Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PENDAHULUAN
1. A. LATAR BELAKANG
Perkembangan dunia usaha dewasa ini sangat pesat di tandai munculnya berbagai jenis
perusahaan, baik perusahaan yang berskala kecil (mikro), menengah, maupun yang berskala
besar (makro), menurut kemampuan manajemen untuk mengalokasikan sumber daya secara
efisien, efektif dan ekonomis. Kemampuan ini memerlukan informasi sebagai salah satu
dasar penting dalam pengambilan keputusan alokasi sumber daya.
Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan berbagai pihak akan informasi akuntansi
mengenai persediaan barang dagang dibutuhkan pengujian kesusaian antara praktek
akuntansi persediaan barang dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Proses pengujian
tersebut di kenal dengan istilah Auditing yang di lakukan oleh akuntan publik sebagai pihak
yang indipenden dari penyelenggaraan kegiatan, pemilikan dan hubungan baik lainnya
dengan organisasi perusahaan yang dapat mempengaruhi indipenden tersebut.
Rosadi (2007:3), Auditing atas persediaan adalah bagian yang paling kompleks dan
memerlukan waktu yang cukup banyak untuk melakukan suatu pemeriksaan terdiri dari
berbagai macam jenis dan tersebar di beberapa lokasi. Pengelolaan persaediaan merupakan
fungsi manajerial yang sangat penting, karena pemeriksaan atas persediaan ini banyak
melibatkan investasi rupiah dan mempengaruhi efektivitas dan efisiensi kegiatan perusahaan.
Oleh karena itu, audit atas persediaan barang sangat di perlukan untuk mengurangi resiko
terjadinya selisih, kehilangan, mengantisipasi kemungkinan terjadinya kecurangan dan
memastikan bahwa prosedur telah dilakukan dengan baik sehingga kemudian dapat dibuatlah
perbaikan.
Oleh karena itu, pihak manajemen perlu melakukan pengamatan dan menilai kegiatan-
kegiatan perusahaan yang dilakukan apakah sudah efektif dan efisien,tentunya sesuai dengan
prosedur yang ditetapkan. Salah satu cara yang ditempuh untuk mengevaluasi persediaan
barang dalam suatu perusahaan, maka perusahaan perlu melakukan audit atas persediaan
barang.
Berawal dari latar belakang yang telah dikemukakan, maka penulis tertarik memilih Judul
dalam penulisan penelitian adalah : AUDIT ATAS PERSEDIAAN BARANG DAGANG
PADA PT. VKOOL INDO LESTARI.
1. B. Masalah Pokok
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan penelitian adalah
Bagaimana Pelaksanaan Audit Persediaan Barang Dagang pada PT.VKOOL INDO
LESTARI Cabang palembang ditinjau dari pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) .
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pelaksanaan audit persediaan barang dagangan pada PT.VKOOL INDO
LESTARI Cabang Palembang dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).
Kegunaan Penelitian
1. D. Hipotesis
Dalam kaitannya dengan permasalahan yang telah di kemukakan sebelumnya, maka hipotesis
yang diajukan yaitu sebagai berikut :
Audit Persediaan Barang Dagang yang di ketahui oleh PT. VKOOL INDO LESTARI
Cabang Palembang telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. A. Definisi Audit
Definisi audit yang sangat terkenal adalah deflinisi yang berasal dari ASOBAC (A Statement
Of Basic Auditing Concept) yang mendefinisikan auditing sebagai salah suatu proses
sistematis untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara objektif mengenai asersi-
asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian
antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan
hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan.
Audit atau pemeriksaan dalam arti luas adalah evaluasi terhadap suatu organisasi, sistem,
proses, produk. Audit dilaksanakan oleh pihak yang kompeten, objektif dan tidak memihak
yang di sebut auditor. Tujuannya adalah untuk melakukan verifikasi bahwa subjek dari audit
telah diselesaikan atau berjalan sesuai dengan standar, regulasi dan praktek yang telah
disetujui dan di terima.
