Sie sind auf Seite 1von 7

HUBUNGAN PENGGUNAAN MASKER SUNGKUP SELAMA NEBULIZER

TERHADAP SATURASI PERIFER OKSIGEN PADA PASIEN PPOK

Sastro Putre Gustiawan, Ni Luh Adi Satriani, NLP Inca Buntari Agustini
BRSUD Kab. Tabanan Jl. Pahlawan No.14, Delod Peken, Kab. Tabanan, Bali 82100
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bali Jalan Tukad Balian No. 180 Renon,Denpasar
Email: sastroboyz69@gmail.com

ABSTRACT
Introduction : In Standard Operating Procedure, the use of hood mask on COPD patients in nebuliz-
er therapy is used when necessary, which means that the medical staff able to wear a mask or not, it is
because of lack of firmness in the Standard Operating Procedures created.
Aim. To determine the relationship of the use of hoods during therapy nebulizer mask to saturation of
peripheral oxygen in COPD patients in the ER Agency Tabanan General Hospital.
Method : This research used non-probability sampling design, the sampling technique used in this
study was consecutive sampling technique.
Results : The respondents who wore hood mask on during nebulizer therapy as many as 84 respond-
ents (98.8 percent), respondents who woremask on for 10-15 minutes by 85 respondents (100 percent),
respondents who installed the rubber on mask during nebulizer therapy was 81 respondents (95.3 per-
cent), the majority of respondents whom masks do did not come loose during nebulizer therapy as many
as 76 respondents (89.4 percent). The saturation of oxygen peripheral therapy on COPD patients with
nebulizer has a normal outcome as many as 82 respondents (96.5 percent).
Discussion: There was a significant relations between the use of hood mask during nebulizer therapy
with the saturation of oxygen peripheral on COPD patients with the results of Pearsons Chi-square test
in Asymp.Sig value. (2-sided) of 0.00 (p = 0:00), because the value of Asymp.Sig. (2 -sided) 0:00 <0:05
(Alpha 5%). In a nebulizer therapy on COPD patients, medical staff should wear a hood mask during
the therapy and follow-up the result of this study for the changes of standard operating procedures.

Keywords : COPD, Hood Mask, Oxygen Peripheral Saturation, Nebulizer.

PENDAHULUAN perkirakan sebesar 6,3% dengan prevalensi


tertinggi terdapat di Vietnam 6,7% dan China
Penyakit Paru Obstruktif Kronik
6,5%.
(PPOK) adalah penyakit dengan karakteristik
adanya keterbatasan pada saluran napas yang World Health Organization (WHO)
ireversible. Keterbatasan saluran napas ter- memperkirakan bahwa tahun 2020 angka ke-
sebut biasanya terjadi progresif dan berhub- jadian PPOK akan meningkat dan menjadi
ungan dengan respons inflamasi yang dikare- penyebab kematian ketiga di dunia. Indonesia
nakan oleh bahan yang merugikan atau gas sebagai negara dengan jumlah perokok yang
terutama akibat asap rokok (Global Initiative banyak dipastikan memiliki prevalensi pen-
for Cronic Obstructive Lung Disease, 2013). derita PPOK yang tinggi, tetapi data
mengenai jumlah pasti penderita PPOK tidak
PPOK merupakan salah satu penyakit
diketahui (Depkes RI, 2008). Angka kejadian
tidak menular yang jarang terekspose karena
PPOK di IGD Badan Rumah Sakit Umum
kurangnya informasi yang diberikan. Jumlah
Tabanan didapatkan data tahun 2013
penderita PPOK di Amerika Serikat pada ta-
sebanyak 484 kasus, tahun 2014 sebanyak
hun 2011 diperkirakan sekitar 14 juta orang
834, dan tahun 2015 sebanyak 577 dengan
(Global Initiative for Cronic Obstructive
rata-rata 48 kasus perbulan. Dari data diatas
Lung Disease, 2011) sedangkan prevalensi
ada peningkatan jumlah kasus PPOK dari
PPOK dinegara-negara Asia Tenggara di-
tahun 2013 sampai 2015, walaupun ada
51
JRKN Vol.01/No. 01/April-September/2017 Penggunaan Masker

