Sie sind auf Seite 1von 6

Jurnal Florea Volume 3 No 1, April 2016

KEANEKARAGAMAN HAYATI TANAMAN LUMUT (BRYOPHITHA)


DI HUTAN SEKITAR WADUK KEDUNG BRUBUS KECAMATAN
PILANG KECENG KABUPATEN MADIUN

Tiara Kusuma Wati1), Bekti Kiswardianta2), Ani Sulistyarsi3)


1,2,3)
Program Studi Pendidikan Biologi IKIP PGRI Madiun
email : bektikiswardianta@gmail.com1), anismasa81@yahoo.com2)
Diterima 20 Desember 2015, Disetujui 8 Maret 2016

ABSTRACT
The aim of research to determine the diversity of plant species of moss in the forest areas
around the reservoir Kedung Brubus Pilang Kenceng District of Madison County , based on the
external structure and taxonomy , as the building blocks of high school biology lab manual mosses
( Bryophyta ) .Teknik research exploration , consisting of 6 points location as a decision mosses
around the reservoir Kedung Brubus . Moss plants were found to be observed , identified, noted
habitat , research location on the chart observations , documented and made herbarium . The
results of the study there are 10 species Leucophanes glaucum, Thiudium investa, Polytrichum
commune, Garovaglia plicata, Chenidium lychnites, Meteorium miquelianum, ricissa sp,
Pogonotum cirrhatum, Fissidens cristatus, Barbrlla enervis.

Keywords: Bryophyta, biodiversity, reservoir, Kedung Brubus

PENDAHULUAN keanekaragaman hayati, atau biodiversitas,


adalah semua kehidupan di bumi meliputi
Keanekaragaman hayati yang sangat
tumbuhan, hewan, jamur dan
tinggi merupakan suatu koleksi yang unik
dan mempunyai potensi genetik yang besar mikroorganisme serta berbagai materi
genetik yang dikandungnya dan
pula. Hutan yang merupakan sumberdaya
keanekaragaman sistem ekologi di mana
alam ini telah mengalami banyak
mereka hidup. Termasuk didalamnya
perubahan dan sangat rentan terhadap
kelimpahan dan keanekaragaman genetik
kerusakan. Sebagai salah satu sumber
relatif dari organisme-organisme yang
devisa negara, hutan telah dieksploitasi
berasal dari semua habitat baik yang ada di
secara besar-besaran untuk diambil
kayunya. Ekploitasi hutan menyebabkan darat, laut maupun sistem-sistem perairan
lainnya. serta jasad renik di dunia.
berkurangnya luasan hutan dengan sangat
Diperkirakan 30% tanaman dan 90%
cepat. Keadaan semakin diperburuk
hewan di Indonesia belum didata dengan
dengan adanya konversi lahan hutan secara
lengkap dan didokumentasikan secara
besar-besaran untuk lahan pemukiman,
ilmiah. Salah satunya adalah tumbuhan
perindustrian, pertanian, perkebunan,
lumut (Bryophyta).
peternakan serta kebakaran hutan yang
selalu terjadi di sepanjang tahun. Tumbuhan lumut merupakan salah
satu kelompok tumbuhan dari
Menurut Hendry Baiquni (2007)
keanekaragaman hayati yang belum
keanekaragaman alami atau
banyak diteliti karena sepintas nampak

