Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya saya dapat
menyelesaikan makalah tentang " Penggolongan Mineral dan Batubara dalam UU No. 4 tahun
2009 dan PP No. 22/23 tahun 2010" ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada
kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi anugerah serta
rahmat bagi seluruh alam semesta.
Saya sebagai penyusun sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang
menjadi tugas Pengantar Teknologi Mineral " Penggolongan Mineral dan Batubara dalam UU
No. 4 tahun 2009 dan PP No. 22/23 tahun 2010". Disamping itu, kami mengucapkan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya selama pembuatan makalah ini
berlangsung sehingga terealisasikanlah makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini, sehingga saran yang bersifat membangun terhadap makalah
ini sangat saya butuhkan agar kedepannya dan semoga bermanfaat bagi pembacanya.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
UU MINERBA
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
2. Tujuan
3. Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
1. Mineral Logam
2. Mineral Bukan Logam
3. Batubara
4. Batuan
5. Radioaktif
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan
Daftar Pustaka
Menurut Peraturan Pemerintahan N0 23 tahun 2010
Pasal 2
(1) Pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara ditujukan untuk
melaksanakan kebijakan dalam mengutamakan penggunaan mineral dan/atau batubara
untuk kepentingan dalam negeri.
(2) Pertambangan mineral dan batubara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikelompokkan
ke dalam 5 (lima) golongan komoditas tambang:
a. Mineral radioaktif meliputi radium, thorium, uranium, monasit, dan bahan galian radioaktif
lainnya.
b. Mineral logam meliputi litium, berilium, magnesium, kalium, kalsium, emas, tembaga,
perak, timbal, seng, timah, nikel, mangaan, platina, bismuth, molibdenum, bauksit, air
raksa, wolfram, titanium, barit, vanadium, kromit, antimoni, kobalt, tantalum, cadmium,
galium, indium, yitrium, magnetit, besi, galena, alumina, niobium, zirkonium, ilmenit,
khrom, erbium, ytterbium, dysprosium, thorium, cesium, lanthanum, niobium, neodymium,
hafnium, scandium, aluminium, palladium, rhodium, osmium, ruthenium, iridium,
selenium, telluride, stronium, germanium, dan zenotin.
c. Mineral bukan logam meliputi intan, korundum, grafit, arsen, pasir kuarsa, fluorspar, kriolit,
yodium, brom, klor, belerang, fosfat, halit, asbes, talk, mika, magnesit, yarosit, oker, fluorit,
ball clay, fire clay, zeolit, kaolin, feldspar, bentonit, gipsum, dolomit, kalsit, rijang, pirofilit,
kuarsit, zirkon, wolastonit, tawas, batu kuarsa, perlit, garam batu, clay, dan batu gamping
untuk semen
d. Batuan meliputi pumice, tras, toseki, obsidian, marmer, perlit, tanah diatome, tanah serap
(fullers earth), slate,granit, granodiorit, andesit, gabro, peridotit, basalt, trakhit, leusit, tanah
liat, tanah urug, batu apung, opal, kalsedon, chert, kristal kuarsa, jasper, krisoprase, kayu
terkersikan, gamet, giok, agat, diorit, topas, batu gunung quarry besar, kerikil galian dari
bukit, kerikil sungai, batu kali, kerikil sungai ayak tanpa pasir, pasir urug, pasir pasang,
kerikil berpasir alami (sirtu), bahan timbunan pilihan (tanah), urukan tanah setempat, tanah
merah (laterit), batu gamping, onik, pasir laut, dan pasir yang tidak mengandung unsur
mineral logam atau unsur mineral bukan logam dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi
ekonomi pertambangan; dan
e. Batubara meliputi bitumen padat, batuan aspal, batubara, dan gambut.
BAB I
PENDAHULUAN
2. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui penggolongan mineral
dan batubara yang ada di Indonesia, sesuai dengan UU No. 4 tahun 2009 dan PP No. 22/23
tahun 2010.
3. Rumusan Masalah
1. Penggolongan dari Mineral dan Batu bara
a. Mineral logam
b. Mineral bukan logam
c. Batuan
d. Batubara
2. Batubara secara umum
b. Materi pembentukan batubara
c. Penyebaran batubara di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
1. MINERAL LOGAM
Mineral logam meliputi litium, berilium, magnesium, kalium, kalsium, emas, tembaga
,perak, timbal, seng timah, nikel, mangan, platina, bismuth, molibdenum, bauksit, air raksa,
wolfram, titanium, barit, vanadium, kromit, antimoni, kobalt, tantalum, candium, galium,
indium, yitrium, magnetit, besi,galena, alumina, niobium, zirkonium, ilmenit, khrom, erbium,
ytterbium, dysprosium, hafnium, scandium, aluminium, palladium, rhodium, osmium,
ruthenium, iridium, selenium, telluride, stronium, germanium, dan zenotin.
