Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
2
DANA BAGI HASIL
Pengertian: Tujuan:
DBH merupakan pendapatan APBN Untuk memperbaiki keseimbangan
yang dialokasikan kepada daerah vertikal antara pusat dan daerah dengan
berdasarkan angka persentase untuk memperhatikan potensi daerah penghasil.
mendanai kebutuhan daerah dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi. PEMBAGIAN : By Origin
o Dibagi kepada daerah penghasil sesuai
dengan porsi yang ditetapkan dalam UU
PBB-P3 No. 33/2004.
PAJAK PPh
o Dibagi dengan imbangan Daerah
CHT penghasil mendapatkan porsi lebih
besar, dan Daerah lain (dalam provinsi
yang bersangkutan) mendapatkan
DBH bagian pemerataan dengan porsi
Kehutanan tertentu yang ditetapkan dalam UU.
Minerba
SDA Migas PENYALURAN: Based on Actual Revenue
Panas Bumi Penyaluran DBH berdasarkan realisasi
penerimaan tahun anggaran berjalan
Perikanan (Pasal 23 UU 33/2004)
DEFINISI DAN JENIS DBH KEHUTANAN
Dana Bagi Hasil kehutanan (DBH Kehutanan) adalah bagian daerah yang berasal dari
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) SDA Kehutanan yang dialokasikan kepada daerah
berdasarkan angka persentase tertentu untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi.
Iuran Ijin Usaha Pemanfaatan Provisi Sumber Daya Hutan Dana Reboisasi (DR)
Hutan (IIUPH) (PSDH)
Pungutan kepada Pungutan yang dikenakan Dipungut dari
pemegang izin usaha sebagai pengganti nilai pemegang izin usaha
pemanfaatan hutan suatu intrinsic dari hasil hutan pemanfaatan hasil
kawasan hutan tertentu Dipungut dari hutan hutan dari hutan alam
Dilakukan pungutan Negara yang berupa kayu
sekali pada saat izin Dihitung dengan rumus Dipungut dalam rangka
diberikan reboisasi dan
Tarif (%) x Harga Patokan x rehabilitasi hutan
Dihitung dengan rumus Volume Produksi
Tarif/Ha x Luas Areal Dihitung dengan rumus
Pusat (20%), Provinsi (16%), Tarif/Satuan x Volume
Pusat (20%), Provinsi Penghasil (32%),
(16%), Penghasil (64%) Pemerataan (32%) Pusat (60%), Provinsi
(40%) 4
PENGGUNAAN DBH KEHUTANAN
Pasal 124 PMK No. 50/PMK.07/2017 Jo. PMK No. 112/PMK.07/2017 Tentang Pengelolaan
TKDD, DBH Kehutanan digunakan untuk:
1. Penggunaan
DBH Kehutanan IIUPH dan PSDH karena penggunaannya bersifat umum, tidak
mengalami kendala dan permasalahan.
Kendala dan permasalahan selama ini banyak ditemui dalam pelaksanaan DBH DR
yang penggunaannya hanya untuk kegiatan RHL dan tidak boleh untuk kegiatan
pendukungnya (PP No. 35 Tahun 2002), sehingga ruang gerak pemda sangat terbatas.
Banyak terdapat sisa DBH DR di akhir tahun anggaran (SiLPA), SiLPA tersebut
terakumulasi karena kebijakan penggunaan DBH DR belum mengalami perubahan.
Ketentuan lebih lanjut, diatur melalui Peraturan Menteri Keuangan setelah berkoordinasi dg Kemen LHK.
8
ARAHAN KEBIJAKAN TERKAIT
PENGGUNAAN DBH-DR
1. Menangani permasalahan terkait perubahan
iklim (climate change).
2. Memprioritaskan penggunaan DBH DR untuk
pengendalian kebakaran hutan dan lahan bagi
beberapa daerah potensi rawan kebakaran hutan.
3. Mendanai kegiatan yang berhubungan dengan
program perhutanan sosial dalam rangka
pemeliharan hutan secara berkelanjutan.
