Sie sind auf Seite 1von 20

REFRAT

MANAJEMEN KEHAMILAN PADA EPILEPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

Pendidikan Program Profesi Dokter Stase Ilmu Kebidanan dan Kandungan

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

PEMBIMBING:
dr. Sutiyono, Sp.OG (K) Obsos

Diajukan Oleh:
Adinda Rizky
Aulia A, S.Ked
J510165002

KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRIK DAN GINEKOLOGIK


RSUD KARANGANYAR FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
LEMBAR PENGESAHAN

REFRAT
MANAJEMEN KEHAMILAN PADA EPILEPSI

1
Diajukan Oleh :
Adinda Rizky Aulia A, S.Ked
J510165002

Telah disetujui dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari selasa September 2016

Pembimbing :
dr. Sutiyono, Sp.OG (K) Obsos (..................................)

Dipresentasikan di hadapan :
dr. Sutiyono Sp.OG (K) Obsos (..................................)

Disahkan Ketua Program Profesi :


dr. Dona Dewi N (.................................)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................2

DAFTAR ISI........................................................................................................3

BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................4

2
A. Latar Belakang.......................................................................................

B. Rumusan Masalah...................................................................................

C. Tujuan.....................................................................................................

D. Manfaat..................................................................................................

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................6

A. Definisi Epilepsi................................................................................6

B. Etiologi................................................................................................6

C. Patofisiologi........................................................................................8

D. Pengaruh Epilepsi pada Kehamilan ..................................................9

E. Manifestasi Klinis ............................................................................11

F. Diagnosis ..........................................................................................12

G. Diagnosis Banding............................................................................13

H. Penatalaksanaan................................................................................13

I. Prognosis............................................................................................15

BAB III. KESIMPULAN..................................................................................16

BAB IV SARAN..............................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

3
Epilepsi merupakan gangguan paroksimal dimana cetusan neuron korteks
serebri mengakibatkan serangan penurunan kesadaran, perubahan fungsi motorik
atau sensorik, perilaku atau emosional yang intermiten dan streotipik. Epilepsi
adalah istilah untuk cetusan listrik lokal pada substansia grisea otak yang terjadi
sewaktu-waktu, mendadak dan sangat cepat 1.

Insiden epilepsi mempunyai rentang angka yang besar, 11-134/ 100.000


populasi, kemungkinan karena perbedaan dasar penelitian, apakah population
based survey household survey atau hospital survey. Prevalensi epilepsi berkisar
0,5-4% shingga pada jumlah penduduk Indonesia 240juta, perkiraan jumlah
penyandang epilepsi 1,1-1,8 juta. Sedangkan dari semua wanita hamil didapatkan
antara 0,3%-0,5% dengan epilepsi dan 40% masih dalam usia reproduksi 3.

Kehamilan pada wanita dengan epilepsi sampai saat ini masih dianggap
sebagai kehamilan risiko tinggi, dikarenakan adanya pengaruh yang kurang baik
dari epilepsi terhadap kehamilan dan sebaliknya serta pengaruh obat anti epilepsi
terhadap janin 3. Kurang lebih 6% bayi yang dilahirkan oleh ibu yang mendapat
terapi obat anti epilepsi (OAE) tersebut mengalami cacat bawaan baik secara
anatomis maupun fisiologis 4.

Beberapa penelitian epidemiologik juga menemukan bayi dari ibu yang


menderita epilepsi mengalami cacat lahir sekitar dua sampai tiga kali lipat
dibanding populasi umum. Di seluruh dunia sekitar 40.000 bayi setiap tahun
terpajan OAE di dalam kandungan. Diperkirakan sekitar 1.500-2.000 dari bayi
tersebut mengalami cacat lahir sebagai dampak OAE tersebut 5.

Dalam menghadapi kehamilan resiko tinggi seperti ini, maka pada ibu
hamil dengan epilepsi sebaiknya dibutuhkan penanganan secara terpadu antara
ahli kebidanan dan ahli saraf agar dapat bebas dari serangan epileptik, serta ahli
anak untuk memantau adanya gangguan perkembangan dan kelainan kongenital.

4
Oleh karena itu penulis merasa perlu untuk membahas kasus epilepsi dalam
kehamilan ini.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana manajemen epilepsi pada kehamilan ?

C. Tujuan

Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui manajemen epilepsi pada


kehamilan.