Berikut adalah beberapa pembahasan secara detail terhadap komponen Bahan galian
yang termasuk dlm golongan Mineral Logam :
A. Emas (Au)
1. Nama Bahan Galian
Emas (Au)
Proses differensiasi berlangsung pada magma sehingga dari suatu sumber magma
akan terbentuk berbagai macam mineral-mineral baru. Proses differensiasi ini dapat
diakibatkan oleh :
a. Kristalisasi
b. Gravitasi
c. Pemisahan cairan
d. Assimilasi
Seperti pada gambar diatas Larutan hidrothermal tersebut naik ke atas permukaan
melalui zona struktur seperti patahan, sesar, rekahan maupun kontak litologi, yang kemudian
bercampur dengan air meteorik sehingga mengalami proses pendinginan yang akan
membentuk urat-urat (vein) yang bentuknya tergantung dari rongga yang dihasilkan oleh
struktur. Selama terjadi proses ini batuan yang diterobos akan mengalami ubahan (alterasi)
yang diikuti oleh perubahan sifat fisik dan komposisi kimia. Perubahan meliputi: perubahan
warna, porositas dan tekstur. Zona alterasi sendiri terdiri dari :
Zona silisifikasi
Zona ini biasanya sangat keras, banyak mengandung kuarsa berukuran kriptokristalin,
berwarna putih agak bening, mineral pengikutnya saponit, khlorit, anhidrit, gypsum dan
andalusit.
Zona argilik
Dicirikan oleh kehadiran mineral lempung (kaolinit), pirit (FeS2), kalkopirit, kuarsa selalu
hadir dan biasanya terbentuk di dekat vein. Warnanya putih- kuning muda kecoklatan,
permeabilitas cukup besar, jika dipegang agak lunak.
Zona potasik
Terbentuk karena adanya penambahan unsur Fe dan Mg yang diikuti oleh adanya sulfida
dengan kadar rendah.
Zona propilit
Zona terluar dari sistem hidrothermal, warnanya hijau dan cukup keras, dengan mineral
pengikutnya klorit, epidot, kalsit, pirit, sedangkan mineral bijih yang sering terkandung adalah
galena, sphalerit sinabar.
Endapan emas epithermal merupakan endapan hidrothermal yang terbentuk pada temperatur
rendah (50 0300C) pada kedalaman antara 0-1000m (Hedenquist, 1985). Ditinjau dari
macam batuan yang ditempatinya (host rock), dibagi menjadi :
Batuan vulkanik
Batuan sedimen
Daerah pengendapan yang luas nilainya tidak terlalu ekonomis, endapan ekonomis emas hanya
dapat terbentuk melalui beberapa mekanisme yang menyebabkan peningkatan pengendapan
dan pengkonsentrasian dalam suatu wilayah yang terbatas mengingat kandungan emas yang
sangat kecil. Ada beberapa tahapan yang memungkinkan hal ini dapat terjadi :
Pendinginan
Interaksi air dengan batuan samping
Pencampuran fluida
Pendidihan fluida
Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya berkisar
antara 2,5 3 (skala Mohs), serta berat jenisnya tergantung pada jenis dan kandungan logam
lain yang berpadu dengannya. Mineral pembawa emas biasanya berasosiasi dengan mineral
ikutan (gangue minerals). Mineral ikutan tersebut umumnya kuarsa, karbonat, turmalin,
flourpar, dan sejumlah kecil mineral non logam.
Mineral pembawa emas juga berasosiasi dengan endapan sulfida yang telah teroksidasi.
Mineral pembawa emas terdiri dari emas nativ, elektrum, emas telurida, sejumlah paduan dan
senyawa emas dengan unsur-unsur belerang, antimon, dan selenium. Elektrum sebenarnya
jenis lain dari emas nativ, hanya kandungan perak di dalamnya >20%.
Emas digunakan sebagai standar keuangan di banyak negara dan juga digunakan
sebagai perhiasan, dan elektronik. Penggunaan emas dalam bidang moneter dan keuangan
berdasarkan nilai moneter absolut dari emas itu sendiri terhadap berbagai mata uang di seluruh
dunia, meskipun secara resmi di bursa komoditas dunia, harga emas dicantumkan dalam mata
uang dolar Amerika. Bentuk penggunaan emas dalam bidang moneter lazimnya berupa bulion
atau batangan emas dalam berbagai satuan berat gram sampai kilogram.
Emas dapat dibentuk menjadi berbagai perhiasan untuk wanita. Wanita memerlukan
perhiasan untuk beberapa hal seperti menjadi aksesoris untuk penampilan dan meningkatkan
rasa percaya diri. Perhiasan dari emas bisa dibentuk menjadi beberapa benda seperti cincin,
kalung, gelang, anting, jam tangan, bros dan berbagai aksesoris lain. Emas juga menjadi salah
satu jenis perhiasan yang memiliki harga mahal.
2. Perlengkapan Pesawat Ruang Angkasa
Pesawat ruang angkasa ternyata juga menggunakan bahan emas sebagai bahan lapisan
untuk kendaraan. Emas memiliki sifat yang sangat baik dan tahan terhadap panas matahari.
Bahkan sekarang emas juga dapat dipakai sebagai bahan lapisan untuk pelindung kepala untuk
astronot. Meskipun emas dipakai dalam kadar yang kecil, tapi peran emas sangat besar untuk
melindungi awak pesawat ruang angkasa dari panas.
3. Produksi Perangkat Elektronik
Emas dipakai sebagai lapisan untuk perangkat kecil sebagai penghantar listrik pada
beberapa alat elektronik seperti radio, televisi, komputer dan perangkat lain. Emas memiliki
sifat yang tahan terhadap korosi, penghantar panas yang baik dan mendukung sistem
pengiriman data komputer. Pemakaian emas dalam perangkat ini memang sangat kecil.
