Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PENDAHULUAN
muka bumi ini. Walaupun merupakan sumber daya yang terbarukan, air terkadang
dirasakan langka. Di beberapa bagian dunia yang sering dilanda kekeringan, air
bahkan merupakan sesuatu yang mahal dan berharga. Jumlah penduduk yang
Air tanah (groundwater) adalah air yang berada di bawah permukaan tanah pada
zona jenuh air, dengan tekanan hidrostatik yang sama atau lebih besar daripada
tekanan udara (Todd & Mays, 2005). Air tanah berasal dari siklus hidrologi yang
berawal dari penguapan air laut dan air-air yang tertampung di permukaan bumi.
sebagian mengalir di permukaan bumi sebagai aliran permukaan (run off) dan
sebagian lagi merembes ke dalam lapisan-lapisan tanah atau batuan. Air yang
merembes melalui lapisan-lapisan tanah atau batuan tersebut kemudian akan berhenti
pada suatu formasi geologi tertentu yang bersifat kedap air lalu mengalir sebagai
aliran bawah tanah. Daerah aliran air tanah disebut cekungan air tanah (CAT) atau
Cekungan Air Tanah adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas
Menurut Todd dan Mays (2005), akuifer adalah suatu formasi yang mengandung
material-material yang cukup permeabel untuk dapat menghasilkan air dalam jumlah
yang signifikan bagi sumur dan mata air. Sifat akuifer untuk dapat menyimpan air
tanah disebut porositas (porosity) sedangkan sifat akuifer untuk dapat meloloskan air
dibedakan atas 3 yakni akuifer bebas (unconfined aquifer), akuifer semi tertekan
(leaky aquifer) dan akuifer tertekan (confined aquifer). Ketiga jenis akuifer ini akan
berpengaruh terhadap potensi dan karakteristik air tanah yang dikandungnya (Todd,
2005).
dengan proses geologis yang menyusun dan membentuk morfologi suatu daerah.
Oleh karena itu karakteristik batuan penyusun suatu daerah sangat berpengaruh
daerah penelitian dan lebih jauh lagi bagi cara pengelolaan dan pemanfaatan air
Merapi yang dibatasi oleh dua sungai utama yaitu Sungai Opak di bagian timur dan
Sungai Progo di bagian barat. Bagian selatan cekungan ini dibatasi oleh Samudera
Hindia. Secara morfologis rangkaian perbukitan Kulon Progo di bagian barat laut
sesar sepanjang Kali Opak di bagian timur dan sepanjang Kali Progo di bagian barat.
Selain itu, di dalam cekungan Yogyakarta terdapat juga beberapa sesar turun yang
berpasangan, antara lain yang membentuk Graben Bantul dan Graben Yogyakarta
merupakan perkembangan dari deposit gunung Merapi muda dan terbagi atas dua
formasi akuifer yakni formasi Sleman dan formasi Yogyakarta (MacDonald &
Partners, 1984). Sistem hidrogeologi yang dibentuk oleh Formasi Yogyakarta dan
disebut Sistem Akuifer Merapi (SAM). SAM secara hidrologis membentuk satu
sistem akuifer, terdiri atas akuifer berlapis banyak (multilayer aquifer) yang memiliki
sifat-sifat hidrolika relatif sama dan saling berhubungan antara satu dengan yang
lainnya.
sisi lain penambahan jumlah penduduk dan aktivitas lainnya yang memerlukan
eksploitasi air tanah dapat membawa dampak pada tingkat kekritisan air tanah di
CAT Yogyakarta.
N Nama Peneliti Jenis Penelitian Lokasi Penelitian Judul Penelitian Tujuan Metode Hasil Penelitian
o. dan Tahun Penelitian Peneliti
Penelitian an
1. Agus Santoso, Karya Tulis Kecamatan Penelitian Kedalaman - Meneliti Geolistr Formatted Table
1999 Ilmiah, UPN Borobudur, Air Tanah Berdasar kedalaman ik
Veteran Kabupaten Metode Geolistrik muka air tanah
Yogyakarta Magelang Daerah Hotel - Mengetahui
Amanjiwo Kecamatan resistivitas
Borobudur Magelang batuan.
- Menghitung
potensi air
tanah
3. Bambang Karya Tulis Kabupaten Klaten Kualitas & Kuantitas - Mengetahui Kimiaw Formatted Table
Triwibowo dan Ilmiah, UPN Air Tanah Daerah kandungan i
Poncomoyono K., Veteran Geblekan dan kimiawi air Geolistr
1992 Yogyakarta sekitarnya Kecamatan tanah ik
Kalikotes, Kabupaten - Menghitung
Klaten Jawa Tengah potensi air
tanah
4. Ananta Skripsi, Kabupaten Gunung Potensi Akuifer di - Mengetahui Statis - Terdapat dua
Purwoarminta, Universitas Kidul Seba-gian Cekungan karak-teristik Dinamis jenis akuifer
2005 Gadjah Mada Wonosari Kabupaten akuifer yakni akuifer
Gunung Kidul - Mengetahui tertekan dan
potensi akuifer semi tertekan
dan keterse- - Potensi air tanah
diaan air tanah sedang dan
se-bagai sumber rendah
air bersih di - Air tanah di
daerah pe- desa Ngipak
nelitian sangat
berlimpah dan
mencukupi.
5. Petrus D.R. Soge, Skripsi, UPN Kecamatan Analisis Potensi - Mengetahui Geolistr - Peta Kontur air
2014 Veteran Ngemplak, Akuifer di Sebagian karakteristik ik tanah
Yogyakarta Kabupaten Sleman Cekungan Air Tanah akuifer Pemetaa - Perbandingan
Yogyakarta - Mengetahui n tingkat
sifat hidraulik Kontur kekritisan air
batuan Air tanah
penyusun Tanah - Potensi akuifer
akuifer
- Mengetahui
tingkat
kekritisan air
tanah
1.2. Maksud, Tujuan dan Manfaat Penelitian
Yogyakarta.
penelitian
penelitian.
Keputusan Presiden No. Keputusan Presiden ini berhubungan dengan penetapan batas -
3 batas cekungan air tanah. Hal ini berguna dalam penentuan batas -
26 Tahun 2011
batas daerah penelitian.
Peraturan Menteri ESDM Peraturan ini berhubungan dengan penghematan penggunaan air
4
No. 15 Tahun 2012 tanah.
Keputusan Presiden
Tahun 26 Tahun 2011
Keputusan Presiden Tahun 26 Tahun 2011 Tentang Penetapan
7. Tentang Penetapan
Cekungan Air Tanah (Lampiran)
Cekungan Air Tanah
(Lampiran)
Menurut UU Nomor 7 Tahun 1994 tentang Sumber Daya Air, air tanah adalah
air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. Selain
itu, terdapat pula pengertian lain mengenai air tanah. Menurut Bouwer (1978);
Freeze dan Cherry (1979); Kodoatie (1996) air tanah adalah sejumlah air di bawah
sistem drainase atau dengan pemompaan. Dapat juga disebut aliran yang secara
alami mengalir ke permukaan tanah melalui pancaran atau rembesan. Selain itu,
menurut Soemarto (Kodoatie, 2012), air tanah adalah air yang menempati rongga-
rongga dalam lapisan geologi. Lapisan tanah yang terletak di bawah permukaan
Keberadaan dan sifat dinamis dari air yang berada di bumi, terkait erat
dengan siklus hidrologi. Hampir semua air tanah dapat dikatakan berasal dari siklus
hidrologi, termasuk air permukaan dan air atmosferik (meteorik) (Toddd & Mays,
2005). Dalam siklus hidrologi air mengalami berbagai tahap yang berlangsung terus-
menerus dalam kurun waktu tertentu. Salah satu proses dalam siklus hidrologi yang
proses masuknya air permukaan dan atau air hujan ke dalam tanah. Menurut Asdak
(2007), infiltrasi merupakan aliran air masuk ke dalam tanah sebagai akibat gaya
kapiler (gerakan air ke arah lateral) dan gravitasi (gerakan air ke arah vertikal).
