Sie sind auf Seite 1von 13

Konsep Manajemen Dan Kepemimpinan Keperawatan

A. Konsep Dan Proses Manajemen Keperawatan


1. Pendahuluan
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Di dalam manajemen tersebut mencakup
kegiatan POAC (planning, Organizing, Actuating, Controlling)terhadap staf, sarana,
dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi.
Manajemen didefinisikan sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui orang
lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam suatu lingkungan yang berubah.
Manajemen juga merupakan proses pengumpulan dan mengorganisasi sumber-sumber
dalam mencapai tujuan (melalui kerja orang lain) yang mencerminkan dinamika suatu
organisasi.tujuan ditetapkan berdasarkan misi, filosofi dan tujuan organisasi. proses
manajemen meliputi kegiatan mencapai tujuan organisasi melalui perencanaan
organisasi, pengarahan dan pengendalian sumber daya manusia, fisik, dan
teknologi. Semua perawat yang terlibat dalam manajemen keperawatan dianggap perlu
memahami misi, Filosofi dan tujuan pelayanan keperawatan serta kerangka konsep
kerjanya.
Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen operasional untuk
merencanakan, mengatur dan menggerakkan karyawan dalam memberikan pelayanan
keperawatan sebaik-baiknya pada pasien melalui manajemen asuhan keperawatan. Agar
dapat memberikan pelayanan keperwatan sebaik-baiknya kepada pasien, diperluikan
suatu standar yang akan digunakan baik sebagai target maupun alat pengontrol
pelayanan tersebut.
Tuntutan Masyarakat terhadap kwalitas pelayanan keperawatan dirasakan sebagai
suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat. Oleh karena itu Pelayanan
keperawatan ini perlu mendapat prioritas utama dalam pengembangan ke masa depan.
Perawat harus mau mengembangkan ilmu pengetahuannya dan berubah sesuai
tuntutan masyarakat, dan menjadi tenaga perawat yang professional. Pengembangan
dalam berbagai aspek keperawatan bersifat saling berhubungan, saling bergantung,
saling mempengaruhi dan saling berkepentingan. Oleh karena itu inovasi dalam
pendidikan keperawatan, praktek keperawatan, ilmu keperawatan dan kehidupan
keprofesian merupakan fokus utama keperawatan Indonesia dalam proses
profesionalitas. Proses profesionalisasi merupakan proses pengakuan terhadap sesuatu
yang dirasakan, dinilai dan diterima secara spontan oleh masyarakat, maka dituntut
untuk mengembangkan dirinya dalam sistim pelayanan kesehataan.
Perubahaan-perubahaan ini akan membawa dampak yang positif seperti makin
meningkatnya mutu pelayanan kesehatan/keperawatan yang diselenggarakan, makin
sesuainya jenis dan keahlian tenaga kesehatan/keperawatan yang tersedia dengan
tuntutan masyarakat, bertambahnya kesempatan kerja bagi tenaga kesehatan. Oleh
karena alasan-alasan di atas maka Pelayanan keperawatan harus dikelola secara
profesional, karena itu perlu adanya Manajemen Keperawatan.
Manajemen Keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan nyata
di Rumah Sakit, sehingga perawat perlu memahami bagaiman konsep dan Aplikasinya
di dalam organisasi keperawatan itu sendiri.
Untuk lebih memahami arti dari Manajemen Keperawatan maka kita perlu
mengetahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan organisasi keperawatan,
bagaimana tugas dan tanggung-jawab dari masing-masing personil di dalam organisasi
yang pada akhirnya akan membawa kita untuk lebih mengerti bagaimana konsep dasar
dari Manajemen Keperawatan itu sendiri.
2. Filosofi Dan Misi
Sebelum membahas manajemen proses keperawatan, kita akan membahas konsep
manajemen keperawatan. Konsep manajemen keperawatan meliputi filosofi, visi dan
misi.
a. Filosofi
Filosofi keperawatan adalah pernyataan keyakinan tentang keperawatan dan
manifestasi dan nilai-nilai dalam keperawatan yang digunakan untk berfikir dan
bertindak (chitty, 1997). Oleh karena itu filosofi keperawatan dibangun diatas
kepercayaan tentang manusia, lingkungan kesehatan dan keperawatan sebagaimana
terdapat dalam paradigma keperawatan.