5. Bahan Membuat Penghargaan
Salah satu pengakuan dalam berbagai ajang kejuaraan adalah medali emas. Emas
digunakan untuk membuat medali baik berupa koin, piala atau medali murni. Emas
menunjukkan dedikasi dan derajat yang paling tinggi sehingga sangat sesuai untuk posisi juara
dalam berbagai ajang penghargaan.
6. Emas untuk Investasi
Pada awalnya emas hanya diolah untuk perhiasan wanita yang bisa disimpan dan dijual
lagi. Namun karena harga emas yang terus bergerak karena kondisi ekonomi dunia, maka
sekarang emas menjadi alat investasi yang sangat menarik. Jenis emas yang dibentuk dalam
logam mulia menjadi alat investasi yang paling banyak disukai. Emas dalam bentuk perhiasan
kurang diminati sebagai sumber investasi karena nilai atau harganya sering terkena potong.
B. Tembaga (Cu)
1. Nama Bahan Galian
Tembaga (Cu)
Logam tembaga, proses genesanya berada dalam lingkungan magmatik, yaitu suatu
proses yang berhubungan langsung dengan intrusi magma. Bila magma mengkristal maka
terbentuklah batuan beku atau produk-produk lain. Produk lain itu dapat berupa mineral-
mineral yang merupakan hasil suatu konsentrasi dari sejumlah elemen-elemen minor yang
terdapat dalam cairan sisa.
Pada keadaan tertentu magma dapat naik ke permukaan bumi melalui rekahan-rekahan
(bagian lemah dari batuan) membentuk terowongan (intrusi). Ketika mendekati permukaan
bumii, tekanan magma berkurang yang menyebabkan bahan volatile terlepas dan temperatur
yang turun menyebabkan bahan non volatile akan terinjeksi ke permukaan lemah dari batuan
samping (country rock) sehingga akan terbentuk pegmatite dan hidrotermal.
Rendah, tersebar relatif merata dengan jumlah cadangan yang besar. Endapan bahan
galian ini erat hubungannya dengan intrusi batuan Complex Subvolcanic Calcaline yang
bertekstur porfitik. Pada umumnya berkomposisi granodioritik, sebagian terdeferensiasi ke
batuan granitik dan monzonit. Bijih tersebar dalam bentuk urat-urat sangat halus yang
membentuk meshed network sehingga derajat mineralisasinya merupakan fungsi dari derajat
retakan yang terdapat pada batuan induknya (hosted rock). Mineralisasi bijih sulfidanya
menunjukkan perkembangan yang sesuai dengan pola ubahan hidrotermal.
Zona pengayaan pada endapan tembaga porfiri:
Zona pelindian.
Zona oksidasi.
Zona pengayaan sekunder.
Zona primer.
Reaksi yang terjadi pada proses pengayaan tersebut adalah :
Dalam pembahasan mineral yang mengalami proses sekunder terutama akan ditinjau
proses ubahan (alteration) yang terjadi pada mineral-mineral urat (vein). Mineral sulfida yang
terdapat di alam mudah sekali mengalami perubahan. Mineral yang mengalami oksidasi dan
berubah menjadi mineral sulfida kebanyakan mempunyai sifat larut dalam air. Akhirnya
didapatkan suatu massa yang berongga terdiri dari kuarsa berkarat yang disebut Gossan
(penudung besi). Sedangkan material logam yang terlarut akan mengendap kembali pada
kedalaman yang lebih besar dan menimbulkan zona pengayaan sekunder.
Pada zona diantara permukaan tanah dan muka air tanah berlangsung sirkulasi udara
dan air yang aktif, akibatnya sulfida-sulfida akan teroksidasi menjadi sulfat-sulfat dan logam-
logam dibawa serta dalam bentuk larutan, kecuali unsur besi. Larutan mengandung logam tidak
berpindah jauh sebelum proses pengendapan berlangsung. Karbon dioksit akan mengendapkan
unsur Cu sebagai malakit dan azurit. Disamping itu akan terbentuk mineral lain seperti kuprit,
gunative, hemimorfit dan angelesit. Sehingga terkonsentrasi kandungan logam dan kandungan
kaya bijih.
Apabila larutan mengandung logam terus bergerak ke bawah sampai zona air tanah
maka akan terjadi suatu proses perubahan dari proses oksidasi menjadi proses reduksi, karena
bahan air tanah pada umumnya kekurangan oksigen. Dengan demikian terbentuklah suatu zona
pengayaan sekunder yang dikontrol oleh afinitas bermacam logam sulfida.
Logam tembaga mempunyai afinitas yang kuat terhadap belerang, dimana larutan
mengandung tembaga (Cu) akan membentuk seperti pirit dan kalkopirit yang kemudian
menghasilkan sulfida-sulfida sekunder yang sangat kaya dengan kandungan mineral kovelit
dan kalkosit. Dengan cara seperti ini terbentuk zona pengayaan sekunder yang mengandung
konsentrasi tembaga berkadar tinggi bila dibanding bijih primer.