D. Manfaat

Manfaat penulisan ini adalah untuk mempelajari kasus epilepsi pada


kehamilan yang berlandaskan teori untuk memahami bagaimana cara manajemen
epilepsi pada kehamilan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

5
Bangkitan epilepsi adalah manifestasi klinik (gejala dan tanda-tanda) yang
serupa dan berulang secara paroksimal yang disebabkan oleh hiperaktivitas listrik
abnormal sekelompok neuron korteks serebral yang spontan akibat gangguan
fungsi otak secara intermitten bukan disebabkan oleh suatu penyakit otak akut.
Epilepsi adalah suatu keadaan yang ditandai oleh bangkitan epilepsi berulang,
berulang lebih dari 24 jam yang timbul tanpa provokasi 6.

Epilepsi dalam kehamilan dapat berupa epilepsi pada wanita hamil yang
memang sudah didiagnosis dengan epilepsi, dan dapat juga berupa epilepsi
gestasional. Epilepsi gestasional merupakan keadaan dimana bangkitan epilepsi
baru pertama kali terjadi saat wanita tersebut hamil 7.

Epilepsi gestasional merupakan suatu sindroma yang jarang dijumpai, dan


bangkitan epilepsi ini tidak dijumpai saat wanita tersebut tidak sedang hamil.
Dikenal pula istilah gestasional onset epilepsi dimana bangkitan epilepsi pertama
terjadi saat hamil, tetapi bangkitan tetap terjadi saat sedang tidak hamil 7.

B. Etiologi

Etiologi epilepsi dapat dibagi dalam tiga kategori, yaitu 6 :

1. Epilepsi primer atau idiopatik, yang penyebabnya tidak diketahui dan


diduga memiliki predisposisi genetik.
2. Kriptogenik, dianggap simptomatik, akan tetapi sebenarnya penyebabnya
belum diketahui, misalnya akibat Sindroma Lennox Gastaut dan west
syndrome.
3. Simptomatik, disebabklan oleh kelainan/lesi pada susunan saraf pusat
Frekuensi dan keparahan epilepsi dapat mengalami perubahan pada
seorang wanita pada masa pubertas, menstruasi, kehamilan dan menopause.
Dalam hal ini faktor hormonal dilaporkan memiliki peranan penting. Dari suatu
penelitian prospektif yang dilakukan oleh Schmid,dkk, dari 122 wanita hamil
yang memang telah didiagnosis epilepsi, ditemukan bahwa kehamilan tidak
berpengaruh terhadap frekuensi bangkitan epilepsi pada 50% kasus, jumlah
6
bagkitan meningkat pada 37% kasus, sementara 13% lainnya mengalami
penurunan bangkitan frekuensi 7.

Pada kebanyakan kasus, diajukan beberapa hipotesis yang menjelaskan


mengapa terjadi peningkatan bangkitan epilepsi. Hipotesis yang diajukan tersebut
antara lain:
1. Faktor hormonal
Pada wanita estrogen memiliki efek epileptogenik yang mana kadar
estrogen meningkat selama kehamilan dan mencapai puncaknya pada
trimester ketiga kehamilan. Seorang wanita yang hamil kadar estrogen dalam
darah akan menurun,sehingga merangsang aktifitas enzim asam glutamat
dekarboksilase dan karena itu sintesis gamma amino butiric acid (GABA)
akan menurun dalam otak. Dengan menurunnya konsentrasi GABA di otak
akan merangsang bangkitan epilepsi 8 9.
2. Faktor metabolik
Pada kehamilan akan terjadi hemodilusi akibat filtrasi glomerulus
berkurang sehingga terjadi retensi cairan serta edema, akibatnya kadar obat
antiepilepsi dalam plasma akan menurun. Retensi cairan yang terjadi
menyebabkan hiponatremi. Keadaan ini akan menimbulkan gangguan parsial
dari sodium pump yang mengakibatkan peninggian eksitabilitas neuron dan
mempresitasi bangkitan epilepsi 7 8.
3. Faktor farmakokinetik obat anti epilepsi
Estrogen memiliki efek menginduksi enzim sitokrom P-450 dan dengan
demikian akan mempercepat laju metabolisme obat antiepilepsi. Akibatnya,
pada wanita yang selama ini epilepsinya terkontrol dengan obat tersebut,
kadar obat tersebut dapat menurun dalam plasma seiring dengan semakin
singkatnya waktu paruh obat dan meningkatkan risiko terjadinya bangkitan
epilepsi 7 9.