Sukrisno (1999:1) menyatakan auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara
kritis dan sistematis oleh pihak yang independen terhadap laporan keuangan yang telah di
susun oleh manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya
dengan tujuan dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut
dengan kriteria yang telah ditetapkan dan menyampaikan hasilnya kepada pihak yang
berkepentingan.
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa auditing merupakan suatu pemeriksaan
terhadap laporan keuangan yang dilakukan oleh pihak independen untuk menetapkan tingkat
kesesuaian dan memberikan pendapat mengenai pemeriksaan tersebut untuk menyampaikan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
1. B. Jenis-jenis Audit
Adapun jenis-jenis audit yang dikemukakan oleh Halim (2001:1), berdasarkan tujuan dapat
diklasifikasikan menjadi 3 golongan, yaitu :
Audit kepatuhan mencakup penghimpun dan pengevaluasian bukti dengan tujuan untuk
menentukan apakah kegiatan finansial maupun operasi tertentu dari suatu entitas sesuai
dengan kondisi-kondisi, aturan-aturan dan regulasi yang telah ditentukan. Ukuran kesesuaian
audit kepatuhan adalah ketepatan (correctness).
1. Audit Operasional.
Audit operasional meliputi penghimpunan dan pengevaluasian bukti mengenai kegiatan
operasional organisasi dalam hubungannya dengan tujuan pencapaian efisiensi, efektivitas,
maupun kehematan (ekonomis) operasional. Efisiensi adalah perbandingan antara masukan
dengan keluaran, sedangkan efektivitas adalah perbandingan antar keluaran dengan target
yang sudah ditetapkan. Dengan demikian yang menjadi tolak ukur atau kriteria dalam audit
operasional adalah rencana, anggaran, dan standar biaya atau kebijakan-kebijakan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Tujuan audit operasional adalah :
1. Menilai Prestasi
2. Mengidentifikasikan kesempatan untuk perbaikan
3. Membuat rekomendasi untuk pengembangan dan perbaikan, dan tindakan lebih lanjut.
Berdasarkan penjelasan tentang jenis-jenis audit tersebut, maka menurut Sukrisno (1999:5),
ditinjau dari luasnya pemeriksaan, audit bisa dibedakan atas :
Suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh KAP yang independen
dengan tujuan untuk bisa memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan
secara keseluruhan. Pemeriksaan tersebut harus dilakukan sesuai dengan standar professional
akuntan publik dan memperhatikan kode etik akuntan Indonesia.
Suatu pemeriksaan terbatas sesuai dengan permintaan auditor yang di lakukan oleh KAP
yang independen dan pada akhirnya pemeriksaan auditor tidak perlu memberikan pendapat
terhadap kawajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Pendapat yang diberikan terbatas
pada pos atau masalah tertentu yang diperiksa, karena prosedur audit yang dilakukan juga
terbatas.
1. C. Standar Auditing
Standar Auditing merupakan suatu ukuran pelaksanaan tindakan yang merupakan pedoman
umum bagi auditor dalam melakukan audit atas laporan keuangan historis. Standar auditing
dibuat oleh Komite Standar Auditing organisasi profesi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
Standar auditing berkaitan dengan kriteria atau ukuran audit, dan berkaitan dengan tujuan
yang hendaknya menggunakan prosedur yang ada. Berdasrkan PSAK No. 02, Standar
auditing dikelompokkan kedalam tiga bagian, yaitu :
1. Standar Umum.
1. Auditor harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis cukup sebagai auditor.
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam sikap
mental harus dipertahankan oleh auditor.
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
4. Stanadar Pekerjaan Lapangan.
Dalam standar pekerja lapangan, seorang pemeriksa harus memperhatikan standar pekerjaan
lapangan tersebut, yaitu :
Dalam hal pelaporan seorang auditor harus memperhatikan standar pelaporan yaitu :
1. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
2. Laporan audit harus menunjukkan atau menyatakan jika ada ketidak konsistenan
penerapan prinsip akuntansi dalam perusahaan laporan keuangan periode berjalan
dibanding dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali
dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan
keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat
diberikan.