Selain adanya gaya gravitasi, terdapat faktor lain yang turut menentukan besaran dan
kecepatan infiltrasi, yakni porositas dan permeabilitas tanah dan atau batuan
(Kusumayudha, 2007). Setelah melalui proses infiltrasi, air kemudian masuk melalui
pori-pori tanah hingga mencapai suatu lapisan yang jenuh air. Bagian atas dari zona
yang jenuh air ini sering disebut dengan muka air tanah (water table), yang sering
Menurut Todd & Mays (2005), air yang tidak pernah mengalami kontak
dengan atmosfer dalam kurun waktu geologis yang cukup lama, disebut air connate
(connate water). Pada dasarnya, air ini terdiri atas air dari celah-celah fosil yang
telah berpindah dari lokasi asalnya. Air ini dapat berasal dari laut atau sumber-
sumber air tawar dan pada umumnya memiliki kandungan mineral yang sangat
tinggi. Air magmatik (magmatic water) adalah air yang berasal dari magma. Jika
berasal dari lokasi yang dalam, disebut air plutonik (plutonic water) sedangkan jika
berasal dari tempat yang relatif dangkal (3-5 km), maka disebut air volkanik
(volcanic water). Air baru, baik magmatik maupun yang berasal dari luar angkasa
(kosmik) yang tidak pernah menjadi bagian dari hidrosfer, disebut air juvenil
(juvenile water). Akhirnya, air metamorfik (metamorphic water) merupakan air yang
a. Air Soil yaitu air yang membasahi tanah, yang berada di antara pori-pori tanah
b. Air Meteorik yaitu air yang berasal dari hujan, masuk ke dalam tanah, kemudian
c. Air magmatis, air ini asal dan keberadaannya berkaitan dengan proses-proses
magmatis. Pada saat magma berada pada fase pembekuan, baik di permukaan
d. Air Jouvenil, merupakan semua jenis air yang berada di lingkungan gunung
berapi.
e. Air Kosmis (Cosmic water), adalah air yang berasal dari luar angkasa. Air
tersebut berada di bumi karena terbawa oleh benda-benda ruang angkasa, seperti
dugaan saja, karena asal dan genetikanya sulit dijelaskan sebagai fakta ilmiah.
f. Air Connate, air formasi, atau air fosil, adalah jenis air yang pada umumnya
bahkan kandungan garamnya melebihi kandungan kadar garam air laut pada
umumnya.
g. Air rejuvenasi: yaitu air formasi yang dipermudakan kembali, yang terlepas dari
Apabila air rejuvenasi mengalami ekstraksi dari bawah permukaan, maka ia akan
Waktu tinggal air di bawah permukaan tanah selama ini masih merupakan
suatu topik yang didasarkan atas spekulasi saja. Namun dengan adanya radioisotop
(Todd & Mays, 2005), penentuan usia air tanah dapat dilakukan. Hidrogen-3
(tritium) dan karbon-14 adalah dua jenis isotop yang terbukti sangat berguna. Tritium
yang memiliki waktu paruh 12,33 tahun dan berasal dari lapisan atas atmosfer,
dihasilkan melalui radiasi kosmik dan terbawa ke permukaan bumi melalui hujan.
Selanjutnya pada saat berada di bawah permukaan bumi, secara alamiah tritium
Karbon-14 memiliki waktu paruh 5730 tahun dan juga dihasilkan pada level
yang konstan di atmosfer. Isotop ini terkandung dalam air tanah sebagai bikarbonat
terlarut yang berasal dari lapisan tanah yang memiliki aktivitas makhluk hidup di
mana CO2 dihasilkan dari pernapasan akar dan pembusukan sisa-sisa makhluk
hidup. Tritium dapat dipakai untuk memperkirakan waktu keberadaan air tanah
hingga 50 tahun, sementara karbon-14 mencapai usia dalam kurun waktu beberapa
a. Akuifer
Air tanah terdapat dalam berbagai macam tipe formasi geologi. Namun
yang paling penting adalah yang dikenal dengan sebutan akuifer. Akuifer
didefinisikan sebagai formasi (geologi) yang mengandung material jenuh yang cukup
permeabel untuk dapat menghasilkan air dalam jumlah yang berarti (Todd & Mays,
2005). Secara tidak langsung ini berarti akuifer juga memiliki kemampuan untuk
menyimpan dan meloloskan air. Akuifer sering disebut juga dengan reservoir
Menurut Todd (Setyawan Purnama, Suyono dan Budi Sulaswono, 2007) ada
berbagai formasi geologi yang dapat berfungsi sebagai akuifer. Formasi geologi
tersebut adalah endapan aluvial, batu gamping, batuan vulkanik, batu pasir serta
batuan beku dan batuan metamorf. Sekitar 90% airtanah terdapat pada endapan
Akuifer tersebar di suatu daerah secara dominan dan biasanya dibatasi oleh
lapisan pembatas (confining bed) di atasnya atau di bawahnya. Lapisan pembatas ini
didefinisikan sebagai material-material yang secara relatif kedap air dan terhubung
kadang dalam jumlah besar) tetapi tidak dapat mengalirkan air dalam jumlah yang
(clay).
b. akuifug (aquifuge) yaitu formasi batuan yang tidak dapat menyimpan maupun
c. akuitar (aquitard) yaitu lapisan batuan yang sedikit lulus air dan tidak mampu
melepaskan air dalam arah mendatar, tetapi mampu melepaskan air dalam jumlah
yang cukup berarti ke arah vertikal. Contoh material penyusunnya adalah lempung
b. Porositas
dapat diisi oleh air tanah. Bagian-bagian tersebut biasa dikenal dengan sebutan
Ruang antarbutir (voids), celah (interstices), pori-pori (pores) atau ruang pori (pore
space) (Todd & Mays, 2005). Ruang-ruang tersebut dibedakan berdasarkan ukuran,
bentuk, ketidakteraturan dan distribusinya. Ruang antarbutir yang asli berasal dari
proses-proses geologis yang membentuk formasi geologis dan sering ditemukan pada
batuan sedimen dan batuan beku. Ruang antarbutir sekunder terbentuk setelah batuan
terbentuk. Contoh Ruang antarbutir sekunder ialah kekar, patahan, bukaan akibat
superkapiler dan subkapiler. Celah kapiler berukuran cukup kecil sehingga gaya-
gaya tekanan permukaan akan menyimpan air di dalamnya. Celah superkapiler
berukuran lebih besar dari celah kapiler sedangkan celah subkapiler berukuran sangat
kecil sehingga air umumnya tersimpan oleh gaya adhesi. Berdasarkan hubungan
antar ruang, ruang antarbutir dibedakan lagi atas saling berhubungan atau terpisah
antarbutir dengan volume seluruhnya (Todd & Mays, 2005). Sedangkan menurut
Kodoatie (2012), porositas adalah perbandingan isi ruang antar butiran (voids) dibagi
total isi suatu material tanah. Porositas efektif merupakan perbandingan antara
jumlah ruang antarbutir yang saling berhubungan dengan total volume batuan atau
tanah. Porositas efektif sering disebut juga dengan spesific yield (Kodoatie, 2012)
c. Klasifikasi Tanah
1. Klasifikasi Tanah berdasarkan ukuran partikel menurut Morris dan Johnson (Todd
lempung yang hadir dalam analisis ukuran butir (Todd & Mays, 2005). Hal ini dapat
dilihat pada segitiga tekstur tanah berikut. Hal 42. Todd & Mays
Air di bawah permukaan bumi terbagi ke dalam dua zona, yakni zona aerasi
(zones of aeration) dan zona saturasi (zones of saturation). Zona aerasi terdiri atas
ruang-ruang antarbutir yang sebagiannya terisi oleh air dan sebagiannya lagi oleh
udara. Sedangkan zona saturasi atau sering disebut zona jenuh air merupakan zona di
mana semua ruang antarbutirnya terisi oleh air di bawah tekanan hidrostatik (Todd &
Mays, 2005).