7
Pada wanita hamil volume plasma meningkat kira-kira sepertiga pada
trimester ketiga, hal ini disebabkan oleh efek dilusi. Penentuan dan angka
penurunan dari konsentrasi obat anti epilepsi berbeda untuk setiap jenis obat.
Penurunan kadar obat dalam darah untuk fenitoin dan fenobarbital kira-kira
80% terjadi pada trimester pertama, sedangkan untuk karbamazepin terbesar
penurunannya pada trimester ketiga 7.
4. Faktor psikologis
Kecemasan serta ketegangan emosional dan gangguan tidur yang terjadi
selama kehamilan diduga dapat meningkatkan frekuensi bangkitan epilepsi,
meskipun mekanisme yang jelas masih belum dapat diketahui hingga saat ini
789
.
C. Patofisiologi

Dalam keadaan normal terdapat keseimbangan antara eksitasi dan inhibisi


aktivitas listrik. Suatu epilepsi terjadi bila terlalu banyak neuron otak meletup
bersamaan (sinkron) begitu cepat, menyebabkan badai listrik akibat imbalans
antara eksitasi dan inhibisi. Ada 2 teori yang menjelaskan terjadinya bangkitan
epilepsi ialah teori kanal ion dan teori neurotransmitter 6 :

Teori kanal ion : yang berperan adalah kanal ion natrium, ion calcium, dan
+ ++
ion klorida. Na influx dan Ca influks yang berperan dalam proses
eksitasi, sedang Cl influx berperan dalam proses inhibisi

Teori neurotransmitter : dilihat dari aspek neuro kimia, epilepsi dapat


terjadi perubahan GABA, glutamat, katekolamin, opioid dan
++
mengakibatkan influx Ca ke dalam sel post synaptic, sehingga terjadi
depolarisasi yang menyebabkan bangkitan epilepsi. Neurotransmitter
GABA ( Gamma Amino Butyric Acid) berperan sebagai inhibisi,
mengakibatkan influks Cl- pada membran post synaptic, sehinnga terjadi

8
proses hiperpolarisasi yang menyebabkan penghambatan rangsang
(inhibisi) mencegah bangkitan listrik.

D. Pengaruh epilepsi pada kehamilan

Kebanyakan wanita dengan epilepsi telah mengalami bangkitan sebelum


kehamilan. Meskipun jarang terjadi, beberapa wanita dengan epilepsi mungkin
mengalami bangkitan hanya selama kehamilan yang disebut gestasional epilepsi 9.

Kehamilan pada wanita dengan epilepsi tergolong mempunyai faktor


risiko tinggi. Banyak penelitian mengatakan terdapat peningkatan risiko
komplikasi obstetrik pada wanita dengan epilepsi dibandingkan dengan kehamilan
normal. Hal ini disebabkan adanya pengaruh kehamilan terhadap epilepsi dan
sebaliknya, pengaruh epilepsi terhadap janin dan pengaruh obat anti epilepsi
terhadap perkembangan janin 10 11.

Sebuah penelitian menyatakan bahwa perempuan dengan epilepsi yang


makin sering mengalami serangan kejang setiap bulannya sebelum hamil,
frekuensi serangannya akan meningkat selama kehamilan, sedangkan perempuan
dengan epilepsi yang dalam waktu sembilan bulan tidak pernah kejang atau hanya
11.
satu kali, tidak akan mengalami peningkatan serangan kejang selama hamil
Bayi dari ibu yang menderita epilepsi memiliki risiko yang lebih tinggi untuk
sejumlah outcome kehamilan yang merugikan diantaranya adalah kematian janin,
malformasi kongenital, pendarahan neonatus, berat badan lahir rendah,
keterlambatan perkembangan, kesulitan makan, dan epilepsi masa kanak-kanak 9.

Secara umum pengaruh epilepsi terhadap kehamilan dapat diklasifikasikan


menjadi pengaruh pada kehamilan, janin dan neonatus :

a. Pengaruh epilepsi terhadap kehamilan

Komplikasi serangan epilepsi pada kehamilan terjadi 1,5 sampai 4


kali, yaitu perdarahan pervaginam sekitar 7%-10% pada trimester I dan III,
9
hiperemesis gravidarum sebagian besar akibat dosis tinggi obat anti
epilepsi, herpes maternal ditemukan 6 kali lebih sering dan resiko
timbulnya preeklampsia 50%-250% 12.

b. Pengaruh epilepsi terhadap janin

Serangan epilepsi pada wanita hamil dapat menyebabkan kelainan


atau kematian pada janin. Kematian janin, didefinisikan sebagai fetal loss
setelah usia kehamilan 20 minggu tampaknya menjadi hal yang umum
terjadi dan kemungkinan merupakan masalah yang sama besarnya dengan
malformasi dan anomali kongenital 13.