Standar tersebut diatas saling berhubungan antara satu dengan yang lain, dimana seorang
auditor selain dituntut memiliki keahlian khusus juga harus menguasai struktur pengendalian
intern suatu perusahaan, juga independen intern suatu perusahaan, juga independen dalam
pelaksanaan pemeriksaannya terhadap suatu perusahaan sesuai dengan ketentuan standar
yang ditetapkan diatas.
Halim (2001:197), mengemukakan Sistem Pengendalian Intern (SPI) adalah sutu hal yang
sangat memegang peranan penting dalam auding.Oleh sebab itu perlu di ketahui tentang SPI
tersebut. Dalam Standar profesional Akuntan Publik pada SA 319. par 06 dikemukakan
bahwa: Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris,
manajemen, dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai
tentang pencapai tiga tujuan berikut ini:
Sistem pengendalian intern yang digunakan dalam suatu perusahaan merupakan faktor yang
sangat menentukan dalam laporan keuangan yang dihasilkan. Oleh karena, itu seorang
pemimpin memahami struktur pengendalian interen yang digunakan apakah sudah efektif,
efisien dan ekonomis. Sehingga mampu megamankan atau mengurangi pentimpangan yang
terjadi dalam perusahaan.
Untuk mencapai hal tersebut, maka manajer perlu memahai unsur-unsur Sistem Pengedalian
Imtern meliputi:
1. a. Lingkungan Pengendalian
b. Penksiran Risiko
Penaksiran risiko untuk tujuan pelaporan keuangan adalah identifikasi, analisis dan
pengelolaan risiko entitas yang berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan, sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Penaksiran risiko manajemen harus mencakup pertimbangan khusus tehadap risiko yang
dapat timbul dari perubahan, seperti yang diuraikan Mulyadi (2001:179), yaitu :
1. Bidang baru bisnis atau transaksi yang memerlukan prosedur akuntansi yang belum
pernah dikenal.
2. Perubahan dan perturan baru.
3. Hukum dan peraturan baru.
4. Perubahan yang berkaitan dengan revisi sistem teknologi baru.
5. Pertumbuhan pesat entitas yang menuntut perubahan fungsi pengelolaan dan
pelaporan informasi.
1. sah
2. telah diotorisasi
3. Telah dicatat
4. Telah dinilai secara wajar
5. Telah digolongkan secara wajar
6. Telah dicatat dalam periode yang seharusnya
7. Telah dimasukkan kedalam buku pembantu dan telah diringkas dengan benar.
Komunikasi mencakup penyampaian informasi kepada semua personil yang terlibat dalam
laporan keuangan tentang bagaimana aktivitas mereka berkaitan dengan pekerjaan orang lain,
yang berada dalam organisasi maupun yang berada di luar organisasi. Komunikasi ini
mencakup sistem pelaporan penyimpangan kepada pihak yang lebih tinggi dalam entitas.
Pedoman kebijakan, pedoman akuntansi dan pelaporan keuangan, daftar akun dan memo juga
merupakan bagian dari komponen informasi dan komunikasi dalam struktur pengendalian
intern.
1. E. Defenisi Persediaan
Istilah persediaan dalam akuntansi ditujukan untuk menyatakan suatu jumlah aktiva berwujud
yang memenuhi kriteria PSAK No. 14 yang menyatakan bahwa persediaan adalah aktiva :
Jika Barang dalam Persediaan dijual, maka nilai tercatat persediaan tersebut harus diakui
sebagai beban pada periode yang diakuinya pendapat atas penjualan tersebut. Setiap
penurunan nilai persediaan dibawah biaya menjadi nilai realisasi bersih dan seluruh kerugian
persediaan harus diakui sebagai beban pada periode terjadinya penurunan atau kerugian
tersebut. Setiap pemulihan kembali penurunan nilai persediaan karena peningkatan kembali
nilai realisasi bersih harus diakui sebagai pengurangan terhadap jumlah beban persediaan
pada periode terjadinya pemulihan tersebut.