Zona aerasi terletak di atas zona saturasi hingga permukaan tanah. Pada zona
aerasi terdapat pula air vados (vadose water). Zona ini dapat dibagi lagi ke dalam
beberapa subbagian antara lain zona air tanah (soil water zone), zona peralihan
Kusumayudha (2007), Zona aerasi atau zona tak jenuh (unsaturated zone / zones of
aeration) yaitu zona di bawah permukaan, yang hanya sebagian ruang pori-porinya
terisi air, sedangkan sebagian lainnya beiri udara. Zona ini masih dapat dibagi lagi
menjadi soil zone dan intermediate zone. Di dalam zona ini, air pada umumnya
secara leluasa dapat bergerak ke arah vertikal di bawah kendali gaya gravitasi
Zona saturasi dimulai dari permukaan daerah jenuh air hingga ke batuan
kedap air di bawahnya. Jika di atasnya tidak terdapat lapisan kedap air sebagai
pembatasnya, maka muka air tanah atau permukaan freatik (phreatic surface)
menjadi batas atas dari zona ini. Permukaan tersebut dapat didefinisikan sebagai
lokasi di mana terjadi tekanan atmosfer dan dapat ditentukan dengan permukaan air
pada sumur (Todd & Mays, 2005). Sedangkan menurut Kusumayudha (2007), zona
saturasi atau zona jenuh (saturated zone / zones of saturation) yaitu zona yang
seluruh pori-pori dan rongga-rongganya sepenuhnya terisi oleh air. Zona ini berada
di bawah zona tak jenuh. Di dalam zona ini, air tanah mulai bergerak secara lateral di
bawah kendali gradien hidrolika. Proses perkolasi, terjadi pada zona ini.
Zona air tanah mencakup secara vertikal dari permukaan tanah hingga ke
daerah perakaran. Ketebalannya bervariasi, tergantung pada jenis tanah dan vegetasi
di atas permukaan tanah. Air pada zona ini sebagian besar digunakan untuk
pertanian. Daerah ini juga merupakan sumber air untuk tanaman. Jumlah air pada
zona ini bergantung pada tingkat kelembaban tanahnya (Todd & Mays, 2005). Air
pada zona ini akan hilang karena proses-proses transpirasi tanaman, evaporasi dan
perkolasi.
Menurut Driscoll (1987), pada zona ini keterdapatan air lebih disebabkan
karena adanya gerakan antar molekul-molekul, daya kapilaritas yang melawan gaya
gravitasi. Gerakan molekul cenderung mengisi air tanah pada lapisan permukaan
kecil di antara partikel-partikel tanah. Ketika kapasitas air tanah sudah penuh, maka
air mulai mengalami perkolasi karena adanya gaya gravitasi (Kodoatie, 2012).
Zona tengah ini membentang dari tepi bawah zona air tanah (soil water zone)
hingga ke batas atas zona kapiler (capillary zone). Ketebalan zona ini bervariasi
mulai dari nol, di mana zona pembatasnya bersatu dengan muka air tanah yang
mencapai permukaan tanah, hingga lebih dari 100 meter pada kondisi di mana muka
air tanahnya sangat dalam. Zona ini berfungsi terutama sebagai daerah penghubung
antara daerah dekat permukaan tanah dengan daerah dekat muka air tanah di mana
aliran air secara vertikal harus melaluinya (Todd & Mays, 2005)..
Menurut Kodoatie (2012), meskipun sebagian besar air pada zona ini
bergerak ke bawah, namun sebagian ada yang tertahan tetapi tidak dapat diambil.
Pada daerah lembab (basah), zona ini sangat sedikit atau bahkan tidak ada.
Kemungkinan kecil air mengalir semuanya melalui zona tengah pada daerah kering
dan sebagian kecil air mencapai muka air tanah karena perkolasi aliran dari air tanah
(soil water).
Zona kapiler membentang dari muka air tanah ke atas hingga batas kenaikan
air secara kapiler (Todd & Mays, 2005). Besarnya pipa kapiler tergantung dari rata-
rata ukuran butir material dari zona ini (Driscoll, 1987). Menurut Asdak (2007), zona
kapiler yaitu suatu zona di dalam tanah ketika air yang berasal dari zona jenuh,
ditarik oleh gaya kapiler ke dalam zona aerasi. Sedangkan menurut Kusumayudha,
pada zona kapiler molekul-molekul air yang berada pada bidang permukaan air tanah
butir-butir batuan yang diameternya kurang dari 1 mm. Ketebalan zona kapiler
bervariasi dan berbanding terbalik dengan ukuran pori-pori tanah atau batuan.
Spesific retention dari batuan atau tanah merupakan perbandingan volume air
yang akan ditampung tanah atau batuan tersebut setelah jenuh air terhadap gaya
gravitasi volumnya sendiri (Todd & Mays, 2005). Pengertian lainnya menurut
Karanth (1987), spesific retention merupakan kapasitas jenuh batuan untuk menahan
air setelah drainase, di mana volume air tertahan merupakan persentase dari total
volume batuan. Jumlah air yang akan dibuang dari batuan tergantung pada durasi
drainase, temperatur, kandungan kimia dan sifat fisik batuan (Kodoatie, 2012).
b. Spesific Yield (Sy)
Spesific yield dari tanah atau batuan adalah perbandingan volume air yang,
setelah jenuh, dapat dikeluarkan secara gravitasi dari volume tanah atau batuan itu
sendiri (Todd & Mays, 2005). Nilai spesific yield bergantung pada ukuran butir,
bentuk dan penyebaran pori-pori, kepadatan lapisan dan waktu drainase. Spesific
yield dapat diukur dengan berbagai metode termasuk laboratorium, lapangan dan
perkiraan. Pengukuran yang paling dapat diandalkan ialah metode yang berdasarkan
tes pemompaan.
1.4.2. Akuifer
air tanahnya (water table). Todd & Mays (2005) mengelompokkan akuifer menjadi 4
yaitu akuifer bebas (unconfined aquifer), akuifer tertekan (confined aquifer), akuifer
menurut Kodoatie (2012), berdasarkan sistem terbentuk dan lokasinya, akuifer bebas
dapat dibagi lagi atas 3 jenis yaitu akuifer lembah (valley aquifer), akuifer bertengger
pembatasnya, yang merupakan akuitar, hanya pada bagian bawahnya dan tidak ada
pembatas akuitar di lapisan atasnya. Batas lapisan atas berupa muka air tanah.