Kejang umum tonik klonik sekali saja atau tunggal akan


mempengaruhi denyut jantung janin menjadi lambat (transient fetal
bradycardia selama 20 menit), sedangkan bila kejang berulang dan
berlangsung lama komplikasi terhadap jantung menjadi lebih berat serta
dapat mengganggu sirkulasi sistemik janin sehingga bisa timbul hipoksia
13
.

c. Pengaruh epilepsi terhadap neonatus

Pengaruh epilepsi terhadap neonatus yang bermakna lainnya


adalah malformasi kongenital. Beberapa studi atau penelitian
mendapatkan hampir sebagian besar malformasi kongenital terjadi akibat
pengaruh obat anti epilepsi yang diberikan pada wanita hamil trimester
pertama (18,9%), tetapi ada yang berpendapat karena memang sudah ada
factor genetiknya. Tidak ada malformasi yang khas diakibatkan oleh
pemakaian obat anti epilepsi satu jenis tertentu 11 12 13.

E. Manifestasi klinis

10
Banyak penyandang epilepsi yang mengalami gejala yang timbul beberapa
waktu atau segera sebelum bangkitan, sebagai gejala prodromal atau gejala
peringatan. Gejala ini bersifat afektif sebagai perubahan mood, depresi, mudah
tersinggung, ketakutan dan tampak bodoh sedangkan gejala awal beberapa detik
atau menit sebelum bangkitan disebut aura. Gejala klinis yang berhubungan
dengan kriteria diagnostik, tergantung jenis bangkitan 6 :

a. Bangkitan parsial :

Bangkitan parsial sederhana dapat bermanifestasi motorik, sensorik,


autonom atau psikis.

Bangkitan parsial kompleks atau epilepsi psikomotor/epilepsi bangkit


lena (gangguan kesadaran) atau dimulai bangkitan lena dan diakhiri
kebingungan atau nyeri kepala

Bangkitan umum sekunder dimulai dari bangkitan parsial sederhana


menjadi bangkitan parsial kompleks atau bangkitan parsial sederhana
langsung menjadi bangkitan umum sekunder (biasanya tonik klonik)

b. Bangkitan umum :

Bangkitan lena : dapat mengalami gangguan kesadaran sesaat, tanpa


perubahan tonus otot, tanpa aura, tanpa kebingungan, atau nyeri
kepala tetapi setelah bangkitan sering disertai automatisme.

Bangkitan mioklonus : berupa kontraksi sekelompok otot secara tiba-


tiba dan sejenak, sering waktu bangun tidur.

Spasme infantile : bentuk bangkitan epilepsi yang khas, mendadak


terjadi fleksi leher dan badan, abduksi dan fleksi kedua langan,
sehingga seperti orang memberi salam.
11
Bangkitan umum tonik klonik : sering terjadi jeritan, sentakan
mioklonik yang didahului sindrom prodromal dan aura biasanya
bangkitan mulai dengan kekakuan anggota gerak, kesadaran
menghilang dan sering terjatuh.

F. Diagnosis

Diagnosis epilepsi didasarkan atas anamnesis dan pemeriksaan klinik


dikombinasikan dengan hasil pemeriksaaan EEG dan radiologis. Namun
demikian, bila pemeriksa secara kebetulan melihat bangitan yang sedang
berlangsung, maka diagnosis epilepsi (klinik) sudah dapat ditegakkan. Auto
maupun alloanamnesis perlu dilakukan untuk mengetahui segala sesuatu yang
terjadi sebelum, selama, dan sesudah bangkitan (meliputi gejala dan lamanya
bangkitan) merupakan informasi yang merupakan kunci diagnosis. Selain itu perlu
ditanyakan faktor pencetus bangkitan dan riwayat epilepsi pada keluarga 1.

Pemeriksaan fisik juga harus dilakukan secara menyeluruh. Begitu juga


dengan pemeriksaan neurologi yang meliputi status mental, gait, koordinasi,
pemeriksaan saraf kranialis, fungsi motorik dan sensorik, serta reflex tendon 14.