penurunan jumlah di tahun 2015 angka kasus Penggunaan nebulizer ini dapat
PPOK masih terbilang tinggi. digunakan dengan menggunakan masker, pa-
da Standar Operasional Prosedur penggunaan
Gejala utama penderita PPOK adalah
nebulizer di IGD Badan Rumah Sakit Umum
timbulnya dyspnea tanpa disertai batuk dan
Tabanan penggunaan masker sungkup dalam
produksi sputum yang berarti. Biasanya dysp-
daftar alat masih sebatas bila perlu yang
nea timbul antara usia 30 sampai 40 tahun
berarti penggunaan masker sungkup bisa
dan semakin lama semakin berat. Keadaan
digunakan atau tidak saat pemberian terapi
PPOK yang ekstrem akan mengalami gejala
menggunakan alat nebulizer, dan sejauh pan-
batuk-batuk dengan sputum yang produktif
tauan peneliti pasien yang tidak
dan sering mengalami infeksi saluran perna-
menggunakan masker sungkup saat terapi
pasan yang dapat berlangsung bertahun-tahun
nebulizer cenderung diberikan nebulizer
yang akhirnya akan timbul gejala dyspnea
hingga dua kali, bahkan sampai diopname
pada waktu pasien melakukan aktivitas fisik.
karena gejala dyspnea tidak berkurang.
Pasien-pasien ini akan memperlihatkan gejala
berkurangnya dorongan untuk bernafas, men-
galami hipoventilasi dan terjadi hipoksia serta
METODE PENELITIAN
hiperkapnia.
Desain penelitian yang digunakan ada-
Mengingat dampak yang ditimbulkan
lah penelitian deskriptif analitik, rancangan
oleh penyakit ini, maka berbagai upaya pen-
penelitian yang digunakan cross sectional,
gobatan telah banyak dikembangkan untuk
yang menekankan waktu pengukuran/ ob-
mengobati penyakit ini, mulai dari upaya
servasi data variabel independen dan de-
farmakologi sehingga non farmakologis.
penden hanya satu kali pada satu saat,
Upaya farmakologis yang dilakukan untuk
penelitian ini dilakukan di ruang IGD BRSU
pasien PPOK berupa tindakan-tindakan untuk
Tabananpada tanggal 3 September sampai
menghilangkan obstruksi saluran nafas kecil.
dengan 31 Oktober 2016.
Salah satu upaya farmakologis yang dil-
akukan adalah dengan pemberian ekspektoran Populasi dalam penelitian ini adalah
dan bronkodilator yang biasanya diberikan semua pasien PPOK yang datang ke IGD
dalam bentuk inhalasi (Price dan Wilson, BRSU Tabanan dengan besar sampel yang
2006). Obat-obat ini hanya mengurangi diteliti yaitu sebanyak 85 orang.
bronkospasme otot-otot polos sedangkan Kriteria inklusi dalam penelitian ini
hipoksemia akibat ketidakseimbangan rasio adalah: Pasien PPOK dengan kesadaran kom-
ventilasi/perfusi yang terjadi pada pasien pos mentis dengan GCS E4,V5,M6. Pasien
PPOK belum tertangani (Wardana, 2000). dengan diagnosa medis PPOK yang sadar
Terapi inhalasi pada pasien PPOK salah penuh dan bersedia menjadi responden yang
satunya dengan nebulizer, Nebulizer sudah mau menandatangani informed consent.
mulai dikenal oleh masyarakat umum sebagai Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah
media alat pengobatan penyakit PPOK saat pasien PPOK yang tidak bersedia menjadi
keadaan sesak kambuh, terutama pasien- responden.
pasien yang diantar oleh keluarganya ke unit Penelitian ini menggunakan tekniknon-
IGD. Keuntungan penggunaan nebulizer ini probability sampling. Jenis non-probability
hanya memerlukan pernapasan tidal dan be- sampling yang digunakan adalah consecutive
berapa obat dapat dicampur. Beberapa obat sampling. Pemilihan sampel dengan
yang dapat digunakan pada nebulizer yaitu menetapkan subyek yang memenuhi kriteria
Short Acting Beta2-agonis Adrenoseptor atau penelitian dimasukkan dalam penelitian sam-
disingkat SABA inhalasi, Anti kolenergik pai kurun waktu tertentu sehingga jumlah
inhalasi, dan kortikosteroid inhalasi. Namun
sampel yang diperlukan terpenuhi.
nebulizer juga punya kekurangan yaitu
alatnya yang cukup besar dan memerlukan Pengumpulan data saturasi perifer
sumber daya listrik yang relatif mahal oksigen dilakukan dengan mencatat hasil sa-
(Supriyatno dan Nataprawira, 2002). turasi di lembar observasi yang sudah dibuat

