Sie sind auf Seite 1von 11

4.

Berakhlak kepada Rasulullah dapat diartikan suatu sikap yang harus dilakukan
manusia kepada Rasulullah sebagai rasa terima kasih atas perjuangannya
membawa umat manusia kejalan yang benar. Berakhlak kepada Rasulullah perlu
dilakukan atas dasar pemikiran sebagai berikut:
1. Rasulullah SAW sangat besar jasanya dalam menyelamatkan
kehidupan manusia dari kehancuran. Berkenaan dengan tugas ini, beliau telah
mengalami penderetin lahir batin, namun semua itu diterima dengan ridha.
2. Rasulullah SAW sangat berjasa dalam membina akhlak yang mulia.
Pembinaan ini dilakukan dengan memberikan contoh tauladan yang baik. Allah
berfirman:
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada
(diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik. (al-Ahzab 21)
3. Rasulullah SAW berjasa dalam mejelaskan al-Quran kepada manusia,
sehingga menjadi jelas dan mudah dilaksanakan. Penjelasan itu terdapat dalam
haditsnya, Firman Allah SWT:
Artinya: Dialah yang mengutus kepada kamu yang

buta huruf seorang Rasul diantara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya
kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka kitab dan
hikmah. Dan sesungguhnya, mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan
yang nyata. (QS al-Jumuah, 62; 2).
4. Rasulullah SAW telah mewariskan hadits yang penuh dengan ajaran
yang sangat mulia dalam berbagai bidang kehidupan.
5. Rasulullah SAW telah memberikan contoh modek masyarakat yang
sesuai dengan tuntunan agama, yaitu masyarakat yang beliau bangun di Madinah.
CARA BERAKHLAK KEPADA RASULULLAH
Adapun diantara akhlak kita kepada rasulullah yaitu salah satunya ridho dan
beriman kepada rasul , ridho dalam beriman kepada rasul inilah sesuatu yang
harus kita nyatakan sebagaimana hadist nabi saw; Aku ridho kepada allah sebagai
tuhan, islam sebagai agama dan muhammad sebagai nabi dan rasul. Beriman
kepada nabi dan rasul, yaitu berarti bahwa kita beriman kepada para Rasul itu
sebagai utusan Tuhan kepada ummat manusia. Kita mengakui kerasulannya dan
menerima segala ajaran yang disampaikannya. Banyak cara yang dilakukan dalam
berkhlak kepada Rasulullah SAW. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Mengikuti dan mentaati Rasulullah SAW Mengikuti dan mentaati Rasul
merupakan sesuatu yang bersifat mutlak bagi orang-orang yang beriman. Karena
itu, hal ini menjadi salah satu bagian penting dari akhlak kepada Rasul, bahkan
Allah SWT akan menempatkan orang yang mentaati Allah dan Rasul ke dalam
derajat yang tinggi dan mulia, hal ini terdapat dalam firman Allah:


Artinya: Dan
barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul, mereka itu akan bersama-sama
dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu Nabi-nabi, orang-
orang yang benar, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh. Dan
mereka itulah teman yang sebaik-baiknya (QS 4:69). Disamping itu, manakala kita
telah mengikuti dan mentaati Rasul SAW Allah SWT akan mencintai kita yang
membuat kita begitu mudah mendapatkan ampunan dari Allah manakala kita
melakukan kesalahan, Allah berfirman:

Artinya: Katakanlah: jika kamu (benar-benar) mencintai Allah,
ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kamu dan mengampuni dosa-dosamu.
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS 3:31) Oleh karena itu, dengan
izin Allah Swt, Rasulullah SAW diutus memang untuk ditaati, Allah SWT berfirman:
Artinya: Dan Kami tidak mengutus seorang rasul,

melainkan untuk ditaati dengan izin Allah (QS 4:64). Manakala manusia telah
menunjukkan akhlaknya yang mulia kepada Rasul dengan mentaatinya, maka
ketaatan itu berarti telah disamakan dengan ketaatan kepada Allah Swt. Dengan
demikian, ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya menjadi seperti dua sisi mata
uang yang tidak boleh dan tidak bisa dipisah-pisahkan. Allah berfirman:

Artinya: Barangsiapa mentaati rasul,
sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari
ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi
mereka (QS 4:80). Tunduk dan patuh kepada ajaran yang disampaikan Rasul. Allah
berfirman: Artinya: Katakanlah: "Ta`atlah kepada Allah
dan ta`atlah kepada rasul. (QS an-Nur 54).
2. Mencintai dan memuliakan Rasulullah Keharusan yang harus kita
tunjukkan dalam akhlak yang baik kepada Rasul adalah mencintai beliau setelah
kecintaan kita kepada Allah Swt. Penegasan bahwa urutan kecintaan kepada Rasul
setelah kecintaan kepada Allah disebutkan dalam firman Allah



Artinya: Katakanlah, jika bapak-bapak, anak-

anak, saudara-saudara, isteri-isteri, keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan,
perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal
yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dasn
(dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan
keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik
(QS 9:24). Mencintai ajaran yang di bawanya, Nabi Muhammad SAW, bersabda:
. Artinya: Tidak beriman salah seorang

diantaramu, sehingga aku lebih dicintai olehnya daripada dirinya sendiri, orang
tuanya, anaknya dan manusia semuanya. (H.R. Bukhari Muslim).
3. Mengucapkan sholawat dan salam kepada Rasulullah Mengucapkan
sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai tanda ucapan
terimakasih dan sukses dalam perjuangannya. Secara harfiyah, shalawat berasal
dari kata ash shalah yang berarti doa, istighfar dan rahmah. Kalau Allah
bershalawat kepada Nabi, itu berarti Allah memberi ampunan dan rahmat kepada
Nabi, Firman Allah SWT, Rasulullah SAW dalam sabdanya menyatakan sebagai
berikut: Artinya: Orang yang kikir ialah orang yang
menyebut namaku didekatnya, tetapinia tidak bersholawat kepadaku. (H.R Ahmad
). Artinya: Siapa yang bersholawat kepadaku satu kali,
Allah akan bersholawat kepadanya sepuluh kali sholawat. (H.R Ahmad).
Artinya: Sesungguhnya orang yang paling dekat denganku pada
hari kiamat, ialah orang yang paling banyak bersholawat kepadaku. (H.R
Turmudzi).
4. Mencontoh akhlak Rasulullah. Jika Rasulullah bersikap kasih saying
keras dalam memperthankan prinsip, dan seterusnya maka manusia juga harus
demikian. Allah berfirman:

Artinya: Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang

yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih
sayang sesama mereka, kamu lihat mereka ruku` dan sujud mencari karunia Allah
dan keridhaan-Nya.(QS al-Fath 29).
5. Melanjutkan Misi Rasulullah. Misi Rasul adalah menyebarluaskan dan
menegakkan nilai-nilai Islam. Tugas yang mulia ini harus dilanjutkan oleh kaum
muslimin, karena Rasul telah wafat dan Allah tidak akan mengutus lagi seorang
Rasul. Meskipun demikian, menyampaikan nilai-nilai harus dengan kehati-hatian
agar kita tidak menyampaikan sesuatu yang sebenarnya tidak ada dari Rasulullah
Saw. Keharusan kita melanjutkan misi Rasul ini ditegaskan oleh Rasul Saw:
Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat, dan berceritalah tentang Bani Israil
tidak ada larangan. Barangsiapa berdusta atas (nama) ku dengan sengaja, maka
hendaklah ia mempersiapkan tempat duduknya di neraka (HR. Ahmad, Bukhari
dan Tirmidzi dari Ibnu Umar). Demikian beberapa hal yang harus kita tunjukkan
agar kita termasuk orang yang memiliki akhlak yang baik kepada Nabi Muhammad
Saw.
6. Menghormati Pewaris Rasul Berupaya menjaga nama baiknya dari
penghinaan dan cemoohan yang orang-orang yang tidak suka padanya.[7]
Berakhlak baik kepada Rasul Saw juga berarti harus menghormati para
pewarisnya, yakni para ulama yang konsisten dalam berpegang teguh kepada nilai-
nilai Islam, yakni yang takut kepada Allah Swt dengan sebab ilmu yang dimilikinya.
Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara


hamba-hamba-Nya hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun (QS 35:28). Kedudukan ulama sebagai pewaris Nabi dinyatakan oleh
Rasulullah Saw: Dan sesungguhnya ulama adalah pewaris Nabi. Sesungguhnya
Nabi tidak tidak mewariskan uang dinar atau dirham, sesungguhnya Nabi hanya
mewariskan ilmui kepada mereka, maka barangsiapa yang telah mendapatkannya
berarti telah mengambil mbagian yang besar (HR. Abu Daud dan Tirmidzi). Karena
ulama disebut pewaris Nabi, maka orang yang disebut ulama seharusnya tidak
hanya memahami tentang seluk beluk agama Islam, tapi juga memiliki sikap dan
kepribadian sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi dan ulama seperti
inilah yang harus kita hormati. Adapun orang yang dianggap ulama karena
pengetahuan agamanya yang luas, tapi tidak mencerminkan pribadi Nabi, maka
orang seperti itu bukanlah ulama yang berarti tidak ada kewajiban kita untuk
menghormatinya.
7. Menghidupkan Sunnah Rasul Kepada umatnya, Rasulullah Saw tidak
mewariskan harta yang banyak, tapi yang beliau wariskan adalah Al-Quran dan
sunnah, karena itu kaum muslimin yang berakhlak baik kepadanya akan selalu
berpegang teguh kepada Al-Quran dan sunnah (hadits) agar tidak sesat, beliau
bersabda: Aku tinggalkan kepadamu dua pusaka, kamu tidak akan tersesat
selamanya bila berpegang teguh kepada keduanya, yaitu kitab Allah dan sunnahku
(HR. Hakim). Selain itu, Rasul Saw juga mengingatkan umatnya agar waspada
terhadap bidah dengan segala bahayanya, beliau bersabda: Sesungguhnya, siapa
yang hidup sesudahku, akan terjadi banyak pertentangan. Oleh karena itu,. Kamu
semua agar berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah para penggantiku.
Berpegang teguhlah kepada petunjuk-petunjuk tersebut dan waspadalah kamu
kepada sesuatu yang baru, karena setiap yang baru itu bidah dan setiap bidah itu
sesat, dan setiap kesesatan itu di neraka (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah,
Hakim, Baihaki dan Tirmidzi). Dengan demikian, menghidupkan sunnah Rasul
menjadi sesuatu yang amat penting sehingga begitu ditekankan oleh Rasulullah
Saw. [8]
Surah Al Qalam ayat 4

Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (4)