Dengan kata lain, merupakan akuifer yang mempunyai muka air tanah (Kodoatie,
1996). Muka air tanah pada akuifer tidak tertekan bersifat bebas untuk naik turun
tergantung pada musim. Air tanah yang terdapat pada akuifer ini disebut sebagai air
tanah bebas. Menurut Kashef (1986), akuifer bebas terjadi ketika muka air tanah
bertemu pada bagian yang rendah, air akan mengalir ke samping, kolam, rawa, danau
pinggir laut dan rembesan air di atas mata air. Pada akuifer bebas, air tanah muncul
Akuifer bebas terbagi lagi atas beberapa akuifer berdasarkan sistem terbentuk
a. Akuifer lembah (valley aquifer), yakni akuifer yang terdapat pada suatu
banyak curah hujannya (humid zone) dan daerah dengan curah hujan sedikit
(arid zone).
bebas di suatu struktur tanah dan tidak berhubungan dengan sungai, serta
terletak di atas suatu lapisan formasi geologi kedap air (Kodoatie, 2012).
Akuifer ini, menurut Fetter (1994) merupakan akuifer di mana aliran air
lateral di atas lapisan permeabel sampai pada tepi muka air atau terbentuk
mata air. Akuifer ini terletak di atas lapisan tanah jenuh air. Biasanya akuifer
ini tidak begitu luas, suplai airnya hanya cukup untuk keperluan rumah
sedimen di daerah gunung api. Kapasitas air di akuifer ini menjadi besar dan
umumnya volume air tanah seimbang dengan yang ada di sungai. Pengisian
akuifer ini umumnya terjadi di daerah hulu karena muka air tanahnya yang
relatif lebih tinggi dari dasar sungai. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran
ditinjau dari kuantitas kandungan air yang dimilikinya, maka akuifer ini
merupakan akuifer yang paling baik jika dibandingkan dengan akuifer jenis
lain.
Akuifer tertekan terjadi ketika air tanah ditekan oleh tekanan yang lebih besar
dari tekanan atmosfir oleh suatu lapisan impermeabel di atasnya (Todd & Mays,
2005). Menurut Kodoatie (1996), akuifer tertekan merupakan akuifer jenuh air yang
dibatasi oleh akuiklud pada lapisan atas dan bawahnya dan tekanan airnya lebih
besar daripada tekanan atmosfir. Pada lapisan pembatasnya tidak ada air yang
mengalir.
Akuifer tertekan terisi penuh oleh air tanah dan tidak mempunyai muka air
tanah yang bersifat bebas, sehingga pengeboran yang menembus akuifer ini akan
menyebabkan naiknya muka air tanah di dalam sumur bor yang melebihi kedudukan
Merupakan akuifer jenuh air yang dibatasi oleh lapisan atas berupa akuitar
dan lapisan bawahnya berupa akuiklud. Pada lapisan pembatas di bagian atasnya,
karena bersifat akuitar, maka masih ada air yang mengalir ke akuifer tersebut
konduktivitas hidraulik akuifernya. Tekanan air pada akuifernya lebih besar daripada
tekanan atmosfir (Kodoatie, 1996). Air yang keluar dari sumur pada akuifer ini
mengalir dalam dua arah yakni aliran horizontal di dalam akuifernya dan vertikal,
melalui lapisan akuitar menuju ke atas akuifer (Todd & Mays, 2005).
(GAMBAR)
melalui pemetaan kontur air tanah untuk mengetahui aliran air tanah, tes pemompaan
(pumping test) untuk mengetahui permeabilitas air tanah dan pengukuran geolistrik
resistivitas (tahanan jenis) untuk mengetahui ketebalan lapisan batuan. Selain itu,
Menurut Todd dan Mays (2005), penyelidikan air tanah di permukaan tanah
dapat dilakukan dengan beberapa metode yakni metode geologi (geologic methods),
(seismic refraction method) dan metode gravitasi dan magnetis (gravity and
magnetic methods).
hidrogeologi terhadap peta topografi yang ada, foto-foto udara, peta dan bahan-bahan
geologi yang berhubungan. Semua ini biasanya dilengkapi juga dengan penelitian di
lapangan, evaluasi terhadap data hidrologis dari aliran permukaan dan mata air,
jumlah air yang bisa dihasilkan dari sumur, pengisian air tanah air tanah, pelepasan
air tanah, elevasi muka air tanah dan kualitas air tanah. Metode ini merupakan
langkah awal yang sangat membantu dalam metode penyelidikan air bawah
permukaan lainnya karena tidak memerlukan peralatan yang mahal. Selain itu,
informasi mengenai struktur dan komposisi geologis merupakan hal yang penting
mengumpulkan data tentang objek, permukaan atau material tanpa kontak langsung
dan tanpa jarak pemisah antara pengobservasi dan alam. Pencitraan yang diperoleh
kondisi air tanah. Gelombang elektromagnetik yang digunakan ialah infra merah.
Infra merah dapat memberikan informasi mengenai suhu, kandungan tanah, sirkulasi
air tanah hingga patahan yang mengarah pada penemuan akuifer (Todd & Mays,
2005).
untuk meneliti keberadaan mineral-mineral atau struktur geologi (Todd & Mays,
perbedaan, atau keganjilan-keganjilan yang terjadi pada sifat-sifat fisik kulit bumi.
Densitas, sifat magnetis, elastisitas dan resistivitas merupakan sifat yang paling
mengendalikan aliran yang ada dengan konduksi ionik (Kodoatie, 2012). Formasi
batuan yang ada di bawah permukaan bumi memiliki resistivitas tertentu jika dialiri
arus listrik dengan tegangan yang berbeda-beda. Menurut Todd dan Mays (2005),
jika suatu material dengan tahanan R memiliki penampang melintang A dan panjang
Nilai resistivitas dari setiap formasi batuan bervariasi pada jarak tertentu
bergantung pada material, kepadatan, porositas, ukuran dan bentuk butir, kandungan
dan kualitas air tanah dan suhutidak ada nilai yang tepat untuk resistivitas setiap
batuan. Sebagai contoh batuan beku dan metamorf memiliki nilai resistivitas yang
berkisar pada 102-108 ohm-m. pada formasi-formasi batuan yang bersifat porous
(menyerap air), nilai resistivitasnya lebih banyak dipengaruhi oleh kandungan dan
terdiri atas material yang tidak padat (unconsolidated), nilai resistivitasnya menurun
seiring dengan tingkat kejenuhan dan salinitas air tanahnya. berikut dipaparkan tabel
(GAMBAR)
(apparent resistivity) yang diperoleh dari hasil komputasi pengukuran beda arus dan
potensial antara tiap elektroda yang diletakkan di permukaan tanah. Prinsip kerja
metode geolistrik meliputi pengukuran beda potensial antara dua pasang elektroda
yang dipasang sejajar dalam jarak tertentu yakni elektroda potensial dan elektroda
arus. Elektroda potensial terletak di bagian tengah diapit oleh elektroda arus. Jika
berupa pancaran-pancaran melingkar yang berasal dari arus dan garis ekuipotensial.