3. Rumus Kimia Yang Terkandung
Nama, lambang, Nomor atom tembaga, Cu, 29
Jenis unsur logam transisi
Golongan, periode, blok 11, 4, d
Massa atom standar 63.546(3)
Konfigurasi elektron [Ar] 3d10 4s1
2, 8, 18, 1
Tembaga adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Cu
dan nomor atom 29. Lambangnya berasal dari bahasa Latin Cuprum.Tembaga merupakan
konduktor panas dan listrik yang baik.
Selain itu unsur ini memiliki korosi yang cepat sekali. Tembaga murni sifatnya halus
dan lunak, dengan permukaan berwarna jingga kemerahan. Tembaga dicampurkan dengan
timah untuk membuat perunggu.
Meskipun tergolong bahan tambang atau sumber daya alam, banyak orang mengira
bahwa manfaat tembaga hampir sama seperti batu bara. Penggunaan batu bara lebih condong
untuk bahan bakar, sedangkan tembaga tidak.
Hampir sebagian besar dari anda menganggap tembaga adalah bahan dasar untuk
membuat mesin perang dan hampir tidak ada hubungannya untuk pemanfaatan atau menunjang
aktivitas manusia sehari-hari. Faktanya, tembaga memiliki banyak sekali manfaat yang belum
anda ketahui. Berikut ini beberapa manfaat tembaga untuk menunjang aktivitas manusia.
1. Penghantar listrik yang baik
Anda sudah pernah membuka kabel? Bagian dalam kabel yang berwarna emas atau
agak mengkilap itu disebut tembaga. Tembaga adalah penghantar listrik yang baik. Bayangkan
jika tidak ada tembaga, bagaimana listrik bisa dihantarkan dan anda menggunakan peralatan
sehari-hari? kabel dilapisi dengan bahan yang tidak menghantarkan listrik sehingga anda tidak
kesentrum ketika memegangnya. Oleh karena itu, sangat dilarang memegang kabel yang
terbuka atau terkelupas karena berbahaya akan tegangannya.
2. Penghantar panas
Selain penghantar listrik, tembaga juga penghantar panas yang baik. Beberapa peralatan
rumah tangga terbuat dari campuran besi dan tembaga sehingga menghasilkan kombinasi yang
baik.
Manfaat tembaga dalam kehidupan sehari hari memang terpusat pada hal yang panas
dan listrik karena manfaat tembaga sangat besar dalam hal ini. Meskipun begitu, dulu ketika
zaman masih belum begitu maju, tembaga juga digunakan untuk campuran membuat senjata
perang
3. Fleksibel
Hampir seperti bahan tambang yang lain, tembaga mudah dibentuk ketika berada di
suhu yang sangat panas. Oleh karena itu, tidak jarang ditemukan para pengrajin yang
membentuk temabaga menjadi berbagai kerajinan.
Bahkan, ada juga yang membuatnya sebagai senjata sekedar untuk kesenian dan
koleksi. Tembaga juga terdiri dari berbagai jenis, ada tembaga kuning atau brass, tembaga
merah atau copper, tembaga perunggu atau bronze, dan tembaga putih atau pewter.
Jenis-jenis tembaga ini tentunya memiliki ciri khas atau spesifikasi masing-masing.
Pembuatan kabel menggunakan tembaga kuning. Tentunya, tembaga kuning tidak digunakan
untuk membuat senjata karena tembaga perunggu atau bronze lebih cocok dalam hal ini.
2. MINERAL BUKAN LOGAM
Mineral bukan logam meliputi intan, korondum, grafit, arsen, pasir kuarsa, fluospar,
kriolit yodium, brom, klor, belerang, fosfat, halit, asbes, talk, mika, magnesit, yarosit, oker,
flourit, ball clay, fire clay, zeolit, kaolin, feldspar, bentonit, gipsum, dolomit, kalsit, rijang,
pirofilit, kuarsit, zirkon, walastonit, tawas, batu kuarsa, perlit, garam batu, clay, dan batu
gamping untuk semen.
Berikut adalah beberapa pembahasan secara detail terhadap komponen Bahan galian
yang termasuk dlm golongan Mineral Logam :
A. Korundum
1. Nama Bahan Galian
Korundum
Mineral korundum ini berasosiasi dengan calcite, zoisite, feldspars, micas and garnets.
Tempat ditemukannya mineral korundum ini adalah di Peeks Hill, New York. Korundum alam
adalah mineral kedua terkeras setelah berlian yang masih empat kali lebih keras dari
mineral ini.
Kekerasan korundum dapat dikaitkan dengan ikatan aluminium dan oksigen yang kuat
dan pendek. Ikatan ini menarik oksigen dan aluminium atom berdekatan, membuat kristal tidak
hanya keras tapi juga cukup padat untuk mineral yang hanya terdiri dari dua elemen ringan.
Korundum ini memiliki warna yang bervariasi, yaitu warna putih (tidak berwarna),
biru, merah, kuning, hijau, cokelat, abu abu, ungu, dan merah muda. Korundum memiliki
kilap kaca dan memiliki kekerasan 9 skala mohs.
Cerat mineral korundum ini berwarna putih dan mineral korundum ini tidak memiliki
belahan, tetapi memiliki pecahan yaitu konkoidal. Bentuk dari korundum yaitu kristalin
dan memiliki struktur granular. Korundum memiliki berat jenis 3,9 4,1. Sifat dalam dari
mineral korundum ini bersifat rapuh.
