Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
2.1 Hidung
Hidung terdiri atas hidung luar dan hidung bagian dalam. Hidung bagian
luar menonjol pada garis tengah di antara pipi dan bibir atas, struktur hidung luar
dibedakan atas tiga bagian: yang paling atas: kubah tulang yang tak dapat
dan yang paling bawah adalah lobulus hidung yang mudah digerakkan. Bentuk
pangkal hidung (bridge), 2) batang hidung (dorsum nasi), 3) puncak hidung (hip),
4) ala nasi, 5) kolumela, dan 6) lubang hidung (nares anterior). Hidung luar
dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh kulit, jaringan
ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan atau menyempitkan
lubang hidung. Kerangka tulang terdiri dari: 1) tulang hidung (os nasal) , 2)
kerangka tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang rawan yang terletak di
5
sepasang kartilago nasalis lateralis inferior yang disebut juga sebagai kartilago ala
mayor dan 3) tepi anterior kartilago septum. (Soetjipto & Wardani, 2007)
menjadi kavum nasi kanan dan kavum nasi kiri yang tidak sama ukurannya.
Lubang hidung bagian depan disebut nares anterior dan lubang hidung bagian
belakang disebut nares posterior atau disebut choana. Bagian dari rongga hidung
yang letaknya sesuai dengan ala nasi disebut vestibulum yang dilapisi oleh kulit
disebut vibrisae. Rongga hidung dilapisi oleh membran mukosa yang melekat erat
6
banyak pembuluh darah, kelenjar mukosa dan kelenjar serous dan ditutupi oleh
Kavum nasi terdiri dari: 1) Dasar hidung: dibentuk oleh prosesus palatina
korpus os etmoid dan korpus os sfenoid. Sebagian besar atap hidung dibentuk
oleh lamina kribrosa. 3) Dinding lateral: dinding lateral dibentuk oleh permukaan
medial. 4) Konka: pada dinding lateral terdapat empat buah konka yaitu konka
inferior, konka media, konka superior dan konka suprema. Konka suprema
media, superior dan suprema merupakan bagian dari etmoid. 5) Meatus nasi:
diantara konka dan dinding lateral hidung terdapat rongga sempit yang disebut
meatus. Meatus inferior terletak diantara konka inferior dengan dasar hidung dan
dinding lateral rongga hidung. Pada meatus inferior terdapat muara duktus
nasolakrimalis. Meatus media terletak diantara konka media dan dinding lateral
rongga hidung. Pada meatus superior yang merupakan ruang antara konka
superior dan konka media terdapat muara sinus etmoid posterior dan sinus
Rongga hidung dilapisi oleh selaput lendir. Epitel organ pernapasan yang
7
bagian hidung. Pada ujung anterior konka dan septum sedikit melampaui os
internum masih dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tanpa silia, lanjutan epitel
kulit vestibulum nasi. Sepanjang jalur utama arus inspirasi epitel menjadi
kolumnar; silia pendek agak irreguler. Sel sel meatus media dan inferior yang
terutama menangani arus ekspirasi memiliki silia yang panjang yang tersusun rapi
(Dhingra, 2007).
fungsi fisiologis hidung dan sinus paranasal adalah: 1) fungsi respirasi untuk
8
udara untuk menampung stimulus penghidu, 3) fungsi fonetik yang berguna untuk
resonansi suara, membantu proses berbicara dan mencegah hantaran suara sendiri
beban kepala, proteksi terhadap trauma dan pelindung panas, 5) refleks nasal.
