Sie sind auf Seite 1von 36

TUGAS KULIAH

PENGANTAR TEKNOLOGI MINERAL

Disusun oleh : Tabah Pratama Putra


Nim : 710015166

Dosen mata kuliah


Hidayatullah sidiq, S.T., M.T.

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL
YOGYAKARTA
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya saya dapat
menyelesaikan makalah tentang " Penggolongan Mineral dan Batubara dalam UU No. 4 tahun
2009 dan PP No. 22/23 tahun 2010" ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada
kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi anugerah serta
rahmat bagi seluruh alam semesta.

Saya sebagai penyusun sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang
menjadi tugas Pengantar Teknologi Mineral " Penggolongan Mineral dan Batubara dalam UU
No. 4 tahun 2009 dan PP No. 22/23 tahun 2010". Disamping itu, kami mengucapkan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya selama pembuatan makalah ini
berlangsung sehingga terealisasikanlah makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini, sehingga saran yang bersifat membangun terhadap makalah
ini sangat saya butuhkan agar kedepannya dan semoga bermanfaat bagi pembacanya.

Yogyakarta, 22 September 2016

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
UU MINERBA
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
2. Tujuan
3. Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
1. Mineral Logam
2. Mineral Bukan Logam
3. Batubara
4. Batuan
5. Radioaktif
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan

Daftar Pustaka
Menurut Peraturan Pemerintahan N0 23 tahun 2010

Pasal 2

(1) Pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara ditujukan untuk
melaksanakan kebijakan dalam mengutamakan penggunaan mineral dan/atau batubara
untuk kepentingan dalam negeri.

(2) Pertambangan mineral dan batubara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikelompokkan
ke dalam 5 (lima) golongan komoditas tambang:

a. Mineral radioaktif meliputi radium, thorium, uranium, monasit, dan bahan galian radioaktif
lainnya.

b. Mineral logam meliputi litium, berilium, magnesium, kalium, kalsium, emas, tembaga,
perak, timbal, seng, timah, nikel, mangaan, platina, bismuth, molibdenum, bauksit, air
raksa, wolfram, titanium, barit, vanadium, kromit, antimoni, kobalt, tantalum, cadmium,
galium, indium, yitrium, magnetit, besi, galena, alumina, niobium, zirkonium, ilmenit,
khrom, erbium, ytterbium, dysprosium, thorium, cesium, lanthanum, niobium, neodymium,
hafnium, scandium, aluminium, palladium, rhodium, osmium, ruthenium, iridium,
selenium, telluride, stronium, germanium, dan zenotin.

c. Mineral bukan logam meliputi intan, korundum, grafit, arsen, pasir kuarsa, fluorspar, kriolit,
yodium, brom, klor, belerang, fosfat, halit, asbes, talk, mika, magnesit, yarosit, oker, fluorit,
ball clay, fire clay, zeolit, kaolin, feldspar, bentonit, gipsum, dolomit, kalsit, rijang, pirofilit,
kuarsit, zirkon, wolastonit, tawas, batu kuarsa, perlit, garam batu, clay, dan batu gamping
untuk semen

d. Batuan meliputi pumice, tras, toseki, obsidian, marmer, perlit, tanah diatome, tanah serap
(fullers earth), slate,granit, granodiorit, andesit, gabro, peridotit, basalt, trakhit, leusit, tanah
liat, tanah urug, batu apung, opal, kalsedon, chert, kristal kuarsa, jasper, krisoprase, kayu
terkersikan, gamet, giok, agat, diorit, topas, batu gunung quarry besar, kerikil galian dari
bukit, kerikil sungai, batu kali, kerikil sungai ayak tanpa pasir, pasir urug, pasir pasang,
kerikil berpasir alami (sirtu), bahan timbunan pilihan (tanah), urukan tanah setempat, tanah
merah (laterit), batu gamping, onik, pasir laut, dan pasir yang tidak mengandung unsur
mineral logam atau unsur mineral bukan logam dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi
ekonomi pertambangan; dan
e. Batubara meliputi bitumen padat, batuan aspal, batubara, dan gambut.
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Pengolahan Bahan Galian merupakan metode yang dilakukan untuk meningkatkan


mutu dan kualitas bahan galian. Karna umumnya material bahan berharga pada saat proses
penambangan masih belum bisa digunakan secara langsung karna masih bercampur dengan
impurutis atau zat pengotor (Tailing) yang umumnya berasal dari material koalisinya. Setelah
proses pengolahan awal, bahan galian utama biasanya didapatkan dalam bentuk konsentrat
bahan galian.

2. Tujuan

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui penggolongan mineral
dan batubara yang ada di Indonesia, sesuai dengan UU No. 4 tahun 2009 dan PP No. 22/23
tahun 2010.

3. Rumusan Masalah
1. Penggolongan dari Mineral dan Batu bara
a. Mineral logam
b. Mineral bukan logam
c. Batuan
d. Batubara
2. Batubara secara umum
b. Materi pembentukan batubara
c. Penyebaran batubara di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
1. MINERAL LOGAM
Mineral logam meliputi litium, berilium, magnesium, kalium, kalsium, emas, tembaga
,perak, timbal, seng timah, nikel, mangan, platina, bismuth, molibdenum, bauksit, air raksa,
wolfram, titanium, barit, vanadium, kromit, antimoni, kobalt, tantalum, candium, galium,
indium, yitrium, magnetit, besi,galena, alumina, niobium, zirkonium, ilmenit, khrom, erbium,
ytterbium, dysprosium, hafnium, scandium, aluminium, palladium, rhodium, osmium,
ruthenium, iridium, selenium, telluride, stronium, germanium, dan zenotin.

Berikut adalah beberapa pembahasan secara detail terhadap komponen Bahan galian
yang termasuk dlm golongan Mineral Logam :

A. Emas (Au)
1. Nama Bahan Galian
Emas (Au)

2. Genesa Bahan Galian


Magma merupakan larutan silikat panas yang mengandung oksida, sulfida dan zat-
zat mudah menguap (volatile) yang terdiri dari air, CO2, S, Chlorin, Fluorin dan Boron
yang dikeluarkan ketika pembekuan magma terjadi.

Emas pembentukannya berhubungan dengan naiknya larutan sisa magma ke atas


permukaan yang dikenal dengan istilah larutan hidrothermal. Suatu cebakan bijih hasil proses
hidrothermal dalam pembentukkannya harus melalui tiga proses yang meliputi proses
differensiasi, migrasi dan akumulasi (pengendapan).

Proses differensiasi berlangsung pada magma sehingga dari suatu sumber magma
akan terbentuk berbagai macam mineral-mineral baru. Proses differensiasi ini dapat
diakibatkan oleh :
a. Kristalisasi
b. Gravitasi
c. Pemisahan cairan
d. Assimilasi

Melalui differensiasi unsur-unsur magma mengalami perubahan dan membentuk


endapan mineral sulfida dan oksida magmatik yang biasanya tersebar. Sebelum kristalisasi
berakhir seluruh cairan sisa akan ditekan keluar membentuk pegmatit, dan kemudian apabila
pemadatan telah atau hampir sempurna, akan terbentuk larutan sisa magma yang mudah
bergerak (larutan hidrothermal). Larutan ini akan membentuk endapan logam/mineral
epigenetik (Suganda).
Gambar : Pembentukan emas dari proses hidrotermal

Seperti pada gambar diatas Larutan hidrothermal tersebut naik ke atas permukaan
melalui zona struktur seperti patahan, sesar, rekahan maupun kontak litologi, yang kemudian
bercampur dengan air meteorik sehingga mengalami proses pendinginan yang akan
membentuk urat-urat (vein) yang bentuknya tergantung dari rongga yang dihasilkan oleh
struktur. Selama terjadi proses ini batuan yang diterobos akan mengalami ubahan (alterasi)
yang diikuti oleh perubahan sifat fisik dan komposisi kimia. Perubahan meliputi: perubahan
warna, porositas dan tekstur. Zona alterasi sendiri terdiri dari :
Zona silisifikasi

Zona ini biasanya sangat keras, banyak mengandung kuarsa berukuran kriptokristalin,
berwarna putih agak bening, mineral pengikutnya saponit, khlorit, anhidrit, gypsum dan
andalusit.
Zona argilik
Dicirikan oleh kehadiran mineral lempung (kaolinit), pirit (FeS2), kalkopirit, kuarsa selalu
hadir dan biasanya terbentuk di dekat vein. Warnanya putih- kuning muda kecoklatan,
permeabilitas cukup besar, jika dipegang agak lunak.
Zona potasik

Terbentuk karena adanya penambahan unsur Fe dan Mg yang diikuti oleh adanya sulfida
dengan kadar rendah.
Zona propilit

Zona terluar dari sistem hidrothermal, warnanya hijau dan cukup keras, dengan mineral
pengikutnya klorit, epidot, kalsit, pirit, sedangkan mineral bijih yang sering terkandung adalah
galena, sphalerit sinabar.

