Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
DAFTAR ISI
i
PEMUTUS TENAGA
ii
PEMUTUS TENAGA
iii
PEMUTUS TENAGA
DAFTAR GAMBAR
iv
PEMUTUS TENAGA
v
PEMUTUS TENAGA
DAFTAR TABEL
vi
PEMUTUS TENAGA
DAFTAR LAMPIRAN
vii
PEMUTUS TENAGA
PRAKATA
PLN sebagai perusahaan yang asset sensitive, dimana pengelolaan aset memberi
kontribusi yang besar dalam keberhasilan usahanya, perlu melaksanakan pengelolaan
aset dengan baik dan sesuai dengan standar pengelolaan aset. Parameter Biaya, Unjuk
kerja, dan Risiko harus dikelola dengan proporsional sehingga aset bisa memberikan
manfaat yang maksimum selama masa manfaatnya.
Dalam pengelolaan aset diperlukan kebijakan, strategi, regulasi, pedoman, aturan, faktor
pendukung serta pelaksana yang kompeten dan berintegritas. PLN telah menetapkan
beberapa ketentuan terkait dengan pengelolaan aset yang salah satunya adalah buku
Pedoman pemeliharaan peralatan penyaluran tenaga listrik.
Pedoman pemeliharaan yang dimuat dalam buku ini merupakan bagian dari kumpulan
Pedoman pemeliharaan peralatan penyaluran yang secara keseluruhan terdiri atas 25
buku. Pedoman ini merupakan penyempurnaan dari pedoman terdahulu yang telah
ditetapkan dengan keputusan direksi nomor 113.K/DIR/2010 dan 114.K/DIR/2010.
Perubahan atau penyempurnaan pedoman senantiasa diperlukan mengingat perubahan
pengetahuan dan teknologi, perubahan lingkungan serta perubahan kebutuhan
perusahaan maupun stakeholder. Di masa yang akan datang, pedoman ini juga harus
disempurnakan kembali sesuai dengan tuntutan pada masanya.
Penerapan pedoman pemeliharaan ini merupakan hal yang wajib bagi seluruh pihak yang
terlibat dalam kegiatan pemeliharaan peralatan penyaluran di PLN, baik perencana,
pelaksana maupun evaluator. Pedoman pemeliharaan ini juga wajib dipatuhi oleh para
pihak diluar PLN yang bekerjasama dengan PLN untuk melaksanakan kegiatan
pemeliharaan di PLN.
Demikian, semoga kehadiran buku ini memberikan manfaat bagi perusahaan dan
stakeholder serta masyarakat Indonesia.
DIREKTUR UTAMA
NUR PAMUDJI
viii
PEMUTUS TENAGA
PEMUTUS TENAGA
1 PENDAHULUAN
1.1 Pengertian
Sedangkan definisi PMT berdasarkan IEEE C37.100:1992 (Standard definitions for power
switchgear) adalah merupakan peralatan saklar/ switching mekanis, yang mampu
menutup, mengalirkan dan memutus arus beban dalam kondisi normal sesuai dengan
ratingnya serta mampu menutup, mengalirkan (dalam periode waktu tertentu) dan
memutus arus beban dalam spesifik kondisi abnormal/gangguan sesuai dengan
ratingnya.
Fungsi utamanya adalah sebagai alat pembuka atau penutup suatu rangkaian listrik
dalam kondisi berbeban, serta mampu membuka atau menutup saat terjadi arus
gangguan (hubung singkat) pada jaringan atau peralatann lain.
Klasifikasi Pemutus Tenaga dapat dibagi atas beberapa jenis, antara lain berdasarkan
tegangan rating/nominal, jumlah mekanik penggerak, media isolasi, dan proses
pemadaman busur api jenis gas SF6.
1
PEMUTUS TENAGA
2
PEMUTUS TENAGA
PMT jenis ini mempunyai satu mekanik penggerak untuk tiga fasa, guna
menghubungkan fasa satu dengan fasa lainnya di lengkapi dengan kopel
mekanik, umumnya PMT jenis ini di pasang pada bay trafo dan bay kopel
serta PMT 20 kV untuk distribusi.
PMT Minyak
PMT terisi gas SF6 dengan tekanan kira-kira 5 Kg/cm2, selama terjadi proses pemisahan
kontak kontak, gas SF6 ditekan (fenomena thermal overpressure) ke dalam suatu
tabung/cylinder yang menempel pada kontak bergerak selanjutnya saat terjadi
3
PEMUTUS TENAGA
pemutusan, gas SF6 ditekan melalui nozzle yang menimbulkan tenaga hembus/tiupan
dan tiupan ini yang memadamkan busur api.
Keterangan Gambar:
3. Nozzle
5. Arcing contact
6. Kontak bergerak
PMT terisi gas SF6 dengan sistem tekanan tinggi kira-kira 12 Kg / cm2 dan sistem
tekanan rendah kira-kira 2 Kg / cm2, pada waktu pemutusan busur api gas SF6 dari
sistem tekanan tinggi dialirkan melalui nozzle ke sistem tekanan rendah. Gas pada sistem
tekanan rendah kemudian dipompakan kembali ke sistem tekanan tinggi, saat ini PMT
SF6 tipe ini sudah tidak diproduksi lagi.
Sistem Pemutus (PMT) terdiri dari beberapa sub-sistem yang memiliki beberapa
komponen. Pembagian komponen dan fungsi dilakukan berdasarkan Failure Modes
Effects Analysis (FMEA), sebagai berikut:
4
PEMUTUS TENAGA
1. Primary
2. Dielectric
3. Driving Mechanism
4. Secondary
1.3.1 Primary
Merupakan bagian PMT yang bersifat konduktif dan berfungsi untuk menyalurkan energi
listrik dengan nilai losses yang rendah dan Mampu menghubungkan / memutuskan arus
beban saat kondisi normal/tidak normal.
1.3.1.1 Interrupter
Merupakan bagian terjadinya proses membuka atau menutup kontak PMT. Didalamnya
terdapat beberapa jenis kontak yang berkenaan langsung dalam proses penutupan atau
pemutusan arus, yaitu:
5
PEMUTUS TENAGA
Terdiri dari:
- Resistor
- Kapasitor
Kapasitor terpasang paralel dengan tahanan, unit pemutus utama dan unit
pemutus pembantu yang berfungsi untuk:
Bagian dari PMT yang merupakan titik sambungan/koneksi antara PMT dengan
konduktor luar dan berfungsi untuk mengalirkan arus dari atau ke konduktor luar.
1.3.2 Dielectric
Berfungsi sebagai Isolasi peralatan dan memadamkan busur api dengan sempurna pada
saat moving contact bekerja.
6
PEMUTUS TENAGA
Pada Pemutus (PMT) terdiri dari 2 (dua) bagian isolasi yang berupa isolator, yaitu:
Berfungsi sebagai media pemadam busur api yang timbul pada saat PMT bekerja
membuka atau menutup. Berdasarkan media pemadam busur api, PMT dapat dibedakan
menjadi beberapa macam, antara lain:
1.3.2.2.1 Pemadam busur api dengan gas Sulfur Hexa Fluorida (SF6)
Menggunakan gas SF6 sebagai media pemadam busur api yang timbul pada waktu
memutus arus listrik.
Sebagai isolasi, gas SF6 mempunyai kekuatan dielektrik yang lebih tinggi dibandingkan
dengan udara dan kekuatan dielektrik ini bertambah seiring dengan pertambahan
tekanan.
Umumnya PMT jenis ini merupakan tipe tekanan tunggal (single pressure type), dimana
selama operasi membuka atau menutup PMT, gas SF6 ditekan kedalam suatu
tabung/silinder yang menempel pada kontak bergerak. Pada waktu
pemutusan, gas SF6 ditekan melalui nozzle dan tiupan ini yang mematikan busur api.
7
PEMUTUS TENAGA
Menggunakan minyak isolasi sebagai media pemadam busur api yang timbul pada saat
PMT bekerja membuka atau menutup.
PMT jenis ini digunakan mulai dari tegangan menengah 6 kV sampai tegangan ekstra
tinggi 425 kV dengan arus nominal 400 A sampai 1250 A dengan arus pemutusan
simetris 12 kA sampai 50 kA.
8
PEMUTUS TENAGA
PMT ini menggunakan udara sebagai media pemadam busur api dengan
menghembuskan udara ke ruang pemutus. PMT ini disebut juga sebagai PMT Udara
Hembus (Air Blast).
Ruang hampa udara mempunyai kekuatan dielektrik (dielektrik strength) yang tinggi dan
sebagai media pemadam busur api yang baik. Saat ini, PMT jenis vacuum umumnya
digunakan untuk tegangan menengah (24kV).
Jarak (gap) antara kedua katoda adalah 1 cm untuk 15 kV dan bertambah 0,2 cm setiap
kenaikan tegangan 3 kV. Untuk pemutus vacuum tegangan tinggi, digunakan PMT jenis
ini dengan dihubungkan secara seri.
Ruang kontak utama (breaking chambers) dibuat dari bahan antara lain porcelain, kaca
atau plat baja yang kedap udara. Ruang kontak utamanya tidak dapat dipelihara dan
umur kontak utama sekitar 20 tahun. Karena kemampuan tegangan dielektrik yang tinggi
maka bentuk fisik PMT jenis ini relatif kecil.
Gambar 1-11 Ruang kontak utama (breaking chamber) pada PMT vacuum
9
PEMUTUS TENAGA
Berfungsi menyimpan energi untuk dapat menggerakkan kontak gerak (moving contact)
PMTdalam waktu tertentu sesuai dengan spesifikasinya.
Mekanis penggerak PMT dengan menggunakan pegas (spring) terdiri dari 2 macam,
yaitu:
Pegas pilin (helical spring)
PMT jenis ini menggunakan pegas pilin sebagai sumber tenaga penggerak
yang di tarik atau di regangkan oleh motor melalui rantai.
Pegas gulung (scroll spring)
PMT ini menggunakan pegas gulung untuk sumber tenaga penggerak yang
di putar oleh motor melalui roda gigi.
10
PEMUTUS TENAGA
Penggerak mekanik PMT hidrolik adalah rangkaian gabungan dari beberapa komponen
mekanik, elektrik dan hidrolik oil yang dirangkai sedemikian rupa sehingga dapat
berfungsi sebagai penggerak untuk membuka dan menutup PMT.
Pada kondisi PMT membuka/keluar, sistem hidrolik tekanan tinggi tetap pada posisi
seperti pada piping diagram, di mana minyak hidrolik tekanan rendah warna biru)
bertekanan sama dengan tekanan Atmosfir dan (warna merah) bertekanan tinggi hingga
360 bar.
11
PEMUTUS TENAGA
PMT jenis ini media memanfaatkan tekanan gas SF6 yang berfungsi ganda selain
sebagai pemadam tekanan gas juga dimanfaatkan sebagai media penggerak.
Setiap PMT terdiri dari 3 identik pole, dimana masing masing merupakan unit yang
terdiri dari Interrupter, isolator tumpu, dan power aktuator yang digerakkan oleh gas SF6
masing masing pole dalam cycle tertutup.
Energi untuk menggerakkan kontak utama terjadi karena adanya perbedaan tekanan gas
SF6 antara:
12
PEMUTUS TENAGA
1. HV terminal
3. Nozzle
6. Insulating rod
9. Auxiliary contacts
10. Compressor
1.3.4 Secondary
Berfungsi untuk melindungi peralatan tegangan rendah dan sebagai tempat secondary
equipment.
Sebagai terminal wiring kontrol PMT serta memberikan trigger pada mekanik penggerak
untuk operasi PMT.
13
PEMUTUS TENAGA
Failure Modes and Effects Analysis (FMEA) adalah prosedur analisa dari model
kegagalan (failure modes) yang dapat terjadi dalam sebuah sistem untuk diklasifikasikan
berdasarkan hubungan sebab-akibat dan penentuan efek dari kegagalan tersebut
terhadap sistem. Tabel FMEA untuk Sistem PMT Terlampir
Sistem Fungsi
Circuit Breaker (CB) atau merupakan peralatan saklar / switching
Pemutus Tenaga (PMT) mekanis, yang mampu menutup, mengalirkan
dan memutus arus beban dalam kondisi
normal serta mampu menutup, mengalirkan
(dalam periode waktu tertentu) dan memutus
arus beban dalam kondisi abnormal /
gangguan seperti kondisi hubung singkat (short
circuit).
14
PEMUTUS TENAGA
2 PEDOMAN PEMELIHARAAN
Berdasarkan fungsinya dan kondisi peralatan bertegangan atau tidak, jenis pemeliharaan
pada Pemutus dapat dikelompokkan sebagai berikut:
5. Overhaul
15
PEMUTUS TENAGA
Misalnya meliputi:
3. Pemeriksaan tekanan SF6 pada PMT dengan media pemadam busur api
gas SF 6
Misalnya meliputi:
16
PEMUTUS TENAGA
Misalnya meliputi:
Misalnya meliputi:
1. Pemeriksaan Warna minyak pada PMT dengan media pemadam busur api
minyak
Meliputi:
2. Pemeriksaan Kondisi pelumas roda gigi pada PMT sistem penggerak pegas
17
PEMUTUS TENAGA
Merupakan pengukuran yang dilakukan pada periode tertentu dalam keadaan peralatan
bertegangan (On Line).
Meliputi:
Meliputi:
Merupakan pengukuran yang dilakukan pada periode 2 tahunan dalam keadaan peralatan
tidak bertegangan (Off Line) .