Penghidu
lainnya, namun kepekaan organ ini cukup mengejutkan. Proses persepsi bau
mekanisme kimia atau undulasi. Menurut teori kimia, partikel-partikel zat yang
berbau disebarkan secara difusi lewat udara dan menyebabkan suatu reaksi kimia
saat mencapai epitel olfaktorius. Menurut teori undulasi, gelombang energi serupa
udara lewat saluran pernapasan atas dan bawah kepada alveoli paru dalam
volume, tekanan, kelembaban, suhu, dan kebersihan yang cukup, untuk menjamin
suatu kondisi ambilan oksigen yang optimal, dan pada proses sebaliknya, juga
alveoli lewat aliran darah. Hidung dengan berbagai katup inspirasi dan ekspirasi
serta kerja mirip katup dari jaringan erektil konka dan septum, menghaluskan dan
9
membentuk aliran udara, mengatur volume dan tekanan udara yang lewat, dan
udara di dalam hidung adalah minimal dan normalnya tidak lebih dari 10-15 mm
H2O dengan kecepatan aliran udara bervariasi antara 0 sampai 140 ml/menit. Pada
inspirasi, terjadi penurunan tekanan; udara keluar dari sinus. Sementara pada
keseluruhan, pertukaran udara sinus sangat kecil, kecuali pada saat mendengus,
Penyesuaian Udara
Dalam waktu yang singkat saat udara melintasi bagian horizontal hidung
yaitu sekitar 16-20 kali per menit, udara inspirasi dihangatkan (atau didinginkan)
mendekati suhu tubuh dan kelembaban relatifnya dibuat mendekati 100 persen.
Suhu ekstrim dan kekeringan udara inspirasi dikompensasi dengan cara mengubah
aliran udara. Hal ini dilakukan melalui perubahan fisik pada jaringan erektil
10
Purifikasi Udara
Rambut hidung atau vibrisa pada vestibulum nasi yang berlapis kulit
arus balik udara inspirasi, dengan akibat penimbunan partikel dalam idung dan
Gas-gas yang larut juga dikeluarkan dari udara saat melewati hidung.
Makin larut air suatu gas, makin sempurna pengeluarannya oleh mukosa hidung.
Polutan seperti hidrogen klorida, sulfur dioksida dan amonia semuanya sangat
larut dan karena itu dibersihkan sepenuhnya dari udara inspirasi. Sebaliknya,
karbon monoksida dan hidrokarbon mempunyai kelarutan yang sangat rendah dan
Fungsi Mukosiliar
kerja silia yang menggerakkan lapisan mukus dengan partikel yang terperangkap.
Aliran turbulen dalam hidung memungkinkan paparan yang luas antara udara
inspirasi dengan epitel hidung dan lapisan mukusnya, lapisan mukus berupa
selubung sekret kontinyu yang sangat kental, meluas ke seluruh ruang dan sudut
hidung, sinus, tuba eustakius, faring, dan seluruh cabang bronkus. Lapisan atas
dari lapisan mukus yang amat titpis ini kaya akan glikoprotein, lebih kental,
11
dengan kekuatan tegangan yang memungkinkan gerakan kaku silia ke depan
kelenjar submukosa dua atau tiga kali dalam satu jam. Seperti gerakan silia dari
pula silia hidung dan telinga. Suatu tekanan negatif yang cukup bermakna tercipta
oleh tarikan silia pada lapisan mukus bila salah satu ruangan ini tersumbat oleh
mukus. Hal ini dapat berakibat nyeri sinus yang hebat saat sumbatan
membersihkan ostium, dan bila sumbat mukus turun ke dalam kanalis akustikus
dapat menyebabkan atelektasis membrana timpani. Kerja silia yang efektif telah
diperlihatkan dapat terganggu oleh udara yang sangat kering, seringkali terjadi di
rumah pada bulan-bulan musim dingin dengan pemanasan. Juga penting untuk
berbagai cara. Nitrogen dioksida dan sulfur dioksida, komponen lazim dari asap
hitung ion atmosfer yang negatif normal terbentuk akibat radiasi matahari.
Gerakan silia terlihat berkurang atau bahkan terhenti setelah hitung ion menjadi
melembabkan udara inspirasi dengan lebih dari satu liter uap setiap harinya.