Pada epilepsi pola EEG dapat membantu untuk menentukan jenis dan
lokasi bangkitan. Gelombang epileptiform berasal dari cetusan paroksismal yang
bersumber pada sekelompok neuron yang mengalami depolarisasi secara sinkron.
Gambaran epileptiform yang terekam pada EEG muncul dan berhenti secara
mendadak, seringkali dengan morfologi yang khas. Gelombang epileptiform dapat
muncul pada sekitar 1-2% orang yang tidak mengalami epilepsi. Rekaman EEG
pada penderita epilepsi dalam keadaan sadar dan istirahat dapat menunjukkan
gambaran yang normal 1.

G. Diagnosis banding

Diagnosis banding pada kasus epilepsi, yaitu 15:

12
Sinkop

gangguan jantung

gangguan sepintas peredaran darah otak

hipoglikemia

keracunan

breath holding spells

histeria

narkolepsi

pavor nokturnus

paralisis tidur dan migren


H. Penatalaksanaan

Memperhatikan pengaruh epilepsi pada kehamilan, wanita hamil dengan


epilepsi dihadapkan pada kondisi yang unik. Satu sisi dengan kehamilannya
mempunyai risiko untuk meningkat serangan epilepsi, namun di sisi lain
penggunaan obat anti epilepsi (OAE) tidak sepenuhnya aman dan bebas diberikan
mengingat efek samping bagi janin yang dikandungnya. Penanganan epilepsi pada
wanita hamil perlu direncanakan secara cermat.

Berikut ini adalah pedoman tatalaksana epilepsi pada kehamilan berdasarkan


Kelompok Studi Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSI) tahun
2008 : 2

I. Sebelum hamil strong evidance (class I )

o Terapi diberikan optimal sebelum konsepsi

o Bila memungkinkan perubahan terapi antiepilepsi diselesaikan


sekurang-kurangnya 6 bulan sebelum konsepsi

13
o Diberikan asam folat (> 0,4 mg/hari) selama masa reproduksi dan
dilanjutkan selama kehamilan

II. Saat hamil strong evidance (class I)

o Jenis OAE jangan diganti bila tujuannya hanya untuk mengurangi risiko
teratogenik
o Pada pasien yang menggunakan karbamazepin, divalproex sodium atau
asam valproat perlu dilakukan:
Pemeriksaan kadar alpha-fetoprotein serum (minggu 14-16
kehamilan)
Pemeriksaan ultrasonografi level II (struktural) (minggu 16-20
kehamilan)
Amniosintesis untuk pemeriksaan kadar alpha-fetoprotein dan asetil
kolinesterase dalam cairan amnion

III. Saat hamil weeker evidance (class III)

o Dilakukan pemantauan kadar OAE yang tidak terikat protein. Untuk


pasien yang stabil, kadar obat diperiksa sebelum konsepsi, awal tiap
trimester, dan pada bulan terakhir kehamilan. Juga dapat dipantau bila
ada indikasi ( misalnya setelah bangkitan atau bila ragu dengan ketaatan
minum obat )
o Diberikan vitamin K 10 mg/hari dalam bulan terakhir kehamilan pada
pasien yang menggunakan antiepilepsi yang menginduksi enzim.

IV. Setelah kehamilan/persalinan strong evidance (class I)

o ASI tetap diberikan


o Diperhatikan apakah ada kesulitan minum dan efek sedasi pada bayi

V. Setelah kehamilan weeker evidance (class III)

o Kadar OAE dipantau sampai minggu ke 8 pasca persalinan


o Bila dosis OAE dinaikkan selama kehamilan, turunkan kembali sampai
ke kadar dosis sebelum kehamilan untuk menghindari toksisi
14
Efek teratogenik obat antiepilepsi, yaitu :
Metabolisme obat anti epilepsi terjadi melalui komponen arene oksid,
epoksid yang sebagian besar merupakan komponen reaktif yang bersifat
teratogenik.
Kelainan genetik yang disebabkan oleh hidrolase epoksid meningkatkan
resiko terhadap toksisitas fetus atau alternatif lain
Radikal bebas yang dihasilkan metabolisme obat antiepilepsi yang bersifat
sitotoksik
Kelainan genetik yang disebabkan oleh free radical scavenging
meningkatkan resiko terhadap toksisitas fetus.
Presentasi malformasi akibat obat anti epilepsi, yaitu :
o Fenitoin (39%)
o Sodium valproat 1-2%
o Karbamzepin 0,5 1 %
o Fenobarbital 0,6 %.

