Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
SARI
Coalbed Methane adalah gas alam yang diproduksi dalam lapisan batubara.
Proses Pembatubaraan/Coalification menghasilkan gas alam berupa metana (CH4),
karbondioksida (CO2), Nitrogen (N2), dan air (H2O). Cekungan pembentuk batubara di
Indonesia hampir seluruhnya berpotensi sebagai penghasil gas metana pada batubara.
Cekungan penghasil batubara di Indonesia salah satunya berada di daerah
Berau, Kalimantan Timur. Potensi Coalbed Methane di daerah Berau masih sedikit,
sehingga perlu dilakukan eksplorasi secara menyeluruh dalam upaya menghasilkan gas
CBM yang tinggi. Secara umum, coal rank pada batubara di daerah Berau adalah
Subbituminus.
Batubara dengan peringkat rendah dapat mempunyai kandungan air yang
tinggi, sehingga disusun oleh material organik yang kaya unsur seperti liptinit dan
huminit. Sehingga, potensi berperan sebagai batuan induk yang sangat baik untuk
produksi gas metana biogenik.
Peningkatan produksi pada Lapangan Coalbed Methane di daerah Berau dapat
dilakukan dengan melakukan analisis biogeokimia dan rekayasa melakukan injeksi gas
CO2 ke dalam batubara dengan peringkat subbituminous yang tinggi akan kandungan
gas metana biogenik, sehingga akan terjadi peningkatan produksi gas CBM.
Kata Kunci
Coal Bed Methane, Batubara, Biogeokimia, Gas Metana Biogenik, dan Berau
ABSTRACT
Coalbed Methane is natural gas which is produced in coal layer. The process of
Coalification produces natural gas in a form of methane (CH4), carbon dioxide (CO2),
nitrogen (N2), and water (H2O). Almost all of coal producing basins in Indonesia are
potentially able to produce methane gas in its coal.
One of coal producing basins in Indonesia is located in Berau area, East
Kalimantan. The potential of Coalbed Methane in Berau area is considered low, it is
required to conduct a thorough exploration in order to produce CBM gas in a
considerable amount. Generally, the coal rank in Berau area is Subbituminus.
Coals with low rank commonly contain a lot of water, so it is formed by organic
material which is rich in liptinit and huminit. Therefore, its potential to become source
rock for biogenic methane gas forming is considered very good.
Increasing production of coalbed methane in Berau area can be done by doing
biogeochemical analysis and injecting CO2 gas which contains high subbituminous rich
in biogenic methane gas to the coal to stimulate higher production of CBM gas.
Keywords
Coal Bed Methane, Coal, Biogeochemical, Biogenic Methane Gas, Berau
Titik pemboran Coal Bed Methane dibuat Peningkatan produksi Coal Bed Methane
dengan mempertimbangkan aspek geologi juga dapat dilakukan dengan melakukan
dan geofisika. Sehingga perbedaan tekanan injeksi gas inert pada lapisan batubara.
antara lapisan batubara yang mengandung Salah satu gas yang cukup potensial adalah
Coal Bed Methane dengan permukaan gas CO2 (Carbon Dioxside). Injeksi gas
dapat menjadi jalur keluarnya gas metana. CO2 dapat mempercepat proses desorbsi
Pada tahap awal sebelum produksi, proses dari gas metana untuk kemudian digantikan
dewatering dilakukan untuk mengurangi dengan adsorbsi gas CO2. Proses injeksi ini
ketinggian air dalam lapisan batubara, diimplementasikan dengan cara melakukan
hingga ketinggian air tidak lebih dari injeksi gas CO2 di satu sumur dan
lapisan batubara terbawah yang akan melakukan pengambilan gas metana di
diproduksi. Proses dewatering ini sumur yang lain (gambar 2).
menginisiasi terjadinya proses desorbsi gas
metana dari micropores lapisan batubara.
Hal ini terjadi karena terjadi penurunan
tekanan akibat ketinggian air yang
berkurang. Dalam prses pengeborannya
saat ini dikenal dua metode yaitu, metode
pengeboran conventional dan metode
pengeboran terkontrol (Gambar 1). Metode
pengeboran secara konvensional hanya
efektif untuk lapisan batubara yang
Gambar 2. Injeksi gas CO2 pada satu sumur
permeabilitasnya baik. Sehingga untuk
kemudian pengangkatan gas metana pada
mengefektifkan produksi dilakukan
sumur yang lain. (modifikasi O. H .
metode pengeboran terkontrol dengan Barzandj dkk, 2000).
mengikuti arah lapisan batubara sehingga
produksi Coal Bed Methane dapat Penggunaan gas CO2 untuk injeksi lapisan
ditingkatkan. batubara dalam rangka meningkatkan
produksi Coal Bed Methane telah terbukti HASIL DAN PEMBAHASAN
efektif jika dibandingkan dengan
penggunaan gas inert lainnya. Selain itu Berdasarkan kajian dari berbagai studi
gas CO2 merupakan gas yang berlimpah literatur, dapat diketahui bahwa potensi
dan diyakini menjadi penyebab utama Coal Bed Methane di daerah Berau,
terjadinya efek rumah kaca. Sehingga Kalimantan Timur berada pada tingkatan
penggunaan injeksi gas CO2 dalam menengah dengan nilai 44,20 47,08 scf/t
peningkatan produksi Coal Bed Methane (Nana Suwarna, 2006). Akan tetapi nilai
dapat digunakan untuk mengurangi efek tersebut masih belum cukup ekonomis
rumah kaca. untuk diproduksi. Karena gas saturation
dari batubara daerah berau hanya 9,61 %.
Padahal produksi Coal Bed Methane pada
umumnya dapat dikatakan ekonomis saat
gas saturation lebih dari 70 % (Moore,
2012). Oleh karena itu, dengan kandungan
vitrinit batubara daerah Berau yang
mencapai 70,6 92 % (Sigit Maryanto,
2011) dapat menjadi indikasi bahwa
tingkat adsorbsi gas pada batubara daerah
Berau cukup tinggi. Sehingga dapat
Gambar 3. Pembentukan metana biogenik dimanfaatkan untuk melakukan rekayasa
(Moore, 2012) untuk meningkatkan produksi Coal Bed
Methane dengan cara meningkatkan gas
Terlebih lagi kandungan gas CO2 yang
saturation pada batubara daerah Berau
menempel pada micropore dari lapisan
dengan menggunakan metode injeksi gas
batubara selanjutnya dapat diolah oleh
CO2.
bakteri metanogen untuk diubah menjadi
gas metana (gambar 3). Karena pada Penerapan metode injeksi gas CO2 ke
dasarnya pembentukan metana secara dalam lapisan batubara dapat
biogenik dapat terjadi secara multi episodik meningkatkan produksi Coal Bed Methane
(Moore, 2012). Ketika suhu tinggi maka dimana proses adsorbsi dari gas CO2
bakteri metanogen akan mati. Tetapi ketika menyebabkan terjadinya proses desorbsi
terjadi penurunan suhu akibat uplift gas metana. Injeks gas CO2 akan
ataupun terjadi recharge air maka proses mengurangi tekanan parsial pada batubara.
biogenik dapat berlangsung kembali pada Proses injeksi yang dilakukan bersamaan
lapisan batubara tersebut. dengan proses dewatering akan membuat
gas metana mengalami pelepasan dan
digantikan oleh gas CO2 antara 25% hingga
50%. Hal ini dapat terjadi karena adanya
perbedaan diameter molekul keduanya,
dimana gaya yang bekerja merupakan gaya
Van der Walls.