12
Namun, bahkan dengan jumlah uap demikian sering kali tidak memadai untuk
dengan pemanasan selama musim dingin. Hal ini dapat berakibat mengeringnya
mukus ditentukan oleh stimulasi saraf pada kelenjar seromukosa pada submukosa
berbagai bagian hidung; pada segmen hidung anterior mungkin hanya seperenam
dari kecepatan segmen posterior, yaitu sekitar 1-20 mm/menit. (Adams, 1997).
juga merupakan sawar terhadap alergen, virus dan bakteri. Akan tetapi walaupun
organisme lebih mudah dibiak dari segmen hidung anterior, sulit untuk mendapat
suatu biakan postnasal yang positif. Lisozim, yang terdapat pada lapisan mukus,
oleh sel plasma yang normal terdapat dalam jaringan tersebut. Sesuai kebutuhan
fisiologik, telah diamati adanya IgG, IgA dan IgE. (Adams, 1997).
13
Hubungan dengan Paru-paru
perifer juga telah dikaitkan dengan rangsangan membrana hidung. Namun tahanan
Modifikasi Bicara
artikulasi. Pada bunyi tertentu seperti m, n, dan ing, resonasi hidung adalah
dalam rongga hidung. Pasien-pasien palatoskisis yang tidak diperbaiki secara khas
mewakili gangguan bicara ini. Hiponasal timbul bila bunyi-bunyi yang normalnya
14
2.1.3 Vaskularisasi Hidung
maksilaris interna, di antaranya ialah ujung arteri palatina mayor dan arteri
fasialis. Pada bagian depan septum terdapat anastomosis dari cabang-cabang arteri
sfenopalatina, arteri etmoid anterior, arteri labialis superior dan arteri palatina
letaknya superfisial dan mudah cedera oleh trauma, sehingga sering menjadi
Wardani, 2011).
Wardani, 2011).
15
Gambar 3. Sumber Perdarahan Epistaksis (Christy Krames, 2005)
2.2.1 Definisi
autosomal yang mengarah pada malformasi arteri vena (AVMs) terutama di paru,
hati, hidung, gastrointestinal, dan sirkulasi otak. HHT terjadi pada sekitar satu dari
5,000-8,000 individu, dan hasil HHT berasal dari mutasi gen yang mengkode
endotel vaskular. Patogenis saat ini adalah ketika gen bermutasi dalam HHT maka
16
Hereditary Hemorrhagic Telangiectasia (HHT) yang menyebabkan
adalah gejala yang paling umum dari HHT dan telangiektasia mukokutan tanda
2.2.2 Etiologi
telah terlibat dalam patogenesis HHT. Renovasi dari endotel pembuluh darah
aliran udara yang tinggi rentan terhadap kekeringan atau trauma mekanis
kepala turbinat rendah, anterior dinding lateral hidung, dan anterior permukaan
mukosa hidung. Epistaksis berulang dan spontan sebagai hasil dari pecahnya
traumatis dari dinding pembuluh ectatic yang kurang kontraktil dan elemen
meningkat timbul pada pasien dengan HHT, sehingga pengobatan selama ini
17
2.2.3 Manifestasi Klinis
Epistaksis
mukosa hidung adalah manifestasi klinis yang paling umum dari HHT. Mimisan
adalah gejala klinis pertama penyakit di sekitar 80% kasus. Tingkat keparahan dan
sedangkan pada epistaksis posterior berasal dari arteri ethmoidalis anterior, arteri
Telangiektasis mukokutan
Telangiectases dari kulit dan membran mukosa mulut terjadi pada 50-90%
dari HHT. Gejala Ini biasanya dapat timbul kemudian hari dibanding muncul
wajah, bibir, mukosa bukal, lidah, jari, tangan, telinga dan dada, tetapi dapat
terjadi di tempat lain. Gejala ini mungkin berdarah tapi jarang ke tingkat
signifikansi klinis.