Beda potensial yang terukur adalah nilai tahanan dari daerah di bawah permukaan
yang dikontrol oleh jaringan yang terbentuk. Dengan demikian, arus dan beda
potensial yang terukur menampilkan nilai resistivitas semu (apparent resistivity) dari
maka akan terjadi penetrasi arus yang lebih dalam sehingga diperoleh nilai
karena itu, resistivitas semu akan berubah ketika jarak elektroda diubah, namun tidak
dengan cara yang sama. Karena perubahan resistivitas pada daerah yang sangat
dibandingkan dengan daerah yang dangkal, metode ini kurang efektif untuk
lapisan batuan yang terletak dekat dengan permukaan tanah akan sangat berpengaruh
terhadap hasil pengukuran tegangan dan ini akan membuat data geolistrik menjadi
lapisan batuan adalah fragmen batuan lain yang menyisip pada lapisan, faktor
ketidakseragaman dari pelapukan batuan induk, material yang terkandung pada jalan,
genangan air setempat, perpisahan dari bahan logam yang dapat menghantar arus
a. Konfigurasi Wenner
jarak 1/3 dari elektroda arus (Todd & Mays, 2005). Menurut Damtoro (2007), jarak
elektroda potensial pada konfigurasi Wenner selalu sepertiga dari jarak elektroda
arus. Bila jarak elektroda arus diperbesar, maka jarak elektroda potensial juga harus
diubah sehingga jarak elektroda potensial tetap sepertiga jarak AB (Asra, 2012).
perbedaan tegangan antara elektroda potensial dan I adalah besar arus yang dialirkan
tegangan pada elektroda potensial yang relatif dekat dengan elektroda arus.
dekat permukaan yang dapat berpengaruh terhadap hasil perhitungan (Asra, 2012).
(GAMBAR)
b. Konfigurasi Schlumberger
di mana L dan b adalah jarak antara elektroda arus dan elektroda potensial. Secara
teori L b, namun untuk aplikasi praktis, hasil yang terbaik sering diperoleh jika L
Metode ini dilakukan dengan cara memberikan tumbukan alat berat atau
ledakan kecil, kemudian diukur waktu yang dibutuhkan sampai terdengar suara, atau
gelombang seismik bergantung pada media yang dilalui gelombang tersebut. Cepat
rembat gelombang terbesar tercapai pada saat melalui batuan beku, sedangkan cepat
permukaan bumi yang mengindikasikan adanya struktur geologi tertentu. Metode ini
jarang dipakai dalam penelitian terhadap air bawah tanah karena mahal dan juga
berat jenis yang dapat diukur di permukaan (Todd & Mays, 2005).
magnetik yang ada di bumi. Metode ini berguna dalam pengukuran-pengukuran yang
tidak berhubungan langsung dengan studi air tanah, seperti penentuan dike sebagai
pembatas akuifer.
1.4.4. Cekungan Air Tanah (Groundwater Basin)
Cekungan air tanah adalah unit hidrogeologis yang terdiri atas satu atau
beberapa akuifer besar yang tergabung dan saling berhubungan (Todd & Mays,
Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Air Tanah, cekungan air tanah adalah
suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semua kejadian
batas antara batuan lulus dan tidak lulus air, batas pemisah air tanah dan
batas yang terbentuk oleh struktur geologi yang meliputi antara lain,
b. Mempunyai daerah imbuhan dan daerah lepasan air tanah dalam suatu
kawasan lindung air tanah, di daerah tersebut air tanah tidak untuk
dapat berada pada kondisi tidak tertekan atau bebas (unconfined) dan/atau
tertekan (confined).
1.4.5. Batas Cekungan Air Tanah
hidrogeologis cekungan air tanah yakni berupa batas dua batuan, yaitu batuan lolos
air (permeable) dan tidak lolos air (impermeable), batas pemisah air tanah dan batas
yang terbentuk karena struktur geologi, antara lain kemiringan lapisan batuan, lipatan
dan patahan.
Cekungan air tanah juga dibatasi oleh satu atau lebih batas daerah alirannya.
Menurut Toth (1990) dan Kupper (1990) kondisi batas dan kondisi awal cekungan
Batas ini merupakan batas ketinggian (H) yang konstan, misalnya muka air
laut, muka air danau dan muka air sungai. Batas ini disesuaikan dengan datum yang
ada.
Pada batas ini, besarnya aliran sudah diketahui. Aliran ini secara konstan
memberikan distribusi debit yang tetap namun bila tidak ada aliran dan h = konstan
Batas ini merupakan batas muka air yang diketahui. Secara aplikatif batas ini
berarti aliran air akan berbias melalui batas yang konstruktif (muka air yang
Merupakan suatu daerah yang kedap air (impermeable) sehingga aliran air
tidak dapat melewatinya. Sering disebut juga batas tanpa aliran (no flow boundary).
Selain itu, menurut Boonstra dan de Ridder (1981), batas cekungan air tanah
Batas tanpa aliran merupakan batas cekungan air tanah, dengan kondisi
hidraulik pada batas tersebut menunjukkan tidak terjadi aliran air tanah atau
alirannya tidak beraarti jika dibandingkan dengan aliran pada akuifer utama (zero-
Menurut Danaryanto dkk. (2005), batas tanpa aliran ini dibedakan menjai tiga
a. batas tanpa aliran eksternal (external zero-flow boundary), yaitu batas yang
merupakan kontak atau persinggungan antara akuifer dan bukan akuifer (akuiklud
b. batas tanpa aliran internal (internal zero flow boundary), yaitu batas yang
merupakan kontak antara akuifer dan bukan akuifer pada arah vertikal atau tegak.
Batas tersebut merupakan batas vertikal bagian bawah cekungan air tanah.
c. batas pemisah air tanah (groundwater divide), yaitu batas pada arah lateral yang
Batas muka air permukaan merupakan batas cekungan air tanah di mana pada
bagian atasnya dapat diketahui tekanan hidrauliknya. Batas tersebut dapat bersifat
tetap atau berubah terhadap waktu. Batas muka air permukaan dapat dibedakan
a. batas muka air permukaan eksternal (external head controlled boundary), yaitu
batas muka air permukaan yang bersifat tetap misalnya muka air laut dan muka air
danau. Batas tersebut ditetapkan sebagai batas lateral cekungan air tanah jika
akuifer utama pada cekungan itu bersifat tak tertekan. Jika akuifer utama
merupakan akuifer tertekan, batas cekungan itu dapat beada di daerah lepas pantai.
b. batas muka air permukaan internal (internal head controlled boundary), yaitu
batas muka air permukaan yang berubah terhadap waktu, misalnya sungai dan
kanal, yang ditetapkan sebagai batas cekungan air tanah pada arah vertikal.
Batas aliran air tanah (flow controlled boundaries) atau batas imbuhan air
tanah (recharge boundary) merupakan batas cekungan air tanah di mana pada batas
tersebut volume air tanah per satuan waktu yang masuk ke dalam cekungan tersebut
berasal dari lapisan batuan yang tidak diketahui tekanan hidraulik atau keterusannya.
Berdasarkan arah alirannya, batas aliran air tanah dibedakan menjadi dua tipe
sebagai berikut:
a. batas aliran air tanah masuk (inflow boundary), yaitu batas cekungan air tanah
b. batas aliran air tanah ke luar (outflow boundary), yaitu batas cekungan air tanah
Kedua batas aliran air tanah ini ditetapkan sebagai cekungan air tanah pada arah
lateral.