Obat Anti epilepsi yang digunakan pada masa kehamilan :


1. Fenitoin
Obat ini digunakan sangat luas sebagai obat anti epilepsi pada kehamilan.
Penggunaan fenitoin dapat menggambarkan abnormalitas yang diamati pada
neonatus, ibu yang penderita epilepsi diberikan fenitoin biasanya di
kombinasikan dengan fenobarbital. Sindrom ini terdiri atas abnormalitas
kranifasial, kelainan anggogta gerak, defisiensi pertumbuhan dan retradasi
baik ringan atau sedang. Dosis fenitoin 150-600mg/dl
2. Sodium valproat
Penggunaan obat ini dapat mengakibatkan kelainan pada janin berupa
syndrome valproat fetus. Bayi yang dilahirkan dari ibu yang terkena epilepsi
dan mengkonsumsi obat ini dapat menimbulksn berupa kelainan pada wajah
: lipatan epikantus inferior, jembatan hidung yang datar. Dosis sodium
valproat 600-3000mg/hari
3. Karbamazepin
Obat ini tidak terlibat dalam terjadinya malformasi mayor tapi dapat
menyebabkan retradasi pertumbuhan, kepala janin/. Penggunaan obat
karbamazepin atau dikombinasikan dengan fenobarbital yang dapat
15
menyebabkan retradasi dan bisa juga terjadinya spina bifida. Dosis yang
diberikan 400-1800mg/hari
4. fenobabital
terdapat sedikit keterangan mengenai teratogenik dari obat ini, efek
teratogenik kurang bila dibandingkan dengan obat yang lain. Pemakaian
obat ini bisa terjadi dismorfim wajah, gangguan pre dan post natal dan
perkembangan lambat. Dosis 30-240mg/hari

Nama Obat Dosis Obat Waktu Efek yang


penggunaan mungkin terjadi
(Trimester)
Fenitoin 100mg 150-600mg/hari 1st Trimester Abnormal
kraniofasial,
kelainan anggota
gerak, defisiensi
pertumbuhan
dan retradasi
mental
Sodium valproat 600- 1st Trimester Kelainan pada
500mg 3000mg/hari wajah : lipatan
epikantus
inferior,
jembatan hidung
yang datar dan
spina bifida.
st
Karbamazepin 400- 1 Trimester Retradarsi
200mg 1800mg/hari mental
Fenobarbital 30-240mg/hari 1st Trimester Dismorfim
30mg wajah, gangguan

16
pre dan
postnatal,
perkembangan
lambat

I. Prognosis

Pasien epilepsi yang berobat teratur, 1/3 akan bebas serangan paling
sedikit 2 tahun dan bila lebih dari 5 tahun sesudah serangan terakhir obat
dihentikan, paien tidak mengalami sawan lagi dikatakan telah mengalami remisi.
Diperkirakan 30% pasien tidak akan mengalami remisi meskipun minum obat
dengan teratur. Sesudah remisi kemungkinan munculnya serangan ulang paling
sering didapatkan pada sawan tonik-klonik dan sawan parsial kompleks.
Demikian pula usia muda lebih muda mengalami relaps sesudah remisi 15.

17
BAB III

KESIMPULAN

Epilepsi didefinisikan sebagai suatu keadaan yang ditandai dengan


manifestasi klinis yang serupa dan berulang sebagai akibat oleh lepasnya muatan
listrik abnormal dan berlebihan di neuron-neuron secara paroksismal yang
disebabkan berbagai etiologi. Epilepsi dalam kehamilan dapat berupa epilepsi
pada wanita hamil yang memang sudah didiagnosis dengan epilepsi, dan dapat
juga berupa epilepsi gestasional dimana bangkitan epilepsi baru pertama kali
terjadi saat wanita tersebut hamil.

Pada wanita hamil terjadi perubahan-perubahan secara fisiologis,


endokrinologis dan psikologis. Peningkatan estrogen, gangguan keseimbangan
elektrolit, faktor stress dan perubahan metabolisme obat anti epilepsi dapat
meningkatkan serangan epilepsi pada waktu kehamilan. Bangkitan epilepsi
maternal dan paparan obat antiepilepsi dapat meningkatkan risiko terjadinya
outcome yang merugikan pada anak yang dilahirkan dari ibu dengan epilepsi.
Outcome ini termasuk fetal loss dan kematian perinatal, malformasi dan anomali
kongenital, perdarahan neonatal, berat badan lahir rendah, keterlambatan
perkembangan, dan epilepsi masa anak- anak.

