Sie sind auf Seite 1von 6

"Sang pedang revolusi" Rosa Luxemburg

Rosa Luxemburg lahir di Polandia pada tahun 1871,


beberapa hari sebelum kaum buruh di Paris menyatakan Komune
Paris. Dia wafat setahun setelah revolusi Bolsyevik meletus di
Rusia. Seumur hidup dia berjuang untuk emansipasi umat
manusia dari penindasan dan penghisapan kapitalis. Dia pernah
dijuluki "Sang Pedang Revolusi".
Perempuan keturunan Yahudi ini lahir di kota kecil Zamosc,
tetapi dengan umur dua tahun keluarganya berpindah ke ibukota
Warsawa. Walau dia luar biasa pintar bersekolah, dan seharusnya
mendapatkan sebuah hadiah, hadiah itu ditolak oleh
kepengurusan sekolah karena Rosa Luxemburg dikenal "terlalu
suka menentang pihak yang berwenang".
Waktu masih bersekolah dia sudah ikut pergerakan
revolusioner bawah tanah, dan menjadi anggota salah satu sel
Partai Proletariat, yang bersekutu dengan kelompok Narodnik
(populis) di Rusia. Beberapa tahun kelak Rosa ketahuan dan
terancam ditangkap oleh polisi, maka secara diam-diam dia
berangkat keluar negeri untuk belajar di Swiss. Di Zurich dia
belajar sains, matematika dan hukum. Akhirnya dia meraih gelar
doktor dengan menulis karya ilmiah tentang perkembangan
kapitalisme di Polandia.
Kota Zurich itu menjadi kiblat untuk banyak orang kiri lainnya,
seperti dua orang Marxis termasyur dari Rusia, Plekhanov dan
Akselrod. Rosa sempat belajar Marxisme, ikut perdebatan-
perdebatan pergerakan kiri dan menjadi seorang teoretisi Marxis
terkemuka.
Pada tahun 1892 Rosa ikut mendirikan Partai Sosialis
Polandia, namun beberapa waktu kemudian dia berselisih dengan
para pimpinan Partai tersebut, yang dianggapnya terlalu
berkompromi dengan nasionalisme borjuis. Rosa Luxemburg dan
kawan akrabnya Leo Jogiches mendirikan Partai Sosial Demokrat,
yang bersifat lebih revolusioner. Rosa tampil sebagi penulis dan
ahli pidato, sedangkan Leo menyelesaikan tugas-tugas organisasi.
Selesai kuliah di Swiss, dia berpindah ke Jerman pada tahun 1897.
Dia menjadi seorang tokoh penting dalam Partai Sosial-Demokrat
Jerman tanpa meninggalkan peranannya sebagai seorang
pemimpin gerakan revolusioner Polandia. Karya-karya Rosa
Luxemburg banyak yang berupa polemik menentang para
pimpinan reformis. Dia juga sering berdebat dengan Lenin.
Pada tahun 1904 Rosa meringkuk selama satu bulan karena
dituduh "menghina Kaiser". Setahun kemudian dia dituduh
"memicu keonaran" dan ditangkap lagi. Waktu Perang Dunia I
meledak dia dijebloskan ke penjara, karena melawan perang
tersebut.
*****
Sumbangan teoretis Rosa Luxemburg yang paling penting
dilakukannya dalam perdebatan dengan unsur-unsur konservatif
dan reformis di dalam gerakan sosial demokrat, baik dalam partai
maupun dalam serikat-serikat buruh yang berkembang di bawah
naungan partai itu.
Menjelang akhir abad XIX timbullah sebuah aliran reformis
dalam gerakan tersebut. Argumentasi reformis diajukan secara
belak-belakan oleh Eduard Bernstein, yang berpendapat bahwa
kaum sosialis harus memperjuangkan reformasi di dalam rangka
sistem kapitalis saja. Menurut Bernstein, kapitalisme telah
mengatasi kontradiksinya dengan munculnya perusahaan
monopolistis dan penyediaan kredit secara luas, dan kaum buruh
bisa meraih kemakmuran melalui kegiatan serikat-serikat buruh
dan kegiatan parlementer.