Total Quality Manajemen (TQM) menurut W. Edwards Deming adalah sebagai
suatu dasar filosofi manjemen, karakteristik filosofi tersebut meliputi :
a) Institusi diberikan keleluasaan kewenangan dalam menentukan tujuan yang
hendak dicapai dan staf mempunyai otonomi dalam pengambilan keputusan
tentang tugas yang diemban.
b) Institusi diajarkan untuk membuat keputusan dalam meningkatkan kwalitas yang
kerja dan produktifitas kerja.
c) Penekanan TQM adalah memonitor kwalitas dimana secara terus-menerus
mengumpulkan data dengan pendekatan ilmiah kearah peningkatan kwalitas.
d) Rencana strategi untuk masa depan dapat melalui pembentukan suatu komitmen
tentang kwalitas dan produktifitas.
e) TQM terus berupaya memenuhi kebutuhan masyarakat (pasar): baik secara
kwalitas dan produktifitas untuk mencapai suatu kesepakatan dengan pihak
kostumer (internal dan eksternal).

Filosofi pelayanan keperawatan pada tatanan klinik/rumah sakit ditekankan pada:


i. Hak pasien untuk mendapatkan pelayanan dan menetukan kehidupannya
ii. Setiap pasien harus dihargai sama tanpa membeda-bedakan agama, suku,
warna kulit, status, dan jenis kelamin.
iii. Asuhan keperawatan yang diberikan harus ditujukan pada pemenuhan
kebutuhan individu.
iv. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai bagian integral dan pelayanan
kesehatan lainnya.
v. Perlunya koordinasi dan kerjasama dalam memanfaatkan cumber daya yang
ada dalam mencapai tujuan organisasi
vi. Perlunya evaluasi secara terus-menerus terhadap semua pelayanan
keperawatan yang diberikan.
b. Misi
a) Menyediakan asuhan keperawatan yang efektif dan efisien dalam membantu
kesehatan pasien yang optimal setelah pulang dari rumah sakit.
b) Membantu mengembangkan dan mendorong suasana yang kondusif bagi pasien
dan staf keperawatan/non keperawatan
c) Mengajarkan, mengarahkan, dan membantu dalam kegiatan profesional
keperawatan.
d) Turut serta dalam bekerjasama dengan semua anggota tim kesehatan yang ada di
rumah sakit/tempat kerja.
Rumus sukses untuk mencapai Visi dan Misi :
S= V + M1 + M2
SV + M1 = Serba tanggung
V + M2 = Melamun
MI + M2 = Sampai ditempat yang salah
Keterangan :
S : Sukses
V : Visi
M1 : Misi
M2 : Motivasi
Visi yang dimaksudkan adalah perawat/manajer keperawatan harus
mempunyai suatu pandangan dan pengetahuan luas tentang manajemen dan
proses perubahan yang tterjadi saat ini dan yang akan datang yaitu tentang
produk, sosial ekonomi, politik yang akan berdampak terhadap pelayanan
kesehatan.
Misi diartikan sebagai suatu langkah-langkah nyata dari profesi keperawatan
dalam melaksanakan visi yang telah ditetapkan, yaitu menjaga dan mangawasi
suatu proses profesionalisasi keperawatan Indonesia agar terus berjalan.
3. Proses Managemen Keperawatan
a. Pengkajian - Pengumpulan data
Pada tahap ini seorang manajer dituntut tidak hanya mengumpulkan informasi
tentang keadaan pasien, melainkan juga mengenal intitusi (Rumah Sakit/
Puskesmas), tenaga keperawatan, administrasi, dan bagian keuangan yang akan
mempengaruhi fungsi organisasi keperawatan secara keseluruhan.
Manajer perawat yang efektif harus mampu memanfaatkan proses manajemen
dalam mencapai sutu tujuan melalui usaha orang lain. Bila ia memimpin anggota
staf, maka manajer harus bertindak secara terencana dan efektif serta mampu
menjalankan perkerjaan bersama dengan para perawat dari beberapa level hirarki
serta didasarkan pada informasi penuh dan akurat tentang apa yang perlu dan harus
diselesaikan, dengan cara dan alasan apa, tujuan dan sumberdaya apa yang tersedia
untuk melaksanakan rencana itu. Selanjutnya, manajer yang efektif harus mampu
mempertahankan suatu level yang tinggi bagi efisiensi pada salah satu bagian
dengan cara menggunakan ukuran pengawasan untuk mengidentifikasi masalah
dengan segera, dan setelah mereka terbentuk kemudian dievaluasi apakah rencana
tersebut perlu diubah atau prestasi karyawan yang perlu dikoreksi.