18
PEMUTUS TENAGA
Meliputi:
Pengukuran tahanan isolasi pemutus tenaga (PMT) ialah proses pengukuran dengan
suatu alat ukur untuk memperoleh nilai tahanan isolasi pemutus tenaga antara bagian
yang diberi tegangan (fasa) terhadap badan (case) yang ditanahkan maupun antara
terminal atas dengan terminal bawah pada fasa yang sama.
Hal yang bisa mengakibatkan kerusakan alat ukur adalah bilamana alat ukur tersebut
dipakai untuk mengukur obyek pada lokasi yang tegangan induksi listrik di sekitarnya
19
PEMUTUS TENAGA
sangat tinggi atau masih adanya muatan residual pada belitan atau kabel. Langkah untuk
menetralkan tegangan induksi maupun muatan residual adalah dengan menghubungkan
bagian tersebut ke tanah beberapa saat sehingga induksinya hilang.
Untuk mengamankan alat ukur terhadap pengaruh tegangan induksi maka peralatan
tersebut perlu dilindungi dengan Sangkar Faraday (lihat gambar 2.1) dan kabel-kabel
penghubung rangkaian pengujian sebaiknya menggunakan kabel yang dilengkapi
pelindung (Shield Wire).
Jadi untuk memperoleh hasil yang valid maka obyek yang diukur harus betul - betul bebas
dari pengaruh induksi.
Pada dasarnya pengukuran tahanan isolasi PMT adalah untuk mengetahui besar (nilai)
kebocoran arus ( leakage current ) yang terjadi antara bagian yang bertegangan terminal
atas dan terminal bawah terhadap tanah.
Kebocoran arus yang menembus isolasi peralatan listrik memang tidak dapat dihindari.
Oleh karena itu, salah satu cara meyakinkan bahwa PMT cukup aman untuk diberi
tegangan adalah dengan mengukur tahanan isolasinya. Kebocoran arus yang memenuhi
ketentuan yang ditetapkan akan memberikan jaminan bagi PMT itu sendiri sehingga
terhindar dari kegagalan isolasi.
Alat uji tahanan isolasi dengan berbagai merek dan tipe memiliki spesifikasi yang
berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Mulai dari tipe sederhana, menengah
sampai dengan yang canggih. Display (tampilannya) juga banyak ragamnya; mulai dari
tampilan analog, semi digital dan digital murni.
Pada panel kendali (Front Panel) ada yang sangat sederhana, namun ada pula yang
super canggih. Tapi seluruhnya memiliki prinsip kerja yang sama.
20
PEMUTUS TENAGA
Proses pengukuran meliputi kesiapan alat ukur dan kesiapan obyek yang diukur.
Kesiapan alat ukur dapat mengacu pada instruksi kerja masing masing peralatan uji.
Sedangkan kesiapan obyek yang diukur adalah merupakan kegiatan yang tujuannya
membebaskan obyek ( misal = PMT ) dari tegangan sesuai Prosedur Pelaksanaan
Pekerjaan Pada Insatalasi Listrik Tegangan Tinggi/Ekstra Tinggi (Dokumen K3/Buku Biru)
dan dilanjutkan dengan pelepasan klem-klem terminal atas dan terminal bawah.
Kesiapan obyek yang akan diukur dilakukan dengan urutan sebagai berikut:
Gambar 2-2 Pemasangan pentanahan lokal dan pelepasan terminal atas dan terminal
bawah
21
PEMUTUS TENAGA
Keterangan:
22
PEMUTUS TENAGA
6) Hasil pengukuran ini merupakan data terbaru hasil pengukuran dan sebagai
bahan evaluasi pembanding dengan hasil pengukuran sebelumnya. Contoh
blangko adalah terlampir ( lembar hasil pengukuran tanahan isolasi
pemutus tenaga ).
Rangkaian tenaga listrik sebagian besar terdiri dari banyak titik sambungan. Sambungan
adalah dua atau lebih permukaan dari beberapa jenis konduktor bertemu secara fisik
sehingga arus/energi listrik dapat disalurkan tanpa hambatan yang berarti. Pertemuan
dari beberapa konduktor menyebabkan suatu hambatan/resistan terhadap arus yang
melaluinya sehingga akan terjadi panas dan menjadikan kerugian teknis. Rugi ini sangat
signifikan jika nilai tahanan kontaknya tinggi.
Sambungan antara konduktor dengan PMT atau peralatan lain merupakan tahanan
kontak yang syarat tahanannya memenuhi kaidah Hukum Ohm sebagai berikut:
E=I.R
Jika didapat kondisi tahanan kontak sebesar 1 Ohm dan arus yang mengalir adalah 100
Amp maka ruginya adalah:
W = I2 . R
W = 10.000 watts
Prinsip dasarnya adalah sama dengan alat ukur tahanan murni (Rdc), tetapi pada
tahanan kontak arus yang dialirkan lebih besar I=100 Amperemeter.
Kondisi ini sangat signifikan jika jumlah sambungan konduktor pada salah satu jalur
terdapat banyak sambungan sehingga kerugian teknis juga menjadi besar, tetapi masalah
ini dapat dikendalikan dengan cara menurunkan tahanan kontak dengan membuat dan
memelihara nilai tahanan kontak sekecil mungkin. Jadi pemeliharaan tahanan kontak
sangat diperlukan sehingga nilainya memenuhi syarat nilai tahanan kontak.
Alat ukur tahanan kontak terdiri dari sumber arus dan alat ukur tegangan (drop Tegangan
pada obyek yang diukur). Dengan sistem elektronik maka pembacaan dapat diketahui
dengan baik dan ketelitian yang cukup baik pula (digital).
Digunakannya arus sebesar 100 amp karena pembagi dengan angka 100 akan
memudahkan dalan menentukan nilai tahanan kontak dan lebih cepat.
Dalam melakukan pengukuran skala yang digunakan harus diperhatikan jangan sampai
arus yang dibangkitkan sama dengan batasan skala sehingga kemungkinan akan terjadi
overload dan hasil penunjukan tidak sesuai dengan kenyataannya.
23
PEMUTUS TENAGA
Terminal PMT
Terminal PMT
Grounding
lokal
PMT
Micro ohm
Gambar 2-5 Cara Pengamanan pada saat Pengukuran Tahanan Kontak di Switchyard
Tujuan dari pengujian keserempakan PMT adalah untuk mengetahui waktu kerja PMT
secara individu serta untuk mengetahui keserempakan PMT pada saat menutup ataupun
membuka .
Berdasarkan cara kerja penggerak, maka PMT dapat dibedakan atas jenis three pole
(penggerak PMT tiga fasa) dan single pole (penggerak PMT satu fasa). Untuk T/L Bay
biasanya PMT menggunakan jenis single pole dengan maksud PMT tersebut dapat trip
satu fasa apabila terjadi gangguan satu fasa ke tanah dan dapat reclose satu fasa yang
biasa disebut SPAR (Single Pole Auto Reclose). Namun apabila gangguan pada
penghantar fasa fasa maupun tiga fasa maka PMT tersebut harus trip 3 fasa secara
serempak. Apabila PMT tidak trip secara serempak akan menyebabkan gangguan, untuk
24
PEMUTUS TENAGA
itu biasanya terakhir ada sistem proteksi namanya pole discrepancy relay yang
memberikan order trip kepada ketiga PMT pahasa R,S,T.
Hal yang sama juga untuk proses menutup PMT maka yang tipe single pole ataupun
three pole harus menutup secara serentak pada fasa R,S,T, kalau tidak maka dapat
menjadi suatu gangguan didalam sistem tenaga listrik dan menyebabkan sistem proteksi
bekerja.
Pada waktu PMT trip akibat terjadi suatu gangguan pada sistem tenaga listrik
diharapkan PMT bekerja dengan cepat sehingga clearing time yang diharapkan sesuai
standard SPLN No 52-1 1983 untuk system 70 KV = 150 milli detik dan SPLN No 52-1
1984 untuk system 150 kV = 120 milli detik, dan Grid Code Jawa Bali untuk sistem 500
kV = 90 milli detik dapat terpenuhi.
Langkah pengukuran keserempakan beserta konfigurasi alat uji dengan PMT dapat
mengacu pada instruksi kerja alat uji keserempakan PMT. Perbedaan waktu yang terjadi
antar phasa R , S , T pada waktu PMT membuka dan menutup kontak dapat diketahui
dari hasil pengukuran. Sehingga pengukuran keserempakan pada umumnya sekaligus
meliputi pengukuran waktu buka tutup PMT. Nilai yang dapat diketahui dalam pengukuran
keserempakan adalah t yang merupakan selisih waktu tertinggi dan terendah antar
phasa R, S, T sewaktu membuka atau menutup kontak.
Berikut terlampir contoh hasil pengujian O-C-O PMT Single Pole Merk NISSIN tipe SO 11:
Contoh Pengujian O-C-O PMT Single Pole Merk NISSIN tipe SO 11:
25
PEMUTUS TENAGA
t (maks -
NO FASA R FASA S FASA T KETERANGAN
min)
A. 47,5 ms OPEN 43,3 ms OPEN 42,7 ms OPEN
4,8 ms
B. 383,8 ms CLOSE 381,5 ms CLOSE 383,6 ms CLOSE
2,3 ms Standar Nilai
t (maks - min)< 10 ms
C. 446,1 ms OPEN 443,5 ms OPEN 447,8 ms OPEN
4,3 ms
PMT jenis vacuum kebanyakan digunakan untuk tegangan menengah dan hingga saat ini
masih dalam pengembangan sampai tegangan 36 kV.
Jarak (gap) antara kedua katoda adalah 1 cm untuk 15 kV dan bertambah 0,2 cm setiap
kenaikan tegangan 3 kV. Untuk pemutus vacuum tegangan tinggi, digunakan PMT jenis
ini dengan dihubungkan secara serie.
Ruang kontak utama (breaking chambers) dibuat dari bahan antara lain porcelain, kaca
atau plat baja yang kedap udara. Ruang kontak utamanya tidak dapat dipelihara dan
umur kontak utama sekitar 20 tahun. Karena kemampuan ketegangan dielektrikum yang
tinggi maka bentuk pisik PMT jenis ini relatip kecil.
Gambar 2-6 Beberapa Jenis Ruang Kontak Utama PMT Jenis Vacuum
26
PEMUTUS TENAGA
Gambar 2-7 Sketsa Ruang Kontak Utama (breaking chambers) PMT Jenis Vacuum
Nilai tahanan isolasi dengan media vakum udara lebih tinggi dari media udara bebas.
PMT vakum dapat terkontaminasi dengan udara bebas yang dapat disebabkan oleh
kebocoran PMT (dari sisi seal PMT atau ada retakan pada isolasi interuppter housing).
Kebocoran tingkat ke-vakumam PMT dapat diketahui dengan adanya kenaikan arus
bocor pada PMT vakum yang diuji. Ketika nilai tahanan isolasi ke-vakuman PMT turun
maka arus bocor saat pengujian akan naik. Prinsip kerja alat uji PMT Vakum ini adalah
mendeteksi arus bocor antara kontak diam (fixed contact) dan kontak gerak (moving
contact) dengan kondisi PMT Open.
Alat uji ke-vakuman PMT merupakan alat uji injeksi tegangan tinggi. Alat uji akan
membangkitkan tegangan tinggi 0-24 kV DC dengan laju kenaikan tegangan uji 2kV /
detik. Tegangan uji 24 kV ditahan selama 1 menit. Selama proses injeksi tegangan
berlangsung, alat uji akan mengukur besaran arus bocor yang melalui rangkaian
pengujian, arus bocor dalam satuan miili Ampere (mA). PMT vakum dinyatakan masih
baik apabila dalam proses pengujian selama 1 menit dapat selesai dilalui tanpa
menyebabkan munculnya indikasi Fail pada alat uji. Indikasi Fail menunjukkan bahwa
arus bocor yang terukur selama proses pengujian melampaui ambang batas yang
diizinkan dan telah diset dalam alat uji, dan mengindikasikan tingkat ke-vakuman PMT
yang diuji sudah bermasalah. Pada alat uji yang modern, alat uji akan berhenti
menginjeksi tegangan ke PMT Vakum yang diuji (shut down) ketika arus bocor yang
27
PEMUTUS TENAGA
terukur melebihi ambang batas. Hal ini dilakukan untuk mengamankan alat uji dan
peralatan yang diuji.
Pemeriksaan dan pengukuran grading capacitor dan tempatnya pada unit pemutus dapat
dilakukan sebelum pemutus dioperasikan. Kapasitor pada masing-masing pole untuk tipe
pemutus tenaga dapat dipasang sesuai pada tabel berikut. Pengukuran ini dilakukan
dengan periode 2 tahun untuk mendapatkan data awal, kemudian periode selanjutnya
berdasarkan rekomendasi pabrikan, misalnya Alsthom (12 tahun).
145
.2 1250 1250
170
145
245
28
PEMUTUS TENAGA
245
362
362
420
*) Pada waktu mengirim pemutus tenaga tipe HLR 145/2003 juga kapasitor dengan nilai berikut
dapat digunakan: 1000,1300,1400,1600 dan 2000 pF.