Dalam tulisannya "Reformasi atau Revolusi?" Rosa
Luxemburg membalas bahwa perusahaan-perusahaan raksasa
dan penyediaan kredit itu justeru bisa mempertajam kontradiksi
kapitalis. "Mereka gagal untuk mengatasi kontradiksi itu.
Sebaliknya, mereka menjadi sebab untuk gejala-gejala yang
justeru lebih anarkis dalam perekonomian." Dan dia menganut
jalan revolusioner:
Reformasi legislatif dan revolusi bukanlah dua metode
perkembangan historis yang bisa dipilih dengan leluasa dari meja
pajangan sejarah, seperti kita memilih sosis yang hangat atau
dingin ... mereka yang menyatakan diri sebagai penganut
reformasi legislatif ... sebenarnya tidak memilih suatu jalan yang
lebih tenteram, damai dan gradual ke tujuan yang sama,
melainkan mereka memilih suatu tujuan yang berbeda ... mereka
tidak memperjuangkan sebuah masyarakat baru melainkan hanya
beberapa perubahan di permukaan masyarakat lama.
Perbedaan antara jalan revolusioner dan jalan reformis
disentuhnya juga dalam diskusi tentang pemogokan massa. Pada
awal abad ini, pemogokan-pemogakan yang melibatkan ratusan
ribu buruh masih merupakan fenomena baru. Kobaran semacam
itu terjadi di Belgia pada tahun 1891, 1893 dan 1894. Dalam dua
artikel, Rosa Luxemburg menganalisis aksi-aksi itu sebagai
senjata penting dalam perjuangan revolusioner kelas buruh.
Pada tahun 1905, revolusi Rusia yang pertama meledak. Di
sini, pemogokan massa menjadi motor revolusi, dan fenomena itu
memberikan pengertian baru yang mendalam untuk memahami
hubungan erat antara perjuangan ekonomi dan perjuangan
politik. Para pimpinan sosial-demokrat seperti Bernstein dan juga
Karl Kautsky (yang waktu itu masih mengaku sebagai seorang
revolusioner) tidak setuju dengan pemogokan massa, karena
mereka menganggap aksi-aksi semacam itu kurang politis.
Namun Rosa Luxemburg menekankan bahwa di masa revolusi,
perjuangan ekonomi berkembang serta meluas menjadi
perjuangan politik, dan sebaliknya:
Gerakan semacam ini tidak hanya bergerak ke satu arah,
dari sebuah perjuangan ekonomi ke politik, tetapi juga dalam arah
sebaliknya. Setiap aksi massa politik yang penting, setelah
mencapai puncak, menimbulkan sejumlah pemogokan ekonomi
massa. Dan prinsip ini bukan hanya relevan untuk pemogokan
massa secara terpisah, tetapi juga untuk revolusi secara
keseluruhan. Dengan perluasannya, klarifikasi dan intensifikasi
perjuangan politik, perjuangan ekonomi bukan hanya tidak surut,
bahkan sebaliknya berkembang luas sekaligus menjadi lebih
terorganisir dan lebih intensif. Ada pengaruh timbal-balik antara
kedua macam perjuangan itu.
Setiap serangan dan kemenangan baru dalam perjuangan politik
akan berdampak secara dahsyat kepada perjuangan ekonomi,
karena dengan meluasnya cakrawala kaum buruh serta motivasi
mereka untuk memperbaiki kondisi mereka, pengalaman tersebut
juga mempertinggi semangat tempur mereka. Setiap selesai
gelombang aksi politik, ada endapan subur, dari situ akan muncul
ribuan perjuangan ekonomi, dan sebaliknya.
Puncak pemogokan massa adalah "pemberontakan terbuka, yang
hanya akan terrealisir sebagai titik kulminasi dari serangkaian
pemberontakan lokal yang mempersiapkan medan (yang hasilnya
selama beberapa waktu mungkin adalah kekalahan sementara,
sehingga aksi tersebut mungkin tampaknya gegabah)." Betapa
hebatnya peningkatan kesadaran kelas yang dapat dihasilkan
oleh pemogokan-pemogokan massa ini:
Yang paling berharga (karena paling abadi) dalam naik turunnya
arus gelombang revolusi, adalah perkembangan jiwa kaum
proletar. Keuntungan yang didapat oleh lompatan intelektual yang
tinggi kaum proletar akan menjamin kemajuan mereka secara
terus menerus dalam perjuangan politik dan ekonomi yang akan
datang.