Kemagnetan dari mineral ini adalah paramagnetik dan transparasi kristal dari mineral
ini adalah transparan. Karakteristik lain dari mineral ini adalah indeks bias sekitar 1,77,
pleochroic (intensitas warna bervariasi dari arah melihat berbeda) dan membentuk pola pada
permukaan yang terpisah.
3. Rumus Kimia Yang Terkandung
Komposisi kimia dari mineral korundum adalah Al2O3 (Alumunium Oxide).
Aluminium oksida adalah sebuah senyawa kimia dari aluminium dan oksigen, dengan rumus
kimia Al2O3. Nama mineralnya adalah alumina, dan dalam bidang pertambangan, keramik dan
teknik material senyawa ini lebih banyak disebut dengan nama alumina.
Aluminium oksida adalah insulator (penghambat) panas dan listrik yang baik.
Umumnya Al2O3 terdapat dalam bentuk kristalin yang disebut corundum atau -aluminum
oksida. Al2O3 dipakai sebagai bahan abrasif dan sebagai komponen dalam alat pemotong,
karena sifat kekerasannya. Aluminium oksida berperan penting dalam ketahanan
logam aluminium terhadap perkaratan dengan udara.
Lapisan ini melindungi logam aluminium dari oksidasi lebih lanjut. Ketebalan lapisan
ini dapat ditingkatkan melalui proses anodisasi. Beberapa alloy (paduan logam), seperti
perunggu aluminium, memanfaatkan sifat ini dengan menambahkan aluminium pada alloy
untuk meningkatkan ketahanan terhadap korosi.
Al2O3 yang dihasilkan melalui anodisasi bersifat amorf, namun beberapa proses
oksidasi seperti plasma electrolytic oxydation menghasilkan sebagian besar Al2O3 dalam
bentuk kristalin, yang meningkatkan kekerasannya. Secara alami, aluminium oksida
terdapat dalam bentuk kristal corundum.
Batu mulia rubi dan sapphire tersusun atas corundum dengan warna-warna khas yang
disebabkan kadar ketidakmurnian dalam struktur corundum. Aluminium oksida, atau
alumina, merupakan komponen utama dalam bauksit bijih aluminium yang utama.
Pabrik alumina terbesar di dunia adalah Alcoa, Alcan, dan Rusal. Perusahaan yang
memiliki spesialisasi dalam produksi dari aluminium oksida dan aluminium hidroksida
misalnya adalah Alcan dan Almatis. Bijih bauksit terdiri dari Al2O3, Fe2O3, dan SiO2 yang
tidak murni.
Al2O3 + 3H2O + 2NaOH + panas 2NaAl(OH) 4Fe2O3 tidak larut dalam basa
yang dihasilkan, sehingga bisa dipisahkan melalui penyaringan. SiO2 larut dalam bentuk
silikat Si(OH) 62-. Ketika cairan yang dihasilkan didinginkan, terjadi endapan Al(OH)3,
sedangkan silikat masih larut dalam cairan tersebut. Al(OH) 3 yang dihasilkan
kemudian dipanaskan 2Al(OH) 3 + panas Al 2O3 + 3H2OAl2O3 yang terbentuk adalah
alumina.
4. Keterdapatan Bahan Galian di Indonesia
Dalam hal penyebarannya di Indonesia korundum ini terdapat di
1. Kabupaten Barito unga Hulu
2. Sungai Busang (Kalteng)
3. Simpang empat, Martapura
4. Kabupaten Banjar (Kalsel)
Mineral-mineral ini diendapkan di laut, danau, gua dan di lapian garam karena
konsentrasi ion-ion oleh penguapan. Ketika air panas atau air memiliki kadar garam yang
tinggi, gypsum berubah menjadi basanit (CaSO4.H2O) atau juga menjadi anhidrit (CaSO4).
Dalam keadaan seimbang, gypsum yang berada di atas suhu 108 F atau 42 C dalam air murni
akan berubah menjadi anhidrit.
Gypsum secara umum mempunyai kelompok yang terdiri dari gypsum batuan, gipsit
alabaster, satin spar, dan selenit. Gypsum juga dapat diklasifikasikan berdasarkan tempat
terjadinya, yaitu endapan danau garam, berasosiasi dengan belerang, terbentuk sekitar fumarol
vulkanik, efflorescence pada tanah atau gua-gua kapur, tudung kubah garam, penudung
gossan|oksida besi (gossan) pada endapan pirit di daerah batu gamping.
Gypsum dapat juga terbetuk oleh sublimasi langsung dari fumarola atau diendapkan
mata air panas. Juga diagenesa sebagai Galian block-block konkresi dalam lempung dan napal,
sedang anhidrit merupakan hasil dehidrasi gypsum.
3. Penyaring dan sebagai pupuk tanah. Di akhir abad 18 dan awal abad 19, gypsum Nova Scotia
atau yang lebih dikenal dengan sebutan plaster, digunakan dalam jumlah yang besar sebagai
pupuk di ladang-ladang gandum di Amerika Serikat.
4. Campuran bahan pembuatan lapangan tenis.
5. Sebagai pengganti kayu pada zaman kerajaan-kerajaan. Contohnya ketika kayu menjadi
langka pada Zaman Perunggu, gypsum digunakan sebagai bahan bangunan.