Proses adalah suatu rangkaian tindakan yang mengarah pada suatu tujuan. Didalam
proses keperawatan, bagian akhirmungkin sebuah pembebasan dari gejala, eliminasi
resiko, pencegajhan komplikasi, argumentasi pengetahuan atau keterampilan
kesehatan dan kemudahan dari kebebasan maksimal. Didalam proses manajemen
keperawatan, bagian akhir adalah perawatan yang efektif dan ekonomis bagi semua
anggota kelompok pasien.
Data-data yang perlu dikumpulkan oleh perawat pada tingkat pelayanan di ruangan
atau bagian sebagaimana pendekatan sistem yang disampaikan oleh Gillies (1989
dalam Nursalam 2008).
b. Perencanaan
Perencanaan dimaksud untuk menyusun suatu perencanaan yang strategis dalam
smencapai suatu tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Perencanaan disini
dimaksudkan untuk menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada
semua pasien, menegakkan tujuan, mengalokasikan anggaran belanja, memutuskan
ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola struktur
organisasi yang dapat mengoptimalkan efektifitas staf serta menegakkan
kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk mencapai visi dan misi intitusi yang
telah ditetapkan.
c. Pelaksanaan
Karena manajemen keperawatan memerlukan kerja melalui orang lain, maka tahap
implementasi didalam proses manajemen terdiri dari dan bagaimana memimpin
orang lain untuk menjalankan tindakan yang telah di rencanakan. Fungsi
kepemimpinan dapat di bagi lagi dalam komponen fungsi yang terdiri atas
kepemimpinan, komunikasi dan motivasi.
d. Evaluasi
Tahap akhir dari proses manajerial adalah mengevaluasi seluruh kegiatan yang telah
dilaksanakan. Tujuan evaluasi di sini adalah untuk menilai seberapa jauh staf
mampu melaksanakan perannya sesuai dengan tujuan organisasi yang telah di
tetapkan serta mengidentifikasi faktor- faktor yang menghambat dan mendukung
dalan pelaksanaan:
a) Konsep
Secara garis besar, konsep terbagi lagi menjadi beberapa pengertian :
i. Konsep kualitas
Dalam konsep ini, organisasi mementingkan kualitas yang mampu memasuki
pasar, dan dengan demikian harus mementingkan kepuasan pelanggan.
ii. Konsep manajemen
Dalam konsep manajemen bukan hanya manager, melainkan semua personel,
bertugas melakssnakan manajemen menggunakan fakta, dan manajemen
dengan siklus PDCA (plan do check act).
iii. Konsep proses
Dalam konsep proses, siapa pun yang akan melakukan tindak lanjut rangkaian
kegiatan, harus dianggap pelanggan yang harus dipuaskan. Pengendalian
proses juga lebih diutamakan agar kesalahan kualitas dapat dihindari.
iv. Konsep standarisasi
Dalam konsep standarisasi, semua pelaksanaan pekerjaan berpangkal pada
standar, seperti standar prosedur, standar kualitas, dan standart kompetensi.
v. Konsep human respect
Dalam konsep human respect, manusia seutuhnya perlu dihormati untuk
menumbuhkan motivasi.
vi. Konsep quality assurance
Dalam konsep quality assurance, keikutsertaan pegawai tercermin dari
kegiatan dalam gugus kendali mutu (quality circle).
vii. Konsep manajemen jepang
Secara garis besar konsep manajemen Jepang dapat digunakan untuk memilih
karakteristik calon karyawan, melatih karyawan baru, mengenalkan organisasi,
merotasi karyawan diberbagai unit, mengambil keputusan secara kolektif
(kelompok kerja), dan motivasi karyawan untuk mencapai suatu tujuan yang
telah ditentukan.

B. Teori Manajemen Dan Kepemimpinan


1. Ilmu Manajemen Hubungan Antar Manusia (1930-1970)
Mengetahui kaitan antara fungsi pengarahan dengan hubungan manusiawi (human
relation) dalam suatu organisasi/perusahaan. Menjelaskan fungsi Pengarahan dalam
Organisasi, serta mengetahui bagaimana cara manager mempengaruhi bawahan agar
mau bekerja dalam mencapai tujuan organisasi. Sehingga Mahasiswa mampu
menerapkan fungsi pengarahan dalam organisasi pada kehidupan sehari hari.
2. Pengembangan Teori Kepemimpinan
Konsep dasar manajemen sendiri mengalami perkembangan sepanjang sejarah yang
tidak terlepas dari para ahli manajemen. Secara umum perkembangan teori
manajemen dapat dibagi 4 yaitu:
a. Manajemen ilmiah (1870 1930)
b. Manajemen klasik (1900 1940)
c. Manajemen hubungan manusiawi (1930 1940)
d. Manajemen modern (1940 sekarang).
