian tekan next sampai perintah menunjukan finish

Gambar 10.12. Tampilan Ukuran dan Warna Screen

Gambar 10.13. Tampilan Logger Historical

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 96


Gambar 10.14. Tampilan Untuk Data Logger Yang Dimonitoring

Gambar 10.15. Tampilan Untuk Jenis Alarm

Setelah selesai menekan tombol finsh maka akan muncul


tampilan OmronHostlink. Pilih Station Add untuk menambah driver

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 97


komunikasi.

Gambar 10.16. Tampilan Untuk Add

Setelah Add diklik maka pilih keep opened yang mana tampilannya
dirubah dengan FALSE

Gambar 10.17. Tampilan Untuk Keep Opened

Setelah menekan Add dan Keep oponed maka akan muncul


tampilan Station Properties, rubah Station Name menjadi CPM1A
(untuk mempermudah membedakan antara PLC yang satu dengan
yang lainnya).

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 98


Gambar 10.18. Tampilan Untuk Station Name

Dengan memberi nama pada station name maka harus dirubah nilai
portnya sesuai dengan komunikasi yang digunakan atau kabel
penghubung antara PLC dengan PC, kemudian masukkan station Id
Address atau node ini digunakan untuk pengalamatan alat atau divice

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 99


Gambar 10.19. Tampilan Untuk Port dan Station Id

Jika tampilan sudah sebagai berikut maka ulangi langkah add untuk
menambahkan station ID atau perangkat yang akan dimonitoring,
setelah itu lakukan test cable untuk mengetahui apakah komunikasi
sudah sesuai dengan setting.

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 100


Gambar 10.20. Tampilan Untuk Test Cable

Setelah menentukan konfigurasi software pada project maka


langkah selanjutnya yaitu membuat alamat-alamat I/O (variable).
Adapun langkah yang harus lakukan adalah:
1. Pilih database Real time dalam project window (Project
explorer). Klik kanan pilih list variable.

Gambar 10.21. Tampilan Database Real time dan List Variable

2. Setelah klik kanan dan pilih list variable pada database Real time
maka akan tampil variable name dengan nama CPM1A ch_01 lalu
tekan OK

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 101


Gambar 10.22. Tampilan Name Variable

Sebuah variable baru dibuat dalam proyek dengan nama dan


propeties sesuai standar, maka pilit type variabelnya.

Gambar 10.23. Tampilan Variable Type

Setelah itu pilih Real time, pilih list commad driver klik pada tanda +
dan pilih host link selanjutnya klik kanan dan klik pada commad
driver setting untuk menampilkan task Windows (omrn host link) dan
pilih Add untuk menampilkan task properties lalu klik variable maka

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 102


akan muncul Tag browser hal ini digunakan menentukan variable
yang akan dimonitoring.

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 103


Gambar 10.24. Tampilan List Commad Driver dan Task Windows

Untuk monitoring I/O PLC isikan start address dengan I kemudian diikuti
nomor chanel. Contoh untuk memonitoring chanel 10 maka ketik I10

Gambar 10.25. Tampilan I/O pada Address

Untuk monitoring dm pada PLC ketik d kemudian diikuti nomor Data


memory. Contoh untuk memonitoring DM 500 ketik D500

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 104


Gambar 10.26. Tampilan DM pada PLC

Jika sudah maka akan muncul task seperti berikut.ulangi langkah


tersebut bila ingin menambahkan variable yang akan dimonitoring

Gambar 10.27. Tampilan Untuk Menambah Variable

Setelah membuat alamat-alamat I/O (variable maka langkah


selanjutnya yaitu membuat desain tampilan software. Adapun langkah
yang harus lakukan adalah:
1. Pilih folder Resource dari project window (project explorer),klik kanan
dan pilih Add new screen untuk tampilan gambar.

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 105


Gambar 10.28. Tampilan Project Resource

2. Pilih perintah Add a new Screen dari Command Pane yang


terdapat dibawah dari project window. Anda juga dapat
menggunakan cara lain yaitu dengan menekan klik kanan pada
mouse, Klik tampilan yang diinginkan pada toolbox dan drag
pada screen yang diinginkan

Gambar 10.29. Tampilan Project Screen dan Toolbar

3. Masukkan variable yang diinginkan pada properties objek yang akan


memonitoring

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 106


Gambar 10.30. Tampilan Properties Objek

4. Untuk variable yang memonitoring chanel maka tambahkan . untuk


membaca bit yang diinginkan. Contoh apabila yang ingin
dimonitoring IO ch 1 bit ke satu maka variable CPMIA_ch1.1

Gambar 10.31. Tampilan Variable Channel

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 107


Untuk memasukkan DM maka masukkan variabel yang telah dibuat
sebelumnya

Gambar 10.32. Tampilan Variable DM

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 108


Untuk memastikan hasil yang telah dibuat dapat berjalan dengan
baik maka project harus dijalankan. Adapun cara yang dilakukan antara
lain :

1. Tekan tombol atau gunakan start project melalui File Menu


(ALT+F12)
a. Movicon akan bertanya apakah project akan disimpan atau
tidak. Tekan tombol OK agar project yang telah dibuat dan
diedit dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan.
b. Setelah project disimpan pada data, akan dijalankan dalam
mode run dimana nantinya objek dapat dioperasikan untuk
melihat apakah bekerja seperti yang telah direncanakan.
c. Untuk kembali ke mode pemrograman, gunakan tombol ALT+F12

atau dari bar.

Gambar 10.33. Tampilan Untuk Tombol Start (RUN)

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 109


Gambar 10.34. Tampilan Untuk Tombol Stop

Basic Industrial Interfacing Sapto Wibowo 110

Das könnte Ihnen auch gefallen