***
Rosa Luxemburg juga berdebat dengan sesama orang
revolusioner, dan tidak jarang berbeda pendapat dengan Lenin,
karena keadaan di Rusia amat berlainan dengan kondisi di Jerman
waktu itu, sehingga kaum Bolsyevik mengembangkan stategi dan
taktik yang berbeda pula.
Kita sudah mencatat bahwa Rosa selalu melawan unsur-unsur
nasionalis dalam gerakan kiri Polandia. Waktu itu sebagian dari
wilayah Polanda dikuasai oleh Rusia. Pada dasarnya Lenin setuju
bahwa semua nasionalisme harus dilawan. Namun Lenin melihat
masalah itu dari sudut pandangan seorang warga Rusia, yaitu
seorang warga dari bangsa penindas, dan dia berusaha
menyadarkan kaum buruh Rusia yang mesti menjamin hak rakyat
Polandia untuk merdeka. Hanya dengan menjamin hak ini kaum
buruh Rusia bisa ikut membantu dalam mengatasi nasionalisme di
Polandia, karena nasionalisme muncul sebagai akibat dari
penindasan yang dilakukan oleh administrasi Rusia.
Luxemburg menganggap sikap Lenin ini sebai kompromi dengan
nasionalisme. Perdebatannya kompleks, karena sebetulnya Rosa
Luxemburg juga ingin menjamin hak tersebut untuk sejumlah
bangsa tertindas lainnya. Pada dasarnya pendekatan Lenin harus
dinilai lebih benar karena lebih dialektis. Dia menyimak
perjuangan nasional dan perjuangan kelas dari dua sisi: "Kami
orang Rusia harus menekankan hak rakyat Polandia untuk
merdeka, sedangkan kawan-kawan Poland harus menekankan hak
mereka untuk bersatu dengan kami."
Rosa Luxemburg juga mengecam sepak terjang kaum Bolsyevik
setelah mereka mengambil alih kekuasaan. Kritik ini, dalam
sebuah naskah yang ditemukan setelah dia meninggal dunia,
terkadang disalahartikan. Rosa dengan antusias mendukung
revolusi Oktober yang dilakukan oleh Partai Bolsyevik:
"Pemberontakan Oktober tidak hanya menyelamatkan Revolusi
Rusia dalam kenyataan, tetapi juga menyelamatkan nama baik
gerakan sosialis internasional ... masa depan kita di mana-mana
diperjuangkan oleh kaum Bolsyevik."
Meski demikian, Luxemburg memunculkan empat masalah.
Dalam hal reform agraria dia mencatat bahwa pembagian tanah
oleh kaum tani akan menimbulkan kecenderungan kapitalisme di
pedesaan. Dan di sini dia benar; tetapi Lenin dan Trotsky tidak
memiliki jalan lain selain menyambut tuntutan kaum tani untuk
membagi-bagi tanah -- karena kaum tani adalah mayoritas rakyat
Rusia, dan revolusi Oktober tidak mungkin berjaya tanpa
dukungan mereka.
Rosa juga mengecam kebijakan Bolsyevik untuk menjamin hak
setiap bangsa minoritas dalam bekas kekaisaran Rusia untuk
menentukan nasibnya sendiri. Di sini kita melihat dengan jelas
keunggulan pendekatan Lenin. Seandainya pemerintahan
Bolsyevik menolak hak ini, pihak kontra-revolusi bisa mengambil
hati semua bangsa tertindas itu.
Kritiknya yang ketiga menyangkut soal demokrasi. Sebelum
Oktober, kaum Bolsyevik menuntut agar majelis konstituante
(yang mewakili rakyat dengan cara parlementaris borjuis) mesti
dipanggil. Setelah insureksi Oktober, ketika soviet-soviet (dewan-
dewan utusan buruh, tentara dan petani) mengambil alih
kekuasaan, pihak Bolsyevik tidak lagi mendukung majelis
konstituante yang didominasi oleh pihak reformis dan borjuis itu.