POKOK-POKOK PENGATURAN KEBIJAKAN TEKNIS
REVISI PMK 126/2007 TTG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN DBH SDA KEHUTANAN-DR
a. Pengalokasian
Mengarahkan Provinsi dan Kab/Kota Prioritas untuk mengalokasikan DBH DR pada program kegiatan yang
berkaitan langsung dengan Climate Change, melalui pengendalian kebakaran hutan dan lahan.
Sedangkan untuk provinsi lainnya penggunaan DBH-DR dialokasikan sesuai dengan kebutuhan dan prioritas
daerah dengan mengacu kepada pengaturan di dalam UU APBN.
b. Penggunaan
Detail Penggunaan teknis pelaksanaan perluasan penggunaan DBH DR:
Perluasan penggunaan DBH DR di Provinsi penghasil
Perluasan penggunaan DBH DR atas sisa DBH DR di Kas Daerah Kab/Kota sd. Tahun 2016
c. Pelaporan
Pengaturan kewajiban penyampaian laporan realisasi penggunaan DBH-DR dan sisa lebih
DBH-DR yang belum/tidak digunakan.
d. Penyaluran
Pengaturan penayaluran DBH-DR dikaitkan dengan kewajiban penyampaian laporan realisasi
penggunaan DBH-DR.
e. Monitoring dan Evaluasi
Pelaksanaan Monev terpadu oleh Kemenkeu, Kementerian , dan LHK Kemendagri.
f. Sanksi
Pengaturan penundaan dan/atau pemotongan DBH DR bagi daerah yang tidak melaporkan realiasasi
penggunaan DBH DR.
POTENSI PERMASALAHAN
1. Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Bidang
Kehutanan dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah
Provinsi (Pasal 14 UU No. 23 Tahun 2014);
2. Kewenangan Pemerintah Provinsi dalam pelaksanaan
rehabilitasi berada pada luar kawasan hutan (Lampiran
BB, UU No. 23 Tahun 2014);
3. Pemerintah Kab/Kota tidak memiliki OPD yang memiliki
tugas dan fungi di bidang kehutanan, untuk melaksanakan
penggunaan atas sisa DBH DR pada kas daerah kab/kota;
4. Belum ada data Sisa DBH DR (SiLPA) pada kas daerah
Kab/Kota;
5. Mengingat Pengaturan Pelaksanaan DBH DR belum
ditetapkan, pemerintah daerah (prov dan Kab/kota)
diperkirakan belum menganggarkannya dalam APBD TA
2018, 11
Terima Kasih
12
Ket:
78%
1. Provinsi prioritas merupakan daerah yang rawan kebakaran hutan dan lahan.
2. DBH-DR yang semula dialokasikan kepada Kab/Kota penghasil, mulai tahun 2017 dialokasikan kepada Prov penghasil.
PETA DESA RAWAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN
PADA 8 PROVINSI PRIORITAS
Sumber dari World Bank Jumlah Desa Alokasi DBH
No Provinsi Rawan DR TA 2018
12 1 Riau 127 10,5
- Bengkalis - Kuansing
- Kota Dumai - Kota Pekanbaru
- Ind. hilr - Rokan hilir 2 Jambi 102 3,5
-
-
Ind. Hulu
Kampar
-
-
Rokan hulu
Siak
2
- Malinau
- Kep. Meranti - Pelalawan - Nunukan 3 Sumsel 61 0,9
15 - Bengkayang
- Kayong utara
- Kapuas Hulu
4 Kalbar 193 37,1
- Ketapang
- Kubu Raya - Katingan - Balikpapan
- Sanggau - Kt Singkawang - Kubar 5 Kalsel 41 2,8
-
-
Mempawah
Sambas
-
-
Landak
Melawi 6 -
-
Kukar
Kutim 6 Kalteng 65 224,9
- Sekadau - Kt Pontianak Kaltara - Paser
- Sintang - PPU
dan 7 Kaltim 90 167,1
Kaltim:
Riau: 8 Kaltara 52 134,6
Kalbar:
- Banyuasin
- Muara Enim - Barito selatan - Kobar
4 -
-
Ogan Komering Ilir
OKU Timur
10 -
-
Barito Timur
Kapuas
-
-
Palangkaraya
Pulang Pisau
- Katingan - Seruyan
- Kobar - Sukamar