6. Sebagai pengental tofu (tahu) karena memiliki kadar kalsium yang tinggi, khususnya di
Benua Asia (beberapa negara Asia Timur) diproses dengan cara tradisonal.
7. Sebagai penambah kekerasan untuk bahan bangunan
8. Untuk bahan baku kapur tulis
9. Sebagai salah satu bahan pembuat portland semen
10. Sebagai indikator pada tanah dan air
11. Sebagai agen medis pada ramuan tradisional China yang disebut Shi Gao.
3. BATUBARA
Bahan Galian yang tergolong Batubara meliputi bitumen padat, batuan aspal, batubara,
dan gambut. Dibawah akan di jelaskan secara detail mengenai Batubara.
Batu bara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang
kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk. Analisa unsur memberikan rumus
formula empiris seperti C137H97O9NS untuk bituminus dan C240 H90O4NS untuk antrasit.
Pembentukan batu bara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya terjadi pada
era-era tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman Karbon, kira-kira 340 juta tahun yang lalu
(jtl), adalah masa pembentukan batu bara yang paling produktif dimana hampir seluruh deposit
batu bara (black coal) yang ekonomis di belahan bumi bagian utara terbentuk.
Pada Zaman Permian, kira-kira 270 jtl, juga terbentuk endapan-endapan batu bara yang
ekonomis di belahan bumi bagian selatan, seperti Australia, dan berlangsung terus hingga ke
Zaman Tersier (70 13 jtl) di berbagai belahan bumi lain.
Tahap dan proses pembentukan batubara, dibagi dalam 2 tahap :
a. Tahap Diagenesa (Biokimia)
Merupakan proses perusakan dan penguraian oleh organisme atau sering dikenal
dengan istilah proses Biokimia. Pada dasarnya ekosistem rawa berbeda dengan ekosistem
danau dan sungai, sehingga berbedapula kondisi tanah dan airnya Sirkulasi air dirawa sangat
minimum bahkan tidak ada sirkulasi air sama sekali. Sehingga kandungan oksigen akan
berkurang.
Bakteri aerob sangat suka oksigen untuk menguraikan sisa tanaman yang mati,
sehingga yang berperan disini adalah bakteri anaerob (tidak suka oksigen). Bakteri an-aerob
menguraikan tanaman yang sudah mati tidak menjadi kompos (busuk) tetapi dalam bentuk lain
yaitu Gel atu Jelly, hal ini terjadi ditempat yang kurang atau bebas oksigen. Gel atau Jelly lama
kelamaan akan semakin tebal membentuk sedimen yang mampat dan memadat. Pada umumnya
pemadatan akan menurunkan kadar air sehingga akan membentuk sedimen kaya akan
kandungan bahan organik (Humin)yang dikenal dengan nama Gambut (peat).
b. Fase Metamorfosa (Geokimia)
Merupakan perubahan yang mendasar dari sifat fisik & kimiawi dari bahan gambut
menjadi batubara.Perubahan ini ditandai dengan semakin menurunnya kandungan air,
Hidrogen, Oksigaen, CO2 dan bahan2 lain yg mudah terbakar (Volatile Matter) pada tahap ini
bakteri tidak lagi berperan akan tetapi yang berperan adalah aktifitas aktifitas yang terjadi
dibumi seperti perubahan tekanan, suhu, struktur, intrusi dan yang lain-nya.
Hampir seluruh pembentuk batu bara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan
pembentuk batu bara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah sebagai berikut:
1. Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal. Sangat
sedikit endapan batu bara dari perioda ini.
2. Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari alga.
Sedikit endapan batu bara dari perioda ini.
3. Pteridofita, umur Devon Atas hingga Karbon Atas. Materi utama pembentuk batu
bara berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara. Tetumbuhan tanpa bunga dan
biji, berkembang biak dengan spora dan tumbuh di iklim hangat.
4. Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur Tengah.
Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal pinus, mengandung
kadar getah (resin) tinggi. Jenis Pteridospermae seperti gangamopteris dan
glossopteris adalah penyusun utama batu bara Permian seperti di Australia, India
dan Afrika.
5. Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern, buah
yang menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah dibanding
gimnospermae sehingga, secara umum, kurang dapat terawetkan.
Batubara terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan yang sudah mati, dengan komposisi utama
terdiri dari sellulosa. Proses pembentukan batubara dikenal sebagai proses pembatubaraan atau
coalification. Faktor fisika dan kimia yang ada di alam akan mengubah sellulosa menjadi lignit,
subbitumina, bitumina, atau antrasit. Reaksi pembentukan batubara dapat diperlihatkan sebagai
berikut :
5(C6H10O5) C20H22O4 + 3CH4 + 8H2O + 6CO2 + CO Sellulosa lignit gas metan
Apabila batubara tersebut mudah dibakar dan menghasilkan kalori tinggi, disebut
batubara, tetapi apabila batubara tersebut tidak mudah dibakar dan menghasilkan kalori rendah
disebut sebagai batubara muda.
