Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Faali
Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya)
Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya)
Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain,
diterima, memiliki)
Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan
dukungan serta pengakuan)
Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan
menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan; kebutuhan
aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya)
Bila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan tersebut akan
mendominasi tindakan seseorang dan motif-motif yang lebih tinggi akan menjadi
kurang signifikan. Orang hanya akan mempunyai waktu dan energi untuk
menekuni minat estetika dan intelektual, jika kebutuhan dasarnya sudah dapat
dipenuhi dengan mudah. Karya seni dan karya ilmiah tidak akan tumbuh subur
dalam masyarakat yang anggotanya masih harus bersusah payah mencari makan,
perlindungan, dan rasa aman.
TEORI MOTIVASI HERZBERG (1966)
Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang
untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua
faktor itu disebutnya faktorhigiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor
intrinsik). Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan,
termasuk didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi
lingkungan, dan sebagainya (faktor ekstrinsik), sedangkan faktor motivator
memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk
didalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dsb
(faktor intrinsik).
TEORI MOTIVASI DOUGLAS McGREGOR
Mengemukakan dua pandangan manusia yaitu teori X (negative) dan teori y
(positif), Menurut teori x empat pengandaian yag dipegang manajer
a. karyawan secara inheren tertanam dalam dirinya tidak menyukai kerja
b. karyawan tidak menyukai kerja mereka harus diawasi atau diancam dengan
hukuman untuk mencapai tujuan.
c. Karyawan akan menghindari tanggung jawab.
d. Kebanyakan karyawan menaruh keamanan diatas semua factor yang dikaitkan
dengan kerja.
Kontras dengan pandangan negative ini mengenai kodrat manusia ada empat teori
Y:
a. karyawan dapat memandang kerjasama dengan sewajarnya seperti istirahat
dan bermain.
b. Orang akan menjalankan pengarahan diri dan pengawasan diri jika mereka
komit pada sasaran.
c. Rata rata orang akan menerima tanggung jawab.
d. Kemampuan untuk mengambil keputusan inovatif.
TEORI MOTIVASI VROOM (1964)
Teori dari Vroom (1964) tentang cognitive theory of motivation menjelaskan
mengapa seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia yakini ia tidak dapat
melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat dapat ia inginkan.
Menurut Vroom, tinggi rendahnya motivasi seseorang ditentukan oleh tiga
komponen, yaitu:
Ekspektasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas
Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika berhasil dalam
melakukan suatu tugas (keberhasilan tugas untuk mendapatkan outcome tertentu).
Valensi, yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan posistif, netral, atau
negatif.Motivasi tinggi jika usaha menghasilkan sesuatu yang melebihi
harapanMotivasi rendah jika usahanya menghasilkan kurang dari yang
diharapkan
Achievement TheoryTeori achievement Mc Clelland (1961),
Yang dikemukakan oleh Mc Clelland (1961), menyatakan bahwa ada tiga hal
penting yang menjadi kebutuhan manusia, yaitu:
Need for achievement (kebutuhan akan prestasi)
Need for afiliation (kebutuhan akan hubungan sosial/hampir sama dengan
soscialneed-nya Maslow)
Need for Power (dorongan untuk mengatur)
Clayton Alderfer ERG
Clayton Alderfer mengetengahkan teori motivasi ERG yang didasarkan pada
kebutuhan manusia akan keberadaan (exsistence), hubungan (relatedness), dan
pertumbuhan (growth). Teori ini sedikit berbeda dengan teori maslow. Disini
Alfeder mngemukakan bahwa jika kebutuhan yang lebih tinggi tidak atau belum
dapat dipenuhi maka manusia akan kembali pada gerakk yang fleksibel dari
pemenuhan kebutuhan dari waktu kewaktu dan dari situasi ke situasi.
6. Teori Z
Dikemukakan oleh Ouchi (1981). Meliputi pengambilan keputusan & kesepakatan,
menempatkan pegawai sesuai keahliannya, menekankan pd keamanan pekerjaan,
promosi yg lambat, & pendekatan yg holistik thdp staf.