Achun (2008:2) mengemukakan pendapatnya, bahwa persediaan adalah barang yang dimiliki
untuk dijual atau diproses selanjutnya dijual. Berdasarkan pengertian tersebut, maka
perusahaan jasa tidak memiliki persediaan, perusahaan hanya memiliki persediaan barang
dagang, sedang perusahaan industri memiliki tiga jenis persediaan yaitu persediaan bahan
baku, persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi (siap dijual).
Dari pengertian tersebut diperlukan adanya perencanaan dan pengawasan yang baik terhadap
persediaan. Adanya persediaan yang cukup untuk melayani permintaan langganan atau untuk
keperluan produksi merupakan faktor dominan untuk mempertahankan kontinuitas usaha
perusahaan. Di lain pihak menumpukkan persediaan dalam jumlah yang berlebihan
mempunyai resiko dalam penyediaan dana (modal kerja), resiko kerusakan persediaan, biaya
penyimpanan dan lain sebagainya.
Selanjutnya menurut Prijanto (2007:5), bahwa bagi perusahaan dagang yang didalam
usahanya adalah membeli atau menjual kembali barang-barang, pada umumnya persediaan
yang dimiliki diklasifikasikan menjadi:
Menyatakan barang-barang yang dimiliki dengan tujuan akan dijual kembali dimasa yang
akan datang. Barang-barang ini secara fisik tidaka akan berubah sampai dengan barang
tersebut dijual kembali.
1. Persediaan Lain-lain
Barang-barang ini biasanya akan dipakai dalam jangka waktu relatif pendek dan akan
dibebankan sebagai biaya administrasi umum atau biaya pemasaran. Oleh karena itu,
biasanya terhadap jenis persediaan ini diperlukan sebagai biaya (yang dibayar dimuka) atau
persediaan supplies.
Persediaan merupakan bagian utama dari modal kerja, sebab dilihat dari jumlahnya biasanya
perusahaan inilah unsur modal kerja yang paling besar. Hal ini dapat dipahami karena
persediaan merupakan faktor penting dalam menentukan kelancaran operasi perusahaan.
Tanpa ada persediaan yang memadai, kemungkinan besar perusahaan tidak bisa memperoleh
keuntungan yang diinginkan .
1. F. Tujuan Persediaan
Anita (2003:2), menyatakan bahwa tujuan utama persediaan adalah untuk melepaskan
berbagai fase operasi.
Dalam sistem persediaan terdapat saja bentuk ketidakpastian seperti dalam hal pemasokan,
permintaan dan tenggang waktu pesanan. Stok pengaman dipertahankan dalam persediaan
untuk berlindung dari ketidakpastian tersebut.
Sering kali lebih ekonomis untuk memproduksi bahan dalam jumlah besar sebab periode
waktu memproduksi barang relatif pendek dan kemudian tidak ada produksi lagi sehingga
barang tersebut habis terpakai.
Perubahan yang sering terjadi dalam permintaan dan persediaan adalah jika harga atau
ketersediaan bahan baku diperkirakan akan berubah. Perusahaan-perusahaan sering
menyimpan stok bagi suatu produk yang diminati, apabila kurun waktu pembuatan stok baru
telah habis dan masyarakat masih meminati, maka kemungkinan stok tersebut dijual dengan
harga tinggi sebab sudah langka.
1. G. Siklus Persediaan
Begitu persediaan bergerak disepanjang perusahaan, harus ada pengendalian yang memadai
atas pergerakan fisiknya maupun atas biaya-biaya yang berhubungan.
Arens (1993:292), mengemukakan keenam fungsi yang membentuk siklus persediaan yang
memudahkan pemahaman mengenai pengendalian dan bukti-bukti audit yang dibutuhkan
untuk menguji keefektifan.
Setiap barang yang diterima harus diperiksa jumlah dan kualitasnya. Bagian penerimaan
barang harus membuat laporan penerimaan barang yang menjadi bagian dari dokumen
penting sebelum pelunasan dilakukan. Setelah diperiksa barang terse-barang tersebut dikirim
ke gudang penyimpanan.
