Sie sind auf Seite 1von 8

AKULTURASI DZIKIR FIDA DALAM IBADAH

(Studi Kasus Terhadap Masyarakat Coper Jetis)


Oleh: Muhammad Thoriqul Islam

Pendahuluan
Akulturasi merupakan proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan
satu kebudayaan dihadapkan dengan unsur-unsur kebudayaan asing, sehingga dapat diterima
dan diolah kedalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian
kebudayaan asli Akulturasi dalam lapangan itu sendiri merupakan kata pinjaman bagi kontrak
kultural.1
Proses akulturasi budaya antara Islam dan Hindu pertama kali dilakukan oleh para
auliya yang disebut walisongo. Mereka mengajak masyarakat Jawa yang beragama Hindu,
Budha, Animisme, Dinamisme agar mau memeluk agama Islam. Mereka berdakwah ke seluruh
pelosok Jawa dan tempat-tempat terpencil mengajarkan masyarakat Jawa tentang Islam. Para
wali ini melakukan berbagai pendekatan berdakwah dengan beragam cara salah satunya
melalui seni berupa tembang, musik, dan lain-lain. Merekapun juga melakukan pendekatan
kepada masyarakat melalui adat istiadat yang berlaku di daerah yang mereka tinggali.
Salah satu walisongo yang memiliki bakat dalam bidang seni dan pendekatan
multikultural adalah Sunan Kalijaga. Beliau memiliki nama asli Raden Said putra Adipati
Tuban Tumenggung Wilatikta keturunan Ranggalawe yang beragama Hindu, akan tetapi
Tumenggung Wilatikta sendiri sudah masuk agama Islam. Dalam perjalanan dakwahnya,
beliau menyebarkan agama Islam di Jawa Tengah hingga ke Jawa Barat. Berkat kearifan dan
kebijaksanaannya, dakwah yang beliau sampaikan dapat diterima dari berbagai kalangan baik
petani, pejabat, pedagang, bangsawan, dan raja-raja karena bercirikan Jawa tetapi Islami.2
Dalam kehidupan masyarakat ajaran tersebut dapat diterima dengan baik oleh
masyarakat. Dengan melalui ajaran tersebut, masyarakat akan sadar bahwa manusia harus
mempunyai pegangan hidup. Pegangan hidup itu adalah agama. Agama merupakan keyakinan,
kepercayaan, dan pedoman hidup. Dalam hal ini beragam macamnya, yaitu hal-hal yang masih
kental akan kegiatan-kegiatan keagamaanya, seperti dzikir fida yang sering dilaksanakan di
rumah masyarakat, masjid, ataupun musholla. Hal-hal tersebut dilaksanakan sebagai sarana
untuk mengaktualisasi diri dalam hal pengetahuan agama ataupun pengetahuan yang lain.

1
Hari Poerwanto, Kebudayaan dan Lingkungan Dalam Perspektif Antropologi, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2000), h.102.
2
Rahimsyah AR, Kisah Walisongo, (Surabaya: Cipta Karya, 2011), h. 93.

1
Memang di sebagian tempat bentuk-bentuk kegiatan keagamaan mulai luntur dan hilang seiring
dengan kemajuan zaman. Dalam penelitian ini penulis tertarik akan kegiatan keagamaan yang
bernama Dzikir Fida, yang masih berjalan secara istiqomah di desa Coper Jetis Ponorogo.3

Sekilas Desa Coper


Coper adalah salah satu desa yang terletak di kecamatan Jetis sebelah tenggara dari kota
Ponorogo. Yang berjarak kurang lebih 15 KM dari kota Ponorogo. Sedangkan batas-batas desa
Coper, yaitu: arah sebelah timur desa Bangsalan Sambit, arah sebelah selatan desa Bulu
Sambit, arah sebelah barat desa Mojomati Jetis, dana rah sebelah utara desa Joresan Mlarak.
Desa Coper terletak di dataran rendah yang mudah dijangkau berbagai kendaraan, misal mobil,
motor, bus. Di desa ini terdapat banyak air, tetapi jika terjadi musim penghujan dan kemarau
sering terjadi gersang dan juga terdapat sawah atau kebun yang luasnya sekitar 199 hektar.
Mayoritas penduduknya bermata pencaharian bercocok tanam atau petani dan juga ibu rumah
tangga.
Di desa Coper ini terbagi 4 dusun, yaitu: Pertama, Ngrayut. Di dusun ini terdapat 2
Rukun Warga (RW) dan 5 Rukun Tangga (RT). Kedua, Coper Kulon. Di dusun ini terdapat 2
Rukun Warga (RW) dan 5 Rukun Tangga (RT). Ketiga, Coper Kidul. Di dusun ini terdapat 2
Rukun Warga dan 5 Rukun Tangga (RT). Keempat, Banaran. Di dusun ini terdapat 2 Rukun
Warga (RW) dan 5 Rukun Tangga (RT).4