Saluran pencernaan
perdarahan saluran cerna atas atau bawah berulang dalam 15- 33% dari pasien
HHT. Gejala ini timbul dengan anemia defisiensi besi, dan kadang-kadang dengan
18
non-gejala, masih diragukan. Beberapa penelitian menunjukkan prevalensi 75-
86%.
Hati
Keterlibatan gejala pada hati kurang umum. Keterlibatan hati gejala meliputi:
output tinggi gagal jantung sekunder untuk shunt intrahepatik, portal hipertensi,
Paru-paru
pada metode yang digunakan untuk deteksi dan jenis mutasi gen. Berdasarkan
CT-scan pada dada dan atau angiografi paru, PAVM dapat dideteksi di 26-56%
pasien HHT, dengan prevalensi 49-75% di antara HHT1 subtipe dan 5- 44% di
positif pada 85% pasien HHT1, dan 35% dari pasien HHT2 menggunakan kontras
Khas utama yang berhubungan HHT terkait dengan otak dari cerebral
(berukuran <1 cm) dan telangiektasis kapiler. Ini dapat ditemukan di sekitar 23%
dari pasien HHT. Gejala yang berhubungan dengan lesi ini termasuk sakit kepala,
kejang, iskemia dari jaringan sekitarnya karena mencuri efek, atau perdarahan.
Manifestasi klinis lainnya yang termasuk adalah migrain, abses otak, serangan
19
iskemik transien, dan stroke biasanya komplikasi dari PAVM. AVMs paru adalah
AVMs otak dan biasanya hadir dengan kelumpuhan dan / atau keluhan sakit
2.2.4 Patofisiologi
atau pada selaput lendir, berukuran antara diameter 0,5 dan 1 milimeter. Penelitian
longitudinal, menyelidiki tentu saja yang dialami dari telangiectases, saat ini tidak
venula bertambah besar, baik diameter luminal dan ketebalan dinding pembuluh
melalui segmen kapiler. Akhirnya segmen ini hilang, yang mengarah pada
lapisan berlebihan sel otot polos tanpa serat elastis atau memiliki lapisan yang
Gen ENG dan ALK1 menyandi protein yang terlibat dalam pengiriman
20
berkembang secara abnormal karena tidak baiknya pengiriman informasi pada
2.2.5 Diagnosis
dan kriteria Curacao adalah andalan diagnosis. Yang pasti HHT didiagnosis
dengan adanya 3 atau lebih fitur, termasuk (1) pendarahan spontan, hidung
jari, bibir, mukosa mulut, dan / atau lidah; (3) keterlibatan viseral dengan
telangiektasis saluran cerna dan paru, hati, otak, dan / atau AVMs tulang
belakang; dan (4) riwayat keluarga. Jika hanya 2 kriteria yang hadir, maka HHT
adalah mungkin, dan diagnosis HHT tidak dapat ditegakkan apabila hanya
ditemukan satu atau kurang dari satu gejala yang timbul. Gejala klinis pada HHT
terkait dengan usia, yaitu gejala klinis hilang pada anak-anak dan dewasa muda,
yang terlihat tidak memiliki epistaksis atau telangiektasis belum tentu tidak
terkena HHT. Di sinilah letak salah satu manfaat utama dari pengujian genetik.
terutama pada usia anak-anak dan dewasa muda yang tidak dapat terlihat gejala
klinisnya dan pada pasien dengan kemungkinan HHT di antaranya tes genetik
21
dalam keluarga. Saat ini teknik genetika tersedia membawa tingkat deteksi mutasi
2.2.6 Prognosis
hidup yang lebih pendek dan sebagai penyebab kematian dini. Meskipun
melahirkan karena perdarahan dari AVMs paru atau otak dalam beberapa kasus,
perbedaan yang signifikan secara statistik dalam harapan hidup antara gender dan
2.3 Epistaksis
2.3.1 Definisi
Epistaksis adalah perdarahan akut yang berasal dari lubang hidung, rongga
hidung atau nasofaring dan mencemaskan penderita serta para klinisi. Epistaksis
bukan suatu penyakit, melainkan gejala dari suatu kelainan yang mana hampir
22
2.3.2 Etiologi
kadang-kadang jelas disebabkan oleh kelainan lokal pada hidung atau kelainan
darah, infeksi lokal, benda asing, tumor, pengaruh udara lingkungan. Kelainan
a. Trauma
sebagai akibat trauma yang lebih hebat seperti kena pukul, jatuh, atau
kecelakaan lalu-lintas. Selain itu juga bisa terjadi akibat adanya benda
asing tajam atau trauma pembedahan. Epistaksis sering juga terjadi karena
adanya spina septum yang tajam. Perdarahan dapat terjadi di tempat spina
itu sendiri atau pada mukosa konka yang berhadapan bila konka itu sedang
mengalami pembengkakan.