1. Menyimpan Barang
Setelah barang diterima, lalu disimpan didalam gudang penyimpanan sampai dibutuhkan
untuk kegiatan produksi. Barang-barang dikeluarkan dari gudang setelah adanya penyerahan
atau dokumen sejenisnya yang menunjukkan jenis dan jumlah unit barang yang dibutuhkan.
1. Mengolah Barang
Struktur pengendalian intern akuntansi biaya merupakan hal yang penting dalam fungsi
pengelolahan barang dalam suatu perusahaan yang tergolong didalam perusahaan
manufaktur. Struktur pengendalian intern dibutuhkan untuk menunjukkan profitabilitas
relative dari berbagai macam hasil produksi untuk perencanaan dan pengendalian manajemen
dan dalam menilai persediaan untuk tujuan penyajian laporan keuangan.
Setelah barang jadi diselesaikan oleh bagian produksi, kemudian ditempatkan didalam
gudang penyimpanan sambil menunggu pengirimannya. Dalam perusahaan yang mempunyai
pengendalian intern yang baik, barang jadi disimpan disuatu tempat terpisah, dengan akses
yang terbatas, dibawah pengendalian secara fisik.
Masalah pengiriman barang jadi merupakan bagian intergral dari siklus penjualan dan
penagihan. Setiap pengiriman atau transfer barang jadi harus diotorisasi melalui dokumen
pengiriman.
Sejumlah karakteristik perikatan dan operasi penting untuk penentuan resiko bawaan
persediaan William (2005:158)
1. Jenis produk yang dijual oleh klien dapat meningkatkan potensi penyalahgunaan.
Sebagai contoh, produk yang berukuran kecil dan bernilai tinggi, lebih rentan
terhadap pencurian daripada produk berukuran besar.
2. Persediaan sering sulit untuk di audit, dan penilaiannya dapat mengakibatkan
perbedaan pendapat dengan klien.
3. auditor harus waspada terhadap kemungkinan transaksi dengan pihak-pihak yang
memiliki hubungan istimewa dalam rangka memperoleh bahan baku dan menjual
barang jadi.
BAB III
METODE PENELITIAN
Sesuai dengan judul yang dibahas, maka pelaksanaan penelitian dilakukan pada PT. VKOOL
INDO LESTARI yang berlokasi di Jl. Dr. M.Isa No. 20 di kota Palembang. Sedangkan
waktu yang direncanakan dalam penelitian ini selama 2 (dua) bulan yaitu mulai bulan Juli
sampai Agustus 2016.
1. Observasi yaitu dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek yang
diteliti, yaitu PT.VKOOL INDO LESTARI.
2. Wawancara yaitu melakukan wawancara langsung dengan pihak manajemen dan para
karyawan yang menangani bidang fungsional atas persediaan.
3. Kuesioner yaitu mengumpulkan data melalui daftar pertanyaan mengenai persediaan
barang dagangan yang telah disiapkan untuk masing-masing responden.
4. Dokumentasi yaitu dengan mempelajari dokumen resmi Perusahaan tentang
persediaan dagang yang akan diteliti.
1. Data Kualitatif, yaitu data berupa dokumen dan informasi tentang persediaan barang
dagangan pada PT. VKOOL INDO LESTARI kota palembang.
2. Data Kuantitatif, yaitu data berupa transaksi yang berhubungan dengan persediaan
barang dagang.
1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dengan jalan mengadakan pengamatan,
wawancara langsung dengan pimpinan perusahaan serta sejumlah karyawan pada
perusahaan tersebut.
2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dengan jalan mengumpulkan dokumen dari
sumber lainnya.
1. Metode Analisis
Metode Analisis yang digunakan untuk menilai perbandingan antara PT. VKOOL INDO
LESTARI kota Palembang dengan SAK dan PABU dalam penelitian ini adalah analisis
Konparatif yaitu menguraikan persediaan barang dagang pada PT.VKOOL INDO LESTARI
kota Palembang, dengan menggunakan pengukuran :
1. Pengujian Kepatuhan
Hal ini dimaksudkan untuk membuktikan efektivitas elemen-elemen Internal Control atas
persediaan yang diketahui melalui unsur-unsur pengendalian intern yang meliputi :
1. Lingkungan Pengendalian
2. Penaksiran Resiko
3. Informasi dan Komunikasi
4. Aktivitas Pengendalian
5. Monitoring
6. Pengujian Subtantif
Pengujian ini dimaksudkan untuk menguji apakah informasi persediaan barang dagang yang
dilaporkan telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).