Batas muka air tanah bebas, merupakan batas cekungan air tanah di mana
pada batas tersebut diketahui tekanan hidrauliknya yakni sebesar tekanan udara luar.
Muka air tanah bebas, atau muka freatik, merupakan batas vertikal bagian atas
selatan gunung Merapi dibatasi oleh dua sungai utama yaitu Kali Opak di bagian
timur dan Kali Progo di bagian barat. Di bagian selatan cekungan ini dibatasi oleh
pantai laut selatan. Perbukitan yang membatasi CAT Yogyakarta secara morfologis
Baturagung. Secara geologis cekungan Yogyakarta dibatasi oleh dua sesar utama,
yaitu sesar sepanjang Kali Opak di timur dan sesar turun berpasangan yang
hubungannya dengan tingkat kekritisan air tanah di sebagian cekungan air tanah
merupakan analisis kuantitatif terhadap air tanah. Air tanah yang terdapat pada suatu
cekungan air tanah dengan komposisi akuifer tertentu merupakan sumber daya yang
daerah. Dengan demikian jenis penelitian ini merupakan analisis terhadap hubungan
antara ketersediaan air tanah yang terdapat dalam komposisi akuifer tertentu dengan
lingkungan yang dilibatkan ialah komponen geofisik berupa kondisi litologi, curah
permeabilitas, kedudukan dan kualitas air tanah. Sedangkan curah hujan dan
transmisivitas, daya tampung dan debit akuifer serta penentuan batas-batas cekungan
air tanah di daerah penelitian. Komponen lainnya yang juga dilibatkan dalam
Latar Belakang
Perumusan Masalah Cekungan air tanah merupakan penyedia air tanah
1. Bagaimana karakteristik akuifer di daerah penelitian? bagi pemenuhan kebutuhan makhluk hidup akan air
2. Bagaimana potensi akuifer di daerah penelitian? bersih. Peningkatan jumlah penduduk dapat
3. Bagaimana tingkat kekritisan air tanah di daerah berpotensi menurunkan debit maupun kualitas air
penelitian? tanah. Faktor yang berperan dalam menjaga kuantitas
maupun kualitas air tanah yaitu kondisi akuifer pada
suatu cekungan air tanah.
Tujuan Penelitian
1. Mengetahui karakteristik akuifer di daerah
penelitian Kegunaan Penelitian
2. Mengetahui potensi akuifer dan ketersediaan air 1. Memberikan informasi mengenai karakteristik dan
tanah sebagai sumber air bersih di daerah potensi akuifer di daerah penelitian.
penelitian 2. Memberikan informasi atau gambaran mengenai
3. Mengetahui tingkat kekritisan air tanah di tingkat kekritisan air tanah
daerah penelitian 3. Dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian-
penelitian selanjutnya.
Kajian Teori
Metode Penelitian 1. Pengertian mengenai cekungan air tanah, air tanah
1. Geolistrik metode Schlumberger. dan hal-hal yang berkaitan dengan air tanah dan
2. Survey dan wawancara akuifer dalam undang-undang, keputusan menteri
3. Pemetaan kontur air tanah dan peraturan pemerintah.
2. Penelitian terdahulu mengenai potensi akuifer di
beberapa daerah cekungan air tanah di Pulau Jawa.
3. Metode-metode yang dipakai dalam pengujian
akuifer dan penelitian air tanah
Hasil Penelitian
1. Peta karakteristik akuifer
2. Peta kontur air tanah
3. Peta tingkat kekritisan air tanah
penelitian terletak 15 km ke arah utara Yogyakarta dan dapat ditempuh kurang lebih
selatan gunung Merapi hingga ke pantai selatan, maka batas permasalahan penelitian
sedikit gambaran mengenai kondisi akuifer di cekungan air tanah Yogyakarta dan
tingkat kekritisan air tanah di daerah penelitian. Lingkup daerah penelitian dilakukan
a. batas kegiatan
b. batas ekologis
Batas ekologis pada penelitian ini berhubungan dengan tingkat kekritisan air
tanah akibat eksploitasi untuk kebutuhan makhluk hidup di atasnya. Maka batasan
ekologis penelitian ini berhubungan dengan jumlah dan tingkat kebutuhan air tanah
c. batas administrasi
di lokasi penelitian.
a. Iklim
dengan musim hujan antara bulan Nopember-April dan musim kemarau antara bulan
Mei-Oktober. Pada tahun 2012, banyaknya hari hujan di kecamatan Ngemplak ialah
sebanyak 22 hari pada bulan Januari. Curah hujan maksimum terjadi pada bulan
Januari yakni 113 mm, sedangkan curah hujan minimum terjadi di bulan Juli hingga
udara yang lebih dingin dibandingkan dengan daerah selatan karena terletak lebih
dekat dengan kaki gunung Merapi. Kelembaban udara minimum terjadi pada bulan
September yakni 19,9 % sedangkan kelembaban udara maksimum terjadi pada bulan
Ketinggian wilayah Kabupaten Sleman berkisar antara < 100 sd >1000 m dari
permukaan laut. Ketinggian tanahnya dapat dibagi menjadi tiga kelas yaitu
ketinggian < 100 m, 100 499 m, 500 999 m dan > 1000 m dari permukaan laut.
Ketinggian < 100 m dari permukaan laut seluas 6.203 ha atau 10,79 % dari luas
dan Berbah. Ketinggian > 100 499 m dari permukaan laut seluas 43.246 ha atau
75,32 % dari luas wilayah, terdapat di 17 Kecamatan. Ketinggian > 500 999 m dari
permukaan laut meliputi luas 6.538 ha atau 11,38 % dari luas wilayah, meliputi
Kecamatan Tempel, Turi, Pakem dan Cangkringan. Ketinggian > 1000 m dari
permukaan laut seluas 1.495 ha atau 2,60 % dari luas wilayah meliputi Kecamatan
derajat. Menurut pembagian yang dilakukan oleh Suratman (1974) daerah ini dapat
digolongkan ke dalam satuan bentuk lahan dataran kaki gunung api. Daerah di
sebelah utara kecamatan Ngemplak memiliki kemiringan yang lebih besar daripada
daerah di selatan karena berada lebih dekat dengan lereng gunung Merapi. Seperti
c. Tanah
jenis tanah abu vulkanis muda hasil pelapukan erupsi Gunung Api Merapi.
adalah tanah berbutir kasar dan berasal dari material gunung api. Tanah regosol
berupa tanah alluvial yang baru diendapkan dan tanah pasir. Material jenis tanah ini
ialah berupa tanah regosol, abu vulkan, napal dan pasir vulkan (Saraswati, 2013).