3. Teori Kontingensi Dan Situasional
a. Resistensi atas teori kepemimpinan yang telah diuraikan sebelumnya
memberlakukan asas-asas umum untuk semua situasi. Hal ini tidak mungkin setiap
organisasi hanya dipimpin dengan gaya kepemimpinan tunggal untuk segala situasi
terutama apabila organisasi terus berkembang atau jumlah anggotanya semakin
besar .
b. Respon atau reaksi yang timbul berfokus pada pendapat bahwa dalam menghadapi
situasi yang berbeda diperlukan gaya kepemimpin yg berbeda beda pula.
Filosofi Teori
i.Contingency Approach ( Teori Pendekatan )
Respon atau reaksi yang timbul berfokus pada pendapat bahwa dalam
menghadapi situasi yang berbeda diperlukan perilaku atau gaya kepemimpinan
yang berbeda
ii. Situational Approach ( Teori Situasional )
Perilaku atau gaya kepemimpinan harus sesuai dengan situasi yang dihadapi
oleh seorang pemimpin
Model Kepemimpinan Situasional dari Fiedler
Menurut Fiedler di dalam kreitner dan kiniki (1989; p. 459)
mengatakan bahwa ada tiga dimensi di dalam situasi yang dihadapi pemimpin :
1. Hubungan pemimpin anggota (the leader member relationship ).
Adanya hubungan baik pimpinan dengan anggota
2. Derajat dari susunan tugas (the degree of task structure).
Adanya susunan tugas setiap anggota organisasi tersusun secara jelas
3. Posisi kekuasaan pemimpin (the leaders positions power).
Adanya kewenangan /kekuasaan formal yang dimilki oleh pemimpin. Situasi
tiga dimensi tersebut di atas adalah situasi yang mengungtungkan dalam
menjalankan kepemimpinan
Model Kepemimpinan Situasional Tiga Dimensi dari Reddin
Menurut reddin Di dalam wahjosumidjo (1992, h. 74)
dinyatakan ada tiga pola dasar yang dapat digunakan unuk menetapkan pola
perilaku kepemimpinan yang terdiri dari :
1. Berorientasi pada tugas (task oriented. )
2. Berorientasi pada hubungan (relationship oriented).
3. Berorientasi pada efektifitas (effectiveness oriented)
Tolok ukur dari tiga dimensi dar Redin adalah Kepemimpinan yang efek
dan tidak efektif .
Kepemimpinan tidak efektif : Gaya kepemimpin deserter \ ( pembelot ),
Miiisionary ( pelindung dan penyelamat) , Autocrat ( ( Otokrasi ),
Compromiser ( Kompromis )
Kepemimpinan tidak efektif : Gaya kepemimpinan Bureaucrat ( birocrat ),
Developer ( pembangun ), Benevolent autocrat ( Otokrasi yang lunak
/didempurnakan ) , Axecitutive (
eksekutif )
Model Kepemimpinan Situasional dari Tannenbaum dan Schmidt
Perilaku atau gaya kepemimpinan menurut kontinum dari schmidt memiliki
tiga faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merealisasikan kepemimpinan
yang efektif ketiga faktor tersebut adalah :
1. Kekuatan pemimpin yaitu kondisi dari seorang pemimpin yang
mendukung dalam melaksanakan kepemimpinanya.
2. Kekuatan anggota yaitu kondisi yang pada umumnya yang melaksanakan
kepemimpinan seorang pemimpin bertanggung jawab dalam bekerja.
3. Kekuatan situasi yaitu situasi dalam interaksi antara pemimpin dengan
anggota organisasi sebagai bawahan seperti suasana organisasi secara
keseluruhan termasuk budaya orgaisasi dan tekanan waktu dalam bekerja.
Model Kepemimpinan Situasional dari Hersey dan Blanchard
Teori ini menyatakan bahwa keefektifan kepemimpinan sangat dipengaruhi
oleh tingkat kemampuan (kesiapan dan kematangan) bawahan dalam
menerima atau menolak pemimpin. Berdasarkan tingkat kematangan dan
kesiapan perilaku aau gaya kepemimpinandibagi menjadi empat jenis yaitu :
1. Telling style (gayamengatakan/memerintah/mengarahkan)
Perilaku atau gaya kepemimpinan ini berorientasi tinggi pada tugas dan
rendah pada hubungan dengan anggota organisasi atau bawahan.