BAB IV
1. A. HASIL PENELITIAN
Sebagai Perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha perdagangan PT. VKOOL INDO
LESTARI kota Palembang berusaha untuk memasarkan kaca film. Untuk menjaga
Kontinuitas pasokan sesuai spesifikasi yang dibutuhkan, perusahaan tetap terjaga, maka
pimpinan perusahaan senantiasa mengadakan control terhadap persediaan yang dimiliki
perusahaan.
Prosedur pengawasan dan pengendalian yang diterapkan perusahaan adalah membentuk seksi
gudang dimana kartu persediaan digunakan untuk mencatat mutasi persediaan yang masuk
dan keluar gudang. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan secara fisik secara berkala, secara
umum sebenarnya perusahaan telah dapat menciptakan suatu perencanaan dan pengendalian
persediaan barang yang dapat menjamin kelancaran dan operasi perusahaan, keamanan
kekayaan perusahaan serta operasional perusahaan efektif dan efisien. Oleh karena itu
walaupun ada pemisahan tugas pencatatan, tugas pengeluaran barang dan tugas lainnya yang
berhubungan dengan perencanaan dan pengendalian. Tetap diadakan analisa terhadap
evaluasi perencanaan dan pengendalian atas persediaan.
Hasil temuan penulis selama melakukan penelitian yaitu, PT. VKOOL INDO LESTARI kota
Palembang tidak mempunyai fungsi pembelian, dimana dalam pemesanan atau pengadaan
barang dagangan dilakukan oleh fungsi Penjualan. Jadi dalam struktur organisasinya
PT.VKOOL INDO LESTARI kota Palembang masih terdapat rangkap tugas.
Sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang penjualan kaca film, pengadaan barang
dilakukan berdasarkan rencana yang telah ditetapkan PT. VKOOL INDO LESTARI kota
Palembang yaitu sesuai dengan pesanan. Dimana pemesanan barang ke pusat atau pemasok,
dilakukan oleh bagian penjualan. Bagian ini mengerjakan semua kegiatan yang berhubungan
dengan pengadaan barang dagangan. Langkah-langgkah yang dilakukan dalam proses
pengadaan barang dagangan adalah sebagai berikut :
1. Bagian Gudang
g) Faktur dan delivery order dijadikan dasar untuk membuat bukti utang
h) Dari bukti utang, faktur dan delivery order dibuatkan daftar utang secara periodik.
i) Faktur dijadikan arsip, bukti utang dan delivery order dikirim ke bagian akuntansi.
1. Bagian Akuntansi
e) delivery order, bukti utang dan faktur dijadikan dasar untuk membuat jurnal pembelian.
Seperti yang dikemukan sebelumnya bahwa tujuan auditor melakukan pemeriksaan adalah
menyelidiki dan menilai pengendalian internal berbagai unit organisasi. Dengan demikian
pemeriksaan ini merupakan bentuk pengendalian yang fungsinya adalah menilai persediaan.
Konsep yang mendasari pemeriksaan ini adalah melalui review pengujian sertra evaluasi
yang tepat, pemeriksaan menilai pengendalian internal perusahaan mengenai kegiatan,
program atau fungsi yang sedang diperiksa dengan maksud untuk mencapai tujuan
pemeriksaan. Penilaian sistem pengendalian intern yang dilakukan oleh seorang auditor
berguna untuk menetukan luasnya pemeriksaan yang akan digunakan.
Tujuan utama dalam kegiatan ini adalah untuk meyakinkan bahwa pengawasan yang telah
ditetapkan benar-benar ada dan dilaksanakan dan berfungsi dengan baik. Disamping itu juga,
untuk mencerminkan adanya unsur pengendalian yang terlewatkan dalam tahap penyelidikan
dan adanya unsur yang tidak mendapatkan otorisasi atau belum ditetapkan.