52
JRKN Vol.01/No. 01/April-September/2017 Penggunaan Masker

oleh peneliti. sedangkan jumlah responden yang paling


sedikit adalah umur 26-35 th yaitu sebanyak
Alat pengumpulan data yang
1 responden (1,2 persen).
digunakan dalam penelitian ini adalah pulse
oximetry yang telah dikalibrasi untuk Tabel 2. Karakteristik responden berdasarkan
mengumpulkan data nilai saturasi perifer Tingkat Pendidika, Pekerjaan, Jenis Kelamin
oksigen dan lembar observasi untuk menge- dan Agama
tahui penggunaan masker sungkup dan doku-
mentasi hasil nilai saturasi perifer oksigen. Karakteristik Frekuen- Persentase
Sebelum pengambilan data peneliti
mengurus suratizin terlebih dahulu dari Kam- Pendidikan
pus STIKES Bali, kemudian ke BPMP. Dari SD 31 36,5
BPMP diberikan tembusan ke KESBANG-
POL Kabupaten Tabanan. Kemudian dari SMP 10 11,8
KESBANGPOL Kabupaten Tabanan diberi- SMA 36 42,4
kan tembusan kembali ke Direktur BRSU S1 8 9,4
Kabupaten Tabanan. Setelah Direktur BRSU
Kabupaten Tabanan memberikan izin untuk Pekerjaan
melakukan penelitian, barulah peneliti dapat Pensiunan 3 3,5
melakukan mengambil data-data yang diper- Pegawai negeri 8 9,4
lukan disesuaikan dengan form observasi
yang telah dibuat. Pegawai 24 28,2

Setelah mengambil data-data, peneliti Pekerja lepas 34 40


mengecek kembali data-data yang ada
kemudian diberikan kode dan dimasukkan ke Petani 6 7,1
dalam program SPSS for windows 20.0 Ibu rumah 10 11,8
dengan menggunakan rumus proporsi sebagai tangga
analisa datanya. Jenis Kelamin
Laki-laki 40 47,1
HASIL Perempuan 45 52,9
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Agama
dilakukan di IGD BRSU Kabupaten Tabanan Hindu 84 98,8
dengan jumlah responden yaitu 85 responden Islam 1 1,2
maka diperoleh hasil:
Tabel 1. Karakteristik responden berdasarkan Karakteristik responden berdasarkan
umur tingkat pendidikandapat dijelaskan bahwa
dari 85 responden, jumlah responden yang
Karakteris- Frekuen- Persentase paling banyak adalah berpendidikan SMA
tik Umur si (f) (%) yaitu 36 responden (42,4 persen), sedangkan
26 35 th 1 1,2 yang paling sedikit adalah Sarjana yaitu 8
36 50 th 13 15,3 responden (9,4 persen).
51 65 th 30 35,3 Karakteristik responden berdasarkan
pekerjaandapat dijelaskan bahwa dari 85
> 65 th 41 48,2
responden, jumlah responden yang paling
banyak adalah pekerja lepas yaitu 34
Karakteristik responden berdasarkan responden (40 persen), sedangkan yang
umur dapat dijelaskan bahwa dari 85 re- paling sedikit adalah pensiunan yaitu 3
sponden, didapat responden dengan jumlah responden (3,5 persen).
tertinggi merupakan kelompok umur >65 th
yaitu sebanyak 41 responden (48,2 persen), Karakteristik responden berdasarkan
53
JRKN Vol.01/No. 01/April-September/2017 Penggunaan Masker