Sistem hidrothermal berdasarkan tingkat kedalaman, tekanan dan temperaturnya,


dikelompokkan menjadi 3 sistem :
Hipothermal
Mesothermal
Epithermal

Endapan emas epithermal merupakan endapan hidrothermal yang terbentuk pada temperatur
rendah (50 0300C) pada kedalaman antara 0-1000m (Hedenquist, 1985). Ditinjau dari
macam batuan yang ditempatinya (host rock), dibagi menjadi :
Batuan vulkanik
Batuan sedimen

Daerah pengendapan yang luas nilainya tidak terlalu ekonomis, endapan ekonomis emas hanya
dapat terbentuk melalui beberapa mekanisme yang menyebabkan peningkatan pengendapan
dan pengkonsentrasian dalam suatu wilayah yang terbatas mengingat kandungan emas yang
sangat kecil. Ada beberapa tahapan yang memungkinkan hal ini dapat terjadi :
Pendinginan
Interaksi air dengan batuan samping
Pencampuran fluida
Pendidihan fluida

3. Rumus Kimia Yang Terkandung


Rumus Kimia Emas

Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya berkisar
antara 2,5 3 (skala Mohs), serta berat jenisnya tergantung pada jenis dan kandungan logam
lain yang berpadu dengannya. Mineral pembawa emas biasanya berasosiasi dengan mineral
ikutan (gangue minerals). Mineral ikutan tersebut umumnya kuarsa, karbonat, turmalin,
flourpar, dan sejumlah kecil mineral non logam.
Mineral pembawa emas juga berasosiasi dengan endapan sulfida yang telah teroksidasi.
Mineral pembawa emas terdiri dari emas nativ, elektrum, emas telurida, sejumlah paduan dan
senyawa emas dengan unsur-unsur belerang, antimon, dan selenium. Elektrum sebenarnya
jenis lain dari emas nativ, hanya kandungan perak di dalamnya >20%.

Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan.


Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan larutan hidrotermal,
sedangkan pengkonsentrasian secara mekanis menghasilkan endapan letakan (placer). Genesa
emas dikatagorikan menjadi dua yaitu:
1. Endapan primer
2. Endapan plaser

Emas digunakan sebagai standar keuangan di banyak negara dan juga digunakan
sebagai perhiasan, dan elektronik. Penggunaan emas dalam bidang moneter dan keuangan
berdasarkan nilai moneter absolut dari emas itu sendiri terhadap berbagai mata uang di seluruh
dunia, meskipun secara resmi di bursa komoditas dunia, harga emas dicantumkan dalam mata
uang dolar Amerika. Bentuk penggunaan emas dalam bidang moneter lazimnya berupa bulion
atau batangan emas dalam berbagai satuan berat gram sampai kilogram.

4. Keterdapatan Bahan Galian di Indonesia


Di bawah ini adalah daftar nama-nama lokasi wilayah tempat penghasil emas (tambang emas)
di indonesia :
1. Mimika (Papua)
2. Cikotok (Jawa Barat)
3. Bengkalis (Riau)
4. Tanggamus (Lampung)
5. Bombana (Sulawesi Tenggara)
6. Rejang Lebong (Bengkulu)
7. Bolaang Mangondow (Sulawesi Utara)
8. Logas (Riau)
9. Sarolangun (Jambi)
10. Merangin (Jambi)
11. Meuleboh (Nanggroe Aceh Darussalam)
12. Monterado (Kalimantan Barat)
13. Malinau (Kalimantan Timur)
14. Kotabaru (Kalimantan Selatan)
15. Kapuas (Kalimantan Tengah)
16. Banyuwangi (Jawa Timur)

5. Pemanfaatan Bahan Galian


Emas adalah logam yang paling sering dibentuk menjadi perhiasan. Sifak emas dan
perak yang lunak dan mudah dibentuk, membuat logam ini bisa dibentuk menjadi berbagai
jenis aksesoris untuk wanita. Berikut ini adalah manfaat emas dalam kehidupan manusia:
1. Perhiasan

Emas dapat dibentuk menjadi berbagai perhiasan untuk wanita. Wanita memerlukan
perhiasan untuk beberapa hal seperti menjadi aksesoris untuk penampilan dan meningkatkan
rasa percaya diri. Perhiasan dari emas bisa dibentuk menjadi beberapa benda seperti cincin,
kalung, gelang, anting, jam tangan, bros dan berbagai aksesoris lain. Emas juga menjadi salah
satu jenis perhiasan yang memiliki harga mahal.
2. Perlengkapan Pesawat Ruang Angkasa

Pesawat ruang angkasa ternyata juga menggunakan bahan emas sebagai bahan lapisan
untuk kendaraan. Emas memiliki sifat yang sangat baik dan tahan terhadap panas matahari.
Bahkan sekarang emas juga dapat dipakai sebagai bahan lapisan untuk pelindung kepala untuk
astronot. Meskipun emas dipakai dalam kadar yang kecil, tapi peran emas sangat besar untuk
melindungi awak pesawat ruang angkasa dari panas.
3. Produksi Perangkat Elektronik

Emas dipakai sebagai lapisan untuk perangkat kecil sebagai penghantar listrik pada
beberapa alat elektronik seperti radio, televisi, komputer dan perangkat lain. Emas memiliki
sifat yang tahan terhadap korosi, penghantar panas yang baik dan mendukung sistem
pengiriman data komputer. Pemakaian emas dalam perangkat ini memang sangat kecil.
5. Bahan Membuat Penghargaan

Salah satu pengakuan dalam berbagai ajang kejuaraan adalah medali emas. Emas
digunakan untuk membuat medali baik berupa koin, piala atau medali murni. Emas
menunjukkan dedikasi dan derajat yang paling tinggi sehingga sangat sesuai untuk posisi juara
dalam berbagai ajang penghargaan.
6. Emas untuk Investasi

Pada awalnya emas hanya diolah untuk perhiasan wanita yang bisa disimpan dan dijual
lagi. Namun karena harga emas yang terus bergerak karena kondisi ekonomi dunia, maka
sekarang emas menjadi alat investasi yang sangat menarik. Jenis emas yang dibentuk dalam
logam mulia menjadi alat investasi yang paling banyak disukai. Emas dalam bentuk perhiasan
kurang diminati sebagai sumber investasi karena nilai atau harganya sering terkena potong.
B. Tembaga (Cu)
1. Nama Bahan Galian
Tembaga (Cu)

2. Genesa Bahan Galian


Tembaga secara garis besar genesanya dapat dibagi 2 (dua) kelompok, yaitu genesa primer dan
genesa sekunder.
1. Genesa Primer

Logam tembaga, proses genesanya berada dalam lingkungan magmatik, yaitu suatu
proses yang berhubungan langsung dengan intrusi magma. Bila magma mengkristal maka
terbentuklah batuan beku atau produk-produk lain. Produk lain itu dapat berupa mineral-
mineral yang merupakan hasil suatu konsentrasi dari sejumlah elemen-elemen minor yang
terdapat dalam cairan sisa.

Pada keadaan tertentu magma dapat naik ke permukaan bumi melalui rekahan-rekahan
(bagian lemah dari batuan) membentuk terowongan (intrusi). Ketika mendekati permukaan
bumii, tekanan magma berkurang yang menyebabkan bahan volatile terlepas dan temperatur
yang turun menyebabkan bahan non volatile akan terinjeksi ke permukaan lemah dari batuan
samping (country rock) sehingga akan terbentuk pegmatite dan hidrotermal.

Endapan pegmatite sering dijumpai berhubungan dengan batuan plutonik tapi


umumnya granit yang kaya akan unsur alkali, aluminium, kuarsa dan beberapa muskovit dan
biotit.

Endapan hidrotermal merupakan endapan yang terbentuk dari proses pembentukan


endapan pegmatite lebih lanjut, dimana larutan bertambah dingin dan encer. Cirri khas endapan
hidrotermal adalah urat yang mengandung sulfida yang terbentuk karena adanya pengisian
rekahan (fracture) atau celah pada batuan semula.

Rendah, tersebar relatif merata dengan jumlah cadangan yang besar. Endapan bahan
galian ini erat hubungannya dengan intrusi batuan Complex Subvolcanic Calcaline yang
bertekstur porfitik. Pada umumnya berkomposisi granodioritik, sebagian terdeferensiasi ke
batuan granitik dan monzonit. Bijih tersebar dalam bentuk urat-urat sangat halus yang
membentuk meshed network sehingga derajat mineralisasinya merupakan fungsi dari derajat
retakan yang terdapat pada batuan induknya (hosted rock). Mineralisasi bijih sulfidanya
menunjukkan perkembangan yang sesuai dengan pola ubahan hidrotermal.
Zona pengayaan pada endapan tembaga porfiri:
Zona pelindian.
Zona oksidasi.
Zona pengayaan sekunder.
Zona primer.
Reaksi yang terjadi pada proses pengayaan tersebut adalah :

5FeS2 + 14Cu2+ + 14SO42- + 12H2O 7Cu2S + 5Fe2+ + 2H+ + 17SO42-

Sifat susunan mineral bijih endapan tembaga porfiri adalah:


- Mineral utama terdiri : pirit, kalkopirit dan bornit.
- Mineral ikutan terdiri : magnetit, hematite, ilmenit, rutil, enrgit, kubanit, kasiterit, kuebnit
dan emas.
- Mineral sekunder terdiri : hematite, kovelit, kalkosit, digenit dan tembaga natif.
Akibat dari pembentukannya yang bersal dari intrusi hidrotermal maka mineralisasi bijih
tembaga porfiri berasosiasi dengan batuan metamorf kontak seperti kuarsit, marmer dan skarn.
2. Genesa Sekunder

Dalam pembahasan mineral yang mengalami proses sekunder terutama akan ditinjau
proses ubahan (alteration) yang terjadi pada mineral-mineral urat (vein). Mineral sulfida yang
terdapat di alam mudah sekali mengalami perubahan. Mineral yang mengalami oksidasi dan
berubah menjadi mineral sulfida kebanyakan mempunyai sifat larut dalam air. Akhirnya
didapatkan suatu massa yang berongga terdiri dari kuarsa berkarat yang disebut Gossan
(penudung besi). Sedangkan material logam yang terlarut akan mengendap kembali pada
kedalaman yang lebih besar dan menimbulkan zona pengayaan sekunder.