Fungsi Kapasitor
Pemutus merk ASEA, type HLR dapat dirangkai beberapa unit pemutus. Untuk tegangan
< 84 kV digunakan 1 (satu) unit pemutus, dan pada tegangan 150 kV 2 (dua) unit
pemutus yang dipasang secara seri. Sampai pada penggunaan tegangan 420 kV dapat
digunakan 6 (enam) buah pemutus. Untuk penggunaan lebih dari 1 (satu) unit pemutus
dipasang paralel kapasitor. Peralatan tersebut berfungsi sebagai kontrol tegangan.
Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui kondisi kapasitor paralel, apakah nilai
kapasitor masih memenuhi standar. Untuk mengetahui apakah kapasitor tersebut dalam
kondisi baik atau sudah rusak dapat dibandingkan dengan spesifikasi pada name plate.
Pengukuran dilakukan mengggunakan metode volt dan amper meter atau jembatan
Thomson. Arus yang digunakan untuk pengukuran tidak boleh kurang dari 100 A.
Pengukuran ini dilakukan dengan periode 2 tahun untuk mendapatkan data awal,
kemudian periode selanjutnya berdasarkan rekomendasi pabrikan, misalnya Alsthom ( 10
- 12 tahun).
29
PEMUTUS TENAGA
Keterangan:
2 Terminal flans
11 Rumah mekanik
Coil mempunyai prinsip kerja medan magnit. Tegangan yang diberikan pada kedua ujung
terminal coil akan menimbulkan arus yang besarnya sesuai dengan rumus tegangan
dibagi nilai resitansi coil (I = V / R). Arus pada coil akan membangkitkan magnet. Magnet
pada coil akan menggerakkan rod. Koil memiliki batasan tegangan minimum untuk dapat
menggerakkan rod. Ketika tegangan yang diberikan ke koil dibawah tegangan minimum
kerja koil menyebabkan rod bergerak lambat atau tidak bergerak sempurna. Rod koil
yang bekerja ini selanjutnya pada PMT akan menunjok pin spring yang selanjutnya
mengerjakan PMT close atau open.
Pengukuran tegangan minimum coil dari PMT adalah untuk mengetahui apakah coil
masih berfungsi dengan baik dan mengukur nilai resistansi coil tersebut masih sesuai
standar.
30
PEMUTUS TENAGA
Dalam setiap PMT baik yang single pole maupun yang three pole, jumlah tripping
(opening) coil biasanya lebih banyak dari pada jumlah closing coil, hal ini dimaksud
adalah sebagai faktor keamanan pola operasi sistem dan PMT tersebut.
Tujuan pengukuran ini agar kita dapat mengetahui berapa besarnya tegangan minimal
sumber DC yang dapat mengerjakan coil tersebut bekerja, sehingga kita dapat
mengetahui fungsi dari coil tersebut apakah masih baik atau tidak.
31
PEMUTUS TENAGA
32
PEMUTUS TENAGA
Prinsip kerja coil adalah berdasarkan induksi medan magnet seperti yang terlihat pada
gambar-berikut
Bila coil tidak diberi sumber tegangan DC, maka posisi rod seperti pada gambar, hal ini
terjadi karena adanya momen dari spring. Akan tetapi posisi rod akan tertarik kedalam,
bila belitan diberi sumber tegangan, hal ini terjadi karena nilai konstanta dari spring lebih
kecil dari moment inertia yang dihasilkan oleh medan magnet dari kumparan.
Bila rod tersebut dihubungkan ke batang dari mekanik penggerak (actuator, spring,
pnuematic) PMT maka hal ini akan merubah posisi PMT dari keadaan awalnya.
Pada beberapa PMT (misal merk Alsthom) tidak menggunakan per (spring) untuk posisi
awalnya akan tetapi menggunakan besarnya momen lawan dari system penggerak PMT
tersebut (hydrolic).
Mengingat begitu pentingnya fungsi dari coil terhadap kerja PMT, maka ada bebarapa hal
yang harus diperhatikan dalam melakukan pemeliharaan sebagai berikut:
b. Periksa fungsi kerja rod dari coil dari kemungkinan adanya karat pada
rumah atau batang coil.
c. Ukur nilai resistansi coil dengan menggunakan mikro ohm meter dan
bandingkan dengan nilai yang tertera pada rumah coil.
33
PEMUTUS TENAGA
Gambar 2-14 Pengukuran nilai tahanan (resistansi) coil dan pengujian tegangan minimal
coil pada PMT ABB tipe AHMA-4
d. Catat hasilnya dan bandingkan dengan nilai yang tertera pada papan nama
(name plate) coil tersebut.
Catatan:
Coil Saklar
PMT
44.50 V
Sumber teg DC
34
PEMUTUS TENAGA
Setelah memperhatikan hal-hal diatas, maka atur tegangan dari pengatur tegangan
(dapat menggunakan KDK, Sverker dsb) dari tegangan yang paling minimum yaitu kira 40
% dari tegangan nominalnya, sebelum dihubungkan ke coil.
Catatan:
Posisi PMT akan membuka atau menutup setiap dilaksanakan pengujian tegangan
minimum, sehingga agar diperhatikan kemampuan suply tenaga mekanik penggeraknya
(pneumatic, hidrolic dan spring) setiap kali melakukan perubahan posisi PMT.
Alat dan Material yang dibutuhkan Dalam melakukan pengukuran tegangan minimum
Coil, dibutuhkan antara lain:
b. Kabe
d. Sumber tegangan AC
35
PEMUTUS TENAGA
Peralatan ataupun titik netral sistem tenaga listrik yang dihubungkan ke tanah dengan
suatu pentanahan yang ada di Gardu Induk dimana sistem penatanahan tersebut dibuat
didalam tanah dengan struktur bentuk mesh. Nilai tahanan Pentanahan di Gardu Induk
bervariasi besarnya nilai tahanan tanah dapat ditentukan oleh kondisi tanah itu sendiri,
misalnya tanah kering tanah cadas, kapur, dsb tahananan tanahnya cukup tinggi nilainya
jika dibanding dengan kondisi tanah yang basah. Semakin kecil nilai pentanahannya
maka akan semakin baik.
Ada beberapa macam merk alat ukur tahanan tanah yang dipergunakan, antara lain:
Cara kerja alat ukur tersebut menggunakan prinsip alat ukur Galvanometer (Prinsip
Kesetimbangan), sebagai contoh sederhana:
Keterangan:
Formula : R1 . Rvar = R2 . Rx
Atur atau tentukan nilai tahanan R variabel (Rvar) sedemikian rupa sehingga jarum
galvanometer menunjuk angka Nol (kondisi setimbang). Dan setelah kondisi setimbang
maka nilai Rx bisa dicari dengan menggunakan Formula di atas.
36
PEMUTUS TENAGA
Sebagaimana diketahui Gas SF6 pada Pemutus Tenaga (PMT) berfungsi sebagai media
pemadam busur api listrik saat terjadi pemutusan arus listrik (arus beban atau arus
gangguan) dan sebagai isolasi antara bagian bagian yang bertegangan (kontak tetap
dengan kontak bergerak pada ruang pemutus) dalam PMT, juga sebagai isolasi antara
bagian yang bertegangan dengan bagian yang tidak bertegangan pada PMT. Saat ini gas
SF6 banyak digunakan pada PMT atau GIS (Gas Insulating Switchyard) mulai dari
tegangan 20 kV sampai dengan 500 kV karena gas SF6 mempunyai sifat / karakteristik
yang lebih baik dari jenis media pemutus lainnya.
A. Sifat fisik
Gas SF6 murni (pada tekanan absolut = 1 Atm dan temperatur = 200 C) tidak berwarna,
3
tidak berbau dan tidak beracun dengan berat isi 6,139 kg /m dan sifat lainnya adalah
0
mempunyai berat molekul 146,7g, temperatur kritis 45,55 C dan tekanan absolut kritis
3,78 MPa seperti terlihat pada gambar grafik 2-19.
B. Sifat Kimia
Sifat kimiawi gas SF6 sangat stabil, pada ambient temperatur dapat berupa gas netral
dan juga sifat pemanasannya sangat stabil. Pada temperatur diatas 150 o C mempunyai
sifat tidak merusak metal, plastik dan bermacam-macam bahan yang umumnya
digunakan dalam pemutus tenaga tegangan tinggi
37
PEMUTUS TENAGA
Gambar 2-19 vapour pressure curve and lines of equivalent gas density of SF6
C. Sifat Listrik
Sebagai isolasi listrik, gas SF6 mempunyai kekuatan dielektrik yang tinggi, 2,35 kali
kekuatan dielektrik udara dan kekuatan dielektrik ini bertambah dengan pertambahan
tekanan dan mampu mengembalikan kekuatan dielektrik dengan cepat setelah arus
bunga api listrik melalui titik nol, seperti terlihat pada grafik dibawah ini
Gambar 2-20 Perbandingan Tegangan Tembus SF6, Udara pada tekanan 1 Atm (air) dan
Minyak Isolasi (oil)
Periode dan kegiatan pemeliharaan gas SF6 dilaksanakan mengikuti jadwal berikut:
38
PEMUTUS TENAGA
01 Pemeriksaan Tekanan Gas A. Bulanan Untuk Alat ukur tek. gas yang
(Pressure Gas ) terpasang permanen pada
(Visual /pembacaan) PMT / GIS
( Gas Density )
Untuk PMT yang tidak
B. 2 Tahunan terpasang Density monitor.
(pengukuran)
03 Pengukuran Kelembaban 2 Tahunan dan jika Dengan alat Dew Point meter
diperlukan
( Gas Moisture )
Uji Fungsi:
2 Tahunan dan jika
04 Pengujian Pressure Switch diperlukan Alarm
Block / trip
05 Pengukuran Kemurnian Gas 12 Tahun dan jika Dengan alat Purity Test Meter
diperlukan
( Gas Impurity )
Jika diperlukan
06 Dekomposisi produk Decoposition products test
39
PEMUTUS TENAGA
Lbf / in2 =
Item Pa Bar kg / cm2 at Atm
Psi
1 kg/cm2 = 1at
(atmosfir 9,81 x 105 0,981 1 0,968 14,224
teknik)
1 atm =
atmosfir 1,01 x 106 1,013 1,033 1 14,7
fisika
2
1 lbf / in 6,89 x
6,89 x 103 0,0703 6,8 x 10-2 1
= 1 Psi 10-2
40
PEMUTUS TENAGA
Gambar 2-21 Alat Ukur yang digunakan untuk Pemeriksaan Tekanan Gas
Alat ukur yang digunakan untuk pemeriksaan tekanan gas tersebut baik yang terpasang
permanen maupun yang tidak, ada dua macam yaitu yang pertama adalah alat ukur yang
hanya dapat mengukur tekanan gas saja (standard pressure) dan alat ini digunakan
pada PMT dan GIS < 150 kV, sedangkan yang kedua adalah alat yang dapat mengukur
tekanan dan kerapatan gas (density meter) alat ini terpasang pada PMT/GIS 500 kV.
Hasil pembacaan kedua alat ini juga berbeda, yang pertama berupa angka dan yang
kedua berupa indikasi warna dan yang kedua berupa indikasi warna.
41
PEMUTUS TENAGA
Keterangan:
Kebocoran dapat terjadi pada sambungan pipa kontrol, valve refilling/ drain dan bagian
lain yang terisi gas SF6 pada PMT.
Adanya kebocoran gas SF6 tersebut (biasanya kecil dan dalam waktu lama) dapat
mengakibatkan menurunnya tekanan dan selanjutnya mempengaruhi unjuk kerja PMT.
Untuk mengetahui lokasi terjadinya kebocoran gas SF6 pada PMT dilakukan dengan cara
tradisional (melalui pendengaran, busa sabun ) dan dengan alat deteksi kebocoran /
leakage detector.
Pada setiap PMT dilengkapi dengan alat pengaman tekanan gas yaitu pressure switch
yang berfungsi untuk memberikan imformasi tekanan alarm dan tekanan minimal gas
SF6.
Ada 3 (tiga) tahapan tingkat tekanan gas SF6 yang harus diketahui yaitu:
Jika diketahui terjadi kebocoran (biasanya kebocoran sangat kecil yang susah ditemukan
lokasinya) langkah penanggulangannya adalah dengan menambah tekanan gas SF6.
Seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa gas SF6 selain berfungsi sebagai isolasi
juga berfungsi sebagai pemadam busur api listrik saat terjadi pemutusan arus.
42
PEMUTUS TENAGA
Pada setiap pemadaman busur api listrik gas SF6 akan mengalami proses kimia/ listrik
dan dapat mengakibatkan perubahan sifat gas SF6 tersebut, maka untuk mengetahui
perubahan sifat gas (terutama pada GIS karena banyak menggunakannya) perlu
dilakukan pengukuran/ pengujian karakteristiknya.
Ada beberapa macam pengukuran karakteristik gas SF6 yang biasa dilakukan adalah
sebagai berikut:
Pengujian kemurnian gas SF6 dilaksanakan untuk mengetahui perubahan kandungan gas
SF6 setelah mengalami penguraian setelah sekian kali/lama berfungsi memadamkan
busur api listrik.
Jadwal pelaksanaan pengujian ini secara perodik adalah 12 tahunan (ABB) atau jika
diperlukan (setelah melihat jumlah dan besar arus gangguan yang terjadi)
Alat yang digunakan untuk menguji kemurnian gas SF6 tersebut adalah Impurity test.