Jenis Kelamindapat dijelaskan bahwa dari 85 Tindakan Frekuensi (f) Persentase (%)
responden, jumlah responden perempuan
Tidak
paling banyak daripada laki-laki yaitu 45 4 4,7
Terpasang
responden (52,9 persen).
Terpasang 81 95,3
Karakteristik responden berdasarkan
Agamadapat dijelaskan bahwa dari 85
Penggunaan Masker Sungkup pada
responden, jumlah responden beragama
Tindakan Karet Terpasang menunjukkan
Hindu paling banyak daripada Islam yaitu 84
bahwa sebagian besar responden dengan ka-
responden (98,8 persen).
ret terpasang sebanyak 81 responden (95,3
persen).
Tabel 3. Penggunaan Masker Sungkup Sela-
ma Pemberian Terapi Nebulizer
Tabel 6. Distribusi Responden menurut
Persentase Penggunaan Masker Sungkup pada
Tindakan Frekuensi (f)
(%) Terlepasnya Masker Saat Dipakai
Tidak Me- 1,2
1 Masker Frekuensi Persentase (%)
nutupi (f)
Menutupi 84 98,8
Sempat Ter-
9 10,6

Penggunaan Masker Sungkup Selama Tidak Terlepas 76 89,4


Pemberian Terapi Nebulizer menunjukkan
Penggunaan Masker Sungkup pada
sebagian besar responden menutupi hidung
Terlepasnya Masker Saat Dipakai
dan mulut dengan masker selama terapi nebu-
menunjukkan bahwa sebagian besar respond-
lizer sebanyak 84 responden (98,8 persen).
en tidak terlepas saat menggunakan masker
sebanyak 76 responden (89,4 persen).
Tabel 4. Distribusi Responden menurut
Penggunaan Masker Sungkup pada Tindakan
Tabel 7. Distribusi Responden menurut
Waktu Penggunaan Masker Sungkup
Saturasi Perifer Oksigen Pasien PPOK
selama Pemberian Terapi Nebulizer
Tindakan Frekuensi Persentase (%)
(f) Saturasi
Frekuensi
Persentase
Waktu 10 100 (%)
85 Normal 82 96,5
15 menit
Waktu <10 0 Sedang 3 3,5
0
menit
Saturasi Perifer Oksigen Pasien PPOK
Pada Tindakan Waktu Penggunaan selama Pemberian Terapi Nebulizer
Masker Sungkupmenunjukkan bahwa seluruh menunjukkan bahwa sebagian besar respond-
responden menggunakan masker sungkup 10- en mengalami saturasi normal sebanyak 82
15 menit selama terapi nebulizer sebanyak
responden (96,5 persen).
85 responden (100 persen).
PEMBAHASAN
1. Penggunaan Masker Sungkup Selama
Tabel 5. Distribusi Responden menurut
Pemberian Terapi Nebulizer
Penggunaan Masker Sungkup pada Tindakan
Karet Terpasang Penggunaan masker sungkup seder-
hana yang tepat adalah sungkup menutupi
hidung dan mulut dan melingkarkan karet
sungkup pada kepala pasien, ini tertuang da-