Pada zona diantara permukaan tanah dan muka air tanah berlangsung sirkulasi udara
dan air yang aktif, akibatnya sulfida-sulfida akan teroksidasi menjadi sulfat-sulfat dan logam-
logam dibawa serta dalam bentuk larutan, kecuali unsur besi. Larutan mengandung logam tidak
berpindah jauh sebelum proses pengendapan berlangsung. Karbon dioksit akan mengendapkan
unsur Cu sebagai malakit dan azurit. Disamping itu akan terbentuk mineral lain seperti kuprit,
gunative, hemimorfit dan angelesit. Sehingga terkonsentrasi kandungan logam dan kandungan
kaya bijih.

Apabila larutan mengandung logam terus bergerak ke bawah sampai zona air tanah
maka akan terjadi suatu proses perubahan dari proses oksidasi menjadi proses reduksi, karena
bahan air tanah pada umumnya kekurangan oksigen. Dengan demikian terbentuklah suatu zona
pengayaan sekunder yang dikontrol oleh afinitas bermacam logam sulfida.

Logam tembaga mempunyai afinitas yang kuat terhadap belerang, dimana larutan
mengandung tembaga (Cu) akan membentuk seperti pirit dan kalkopirit yang kemudian
menghasilkan sulfida-sulfida sekunder yang sangat kaya dengan kandungan mineral kovelit
dan kalkosit. Dengan cara seperti ini terbentuk zona pengayaan sekunder yang mengandung
konsentrasi tembaga berkadar tinggi bila dibanding bijih primer.
3. Rumus Kimia Yang Terkandung
Nama, lambang, Nomor atom tembaga, Cu, 29
Jenis unsur logam transisi
Golongan, periode, blok 11, 4, d
Massa atom standar 63.546(3)
Konfigurasi elektron [Ar] 3d10 4s1
2, 8, 18, 1

Tembaga adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Cu
dan nomor atom 29. Lambangnya berasal dari bahasa Latin Cuprum.Tembaga merupakan
konduktor panas dan listrik yang baik.

Selain itu unsur ini memiliki korosi yang cepat sekali. Tembaga murni sifatnya halus
dan lunak, dengan permukaan berwarna jingga kemerahan. Tembaga dicampurkan dengan
timah untuk membuat perunggu.

4. Keterdapatan Bahan Galian di Indonesia


Lokasi Tambang tembaga yang terdapat di Indonesia :
1. Cikotok : Jawa Barat
2. Kompara : Papua
3. Sangkarapi : Sulawesi Selatan
4. Tirtamaya : Jawa Tengah

5. Pemanfaatan Bahan Galian


Manfaat Tembaga Dalam Kehidupan Sehari-Hari. Tembaga adalah hasil bumi yang
sering kali diperebutkan. Tanah yang mengandung tembaga adalah tanah yang kaya. Manfaat
tembaga dalam kehidupan sehari hari sangat banyak.

Meskipun tergolong bahan tambang atau sumber daya alam, banyak orang mengira
bahwa manfaat tembaga hampir sama seperti batu bara. Penggunaan batu bara lebih condong
untuk bahan bakar, sedangkan tembaga tidak.

Hampir sebagian besar dari anda menganggap tembaga adalah bahan dasar untuk
membuat mesin perang dan hampir tidak ada hubungannya untuk pemanfaatan atau menunjang
aktivitas manusia sehari-hari. Faktanya, tembaga memiliki banyak sekali manfaat yang belum
anda ketahui. Berikut ini beberapa manfaat tembaga untuk menunjang aktivitas manusia.
1. Penghantar listrik yang baik
Anda sudah pernah membuka kabel? Bagian dalam kabel yang berwarna emas atau
agak mengkilap itu disebut tembaga. Tembaga adalah penghantar listrik yang baik. Bayangkan
jika tidak ada tembaga, bagaimana listrik bisa dihantarkan dan anda menggunakan peralatan
sehari-hari? kabel dilapisi dengan bahan yang tidak menghantarkan listrik sehingga anda tidak
kesentrum ketika memegangnya. Oleh karena itu, sangat dilarang memegang kabel yang
terbuka atau terkelupas karena berbahaya akan tegangannya.
2. Penghantar panas

Selain penghantar listrik, tembaga juga penghantar panas yang baik. Beberapa peralatan
rumah tangga terbuat dari campuran besi dan tembaga sehingga menghasilkan kombinasi yang
baik.

Manfaat tembaga dalam kehidupan sehari hari memang terpusat pada hal yang panas
dan listrik karena manfaat tembaga sangat besar dalam hal ini. Meskipun begitu, dulu ketika
zaman masih belum begitu maju, tembaga juga digunakan untuk campuran membuat senjata
perang
3. Fleksibel

Hampir seperti bahan tambang yang lain, tembaga mudah dibentuk ketika berada di
suhu yang sangat panas. Oleh karena itu, tidak jarang ditemukan para pengrajin yang
membentuk temabaga menjadi berbagai kerajinan.

Bahkan, ada juga yang membuatnya sebagai senjata sekedar untuk kesenian dan
koleksi. Tembaga juga terdiri dari berbagai jenis, ada tembaga kuning atau brass, tembaga
merah atau copper, tembaga perunggu atau bronze, dan tembaga putih atau pewter.

Jenis-jenis tembaga ini tentunya memiliki ciri khas atau spesifikasi masing-masing.
Pembuatan kabel menggunakan tembaga kuning. Tentunya, tembaga kuning tidak digunakan
untuk membuat senjata karena tembaga perunggu atau bronze lebih cocok dalam hal ini.
2. MINERAL BUKAN LOGAM
Mineral bukan logam meliputi intan, korondum, grafit, arsen, pasir kuarsa, fluospar,
kriolit yodium, brom, klor, belerang, fosfat, halit, asbes, talk, mika, magnesit, yarosit, oker,
flourit, ball clay, fire clay, zeolit, kaolin, feldspar, bentonit, gipsum, dolomit, kalsit, rijang,
pirofilit, kuarsit, zirkon, walastonit, tawas, batu kuarsa, perlit, garam batu, clay, dan batu
gamping untuk semen.

Berikut adalah beberapa pembahasan secara detail terhadap komponen Bahan galian
yang termasuk dlm golongan Mineral Logam :

A. Korundum
1. Nama Bahan Galian
Korundum

2. Genesa Bahan Galian


Terbentuk pada batuan metamorf, yaitu sebagai mineral asesori dalam Batu gamping
kristalin, sekis-moka dan genes. Dapat juga dalam lingkungan batuan beku, khususnya sienit
dan sienit nefelin, dalam pegmatit, retas lamprofir, dan pada lingkungan sedimen yaitu
dalam pasir, kerikil-kerakal disungai.

Mineral korundum ini berasosiasi dengan calcite, zoisite, feldspars, micas and garnets.
Tempat ditemukannya mineral korundum ini adalah di Peeks Hill, New York. Korundum alam
adalah mineral kedua terkeras setelah berlian yang masih empat kali lebih keras dari
mineral ini.

Kekerasan korundum dapat dikaitkan dengan ikatan aluminium dan oksigen yang kuat
dan pendek. Ikatan ini menarik oksigen dan aluminium atom berdekatan, membuat kristal tidak
hanya keras tapi juga cukup padat untuk mineral yang hanya terdiri dari dua elemen ringan.

Korundum ini memiliki warna yang bervariasi, yaitu warna putih (tidak berwarna),
biru, merah, kuning, hijau, cokelat, abu abu, ungu, dan merah muda. Korundum memiliki
kilap kaca dan memiliki kekerasan 9 skala mohs.

Cerat mineral korundum ini berwarna putih dan mineral korundum ini tidak memiliki
belahan, tetapi memiliki pecahan yaitu konkoidal. Bentuk dari korundum yaitu kristalin
dan memiliki struktur granular. Korundum memiliki berat jenis 3,9 4,1. Sifat dalam dari
mineral korundum ini bersifat rapuh.

Kemagnetan dari mineral ini adalah paramagnetik dan transparasi kristal dari mineral
ini adalah transparan. Karakteristik lain dari mineral ini adalah indeks bias sekitar 1,77,
pleochroic (intensitas warna bervariasi dari arah melihat berbeda) dan membentuk pola pada
permukaan yang terpisah.
3. Rumus Kimia Yang Terkandung
Komposisi kimia dari mineral korundum adalah Al2O3 (Alumunium Oxide).
Aluminium oksida adalah sebuah senyawa kimia dari aluminium dan oksigen, dengan rumus
kimia Al2O3. Nama mineralnya adalah alumina, dan dalam bidang pertambangan, keramik dan
teknik material senyawa ini lebih banyak disebut dengan nama alumina.

Aluminium oksida adalah insulator (penghambat) panas dan listrik yang baik.
Umumnya Al2O3 terdapat dalam bentuk kristalin yang disebut corundum atau -aluminum
oksida. Al2O3 dipakai sebagai bahan abrasif dan sebagai komponen dalam alat pemotong,
karena sifat kekerasannya. Aluminium oksida berperan penting dalam ketahanan
logam aluminium terhadap perkaratan dengan udara.

Logam aluminium sebenarnya amat mudah bereaksi dengan oksigen di udara.


Aluminium bereaksi dengan oksigen membentuk aluminium oksida, yang terbentuk
sebagai lapisan tipis yang dengan cepat menutupi permukaan aluminium.

Lapisan ini melindungi logam aluminium dari oksidasi lebih lanjut. Ketebalan lapisan
ini dapat ditingkatkan melalui proses anodisasi. Beberapa alloy (paduan logam), seperti
perunggu aluminium, memanfaatkan sifat ini dengan menambahkan aluminium pada alloy
untuk meningkatkan ketahanan terhadap korosi.