46
Wati, dkk

tidak menarik perhatian dan bahkan sering 20C yang menunjang pertumbuhan
dianggap sebagai penyebab lingkungan pada tanaman bryophita (Ellyzarti,2009).
terlihat kotor. Namun, bila diperhatikan Menurut Kimbal (2003), lumut
secara seksama beberapa jenis tumbuhan merupakan tumbuhan kecil yang tingginya
lumut ini cukup menarik, baik dari warna hanya sekitar 1-2 cm, dan bahkan yang
maupun kehidupannya yang berkelompok
paling besarpun umumnya tingginya
membentuk bantalan seperti karpet. kurang dari 20 cm. Tumbuhan lumut
Tumbuhan lumut sering dijumpai di tempat merupakan tumbuhan yang sederhana
tempat yang lembab dan basah, misalnya di biasanya tumbuh ditempat tempat basah.
hutan dan hidup menempel pada berbagai Berdasarkan hal tersebut maka peneliti
substrat, antara lain misalanya tanah dalam ingin melakukan penelitian lebih lanjut
rimba, batu-batu, cadas-cadas, gambut, untuk mengungkap keanekaragaman
kulit pohon, dan lain lain (Gembong, 2005) tumbuhan lumut (Bryophyta) di hutan
Menurut Afiatry (2012) lumut tidak sekitar waduk Kedung Brubus Kecamatan
mempunyai akar, batang dan daun sejati. Pilang Kenceng Kabupaten Madiun.
Lumut merupakan salah satu bagian kecil
dari flora yang belum banyak tergali dan
bagian penyokong keanekaragaman flora. METODE PENELITIAN
Masih kurangnya informasi tentang lumut Penelitian dilakukan di wilayah
adalah suatu hal yang sangat disayangkan, hutan sekitar waduk Kedung Brubus,
Mengingat Indonesia memiliki kurang Kecamatan Pilang kenceng Kabupaten
lebih 1500 jenis lumut yang hidup tersebut. Madiun. Waktu penelitian adalah waktu
Keanekaragaman tumbuhan Bryophyta di yang di sediakan dalam penelitian tersebut.
kawasan hutan sekitar waduk kedung Waktu yang diperlukan selama 6 bulan
brubus belum banyak terungkap. yaitu bulan Februari sampai Juli 2013.
Hutan merupakan vegetasi utama Peralatan yang digunakan dalam penelitian
dan salah satu sumber daya alam yang adalah: plastik, pinset, lup, kertas label, alat
sangat penting. Fungsi hutan salah satunya tulis, kamera, sasak, buku Taksonomi
adalah sebagai hutan wisata. Hutan wisata tumbuhan (Gembong, 2009), buku
adalah kawasan hutan yang diperuntukkan keanekaragaman tumbuhan tak
secara khusus untuk dibina dan dipelihara berpembuluh (Muzzayanah, 2005), kunci
guna kepentingan wisata, pengembangan determinasi tumbuhan lumut.
ilmu pengetahuan, dan pendidikan. Teknik penelitian yang digunakan
(Karden,2003). Lingkungan hutan sekitar adalah teknik penelitian ekplorasi yaitu
waduk kedung brubus menyediakan mengadakan pengamatan langsung
kondisi lingkungan dengan intensitas terhadap tumbuhan lumut dengan
cahaya dan suhu udara yang relatif rendah menjelajahi wilayah hutan sekitar waduk
serta kelembaban udara yang tinggi. Pada Kedung Brubus, Kecamatan Pilang
suhu rata-rata 10- 30C terdapat banyak kenceng Kabupaten Madiun. Tumbuhan
jenis lumut yang tumbuh di tempat lumut yang ditemukan diamati,
tersebut. Hasil observasi menurut diidentifikasi, dicatat jenis dan populasinya
perhutani KPH (Kesatun Pemangku pada tabel pengamatan lapangan serta
Hutan) Saradan. luas wilayah hutan di didokumentasikan. Identifikasi tumbuhan
sekitar waduk Kedung Brubus Kecamatan lumut dilakukan pada tingkat genus dan
Pilang Kenceng Kabupaten Madiun adalah kemudian pada tingkat spesies. Metode
sekitar 456 ha. Hutan sekitar waduk yang digunakan untuk pengambilan
kedung brubus memiliki kelembapan udara tumbuhan lumut dengan cara menentukan