43
PEMUTUS TENAGA
- 40.5
0
C DEW POINT
MAINS MODE INDIKATOR
MIRROR CHECK
CONTAMINATED CLEAN
CORRECT NO DEW
MEASUREMENT
LIGHT INTEN
3. Buka valve kontrol perlahan sampai meter aliran (8) menunjukan aliran gas
yang dikehendaki kira-kira 30 40 l/h.
44
PEMUTUS TENAGA
A. Fungsi peralatan
Alat ukur ini adalah untuk menentukan konsentrasi kandungan decomposition product
yaitu SO2 (sulfur dioksida) dan HF (Hidrogen Flurida) dalam ppm yang disebabkan oleh
adanya bunga api listrik (electric arcs) dalam gas SF6. Kandungan oil mist dapat juga
diukur dengan alat ini.
Konsentrasi yang dapat diukur dengan alat ini adalah sebagai berikut:
Prinsip dari pengukuran ini adalah mengalirkan gas SF6 dengan flow rate tertentu
kedalam tabung Test Tube yang sesuai dengan jenis decomposition product yang akan
diukur. Dengan memperhatikan perubahan warna pada skala Test Tube, maka
konsentrasi kandungan decomposition product dapat diketahui.
Untuk menghindari pencemaran lingkungan, gas SF6 setelah dialirkan melalui Test Tube
harus ditampung dalam kantung plastik. Setelah kantungnya penuh maka needle valve
pada flowmeter harus ditutup kembali.
B. Pesiapan Pengukuran
Sebelum mulai pengukuran, sebaiknya pipa dari peralatan dicuci dengan gas N2
(Nitrogen). Jika gas N2 tidak tersedia, gas SF6 yang akan ditest dapat juga digunakan
untuk mencuci. Caranya hubungkan pipa inlet dari peralatan dengan tabung gas, lalu
buka sumbat penutup (5) dan buka needle valve pada flowmeter sebesar-besarnya untuk
mengalirkan gas selama 5 detik. Pada waktu mencuci Test Tubes tidak boleh dipasang.
Safety valve (8) juga harus dibersihkan pada saat mencuci, yaitu dengan membuka tutup
45
PEMUTUS TENAGA
safety valve (8), pasang sumbat (5) dan bocorkan gas melalui safety valve dengan
menarik penutupnya keatas. Setelah selesai, tutup needle valve pada flowmeter, buka
sumbat (5) lalu pasang kembali tutup safety valve.
C. Cara Pengukuran
Setelah peralatan selesai dicuci lalu hubungkan bagian inlet dan alat ukur dengan
kompartemen GIS dengan pipa flexible dan kopling adapter (6) atau (7). Pastikan needle
valve pada flowmeter dalam keadaan tertutup rapat. Ambil Test Tube yang sesuai
dengan jenis decomposition product dan range pengukuran yang akan diukur sesuai
dengan Tabel1, lalu patahkan kedua ujung Test Tube dengan alat pemotong (9). Cara
penggunaanya, masukan Test Tube kedalam lubang tengan alat pemotong. Lalu putar
satu, dua kali supaya tabung kacanya tergores, kemudian masukkan Test Tube kedalam
lubang sebelah luar sambil ditekan supaya ujung tabung patah dan masuk kedalam kotak
kecil dibawahnya. Setelah alat pemotong selesai dipakai kotak kecil berisi potongan
ujung Test Tubes harus dibersihkan dan dicuci dengan air, karena potongan Test Tubes
mengandung bahan kimia yang merusak bahan plastik.
Ambil kantung plastik yang sesuai dengan Tabel1, lalu hubungkan ujung outlet Test Tube
melalui pipa plastik yang tersedia dalam kantung plastik dan buka katupnya dengan
menekan (pada kantung dengan isi 1 atau 2 liter) atau memutar kekiri (pada kantung
dengan isi 10 liter).
Masukkan ujung Test Tube lainnya melalui lubang penyangga kedalam lubang outlet
setelah sumbatnya dibuka. Perhatikan arah aliran gas harus sesuai arah panah pada
Test Tube.
Buka needle valve sedikit demi sedikit sambil diatur flow ratenya sesuai Tabel 1.
Gas SF6 akan mengalir masuk kedalam kantung plastik, selama waktu flow-off sampai
penuh, akan tetapi jangan sampai safety valvenya bekerja. Jika lamanya waktu flow off
sesuai Tabel 1 sudah tercapai, maka kantung plastik penuh dan needle valve harus
ditutup kembali.
Waktu flow off dalam Tabel1 hanya berlaku untuk gas SF6 murni, Jika gas SF6 sudah
tercampur dengan gas lain, maka waktu flow off dalam tabel 1 akan berkurang. Jika
safety valve sudah terbuka, maka kantung plastik tidak boleh diisi lagi karena kantung
plastik akan pecah.
Untuk pengukuran SO2 dan HF skala yang dibaca pada Test Tube sudah langsung dalam
ppm vol. Untuk pengukuran oil Mist skala yang dibaca pada Test Tube adalah mg/m3,
dan dapat diubah menjadi ppm massa dengan menggunakan Tabel Konversi2.
Setelah pengukuran selesai, tutup katup pada kantung plastik dengan cara ditarik (pada
kantung dengan isi 1 dan 2 liter) atau diputar kekanan (pada kantung dengan isi 10 liter).
Keluarkan Test Tube dari tempatnya dan cabut pipa plastiknya.
Buang gas yang ada dalam kantung plastik keudara bebas dengan membuka katup yang
ada pada kantung plastik.
46
PEMUTUS TENAGA
RUMUS KONVERSI dari ppm vol ke dalam ppm massa adalah sebagai berikut:
Jika gas SF6 mengandung Oil Mist, maka akan terjadi perubahan warna pada Test Tube
yang akan menunjukan konsentrasi kandungannya dalam mg/m3.
Perhatikan juga keterangan yang ada dalam bungkus Test Tubes type 1/a.
Oil Mist yang dapat diukur hanya berupa mineral oil aerosol. Uap minyak atau bahan
organik lain dengan berat molekul lebih besar tidak dapat diukur.
TABEL KONVERSI dari mg/m3 menjadi ppm mass adalah sebagai berikut:
Yang perlu diperhatikan adalah cara menetralisir bahan kimia yang ada dalam Test Tube
setelah selesainya pengukuran.
Patahkan Test Tube ditengah-tengahnya yang ada tanda dua titik, sehingga gelas Test
Tube gabian luar dan ampul didalamnya akan patah. Hati-hati karena didalam ampul
terdapat Sulfuric acid pekat.
Pegang Test Tube dalam posisi vertikal dengan lubang outlet dibawah, sehingga cairan
dalam ampul dapat masuk kedalam lapisan filter (waktu exposure 1 menit).
Setelah itu, kocok cairan dalam ampul sesuai arah panah. Tiup Test Tube dengan gas
SF6 sesuai arah panah dengan membuka needle valve pada flowmeter, sehingga
menekan isi cairan ampul kedalam indicating layer dari Test Tube. Setelah indicating
layer dipenuhi dengan cairan sulfuric acid (15 mm), tutup lagi needle valvenya. Setelah
itu baru Test Tube boleh dibuang.
47
PEMUTUS TENAGA
1. Jika flow rate dibuat terlalu besar pada waktu pengukuran, maka safety
valve akan terbuka. Jika ini terjadi tutuplah needle valve pada flowmeter.
Setelah safety valve tertutup kembali, aturlah flow ratenya lagi dengan
membuka needle valve sedikit demi sedikit dan pengukuran dapat
dilanjutkan.
2. Jika kantung plastik terlihat retak atau bocor, maka harus segera diganti
dengan yang baru untuk mencegah kesalahan pengukuran dan kehilangan
gas.
3. O-ring pada penghubung (4) dan (1) harus selalu diperiksa secara teratur,
jika rusak segera diganti dengan cadangan yang ada.
4. Setelah selesai pengukuran, gas yang ada dalam kantung plastik harus
dibuang dalam udara terbuka. Kantung plastik dapat digunkan berkali - kali.
6. Pembacaan hasil pengukuran hanya dari perubahan warna pada Test Tube.
Test Tube yang sudah dipakai, tidak dapat digunakan lagi dan harus
dibuang. Test Tube yang sudah dibuka harus segera digunakan, paling
lama dalam 1 jam.
7. Test Tube harus disimpan pada suhu 5o C sampai 25o C, dan lindungi
terhadap sinar. Pakailah Test Tube sebelum expiry datenya.
8. Test Tube berisi bahan kimia berbahaya, hindarilah dan jangan sentuh
bahan yang ada didalamnya. Jangan tinggalkan Test Tube sembarangan,
yang sudah terpakai segera dibuang dan yang belum terpakai disimpan
baik-baik.
48
PEMUTUS TENAGA
Pengujian pressure switch dilaksanakan untuk mengetahui unjuk kerja setting dari
kontak-kontak pengaman batas tekanan gas SF6 sesuai batas alarm, block recloser,
block close atau auto trip ke PMT.
49
PEMUTUS TENAGA
b) pastikan valve pengeluaran gas pada alat test keadaan tertutup (1)
d) Buka Valve Pengeluran gas PMT sampai meter tekanan gas ( 3 ) pada alat
test menunjukan tekanan Nominal
g) Perhatikan dan catat penunjukan tekanan gas nya pada saat Pressure
switch bekerja
Pemutus tenaga (PMT) dengan media pemutus minyak (oil) adalah salah satu jenis PMT
yang masih digunakan dalam operasional penyaluran tenaga listrik. Untuk mengetahui
apakah minyak PMT masih layak operasi sesuai dengan standard pengusahaan maka
perlu adanya acuan yang sesuai. Karakteristik dan fungsi media minyak PMT adalah
berbeda dengan karakteristik minyak isolasi transformator. Selain berfungsi sebagai
isolasi terhadap tegangan tinggi (menengah) media minyak pada PMT jenis ini juga
berfungsi sebagai pemadam busur api listrik (arching) pada saat PMT di-operasikan.
Khususnya pada saat pemutusan arus beban atau bila terjadi arus gangguan.
Ada beberapa PMT yang menggunakan minyak volume banyak (bulk-oil) dan ada yang
menggunakan relatip sedikit minyak (low oil contents).
Kelayakan operasi PMT media minyak tergantung pada banyak faktor, terutama yang
menyangkut kualitas minyak itu sendiri.
Khusus PMT jenis sedikit minyak ( low oil contents ) perlu dilakukan analisa komersial
tentang untung dan ruginya. Karena biaya penggantian minyak baru dibandingkan
dengan biaya untuk uji kandungan gas terlarut dalam minyak perlu menjadi bahan
pertimbangan. Sehingga untuk operasional PMT low oil contents jarang dilakukan
pengujian karakteristik minyak dan cenderung diganti dengan minyak sejenis yang baru.
50
PEMUTUS TENAGA
Tipe dan jenis alat ukur tegangan tembus minyak adalah beragam, masing- masing
memiliki spesifikasi yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Tapi seluruhnya
memiliki prinsip kerja yang sama.
Prinsip kerja alat uji tegangan tembus minyak adalah: Minyak contoh yang di-uji
ditempatkan pada suatu mangkuk (cup) yang merupakan salah satu asesori alat ukur.
Setelan celah (gap) antara anoda dan kathoda adalah 2,5 mm dan dilakukan mengujian
(diberi tegangan uji) sampai terjadi tegangan tembus (breakdown voltage) dengan
ditandai loncatan busuk api listrik antara kedua elektroda. Pada alat oil tester jenis terbaru
tegangan uji naik secara otomatis sedangkan pada alat yang sederhana dilakukan secara
manual.
Pengukuran ini dilakukan beberapa kali dengan selang waktu sekitar 5 (lima) menit
diantaranya.
Tujuan diberi selang waktu antara pengujian yang satu dengan pengujian berikutnya
adalah untuk menunggu pemulihan daya isolasi minyak dan meratakan kosentrasi karbon
yang terjadi pada saat terjadi lonjatan busur api listrik antara dua elektroda. Alat uji
tegangan tembus yang baik biasanya dilengkapi perata (pengaduk) kosentrasi karbon
dengan adukan baling-baling kecil yang dijalankan secara elektrik.
Hasil uji tegangan tembus isolasi minyak dari alat yang sederhana masih memerlukan
pencatatan secara manual. Namun bagi alat uji yang canggih, pemilihan standard
pengujian dan hasil rekordnya (print-out) akan keluar secara otomatis.
Dibawah ini beberapa contoh alat uji tegangan tembus dari beberapa merek dan jenis.
51
PEMUTUS TENAGA
Prosedur Pengukuran
a. Pengambilan minyak contoh yang akan di-uji dengan cara yang benar (akan
dijelaskan kemudian).
b. Menempatkan minyak contoh pada port yang sudah disediakan pada alat uji.
c. Melakukan pengujian seperti yang dijelaskan pada prinsip kerja alat ukur
butir 3.4.2.2. dan hasilnya dicatat dalam laporan tertulis (lihat tabel
terlampir).
Pengambilan minyak contoh dari PMT tidak boleh terjadi kontak langsung antara minyak
dengan udara bebas (atmosfer). Karena amat besar pengaruhnya bila bersinggungan
dengan udara bebas terhadap pada hasil pengukuran, maka pengambilan minyak contoh
uji DGA harus hati-hati dan disediakan alat khusus yang diberi nama syringes . Selain
itu jangka waktu pengambilan minyak contoh dengan saat pengujian tidak boleh terlalu
lama, karena mengakibatkan kosentrasi kandungan karbon mengendap dan
menghasilkan hasil pengujian yang bukan nilai sebenarnya.