7. Teori Interaktif
Schein (1970) menekankan bahwa staf atau pegawai adalah manusia sbg suatu
sistem terbuka yg selalu berinteraksi dgn sekitarnya & berkembang sec dinamis.
Sistem tsb dianggap suatu sistem yg terbuka, jk terjadi perubahan energi & informasi
dgn lingk. Asumsi teori ini sbg berikut :
1. Manusia memiliki karakteristik yg sgt komplek (mempunyai motivasi yg
bervariasi dlm melakukan suatu pekerjaan)
2. Motivasi seseorang tdk tetap, ttp berkembang sesuai perubahan waktu
3. Tujuan bisa berbeda pd situasi yg berbeda pula
4. Penampilan seseorang & produktifitas dipengaruhi oleh tugas yg harus diselesaikn,
kemampuan seseorang, pengalaman & motivasi
5. Tidak ada strategi yg paling efektif bagi pemimpin dlm setiap situasi
8. Kompetensi Yang Harus Dimiliki Oleh Manajer Keperawatan Dalam Meningkatkan
Efektifitas Kepemimpinan Pada Abad Ke-21
Kompetensi Perawat Manajer
Menurut Potter & Perry (2005), menyebutkan ada beberapa kompetensi yang harus
dimiliki seorang Manajer Keperawatan dalam meningkatakan keefektifan kerjanya :
a) Kepemimpinan
i. Berkomunikasi tentang organisasi, kegiatan organisasi dan pelaksanaan
perubahan.
ii. Mendelegasikan tugas dan menerima tanggung jawab
iii. Menciptakan budaya organisasi yang kondusif dan efektif
iv. Menerapkan gaya kepemimpinan yang efektif
b) Pengambilan keputusan dan perencanaan
Berpikir ulang dan menyusun kembali prioritas organisasi
Cepat tanggap terhadap perubahan yang tidak diharapkan
Mengantisipasi perencanaan perubahan anggaran
Memberikan pedoman tentang keputusan organisasi Menginterpretasi perubahan
ekonomi. staf
c)Hubungan Komunikasi Empati
i. Mendengar dan tanggap pernyataan staf.
ii. Menciptakan situasi kondusif dalam komunikasi.
iii. Menunjukkan rasa percaya diri melalui kemampuan berkomunikasi.
iv. Mengembangkan proses hubungan yang baik dalam organisasi.
d) Anggara
i. Mengontrol budget.
ii. Menginterpretasi penggunaan anggaran sesuai kebutuhan
iii. Merencanakan angaran tahunan ( 5 tahun )
iv. Mengkonsultasikan tentang masalah keuangan.
e) Pengembangan
i. Mengembangkan tim kerja yang efektif
ii. Mengembangkan hubungan profesional antar staf
iii. Memberikan umpan balik yang positif
iv. Menggunakan sistem pemberian penghargaan yang baik
f) Personaliti
i. Mengambil keputusan yang tepat
ii. Mengelola stress individu
iii. Menggunakan koping yang efektif dalam setiap masalah
g) Negosiasi
i. Memfasilitasi perubahan
ii. Melakukan negosiasi dengan baik terhadap staf, kelompok, dan
organisasi lain
iii. Menklarifikasi kejadian yang melibatkan seluruh staf
iv. Menjadi mediator bila terjadi konflik antara staf atau kelompok.
9. Instrumen Penelitian Kecendrungan Gaya Kepemimpinan
Para ahli dibidang kepemimpinan telah meneliti dan mengembangkan gaya
kepemimpinan yang berbeda beda sesuai dengan evalusi teori kepemimpinan. Gaya
kepemimpinan merupakan dasar dalam mengklasifikasikan tipe kepemimpinan. Gaya
kepemimpinan mempunyai tiga pola dasar yaitu mementingkan tugas, mementingkan
hubungan kerja sama dan mementingkan hasil yang dicapai seperti yang dikemukan
oleh Rivai bahwa Gaya kepemimpinan adalah sekumpulan cirri yang digunakan
pimpinan untuk mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai atau dapat
pula dikatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola prilaku dan strategi yang
disukai dan sering diterapkan oleh seorang pemimpin. Gaya kepemimpinan
mengambarkan kombinasi yang konsisten dari falsafah, keterampilan, sifat, dan sikap
yang menandai perilaku seseorang. Gaya kepemimpinan yang menunjukan secara
langsung maupun tidak langsung tentang keyakinan keyakinan seorang pemimpinan
terhadap kemampuan bawahanya. Artinya gaya kepemimpinan adalah perilaku dan
sifat, sikap yang sering diterapkan oleh seorang pemimpin ketika ia mencoba
mempengaruhi kinerja bawahanya.