3. Manusia sebagai hamba Allah sepantasnya mempunyai akhlak yang baik


kepada Allah. Hanya Allahlah yang patut disembah. Selama hidup, apa saja yang
diterima dari Allah sungguh tidak dapat dihitung. Sebagaimana telah Allah
firmankan dalam Quran surat An-nahl : 18, yang artinya Dan jika kamu
menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat menentukan
jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar- benar Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.
Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang
seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk Tuhan sebagai khalik.
Berkenaan dengan akhlak kepada Allah dilakukan dengan cara memuji-Nya,
yakni menjadikan Tuhan sebagai satu- satunya yang menguasai dirinya. Oleh
sebab itu, manusia sebagai hamba Allah mempunyai cara-cara yang tepat untuk
mendekatkan diri. Caranya adalah sebagai berikut :
1. Mentauhidkan Allah
Yaitu dengan tidak menyekutukan-Nya kepada sesuatu apapun. Seperti yang
digambarkan dalam Quran Surat Al-Ikhlas : 1-4.[1]
2. Bertaqwa kepada Allah
Maksudya adalah berusaha dengan semaksimal mungkin untuk dapat
melaksanakan apa-apa yang telah Allah perintahkan dan meninggalkan apa-apa
yang dilarang-Nya.
a. Hakekat taqwa dan kriteria orang bertaqwa
Bila ajaran Islam dibagi menjadi Iman, Islam, dan Ihsan, maka pada
hakikatnya taqwa adalah integralisasi ketiga dimensi tersebut. Lihat ayat
dalam Surah Al- Baqoroh: 2-4, Ali Imron: 133-135.
Dalam surah Al- Baqoroh ayat 2-4 disebutkan empat kriteria orang-
orang yang bertaqwa, yaitu: 1). Beriman kepada yang ghoib, 2). Mendirikan
sholat, 3). Menafkahkan sebagian rizki yang diterima dari Allah, 4). Beriman
dengan kitab suci Al- Quran dan kitab- kitab sebelumnya dan 5). Beriman
dengan hari akhir. Dalam dua ayat ini taqwa dicirikan dengan iman ( no. 1,4
dan 5 ), Islam (no. 2 ), dan ihsan ( no. 3 ).
Sementara itu dalam surah Ali Imron 134-135 disebutkan empat
diantara ciri- ciri orang yang bertaqwa, yakni: 1). Dermawan ( menafkahkan
hartanya baik waktu lapang maupun sempit), 2). Mampu menahan marah,
3). Pemaaf dan 4). Istighfar dan taubat dari kesalahan- kesalahannya.
Dalam dua ayat ini taqwa dicirikan dengan aspek ihsan.
b. Buah dari taqwa
1. Mendapatkan sikap furqan yaitu tegas membedakan antara hak
dan batil (Al- anfal : 29)
2. Mendapatkan jalan keluar dari kesulitan (At-thalaq : 2)
3. Mendapat rezeki yang tidak diduga- duga (At-thalaq : 3
4. Mendapat limpahan berkah dari langit dan bumi (Al- Araf : 96)
5. Mendapatkan kemudahan dalam urusannya (At-thalaq : 4)
6. Menerima penghapusan dosa dan pengampunan dosa serta
mendapat pahala besar (Al- anfal : 29 & Al- anfal : 5).[2]
3. Beribadah kepada Allah
Allah berfirman dalam Surah Al- Anam : 162 yang artinya :Sesungguhnya
sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan
semesta alam.
Dapat juga dilihat dalam Surah Al- Mumin : 11 & 65 dan Al- Bayyinah : 7-8.
[3]
4. Taubat
Sebagai seorang manusia biasa, kita juga tidak akan pernah luput dari sifat
lalai dan lupa. Karena hal ini memang merupakan tabiat manusia. Oleh
karena itu, ketika kita sedang terjerumus dalam kelupaan sehingga berbuat
kemaksiatan, hendaklah segera bertaubat kepada-Nya. Hal ini dijelaskan
dalam Surah Ali-Imron : 135.
5. Membaca Al-Quran
Seseorang yang mencintai sesuatu, tentulah ia akan banyak dan sering
menyebutnya. Demikian juga dengan mukmin yang mencintai Allah,
tentulah ia akan selalu menyebut asma-Nya dan juga senantiasa akan
membaca firman-firman-Nya. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW berkata
yang artinya : Bacalah Al-Quran, karena sesungguhnya Al-Quran itu dapat
memberikan syafaat dihari kiamat kepada para pembacanya.