Prinsip kerja syringes adalah hampir sama dengan tabung injeksi (suntik), perbedaan
yang prinsip contoh adalah mengisi penuh bagian ujung syringes dengan membuka
katub/valve (membiarkan beberapa saat minyak memancar keluar) dan diusahakan tidak
ada udara yang yang terperangkap didalamnya. Bila sudah yakin tidak ada udara maka
katub / valve ditutup, dilanjutkan menarik piston syringes untuk mengisi tabung dengan
minyak contoh sesuai dengan kebutuhan.
Ada cara lain pengambilan minyak contoh yang digunakan yaitu dengan stainless steel
cylinder. Langkah pengambilan minyak contoh dengan menggunakan stainless steel
cylinder adalah sebagai berikut.
52
PEMUTUS TENAGA
1) Buka kran buang (drain) tabung PMT bulk-oil beberapa saat agar
kotoran/debu yang menempel di kran hilang.
2) Pasang nipple pada ujung krang buang (drain) dan usahakan ujung nipple
yang lain cukup baik untuk pemasangan slang plastik pengisi cylinder
stainless steel.
6) Tutup kran bagian atas cylinder minyak contoh (sisi slang minyak yang
keluar).
7) Tutup kran bagian bawah cylinder minyak contoh (sisi slang minyak masuk).
Pengambilan minyak contoh untuk uji tegangan tembus minyak isolasi tidak terlalu kritis
seperti pengambilan minyak contoh untuk DGA. Namun demikian pada saat pengambilan
contoh; kebersihan tempat minyak contoh tetap diutamakan dan hindari tingkat
kelembaban yang tinggi.
53
PEMUTUS TENAGA
Gambar 2-32 Contoh Tabung Minyak PMT bulk-oil dan rod moving contact
54
PEMUTUS TENAGA
2.3.1.9.3 Vacuum
PMT jenis vacuum kebanyakan digunakan untuk tegangan menengah dan hingga saat ini
masih dalam pengembangan sampai tegangan 36 kV.
Jarak (gap) antara kedua katoda adalah 1 cm untuk 15 kV dan bertambah 0,2 cm setiap
kenaikan tegangan 3 kV. Untuk pemutus vacuum tegangan tinggi, digunakan PMT jenis
ini dengan dihubungkan secara serie.
Ruang kontak utama (breaking chambers) dibuat dari bahan antara lain porcelain, kaca
atau plat baja yang kedap udara. Ruang kontak utamanya tidak dapat dipelihara dan
umur kontak utama sekitar 20 tahun. Karena kemampuan ketegangan dielektrikum yang
tinggi maka bentuk pisik PMT jenis ini relatip kecil.
Gambar 2-34 Beberapa Jenis Ruang Kontak Utama PMT Jenis Vacuum
55
PEMUTUS TENAGA
Gambar 2-35 Sketsa Ruang Kontak Utama (breaking chambers) PMT Jenis Vacuum
Pada dasarnya pengukuran/ pengujian karakteristik media pemutus vacuum adalah untuk
mengetahui apakah ke-vacuum-an breaking chambers masih terjaga. Karena bila terjadi
kebocoran sedikit saja ( =udara luar masuk kedalam tabung ) maka tidak ada jaminan
bagi PMT bisa dioperasikan kembali.
Banyak jenis alat pengukur/ penguji media pemutus vacuum, masing - masing memiliki
spesifikasi yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.
56
PEMUTUS TENAGA
Alat uji PMT vacuum mempunyai tegangan uji 0 ~ 60 kV DC dengan kenaikan tegangan
asut 500 V ~ 3.000 V setiap detik, arus nominal 10 mA. Lama pengujian mulai saat tombol
ON adalah 10 detik atau lebih.
Prinsip kerja alat uji PMT vacuum ini adalah mendeteksi arus bocor antara kontak diam
(fixed contact) dan kontak gerak (moving contact) dengan kondisi PMT Open.
Arus bocor ini telah dikalibrasi dalam alat uji; sehingga secara otomatis alat uji akan
membuka (shut down) denagn sendirinya bila terjadi arus bocor yang melampaui batas
ketentuan mengalir antara kontak diam dan kontak gerak.
Untuk diperhatikan:
Oleh sebab itu peralatan ini jarang digunakan secara umum dan lebih banyak dipakai di
Laboratorium Listrik Tegangan Tinggi atau dioperasikan oleh petugas yang terlatih dan
memahami prosedur pengoperasian alat secara benar.
57
PEMUTUS TENAGA
Setelah rangkaian seperti gambar di atas siap maka pengukuran / pengujian karakteristik
media pemutus vacuum dilakukan dengan memutar tombol no.6 (pengatur tegangan)
secara perlahan. Lampu LED hijau akan menyala terus bila kondisi vacuum (breaking
chambers) masih bagus. Lampu LED merah akan menyala bila kondisi vacuum tidak
bagus dan alat uji akan otomatis mati (shut-down) dengan sendirinya.
Prosedur pengukuran
6) Sambungkan alat uji dengan sumber AC dan lampu power no. 1 (LED
standby) akan menyala.
9) Saklar no.7 (togel) diposisikan ON, dan lampu no.3 (LED hijau) akan
menyala.
10) Amati dengan seksama dan sangat hati-hati dengan tegangan uji.
11) Bila lampu no.3 (LED hijau) tidak padam setelah 10 detik maka benda uji
adalah baik. Matikan alat uji dengan saklar no.7 (togel).
12) Bila sebelum 10 detik lampu no.3 (LED hijau) padam dan lampu no.4 (LED
merah) menyala maka berarti benda uji adalah tidak bagus.
58
PEMUTUS TENAGA
Meliputi:
Meliputi:
2.4 Conditional
Pekerjaan pemeliharaan yang dilaksanakan dipicu oleh kondisi tertentu atau pasca
gangguan atau relokasi peralatan, misalnya karena bencana alam/gempa atau kondisi
abnormal setelah pemeliharaan dilakukan.
59
PEMUTUS TENAGA
Meliputi:
6. Pemeriksaan pondasi dan struktur Besi Beton (bila terjadi gangguan alam)
2.5 Overhaul
Jumlah angka pemutusan (number of switching) n adalah sekian kali PMT membuka atau
memutus arus. Pada saat terjadi pemutusan arus beban atau manipulasi jaringan n
adalah 1, tetapi bila pembukaan PMT disebabkan karena arus gangguan (lebih besar
dari arus nominal PMT) maka n 1, tetapi dinyatakan n (n ekivalen) dan besarnya
tergantung pada arus gangguan dan dinyatakan dalam rumus:
n = 300 (I2/I1)1,5
dimana:
I2 = arus gangguan
Tabel 2-3 Jenis PMT & Kurun Waktu Overhaull
60
PEMUTUS TENAGA
Arus I1 dapat diperoleh dari data PMT atau dapat dihitung dengan mengambil contoh
suatu Pmt yang berkapasitas 1500 MVA pada tegangan 72,5 kV, maka:
I1 = 12,5 kA sedangkan I2 (arus gangguan) dapat diketahui dari fault recorder pada gardu
induk setempat.
Bila telah diketahui besarnya arus gangguan I2 maka penentuan nilai n dapat
menggunakan tabel berikut:
I2 / I 1 n
Pembukaan/switching normal 1
0,1 5
0,2 25
0,3 50
0,4 75
0,5 105
0,6 140
0,7 175
0,8 215
0,9 255
1,0 300
Jumlah angka pemutusan yang telah dikerjakan tanpa dilakukan overhaul misalnya 5 kali
memutus arus hubung singkat penuh, atau 14 kali memutus arus hubung singkat atau
40 kali memutus arus hubung singkat.
61
PEMUTUS TENAGA
62
PEMUTUS TENAGA
Meliputi Penggantian Ring piston, valve plate, return valve PMT BBC type ELF SL 7-4 , 3-
3 , 2-2 (5 Tahunan)
2. Membersihkan isolator-isolator
Metode evaluasi untuk pemeliharaan PMT mengacu pada flow chart/alur seperti pada
gambar diatas. Secara umum meliputi 3 (tiga) tahapan evaluasi pemeliharaan, yaitu:
A. Evaluasi Level 1
63
PEMUTUS TENAGA
B. Evaluasi Level 2
Hasil akhir serta rekomendasi pada tahap pertama menjadi inputan untuk
dilakukannya evaluasi level 2, ditambah dengan pelaksanaan In Service
Measurement. Tahapan ini menghasilkan gambaran lebih lanjut untuk
justifikasi kondisi PMT, serta menentukan pemeliharaan lebih lanjut.
C. Evaluasi Level 3
Standar evaluasi adalah acuan yang digunakan dalam mengevaluasi hasil pemeliharaan
untuk dapat menentukan kondisi peralatan PMT yang dipelihara. Standar yang ada
berpedoman kepada: instruction manual dari pabrik, standar-standar internasional
maupun nasional (IEC, IEEE, CIGRE, ANSI, SPLN, SNI dll) dan pengalaman serta
observasi/pengamatan operasi di lapangan.
Dikarenakan dapat berbeda antar merk/pabrikan, maka acuan yang diutamakan adalah
manual dari pabrikan PMT tersebut. Dapat digunakan acuan yang berasal dari standar
internasional maupun nasional, apabila tidak diketemukan suatu nilai batasan pada
manual dari pabrikan PMT tersebut.
Dengan catatan 1 kV = besarnya tegangan fasa terhadap tanah, kebocoran arus yang
diijinkan setiap kV = 1 mA.
Nilai tahanan kontak PMT yang normal harus (acuan awal) disesuaikan dengan
petunjuk/manual dari masing masing pabrikan PMT (dikarenakan nilai ini dapat berbeda
antar merk). Nilai standar normal yang menjadi acuan yaitu R 120 % nilai pabrikan atau
Nilai Pengujian FAT ,nilai saat pengujian komisioning. Berikut terlampir daftar nilai standar
pabrikan beberapa PMT:
64
PEMUTUS TENAGA
Khusus untuk PMT yang tidak memiliki data awal dapat menggunakan nilai standar PMT
tipe sejenis atau nilai pengukuran terendah PMT tersebut mengacu pada history
pemeliharaan (trend 3 kali periode pemeliharaan sebelumnya).
Sesuai dengan standar IEEE C37.10-1995 (Guide for diagnostics and failure investigation
of power circuit breaker), karakteristik hasil pengujian adalah kurva nilai R terhadap waktu
(R vs time).
IEEE C37.10-1995 (Guide for diagnostics and failure investigation of power circuit breaker) page
37
- Perubahan nilai resistansi (R) saat operasi kerja, secara umum, dikatakan
dalam kondisi baik apabila perubahan nilai resistansi terjadi secara smooth
(tanpa ada spike/lonjakan perubahan nilai resistansi).
65
PEMUTUS TENAGA
- Waktu kerja kontak PMT. Dapat dilihat mulai dari arus (I) trigger sampai
dengan kontak utama bekerja (Open atau Close), yang nilainya harus
disesuaikan dengan acuan dari masing masing pabrikan PMT.
Pada CIGRE A3.112 (a new measurement method of the dynamic contact resistance of
HV circuit breakers) dan IEEE transactions on Power Delivery (a complete Strategy for
Conducting Dynamic Contact Resistance Measurements on HV Circuit Breakers)
disebutkan beberapa parameter pengujian, antara lain:
1. Operasi Close
Hasil pengukuran dynamic resistance saat melakukan operasi Close (posisi open ke
posisi close) secara umum tidak dapat digunakan sebagai acuan atau disebut sebagai
impractical. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut:
- Perubahan nilai resistansi yang tidak stabil/abrupt. Dari suatu nilai tak
terhingga () (posisi open) berubah menjadi suatu nilai resistansi dari arcing
kontak (), menyebabkan variasi level resistansi dari arcing kontak sulit
untuk dapat dideteksi.
66
PEMUTUS TENAGA
2. Operasi Open
Pengukuran dynamic resistance saat melakukan operasi open (posisi close ke posisi
open) secara umum dilakukan pada kecepatan nominal/rated speed. Kurva yang
dihasilkan (sebagian besar) akan menunjukkan adanya beberapa lonjakan/spike nilai
resistansi.
Spike yang dihasilkan ini ternyata dapat mengaburkan interpretasi, terutama didalam
menentukan bagian kontak utama (pertama kali kontak).
Dari beberapa percobaan didapatkan bahwa kurva yang dihasilkan ini masih bersifat
acak/random. Pengukuran yang dilakukan secara berurutan juga tidak mendapatkan
kurva yang identik (not reproducible).
Hasil yang berbeda didapatkan saat pengukuran dynamic resistance ini dilakukan dengan
kecepatan yang diperlambat/low speed ( 0,002 0,2 m/s).
67
PEMUTUS TENAGA
Kedua kurva yang dilakukan pada kecepatan kontak yang berbeda (0,2 m/s dan 0,15 m/s)
menghasilkan kurva yang cukup identik. Perbedaan waktu mencapai arcing kontak
dikarenakan adanya perbedaan kecepatan kontak PMT. Spike yang umumnya muncul
dapat dihilangkan, sehingga dapat memperjelas kurva untuk interpretasi.
Sebagian besar manual dari PMT telah mencantumkan bagaimana melakukan setting
untuk dapat melakukan operasi PMT dalam kecepatan lebih lambat.
Interpretasi terhadap hasil pengukuran dapat menggunakan metode menghitung luar area
dibawah kurva yang dihasilkan oleh pengukuran dynamic resistance.
