Sie sind auf Seite 1von 14

INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN

KEBIJAKAN DBH DR DALAM APBN


Jakarta, 17 November 2017

Direktorat Dana Perimbangan


Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
DASAR HUKUM
Penganggaran, Pengalokasian, dan Penyaluran Dana Reboisasi
UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
PP No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan
PMK 50/PMK.07/2016 Jo. PMK No. 112/PMK.07/2017 tentang
Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa

Pelaksanaan Dana Reboisasi


UU Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan jo UU No. 1 Tahun 2004
PP 35 Tahun 2002 tentang Dana Reboisasi
PMK 126 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Dana Reboisasi
Permenhut tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan Kegiatan RHL
(P.14/Menhut-V/2008 jo P.23/Menhut-II/2010, dan P.9/Menhut-II/2013

2
DANA BAGI HASIL
Pengertian: Tujuan:
DBH merupakan pendapatan APBN Untuk memperbaiki keseimbangan
yang dialokasikan kepada daerah vertikal antara pusat dan daerah dengan
berdasarkan angka persentase untuk memperhatikan potensi daerah penghasil.
mendanai kebutuhan daerah dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi. PEMBAGIAN : By Origin
o Dibagi kepada daerah penghasil sesuai
dengan porsi yang ditetapkan dalam UU
PBB-P3 No. 33/2004.
PAJAK PPh
o Dibagi dengan imbangan Daerah
CHT penghasil mendapatkan porsi lebih
besar, dan Daerah lain (dalam provinsi
yang bersangkutan) mendapatkan
DBH bagian pemerataan dengan porsi
Kehutanan tertentu yang ditetapkan dalam UU.

Minerba
SDA Migas PENYALURAN: Based on Actual Revenue
Panas Bumi Penyaluran DBH berdasarkan realisasi
penerimaan tahun anggaran berjalan
Perikanan (Pasal 23 UU 33/2004)
DEFINISI DAN JENIS DBH KEHUTANAN
Dana Bagi Hasil kehutanan (DBH Kehutanan) adalah bagian daerah yang berasal dari
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) SDA Kehutanan yang dialokasikan kepada daerah
berdasarkan angka persentase tertentu untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi.

Iuran Ijin Usaha Pemanfaatan Provisi Sumber Daya Hutan Dana Reboisasi (DR)
Hutan (IIUPH) (PSDH)
Pungutan kepada Pungutan yang dikenakan Dipungut dari
pemegang izin usaha sebagai pengganti nilai pemegang izin usaha
pemanfaatan hutan suatu intrinsic dari hasil hutan pemanfaatan hasil
kawasan hutan tertentu Dipungut dari hutan hutan dari hutan alam
Dilakukan pungutan Negara yang berupa kayu
sekali pada saat izin Dihitung dengan rumus Dipungut dalam rangka
diberikan reboisasi dan
Tarif (%) x Harga Patokan x rehabilitasi hutan
Dihitung dengan rumus Volume Produksi
Tarif/Ha x Luas Areal Dihitung dengan rumus
Pusat (20%), Provinsi (16%), Tarif/Satuan x Volume
Pusat (20%), Provinsi Penghasil (32%),
(16%), Penghasil (64%) Pemerataan (32%) Pusat (60%), Provinsi
(40%) 4
PENGGUNAAN DBH KEHUTANAN
Pasal 124 PMK No. 50/PMK.07/2017 Jo. PMK No. 112/PMK.07/2017 Tentang Pengelolaan
TKDD, DBH Kehutanan digunakan untuk:

Penggunaan DBH Kehutanan IIUPH dan PSDH bersifat umum

Pemerintah daerah mempunyai keleluasaan untuk menggunakannya


sesuai dengan prioritas daerah

DBH Kehutanan DR penggunaannya sudah ditentukan

Pemerintah daerah harus


mempedomani petunjuk teknis yang
telah ditetapkan
DBH DR hanya untuk kegiatan PP No. 35 Th 2002
Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL),
antara lain: Tentang
1. Reboisasi; Dana Reboisasi
2. Penghijauan;
3. Pemeliharaan;
4. Pengayaan tanaman
5. Penerapan teknik koservasi tanah
KENDALA DAN PEMASALAHAN DBH KEHUTANAN

1. Penggunaan
DBH Kehutanan IIUPH dan PSDH karena penggunaannya bersifat umum, tidak
mengalami kendala dan permasalahan.
Kendala dan permasalahan selama ini banyak ditemui dalam pelaksanaan DBH DR
yang penggunaannya hanya untuk kegiatan RHL dan tidak boleh untuk kegiatan
pendukungnya (PP No. 35 Tahun 2002), sehingga ruang gerak pemda sangat terbatas.
Banyak terdapat sisa DBH DR di akhir tahun anggaran (SiLPA), SiLPA tersebut
terakumulasi karena kebijakan penggunaan DBH DR belum mengalami perubahan.