54
JRKN Vol.01/No. 01/April-September/2017 Penggunaan Masker

lam cara pemasangan masker sungkup seder- mempengaruhi perilaku kesehatan, perempu-
hana yang benar (Ariyanto, 2008). Menurut an lebih sering menggunakan fasilitas
Santika (2011) dalam pemberian terapi nebu- kesehatan dari pada laki-laki, dan perempuan
lizer, beberapa poin penting langkah-langkah lebih berpartisipasi dalam pemeriksaan
pemberian terapi nebulizer, yaitu waktu pem- kesehatan.
berian terapi selama 10-15 menit dan masker
2. Saturasi Perifer Oksigen Pasien PPOK
sungkup tidak boleh lepas selama proses neb-
Selama Pemberian Terapi Nebulizer
ulizer.
Saturasi oksigen adalah jumlah total
Berdasarkan hasil penelitian, didapat
oksigen yang terikat dengan hemoglobin di
penggunaan masker sungkup menurut tinda-
dalam darah arteri (Guyton,1997). Lebih
kan menutup hidung adalah sebagian besar
lanjut, Fikri dan Ganda dalam Santika(2011)
responden menutupi hidung yaitu sebanyak
memberikan penjelasan bahwa saturasi
84 responden (98,8 persen), dibagian karet
oksigen adalah presentase kejenuhan
terpasang sebagian besar responden terpasang
hemoglobin terhadap oksigen. Menurut
karet sebanyak 81 responden(95,3 persen).
(Potter and Perry, 2006) menambahkan
Sedangkan penggunaan masker sungkup
bahwa saturasi oksigen adalah presentase
menurut waktu pemberian, seluruh responden
hemoglobin yang disaturasi oleh oksigen dan
menggunakan masker sungkup selama 10-15
akan dipantau secara kontinyu dengan
menit sebanyak 85 responden(100 persen),
menggunakan oksimeter kutaneus.
dan menurut terlepasnya masker saat dipakai,
sebagian besar responden tidak terlepas saat Berdasarkan hasil penelitian
menggunakan masker sebanyak 76 respond- menunjukkan bahwa sebagian besar
en (89,4 persen), ditinjau dari 4 poin penting responden mengalami saturasi normal
dalam penggunaan masker sungkup selama sebanyak 82 responden (96,5 persen).
nebulizer diatas dapat disimpulkan Menurut peneliti kadar saturasi yang
penggunaan masker sungkupnya sudah baik. didapatkan dengan kategori normal
disebabkan karena meningkatnya saturasi
Menurut peneliti, responden yang telah
oksigen inspirasi.
menggunakan masker sungkup dengan baik
tersebut ditinjau dari 4 poin penting Kadar oksigen inspirasi yang tinggi
penggunaan masker sungkup, karena dilihat dapat meningkatkan net shunt dengan
dari tingkat pendidikan responden yang seba- berbagai mekanisme, pengaruh ini
gian besar adalah tamatan SMA sebanyak 36 meningkatkan PO2 arteri, karenanya pada
responden (42,4 persen) dapat menyerap dan hipoksemia akut yang berat (saturasi oksigen
memahami informasi lebih baik. Notoatmod- arteri 85%) pasien PPOK akan mengalami
jo (2003) berpendapat semakin tinggi tingkat batuk-batuk, sesak nafas secara kronis dan
pendidikan seseorang makin mudah orang menahun diakibatkan oleh tumpukan mukus
tersebut menerima informasi. yang kental dan mengendap menyebabkan
obstruksi jalan nafas, sehingga asupan
Ditinjau dari karakteristik usia, hasil
oksigen tidak adekuat (Kusyati, 2006).
dari karakteristik usia responden yang terting-
Pengobatan PPOK secara medis tidak bisa
gi di kelompok umur > 65 tahun, hal ini se-
menyembuhkan secara tuntas 100%, untuk
jalan oleh Gunarso dalam Suparyanto (2010)
mengencerkan mukus diberikan inhalasi atau
mengemukakan bahwa semakin cukup umur
nebulizer, sedangkan pengobatan berupa
seseorang maka tingkat kematangan dan
suportif dan paliatif hanya untuk mengubah
kekuatan berfikir dan proses perkembangan
kualitas hidup dengan jalan memenuhi
mentalnya bertambah baik.
kebutuhan oksigen (O2). Untuk memenuhi
Ditinjau dari karakteristik jenis ke- kebutuhan oksigen (O2) maka pengobatan
lamin, hasil tertinggi jenis kelamin responden suportif dan paliatif sangat memegang
adalah perempuan sejumlah 45 responden peranan penting, melalui latihan chest
(52,9 persen), menurut Hawk (2005) jenis therapy, antara lain: perkusi, vibrasi,
kelamin merupakan salah satu faktor yang postural drainase, batuk efektif dan nafas