Dzikir Fida di Desa Coper


Asal mula Dzikir Fida sudah dimulai sejak tahun 1954 yang dibawa oleh K.H.
Fakhruddin dari desa Tegalsari. Beliau adalah anak kelima dari K.H. Hasan Anom Besari.
Mula-mula kegiatan ini dilaksanakan di dusun Banaran Coper bagian Timur dengan melibatkan
jamaah dari seluruh dusun Coper dan masyarakat sekitar Coper yang terdiri dari bapak-bapak,
ibu-ibu, pemuda dan pemudi. Pada tahun 1988 sampai sekarang jamaah Dzikir Fida sangat
banyak sehingga mereka berinisiatif untuk membagi dalam kelompok-kelompok kecil sesuai
dengan masjid dan musholla mereka. Hingga sekarang di desa Coper sudah ada 6 kelompok
Dzikir Fida yang masing-masing mempunyai tempat dan waktu tertentu untuk
melaksanakannya.5

Hasil wawancara dengan Bapak Wahid Selaku Sesepuh di Desa Coper Kecamatan Jetis Kabupaten
3

Ponorogo, pada tanggal 6 September 2017.


4
Ibid.
5
Ibid.

2
Sebagai kegiatan keagamaan yang sudah mengakar dan menjadi adat bertahun-tahun
tentu Dzkir Fida mempunyai pengaruh terhadap jamaahnya. Hal-hal tersebut dilaksanakan
sebagai sarana untuk mengaktualisasi diri dalam hal pengetahuan agama ataupun pengetahuan
yang lain. Memang di sebagian tempat bentuk-bentuk kegiatan keagamaan ini mulai luntur dan
hilang seiring dengan kemajuan zaman. Maka muncul sebuah pertanyaan apa maksud dzikir
fida di desa Coper ini?
Arti dzikir fida berasal dari 2 kata, yaitu dzikr dan fida. Arti Dzikir secara umum
adalah ingat kepada Allah.6 Sedangkan Fida merupakan tradisi yang sudah mendarah daging
dalam masyarakat Jawa berupa doa yang dikhususkan kepada mayit agar mendapatkan pahala
untuk kehidupan di akhirat. Pada dasarnya sejarah fida merujuk pada kisah walisongo dalam
bab sidang-sidang walisongo.7
Jadi, Dzikir Fida adalah membaca kalimat tahlil atau kalimat thoyyibah sebanyak
70.000 kali bersama-sama dengan dipimpin oleh seorang ketua atau kyai dengan tujuan agar
bacaan tahlil atau kalimat thoyyibah itu bisa menebus dosa orang yang telah meninggal dunia
atau meringankan siksa kuburnya.8

Pembagian Dzikir Fida


Secara umum dzikir fida ini dibagi menjadi dua, yaitu dzikir fida sughro dan dzikir
fida kubro. Dzikir Fida Kubro adalah dzikir yang dilakukan dengan membaca surat al-ikhlas
Qul huwa allahu ahad sebanyak 1100, sedang Dzikir Fida Sughro adalah dzikir yang
dilakukan dengan membaca tahlil La ilaha Illahi sebanyak 70.000 dan sedangkan syarat dari
dzikir fida adalah suci dari badan (hadas besar dan kecil), suci pakaian dari najis, dan suci
tempat dari najis.