Secara umum penatalaksanaan epilepsi pada kehamilan meliputi


pentalaksanaan konsultasi dan edukasi prakonsepsi, pemilihan OAE sebelum dan
selama kehamilan, antenatal care dan pemberian supermen volat dan Vit K,
persalinan dan post partum (menyusui).

18
BAB IV

SARAN

Nasehat yang perlu diberikan pada pasien ini adalah:


a. Pasien dianjurkan untuk mengonsumsi obat anti epilepsi secara teratur
b. Pasien dianjurkan untuk monitoring konsentrasi obat serum bayi dan
meneruskan pemberian ASI, tetapi pemberian mungkin dapat dilakukan
sebelum ibu menggunakan dosis obat anti epilepsi

DAFTAR PUSTAKA

1. Harsono. 2007. Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press, 2007.
2. Harsono, Kustiowati E., Gunadharma S. 2008. Pedoman Tatalaksana
Epilepsi Edisi 3. Jakarta: Kelompok Studi Epilepsi Perhimpunan Dokter
Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI).

19
3. Yerby S, Leavitt A, Erickson S, et. al. 2002. Antiepileptics and the
development of congenital anomalies. Neurology; 42: 132-140
4. Bittigau P, Sifringer M, Ikonomidou C. 2003. Antiepileptic drugs and
apoptosis in the developing brain, Ann N Y Acad Sci; 993:103-124.
5. Azarbayjani, F. 2001. Common mechanism for teratogenicity of
antiepileptic drugs. Drug induced embryonic arrhythmia and
hypoxiareoxygenation damage. Acta Universitatis Upsaliensis. Comprehensive
Summaries of Uppsala Dissertations from the Faculty of Pharmacy; 253. 54
6. Suroto., 2014. Neurologi untuk dokter umum. Bagian Neurologi Fakultas
Kedokteran UNS.
7. Japardi, Iskandar. 2002. Epilepsi pada Kehamilan. Majalah Kedokteran
Nusantara.
8. Caughey, Aaron B. 2012. Epilepsy in Pregnancy. Available from
www.emedicine.medscape.com/article/272050
9. Taufiqurrohman, A. Nuradyo, D. Harsono. 2008, Manajemen Epilepsi
pada Kehamilan. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia
10. Chang, Bernard S. & Lowenstein, Daniel H. 2003. Epilepsy. N Engl J
Med; 349: 1257-1266.
11. Thomas, Sanjeev V. 2002. Epilepsy and Pregnancy. Current Science; 82
(6): 720-731
12. Mamoli D, Ratti S, Battino D. 2003. Epilepsy and pregnancy. Neurol Sci;
23: 267-269
13. Ramson, Dombrowski, Evans, Ginsburg. 2002. Contemporary therapy in
obstetrics and gynecology. Philadelphia: WB Saunders: 115-8
14. Dewanto G, Suwono WJ, Riyanto B, Turana Y. Bangkitan Epilepsi.
Panduan praktis diagnosis & tatalaksana penyakit saraf. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC;2009.p.73-99.
15. Arief M., 2000. Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta : Media Aeculapius.