2. Pengalihan kewenangan Kehutanan


UU No. 23 Tahun 2014: penyelenggaraan urusan pemerintahan bidang kehutanan
hanya diberikan kepada Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah Provinsi saja.
berdampak terhadap kelembagaan/organisasi perangkat daerah (OPD) di kabupaten
dan kota, dimana kabupaten dan kota tidak memiliki OPD yang melaksanakan urusan
kehutanan, karena sudah melebur ke dalam OPD Kehutanan Provinsi, sehingga menjadi
kendala dalam penggunaan atas SiLPA DBH DR sampai dengan tahun 2016 yang ada di
kas Kabupaten dan Kota.
6
LATAR BELAKANG PERLUASAN PENGGUNAAN DBH DR

PP No. 35 Tahun 2002 1. UU No. 12/2016 APBN-P TA 2016


Hanya untuk kegiatan RHL, Perluasan Penggunaan atas sisa DBH
tidak boleh untuk kegiatan DR Pada Kas Daerah Kab/Kota.
pendukungnya PERLUASAN
PENGGUNAAN 2. UU No. 18/2016 APBN TA 2017
2016 2017 dst DBH DR Perluasan Penggunaan atas sisa DBH
Kab/Kota Provinsi DR Pada Kas Daerah Kab/Kota.
Penghasil Penghasil
3. UU No. 8/2016 APBN TA 2017
Permasalahan : Perluasan Penggunaan atas sisa DBH
Pengaturan yang rigid, sehingga DR Pada Kas Daerah Kab/Kota.
tdk dapat terserap dan menjadi Perluasan Penggunaan DBH DR pada
SiLPA di daerah. Provinsi penghasil
Kab/Kota
- SiLPA DR sd 2016 di Kas Daerah,
- tdk punya kewenangan kehutanan
Provinsi Belum diatur pengaturan teknis, sehingga
Belum bisa melaksanakan karena
pengaturan masih harus utk RHL saja daerah belum berani untuk menganggarkan
dalam APBD dan melaksanakannya.
Potensi DBH DR tidak terpakai (SiLPA DBH DR)
PENGATURAN PENGGUNAAN DBH DR DALAM APBN 2018
Pengalihan
s.d. 2016 Kewenangan 2017
UU No. 23/2014
Kabupaten/Kota Provinsi

Penggunaan sisa DBH DR yang DBH DR untuk provinsi penghasil diperluas


merupakan bagian kabupaten/kota yang penggunaannya untuk membiayai kegiatan
disalurkan sampai dengan tahun 2016 dan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) yang
masih terdapat di kas daerah, dapat meliputi perencanaan, pelaksanaan,
digunakan untuk: monitoring, evaluasi, dan kegiatan
pendukungnya. Kegiatan pendukungnya
a. Pengelolaan taman hutan raya (Tahura);
meliputi :
b. Pencegahan dan penanggulangan
a. Perlindungan dan pengamanan hutan;
kebakaran hutan; dan
b. Teknologi rehabilitasi hutan dan lahan;
c. Penanaman pohon pada daerah aliran
c. Pencegahan dan penanggulangan kebakaran
sungai kritis, penanaman bambu pada
hutan dan lahan;
kanan kiri sungai, dan pengadaan
d. Penataan batas kawasan;
bangunan konservasi tanah dan air.
e. Pengembangan perbenihan;
dilaksanakan oleh OPD yang ditunjuk f. Litbang, diklat, penyuluhan, serta
oleh bupati/walikota sesuai dengan pemberdayaan masyarakat setempat dalam
kegiatan reboisasi hutan;
kewenangan pada bidang terkait. g. Pembinaan; dan/atau
h. Pengawasan dan pengendalian.

Ketentuan lebih lanjut, diatur melalui Peraturan Menteri Keuangan setelah berkoordinasi dg Kemen LHK.

8
ARAHAN KEBIJAKAN TERKAIT
PENGGUNAAN DBH-DR
1. Menangani permasalahan terkait perubahan
iklim (climate change).
2. Memprioritaskan penggunaan DBH DR untuk
pengendalian kebakaran hutan dan lahan bagi
beberapa daerah potensi rawan kebakaran hutan.
3. Mendanai kegiatan yang berhubungan dengan
program perhutanan sosial dalam rangka
pemeliharan hutan secara berkelanjutan.
POKOK-POKOK PENGATURAN KEBIJAKAN TEKNIS
REVISI PMK 126/2007 TTG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN DBH SDA KEHUTANAN-DR

a. Pengalokasian
Mengarahkan Provinsi dan Kab/Kota Prioritas untuk mengalokasikan DBH DR pada program kegiatan yang
berkaitan langsung dengan Climate Change, melalui pengendalian kebakaran hutan dan lahan.
Sedangkan untuk provinsi lainnya penggunaan DBH-DR dialokasikan sesuai dengan kebutuhan dan prioritas
daerah dengan mengacu kepada pengaturan di dalam UU APBN.