Sering pada kasus kongenital. Pembuluh darah lebih lebar, tipis, jaringan
23
c. Infeksi lokal
Epistaksis bisa terjadi pada infeksi hidung dan sinus paranasal seperti
rhinitis atau sinusitis. Bisa juga pada infeksi spesifik seperti rhinitis jamur,
d. Tumor
e. Penyakit kardiovaskular
f. Kelainan darah
g. Kelainan kongenital
Wilenbrand disease.
24
h. Infeksi sistemik
disertai epistaksis.
cuacanya sangat dingin atau kering. Hal serupa juga bisa disebabkan
mukosa hidung.
j. Gangguan hormonal
Epistaksis juga dapat terjadi pada wanita hamil atau menopause karena
2.3.3 Klasifikasi
1. Epistaksis anterior
anak-anak dan biasanya dapat berhenti sendiri. Perdarahan pada lokasi ini
superior vestibulum nasi. Perdarahan juga dapat berasal dari bagian depan
konkha inferior. Mukosa pada daerah ini sangat rapuh dan melekat erat
25
pengeringan udara inspirasi dan trauma. Akibatnya terjadi ulkus, ruptur
perdarahan.
2. Epistaksis posterior
2.3.4 Tatalaksana
umunya, nadi, pernapasan serta tekanan darahnya. Bila ada kelainan, atasi terlebih
dulu misalnya dengan memasang infus. Jalan napas dapat tersumbat oleh darah
atau bekuan darah, perlu dibersihkan atau dihisap. Alat-alat yang diperlukan untuk
pemeriksaan ialah lampu kepala, spekulum hidung dan alat penghisap. Pasien
dengan epistaksis diperiksa dalam posisi duduk, biarkan darah mengalir keluar
dari hidung sehingga bisa dimonitor. Kalau keadaannya lemah sebaiknya setengah
sampai darah mengalir ke saluran napas bawah. (Soetjipto & Wardani, 2007).
26
Penanganan epistaksis yang tepat akan bergantung pada suatu anamnesis
yang cermat. Hal-hal yang penting adalah sebagai berikut (Adams, 1997):
2. Lokasi perdarahan
ataukah keluar dari hidung depan (anterior) bila pasien duduk tegak
5. Kecenderungan perdarahan
7. Hipertensi
8. Diabetes melitus
9. Penyakit hati
telangiektasis dan menurunkan angka kejadian anemia defisiensi zat besi. Dosis
27
Vascular Endothel Growth Factor (VEGF) menghambat sintesis dari
transfusi pada pasien dengan HHT. Beberapa efek terapi Bevacizumab pada
hemoglobin)
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa dosis 40-80 kali lebih rendah dari
dari epistaksis, serta gejala sinonasal keseluruhan dan gejala mental. Pengaruh
bevacizumab dosis rendah diukur dengan empat kualitas hidup pasien yang
dan keparahan dari epistaksis dengan dua cara yaitu intravena dan intranasal.