20

Das könnte Ihnen auch gefallen

  • Typoid-WPS Office
    Typoid-WPS Office
    Dokument1 Seite
    Typoid-WPS Office
    Adinda Rizky Aulia
    Noch keine Bewertungen
  • Laporan Kasus Rds BBLR
    Laporan Kasus Rds BBLR
    Dokument21 Seiten
    Laporan Kasus Rds BBLR
    Adinda Rizky Aulia
    Noch keine Bewertungen
  • 9641 33049 1 PB
    9641 33049 1 PB
    Dokument7 Seiten
    9641 33049 1 PB
    Untsaa Nabila
    Noch keine Bewertungen
  • Honk
    Honk
    Dokument23 Seiten
    Honk
    Adinda Rizky Aulia
    Noch keine Bewertungen
  • Laporan Kasus Jiwa X
    Laporan Kasus Jiwa X
    Dokument9 Seiten
    Laporan Kasus Jiwa X
    Adinda Rizky Aulia
    Noch keine Bewertungen
  • Borang
    Borang
    Dokument6 Seiten
    Borang
    park bi ae
    Noch keine Bewertungen
  • Borang
    Borang
    Dokument6 Seiten
    Borang
    park bi ae
    Noch keine Bewertungen
  • Abses
    Abses
    Dokument18 Seiten
    Abses
    Adinda Rizky Aulia
    Noch keine Bewertungen
  • Ikterik
    Ikterik
    Dokument7 Seiten
    Ikterik
    Adinda Rizky Aulia
    Noch keine Bewertungen
  • Typoid-WPS Office
    Typoid-WPS Office
    Dokument1 Seite
    Typoid-WPS Office
    Adinda Rizky Aulia
    Noch keine Bewertungen
  • Laporan Kasus Jiwa II
    Laporan Kasus Jiwa II
    Dokument8 Seiten
    Laporan Kasus Jiwa II
    Adinda Rizky Aulia
    Noch keine Bewertungen
  • Skabies Dan Upaya Pencegahannya
    Skabies Dan Upaya Pencegahannya
    Dokument10 Seiten
    Skabies Dan Upaya Pencegahannya
    Taufiq Alghofiqi
    Noch keine Bewertungen
  • Laporan Kasus Jiwa Vi
    Laporan Kasus Jiwa Vi
    Dokument8 Seiten
    Laporan Kasus Jiwa Vi
    Adinda Rizky Aulia
    Noch keine Bewertungen
  • Laporan Kasus Jiwa X
    Laporan Kasus Jiwa X
    Dokument9 Seiten
    Laporan Kasus Jiwa X
    Adinda Rizky Aulia
    Noch keine Bewertungen
  • Dosis Anak
    Dosis Anak
    Dokument1 Seite
    Dosis Anak
    Adinda Rizky Aulia
    Noch keine Bewertungen
  • Laporan Kasus Jiwa III
    Laporan Kasus Jiwa III
    Dokument6 Seiten
    Laporan Kasus Jiwa III
    Adinda Rizky Aulia
    Noch keine Bewertungen
  • Dosis Anak
    Dosis Anak
    Dokument1 Seite
    Dosis Anak
    Adinda Rizky Aulia
    Noch keine Bewertungen
  • Data
    Data
    Dokument2 Seiten
    Data
    Adinda Rizky Aulia
    Noch keine Bewertungen
  • Hipertensi
    Hipertensi
    Dokument35 Seiten
    Hipertensi
    Adinda Rizky Aulia
    Noch keine Bewertungen
  • Laporan Kasus Jiwa IV
    Laporan Kasus Jiwa IV
    Dokument7 Seiten
    Laporan Kasus Jiwa IV
    Adinda Rizky Aulia
    Noch keine Bewertungen
  • Chapter II PDF
    Chapter II PDF
    Dokument16 Seiten
    Chapter II PDF
    Azzahra Afifah
    Noch keine Bewertungen
  • Dosis Anak
    Dosis Anak
    Dokument1 Seite
    Dosis Anak
    Adinda Rizky Aulia
    Noch keine Bewertungen
  • SK Abies
    SK Abies
    Dokument14 Seiten
    SK Abies
    Adinda Rizky Aulia
    Noch keine Bewertungen
  • Olanzapine Adalah Analog Struktural Dari Clozapine
    Olanzapine Adalah Analog Struktural Dari Clozapine
    Dokument2 Seiten
    Olanzapine Adalah Analog Struktural Dari Clozapine
    Adinda Rizky Aulia
    Noch keine Bewertungen
  • Tuberculosis: Dr. Adinda Rizky Aulia A UPTD Puskesmas Ungaran
    Tuberculosis: Dr. Adinda Rizky Aulia A UPTD Puskesmas Ungaran
    Dokument11 Seiten
    Tuberculosis: Dr. Adinda Rizky Aulia A UPTD Puskesmas Ungaran
    Adinda Rizky Aulia
    Noch keine Bewertungen
  • Leaflet
    Leaflet
    Dokument2 Seiten
    Leaflet
    Adinda Rizky Aulia
    Noch keine Bewertungen
  • SK Abies
    SK Abies
    Dokument14 Seiten
    SK Abies
    Adinda Rizky Aulia
    Noch keine Bewertungen
  • Penyuluhan Asam Urat
    Penyuluhan Asam Urat
    Dokument12 Seiten
    Penyuluhan Asam Urat
    Adinda Rizky Aulia
    Noch keine Bewertungen
  • Materi Penyuluhan TB
    Materi Penyuluhan TB
    Dokument26 Seiten
    Materi Penyuluhan TB
    Adinda Rizky Aulia
    Noch keine Bewertungen
  • Diet Hipertensi
    Diet Hipertensi
    Dokument15 Seiten
    Diet Hipertensi
    Adinda Rizky Aulia
    Noch keine Bewertungen