2. Selling style (gaya menawarkan/menjual)
Perilaku atau gaya kepemimpinan ini dilaksanakan dengan perilaku
orientasi tugas dan hubungan yang kedua duanya tinggi.
3. Participating style (gaya partisipasi)
Perilaku atau gaya kepemimpinan ini dilaksanakan dengan orientasi pada
tugas rendah dan orientasi hubungan dengan anggota organisasi tinggi.
4. Delegating style (gaya pendelegasian wewenang)
Perilaku atau gaya kepemimpinan ini dilaksanakan dengan orientasi tugas
rendahdan hubungan dengan anggota organisasi rendah.
4. Teori Kontemporer (Kepemimpinan Dan Manajemen)
a. Defenisi
Kepemimpinan bukanlah pengajaran melainkan suatu hasil. Kata pemimpin
bukan lebel yang kita berikan kepada diri sendiri. Pemimpin adalah apa yang
orang-orang yang telah kita inspirasikan sebutkan untuk kita karena mereka
didorong berpartisipatif dalam visi positif yang kita sajikan kepada mereka.
Sebuah penelitian lebih jauh tentang hal di atas juga mengungkapkan prioritas
inspirasi dalam pengembangan seorang pemimpin dan kepemimpinannya. Oleh
karena itu, pengajaran utama bagi mereka yang ingin menjadi pemimpin-
pemimpin efektif harus merupakan jawaban dari pertanyaan: Dengan sumber
inspirasi apakah aku menginspirasi?
Dari penjelasan panjang di atas, terdapat dua pengertian penting kepemimpinan
yang ingin penulis angkat menjadi definisi dari kepemimpinan itu sendiri, yaitu:
i. Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain
sehingga orang lain tersebut bertingkah laku sebagaimana yang dikehendaki
oleh permpinnya. Dalam hal ini bukan pengendalian atau manipulasi atas
orang lain melainkan penyerahan otoritas orang lain dengan rela kepada
pemimpin mereka.
ii. Kepemimpinan adalah kapasitas untuk mempengaruhi orang lain melalui
inspirasi yang dimotivasi oleh suatu hasrat, dibangkitkan oleh suatu visi,
dihasilkan oleh suatu keyakinan, dinyalakan oleh suatu tujuan.
b. Definisi Kontemporer
Definisi kata Kontemporer menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
pada waktu yang sama; semasa; sewaktu; pada masa kini; dewasa ini Contoh:
c. Definisi Kepemimpinan Kontemporer
Dari pengertian awal atau dasar di atas maka definisi sederhana dari
kepemimpinan kontemporer dapat kita simpulkan kepemimpinan kontemporer
menekankan pemimpin sebagai pembentuk makna atau menggunakan kata-kata,
gagasan dan kehadiran fisik untuk mengendalikan bawahanya.
5. Teori Motivasi
Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan
atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana atau
keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan hidup. Dengan kata
lain motivasi adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu tujuan. Seseorang yang
mempunyai motivasi berarti ia telah mempunyai kekuatan untuk memperoleh
kesuksesan dalam kehidupan..
Motivasi dapat berupa motivasi intrinsic dan ekstrinsic. Motivasi yang bersifat
intinsik adalah manakala sifat pekerjaan itu sendiri yang membuat seorang
termotivasi, orang tersebut mendapat kepuasan dengan melakukan pekerjaan tersebut
bukan karena rangsangan lain seperti status ataupun uang atau bisa juga dikatakan
seorang melakukan hobbynya. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah manakala
elemen elemen diluar pekerjaan yang melekat di pekerjaan tersebut menjadi faktor
utama yang membuat seorang termotivasi seperti status ataupun kompensasi.
Banyak teori motivasi yang dikemukakan oleh para ahli yang dimaksudkan untuk
memberikan uraian yang menuju pada apa sebenarnya manusia dan manusia akan
dapat menjadi seperti apa. Landy dan Becker membuat pengelompokan pendekatan
teori motivasi ini menjadi 5 kategori yaitu teori kebutuhan,teori penguatan,teori
keadilan,teori harapan,teori penetapan sasaran.
TEORI MOTIVASI ABRAHAM MASLOW (1943-1970)
Abraham Maslow (1943;1970) mengemukakan bahwa pada dasarnya semua
manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang
berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkat
kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari
kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih kompleks; yang hanya
akan penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat
paling tidak harus terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya
menjadi penentu tindakan yang penting.
