Sie sind auf Seite 1von 6

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ASIEN PERITONITIS

2.1 PENGERTIAN
Peritonitis adlaha peradangan peritoneum yang merupakan komplikasi yang
berbahaya akibat penyebaran infeksi dari organ-organ abdomen (apendisitis,
pankreatisitis, dll)reputra saluran cerna dan luka tembu abdomen. (Sylvia Anderson &
Larraine carrya wison, 1995:402).
Peritonitis adalah inflamasi rongga peritoneum yang disebabkan oleh infiltrasi isi
usus dari suatu kondisi tertentu seperti rupture apendiks, perforasi/trauma lambung dan
kebocoran anatomosis. (tucker:1998,32).

2.2 ANATOMI
Peritoneum adalah laisan mesotel yang meliputi:
1. Rongga perut (peritoneum paritake)
2. Alat tubuh dalam rongga perut (peritoneum viserat)
Fungsi:peritoneum merupakan suatu membrane semipermiable untuk dialis yang terus
menerus membuat dan mengabsorbsi cairan jernih, serta miemisahkan zat zat satu
dengan yang lain.

2.3 ETIOLOGI
2.3.1 Infeksi bakteri, disebabkan invasi/masuknya bakteri kedalam rongga peritoneum
pada saluran makanan yang mengakami perforasi.
Bakterinya:
Mikroorganisme berasal dari penyakit saluran gastrointestinal
Apendisitis yang meradang dan ferporasi
Tukak pepti ( lambung duodenum)
Tukak typoid
Tukan disentri amuba/ colitis
Tukak pada tumor
Salpingitis
Diverticulitis
Kuman yang paling sering ialah bakteri coli, streptokokus dan hmolitik,
stapilokokus aurens, enterekokus dan yang paling berbahaya adalah
clostridiumwechii
.
2.3.2 Secara langsung dari luar.
Operasi yang tidak seteril
Terkontaminasi talcum venetum, lycopodium, sulfonamide, terjai peritonitis
yang disertai pembentukan jaringan granulomatosa sebagai respon terhadap
benda asing, disebut juga peritonitis granulomaltosa serta mrupakan peritonitis
lokal.
Trauma pada kecelakaan seprti rupturs limpa, rupture hati
Melalui tuba fallofius seperti cacing enterebius vermikularis.
Terbentuk pula peritonitis granulomaltos.
2.3.3 Secara hematogen sebagai komplikasi beberapa penyakit akut seperti radang
saluran pernapasan bagian atas, otitis mdia, mastoiditis, gromelonepritis. Penyebab
utama aalah streptokokus atau pnemokokus.
2.3.4 Peritonitis kimiawi
Disebabkan keluarnya enzim pancreas, asam lambung, atau empedu sebagai akibat
cedera/ perforasi usus/saluran empedu. (horizon, 2000:1613)

2.4 TANDA dan GEJALA


2.4.1. Menurut price, 1995 : 402 :
Sakit perut (biasanya terus menerus)
Mual dan muntah
Abdomen yang tegang, kaku, nyeri
Demam dan lukositosis
Dehidrasi
2.4.2. Menurut C. long 1996 : 228 :
Kmerahan
Edema
Dehidrasi
2.4.3. Menurut mubin 1994 : 276 :
Pasien takut bergerak
Perut kembung
Nyeri tekan abdomen
Bunyi uus berkurang/menghilang
Syok
Bising usus tak terdengar atau pada peritonitis umum dapat terjadi pada daerah
yang terjauh dari lokasi peritonitisnya.
Nausea
Vomiting
Penurunan peristaltic

2.5 KLASIFIKASI
2.5.1 Eritonitis perimer
Peritonitis terjadi tanpa adanya sumber infeksi dirongga peritoneum kuman masuk
kedalam rongga peritoneum melalui aliran Darah /pada pasien perempuan melalui
alat genital.
2.5.2 Peritonitis sekunder
Terjadi bila kuman kedalam rongga peritoneum dalamjumlah yang cukup banyak.
2.5.3 Peritonitis karena pemasangan benda asing kerongga peritoneum.
a. Kateter ventricular peritoneal
b. Kateter peritonea jugulr
c. Kontinous ambulatory peritoneal dyalisis (soeparman, 1993 :175 )