47
Keanekaragaman Hayati Tanaman Lumut (Bryophitha)

titik lokasi yang akan digunakan sebagai Hasil Identifikasi Tumbuhan Lumut
tempat penelitian. Lokasi tersebut terdiri Berdasarkan hasil ekplorasi dan
dari 6 titik lokasi sebagai pengambilan observasi yang telah dilakukan di wilayah
tumbuhan lumut yaitu: 1) lokasi sekitar hutan sekitar waduk Kedung Brubus,
gerbang masuk wilayah hutan. 2) lokasi Kecamatan Pilang kenceng Kabupaten
sepanjang pinggiran jalan menuju kantor Madiun. dengan enam titik lokasi yang
dinas KPH. 3) lokasi sepanjang pinggiran berbeda, jumlah total individu spesies
jalan menuju jembatan pertama. 4) lokasi tumbuhan lumut yang berhasil ditemukan
sepanjang pinggiran jalan menuju pada seluruh stasiun pengamatan adalah 10
jembatan kedua. 5) lokasi sepanjang spesies lumut yang terdiri dari 2 kelas, 9
pinggiran jalan menuju gerbang masuk ordo, 9 famili dan 10 genus, adapun spesies
waduk Kedung Brubus. 6) lokasi sekitar yang ditemukan antara lain : Leucophanes
area waduk Kedung Brubus. Pengambilan glaucum, Thiudium investa, Polytrichum
contoh tumbuhan lumut yang ditemukan commune, Garovaglia plicata, Chenidium
dengan memotret tumbuhan lumut yang lychnites, Meteorium miquelianum, ricissa
ditemukan di setiap titik pengamatan, sp, Pogonotum cirrhatum, Fissidens
mencatat data lapangannya dan mengambil cristatus, Barbrlla enervis.
jenis-jenis tumbuhan lumut yang
ditemukan disetiap titik pengamatan, Keadaan hutan sekitar waduk
tumbuhan lumut yang telah diambil Kedung Brubus Kecamatan Pilang
dihitung dan dimasukkan kedalam Kenceng Kabupaten Madiun yang teduh
kantong plastik yang selanjutnya dan kelembabannya yang relatif tinggi
diidentifikasi dan dibuat herbarium. suhu sekitar 20C, banyak ditemukan
lumut karena pada kondisi yang demikian
sangat mendukung untuk perkecambahan
HASIL DAN PEMBAHASAN spora lumut, pertumbuhan maupun
perkembangannya. Hasil penelitian yang
Hasil Ekplorasi di Lapangan telah diperoleh untuk mengetahui
Berdasarkan hasil ekplorasi di setiap keanekaragaman jenis tiap titik lokasi
titik pengamatan titik lokasi tersebut pengamatan. Total keseluruhan individu
sebangai berikut: 1) Lokasi sekitar gerbang lumut yang telah dikumpulkan di lapangan
masuk wilayah hutan, 2) lokasi sepanjang setelah teridentifikasi terdapat 10 spesies
pinggiran jalan menuju kantor dinas KPH, yang berbeda dengan berbagai habitat.
3) lokasi sepanjang pinggiran jalan menuju Penyebaran dan kelimpahan vegetasi
jembatan pertama, 4) lokasi sepanjang tumbuhan lumut antara satu tempat dengan
pinggiran jalan menuju jembatan kedua, 5) tempat lainnya berbeda-beda karena
lokasi sepanjang pinggiran jalan menuju dipengaruhi oleh faktor biotik dan abiotik.
gerbang masuk waduk Kedung Brubus, 6) Faktor biotik merupakan faktor
lokasi sekitar area waduk Kedung Brubus. organisme hidup disekitar lumut yang
Berdasarkan 6 titik lokasi totoal secara langsung mempengaruhi keadaan
keseluruhan individu lumut yang telah maupun perkembangannya. Adapun faktor
dikumpulkan di lapangan setelah biotik yang hidup disekitar lumut antara
teridentifikasi terdapat 10 spesies lain: bentuk kehidupan tumbuhan lumut,
tumbuhan lumut yang berbeda dengan daya adaptasi yang berbeda terhadap
berbagai habitat ada yang tumbuh di tanah, kondisi habitatnya, serta beberapa
epifit pada, batu, batang pohon teh dan tumbuhan jati yang cukup rimbun dapat
batang pohon jati yang telah lapuk. menghalangi masuknya cahaya matahari
kepermukaan tanah. Faktor abiotik yang