Aktualisasi diri
penghargaan
sosial
keamanan

Faali
Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya)
Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya)
Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain,
diterima, memiliki)
Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan
dukungan serta pengakuan)
Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan
menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan; kebutuhan
aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya)
Bila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan tersebut akan
mendominasi tindakan seseorang dan motif-motif yang lebih tinggi akan menjadi
kurang signifikan. Orang hanya akan mempunyai waktu dan energi untuk
menekuni minat estetika dan intelektual, jika kebutuhan dasarnya sudah dapat
dipenuhi dengan mudah. Karya seni dan karya ilmiah tidak akan tumbuh subur
dalam masyarakat yang anggotanya masih harus bersusah payah mencari makan,
perlindungan, dan rasa aman.
TEORI MOTIVASI HERZBERG (1966)
Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang
untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua
faktor itu disebutnya faktorhigiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor
intrinsik). Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan,
termasuk didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi
lingkungan, dan sebagainya (faktor ekstrinsik), sedangkan faktor motivator
memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk
didalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dsb
(faktor intrinsik).
TEORI MOTIVASI DOUGLAS McGREGOR
Mengemukakan dua pandangan manusia yaitu teori X (negative) dan teori y
(positif), Menurut teori x empat pengandaian yag dipegang manajer
a. karyawan secara inheren tertanam dalam dirinya tidak menyukai kerja
b. karyawan tidak menyukai kerja mereka harus diawasi atau diancam dengan
hukuman untuk mencapai tujuan.
c. Karyawan akan menghindari tanggung jawab.
d. Kebanyakan karyawan menaruh keamanan diatas semua factor yang dikaitkan
dengan kerja.
Kontras dengan pandangan negative ini mengenai kodrat manusia ada empat teori
Y:
a. karyawan dapat memandang kerjasama dengan sewajarnya seperti istirahat
dan bermain.
b. Orang akan menjalankan pengarahan diri dan pengawasan diri jika mereka
komit pada sasaran.
c. Rata rata orang akan menerima tanggung jawab.
d. Kemampuan untuk mengambil keputusan inovatif.
TEORI MOTIVASI VROOM (1964)
Teori dari Vroom (1964) tentang cognitive theory of motivation menjelaskan
mengapa seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia yakini ia tidak dapat
melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat dapat ia inginkan.
Menurut Vroom, tinggi rendahnya motivasi seseorang ditentukan oleh tiga
komponen, yaitu:
Ekspektasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas
Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika berhasil dalam
melakukan suatu tugas (keberhasilan tugas untuk mendapatkan outcome tertentu).
Valensi, yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan posistif, netral, atau
negatif.Motivasi tinggi jika usaha menghasilkan sesuatu yang melebihi
harapanMotivasi rendah jika usahanya menghasilkan kurang dari yang
diharapkan
Achievement TheoryTeori achievement Mc Clelland (1961),
Yang dikemukakan oleh Mc Clelland (1961), menyatakan bahwa ada tiga hal
penting yang menjadi kebutuhan manusia, yaitu:
Need for achievement (kebutuhan akan prestasi)
Need for afiliation (kebutuhan akan hubungan sosial/hampir sama dengan
soscialneed-nya Maslow)
Need for Power (dorongan untuk mengatur)
Clayton Alderfer ERG
Clayton Alderfer mengetengahkan teori motivasi ERG yang didasarkan pada
kebutuhan manusia akan keberadaan (exsistence), hubungan (relatedness), dan
pertumbuhan (growth). Teori ini sedikit berbeda dengan teori maslow. Disini
Alfeder mngemukakan bahwa jika kebutuhan yang lebih tinggi tidak atau belum
dapat dipenuhi maka manusia akan kembali pada gerakk yang fleksibel dari
pemenuhan kebutuhan dari waktu kewaktu dan dari situasi ke situasi.
6. Teori Z
Dikemukakan oleh Ouchi (1981). Meliputi pengambilan keputusan & kesepakatan,
menempatkan pegawai sesuai keahliannya, menekankan pd keamanan pekerjaan,
promosi yg lambat, & pendekatan yg holistik thdp staf.
7. Teori Interaktif
Schein (1970) menekankan bahwa staf atau pegawai adalah manusia sbg suatu
sistem terbuka yg selalu berinteraksi dgn sekitarnya & berkembang sec dinamis.