55
JRKN Vol.01/No. 01/April-September/2017 Penggunaan Masker

dalam untuk memudahkan mengeluarkan dalam penelitiannya yang berjudul


secret sehingga jalan nafas menjadi lancar Hubungan saturasi oksigen perkutan dengan
kemudian saturasi oksigen (SaO2) mengalami keparahan asma dengan jumlah responden
peningkatan (Lubis,2005). sebanyak 47 orang, dengan hasil 26 orang
(55,3 persen) dengan hipoksia ringan yang
3. Hubungan Penggunaan Masker
berarti setelah diberikan terapi untuk pen-
Sungkup Selama Terapi Nebulizer
derita asma, kadar oksigen dalam darah dapat
Terhadap Saturasi Perifer Oksigen
menunjukan hasil yang lebih baik dari hasil
Pada Pasien PPOK.
pengukuran saturasi oksigen perkutan yang
Berdasarkan hasil penelitian didapat.
menggunakan uji statistik Chi square test
didapatkan N of Valid Casessebesar 85,00 ,
nilai df=1, nilai p= 0,00, berarti nilai SIMPULAN DAN SARAN
Asymp.Sig.(2-sided) 0,00 lebih kecil dari
SIMPULAN
nilai 0,05(alpha 5%), maka H1 diterima atau
Ho ditolak yang berarti ada hubungan yang Berdasarkan hasil penelitian dan pemba-
signifikan penggunaan masker sungkup hasan mengenai hubungan penggunaan mask-
selama terapi nebulizer terhadap saturasi er sungkup selama pemberian terapi nebuliz-
perifer oksigen pada pasien PPOK.Hal ini er terhadap saturasi perifer oksigen pada
mengindikasikan bahwa semakin baik pasien PPOK di IGD BRSU Tabanan, dapat
penggunaan masker sungkup selama terapi ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut:
nebulizer yang ditinjau dari 4 poin penting a. Karakteristik responden BRSU IGD
dalam penggunaan masker sungkup yaitu sebagian besar berumur >65 thjenis
masker sungkup yang menutupi hidung dan kelamin perempuan, berstatus menikah,
mulut selama 10-15 menit dan tidak ter- beragama hindu, berpendidikan SMA,
lepasnya karet masker selama tindakan nebu-
dan bekerja sebagai pekerja lepas.
lizer, maka semakin normal hasil saturasi
perifier oksigen pada pasien PPOK. b. Penggunaan Masker Sungkup Selama
Hal ini dimungkinkan bahwa O2 dan Pemberian Terapi Nebulizer.
CO2 yang masuk kedalam paru-paru
1) Sebagian besar responden menutupi
digunakan secara adekuat oleh tubuh sehing-
hidung dan mulut dengan masker
ga berkompensasi di paru-paru dan memban-
sebanyak 84 responden (98,8 persen).
tu cardiac output , sehingga pancaran oksigen
keseluruh tubuh hingga ke bagian perifer 2) Seluruh responden menggunakan
nantinya terdeteksi oleh alat oxymetri. Hal ini masker sungkup selama 10-15 menit
sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh sebanyak 85 responden (100 persen).
Guyton (2002) bahwa oksigen yang diangkut
dalam bentuk combine oxygen yaitu oksigen 3) Sebagian besar responden selama
yang berada dalam darah terikat oleh hemo- terapi nebulizer karet masker selalu
globin sekitar 98% yang sebelumnya difusi terpasang sebanyak 81 responden
oleh paru-paru ke darah, sebagian kecil dari (95,3 persen).
oksigen akan larut dalam plasma dan cairan
sel, tetapi lebih dari 60 kali banyaknya beri- 4) Sebagian besar responden maskernya
katan cepat dengan hemoglobin, jumlah oksi- tidak terlepas selama nebulizer
gen yang secara fisik larut dalam plasma sebanyak 76 responden (89,4 persen)
mempunyai hubungan langsung dengan
tekanan parsial oksigen dalam alveolus, se- c. Saturasi perifer oksigen pasien PPOK
hingga dapat diketahui dengan pengukuran selama pemberian terapi nebulizer seba-
saturasi oksigen. gian besar responden mengalami saturasi
normal sebanyak 82 responden (96,5
Hasil penelitian ini bersesuaian dengan persen).
penelitian yang dilakukan oleh Wedri (2013)