48
Wati, dkk

mempengaruhi tumbuhan lumut antara pinggiran jalan menuju jembatan kedua),


lain: suhu, kelembaban, intensitas cahaya ditemukan empat spesies tumbuhan lumut
matahari yang terhalang oleh daun yaitu Leucophanes glaucum, Thiudium
pepohonan jati. Hal tersebut disebabkan investa, Polytrichum commune, dan
lumut mampu hidup tanpa memerlukan Chenidium lychnites. Titik lokasi yang
syarat hidup yang cukup tinggi, sehingga keempat terdapat pada sepanjang pinggiran
lumut dapat berkembang baik di daerah jalan menuju jembatan kedua, lokasi ini
manapun, apalagi di daerah hutan. juga berada di tengah-tengah hutan,
sehingga kondisinya juga sangat rindang,
Hasil tersebut ditemukan 10 spesies
intensitas cahaya sangat rendah,
tumbuhan lumut yang terletak pada lokasi
kelembaban sangat tinggi dan suhu juga
berbeda yaitu: titik lokasi 1 (sekitar
semakin dingin.
gerbang masuk wilayah hutan), ditemukan
dua spesies tumbuhan lumut yaitu Riccia Lingkungan yang menjamin seperti
sp dan Fissidens cristatus. Lokasi pertama ini maka tumbuhan lumut tumbuh sangat
yaitu pada sekitar gerbang masuk wilayah subur dan terdapat spesies tumbuhan lumut
hutan, terdapat kondisi lingkungan yang berbeda. Titik lokasi 5 (sepanjang
intensitas cahaya yang cukup terang karena pinggiran jalan menuju gerbang masuk
lokasi ini tidak begitu rindang di waduk Kedung Brubus), ditemukan tiga
bandingkan lokasi lainya, maka lumut spesies tumbuhan lumut yaitu Thiudium
yang ditemukan tidak begitu banyak investa, Fissidens cristatus dan Barbrlla
spesiesnya. Titik lokasi 2 (sepanjang enervis. Titik lokasi yang ke lima terdapat
pinggiran jalan menuju kantor dinas KPH), pada sepanjang pinggiran jalan menuju
ditemukan lima spesies tumbuhan lumut gerbang masuk waduk Kedung Brubus,
yaitu Riccia sp, Garovaglia Plicata, kondisi lingkungan pada lokasi ini tidak
Chenidium lychnites, Meteorium serindang lokasi 4, karena lokasi ini
miquelianum, dan Barbrlla enervis. Titik menuju keluar arah hutan sehingga suhu
lokasi yang kedua terdapat pada sepanjang juga semakin panas dan kelembapan
pinggiran jalan menuju kantor dinas KPH, semakin rendah, maka hanya terdapat dua
kondisi lingkungannya yang lebih rindang spesies tumbuhan lumut saja yang di
dibandingkan titik lokasi yang pertama, temukan. Titik lokasi 6 (sekitar area waduk
sehingga kelembaban tinggi dan intensitas Kedung Brubus), ditemukan tiga spesies
cahaya rendah. Maka lumut tumbuh tumbuhan lumut yaitu Leucophanes
dengan sangat subur pada lokasi ini. Titik glaucum, Polytrichum commune, dan
lokasi 3 (pinggiran jalan menuju jembatan Meteorium miquelianum. Titik lokasi 6
pertama), ditemukan lima spesies terdapat pada sekitar area waduk Kedung
tumbuhan lumut yaitu Polytrichum Brubus, pada lokasi ini kondisi lingkungan
commune, Riccia sp, Garovaglia plicata, yang terdapat intensitas cahaya yang cukup
Meteorium miquelianum, dan Pogonotum tinggi sehingga suhu juga semakin tinggi
cirrhatum. Titik lokasi yang ketiga jadi hanya ditemukan tiga spesies
terdapat pada sepanjang pinggiran dari tumbuhan lumut.
kantor KPH sampai jalan menuju jembatan Hutan sekitar waduk Kedung Brubus
pertama, kondisi lingkungan pada lokasi tempat areal penelitian merupakan daerah
ini lebih rindang karena terdapat pohon jati yang memiliki banyak pohon jati sehingga
yang berumur ribuan tahun yang memiliki banyak serasah dari daun-daun
mempunyai daun yang lebat, sehingga yang gugur dan mengakibatkan rendahnya
beragam tumbuhan lumut yang ditemukan
pH dan intensitas cahaya di Hutan sekitar
di lokasi ini. Titik lokasi 4 (sepanjang waduk Kedung Brubus ini relatif rendah,