b. Penggunaan
Detail Penggunaan teknis pelaksanaan perluasan penggunaan DBH DR:
Perluasan penggunaan DBH DR di Provinsi penghasil
Perluasan penggunaan DBH DR atas sisa DBH DR di Kas Daerah Kab/Kota sd. Tahun 2016

c. Pelaporan
Pengaturan kewajiban penyampaian laporan realisasi penggunaan DBH-DR dan sisa lebih
DBH-DR yang belum/tidak digunakan.
d. Penyaluran
Pengaturan penayaluran DBH-DR dikaitkan dengan kewajiban penyampaian laporan realisasi
penggunaan DBH-DR.
e. Monitoring dan Evaluasi
Pelaksanaan Monev terpadu oleh Kemenkeu, Kementerian , dan LHK Kemendagri.

f. Sanksi
Pengaturan penundaan dan/atau pemotongan DBH DR bagi daerah yang tidak melaporkan realiasasi
penggunaan DBH DR.
POTENSI PERMASALAHAN
1. Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Bidang
Kehutanan dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah
Provinsi (Pasal 14 UU No. 23 Tahun 2014);
2. Kewenangan Pemerintah Provinsi dalam pelaksanaan
rehabilitasi berada pada luar kawasan hutan (Lampiran
BB, UU No. 23 Tahun 2014);
3. Pemerintah Kab/Kota tidak memiliki OPD yang memiliki
tugas dan fungi di bidang kehutanan, untuk melaksanakan
penggunaan atas sisa DBH DR pada kas daerah kab/kota;
4. Belum ada data Sisa DBH DR (SiLPA) pada kas daerah
Kab/Kota;
5. Mengingat Pengaturan Pelaksanaan DBH DR belum
ditetapkan, pemerintah daerah (prov dan Kab/kota)
diperkirakan belum menganggarkannya dalam APBD TA
2018, 11
Terima Kasih

12

INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN


GAMBARAN ALOKASI DBH-DR TAHUN 2015-2018

SELURUH PROVINSI 8 PROVINSI PRIORITAS:


PENGHASIL RAWAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN
Miliar rupiah Miliar rupiah
8 PROV. PROV.
TAHUN TOTAL Nama Daerah 2015 2016 2017 2018
PRIORITAS LAINNYA
2015 558,1 448,6 1.006,7 Riau 4,76 33,28 9,92 10,47
2016 521,3 176,5 697,7 Jambi 8,50 8,50 3,30 3,48
2017 550,8 153,8 704,6 Sumsel 43,13 0,87 1,10 0,93
2018 581,4 162,1 743,5 Kalbar 125,66 30,74 35,11 37,13
Kalteng 155,12 193,60 212,95 224,86
Kalsel 8,55 3,09 2,65 2,83
Kaltim 130,70 160,86 158,24 167,13
Kaltara 81,71 90,32 127,51 134,58
TOTAL 558,14 521,26 550,78 581,40
% thd Nasional 55% 75% 78% 78%

Ket:
78%
1. Provinsi prioritas merupakan daerah yang rawan kebakaran hutan dan lahan.
2. DBH-DR yang semula dialokasikan kepada Kab/Kota penghasil, mulai tahun 2017 dialokasikan kepada Prov penghasil.
PETA DESA RAWAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN
PADA 8 PROVINSI PRIORITAS
Sumber dari World Bank Jumlah Desa Alokasi DBH
No Provinsi Rawan DR TA 2018
12 1 Riau 127 10,5
- Bengkalis - Kuansing
- Kota Dumai - Kota Pekanbaru
- Ind. hilr - Rokan hilir 2 Jambi 102 3,5
-
-
Ind. Hulu
Kampar
-
-
Rokan hulu
Siak
2
- Malinau
- Kep. Meranti - Pelalawan - Nunukan 3 Sumsel 61 0,9
15 - Bengkayang
- Kayong utara
- Kapuas Hulu
4 Kalbar 193 37,1
- Ketapang
- Kubu Raya - Katingan - Balikpapan
- Sanggau - Kt Singkawang - Kubar 5 Kalsel 41 2,8
-
-
Mempawah
Sambas
-
-
Landak
Melawi 6 -
-
Kukar
Kutim 6 Kalteng 65 224,9
- Sekadau - Kt Pontianak Kaltara - Paser
- Sintang - PPU
dan 7 Kaltim 90 167,1
Kaltim:
Riau: 8 Kaltara 52 134,6
Kalbar:

Jambi: Kalteng: Total 731 581,4


- Bungo
- Muaro Jambi
Sumsel: Kalsel:
7 -
-
Sarolangun
Tanjab Barat
- Tanjab Timur
- Tebo - Banjar
- Banjar Baru
- Sungai Penuh
5 - Tanah Bumbu 78 % dari total DBH DR
- Barito Kuala 2018 sebesar 743 M
- Tanah Laut

- Banyuasin
- Muara Enim - Barito selatan - Kobar
4 -
-
Ogan Komering Ilir
OKU Timur
10 -
-
Barito Timur
Kapuas
-
-
Palangkaraya
Pulang Pisau
- Katingan - Seruyan
- Kobar - Sukamar

8 Prov 61 Kab/Kota 731 desa

Das könnte Ihnen auch gefallen