d. Penggunaan Lahan
penggunaan lahan di kecamatan Ngemplak terdiri atas industri dan pergudangan, jasa
bendungan, lapangan, kebun campur, tegalan, sawah padi, sawah diselingi palawija,
dan waduk atau embung. Pemanfaatan lahan terbesar di Kecamatan Ngemplak ialah
lahan sawah diselingi palawija sebesar 31,52% atau 1.156,51 ha. Penggunaan yang
termasuk besar lainnya adalah kebun campur yang memiliki luasan 23,22% atau
852,09 ha dan sawah padi sebesar 22,08% atau 810,22 ha. Pemanfaatan yang paling
e. Satuan Batuan
gunung api. Daerah ini tersusun atas material tuff, fragmen-fragmen breksi,
aglomerat, kerakal, kerikil, pasir dan lempung yang merupakan hasil endapan aluvial
rombakan gunung api. Proses yang dominan pada daerah ini ialah erosi dan
Ngemplak dapat dibedakan atas dua yakni satuan batupasir dengan satuan alluvial di
fluvio vulkanik Merapi yang surplus airtanah dan air permukaan. Termasuk daerah
aliran sungai (DAS) Winongo, Code dan Opak Hulu. Air tanah mengalir lewat
akuifer lereng Merapi-Graben Bantul. Kedalaman air tanah antara 0,5-20 meter,
semakin ke selatan muka air tanah semakin dangkal sekaligus tercemar. Pencemaran
air tanah akibat praktek-praktek sanitasi yang buruk, baik dari limbah domestik
(rumah tangga) maupun non-domestik (industri, hotel atau rumah sakit). Indikasi
pencemaran adalah kandungan Nitrat (NH3) dan bakteri Coli yang cukup tinggi pada
Berdasarkan data sumber air di desa Widodomartani pada tahun 2012, air
bersih cukup mudah diperoleh. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi kecamatan
Ngemplak yang dilalui oleh beberapa sungai yakni sungai Kuning, sungai Endong,
sungai Opak dan sungai Gendol. Sumber air pada umumnya diperoleh melalui air
Yogyakarta. Secara hidrogeologis, cekungan air tanah Yogyakarta dibatasi oleh dua
sungai yakni sungai Opak di bagian timur dan sungai Progo di bagian barat. Di
bagian selatan cekungan ini dibatasi oleh pantai laut selatan. Dengan demikian dapat
lokasinya yang berada di bagian tengah cekungan air tanah Yogyakarta. Lapisan
Hal ini dapat dilihat dari penggunaan sumur bor yang hanya terdapat sebanyak 12
a. Flora
yang subur. Di daerah ini terdapat beberapa jenis tumbuhan yang merupakan
tumbuhan khas di daerah beriklim tropis. Tanaman yang dapat ditemukan pada
daerah ini cukup bervariasi dari tanaman tingkat tinggi hingga rumput-rumputan.
Beberapa jenis tanaman tingkat tinggi antara lain pisang (Musa Paradisiaca), bambu
lainnya ialah tanaman pertanian seperti padi (Oryza Sativa), tebu (Saccharum
b. Fauna
desa Widodomartani, jenis hewan yang terdapat pada umumnya terdiri atas hewan
a. Demografi
mencakup warga negara indonesia (wni) maupun warga negara asing (wna) yang
tinggal dalam wilayah geografis indonesia, baik yang bertempat tinggal tetap
maupun yang bertempat tinggal tidak tetap (seperti tuna wisma, pengungsi, awak
kapal berbendera Indonesia, masyarakat terpencil/terasing, dan penghuni
tahun 1990, 2000 dan 2010 menunjukkan trend peningkatan. Dalam kurun waktu
tersebut jumlah penduduk kecamatan Ngemplak tumbuh sekitar 2,35 persen per
Ngemplak juga merupakan salah satu daerah tujuan migrasi penduduk. Hal ini
Menurut data Badan Pusat Statistik tahun 2012, jumlah penduduk di desa
jumlah keluarga sebanyak 2388 dan rata-rata jiwa per rumah tangga sebanyak 3 jiwa.
b. Ekonomi
Pusat Statistik tahun 2008, jumlah rumah tangga miskin di kecamatan Ngemplak
selama tahun 2005-2008 mengalami penurunan sebesar 37,54 persen dari 2.906
rumah tangga pada tahun 2005 menjadi 1.815 rumah tangga pada tahun 2008. Data
penerima beras miskin (raskin) dan penerima gakin. Dari data yang tercatat di
20,77 persen dibanding penerima raskin mei 2012. sedangkan penerima gakin
mengalami penurunan pada tahun 2011 sebanyak 23,07 persen dari tahun 2010
yang tercatat pada subdinas peternakan kabupaten Sleman, peternakan yang terdapat
di kecamatan Ngemplak adalah sapi potong, kambing, domba, ayam, dan itik.
sekitar 22,53 persen untuk pdrb kabupaten Sleman. Kecamatan Ngemplak berpotensi
untuk menghasilkan tanaman padi sawah karena luas panennya lebih dari 3.690
hektar.
merupakan daerah tujuan pendidikan dan wisata budaya, maka tidak heran jika setiap
tahunnya selalu saja banyak orang yang datang ke Sleman untuk liburan atau sekolah
dan bekerja di wilayah ini. Hal tersebut juga terjadi di kecamatan Ngemplak di mana
kedatangan penduduk baru adalah hal yang biasa. Di kecamatan Ngemplak muncul
migran.
tercatat sebanyak 1.070 orang, sedangkan pada tahun 2012 tercatat 1.182 orang. hal
ngemplak pada tahun 2010 sebesar 602 dan tahun 2012 sebanyak 759.
pemeluk agama yang ada di daerah ini. Menurut data distribusi penduduk kecamatan
Ngemplak berdasarkan agama yang dianut, pada tahun 2012 penduduk yang
memeluk agama Islam merupakan mayoritas dengan jumlah sebanyak 52.507 orang
atau 94,42 persen dari total penduduk. Kemudian pemeluk agama Kristen Protestan
sebanyak 818 orang atau 1,47 persen, pemeluk agama Kristen Katholik sebanyak
2.189 orang atau 3,94 persen, pemeluk agama Hindu sebanyak 76 orang atau 0,14
persen dan pemeluk agama Budha sebanyak 19 orang atau 0,03 persen.
salah satu daerah imbuhan air tanah bagi daerah Yogyakarta dan sekitarnya. Selain
itu di kecamatan Ngemplak juga mengalir beberapa sungai yakni sungai Kuning,
sungai Gajah Wong, sungai Opak dan sungai Endong. Namun erupsi gunung Merapi
beberapa waktu belakangan membawa masalah yang masih terasa hingga sekarang
yakni tercemarnya aliran sungai dengan belerang sehingga di beberapa sumber air
Selain itu akibat erupsi Merapi terjadi pula perubahan pola mata air akibat
adanya endapan material vulkanik terutama di sekitar aliran sungai Kuning, sungai
Gendol dan sungai Woro. Hal ini dapat membawa dampak pada berkurangnya suplai
air untuk kawasan Yogyakarta dan sekitarnya. Untuk itu perlu dilakukan kajian
BAB III
CARA PENELITIAN
tanah di sebagian cekungan air tanah Yogyakarta ini terdiri atas beberapa metode.
jenis konfigurasi Schlumberger, metode survey dan wawancara dan pemetaan air
tanah. Metode lain yang digunakan adalah metode analisis yang diterapkan di studio,
mengetahui karakteristik batuan penyusun akuifer, kedalaman air tanah dan jenis
perlapisan batuan pada akuifer. Selanjutnya data-data yang diperoleh dari hasil
gambaran mengenai jumlah perlapisan akuifer, nilai tahanan jenis aktual dari setiap
fenomena yang diteliti. Metode ini dilakukan dengan menggunakan alat seperti GPS
dan sekunder mengenai kebutuhan air tanah, pemetaan kontur air tanah dan data-data
dalam metode ini dilakukan berdasarkan kondisi air tanah yang statis maupun
dinamis. Metode statis menggunakan faktor volume dan spesific yield sedangkan
metode dinamis menggunakan faktor debit, infiltrasi dan luasan. Dengan mengetahui
tingkat ketersediaan air tanah maka diharapkan dapat diketahui pula tingkat
dilakukan dengan menggunakan teknik random sampling. Hal ini dilakukan dengan
asumsi bahwa kondisi batuan penyusun di lokasi penelitian adalah seragam, sehingga
penyelidikan air tanah, teknik sampling yang digunakan adalah dengan mengukur
kedalaman sumur-sumur gali yang ada di sekitar lokasi penelitian untuk mengetahui
dengan hal-hal yang bisa mengganggu akurasi pendugaan tersebut seperti tiang
listrik, pipa air dan sebagainya. Untuk itu, titik penelitian akan dilakukan di daerah
Bahan dan alat yang diperlukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel
berikut.