2.6 PATOFISIOLOGI
Peritonitis disebabkan oleh kebocoran isi rongga abdomen kedalam rongga
abdomen, biasanya diakibatkan dan peradangan iskemia, trauma tau perforasi tumor,
peritoneal diawali terkontaminasi material.
Awalnya material masuk kedalam rongga abdomen adalah steril (kecualinpada
kasus peritoneal dialysis) tetapi beberapa jam terjadi kontaminasi bakteri, akibatnya
timbul edem jaringan dan pertambahan eksudat,. Cairan dalam rongga abdomn
menjadi keruh dengan dngan bertambahnya sejumlah protein, sel sel darah putih, sel-
sel yang usak dan darah.
Respon yang sgera dari saluran intestinal adalah hipermotil tetai egera diikuti oleh
ileus paralitik dengan penimbunan udara dan cairan didalam usus besar.
Timbul peritonitis adalah komplikasi yang berbahaya dan sering terjadi akibat
penyebaran infeksi. Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah
keluarnya eksudat pebrinosa. Kantong-kanong nanah (abses) terbentuk diantara
perlekatan fibrinnosa yang menempel menjadi satu dengan permukaan ekitarnya
sehingga membatasi infeksi. Perlekatan biasanya menghilang bila infeksi
menghilang tetapi dapat menetap sabagai pitaa pita fibrinosa yang kelak dapat
mengakibatkan obstruksi usus. Bila bahan yang terinfeksi menyebar luas ada
permukaan peritoneum atau bila infeksi menyebar dapat timbul peritonitis umum.
Dengan perkembangan peritonitis umum, aktivitas peristaltic berkurang sampai
timbul ileus paralitik, usus kemudian menjadi atomi dan meregang. Cairan dan
eritrolik hilang kedalam lumen usus, mengakibatkan dehidrasi syok, gangguan
oblikasi olguria, perlekatan dapat terbentuk antara lengkung-lengkung usus yang
merregang dan dapat pulihnya pulihnya pergerakan usus dan mengakibatkan
obstruksi usus. Gejala berbeda-beda tergantung lluas peritonitis, beratnya peritonitis
dan jnis organisme yang bertanggung jawab. Gejala utama adalah sakit perut
(biasanya terus menerus), muntah dan abdomen yang tegang, kaku, nyeri, dan tanpa
bunyi, demam dan leukositosis sering terjadi. (price, 1995 : 402 )
Peritonitis (peradangan dari peritoneum), terjadi akibat apendik yang mengalami
perforasi, secara cepat pelengketan terbentuk dalam usaha untuk membatasi infeksi
dan momentum membantu untuk menutup daerah peradangn , membentuk suatu
abses, ketika penyembuhan terjadi, pelengketan pibrosa dapat terbentuk yang
slanjutnya akan terbentuk obstruksi usus, pada saat lain pelengketan fibrosa tersebut
dapat menghilang seluuruhnya. Reaksi rekasi lokal dari peritoneum meliputi
kemerahan, edema, dan produksi cairan dalam jumllah besar berisi elektrolit dan
protein. Jika infeksi tidak teratasi dapat terjadi hipovolemia, ketidak seimbangan
elektrolit, dehidrasi dan akhirnya syok, peristaltic usus dapat terhenti dengan infeksi
peritoneum yang berat. (C. long, 1998 : 228)

2.7 TEST DIAGNOSTIK


2.7.1 Test laboratorium :
Leukositosis
Hematokrit meningkat
Asidosis metabolik
2.7.2 X.Ray :
Poto polos abdomen 3 posisi (anterior, posterior, lateral )
Illeus merupakan penemuan yang tak khas pada peritonitis.
Usus halus dan usus besar dilatasi.
Udara bebas dalam rongga abdomen terlihat pada kasus perforasi.

2.8 PENATAKLASANAAN
2.8.1 Therapy umum
a. Istirahat
- Tirah baring dengan posisi fowler
- Penghisapan nasogratik, kateter
b. Diet
- Cair nasi
- Diet peroral dilarang
c. Medikamentosa
- Obat pertama
- Cairan infus cukup dengan eritrolit, antibiotika dan vitamin
- Obat alternative
d. Narkotika untuk mengurangi penderitaan pasien
2.8.2 Therapy komplikasi
Intervensi bedah untuk menutup perforasin dan menghilangkan sumber
infeksi.
Prinsip umum pengibatan adalah pemberian antibiotic yang sesuai
dekonpresi saluran cerna dengan penghisapan nasogastrik atau intestinal
penggantian cairan dan eritrolit yang dilakukan secara intravena, pembuangan
focus seftik (apendiks dan sebagainya ) atau penyebab radang linnya bila
mungkin dengan mengalirkan nanah keluar dan tindakan-tindakan menghilangkan
nyeri. (Price, 1995 :402)

Das könnte Ihnen auch gefallen