Al2O3 yang dihasilkan melalui anodisasi bersifat amorf, namun beberapa proses
oksidasi seperti plasma electrolytic oxydation menghasilkan sebagian besar Al2O3 dalam
bentuk kristalin, yang meningkatkan kekerasannya. Secara alami, aluminium oksida
terdapat dalam bentuk kristal corundum.

Batu mulia rubi dan sapphire tersusun atas corundum dengan warna-warna khas yang
disebabkan kadar ketidakmurnian dalam struktur corundum. Aluminium oksida, atau
alumina, merupakan komponen utama dalam bauksit bijih aluminium yang utama.

Pabrik alumina terbesar di dunia adalah Alcoa, Alcan, dan Rusal. Perusahaan yang
memiliki spesialisasi dalam produksi dari aluminium oksida dan aluminium hidroksida
misalnya adalah Alcan dan Almatis. Bijih bauksit terdiri dari Al2O3, Fe2O3, dan SiO2 yang
tidak murni.

Campuran ini dimurnikan terlebih dahulu melalui Proses Bayer :

Al2O3 + 3H2O + 2NaOH + panas 2NaAl(OH) 4Fe2O3 tidak larut dalam basa
yang dihasilkan, sehingga bisa dipisahkan melalui penyaringan. SiO2 larut dalam bentuk
silikat Si(OH) 62-. Ketika cairan yang dihasilkan didinginkan, terjadi endapan Al(OH)3,
sedangkan silikat masih larut dalam cairan tersebut. Al(OH) 3 yang dihasilkan
kemudian dipanaskan 2Al(OH) 3 + panas Al 2O3 + 3H2OAl2O3 yang terbentuk adalah
alumina.
4. Keterdapatan Bahan Galian di Indonesia
Dalam hal penyebarannya di Indonesia korundum ini terdapat di
1. Kabupaten Barito unga Hulu
2. Sungai Busang (Kalteng)
3. Simpang empat, Martapura
4. Kabupaten Banjar (Kalsel)

5. Pemanfaatan Bahan Galian


Bahan galian Korundum dapat dimanfaatkan sebagai :
1. Batu Permata
2. Batu Pengasah
3. Digunakan sebagai bahan abrasif dan refraktor tinggi
B. Gypsum
1. Nama Bahan Galian
Gypsum

2. Genesa Bahan Galian


Gypsum adalah salah satu contoh mineral dengan kadar kalsium yang mendominasi
pada mineralnya dan merupakan salah satu bahan galian industri. Gypsum adalah salah satu
dari beberapa mineral yang teruapkan. Contoh lain dari mineral-mineral tersebut adalah
karbonat, borat, nitrat, dan sulfat.

Mineral-mineral ini diendapkan di laut, danau, gua dan di lapian garam karena
konsentrasi ion-ion oleh penguapan. Ketika air panas atau air memiliki kadar garam yang
tinggi, gypsum berubah menjadi basanit (CaSO4.H2O) atau juga menjadi anhidrit (CaSO4).
Dalam keadaan seimbang, gypsum yang berada di atas suhu 108 F atau 42 C dalam air murni
akan berubah menjadi anhidrit.

Gypsum secara umum mempunyai kelompok yang terdiri dari gypsum batuan, gipsit
alabaster, satin spar, dan selenit. Gypsum juga dapat diklasifikasikan berdasarkan tempat
terjadinya, yaitu endapan danau garam, berasosiasi dengan belerang, terbentuk sekitar fumarol
vulkanik, efflorescence pada tanah atau gua-gua kapur, tudung kubah garam, penudung
gossan|oksida besi (gossan) pada endapan pirit di daerah batu gamping.

Gypsum merupakan mineral sedimen kimiawi (evaporit) yg khas, terbentuk melalui


pengendapan langsung dr air garam/ merupakan hasil hidrasi/alterasi anhidrit selama proses
diagenesa.

Gypsum dapat juga terbetuk oleh sublimasi langsung dari fumarola atau diendapkan
mata air panas. Juga diagenesa sebagai Galian block-block konkresi dalam lempung dan napal,
sedang anhidrit merupakan hasil dehidrasi gypsum.

3. Rumus Kimia Yang Terkandung


Gypsum dengan rumus kimia (CaSO42H2O) terjadi karena adanya ion-ion sulfat yang
terkandung oleh air tanah, kemudian berinteraksi dengan kalsium dari batu gamping atau
batuan karbonat lainnya. Komposisi dari gypsum itu sendir yaitu 32,6 % CaO, 46,5 % % SO3
dan 20,9 % H2O.

4. Kederdapatan Bahan Galian di Indonesia


1. Tasikmalaya, Jawa Barat
2. Martapura, Kalimantan Selatan
3. Cirebon, Jawa Barat
4. Pulau Sebuku, Kalimantan Selatan
5. Gunung Patuha, Jawa Barat
6. Kliripan, Yogyakarta
7. Kotabaru, Kalimantan Selatan

5. Pemanfaatan Bahan Galian


Gypsum memiliki banyak kegunaan sejak zaman prasejarah hingga sekarang. Beberapa
kegunaan gypsum yaitu :
1. Drywall
2. Bahan perekat.

3. Penyaring dan sebagai pupuk tanah. Di akhir abad 18 dan awal abad 19, gypsum Nova Scotia
atau yang lebih dikenal dengan sebutan plaster, digunakan dalam jumlah yang besar sebagai
pupuk di ladang-ladang gandum di Amerika Serikat.
4. Campuran bahan pembuatan lapangan tenis.

5. Sebagai pengganti kayu pada zaman kerajaan-kerajaan. Contohnya ketika kayu menjadi
langka pada Zaman Perunggu, gypsum digunakan sebagai bahan bangunan.

6. Sebagai pengental tofu (tahu) karena memiliki kadar kalsium yang tinggi, khususnya di
Benua Asia (beberapa negara Asia Timur) diproses dengan cara tradisonal.
7. Sebagai penambah kekerasan untuk bahan bangunan
8. Untuk bahan baku kapur tulis
9. Sebagai salah satu bahan pembuat portland semen
10. Sebagai indikator pada tanah dan air
11. Sebagai agen medis pada ramuan tradisional China yang disebut Shi Gao.
3. BATUBARA
Bahan Galian yang tergolong Batubara meliputi bitumen padat, batuan aspal, batubara,
dan gambut. Dibawah akan di jelaskan secara detail mengenai Batubara.

1. Nama Bahan Galian


Batubara

2. Genesa Bahan Galian


Pengertian umum batubara adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari
endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses
pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen.

Batu bara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang
kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk. Analisa unsur memberikan rumus
formula empiris seperti C137H97O9NS untuk bituminus dan C240 H90O4NS untuk antrasit.

Pembentukan batu bara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya terjadi pada
era-era tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman Karbon, kira-kira 340 juta tahun yang lalu
(jtl), adalah masa pembentukan batu bara yang paling produktif dimana hampir seluruh deposit
batu bara (black coal) yang ekonomis di belahan bumi bagian utara terbentuk.

Pada Zaman Permian, kira-kira 270 jtl, juga terbentuk endapan-endapan batu bara yang
ekonomis di belahan bumi bagian selatan, seperti Australia, dan berlangsung terus hingga ke
Zaman Tersier (70 13 jtl) di berbagai belahan bumi lain.
Tahap dan proses pembentukan batubara, dibagi dalam 2 tahap :
a. Tahap Diagenesa (Biokimia)

Merupakan proses perusakan dan penguraian oleh organisme atau sering dikenal
dengan istilah proses Biokimia. Pada dasarnya ekosistem rawa berbeda dengan ekosistem
danau dan sungai, sehingga berbedapula kondisi tanah dan airnya Sirkulasi air dirawa sangat
minimum bahkan tidak ada sirkulasi air sama sekali. Sehingga kandungan oksigen akan
berkurang.

Bakteri aerob sangat suka oksigen untuk menguraikan sisa tanaman yang mati,
sehingga yang berperan disini adalah bakteri anaerob (tidak suka oksigen). Bakteri an-aerob
menguraikan tanaman yang sudah mati tidak menjadi kompos (busuk) tetapi dalam bentuk lain
yaitu Gel atu Jelly, hal ini terjadi ditempat yang kurang atau bebas oksigen. Gel atau Jelly lama
kelamaan akan semakin tebal membentuk sedimen yang mampat dan memadat. Pada umumnya
pemadatan akan menurunkan kadar air sehingga akan membentuk sedimen kaya akan
kandungan bahan organik (Humin)yang dikenal dengan nama Gambut (peat).
b. Fase Metamorfosa (Geokimia)

Merupakan perubahan yang mendasar dari sifat fisik & kimiawi dari bahan gambut
menjadi batubara.Perubahan ini ditandai dengan semakin menurunnya kandungan air,
Hidrogen, Oksigaen, CO2 dan bahan2 lain yg mudah terbakar (Volatile Matter) pada tahap ini
bakteri tidak lagi berperan akan tetapi yang berperan adalah aktifitas aktifitas yang terjadi
dibumi seperti perubahan tekanan, suhu, struktur, intrusi dan yang lain-nya.

Hampir seluruh pembentuk batu bara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan
pembentuk batu bara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah sebagai berikut:

1. Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal. Sangat
sedikit endapan batu bara dari perioda ini.
2. Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari alga.
Sedikit endapan batu bara dari perioda ini.

3. Pteridofita, umur Devon Atas hingga Karbon Atas. Materi utama pembentuk batu
bara berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara. Tetumbuhan tanpa bunga dan
biji, berkembang biak dengan spora dan tumbuh di iklim hangat.

4. Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur Tengah.
Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal pinus, mengandung
kadar getah (resin) tinggi. Jenis Pteridospermae seperti gangamopteris dan
glossopteris adalah penyusun utama batu bara Permian seperti di Australia, India
dan Afrika.

5. Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern, buah
yang menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah dibanding
gimnospermae sehingga, secara umum, kurang dapat terawetkan.

3. Rumus Kimia Yang Terkandung


Komposisi kimia batubara hampir sama dengan komposisi kimia jaringan tumbuhan,
keduanya mengandung unsur utama yang terdiri dari unsur C. H. O, N, S, P. hal ini mudah
dimengerti, karena batubara terbentuk dari jaringan tumbuhan yang telah mengalami proses
pembatubaraan (coalification).

Batubara terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan yang sudah mati, dengan komposisi utama
terdiri dari sellulosa. Proses pembentukan batubara dikenal sebagai proses pembatubaraan atau
coalification. Faktor fisika dan kimia yang ada di alam akan mengubah sellulosa menjadi lignit,
subbitumina, bitumina, atau antrasit. Reaksi pembentukan batubara dapat diperlihatkan sebagai
berikut :
5(C6H10O5) C20H22O4 + 3CH4 + 8H2O + 6CO2 + CO Sellulosa lignit gas metan

Batubara merupakan terminologi masyarakat yang dipergunakan untuk menyebut


semua sisa tumbuhan yang telah menjadi fosil, bersifat padat, berwarna gelap, dan dapat
dibakar.

Apabila batubara tersebut mudah dibakar dan menghasilkan kalori tinggi, disebut
batubara, tetapi apabila batubara tersebut tidak mudah dibakar dan menghasilkan kalori rendah
disebut sebagai batubara muda.
4. Kedapatan Batubara di Indonesia
Penambangan batubara di Indonesia terdapat di Sumatera Barat (Ombilin, Sawahlunto),
Sumatera Selatan (Bukit Asam, Tanjungenim), Kalimantan Timur (Lembah Sungai Berau,
Samarinda), Kalimantan Selatan (Kotabaru/Pulau Laut), Kalimantan tengah (Purukcahu),
Sulawesi Selatan (Makassar), dan Papua (Klamono).

5. Pemanfaatan Batubara
Pemanfaatan Batubara Pemakaian batubara di Indonesia terutama ditujukan untuk
Pembangkit Listrik dan Pabrik Semen. Batubara dapat pula dipergunakan tidak sebagai bahan
bakar, tetapi dipergunakan sebagai reduktor pada proses peleburan timah, industri fero-nikel,
industri besi dan baja, sebagai bahan pemurnian pada industri kimia (dalam bentuk karbon
aktif), sebagai bahan pembuatan kalsium karbida (dalam bentuk kokas atau semikokas).

Batubara merupakan batuan sedimentasi berwarna hitam atau hitam kecoklatcoklatan


yang mudah terbakar dan terbentuk dari batuan endapan organik yang terdiri dari karbon
hidrogen, oksigen, dan unsur-unsur lain.

Oleh karena itu batubara digunakan sebagai bahan dasar pembuatan karbon aktif.
Disamping karena memiliki unsur karbon yang cukup besar, pembuatan karbon aktif dari bahan
dasar batubara juga dapat meningkatkan nilai ekonomi dari batubara tersebut.

Batu bara di Indonesia


Di Indonesia, endapan batu bara yang bernilai ekonomis terdapat di cekungan Tersier,
yang terletak di bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau Sumatera dan Kalimantan), pada
umumnya endapan batu bara ekonomis tersebut dapat dikelompokkan sebagai batu bara
berumur Eosen atau sekitar Tersier Bawah, kira-kira 45 juta tahun yang lalu dan Miosen atau
sekitar Tersier Atas, kira-kira 20 juta tahun yang lalu menurut Skala waktu geologi.
Batu bara ini terbentuk dari endapan gambut pada iklim purba sekitar khatulistiwa yang
mirip dengan kondisi kini. Beberapa di antaranya tegolong kubah gambut yang terbentuk di
atas muka air tanah rata-rata pada iklim basah sepanjang tahun. Dengan kata lain, kubah
gambut ini terbentuk pada kondisi di mana mineral-mineral anorganik yang terbawa air dapat
masuk ke dalam sistem dan membentuk lapisan batu bara yang berkadar abu dan sulfur rendah
dan menebal secara lokal.

Hal ini sangat umum dijumpai pada batu bara Miosen. Sebaliknya, endapan batu bara
Eosen umumnya lebih tipis, berkadar abu dan sulfur tinggi. Kedua umur endapan batu bara ini
terbentuk pada lingkungan lakustrin, dataran pantai atau delta, mirip dengan daerah
pembentukan gambut yang terjadi saat ini di daerah timur Sumatera dan sebagian besar
Kalimantan.
Endapan batu bara Eosen
Endapan ini terbentuk pada tatanan tektonik ekstensional yang dimulai sekitar Tersier
Bawah atau Paleogen pada cekungan-cekungan sedimen di Sumatera dan Kalimantan.

Ekstensi berumur Eosen ini terjadi sepanjang tepian Paparan Sunda, dari sebelah barat
Sulawesi, Kalimantan bagian timur, Laut Jawa hingga Sumatera. Dari batuan sedimen yang
pernah ditemukan dapat diketahui bahwa pengendapan berlangsung mulai terjadi pada Eosen
Tengah.

Pemekaran Tersier Bawah yang terjadi pada Paparan Sunda ini ditafsirkan berada pada
tatanan busur dalam, yang disebabkan terutama oleh gerak penunjaman Lempeng Indo-
Australia. Lingkungan pengendapan mula-mula pada saat Paleogen itu non-marin, terutama
fluviatil, kipas aluvial dan endapan danau yang dangkal.

Di Kalimantan bagian tenggara, pengendapan batu bara terjadi sekitar Eosen Tengah -
Atas namun di Sumatera umurnya lebih muda, yakni Eosen Atas hingga Oligosen Bawah. Di
Sumatera bagian tengah, endapan fluvial yang terjadi pada fase awal kemudian ditutupi oleh
endapan danau (non-marin).

Berbeda dengan yang terjadi di Kalimantan bagian tenggara di mana endapan fluvial
kemudian ditutupi oleh lapisan batu bara yang terjadi pada dataran pantai yang kemudian
ditutupi di atasnya secara transgresif oleh sedimen marin berumur Eosen Atas.
III. BAHAN GALIAN BATUAN

A. Marmer
1. Nama Bahan Galian
Batuan Marmer

2. Genesa Bahan Galian


Marmer merupakan hasil metamorfosa dari batu kapur atau yang sering disebut dengan
gamping. Batu kapur ini mengalami rekristalisasi, yang lama- kelamaan akan berubah menjadi
batu marmer tersebut. Agar lebih terstruktur,berikut merupakan proses terbentuknya marmer :
1. Batu kapur mengalami kristalisasi kembali

Batu marmer atau juga banyak yang menyebutnya sebagai batu pualam merupakan hasil
dari metamorfosis batu kapur atau gamping atau dolomit. Metamorfosis ini diawali dengan
terjadinya proses rekristalisasi pada batu kapur tersebut. Terjadinya kembali proses
rekristalisasi ini karena adanya pengaruh temperatur dan juga tekanan yang dihasilkan oleh
gaya endogen. Proses rekristalisasi ini membentuk berbagai foliasi maupun non foliasi.
2. Hilangnya struktur asal batuan
Proses rekristalisasi pada batu gamping ini mengakibatkan hilangnya struktur asal batuan
tersebut, sehingga membentuk tekstur yang baru dan juga keteraturan butir. Tekstur baru
dan keteraturan butir ini dikenal dengan nama batu pualam. Proses geologi ini
membutuhkan waktu sekitar 30 hingga 60 juta tahun yang lalu.

Marmer umumnya tersusun atas mineral kalsit atau kalsium karbonat (CaCO3) dengan
kandungan mineral minor lainya yaitu kuarsa, mika, klorit, tremolit, dan silikat lainnya seperti
graphit, hematit, dan limonit. Nilai komersil marmer bergantung kepada warna dan tekstur.
Marmer yang berkualitas sangat tinggi adalah marmer yang berwarna putih jernih,
sebab kandungan kalsitnya lebih dari 90%. Marmer yang berwarna abu-abu dihasilkan dari
kandungan grapit pada batuan tersebut, pink dan merah akibat adanya kandungan hematit,
kuning dan krem sebagai pengaruh dari kandungan limonit.

Berdasarkan besar butirannya, marmer bisa bertekstur halus hingga kasar. Sifat lainnya
yang berpengaruh terhadap kualitas marmer adalah porositas, kekuatan regangan, dan
ketahanan terhadap pengaruh suhu dan cuaca.
Marmer merupakan bahan galian yang sudah sangat dikenal oleh masyarakat luas,
bahkan cukup gencar pula muncul ke permukaan yang menimbulkan sensasi pencarian marmer
yang dapat tembus cahaya dengan harga penawaran sangat menggiurkan, walaupun hanya
sebatas orang per orang dan diliputi misteri, hobi, dan aspek mistik lainnya.
Penggunaan marmer atau batu pualam tersebut biasa dikategorikan kepada dua
penampilan yaitu tipe ordinario dan tipe staturio. Tipe ordinario biasanya digunakan untuk
pembuatan tempat mandi, meja-meja toilt, lanati, dinding dan sebagainya, sedangka tipe
staturio sering dipakai untuk seni pahat dan patung

Batu marmer atau dikenal pula dengan sebutan batu pualam merupakan batuan hasil
proses metamorfosa atau malihan dari batuan asalnya yaitu batukapur. Proses terbentuknya
batu marmer sangat dipengaruhi oleh temperatur dan tekanan yang menyebabkan terjadinya
kristalisasi kembali pada batuan tersebut sehingga membentuk berbagai foliasi mapun non
foliasi.