Ketika majelis itu akhirnya berkumpul, malah dibubarkan oleh
kaum Bolsyevik. Menurut Rosa Luxemburg tindakan ini tidak
demokratik Tapi yang harus dimengerti di sini adalah perbedaan
antara demokrasi borjuis dan demokrasi buruh (sosialis). Dalam
prinsip, soviet-soviet adalah lebih unggul karena berdasarkan
kaum buruh yang memilih wakil-wakil mereka di tempat kerja.
Dalam kenyataan, soviet-soviet merupakan kekuasaan kelas
buruh, sedangkan majelis konstituante dikuasai oleh pihak
kontrarevolusi. Jika kaum Bolsyevik mau mempertahankan
kekuasaan kelas buruh, mau tidak mau majelis konstituante harus
dibubarkan.
Namun Rosa Luxemburg tidak seratus persen salah.
Bagaimanapun juga, posisi Partai Bolsyevik dan kelas buruh
sebagai minoritas dalam masyarakat Rusia sebenarnya tidak bisa
bertahan tanpa dukungan yang lebih luas. Namun kelas petani
tidak akan mendukung program sosialis dalam jangka panjang.
Untuk bertahan, revolusi Rusia harus meluas ke negeri-negeri
lain, terutama ke Jerman di mana kelas buruh dan gerakan
sosialis begitu kuat.
****
Dan revolusi Rusia memang sangat berdampak di Jerman
setelah tahun-tahun perang yang mengerikan. Kaum buruh dan
para prajurit kecil semakin tidak puas sampai pemberontakan-
pemberontakan pada tahun 1918 menumbangkan Kaiser Jerman.
Sayap kiri dari Partai Sosial Demokrat sekarang tampil sebagai
kelompok independen dengan nama "Liga Spartakus", di bawah
kepemimpinan Rosa Luxemburg dan Karl Liebknecht. (Spartakus
adalah seorang budak yang memberontak pada zaman Roma
kuno; Liebknecht adalah satu-satunya anggota parlemen Jerman
yang melawan Perang Dunia I semenjak awal.)
Kelompok Spartakus berusaha mendirikan partai tipe Bolsyevik di
Jerman. Sayangnya mereka mulai terlambat. Kebanyakan kaum
Spartakus, dan unsur-unsur revolusioner lainnya, kurang
pengalaman dan organisasi mereka terlalu lemah. Mereka
dihancurkan. Rosa Luxemburg dan Karl Liebknecht dibunuh oleh
militer -- atas perintah menteri-menteri sosial demokrat yang
sudah berkompromi dengan pihak kapitalis.
Cukup jelas bahwa salah satu kesalahan terbesar Rosa adalah
ketidakbersediaannya untuk membangun sebuah partai tipe
Bolsyevik beberapa tahun terlebih dahulu. Namun kita tidak boleh
membandingkan Lenin dan Luxemburg begitu saja. Lenin
mengembangkan sebuah partai tipe baru karena harus
menghadapi kondisi baru di Rusia. Sebelum tahun 1914 dia tidak
pernah menuntut agar Rosa keluar dari Partai Sosial Demokrat
Jerman. Malah Lenin lebih percaya pada para pimpinan partai itu.
Baru ketika perang dunia meledak, dan para pimpinan sosial
demokrat mengkianati kelas buruh dengan mendukung perang
tersebut, Lenin akhirnya mengakui: "Rosa Luxemburg terbukti
benar: sudah jauh-jauh hari dia sadar bahwa Kautsky adalah
seorang teoretisi oportunis."
Maka kita tidak boleh mempertentangkan Lenin dan
Luxemburg, seperti juga kita tidak boleh mempertentangkan
Lenin dan Trotsky. Mereka bertiga harus dikaji bersama, sebagai
kawan seperjuangan dan tokoh terkemuka dalam sejarah gerakan
revolusioner.

Das könnte Ihnen auch gefallen