4. Kedapatan Batubara di Indonesia
Penambangan batubara di Indonesia terdapat di Sumatera Barat (Ombilin, Sawahlunto),
Sumatera Selatan (Bukit Asam, Tanjungenim), Kalimantan Timur (Lembah Sungai Berau,
Samarinda), Kalimantan Selatan (Kotabaru/Pulau Laut), Kalimantan tengah (Purukcahu),
Sulawesi Selatan (Makassar), dan Papua (Klamono).
5. Pemanfaatan Batubara
Pemanfaatan Batubara Pemakaian batubara di Indonesia terutama ditujukan untuk
Pembangkit Listrik dan Pabrik Semen. Batubara dapat pula dipergunakan tidak sebagai bahan
bakar, tetapi dipergunakan sebagai reduktor pada proses peleburan timah, industri fero-nikel,
industri besi dan baja, sebagai bahan pemurnian pada industri kimia (dalam bentuk karbon
aktif), sebagai bahan pembuatan kalsium karbida (dalam bentuk kokas atau semikokas).
Oleh karena itu batubara digunakan sebagai bahan dasar pembuatan karbon aktif.
Disamping karena memiliki unsur karbon yang cukup besar, pembuatan karbon aktif dari bahan
dasar batubara juga dapat meningkatkan nilai ekonomi dari batubara tersebut.
Hal ini sangat umum dijumpai pada batu bara Miosen. Sebaliknya, endapan batu bara
Eosen umumnya lebih tipis, berkadar abu dan sulfur tinggi. Kedua umur endapan batu bara ini
terbentuk pada lingkungan lakustrin, dataran pantai atau delta, mirip dengan daerah
pembentukan gambut yang terjadi saat ini di daerah timur Sumatera dan sebagian besar
Kalimantan.
Endapan batu bara Eosen
Endapan ini terbentuk pada tatanan tektonik ekstensional yang dimulai sekitar Tersier
Bawah atau Paleogen pada cekungan-cekungan sedimen di Sumatera dan Kalimantan.
Ekstensi berumur Eosen ini terjadi sepanjang tepian Paparan Sunda, dari sebelah barat
Sulawesi, Kalimantan bagian timur, Laut Jawa hingga Sumatera. Dari batuan sedimen yang
pernah ditemukan dapat diketahui bahwa pengendapan berlangsung mulai terjadi pada Eosen
Tengah.
Pemekaran Tersier Bawah yang terjadi pada Paparan Sunda ini ditafsirkan berada pada
tatanan busur dalam, yang disebabkan terutama oleh gerak penunjaman Lempeng Indo-
Australia. Lingkungan pengendapan mula-mula pada saat Paleogen itu non-marin, terutama
fluviatil, kipas aluvial dan endapan danau yang dangkal.
Di Kalimantan bagian tenggara, pengendapan batu bara terjadi sekitar Eosen Tengah -
Atas namun di Sumatera umurnya lebih muda, yakni Eosen Atas hingga Oligosen Bawah. Di
Sumatera bagian tengah, endapan fluvial yang terjadi pada fase awal kemudian ditutupi oleh
endapan danau (non-marin).
Berbeda dengan yang terjadi di Kalimantan bagian tenggara di mana endapan fluvial
kemudian ditutupi oleh lapisan batu bara yang terjadi pada dataran pantai yang kemudian
ditutupi di atasnya secara transgresif oleh sedimen marin berumur Eosen Atas.
III. BAHAN GALIAN BATUAN
A. Marmer
1. Nama Bahan Galian
Batuan Marmer
Batu marmer atau juga banyak yang menyebutnya sebagai batu pualam merupakan hasil
dari metamorfosis batu kapur atau gamping atau dolomit. Metamorfosis ini diawali dengan
terjadinya proses rekristalisasi pada batu kapur tersebut. Terjadinya kembali proses
rekristalisasi ini karena adanya pengaruh temperatur dan juga tekanan yang dihasilkan oleh
gaya endogen. Proses rekristalisasi ini membentuk berbagai foliasi maupun non foliasi.
2. Hilangnya struktur asal batuan
Proses rekristalisasi pada batu gamping ini mengakibatkan hilangnya struktur asal batuan
tersebut, sehingga membentuk tekstur yang baru dan juga keteraturan butir. Tekstur baru
dan keteraturan butir ini dikenal dengan nama batu pualam. Proses geologi ini
membutuhkan waktu sekitar 30 hingga 60 juta tahun yang lalu.
Marmer umumnya tersusun atas mineral kalsit atau kalsium karbonat (CaCO3) dengan
kandungan mineral minor lainya yaitu kuarsa, mika, klorit, tremolit, dan silikat lainnya seperti
graphit, hematit, dan limonit. Nilai komersil marmer bergantung kepada warna dan tekstur.
Marmer yang berkualitas sangat tinggi adalah marmer yang berwarna putih jernih,
sebab kandungan kalsitnya lebih dari 90%. Marmer yang berwarna abu-abu dihasilkan dari
kandungan grapit pada batuan tersebut, pink dan merah akibat adanya kandungan hematit,
kuning dan krem sebagai pengaruh dari kandungan limonit.
Berdasarkan besar butirannya, marmer bisa bertekstur halus hingga kasar. Sifat lainnya
yang berpengaruh terhadap kualitas marmer adalah porositas, kekuatan regangan, dan
ketahanan terhadap pengaruh suhu dan cuaca.