Praktik Dan Pengaruh Dzikir Fida di Desa Coper Dalam Ibadah


Tradisi Dzikir Fida yang dilaksanakan oleh masyarakat di Desa Coper dijalankan
selama tujuh hari. Seluruh warga baik dari tokoh agama maupun masyarakat akan berkumpul
di rumah orang yang meninggal. Setelah warga berkumpul maka ada salah seorang warga

6
Secara bahasa kata dzikir berasal dari bahasa Arab, yaitu dzakara, yadzkuru, dan dzikr artinya jaga,
ingat, dan sadar. Sedang secara istilah Dzikir adalah mengingat Allah dengan membaca tasbih Subhanaallah,
Tahmid (Alhamdulillah), Takbir (Allahu Akbar), Tahlil (La Ilaha Illallah), ataupun kalimat Hasbiya
Allah (Hasbiya Allah Wa Nimal Wakiil), ataupun juga kalimat La Haula Wa la Quwwata Illa Billahi dan
membaca doa sesuai apa yang di ajarkan Rasulullah SAW. Lihat, Teungku M. Hasbi Ash Shiddiqy, Pedoman
Dzikir dan Doa, (Semarang: PT. Rizky Putra, 2002), h. 4.
7
Rahimsyah AR, Kisah Walisongo, h. 93-94.
8
Muhammad Cholil, Dasar-Dasar Talqin dan Tahlil, (Ponorogo: Pustaka Buletin Jumat, 2003), h. 40.

3
membagikan biji jagung kepada setiap warga yang mengikuti acara fida yang berfungsi
menghitung jumlah surat al-Ikhlas yang dibacakan. Kemudian, Kyai akan memulai dengan
mengawali pembacaan taawudz, basmalah, hadroh, surat al-Fatihah. Setelah itu, seluruh
warga akan membaca bersama dengan para tokoh agama tersebut surat al-Ikhlas sebanyak 1000
kali, surat al-Falaq, surat an-Nas, al-Fatihah, al-Baqarah, ayat kursi, tiga akhir surat al-Baqarah,
Istighfar, La ilahaillahu, Subhanallahu wa bihamdihi, sholawat kepada Nabi, kemudian doa
yang dipimpin oleh Kyai. Setelah doa maka biji jagung dikumpulkan kembali, dan sebelum
pulang seluruh warga yang hadir akan diberi makanan sebagai shadaqah dari mayit.9
Dengan itu, tujuan dari Dzikir Fida ini adalah mendoakan kepada mayit, menghidarkan
mayit dari siksa api neraka, mengajarkan kepada masyarakat dalam hal sakaratul maut, dan
meningkatkan akidah atau keyakinan kepada Allah SWT.10
Selain itu, tradisi Dzikir Fida yang berkembang di desa Coper berdasarkan ajaran yang
disampaikan oleh para Kyai, dasar yang digunakan adalah hadits Nabi Muhammad SAW,
yaitu:





Artinya: Bazar meriwayatkan dari Anas bin Malik ra dari Nabi Muhammad SAW,
beliau bersabda Barang siapa yang membaca Qulhuwa allahu ahadun seribu kali maka
orang tersebut telah menebus dirinya dari siksa Allah SWT, dan Allah akan menyeru pada
seluruh langit dan bumi: Ingatlah sesungguhnya fulan telah dimerdekakan oleh Allah. Barang
siapa yang meninggal sebelum khatamnya, maka Allah SWT akan membebaskannya.
Dari hadis di atas, mereka meyakini bahwa seseorang yang mengikuti dan membacakan
surat al-Ikhlas, maka bacaan tersebut akan sampai kepada mayit sebagai tebusan dan terhindar
dari siksa Allah SWT.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Sesepuh desa Coper, bahwa Dzikir Fida ini
sangat berpengaruh pada diri pengikutnya yaitu 26 persen dalam keaktifan menjalankan sholat

9
Hasil wawancara dengan Bapak Wahid Selaku Sesepuh, Ibid.
10
Ibid.

4
dan 94 persen dalam hal bershodaqoh dan 90 persen dalam hal penebusan dosa untuk mayit
dan dapat dilihat pada tabel bawah ini:
No. Nama Kegiatan Persen
1. Shalat 5 Waktu 26
2. Shadaqah 94
3. Penebusan dosa (berdoa bersama) 90

Kesimpulan
Sebagai penutup dengan berlandaskan uraian-uraian diatas penulis dapat mengambil
kesimpulan bahwa kegiatan Dzikir Fida di desa Coper Jetis merupakan tradisi atau budaya
kegiatan keagamaan yang sangat kental dan berkembang sampai sekarang ini. Dari tujuan
tradisi ini adalah membaca kalimat tahlil atau kalimat thoyyibah yang ditujukan kepada mayit
agar dosanya diampuni oleh Allah SWT.
Berdasarkan hasil dari penelitian ini, ditemukan bahwa Dzikir Fida sangat
berpengaruh pada diri pengikutnya yaitu 26 persen dalam keaktifan menjalankan sholat dan 94
persen dalam hal bershodaqoh dan 90 persen dalam hal penebusan dosa untuk mayit.