56
JRKN Vol.01/No. 01/April-September/2017 Penggunaan Masker

d. Ada hubungan yang signifikan antara (Online), (http://www.goldcpod.org,


penggunaan masker sungkup selama tera- diakses tanggal 24 November 2015)
pi nebulizer dengan saturasi perifer oksi-
Guyton. (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedok-
gen pada pasien PPOK di IGD BRSU
teran. Edisi 20. Jakarta : EGC
Tabanan, dengan hasil Pearson Chi-
Square pada nilai Asymp.Sig.(2-sided) Hawk, K. (2005). Using Self Management
sebesar 0.000 (p=0.000) , karena nilai skills to Adhere to Healthy Lifestyle Be-
Asymp.Sig.(2-sided) 0.000 < 0.05 (alpha havior. Diakses dari WHO Adherence to
5%). long-term therapies: Evidence for ac-
tion. (Online). (http://apps.who.int/
medicinedocs/en/d/Js4883e/ diakses
tanggal 25 Desember 2016)
SARAN
Notoatmodjo, S (2003). Ilmu Kesehatan
Berdasarkan hasil penelitian yang di- Masyarakat: Prinsip-prinsip Dasar. Ja-
peroleh, peneliti menyarankan beberapa hal karta: Rineka Cipta.
yang dapat dijadikan masukan secara praktis
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi
yaitu kepada profesi kesehatan dan BRSU
Penelitian Kesehatan. Jakarta Pusat:
Tabanan serta saran bagi peneliti selanjutnya.
Rineka Cipta
a. Bagi Perawat IGD BRSU Tabanan
Potter dan Perry. (2006). Buku A jar Funda-
Dalam melakukan tindakan terapi mental Keperawatan, Konsep, Proses
nebulizer sebaiknya perawat menyarank- Dan Praktik. Edisi 4. Volume 1. Jakar-
an penggunakan masker sungkup selama ta: EGC
terapi nebulizer pada pasien PPOK. Price, S. & Wilson, L. (2006).Patofisiologi:
KonsepKlinis Proses Proses Penyakit.
b. Bagi BRSU Tabanan Volume 2.Edisi 6. Jakarta : EGC
Bagi Kepala ruangan IGD dapat Supriyatno, B & Nataprawira, H.M.D.,
berkoordinasi dan memberi masukan (2002). Terapi Inhalasi pada asma anak.
kepada assessor dan penyelia ruangan Sari Pediatri Vol.1, No 4. PP 67
gawat darurat dan tindakan medis untuk
menindak lanjuti hasil penelitian ini apa- Wardana, P. (2000). Pengaruh Beta2 Ago-
bila ada revisi dalam perubahan standar nis Perinhalasi Terhadap Saturasi Oksi-
operasional prosedur dalam pemberian gen Dini Pada Serangan Asma Bronkial.
Surabaya: Laboratorium/SMF Ilmu Pen-
terapi nebulizer kepada pasien PPOK.
yakit Paru Fakultas Kedokteran Univer-
c. Bagi Peneliti Selanjutnya sitas Airlangga RSUD Dr. Sutomo
Bagi peneliti selanjutnya agar hasil Zullies, I. 2009. Penyakit Sistem Pernapasan
penelitian ini dapat digunakan sebagai & Tatalaksana Terapinya. Yogyakarta :
salah satu referensi yang berkaitan dengan Bursa Ilmu.
pemberian terapi nebulizer atau penguku-
ran saturasi perifer oksigen.

DAFTAR PUSTAKA
Global Initiative for Chronic Obstruktive
Lung Disease (GOLD). (2011). Pocket
Guide to CPOD Diagnosis : Manage-
ment, and Prevention. Available

57

Das könnte Ihnen auch gefallen