Sistem tsb dianggap suatu sistem yg terbuka, jk terjadi perubahan energi & informasi
dgn lingk. Asumsi teori ini sbg berikut :
1. Manusia memiliki karakteristik yg sgt komplek (mempunyai motivasi yg
bervariasi dlm melakukan suatu pekerjaan)
2. Motivasi seseorang tdk tetap, ttp berkembang sesuai perubahan waktu
3. Tujuan bisa berbeda pd situasi yg berbeda pula
4. Penampilan seseorang & produktifitas dipengaruhi oleh tugas yg harus diselesaikn,
kemampuan seseorang, pengalaman & motivasi
5. Tidak ada strategi yg paling efektif bagi pemimpin dlm setiap situasi
8. Kompetensi Yang Harus Dimiliki Oleh Manajer Keperawatan Dalam Meningkatkan
Efektifitas Kepemimpinan Pada Abad Ke-21
Kompetensi Perawat Manajer
Menurut Potter & Perry (2005), menyebutkan ada beberapa kompetensi yang harus
dimiliki seorang Manajer Keperawatan dalam meningkatakan keefektifan kerjanya :
a) Kepemimpinan
i. Berkomunikasi tentang organisasi, kegiatan organisasi dan pelaksanaan
perubahan.
ii. Mendelegasikan tugas dan menerima tanggung jawab
iii. Menciptakan budaya organisasi yang kondusif dan efektif
iv. Menerapkan gaya kepemimpinan yang efektif
b) Pengambilan keputusan dan perencanaan
Berpikir ulang dan menyusun kembali prioritas organisasi
Cepat tanggap terhadap perubahan yang tidak diharapkan
Mengantisipasi perencanaan perubahan anggaran
Memberikan pedoman tentang keputusan organisasi Menginterpretasi perubahan
ekonomi. staf
c)Hubungan Komunikasi Empati
i. Mendengar dan tanggap pernyataan staf.
ii. Menciptakan situasi kondusif dalam komunikasi.
iii. Menunjukkan rasa percaya diri melalui kemampuan berkomunikasi.
iv. Mengembangkan proses hubungan yang baik dalam organisasi.
d) Anggara
i. Mengontrol budget.
ii. Menginterpretasi penggunaan anggaran sesuai kebutuhan
iii. Merencanakan angaran tahunan ( 5 tahun )
iv. Mengkonsultasikan tentang masalah keuangan.
e) Pengembangan
i. Mengembangkan tim kerja yang efektif
ii. Mengembangkan hubungan profesional antar staf
iii. Memberikan umpan balik yang positif
iv. Menggunakan sistem pemberian penghargaan yang baik
f) Personaliti
i. Mengambil keputusan yang tepat
ii. Mengelola stress individu
iii. Menggunakan koping yang efektif dalam setiap masalah
g) Negosiasi
i. Memfasilitasi perubahan
ii. Melakukan negosiasi dengan baik terhadap staf, kelompok, dan
organisasi lain
iii. Menklarifikasi kejadian yang melibatkan seluruh staf
iv. Menjadi mediator bila terjadi konflik antara staf atau kelompok.
9. Instrumen Penelitian Kecendrungan Gaya Kepemimpinan
Para ahli dibidang kepemimpinan telah meneliti dan mengembangkan gaya
kepemimpinan yang berbeda beda sesuai dengan evalusi teori kepemimpinan. Gaya
kepemimpinan merupakan dasar dalam mengklasifikasikan tipe kepemimpinan. Gaya
kepemimpinan mempunyai tiga pola dasar yaitu mementingkan tugas, mementingkan
hubungan kerja sama dan mementingkan hasil yang dicapai seperti yang dikemukan
oleh Rivai bahwa Gaya kepemimpinan adalah sekumpulan cirri yang digunakan
pimpinan untuk mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai atau dapat
pula dikatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola prilaku dan strategi yang
disukai dan sering diterapkan oleh seorang pemimpin. Gaya kepemimpinan
mengambarkan kombinasi yang konsisten dari falsafah, keterampilan, sifat, dan sikap
yang menandai perilaku seseorang. Gaya kepemimpinan yang menunjukan secara
langsung maupun tidak langsung tentang keyakinan keyakinan seorang pemimpinan
terhadap kemampuan bawahanya. Artinya gaya kepemimpinan adalah perilaku dan
sifat, sikap yang sering diterapkan oleh seorang pemimpin ketika ia mencoba
mempengaruhi kinerja bawahanya.