1. Bahan
a. Peta RBI, skala 1 : 25.000 lembar Pakem Tafsiran batas daerah pene- Peta dasar
b. Peta Geologi, skala 1 : 100.000 litian
2. Alat
a. GPS Menentukan titik koodinat Data pembuatan peta tematik
pada peta
b. Pita ukur Mengukur kedalaman sumur Data pembuatan peta arah aliran
air tanah
c. Alat geolistrik Schlumberger Mengukur nilai tahanan Data analisis ketebalan akuifer
jenis dan karakteristik batuan
d. Kamera Dokumentasi Gambar lokasi penelitian dan
kegiatan penelitian
3 Studio
a. Alat tulis Dokumentasi Karya tulis ilmiah hasil pene-
b. Komputer Interpretasi data litian
Tabel 3.2. Perlengkapan Penelitian, Kegunaan dan Hasil yang diperoleh
Data untuk penelitian ini, baik data primer maupun sekunder, diperoleh
melalui beberapa tahapan penelitian. Secara garis besar tahap-tahap penelitian dapat
Tahap persiapan merupakan tahap awal dari kegiatan penelitian. Pada tahap
a. Studi pustaka
dengan penelitian yang akan dilakukan. Studi pustaka mencakup studi mengenai
tematik.
b. Administrasi
instansi-instansi terkait merupakan tahapan dari proses persiapan. Hal ini bertujuan
untuk mendapatkan ijin dan dukungan dari akademik serta instansi tersebut guna
c. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari instansi pemerintah melalui prosedur surat ijin
yang telah disetujui pihak Program Studi. Jenis data sekunder dapat dilihat pada
d. Penyiapan perlengkapan
penelitian. Penyiapan perlengkapan meliputi persiapan alat dan bahan penelitian baik
e. Observasi lapangan
penelitian dengan fungsi sebagai peta dasar untuk mengetahui daerah penelitian.
primer yang diperoleh merupakan data yang beraal dari pengukuran geolistrik dan
pengukuran kedalaman muka air tanah pada sumur-sumur di lokasi penelitian. Untuk
itu diperlukan suatu teknik sampling yang dapat menghasilkan data yang sahih dan
dapat dipercaya.
Dalam penelitian ini, teknik sampling yang digunakan ialah random sampling
yang merupakan suatu teknik pengambilan sampel di titik-titik yang telah ditentukan
secara acak. Teknik ini digunakan untuk pendugaan geolistrik. Alasan penulis
menggunakan teknik ini ialah berdasarkan peta geologi daerah penelitian yang terdiri
atas batuan yang hampir seragam yaitu batupasir (sandstone) yang merupakan batuan
membentangkan dua jenis elektroda pada alat pendugaan geolistrik tersebut sejauh
beberapa meter. Hasil pembacaan nilai tahanan jenis pada konfigurasi Schlumberger
bergantung juga pada jarak antarelektroda yang diterapkan. Semakin jauh jarak
antarelektroda maka hasil pembacaan nilai tahanan jenis batuannya akan semakin
kedalaman muka air tanah dengan cara mengukur kedalaman muka air pada sumur-
sumur di sekitar lokasi penelitian. Data-data yang diperoleh akan dipergunakan untuk
membuat peta aliran air tanah sehingga dapat diketahui arah aliran air tanah.Data
lainnya yang dapat diperoleh pada tahap ini antara lain data-data sekunder yang
belum dilengkapi seperti data bor, data curah hujan dan data demografi seperti
penelitian selanjutnya ialah tahap pengolahan dan analisis data. Pada tahap ini data-
data primer maupun sekunder disatukan dan dianalisis sesuai dengan nilai parameter
penelitian sebelumnya, tahap ini juga dikerjakan dengan bantuan software maupun
pengukuran di lapangan. Data-data yang diolah pada tahap ini ialah data resistivitas
batuan hasil pendugaan geolistrik, data kedalaman muka air tanah, data ketersediaan
air tanah, data kebutuhan air tanah dan nilai permeabilitas batuan. Data-data tersebut
merupakan data primer maupun sekunder yang diperoleh selain dari pengukuran atau
yang terdiri atas analisis karakteristik akuifer, analisis potensi air tanah dan analisis
kedalaman muka air tanah pada sumur-sumur yang terdapat di lokasi penelitian.
Hasil interpolasi tersebut menghasilkan peta kontur aliran air tanah yang dapat
b. Analisis Hidrostratigrafi
dengan bantuan software IPI2Win. Hasil analisis ini akan menunjukkan jumlah
perlapisan akuifer, nilai resistivitas material setiap penyusun lapisan dan kedalaman
analisis sifat fisik hidrolik ini, diperoleh dari instansi pemerintah yang berhubungan
dengan penelitian air tanah sehingga termasuk data sekunder. Analisis data-data
d. Analisis deskriptif-komparatif
Analisis ini terdiri atas analisis karakteristik akuifer, analisis potensi air tanah
dan analisis ketersediaan dan tingkat kebutuhan air tanah. Analisis karakteristik
geolistrik dan data hidrostratigrafi. Analisis ini menghasilkan deskripsi jenis akuifer
perbandingan antara peta kontur air tanah, model hidrostratigrafi dan data
dilakukan dengan menganalisis data-data sekunder berupa data curah hujan, data log
Tahap ini merupakan tahap yang mencakup seluruh tahapan penelitian. Tahap
ini bukanlah suatu tahap yang berdiri sendiri namun merupakan tahap yang
tahap ini ialah mengenai kaidah penulisan maupun bahasa yang digunakan agar
sesuai dan mempunyai bobot ilmiah yang diwajibkan bagi karya skripsi ini. Dalam
tahap ini penulis mengikuti pedoman penulisan yang ditentukan dalam Buku
Peta Hidrogeologi Peta Geologi Peta RBI DI Yogyakarta Data Kependudukan Data dan Peta lainnya yang
mendukung penelitian, yakni:
Keterangan:
1. Tahap Persiapan
c. Penulisan laporan
6. Kolokium
DAFTAR PUSTAKA
Sutedjo, B. (1995). Potensi Umum Sumber Daya Airtanah Pada DAS OPAK dan
DAS Progo Yogyakarta. Yogyakarta: UPN "Veteran".
Todd, D. K., & Mays, L. W. (2005). Groundwater Hydrology (3rd ed.). New York:
John Wiley & Sons.
Triwibowo, B., & Poncomoyono, K. (1992). Kualitas dan Kuantitas Air Tanah
Daerah Gemblekan dan Sekitarnya Kecamatan Kalikotes, Kabupaten Klaten
Jawa Tengah. Yogyakarta: UPN "Veteran".