Dengan melihat kuesioner pengendalian intern persediaan yang diajukan penulis, dapat
disimpulkan bahwa sistem pengendalian intern atas persedian PT. VKOOL INDO LESTARI
dikatakan baik. Karena adanya :
1. adanya pemisahan tugas antara yang menerima dan yang mencatat persediaan barang
dagangan.
2. adanya larangan masuk ke gudang selain petugas gudang (yang berkepentingan)
3. persediaan disimpan digudang dan diatur secara rapi
4. dilakukan perhitungan secara periodik atas persediaan yang disimpan digudang
5. terdapat penggunaan nomor urut cetak pada surat penerimaan dan pengeluaran
barang, serta pada kartu perhitungan fisik.
6. dilakukan penyusaian (adjustment) terhadap persediaan yang rusak atau masih dalam
perjalanan guna penentuan cut off.
7. aadanya penilaian persediaan yang konsisten dengan tahun yang sebelumnya.
8. terdapat pengecekan harga syarat pembelian dan ketelitian perkalian didalam faktur
dari pemasok sebelum faktur diproses untuk dibayar.
1. 3. Pengujian Subtantif
Seperti yang dijelaskan bahwa program pengujian substantif terhadap persediaan barang
dagang berisi prosedur audit yang dirancang untuk mencapai tujuan audit tiap rekening yang
diperiksa, untuk itu prosedur audit terhadap persediaan barang dagang adalah sebagai berikut
:
1. B. PEMBAHASAN
1. 1. Pengujian Kepatuhan
PT. VKOOL INDO LESTARI telah menunjukkan adanya penerapan sistem pengendalian
intern yang memadai. Namun terdapat beberapa hal yang melemahkan sistem dan prosedur
sehingga perlu adanya penyempurnaan lebih lanjut agar dapat mencapai tingkat efesiensi dan
efektivitas yang lebih tinggi. Oleh karena itu, penulis akan mencoba untuk memaparkan atas
dasar konsep yang menjadikan pedoman dan kenyataaan yang teraplikasi dalam perusahaan
yang menjadi objek penelitian penulis., adapun gambaran sistem pengendalian intern
berdasarkan unsur-unsur pengendalian intern PT. VKOOL INDO LESTARI adalah sebagai
berikut :
1. Linkungan Pengendalian
2. Penaksiran Resiko
3. Informasi dan Komunikasi
4. Aktivitas Pengendalian
5. Pemantauan
1. 2. Pengujian Subtantif
Persediaan barang dagang pada PT.VKOOL INDO LESTARI telah menunjukkan adanya
kewajaran penyajian pada laporan keuangan. Hal ini dapat dilihat dari prosedur audit
persediaan barang dagang yang diuraikan sebagai berikut :
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan maka dikatakan bahwa pengujian substantif
dilakukan didukung oleh teori Mulyadi (2001), yaitu :
1. Inspeksi
2. Pengamatan
3. Konfirmasi
4. Permintaan Keterangan
5. Penelusuran
6. Pemeriksaan Dokumen Pendukung
7. Perhitungan
8. Scanning
9. Pelaksanaan ulang
BAB V
1. A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengujian Kepatuhan
Penerapan sistem pengendalian intern atas persediaan kaca film yang dilakukan oleh
perusahaan PT. VKOOL INDO LESTARI kota Palembang telah sesuai dengan elemen-
elemen sistem pengendalian intern, yaitu dapat dilihat melalui 5 unsur :
1. Lingkungan Pengendalian
2. Penaksiran Resiko
3. Informasi dan Komunikasi
4. Aktivitas Pengendalian
5. Monitoring
6. Pengujian Subtantif
Dari pengujian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa persediaan pada PT. VKOOL
INDO LESTARI kota Palembang yang telah dilaporkan pada laporan keuangan telah sesuai
dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK).
1. B. SARAN
NPM : 1412110784
FAKULTAS EKONOMI
2016/2017