Kurva yang dipakai adalah kurva nilai R terukur terhadap time (waktu) yang
dibutuhkan dalam operasi open.
68
PEMUTUS TENAGA
Gambar diatas merupakan kurva hasil pengukuran dynamic resistance terhadap ke-4
moving contact yang digunakan.
Untuk dapat menggunakan metode ini, maka kurva tersebut diolah secara regresi untuk
dapat mempermudah didalam perhitungan luas kumulatif area dibawah kurva.
Dari perhitungan, dapat disimpulkan bahwa luas kumulatif area dibawah kurva akan
semakin membesar seiring dengan memburuknya kondisi dari moving contact yang
dipakai.
69
PEMUTUS TENAGA
Kurva yang dipakai adalah kurva nilai R terukur terhadap kurva contact travel
yang diterjadi selama operasi open.
Keterangan:
70
PEMUTUS TENAGA
Setelah dilakukan inspeksi internal terhadap PMT yang kedua, didapatkan bahwa telah
terjadi misalignment pada salah satu kontak tip pada moving contact. Hal ini dicurigai
telah berlangsung cukup lama, dengan melihat kondisi dari fixed contact yang telah rusak
diakibatkan kerusakan ini.
Pada saat terjadi gangguan pada sistem tenaga listrik, diharapkan PMT bekerja dengan
cepat. Clearing Time sesuai dengan standart SPLN No 52-1 1983 untuk sistem dengan
tegangan:
Kecepatan kontak PMT membuka dan atau menutup harus disesuaikan dengan
referensi/acuan dari masing-masing pabrikan PMT (dikarenakan nilai ini dapat berbeda
antar merk). Nilai-nilai referensi pengukuran waktu buka, pengukuran waktu tutup yaitu
110 % berdasarkan nilai acuan dari beberapa pabrikan berturut-turut disampaikan seperti
contoh pada Tabel 3-2
71
PEMUTUS TENAGA
Toleransi perbedaan waktu pada pengujian keserempakan kontak PMT, yang terjadi antar
phasa R, S, dan T pada waktu PMT beroperasi (Open / Close) ditentukan dengan melihat
nilai t yang merupakan selisih waktu tertinggi dan terendah antar phasa R, S, dan T.
Pengukuran deviasi waktu antar fasa pabrikan disampaikan pada Tabel 3-3.
6 (open),
NISSIN FA1 N
10 (close)
IEC 62271-100: 2001 (High-voltage alternating-current circuit breaker) page 169: The
manufacturing tolerances for resistors and capacitors shall be taken into account. The
manufacturer shall state the value of these tolerances.
72
PEMUTUS TENAGA
The manufacturing tolerances for resistors and capacitors shall be taken into account. The
manufacturer shall state the value of these tolerances.
Pemutus Tenaga dapat berbeda untuk setiap merk sesuai dengan buku
petunjuk/manual dari pabrikan. Berikut merupakan daftar untuk beberapa
merk pada suhu 200C dan tekanan atmosfir 760 mmHg.
Standar nilai kualitas Gas SF6 menurut ASTM 2472, IEC 376 dan ASG
TYPICAL adalah sebagai berikut:
73
PEMUTUS TENAGA
Pengujian karakteristik dari gas SF6 mengacu pada standart IEC dan pabrikan seperti
tabel di bawah ini:
74
PEMUTUS TENAGA
- Purity
- Decomposition product
Merupakan hasil turunan gas SF6 akibat suhu tinggi yang disebabkan
adanya electric discharge (corona, spark dan arching). Decomposition
product dapat berupa gas dan padat. Dalam jumlah yang besar bersifat
korosif dan beracun.
Batas maksimum konsentrasi gas-gas hasil dekomposisi SF6 adalah sebagai berikut:
Apabila alat uji kualitas gas SF6 tidak bisa mendeteksi konsentrasi masing-masing gas
hasil dekomposisi maka batas maksimum konsentrasi total decomposition product adalah
2000 ppmv.
- Dew Point
Dew point (titik embun) gas SF6 adalah suhu di mana uap air dalam gas
tersebut berkondensasi (berubah menjadi zat cair).
Batas dew point untuk gas SF6 didalam peralatan adalah kurang dari -5 oC.
75
PEMUTUS TENAGA
- Moisture Content
Pengujian dilakukan untuk mengetahui kandungan atau kadar uap air. Hal-
hal yang perlu diperhatikan adalah titik jenuh dari tekanan uap air dan
tekanan gas yang terukur dari alat uji. Uap air didalam peralatan tegangan
tinggi bisa mengalami kondensasi sehingga mengurangi kekuatan isolasi
gas SF6.
Batas maksimal kadar uap air (moisture content) yang diijinkan adalah 3960
ppmv.
Standar nilai kualitas minyak menurut IEC 60422 ed.3: 2005 (Mineral insulating oils in
electrical equipment supervision and maintenance guidance) adalah sebagai berikut:
Lainnya Poor
Lainnya Poor
76
PEMUTUS TENAGA
Lainnya Poor
Lainnya Poor
[mN/m]
Lainnya Poor
Keterangan:
77
PEMUTUS TENAGA
Durasi waktu kerja kompressor dan kebocoran udara yang ditoleransi sebagai akibat
perbedaan temperatur udara sekitar untuk PMT dengan penggerak pneumatik menurut
pabrikan adalah sebagai berikut:
PMT PMT
PMT dengan 2
dengan 1 dengan 4
chamber
chamber chamber
Deskripsi
Dengan 2
Dengan 1 Compressor
Compressor
Nilai tahanan pentanahan di Gardu Induk bervariasi besarnya. Nilai tahanan pentanahan
dapat ditentukan oleh kondisi tanah itu sendiri, misalnya tanah kering tanah cadas, atau
berkapur.
Semakin kecil nilai pentanahannya maka akan semakin baik. Menurut IEEE std 80: 2000
(guide for safety in ac substation - grounding), besarnya nilai tahanan pentanahan untuk
switchgear adalah 1 ohm.
Batas nilai tegangan supply untuk motor penggerak mekanik PMT mengacu IEC std 56 -
2 klausal 17 (disertakan pula batasan sesuai dengan referensi pabrikan) adalah sebagai
berikut:
78
PEMUTUS TENAGA
Vnominal
Referensi V min V max
AC / DC
IEC std 56-2
110 / 220 85 % Vn 110 % Vn
klausal 17
Standar IEC 60694 ed.2.2: 2002-01 (Common Spesifications for high-voltage switchgear
and controlgear standards) pada bab Motor Charging: merekomendasikan batasan relatif
toleransi untuk supply tegangan AC dan DC yang diukur pada input dari auxiliary
peralatan adalah sebesar 85% - 110% dari tegangan normal / rated, pada frequency rated
(50Hz untuk supply tegangan AC).
Untuk supply tegangan DC, tegangan ripple (yang merupakan besaran nilai peak-to-peak
komponen AC dari tegangan supply pada beban normal / rated) dibatasi pada limit 5%
dari komponen DC.
Batas nilai tegangan Supply untuk Closing Coil dan Opening Coil sesuai dengan
referensi pabrikan adalah sebagai berikut:
Vnominal
Referensi V min V max
AC / DC
Siemens 110 85 % Vn 110 % Vn
Standar IEC 60694 ed.2.2: 2002-01 (Common Spesifications for high-voltage switchgear
and controlgear standards) pada bab Operation of Releases Shunt closing release:
merekomendasikan batasan relatif toleransi untuk supply tegangan AC dan DC yang
diukur pada input dari auxiliary peralatan adalah sebesar 85% - 110% dari tegangan
normal / rated, pada frequency rated (50Hz untuk supply tegangan AC).
79
PEMUTUS TENAGA
Vnominal
Referensi V min V max
AC / DC
Siemens 110 70 % Vn 110 % Vn
Standar IEC 60694 ed.2.2: 2002-01 (Common Spesifications for high-voltage switchgear
and controlgear standards) pada bab Operation of Releases Shunt opening release:
merekomendasikan batasan relatif toleransi untuk supply tegangan AC dan DC yang
diukur pada input dari auxiliary peralatan adalah sebesar 85% - 110% dari tegangan
normal / rated untuk tegangan AC pada frequency rated (50Hz) serta sebesar 70% -
110% dari tegangan normal / rated untuk tegangan DC.
80
PEMUTUS TENAGA
Adalah tindak lanjut dari hasil In Service/Visual Inspection yang juga merupakan tindakan
pemeliharaan rutin yang dilakukan dalam periode harian, mingguan, bulanan atau
tahunan. Tindak lanjut dilakukan sebagai tindakan pencegahan terjadinya kelainan / unjuk
kerja rendah pada peralatan PMT.
81
PEMUTUS TENAGA
82
PEMUTUS TENAGA
83
PEMUTUS TENAGA
Adalah tindak lanjut dari hasil In Service Measurement yang juga merupakan tindakan
pemeliharaan rutin yang dilakukan dalam periode tertentu (dalam hal kegiatan thermovisi
dilakukan rutin dalam periode triwulanan). Tindak lanjut dilakukan sebagai tindakan
pencegahan terjadinya kelainan / unjuk kerja rendah pada peralatan PMT.
PERALATAN
YANG HASIL UKUR REKOMENDASI
DIPERIKSA
Perbedaan suhu antar fasa Investigasi lebih
lanjut.(lakukan
Grading Kapasitor pengukuran nilai
kapasitansi)
84
PEMUTUS TENAGA
PERALATAN
YANG HASIL UKUR REKOMENDASI
DIPERIKSA
Perbaiki atau
Kondisi III penggantian
secepatnya
T1 T2
(perbedaan (over ambient
suhu antar temperature)
fasa)
Dimungkinkan ada
Kondisi I Kondisi I ketidaknormalan,
1 C < t 3 oC
o
1 C < t 3 oC
o
perlu investigasi
lanjut
Kondisi II Kondisi II Mengindikasikan
Interrupter adanya defesiensi,
Chamber ** 4oC < t 4oC < t perlu dijadwalkan
15oC 15oC perbaikan
Kondisi III Perlu dilakukan
monitoring secara
--- 21oC < t kontinyu sampai
40oC dilakukan perbaikan
Ketidaknormalan
Kondisi III Kondisi IV Mayor, perlu
t > 15oC t > 40oC dilakukan perbaikan
segera
Adalah tindak lanjut dari hasil Shutdown Measurement yang juga merupakan tindakan
pemeliharaan yang dilakukan dalam periode tertentu (dapat ditentukan berdasarkan
kondisi hasil asesmen).
85
PEMUTUS TENAGA
Alur tindak lanjut terkait pengukuran tahanan isolasi diperlihatkan pada Gambar 4-1.
86
PEMUTUS TENAGA
Gambar 4-1 Diagram Alir Tindak Lanjut berdasarkan Hasil Pengukuran Tahanan Isolasi
87
PEMUTUS TENAGA
Alur tindak lanjut terkait pengukuran tahanan kontak diperlihatkan pada Gambar 4-2.
Gambar 4-2 Diagram Alir Tindak Lanjut berdasarkan Hasil Pengukuran Tahanan Kontak
88
PEMUTUS TENAGA
Alur tindak lanjut terkait pengujian waktu buka, waktu tutup, dan keserempakan
diperlihatkan pada Gambar 4-3.
Gambar 4-3 Diagram Alir Tindak Lanjut berdasarkan Hasil Waktu Buka, Waktu Tutup, dan
Keserempakan
89
PEMUTUS TENAGA
Alur tindak lanjut terkait pengukuran tegangan minimum coil diperlihatkan pada
Gambar 4-4.
Gambar 4-4 Diagram Alir Tindak Lanjut berdasarkan Hasil Pengujian Tegangan Minimum
Coil
90
PEMUTUS TENAGA
91
PEMUTUS TENAGA
Adalah tindak lanjut dari hasil Shutdown Function Check yang dilakukan pada saat
kondisi peralatan off line/tidak beroperasi.
Adalah tindakan yang mesti dilaksanakan dalam rangka melaksanakan Overhaul PMT
dalam keadaan off, rekomendasi mengacu/berdasarkan buku SE 032 / PST / 1984 perihal
overhaul PMT.
92
PEMUTUS TENAGA
Tabel 4-11 Rekomendasi Hasil Overhaul PMT dengan Menggunakan Minyak Banyak
(bulk oil)
93
PEMUTUS TENAGA
Tabel 4-12 Rekomendasi Hasil Overhaul PMT dengan Menggunakan Minyak Sedikit (small
Oil)
94
PEMUTUS TENAGA
Tabel 4-13 Rekomendasi Hasil Over Haul PMT dengan Menggunakan Media Gas SF6
95
PEMUTUS TENAGA
2 Mingguan
Kondisional
Mingguan
3 Bulanan
1 Tahun
Bulanan
2 Tahun
5 Tahun
Harian
KODE SUBSISTEM ITEM PEKERJAAN KETERANGAN
7.1 Inspeksi
Inspeksi level -1 ( In service
7.1.1
Inspection )
DRIVING MECHANISM
7.1.1.1.