Daftar Pustaka
AR, Rahimsyah. 2011. Kisah Walisongo. Surabaya: Cipta Karya.
Ash Shiddiqy, Teungku M. Hasbi. 2002. Pedoman Dzikir dan Doa. Semarang: PT. Rizky
Putra.
Cholil, Muhammad. 2003. Dasar-Dasar Talqin dan Tahlil. Ponorogo: Pustaka Buletin Jumat.
Hasil wawancara dengan Bapak Wahid Selaku Sesepuh di Desa Coper Kecamatan Jetis
Kabupaten Ponorogo, pada tanggal 6 September 2017.
Poerwanto, Hari. 2000. Kebudayaan dan Lingkungan Dalam Perspektif Antropologi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

5
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Wawancara
(Wawancara Penulis dengan Bapak Wahid Selaku Sesepuh Desa Coper Jetis
Ponorogo)
1. Apa yang dimaksud dengan dzikir fida?
Dzikir Fida adalah membaca kalimat tahlil atau kalimat thoyyibah sebanyak 70.000
kali bersama-sama dengan dipimpin oleh seorang ketua atau kyai dengan tujuan agar bacaan
tahlil atau kalimat thoyyibah itu bisa menebus dosa orang yang telah meninggal dunia atau
meringankan siksa kuburnya.
2. Bagaimana sejarah munculnya dzikir fida di desa Coper Jetis ini?
Asal mula Dzikir Fida sudah dimulai sejak tahun 1954 yang dibawa oleh K.H.
Fakhruddin dari desa Tegalsari. Beliau adalah anak kelima dari K.H. Hasan Anom Besari.
Mula-mula kegiatan ini dilaksanakan di dusun Banaran Coper bagian Timur dengan melibatkan
jamaah dari seluruh dusun Coper dan masyarakat sekitar Coper yang terdiri dari bapak-bapak,
ibu-ibu, pemuda dan pemudi. Pada tahun 1988 sampai sekarang jamaah Dzikir Fida sangat
banyak sehingga mereka berinisiatif untuk membagi dalam kelompok-kelompok kecil sesuai
dengan masjid dan musholla mereka. Hingga sekarang di desa Coper sudah ada 6 kelompok
Dzikir Fida yang masing-masing mempunyai tempat dan waktu tertentu untuk
melaksanakannya.
3. Kapan pelaksanaan dzikir fida ini?
Tradisi Dzikir Fida yang dilaksanakan oleh masyarakat di Desa Coper dijalankan
selama tujuh hari. Seluruh warga baik dari tokoh agama maupun masyarakat akan berkumpul
di rumah orang yang meninggal.
4. Bagaimana pengaruh dzikir fida ini terhadap masyarakat Coper Jetis?
Pengaruh dzikir fida ini terhadap masyarakat sangat berpengaruh sekali, karena salah
satu tujuan dari Dzikir Fida ini adalah mendoakan kepada mayit, menghidarkan mayit dari
siksa api neraka, mengajarkan kepada masyarakat dalam hal sakaratul maut, dan meningkatkan
akidah atau keyakinan kepada Allah SWT.
Dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
No. Nama Kegiatan Persen
1. Shalat 5 Waktu 26
2. Shadaqah 94

6
3. Penebusan dosa (berdoa bersama) 90

2. Praktik Dzikir Fida

Foto bersama Penulis dengan bapak Wahid


Sesepuh Desa Coper

Letak Desa Coper Jetis Ponorogo

Kegiatan Dzikir Fida di Masjid al-Ishak


Coper Jetis Ponorogo

7
Jamaah Dzikir Fida di Masjid al-Ishak
Coper Jetis Ponorogo

Das könnte Ihnen auch gefallen