Untuk menentukan gaya yang paling efektif dalam menghadapi keadaan tertentu
maka perlu mempertimbangkan kekuatan yang ada dalam tiga unsure yaitu diri
pemimpin, bawahan, dan situasi secara menyeluruh. Menurut Contigency Theory
Leadership bahwa ada kaitan antara gaya kepemimpinan dengan situasi tertentu yang
dipersyaratkan. Menurut teori ini seorang pemimpin dapat dikatakan efektif jika gaya
kepemimpinan sesuai dengan situasi yang terjadi. Pendekatan ini menyarankan bahwa
diperlukan dua perangkat perilaku untuk kepemimpinan yang efektif yaitu melalui
tugas dan perilaku hubungan. Dengan kedua perangkat ini maka kemungkinan akan
melahirkan empat gaya kepemimpinan yaitu mengarahkan, gaya kepemimpinan ini
perilaku tugas tinggi dan perilaku hubungan rendah. menjual, perilaku tugas maupun
perlaku hubungan sama tinggi, Ikut Serta, perilaku tugas rendah,perilaku hubungan
tinggi, dan mendelegasikan, baik tugas maupun hubungan sama sama rendah. Ruang
lingkup gaya kepemimpinan terdapat tiga pendekatan utama yaitu : Pendekatan sifat
kepribadian pemimpin, pendekatan perilaku pemimpin, dan pendekatan situasional
atau kontingensi. Senada dengan yang dikemukakan oleh Rahmany sebagai berikut.
a. Teori Sifat Kepribadian
Teori ini mempunyai keyakinan bahwa seseorang akan menjadi pemimpin
karena ia memang dilahirkan untuk menjadi pemimpin atau dengan kata lain ia
mempunyai bakat dan pembawaan untuk menjadi pemimpin. Dalam pandangan ini
tidak setiap orang bias jadi pemimpin hanya orang mempunyai bakat dan
pembawaan saja yang bias jadi pemimpin.
Teori kedua, mengatakan bahwa, mengatakan seseorang akan menjadi
pemimpin kalau lingkungan, waktu dan kebiasaan memungkinkan menjadi
pemimpin. Setiap orang bias menjadi pemimpin asal diberi kesempatan dan diberi
pembinaan untuk menjadi pemimpin, sekalipun dia tidak mempunyai bakat
pembawaan menjadi pemimpin.
Teori ke tiga, adalah gabungan dari teori pertama dengan teori kedua yaitu
untuk menjadi seorang pemimpin perlu bakat dan bakat itu perlu dibina supaya
berkembang. Kemungkinan untuk mengembangkan bakat ini tergantung pada
lingkungan, waktu dan kebiasaan.
Teori keempat disebut teori situasi. Menurut teori ini setiap orang bias menjadi
pemimpin tetapi dalam situasi tertentu. Karena ia memiliki kelebihan yang
diperlukan dalam situasi itu. Dalam waktu lain dimana kelebihan kelebihan itu
tidak diperlukan. Dalam situasi lain ia tidak akan menjadi pemimpin bahkan
mungkin hanya menjadi pengikut saja.
b. Pendekatan Perilaku.
Pendekatan perilaku memandang kepemimpinan dapat dipelajari dari pola
tingkah laku dan bukan sifat sifatnya. Studi ini melihat dan mengidentifikasi
perilaku yang khas dari pemimpin dalam kegiatanya untuk mempengaruhi
anggotanya kelompok atau pengikutnya. Perilaku pemimpin ini dapat berorientasi
pada tugas keorganisasian ataupun pada hubungan anggota kelompoknya.

C. Standar Praktik Keperawatan


1. Tujuan Standar Keperawatan
Meningkatkan asuhan atau pelayanan keperawatan dengan cara memfokuskan
kegiatan atau proses pada usaha pelayanan untuk memenuhi kriteria pelayanan yang
diharapkan.
Berguna bagi :
a. Perawat
Pedoman membimbing perawat dalam penentuan tindakan keperawatan yang
dilakukan teradap kien.
d. Rumah sakit
Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelayanan keperawatan di rumah sakit.
e. Klien
Perawatan yang tidak lama, biaya yang ditanggung keluarga menjadi ringan.
f. Profesi
Alat perencanaan mencapai target dan sebagai ukuran evaluasi.
g. Tenaga kesehatan lain
Mengetahui batas kewenangan dengan profesi lain sehingga dapat saling
menghormati dan bekerja sama secara baik.
2. Jenis-Jenis Standar Profesi Keperawatan
a. Standar I : Pengkajian
b. Standar II : Diagnosa keperawatan
c. Standar III : Identifikasi hasil
d. Standar IV : Perencanaan
e. Standar V : Implementasi
f. Standar VI : Evaluasi

Das könnte Ihnen auch gefallen