Akibat rekristalisasi akan menghilangkan struktur asal batuan, tetapi juga akan
membentuk tekstur baru dan keteraturan butir. Pembentukan batuan marmer di Indonesia yang
terjadi sekitar 30 - 60 juta tahun yang lalu atau berumur Kwarter hingga Tersier.

Marmer akan selalu berasosiasi keberadaanya dengan batu gamping. Setiap ada batu
marmer akan selalu ada batu gamping, walaupun tidak setiap ada batu gamping akan ada
marmer.
Karena keberadaan marmer berhubungan dengan proses gaya endogen yang
mempengaruhinya baik berupa tekanan maupun perubahan temperatur yang tinggi. Di
Indonesia penyebaran marmer tersebut cukup banyak.

3. Rumus Kimia Bahan Galian


Penyusun utama dari Marmer adalah Mineral Kalsit, sehingga marmer memiliki
penyusun kimia CaCO3, sedangkan mineral kalsit adalah Kalsit adalah mineral karbonat dan
polimorf kalsium karbonat yang paling stabil.
Kalsit sangat umum ditemukan di seluruh dunia baik di dalam batuan sedimen, batuan
metamorf, maupun batuan beku. Beberapa ahli geologi menganggapnya sebagai "ubiquitous
mineral" atau mineral yang dapat hadir di hampir semua jenis batuan.

4. Keterdapatan Bahan Galian


1. Tulungagung, Jawa Timur
2. Semarang, Jawa Timur
3. Mojokerto, Jawa Timur
4. Banjarnegara, Jawa Timur
5. Trenggalek, Jawa Timur
6. Bayat, Jawa Tengah
7. Poso, Sulawesi Tengah
8. Kupang, Nusa Tenggara Timur
9. Sleman, Yogyakarta
10. Wonogiri, Jawa Tengah
11. Pracimantoro, Jawa Tengah
12. Pacitan, Jawa Timur

5. Pemanfaatan Bahan Galian


Sebagai bahan galian yang mempunyai nilai jual tinggi karena rona yang sangat indah,
artistik, dan aspek kuat tekan dan geser yang tinggi menjadikan bahan galian ini mempunyai
pangsa pasar yang relatif tinggi hingga pada pasar menengah.
Penggunaan marmer biasanya untuk meja, tegel, hiasan dinding, perlengkapan rumah
tangga sepeti guci, lampu hias dan lain sebagainya. Untuk tegel, dinding dan meja memerlukan
diameter yang besar dan kualitas yang sangat baik dalam artian sedikit sekali adanya retakan
dan kandungan mineral bijihnya, sehingga akan menimbulkan kesan dingin walaupun kenas
sinar matahari sekalipun.
Sejak zaman dahulu, marmer sudah memiliki pasar yang baik, sehingga perburuan ke
lokasi-lokasi penghasil marmerpun cukup tinggi. Italia merupakan negara pengahsil marmer
yang sangat terkenal di dunia, walaupun pada kenyataannya bahanbaku marmer itu sendiri
bukan asli dari Italia tetapi dari negara-negara lainnya yang dimasukan terlebih dahulu ke Italia.
Marmer dari luar tersebut diproses terlebih dahulu di Intalia yang kemudian dikemas sedmikian
rupa dan dipasarkan dengan merek Italia.
B. Obsidian
1. Nama Bahan Galian
Batuan Obsidian

2. Genesa Bahan Galian


Obsidian, batu yang dalam bahasa latinnya dikenal dengan nama obsidianus ini, konon,
namanya berasal dari nama orang yang "dianggap" pertama kali menemukannya, yaitu seorang
bangsa Romawi yang bernama Obsidius di wilayah pegunungan Vesuvius. Pada dasarnya, batu
obsidian terbentuk dari mineral yang terperangkap di dalam lava cair gunung berapi yang
keluar secara tiba-tiba ke permukaan saat terjadi letusan.
Adanya perbedaan suhu yang ekstrem antara kondisi di dalam perut bumi dengan
yang ada di permukaan menyebabkan lava cair yang keluar langsung membeku secara tiba-
tiba, sehingga yang terbentuk adalah gelas/kaca, bukan kristal dominan.

Berbeda halnya dengan batu permata yang mengalami proses pembekuannya saat
masih berada di dalam perut bumi, dimana kondisi temperaturnya sangat panas disertai tekanan
tinggi dengan rentang waktu proses sangat lama (ribuan jutaan tahun), sehingga
memungkinkan terjadinya proses kristalisasi. Terkadang, di dalam batu obsidian terdapat
semacam gelembung, hal ini dikarenakan begitu cepatnya proses pendinginan yang terjadi
sehingga ada udara (air) yang terperangkap di dalamnya.
Ciri-ciri dan Karakteristik Batu Obsidian :

1. Pada umumnya batu ini mempunyai tanda berupa retakan gelombang yang cenderung di
bagian permukaan batu, berwarna cerah dan mengkilap seperti vitreous luster atau kaca.

2. Kombinasi warna pada batu obsidian berwarna hitam pekat, merah tua, abu-abu, kuning dan
biru (biasanya satu warna).

3. Ada juga lebih dari satu warna campuran seperti hitam kecoklatan atau kemerahan atau
bercampur dengan ornamen lainnya seperti berbuih atau bintik putih.
4. Memiliki butiran halus dan penampakan mineralnya sejajar satu dengan yang lainnya.

5. Karena mengandung silikon dioksida yang cukup besar, sehingga batu beku tersebut bersifat
keras dan membentuk serpihan-serpihan sudut tajam.

3. Rumus Kimia Yang Terkandung


Obsidian termasuk ke dalam kelompok batuan rhyolite (batuan beku bersifat asam)
yang mengandung ~70% silicon dioxside dengan struktur perlitik (mengulit bawang) yang
tertutup. Bila dilihat dari tingkat kekerasannya yang hanya 5 s/d 5,5 skala Mohs, sebenarnya
batu obsidian layak disebut sebagai kaca natural (natural glass).
Namun, perbedaannya dengan kaca adalah, batu obsidian memiliki indeks bias yang
mirip dengan batu mulia (1,48-1,51), sehingga kaca vulkanik ini dikategorikan ke dalam jajaran
jenis batu mulia tanggung. Pada umumnya obsidian memiliki kandungan air terperangkap
<2%. Dengan adanya air yang terperangkap ini membuat batu obsidian mudah dikembangkan
melalui pemanasan pada suhu 800-1200C.
Komponen kimia dalam batuan Obsidian
Komponen Presentase(%)
SiO2 75,09
TiO2 0,16
Al2O3 13,78
Fe2O3 1,05
MnO 0,05
MgO 4,1
CaO 0,89
Na2O 4,02
K2O 4,8
P2O5 0,02
SO3 0,04

4. Keterdapatan Bahan Galian di Indonesia


Obsidian mempunyai sumber cadangan yang potensial, namun sampai saai ini belum
banyak yang ditambang. Potensi tersebut terdapat di Pulau Sumatera, Kepulauan Riau,
Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan.

5. Pemanfaatan Bahan Galian


Sebenarnya, penggunan obsidian sebagai bahan perhiasan sudah sejak sangat lama
digunakan, bahkan jauh sebelum masa Obsidius di zaman Romawi Kuno. Hal ini dibuktikan
dengan ditemukannya sebuah gelang perhiasan purba berusia 9.500 tahun yang ditemukan di
Asikli Hoyuk, Turki, pada tahun 1995. Gelang tersebut diperkirakan dibuat pada masa
kebudayaan neolitik dari sejenis bahan yang mirip dengan kaca vulkanik.
Peneliti dari Institut Franais d'Etudes Anatoliennes di Istanbul dan Laboratoire de
Tribologie et de Dynamiques des Systmes, mempelajari gelang tersebut serta melihat
permukaan dan struktur topografi mikronya.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa gelang yang berukuran 10 cm tersebut dibuat dan
diasah dengan teknik yang sangat maju. Menurut para ilmuwan, teknik pengasahan pada gelang
tersebut menyamai teknik asahan lensa teleskop saat ini.
Gelang purba dari zaman 7500 SM itu merupakan salah satu contoh tertua benda,
khususnya perhiasan yang terbuat dari kaca vulkanik. Kerajinan kaca vulkanik memuncak pada
milenium ke-6 SM atau ke-7 SM.
Hasil studi ini dipublikasikan di Journal of Arachaelogical Science yang terbit pada
Desember 2011. Masyarakat neolitik, kadang juga disebut masyarakat Zaman Batu Baru,
memang dikenal sebagai petani yang juga berkemampuan membuat kerajinan.
Begitu pula dalam sejarah dan kebudayaan di Indonesia sendiri, bukti sisa-sia
penggunaan obsidian dan jejak keberadaannya pun masih dapat ditelusuri, misalnya, di Goa
Pawon yang terletak di Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat, Padalarang, Jawa Barat,
sekitar 25 KM dari arah Bandung. Di lokasi ini banyak ditemukan sisa-sia artefak peralatan
yang terbuat dari bahan obsidian yang diperkirakan meruakan peninggalan masyarakat
kerajaan Kendan (cikal bakal kerajaan Galuh).