Marmer merupakan bahan galian yang sudah sangat dikenal oleh masyarakat luas,
bahkan cukup gencar pula muncul ke permukaan yang menimbulkan sensasi pencarian marmer
yang dapat tembus cahaya dengan harga penawaran sangat menggiurkan, walaupun hanya
sebatas orang per orang dan diliputi misteri, hobi, dan aspek mistik lainnya.
Penggunaan marmer atau batu pualam tersebut biasa dikategorikan kepada dua
penampilan yaitu tipe ordinario dan tipe staturio. Tipe ordinario biasanya digunakan untuk
pembuatan tempat mandi, meja-meja toilt, lanati, dinding dan sebagainya, sedangka tipe
staturio sering dipakai untuk seni pahat dan patung
Batu marmer atau dikenal pula dengan sebutan batu pualam merupakan batuan hasil
proses metamorfosa atau malihan dari batuan asalnya yaitu batukapur. Proses terbentuknya
batu marmer sangat dipengaruhi oleh temperatur dan tekanan yang menyebabkan terjadinya
kristalisasi kembali pada batuan tersebut sehingga membentuk berbagai foliasi mapun non
foliasi.
Akibat rekristalisasi akan menghilangkan struktur asal batuan, tetapi juga akan
membentuk tekstur baru dan keteraturan butir. Pembentukan batuan marmer di Indonesia yang
terjadi sekitar 30 - 60 juta tahun yang lalu atau berumur Kwarter hingga Tersier.
Marmer akan selalu berasosiasi keberadaanya dengan batu gamping. Setiap ada batu
marmer akan selalu ada batu gamping, walaupun tidak setiap ada batu gamping akan ada
marmer.
Karena keberadaan marmer berhubungan dengan proses gaya endogen yang
mempengaruhinya baik berupa tekanan maupun perubahan temperatur yang tinggi. Di
Indonesia penyebaran marmer tersebut cukup banyak.
Berbeda halnya dengan batu permata yang mengalami proses pembekuannya saat
masih berada di dalam perut bumi, dimana kondisi temperaturnya sangat panas disertai tekanan
tinggi dengan rentang waktu proses sangat lama (ribuan jutaan tahun), sehingga
memungkinkan terjadinya proses kristalisasi. Terkadang, di dalam batu obsidian terdapat
semacam gelembung, hal ini dikarenakan begitu cepatnya proses pendinginan yang terjadi
sehingga ada udara (air) yang terperangkap di dalamnya.
Ciri-ciri dan Karakteristik Batu Obsidian :
1. Pada umumnya batu ini mempunyai tanda berupa retakan gelombang yang cenderung di
bagian permukaan batu, berwarna cerah dan mengkilap seperti vitreous luster atau kaca.
2. Kombinasi warna pada batu obsidian berwarna hitam pekat, merah tua, abu-abu, kuning dan
biru (biasanya satu warna).
3. Ada juga lebih dari satu warna campuran seperti hitam kecoklatan atau kemerahan atau
bercampur dengan ornamen lainnya seperti berbuih atau bintik putih.
4. Memiliki butiran halus dan penampakan mineralnya sejajar satu dengan yang lainnya.
5. Karena mengandung silikon dioksida yang cukup besar, sehingga batu beku tersebut bersifat
keras dan membentuk serpihan-serpihan sudut tajam.
Batu Obsidian Dapat Digunakan Sebagai Absorben Logam-logam Berat pada Limbah
Cair
Penelitian menunjukkan kemampuan obsidian dalam menyerap limbah logam Pb, Cu,
Cr, Cd, Fe, Mg, Ca dan Zn berkisar antara 60 sampai dengan 96 % (Adinal et al, 1999).
Obsidian memiliki kemampuan untuk meng-adsorpsi logam-logam berat yang terkandung
dalam limbah cair.
Adsorpsi atau penyerapan permukaan adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu
fluida, cairan maupun gas, terikat kepada suatu padatan atau cairan (zat penyerap, adsorben)
dan akhirnya membentuk suatu lapisan tipis atau film (zat terserap, adsorbat) pada
permukaannya.
Masih banyak lagi kegunaan dari batu obsidian selain dari hal-hal yang telah disebutkan
di atas, antara lain digunakan juga pada ilmu kedokteran (untuk kesehatan dan pada peralatan
medis).
BAHAN GALIAN RADIOAKTIF
Pada akhir makalah, kesimpulannya saya telah mempelajari dan mengetahui beberapa hal
Tentang Bahan Galian diantara nya :
a. Mineral logam
b. Mineral bukan logam
c. Batuan
d. Batubara
Semoga dengan tersusun nya makalah ini dapat menjadi pembelajaran yang berguna bagi saya
dalam menyelesaikan mata kuliah Pengantar Teknologi Mineral, untuk kurang lebihnya saya
harap di maklumi. Terima kasih
DAFTAR PUSTAKA
Fakultas Teknologi Mineral . 2009. Batuan. Diakses dari petrolab-upn.tripod.com pada tanggal
18 september 2016
Anak Samosir. 2014. Bahan galian logam. Diakses dari sigantengliar.wordpress.com tanggal
17 september 2016
Rizqi Syawal. 2010. Bahan Galian Non Golongan A dan B. Diakses dari
syawal88.wordpress.com tanggal 17 september 2016