49
Keanekaragaman Hayati Tanaman Lumut (Bryophitha)

hal ini disebabkan masih lebatnya kanopi lapuk merupakan media yang baik bagi
pohon jati, sehingga menghalangi matahari lumut karena kayu yang telah mengalami
yang sampai ke dasar hutan karena pelapukkan mampu menyerap dan
intensitas cahaya ini akan berpengaruh menyimpan air cukup banyak di antara sel-
terhadap suhu dan kelembaban, yaitu sel kayunya.
semakin rendah intensitas cahaya yang
sampai ke permukaan bumi, maka suhu
akan semakin rendah dan kelembaban KESIMPULAN DAN SARAN
semakin tinggi. Hasil ini sesuai pendapat
Ellyzarti (2009) yang menyatakan bahwa Simpulan
tumbuhan lumut biasa hidup pada tempat Keanekaragaman jenis tumbuhan
yang lembab sehingga suhunya biasa pada lumut tiap titik lokasi pengamatan berbeda
derajat yang rendah, pada suhu rata-rata ditemukan sepuluh spesies tumbuhan
10-30 derajat celcius terdapat banyak jenis lumut yaitu: Leucophanes glaucum,
lumut yang tumbuh di tempat tersebut. Thiudium investa, Polytrichum commune,
Selain itu kelembaban juga mendukung Garovaglia plicata, Chenidium lychnites,
pertumbuhan lumut, pada umumnya lumut Meteorium miquelianum, ricissa sp,
memerlukan kelembaban yang relatif Pogonotum cirrhatum, Fissidens cristatus,
tinggi untuk menunjang pertumbuhannya. Barbrlla enervis.
Lumut dapat hidup pada kisaran
Saran
kelembaban antara 70%-98 %, faktor pH
tanah juga berpengaruh terhadap Identifikasi keragaman tumbuhan
pertumbuhan lumut. pH yang berkisar lumut dapat diperluas sampai daerah lain
antara 4,9-8,3, sangat baik untuk sehingga diperoleh referensi keragaman
pertumbuhan lumut. yang semakin banyak. Dapat juga
dilakukan pengukuran indeks keragaman
Hasil ekplorasi di lapangan habitat yang dapat memperjelasn keragaman
tumbuhan lumut di lokasi penelitian spesies yan ada.
tercatat bahwa habitat lumut ada yang
tumbuh pada substrat berupa tanah, epifit
pada batang pohon jati, epifit pada batang DAFTAR PUSTAKA
pohon jati yang telah lapuk dan pada batu.
Hasil ini sesuai pendapat Florentina (2009) Afiatry Putrika.2012. Komunitas Lumut
yang menjelaskan bahwa habitat lumut di Epifit Di Kampus Universitas Depok.
tanah karena pada tanah menyebabkan FPMIPA Universitas Indonesia
beberapa substrat untuk perkecambahan Depok. (tesis). (Online)
spora maupun pertumbuhan lumut menjadi http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/
stabil. Pada saat musim penghujan spora 20314104-T30873-
lumut jatuh ketanah sehingga tumbuh Komunitas%20lumut.pdf. Diakses 4
menjadi tumbuhan lumut baru, ada juga Maret 2013.
yang hanyut terbawa air sehingga jarang Ellyzarti. 2009. Kekayaan Jenis Tumbuhan
yang ditemukan lumut tumbuh bersubstrat Lumut di Gunung Pesawaran di
tanah. Pada batang pohon karena kondisi Hutan Raya Wan Abdur
lingkungan yang lembab dilokasi rahman,Propinsi Lampung. Seminar
penelitian cukup mendukung untuk Hasil Penelitian & Pengabdian
perkecambahan spora, pertumbahan dan Kepada Masyarakat,
perkembangan lumut terutama dibatang Unila.(Online).http://lemlit.unila.ac.i
pohon dan pada batang pohon yang telah d/file/arsip%202010./Prosiding%20

50
Wati, dkk

Dies%20Natalis/KELOMPOK%20
A/04%20Ellyzarti%20-
%20FMIPA.pdf. Diakses tgl 7 Maret
2013.
Florentina Indah Windadri. 2009.
Keragaman Lumut di Resort Karang
Ranjang, Taman Nasional Ujung
Kulon, Banten. Jurnal Teknologi
Lingkungan, Vol 10, No 1, Jakarta,
januari 2009, ISSN 1441-1318X,
hlm. 19-25.
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurna
l/101091925.pdf. Diakses tgl 7-03-
2013.
Gembong Tjitrosoepomo. 2005.
Taksonomi Tumbuhan Obat -
obatan.Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Gembong Tjitrosoepomo. 2009.
Taksonomi Tumbuhan Tumbuhan
Scizophyta, Thallophyta, Bryophyta,
pteridophyta. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
Hendry Baiquni. 2007. Pengelolaan
Keanekaragaman Hayati. (Online).
http://www.dcita.gov.au/cca//upload
s/2013/03.pdf. Diakses tgl 7-03-
2013.
Kimbal.2003.Biologi Edisi Lima-Jilid 2.
Jakarta:Erlangga
Karden Eddy Sontang Manik. 2003
Pengelolaan Lingkungan
Hidup.Jakarta: Anem Kasong Anem.
Muzayyinah. 2005. Keanekaragaman
Tumbuhan Tak Berpembuluh.
Surakarta:Universitas Negeri
Surakarta.

51

Das könnte Ihnen auch gefallen