Batu Obsidian Dapat Digunakan Sebagai Absorben Logam-logam Berat pada Limbah
Cair
Penelitian menunjukkan kemampuan obsidian dalam menyerap limbah logam Pb, Cu,
Cr, Cd, Fe, Mg, Ca dan Zn berkisar antara 60 sampai dengan 96 % (Adinal et al, 1999).
Obsidian memiliki kemampuan untuk meng-adsorpsi logam-logam berat yang terkandung
dalam limbah cair.
Adsorpsi atau penyerapan permukaan adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu
fluida, cairan maupun gas, terikat kepada suatu padatan atau cairan (zat penyerap, adsorben)
dan akhirnya membentuk suatu lapisan tipis atau film (zat terserap, adsorbat) pada
permukaannya.
Masih banyak lagi kegunaan dari batu obsidian selain dari hal-hal yang telah disebutkan
di atas, antara lain digunakan juga pada ilmu kedokteran (untuk kesehatan dan pada peralatan
medis).
BAHAN GALIAN RADIOAKTIF

1. Nama Bahan Galian


Uranium (U)
2. Genesa Bahan galian
Uranium yang terkandung dalam sedimentary phosporite (disebut sebagai tipe
Phosphorite) menyumbang jumlah sumberdaya global (tingkat dunia) terbanyak (6,5 juta ton
U). Tetapi kadar U pada tipe deposit ini relative rendah yakni 50 500ppm. Seluruh tipe deposit
ini dideliniasi dari cekungan tua (Phanerozoic).
Penyumbang terbesar kedua dari cadangan global adalah dari type deposit black shale
yakni 4,4 juta ton dengan kadar rendah 50 400ppm (seperti halnya type phosphorite, belum
ada produksi tercatat dari type deposit ini). Deposit ini berasal dari cekungan sedimen tua
berumur Cambrian.
Terbesar ketiga adalah Sandstone hosted yakni sebesar 1,5 juta ton U. Menariknya,
type deposit ini punya kisaran umur panjang dari Phanerozic sampai Tersier. Kadar rata-rata
adalah 50 500ppm. Uranium pada deposit ini diendapkan sebagai uranitite atau coffinite,
diendapkan dari air formasi (basinal brines) yang berinteraksi dengan reductant seperti
carbonaceous material, hydrocarbon dan mineral sulfida. Deposit ini umum terendapkan dalam
bentuk tabular sejajar dengan lapisan batupasir, roll-front deposit membentuk tubuh deposit
melengkung, atau deposit pengisian sepanjang patahan/ struktur. Beberapa deposit baru tipe
ini diketemukan di Kazakhstan pada sedimen (batupasir) Paleocene-Eocene (seperti Inkai,
Moinkum dll) yang berdampingan dengan cekungan minyak.
Deposit dengan kadar relative tinggi adalah unconformity related, kadar rata-rata 1.0
25% U. Tipe ini menyumbang sekitar 650,000 ton global resources. Sekitar 20% produksi U
dunia berasal dari tipe ini. Type ini diendapkan pada basin tua (basal zone) yang menumpang
diatas basement (biasanya metamorphic) dengan kandungan U.
Type deposit lain yang berhubungan dengan magmatisme (intrusive/ plutonic related) adalah:
a. IOCG (Iron Oxide Copper Gold) global resource sebesar 900,000 ton, dengan contoh
Olympic Dam (Australia)
b. Intrusive pegmatite hosted global resource sekitar 290,000 ton, contoh di Greenland,
South Africa, dan penemuan baru di Rossing (Namibia).
c. Volcanic caldera associated 210,000 ton, spt di Dornot (Mongolia), Xiangshan (China),
McDermit (USA)
Tidak semua Uranium berasosiasi dengan gunung api. Namun juga batuan sedimen
dapat menjadi sumber terendapkannya mineral mengandung uranium. Endapan-endapan hasil
erosi gunung batuan beku yang awalnya mengandung uranium akan tersaring secara alamiah.
Uranium Dalam Batuan Sedimen
Cebakan uranium ditermukan dalam berbagai jenis batuan, diantaranya batuan beku
granitic, volkanik, metamorf, maupun dalam batuan sedimen. Cebakan dalam batuan sedimen
memengang peranan penting dalam suplai uranium di dunia, 28.6 % cadangan uranium dunia
barat terdapat dalam batupasir (R.G. Young, 1984). Cebakan uranium sedimenter mempunyai
karakter seperti cadangan cukup besar meskipun kadarnya rendah, mudah ditambang dan
diolah, dan terdapat dalam variasi umur batuan.