Namun, pedoman dosis ideal dan frekuensi administrasi saat ini kurang, dengan
kebanyakan studi protokol onkologi dan bukti farmakokinetik bahwa dosis rendah
diperlukan untuk perbaikan yang signifikan dalam epistaksis medis refrakter pada
28
Tingkat keparahan dan frekuensi pada epistaksis menurun untuk semua
peserta dalam penelitian. Ada penurunan signifikan secara statistik pada nilai
Epistaxis Severity Score (ESS) selama protokol pengobatan. Awal rata-rata nilai
Epistaxis Severity Score (ESS) adalah 7,2, yang jatuh ke 3,3 setelah infus terakhir
(p 0,01; Gambar 1.). Selain itu, skor komposit dari SF-36 menunjukkan
2014)
hematokrit sebelum dan sesudah perlakuan adalah 11,0 g / dL dan 34,4% dan
11.4g / dL dan 35,7%. Empat dari enam pasien memiliki peningkatan hemoglobin
penelitian. Efek samping yang paling umum dilaporkan selama penelitian adalah
sakit kepala, diikuti dengan perubahan sensasi rasa. Satu pasien melaporkan tidak
ada efek samping sama sekali, dan semua pasien melaporkan mengalami
Pertama, pengobatan lebih lokal dan terfokus, sehingga mengurangi efek sistemik
29
terdapat penghematan biaya yang signifikan dengan aplikasi intranasal topikal
sekitar $ 650 dibandingkan dengan beberapa ribu dolar per dosis bevacizumab IV.
(Brinkerhoff, 2012)
Pada kasus ini memiliki beberapa keterbatasan, yang paling jelas dari yang
ukuran sampel. penelitian lebih lanjut diperlukan untuk melihat apakah hasil
juga bisa cepat keluar dari hidung terutama ketika pembuluh darah pendarahan.
panjang yang layak dan biaya untuk epistaksis kronis pada pasien dengan HHT.
Penggunaan pengobatan topikal tampaknya aman dan efektif dan layak studi lebih
pengobatan pertama, sedangkan tiga pasien tidak. Untuk ini, tingkat keparahan
epistaksis, dinilai oleh IFT dan sistem ESS sebelum dan 4 minggu setelah
pengobatan pertama, tidak berubah (pasien 3, 5, dan 7 pada Tabel I). Dua dari tiga
pasien ini menerima satu lagi pengobatan setelah 4 minggu. Dosis kedua adalah
(Dheyauldeen, 2012)
Penelitian ini dilakukan pada tiga pasien dengan HHT yang diberikan
semprotan topikal bevacizumab off-label. Para pasien terdiri dari dua laki-laki dan
30
satu perempuan berusia 67, 77 dan 66 tahun. Salah satu pasien memiliki riwayat
emboli paru sebelumnya diobati dengan warfarin dan tetap pada terapi antiplatelet
ganda selama penelitian karena penyakit arteri koroner yang berat. Ketiga pasien
sebelumnya telah berhasil dengan berdenyut kauter dye laser mukosa hidung
mereka diberikan pada sekitar secara bulanan hingga 20 tahun. Para pasien terus
menghadiri klinik ini dan menerima kauter dianggap perlu oleh dokter yang
diberikan di 100 aliquots ll ke setiap lubang hidung setiap lima menit sampai
selesai. Ini diulang setiap bulan untuk total 3 bulan. Keparahan gejala dinilai
nilai dari 10. Ini adalah instrumen divalidasi berdasarkan enam pasien melaporkan
pengobatan, anemia dan transfusi persyaratan ( Hoag et al, 2010). Berat dikaitkan
dengan setiap faktor sesuai dengan dampak relatif pada persepsi pasien
keparahan. Data juga dikumpulkan pada durasi rata-rata harian dari epistaksis,
jumlah perawatan laser yang diberikan setiap bulan, dan kebutuhan terapi besi
obat semprot hidung untuk pasien dengan HHT untuk menghasilkan pengurangan
31
bevacizumab untuk mengurangi kecenderungan dari telangiektasia. Hasil ini
pada keuangan pada pasien dan gejala yang ditimbulkan. (Wiley, 2013)
32