Untuk menentukan gaya yang paling efektif dalam menghadapi keadaan tertentu
maka perlu mempertimbangkan kekuatan yang ada dalam tiga unsure yaitu diri
pemimpin, bawahan, dan situasi secara menyeluruh. Menurut Contigency Theory
Leadership bahwa ada kaitan antara gaya kepemimpinan dengan situasi tertentu yang
dipersyaratkan. Menurut teori ini seorang pemimpin dapat dikatakan efektif jika gaya
kepemimpinan sesuai dengan situasi yang terjadi. Pendekatan ini menyarankan bahwa
diperlukan dua perangkat perilaku untuk kepemimpinan yang efektif yaitu melalui
tugas dan perilaku hubungan. Dengan kedua perangkat ini maka kemungkinan akan
melahirkan empat gaya kepemimpinan yaitu mengarahkan, gaya kepemimpinan ini
perilaku tugas tinggi dan perilaku hubungan rendah. menjual, perilaku tugas maupun
perlaku hubungan sama tinggi, Ikut Serta, perilaku tugas rendah,perilaku hubungan
tinggi, dan mendelegasikan, baik tugas maupun hubungan sama sama rendah. Ruang
lingkup gaya kepemimpinan terdapat tiga pendekatan utama yaitu : Pendekatan sifat
kepribadian pemimpin, pendekatan perilaku pemimpin, dan pendekatan situasional
atau kontingensi. Senada dengan yang dikemukakan oleh Rahmany sebagai berikut.
a. Teori Sifat Kepribadian
Teori ini mempunyai keyakinan bahwa seseorang akan menjadi pemimpin
karena ia memang dilahirkan untuk menjadi pemimpin atau dengan kata lain ia
mempunyai bakat dan pembawaan untuk menjadi pemimpin. Dalam pandangan ini
tidak setiap orang bias jadi pemimpin hanya orang mempunyai bakat dan
pembawaan saja yang bias jadi pemimpin.
Teori kedua, mengatakan bahwa, mengatakan seseorang akan menjadi
pemimpin kalau lingkungan, waktu dan kebiasaan memungkinkan menjadi
pemimpin. Setiap orang bias menjadi pemimpin asal diberi kesempatan dan diberi
pembinaan untuk menjadi pemimpin, sekalipun dia tidak mempunyai bakat
pembawaan menjadi pemimpin.
Teori ke tiga, adalah gabungan dari teori pertama dengan teori kedua yaitu
untuk menjadi seorang pemimpin perlu bakat dan bakat itu perlu dibina supaya
berkembang. Kemungkinan untuk mengembangkan bakat ini tergantung pada
lingkungan, waktu dan kebiasaan.
Teori keempat disebut teori situasi. Menurut teori ini setiap orang bias menjadi
pemimpin tetapi dalam situasi tertentu. Karena ia memiliki kelebihan yang
diperlukan dalam situasi itu. Dalam waktu lain dimana kelebihan kelebihan itu
tidak diperlukan. Dalam situasi lain ia tidak akan menjadi pemimpin bahkan
mungkin hanya menjadi pengikut saja.
b. Pendekatan Perilaku.
Pendekatan perilaku memandang kepemimpinan dapat dipelajari dari pola
tingkah laku dan bukan sifat sifatnya. Studi ini melihat dan mengidentifikasi
perilaku yang khas dari pemimpin dalam kegiatanya untuk mempengaruhi
anggotanya kelompok atau pengikutnya. Perilaku pemimpin ini dapat berorientasi
pada tugas keorganisasian ataupun pada hubungan anggota kelompoknya.