(MEKANIK PENGGERAK)
7.1.1.1.1 PENGGERAK PEGAS
2 Mingguan
Kondisional
Mingguan
3 Bulanan
1 Tahun
Bulanan
2 Tahun
5 Tahun
Harian
KODE SUBSISTEM ITEM PEKERJAAN KETERANGAN
*) bila muncul
indikasi :
Kebocoran Minyak , pada
*
Pemeriksaan Kebocoran Minyak , pada - pompa sering
7.1.1.1.2.4 instalasi , sambungan , Katup - bekerja
instalasi , sambungan , Katup - katup pipa - tekanan hidrolik
katup pipa turun di bawah
batas normal
2 Mingguan
Kondisional
Mingguan
3 Bulanan
1 Tahun
Bulanan
2 Tahun
5 Tahun
Harian
KODE SUBSISTEM ITEM PEKERJAAN KETERANGAN
7.1.1.2.1.1
tekanan SF6 / Manometer
tekanan
Pemeriksaan tekanan SF6
*
*) Bila periodical
Kebocoran Gas SF6 pada pipa Pemeriksaan Kebocoran Gas SF6 pada
7.1.1.2.1.2 pengIsian SF6
dan sambungan-sambungan pipa dan sambungan-sambungan berulang - ulang
7.1.1.2.2. MINYAK / MINYAK +N2
7.1.1.3 SECONDARY
98
PEMUTUS TENAGA
2 Mingguan
Kondisional
Mingguan
3 Bulanan
1 Tahun
Bulanan
2 Tahun
5 Tahun
Harian
KODE SUBSISTEM ITEM PEKERJAAN KETERANGAN
99
PEMUTUS TENAGA
2 Mingguan
Kondisional
Mingguan
3 Bulanan
1 Tahun
Bulanan
2 Tahun
5 Tahun
Harian
KODE SUBSISTEM ITEM PEKERJAAN KETERANGAN
*
(banjir/gempa
7.1.1.3.2.2 Struktur Besi / Beton Pemeriksaan Struktur Besi / Beton bumi)
100
PEMUTUS TENAGA
2 Mingguan
Kondisional
Mingguan
3 Bulanan
1 Tahun
Bulanan
2 Tahun
5 Tahun
Harian
KODE SUBSISTEM ITEM PEKERJAAN KETERANGAN
7.1.2.1.2
Suhu isolator Grading
Capasitor
Pengukuran Suhu (Thermovisi)
Grading Capacitor tegangan < 150 kV
7.1.2.1.2
Suhu isolator Grading
Capasitor
Pengukuran Suhu (Thermovisi)
Grading Capacitor tegangan > 150 kV
7.1.2.1.3
Suhu isolator closing
resistor
Pengukuran Suhu (Thermovisi)
Grading Capacitor tegangan < 150 kV
7.1.2.1.3
Suhu isolator closing
resistor
Pengukuran Suhu (Thermovisi)
Grading Capacitor tegangan > 150 kV
Pengukuran Suhu
7.1.2.1.4 Suhu Terminal Utama (Thermovisi)Terminal Utama
tegangan < 150 kV
Pengukuran Suhu
7.1.2.1.4 Suhu Terminal Utama (Thermovisi)Terminal Utama
tegangan > 150 kV
Inspeksi level -3 (
7.1.3
Shutdown measurement )
7.1.3.1 Tahanan isolasi
7.1.3.1.1 Atas - Bawah
Pengukuran tahanan isolasi terminal (
Atas - Bawah )
7.1.3.1.2 Atas - Tanah
Pengukuran tahanan isolasi terminal (
Atas - Tanah )
7.1.3.1.3 Bawah - Tanah
Pengukuran tahanan isolasi terminal (
Bawah - Tanah )
101
PEMUTUS TENAGA
2 Mingguan
Kondisional
Mingguan
3 Bulanan
1 Tahun
Bulanan
2 Tahun
5 Tahun
Harian
KODE SUBSISTEM ITEM PEKERJAAN KETERANGAN
7.1.3.8 Tahanan Closing Resistor Pengujian Tahanan Closing Resistor * 10 tahun atau
sesuai manual
book
102
PEMUTUS TENAGA
2 Mingguan
Kondisional
Mingguan
3 Bulanan
1 Tahun
Bulanan
2 Tahun
5 Tahun
Harian
KODE SUBSISTEM ITEM PEKERJAAN KETERANGAN
7.1.3.15
Tangen Delta Bushing PMT Pengukuiran Tangen Delta Bushing
Bulk Oil PMT Bulk Oil
*
*) Periode 10
7.1.3.16 Pengujian kualitas gas SF6 Pengujian Kualitas Gas SF6 tahun atau sesuai
manual book
7.1.3.17
Pengukuran tahanan
pentanahan PMT
Pengukuran tahanan pentanahan
PMT
SHUTDOWN FUNCTION
7.1.4
CHECK
7.1.4.1
Fungsi open / close (
remot/local dan scada )
Pengujian Fungsi open / close (
remote/local dan scada )
7.1.4.2 Emergency trip Pengujian Emergency trip
7.1.4.3 Fungsi alarm Pengujian Fungsi alarm
7.1.4.4
Fungsi interlock mekanik
dan elektrik
Fungsi interlock mekanik dan elektrik
7.1.4.5 Fungsi Motor Penggerak
Pengujian fungsi star dan stop
motor/pompa penggerak
7.2 TREATMENT
103
PEMUTUS TENAGA
2 Mingguan
Kondisional
Mingguan
3 Bulanan
1 Tahun
Bulanan
2 Tahun
5 Tahun
Harian
KODE SUBSISTEM ITEM PEKERJAAN KETERANGAN
7.2.1
Bushing / Isolator
interupting chamber
Pembersihan Bushing / Isolator
interupting chamber
7.2.2 Terminal Utama
Pembersihan dan Pengencangan baut
Terminal Utama
Pembersihan Box Kontrol PMT dan
7.2.3
Box Kontrol PMT dan
terminal wiring
pemeriksaan kabel dan terminal
wiring,dan fungsi Heater
7.2.4
Tekanan Gas untuk alarm
dan blok PMT
Pengujian Tekanan Gas untuk alarm
dan blok PMT
7.2.5 Pressure Switch Hidrolik
Pemeriksaan tekanan dan reseting
Pressure Switch Hidrolik
7.2.6 Minyak PMT Small Oil Penggantian Minyak PMT Small oil
7.2.7 Minyak PMT Bulk Oil
Pemilteran Minyak PMT Bulk Oil bila
hasil asesment buruk.
7.2.8
Sistim Pernapasan PMT
Bulk Oil
Pemeriksaan Sistim Pernapasan PMT
Bulk Oil
7.2.9
Pegas dan Komponen
lainnya
Pelumasan Pegas dan Komponen
lainnya
7.2.10 Duty cycle PMT Spring Pengujian Duty cycle PMT Spring
7.2.11 Minyak Hidrolik PMT Penggantian Minyak Hidrolik PMT
104
PEMUTUS TENAGA
2 Mingguan
Kondisional
Mingguan
3 Bulanan
1 Tahun
Bulanan
2 Tahun
5 Tahun
Harian
KODE SUBSISTEM ITEM PEKERJAAN KETERANGAN
7.2.12
Microswitch sistim
pneumatik
Reseting Microswitch sistim
pneumatik
7.2.13
Selenoid Valve closing dan
tripping
Pembersihan Selenoid Valve closing
dan tripping
105
PEMUTUS TENAGA
NO. Sub Sistem Fungsi Kegagalan Fungsi FAILURE MODE LEVEL 1 FAILURE MODE LEVEL 2 FAILURE MODE LEVEL 3 FAILURE MODE LEVEL 4 Gejala yang Muncul Inspeksi Tindakan yang Direkomendasikan
Pada saat kondisi Closed tidak dapat Diakibatkan oleh kenaikan sisi permukaan pertemuan klem dan
1 Primer menyalurkan arus beban dengan losses yang hot-spot terjadi pada Faktor kondisi lingkungan
tahanan kontak anatar klem terminal utama tidak rata
kecil (diakibatkan oleh kenaikan tahanan kontak terminal utama PMT
dengan terminal utama PMT cacat produk
PMT)
Sebagai bagian yang berfungsi menyalurkan Ganti klem
arus beban dan dengan losses yang minimum Pengukuran suhu dengan alat thermal
Penguncian baut klem yang longgar Pemasangan yang tidak teliti
imager atau
Hot-spot yang terjadi pada sisi klem
Pengukuran tahanan kontak pada klem
getaran / berhubungan dengan dengan konduktor
dampak pengoperasian
- Harus sebagai penghantar yang baik selama sisi permukaan pertemuan klem dan
Faktor kondisi lingkungan
kondisi "Closed" terminal utama kotor / karatan
- Harus sebagai isolator yang baik selama Penggunaan klem yang tidak sesuai
Faktor pemilihan disain Membuat kajian standarisasi pemilihan material
kondisi "Open" dengan ukuran konduktor
Diakibatkan oleh kenaikan Jumlah kali operasi PMT yang tinggi Hot-spot terjadi pada sisi isolator ruang Thermovisi disisi isolator ruang kontak
(setiap kondisi closed dan open harus aman) hot-spot pada kontak PMT Penumpukan karbon pada kontak utama
tahanan kontak pada kontak dengan merujuk pada ketentuan kontak utama utama. Melakukan over-haul / penggantian material kontak
PMT
utama PMT dalam buku manual utama PMT setelah mencapai ketentuan batas kali
Setting posisi kontak utama uang tidak kerja atau usia pakai
Kesalahan instalasi Nilai tahanan kontak PMT meningkat Pengukuran tahanan kontak.
presisi
Jam operasional yang sudah tinggi
Jumlah kali operasi PMT yang tinggi Melakukan over-haul / penggantian material kontak
Pencatatan nilai counter PMT
dengan merujuk pada ketentuan Melebihi batasan ketentuan jumlah kali utama PMT setelah mencapai ketentuan batas kali
dalam buku manual operasi Pengukuran tahan kontak statik PMT kerja atau usia pakai
cacat material kontak utama Faktor pembuatan Membuat kajian standarisasi pemilihan material
Arus pemutusan yang melebihi rating jumlah kali pelepasan dibandingkan dengan
Pengukuran tahanan kontak dinamik PMT Melakukan over-haul / penggantian material kontak
kemampuan PMT besar arus pelepasan
utama PMT setelah mencapai ketentuan batas besar
arus pemtusan (total breaking current)
Kegagalan meredam tegangan lebih saat switching Pemantauan Perubahan Nilai Resistor
Kegagalan fungsi pre-insertion Hot-spot pada isolator resistor Thermovisi pada isolator resistor
Pengukuran tahanan Isolasi untuk memastikan
PMT Nilai tahanan resistor berubah Pengukuran nilai tahanan
kondisinya sudah tembus atau tidak
Distribusi tegangan yang tidak merata pada kontak controlled capacitor fails Hot-spot pada isolator kapasitor Thermovisi pada isolator kapasitor
Pemantauan Perubahan Nilai Kapasitansi
PMT pada saat switching nilai kapasitansi berubah Pengukuran nilai kapasitansi
106
PEMUTUS TENAGA
NO. Sub Sistem Fungsi Kegagalan Fungsi FAILURE MODE LEVEL 1 FAILURE MODE LEVEL 2 FAILURE MODE LEVEL 3 FAILURE MODE LEVEL 4 FAILURE MODE LEVEL 5 Gejala yang Muncul Inspeksi Tindakan yang Direkomendasikan
Penunjukan Manometer tidak akurat /
2 Dielectrik
Memadamkan busur api pada saat proses Kegagalan Proses pemadaman busur api pada Tekanan SF6 rendah rusak
pelepasan PMT dan mengisoalsi bagian- saat proses pelepasan PMT Kebocoran SF6 Masalah pada gasket / seal usang / uzur
Membuat kajian standarisasi pemilihan material
bagian bertegangan tinggi. Pemasangan yang tidak rapi
Penggantian seal yang sudah usang
Cacat material Pengaruh disain
kebocoran pada keran Inspeksi visual (cek kondisi manometer dan
Penurunan tekanan / kepadatan SF6
isolator)
retak pada ruang kontak utama PMT
cek kebocoran SF6
Getaran yang tidak normal saat dioperasikan
Monitor getaran
Hantaman oleh benda lain
SF6
isoaltor ruang kontak utama menggunakan PMT dengan isolasi polimer
retak Getaran akibat pengoperasian alat
Kualitas SF6 yang buruk Pembentukan dekomposisi produk Jumlah kali pengoperasian yang Penurunan kualitas SF6
Terjadinya discharge Catat rekaman jumlah kali kerja PMT
dari proses electro-chemical Sf6 tinggi batasan jumlah kali kerja PMT Monitoring kualitas SF6
Pengujian kualitas SF6
dan besar arus pemutusan (total breaking Penggantian gas SF6 apabila kualisnya sudah buruk
Perlakukan terhadap Sf6 yang tidak currenti) terlampaui
baik
Level minyak isolasi "Low" Meter Penunjukan minyak isoalsi
tidak akurat / rusak Kerusakan pada gasket / seal usang / uzur
Membuat kajian standarisasi pemilihan material
Pemasangan yang tidak rapi
Penggantian seal yang sudah usang
kebocoran minyak Cacat material Pengaruh disain
kebocoran pada keran Penurunan level minyak isolasi Inspeksi visual (cek meter minyak isolasi)
Minyak bocor Cek kebocoran minyak
Minyak
107
PEMUTUS TENAGA
NO. Sub Sistem Fungsi Kegagalan Fungsi FAILURE MODE LEVEL 1 FAILURE MODE LEVEL 2 FAILURE MODE LEVEL 3 FAILURE MODE LEVEL 4 FAILURE MODE LEVEL 5 Gejala Inspeksi
3 Sekunder Digigit binatang pengerat Binatang masuk ke panel kontrol Pintu panel tidak tertutup rapat
Mekanik penggerak tidak Rangkain kabel kontrol PMT tidak bekerja saat diberi
Inspeksi visual (box panel dan kabel)
Penggerak berfungsi pada saat ada perintah terputus Glen kabel rusak / tidak perintah
Test fungsi
kerja. terpasang Kabel putus
Kesalahan manusia
Koil / relay bantu rusak uzur
Sambungan kabel terlepas Inspeksi visual (relay bantu)
PMT tidak bekerja saat diberi
tegangan suplai ke koil drop Kegagalan fungsi batere Test fungsi
perintah
Suplai DC ke koil hilang Kegagalan fungsi batere Test individual relay
short circuit pada terminal kabel test kapasitas batere
MCB rusak
Baut terminal tidak kencang /
Kabel lepas dari terminal PMT tidak bekerja saat diberi inspeksi visual (terminal kabel)
lepas
kabel perintah thermovisi pada terminal kabel
Kabel skun terlepas
Hot spot pada terminal kabel
Test fungsi
Kesalahan manusia PMT tidak bekerja saat diberi Pemeriksaan Wiring
Kesalahan wiring
perintah Test fungsi
Kesalahan manusia PMT tidak bekerja saat diberi Pemeriksaan buku catatan operator
Kesalahan manuver
Salah sinyal perintah Test fungsi
Kesalahan manusia PMT tidak bekerja saat diberi pemeriksaan wiring
Kesalahan wiring
Mekanik penggerak bekerja perintah Test fungsi
meskipun tanpa ada perintah
Korosif Pintu panel tidak tertutup rapat
kerja. Short circuit pada terminal uap air masuk kedalam box panel
kabel kontrol Seal pintu lepas / tidak
usang / uzur
terpasang sempurna
Alat pemanas di box kontrol Supplai arus ke alat pemanas hilang PMT bekerja tanpa ada
tidak berfungsi Thermostat rusak perintah
Inspeksi visual (terminal kabel; box
Kesalahan setting suhu untuk auto Box panel lembab
panel)
start / stop alat pemanas Terminal kabel yang rapuh
Alat pemanas tidak terpasang bangkai binatang
Terminal kabel yang rapuh / uzur
retak Panas berlebih
Binatang masuk ke box panel Pintu panel tidak tertutup rapat
kontrol Glen kabel rusak / tidak terpasang
108
PEMUTUS TENAGA
NO. Sub Sistem Fungsi Kegagalan Fungsi FAILURE MODE LEVEL 1 FAILURE MODE LEVEL 2 FAILURE MODE LEVEL 3 FAILURE MODE LEVEL 4 FAILURE MODE LEVEL 5 Gejala yang muncul Inspeksi Tindakan yang Direkomendasikan
4 Mekanis Penggerak Tidak dapat mngerjakan Tuas penggerak lepas Pemeriksaan visual terhadap kondisi tuas Pengujian lengkap keserempakan (breaker analyzer)
Tuas penggerak bermasalah PMT tidak dapat beroperasi
Merubah energi penggerak kontak utama primer Tuas penggerak patah Pengujian kecepatan kerja PMT dengan motion transducer untuk mengukur arah
untuk mengerjakan kontak Pengukuran arah pergerakan pergerakan.