3. Rumus Kimia Yang Terkandung


Uranium adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang U dan
nomor atom 92. Ia merupakan logam putih keperakan yang termasuk dalam deret aktinida tabel
periodik. Uranium memiliki 92 proton dan 92 elektron, dengan elektron valensi 6. Inti uranium
mengikat sebanyak 141 sampai dengan 146 neutron, sehingganya terdapat 6 isotop uranium.
Isotop yang paling umum adalah uranium-238 (146 neutron) dan uranium-235 (143 neutron).
Semua isotop uranium tidak stabil dan bersifat radioaktif lemah. Uranium memiliki bobot atom
terberat kedua (setelah plutonium) di antara semua unsur-unsur kimia yang dapat ditemukan
secara alami. Massa jenis uranium kira-kira 70% lebih besar daripada timbal, namun tidaklah
sepadat emas ataupun tungsten. Uranium dapat ditemukan secara alami dalam konsentrasi
rendah (beberapa bagian per juta (ppm) dalam tanah, bebatuan, dan air.
Uranium yang dapat dijumpai secara alami adalah uranium-238 (99,273999,2752%),
uranium-235 (0,71980,7202%), dan sekelumit uranium-234 (0,00500,0059%). Uranium
meluruh secara lambat dengan memancarkan partikel alfa. Umur paruh uranium-238 adalah
sekitar 4,47 milyar tahun, sedangkan untuk uranium-235 adalah 704 juta tahun. Oleh sebab itu,
uranium dapat digunakan untuk penentuan umur Bumi.
4. Keterdapatan Bahan Galian di Indonesia
Uranium ditemukan dalam jumlah kecil sebagai mineral uranium oksida uraninite
(pitchblende) dalam sulfide veins di granit atau batuan beku felsic, lainnya (mengandung
mineral felspar, felspathoid, silica) batuan beku asam. Uranium juga ditemukan dalam batuan
sedimen. Di bawah kondisi air tanah dekat permukaan, uranium dalam batuan beku dapat
teroksidasi dan teruraikan, ditransportasi air tanah, kemudian diendapkan sebagai uraninit
dalam batuan sedimen Deposit uranium terbesar Amerika ditemukan justru di batuan sedimen
berumur Trias-Yura di Plato Colorado.
Persebaran Uranium di Indonesia
Pemetaan bersistem sumberdaya mineral radioaktif oleh Sastratenaya dan
Tjokrokardono (dipublikasi IAGI, 1985) bisa menjadi acuan awal kita untuk mengetahui
persebaran uranium di Indonesia (khususnya di wilayah Indonesia Barat). Selama ini, kita
hanya mengenal Kalimantan sebagai sumber uranium terbesar di Indonesia. Potensi kandungan
uranium di bumi Borneo, termasuk Kaltim, lebih tinggi dibanding kandungan uranium lain
yang ditemukan di dunia. Kandungan uranium di Kalimantan mencapai 24 ribu ton yang setara
dengan kebutuhan listrik 9.000 megawatt selama 125 tahun. Lokasinya di Desa Kalan,
Kecamatan Ella Hilir, Melawai, Kalimantan Barat.
Selama ini indikasi mineralisasi uranium di Kalimantan telah ditemukan pada batuan
metamorfik dan granit di Pegunungan Schwaner yang membentang antara Kalimantan Barat
dengan Kalimantan Tengah, berupa anomali radioaktivitas dan anomali geokimia uranium.
Geologi regional Pegunungan Schwaner yang merupakan watershed Kalimantan Barat-
Kalimantan Tengah terdiri dari batuan metamorfik Pinoh yang diintrusi oleh batuan tonalit dan
granit alkali.
Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) sendiri telah melakukan sejumlah pemboran
dengan kedalaman hampir 400 meter di sejumlah wilayah Kalimantan Tengah untuk
mengetahui eksistensi pemineralan U di bawah permukaan dan bertujuan untuk mendapatkan
pengetahuan tentang potensi sumberdaya uranium. Mineralisasi uranium dijumpai dalam dua
lobang bor pada zone rekahan atau fraktur yang terisi urat sulfida dan magnetit dengan mineral
radioaktif berupa uraninit dan branerit. Banyaknya U yang ada di sekitar dua lubang bor itu
sampai kedalaman sekitar 55 m diperkirakan 623,21 kg.
Persebaran Uranium di Indonesia Timur
Persebaran uranium di wilayah Indonesia timur telah diindikasi tujuh daerah di
Sulawesi termasuk Banggai Sula dan empat daerah di Papua,yang di wilayah - wilayah yang
secara geologi terdapat batuan granitik dan felsik lainnya.
5. Pemanfaatan Bahan Galian
Uranium adalah bahan bakar nuklir yang sangat penting. Uranium 238 bisa diubah
menjadi Plutonium.Kegunaan bahan bakar nuklir untuk menghasilkan energi listrik, untuk
membuat isotop yang digunakan untuk tujuan damai, dan sebagai peledak, sangat diketahui
dengan baik. Kapasitas 429 reaktor pembangkit listrik tenaga nuklir di seluruh dunia yang
beroperasi pada Januari 1990 dierkirakan mencapai 311000 megawatt. Uranium digunakan
dalam peralatan petunjuk inert, dalam kompas giro, sebagai imbangan berat untuk permukaan
kontrol penerbangan, sebagai pemberat untuk kendaraan pembawa missil, dan sebagai bahan
pelindung. Logam uranium digunakan untuk target sinar X untuk memproduksi sinar X
berenergi tinggi; uranium nitrat berguna untuk tinta fotografi, dan uranium asetat digunakan
dalam kimia analisis. Kristal uranium bersifat triboluminesens (fenomena optis di mana cahaya
dihasilkan ketika ikatan asimetris rusak karena zatnya tergores atau dihancurkan). Garam
uranium juga digunakan untuk memproduksi kaca dan kilau Vaseline kuning. Uranium dan
senyawanya sangat beracun, baik dari sudut pandang kimia.
Secara kimiawi, uranium merupakan logam berat berwarna keperakan yang sangat
padat. Sebuah kubus uranium bersisi 10 cm memiliki massa mendekati 20 kg dan secara umum
70 % lebih padat dibanding timbal (timah hitam). Pada suhu 600 700C dalam tekanan yang
sangat tinggi logam DU akan menyala dengan sendirinya, membentuk kabut Aerosol DU yang
bersifat cair dan sangat panas.
Sifat-sifat kimiawi dan fisis semacam ini yang menyebabkan konvensional yang
bersifat taktis. Tidak sebagai bahan peledak nuklir, DU digunakan sebagai senjata penembus
berenergi kinetis dan biasa digunakan dalam bentuk Senjata Antitank (atau ankerucutti
kendaraan lapis baja lainnya). Jadi senjata ini benar-benar konvensional, sama sekali tak
melibatkan reaksi berantai didalamnya (baik reaksi fisi maupun reaksi fusi). Senjata
inisebagian besar menggunakan prinsip yang dikenal dengan Efek Munroe. Prinsip dari
penerapan senjata berbasis DU ini dapat dijelaskan dengan tabung yang didalamnya ada rongga
yang berbentuk Kerucut, dengan dasar kerucut tepat beririsan dengan dasar tabung. Dinding
kerucut ini terbuat darilapisan DU, sementara ruang antara kerucut dan tabung diisi dengan
bahan peledak konvensional (anggaplah TNT). Di dasar kerucut terdapat sebentuk pipa kecil
(lebih kecil dari tabung) yang sumbunya tepat berada pada sumbu tabung dan kerucut,
mengarah keluar. Pipa ini tertutup, diujungnya terdapat detonator dan dinding kerucut mencair
dalam derajat yang berbeda. Di ujung kerucut DU mencair sempurna dan oleh tekanan ledakan
ia akan bergerak mengalir keluar (menyusuri pipa) dengan kecepatan 10 km/detik (ini di
istilahkan dengan jet).
Sementara DU yang menyusun bagian tengah dinding kerucut hanya mengalami
pencairan sebagian sehingga membentuk gumpalan-gumpalan kecil logam (pasir logam) yang
larut dalam cairan DU (dinamakan slug), dan melesat dengan kecepatan 1000 m/detik melalui
pipa. Jet dan slug inilah yang dengan mudah mampu menembus dinding lapis baja (setebal
apapun) akibat kecepatan dan sifat cairnya. Penembusan ini menyebabkan bagian dalam
kendaraan lapis baja itu terpanaskan dengan hebat, dan membuat tanki bahan bakar solar-nya
meledak sehingga kendaraan lapis baja ini akan terbakar dan personel yang ada didalamnya
terpanggang. Jet dan slug inilah yang merupakan bagian dari efek Munroe, dan belum ada
material baja yang mampu menangkalnya (meski material baja tersebut sanggup menahan
gelombang tekanan produk ledakan senjata nuklir sekalipun.
Uranium Sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
Energi yang dihasilkan dari reaksi fisi nuklir terkendali di dalam reactor nuklir dapat
dimanfaatkan untuk membangkitkan listrik. Instalasi pembangkitan energi listrik semacam ini
dikenal sebagai pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). Salah satu bentuk reaktor nuklir
adalah reaktor air bertekanan (pressurized water reactor/PWR). Energi yang dihasilkan di
dalam reaktor nuklir berupa kalor atau panas yang dihasilkan oleh batang-batang bahan bakar.
Kalor atau panas dialirkan keluar dari teras reaktor bersama air menuju alat penukar panas (heat
exchanger). Di sini uap panas dipisahkan dari air dan dialirkan menuju turbin untuk
menggerakkan turbin menghasilkan listrik, sedangkan air didinginkan dan dipompa kembali
menuju reaktor. Uap air dingin yang mengalir keluar setelah melewati turbin dipompa kembali
ke dalam reaktor Untuk menjaga agar air di dalam reaktor (yang berada pada suhu 300oC)
tidak mendidih (air mendidih pada suhu 100oC dan tekanan 1 atm), air dijaga dalam tekanan
tinggi sebesar 160 atm. Tidak heran jika reaktor ini dinamakan reaktor air bertekanan. 4.4 Pada
Bidang pertanian.
Selain Uranium, dibawah merupakan bahan galian yang termasuk dalam golongan
Bahan Galian Radioaktif:
1. Radium (Ra)
Radium adalah unsur yang sangat langka di Bumi. Radium ditemukan dalam bijih uranium.
Dibutuhkan sekitar 7 ton bijih hanya untuk menghasilkan satu gram radium. Radium
diproduksi sebagai produk sampingan dari pertambangan uranium. Karena begitu berbahaya,
hanya beberapa ons yang diproduksi setiap tahun. Di Indonesia radium terdapat di papua
Ketika radium pertama kali ditemukan itu memiliki beberapa manfaat. Radium digunakan
dalam cat yang bercahaya. Cat ini digunakan pada jam dinding, jam tangan, dan benda-benda
lain sehingga orang bisa melihat mereka dalam gelap. Kegunaan lain termasuk pengobatan
kanker, pasta gigi, dan percobaan penelitian.Saat ini radium tidak memiliki kegunaan untuk
industri besar karena bahaya radioaktivitasnya.
2. Thorium (Th)
unsur kimia radioaktif dari seri aktinoid dari tabel periodik, nomor atom 90; Thorium adalah
bahan bakar reaktor nuklir yang berguna. Thorium ditemukan (1828) oleh kimiawan Swedia
Jns Jacob Berzelius. Thorium berwarna putih keperakan tapi ternyata abu-abu atau hitam pada
paparan udara. Kelimpahan Thorium sekitar setengah dari kelimpahan timah dan tiga kali lebih
banyak daripada uranium di kerak bumi.
Thorium secara komersial diproduksi dari monasit mineral dan terjadi juga dalam mineral lain
seperti thorite dan thorianite. Logam thorium telah diproduksi dalam jumlah komersial dengan
reduksi tetrafluorida (ThF4) dan dioksida (ThO2) dan dengan elektrolisis dari tetraklorida
(ThCl4). Nama unsur Thorium berasal dari nama dewa Norse Thor.
Thorium telah digunakan dalam sel fotolistrik komersial untuk mengukur sinar ultraviolet
panjang gelombang berkisar 2000-3750 angstrom. Ditambahkan ke kaca, thorium
menghasilkan gelas dengan indeks bias tinggi, berguna untuk aplikasi optik khusus. Thorium
dulunya diminati sebagai komponen mantel untuk lampu gas dan minyak tanah dan telah
digunakan dalam pembuatan filamen tungsten untuk bola lampu dan tabung vakum dan juga
untuk bahan bakar pembangkit listrik. Di indonesia thorium terdapat di bangka belitung
3. Monasit (Ce,La,Y,Th)PO4
Miner monasit berwarna coklat kemerahan memiliki sistem kristal monoklin dengan kekerasan
5-5,5 serta berat jenis 5-5,3. Monasit adalah mineral fosfat mengandung unsur tanah jarang
logam. Sebenarnya ada setidaknya empat berbagai jenis monasit, tergantung pada komposisi
unsur relatif dari mineral.
Monasit merupakan bijih penting untuk thorium, lantanum dan cerium. Hal ini sering
ditemukan dalam endapan letakan. Keberadaan thorium dalam monasit dapat menghasilkan
radioaktif. Monasit sebagai sumber utama untuk menghasilkan thorium, cerium, dan elemen
langka lainnya.
Sebagai bijih logam tanah jarang khususnya thorium, cerium dan Lantanum dimanfaatkan
sebagai zat Radioaktif. Di Indonesia potensi terkaya akan monasi adai di Kepulauan Bangka
Belitung di Gunung Muntai.
BAB III
PENUTUP

Pada akhir makalah, kesimpulannya saya telah mempelajari dan mengetahui beberapa hal
Tentang Bahan Galian diantara nya :
a. Mineral logam
b. Mineral bukan logam
c. Batuan
d. Batubara
Semoga dengan tersusun nya makalah ini dapat menjadi pembelajaran yang berguna bagi saya
dalam menyelesaikan mata kuliah Pengantar Teknologi Mineral, untuk kurang lebihnya saya
harap di maklumi. Terima kasih
DAFTAR PUSTAKA

Fakultas Teknologi Mineral . 2009. Batuan. Diakses dari petrolab-upn.tripod.com pada tanggal
18 september 2016

Doddy Setia Graha.2012. monasit. diakses dari doddysetiagraha.blogspot.co.id pada tanggal


18 september 2016

Doddy Setia Graha.2012. thorium, uranium, rhadium. diakses dari


doddysetiagraha.blogspot.co.id pada tanggal 18 september 2016

Doddy Setia Graha.2012. batubara. diakses dari doddysetiagraha.blogspot.co.id pada tanggal


18 september 2016

Anak Samosir. 2014. Bahan galian logam. Diakses dari sigantengliar.wordpress.com tanggal
17 september 2016
Rizqi Syawal. 2010. Bahan Galian Non Golongan A dan B. Diakses dari
syawal88.wordpress.com tanggal 17 september 2016

Das könnte Ihnen auch gefallen