utama primer rantai motor spring rusak Pemeriksaan visual terhadap kondisi rantai pegas dan
Pegas
Coupling bermasalah slip PMT tidak dapat beroperasi kondisi kopling
Pengujian Kecepatan kerja PMT
piston bermasalah piston rusak Pemeriksaan visual terhadap kondisi piston
Pneumatik
aus Pengujian Kecepatan kerja PMT
PMT tidak dapat beroperasi
actuator bermasalah Pemeriksaan visual terhadap kondisi aktuator
Pengujian Kecepatan kerja PMT
Persambungan tuas longgar Pemasangan yang tidak teliti
Penggerak tidak dapat mengerjakan Pemeriksaan visual terhadap tuas penggerak Pengujian lengkap keserempakan (breaker analyzer) dengan
Tuas penggerak salah setting Kontak PMT bekerja tidak sempurna
kontak utama dengan sempurna. Pemasangan yang tidak teliti. Pengukuran arah pergerakan motion transducer untuk mengukur arah pergerakan.
Pegas
Tidak dapat mengumpulkan tenaga Pemeriksaan visual terhadap kondisi pegas dan
melaksanakan proses switching lack of lubrication PMT tidak dapat beroperasi
pelumasan
dalam periode waktu yang
singkat Pneumatik Tekanan udara kompressor Manometer kompressor rusak
kosong Kompressor rusak PMT Tidak dapat beroperasi
Pemeriksaan visual terhadap meter; kondisi kompressor
Kebocoran udara pada pemipaan, Manometer menunjukkan level tidak
dan pemipaan
kran dan persambungan ada tekanan pada kompressor
Tenaga yang terkumpul tidak penuh Pegas tidak charging Fungsi motor charging Motor kehilangan suplai tegangan
sempurna bermasalah Belitan motor terbakar
Jam pengoperasian yang sudah PMT tidak dapat dioperasikan Pemeriksaan visual terhadap indikasi status pegas
Uzur
tinggi Batasan jam operasi terlampaui Pengujian Kecepatan kerja PMT
Pegas
Kemampuan pegas sudah Jam operasi yang sudah tinggi Pemeriksaan visual terhadap meter, kondisi pegas, kali
Batasan jam operasi terlampaui
menurun (jenuh) kerja PMT dan pelumasan
Kurang pelumasan Pelumasan mekanik sudah kering
Pengujian Kecepatan kerja PMT
109
PEMUTUS TENAGA
Pengukuran kapasitansi kapasitor PMT Nilai standar pabrikan % (persen) IEC 62271-100: 2001
Pengukuran tahanan magnetic coil 110 % Rnom (tahanan nominal) (Ohm) SK DIR 114 PMT
SPLN 9c 1978
Pengukuran tegangan minimum opening coil < 85 % Vnom (tegangan nominal) V (Volt)
IEC std 56 - 2 klausal
SPLN 9c 1978
Pengukuran tegangan minimum closing coil < 70 % Vnom (tegangan nominal) V (Volt)
IEC std 56 - 2 klausal
Pengukuran arus motor penggerak < 110 % Inom (arus nominal) A (Ampere) SK DIR 114 PMT
Pegukuran tahanan pentanahan PMT 1 (Ohm) (Ohm) IEEE std 80: 2000
110
PEMUTUS TENAGA
Periode Harian
111
PEMUTUS TENAGA
Periode Mingguan
112
PEMUTUS TENAGA
Periode 2 Mingguan
113
PEMUTUS TENAGA
114
PEMUTUS TENAGA
115
PEMUTUS TENAGA
Periode Triwulan
116
PEMUTUS TENAGA
Periode Tahunan
117
PEMUTUS TENAGA
118
PEMUTUS TENAGA
119
PEMUTUS TENAGA
Bay : Tegangan :
Kondisi Hasil
No Uraian Kegiatan Acuan Tindakan Kesimpulan Pelaksana
Awal Akhir
T: T: T:
R: R: R:
- Chamber (ruang
S: S: S:
Pemutusan) 2
T: T: T:
R: R: R:
- Chamber (ruang
S: S: S:
Pemutusan) 3
T: T: T:
R: R: R:
- Chamber (ruang
S: S: S:
Pemutusan) 4
T: T: T:
R: R: R:
Pengukuran antara
2 Konduktor dengan Klem S: S: S:
PMT (IN)
T: T: T:
120
PEMUTUS TENAGA
R: R: R:
Pengukuran antara
3 Konduktor dengan Klem S: S: S:
PMT (OUT)
T: T: T:
Catatan:
( ) ( )
121
PEMUTUS TENAGA
LOKASI GI :
LOKASI PMT :
TYPE :
1 R > 97
2 S > 97
3 T > 97
Pelaksana Supervisi
( .. ) ( .. )
122
PEMUTUS TENAGA
R S T
NO TITIK UKUR ACUAN
Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir
A B C D E F G H I
1 TAHANAN ISOLASI
a. Atas - Bawah PMT Off
b. Atas - Tanah PMT Off
c. Bawah - Tanah PMT Off
d. Fasa - Tanah PMT On
4 TEKANAN GAS N2
Presure Gauge ( Visual )
6 TAHANAN PENTANAHAN
Terminal Pentanahan
CATATAN :
.................. ................. ................ Dikerjakan Supervisi
.................. ................. ................ APP___________ APP___________
.................. ................. ................
.................. ................. ................
.................. ................. ................
.................. ................. ................ ( . ) ( . )
123
PEMUTUS TENAGA
Lokasi : Pelaksana:
PMT : 1.
Type / Merk : 2.
Tanggal Pengujian: 3.
Pengujian /
Tahanan coil Tegangan minimum coil
Pengukuran
TP-1
TP-2
TP-3
CC-1
CC-2
Catatan:
124
PEMUTUS TENAGA
Sebagai panduan untuk pemilihan pelumas dan minyak, penjelasan diberikan dibawah ini
berdasarkan penggunaan .
Minyak A
Minyak pelumas ringan yang digunakan pada mekanisme operasi yang membutuhkan
ketepatan dan pada PMT yang menggunakan semburan udara. Juga digunakan untuk
pelumasan ulang pada bearing, yang tidak dapat dilumasi dengan grease G tanpa
membongkar seperti pada gear penghubung.
Minyak C
Minyak PMT dengan viskositas ~ 17 cSt pada +20 o C. Hanya sesuai untuk temperatur > -
10 o C.
Minyak D
Minyak PMT dengan viskositas rendah ~ 6 cSt pada +20 o C. dapat juga digunakan
sebagai minyak pada dashpots. Untuk dashpots yang dicap dengan huruf S pada
cover, harus menggunakan minyak S.
Minyak S
Minyak silicon yang dikhususkan untuk minyak dashpots dan untuk mekanisme operasi
yang berat. Dashpots yang dicap dengan huruf S pada covernya harus diisi dengan
minyak tipe ini.
Minyak A Minyak C Minyak D Minyak S
ABB No. 1171 2039-1 1171 3011-101 1171 3011-102 1173 7011-106
125
PEMUTUS TENAGA
Grease G
Grease temperature rendah untuk semua tipe bearing, gears dan worm gears serta
valve pada PMT semburan udara. Juga sesuai untuk pelumas pada kontak plat perak
diudara seperti PMS.
Juga dapat digunakan untuk greas pada O-ring yang dibuat dari bahan nitrile rubber dan
sebagai pencegan korosi pada celah PMT tipe HPL.
Grease N
Untuk pelumasan pada kontak bergerak PMT berisolasi SF6 , sebagai contoh puffer
cyclinders.
Lapisan grease yang sangat kecil seharusnya digosok pada permukaan kontak geser.
Grease L
Grease suhu rendah digunakan khusus untuk melumasi mekanik yang bagus seperti alat
penangkap pada mekanisme pengoperasian yang harus dioperasikan pada suhu yang
sangat rendah.
Grease M
Grease suhu rendah untuk pengoperasian jangka panjang dan pelumasan permanen
pada worm gears dan bagian mesin yang lain untuk mencegah bintik dan korosi.
Grease M
126
PEMUTUS TENAGA
Grease P
Grease R
EP-grease untuk roller bearing dengan pembeban berat, bearing geser, cam discs dan
catches (grease lithium,solvent refined mineral oil with lithium soap and molybedenum
disulphide) pada mekanisme operasi type FSA.
Grease S
Fluorsilicon grease untuk O-ring yang dibuat dari EPDM, digunakan juga untuk
mencegah korosi celah pada PMT tipe ED.
Juga untuk grease pada pelindung poros berputar PMT berenergi rendah type LTB.
Linatex Molystria AB
127
PEMUTUS TENAGA
DAFTAR ISTILAH
128
PEMUTUS TENAGA
DAFTAR PUSTAKA
4. IEC 62271 100 edition 1.1: 2003-05, High-voltage switchgear and controlgear
part 100:High-voltage alternating-current circuit-breakers, 2003.
5. IEEE C37.10-1995, Guide for diagnostics and failure investigation of power circuit
breaker, 1995.
10. IEC 62271 - 100: 2001, High-voltage alternating-current circuit breaker, 2001.
11. CIGRE 234 TF.B3.02.01: 2003, SF6 recycling guide revision 2003, 2003.
12. IEC 60422 ed.3: 2005, Mineral insulating oils in electrical equipment supervision
and maintenance guidance, 2005.
13. IEEE std 80: 2000, Guide for safety in ac substation grounding, 2000.
14. IEC 60694 ed.2.2: 2002-01, Common Spesifications for high-voltage switchgear
and controlgear standards, 2002.
19. Buku manual PMT small oil content outdoor merk Delle ALSTHOM.
20. Buku manual PMT merk General Electric (GE) tipe High Capacity Circuit Breaker
129
PEMUTUS TENAGA
22. Buku manual PMT merk Delle Alsthom tipe SF6 FL-170
26. Buku manual PMT merk Merlin Gerlin tipe SF6 FA-I.
27. Erection and maintenance instructions untuk Low Oil Content Circuit breakers
merk BBC tipe TR72.12/TR1.12.
28. Instruction for installation, O&M untuk Low Oil Content Circuit breakers merk MG
(Magrini Galieo).
130