6. Ikhlas
Secara terminologis yang dimaksud dengan ikhlas adalah beramal semata-
mata mengharapkan ridha Allah SWT. Dalam bahasa populernya ikhlas
adalah berbuat tanpa pamrih, hanya semata-mata karena Allah SWT.
a. Tiga unsur keikhlasan:
1. Niat yang ikhlas ( semata-semata hanya mencari ridho Allah )
2. Beramal dengan tulus dan sebaik-baiknya
- Setelah memiliki niat yang ikhlas, seorang muslim yang mengaku
ikhlas melakukan sesuatu harus membuktikannya dengan melakukan
perbuatan itu dengan sebaik-baiknya.
3. Pemanfaatan hasil usaha dengan tepat.
b. Keutamaan Ikhlas[4]
Hanya dengan ikhlas, semua amal ibadah kita akan diterima oleh Allah SWT.
Rasulullah SAW bersabda, yang artinya :Selamatlah para mukhlisin. Yaitu
orang- orang yang bila hadir tidak dikenal, bila tidak hadir tidak dicari- cari.
Mereka pelita hidayah, mereka selalu selamat dari fitnah kegelapan( HR.
Baihaqi ).
7. Khauf dan Raja
Khauf dan Raja atau takut dan harap adalah sepasang sikap batin yang
harus dimiliki secara seimbang oleh setiap muslim. Khauf didahulukan dari
raja karena khauf dari bab takhalliyyah (mengosongkan hati dari segala
sifat jelek), sedangkan raja dari bab tahalliyah (menghias hati dengan sifat-
sifat yang baik). Takhalliyyah menuntut tarku al-mukhalafah (meninggalkan
segala pelanggaran), dan tahalliyyah mendorong seseorang untuk
beramal.4
8. Tawakal
Adalah membebaskan diri dari segala kebergantungan kepada selain Allah
dan menyerahkan keputusan segala sesuatunya kepadanya. Allah berfirman
dalam surah Hud: 123, yang arinya :Dan kepunyaan Allah lah apa yang
ghaib di langit dan di bumi dan kepada-Nya lah dikembalikan urusan-
urusan semuanya, maka sembahlah Dia, dan bertawakallah kepada-Nya.
Dan sekali- kali Tuhanmu tidah lalai dari apa yang kamu kerjakan.
Tawakal harus diawali dengan kerja keras dan usaha maksimal ( ikhtiar ).
Tidaklah dinamai tawakal kalau hanya pasrah menunggu nasib sambil
berpangku tangan tanpa melakukan apa- apa.
1. Untuk menyempurnakan iman menjadi alasan sebagai besar teologi Muslim
memasuk kan islam sebagai bagian dari iman. Islam adalah sama persis dengan
aktivitas anggota badan, tidak sembarang aktivitas, melainkan aktifitas yang
diperintah kan oleh Tuhan, atau yang sesuai dengan kebenaran al-Quran.
Sungguh, kebutuhan iman terhadap islam adalah sangat penting. Iman mencakup
kepatuhan terhadap anjuran-anjuran Tuhan, tetapi kepatuhan kepada Tuhan tidak
mesti termasuk bagian penting dari Iman.
Sebagai contoh sederhana dapat menjelaskan hubungan antara iman dan islam
adalah seorang muslim jatuh cinta dan menjalani ikatan perkawinan, jika pihak
keluarga taat menjalankan syariat islam, maka perkawinan tersebut mestilah
dilangsungkan sesuai dengan ketentuan hukum islam. Jika seseorang Muslim laki-
laki bermaksud menikahi perempuan Kristen atau perempuan Yahudi, maka
pandangan Jumhur fuquha membolehkan berlangsungnya perkawinan tersebut,
sehingga anak-anak yang dilahirkan akan tumbuh menjadi anak-anak muslim.
Tetapi jika seorang wanita Muslim bermaksud menikahi dengan laki-laki non
muslim, Syariah menegaskan bawasanya perkawinan tersebut haram.
Perhatian ajaran islam terhadap pembinaan akhlaq ini lebih lanjut dapat dilihat
dari kandungan al quran yang banyak sekali berkaitan dengan perintah untuk
melakukan kebaikan, berbuat adil, amar makruf dan nahi munkar. Perintah
tersebut sasaranya antara lain agar yang melakukan memiliki akhlaq yang mulia.
Selanjutnya perhatian islam terhadap pembinaan akhlaq dapat pula dijumpai dari
perhatian Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana terlihat dalam ucapan dan
perbuatannya yang mengandung akhlaq. Didalam haditsnya misalnya ditemukan
pernyataan bahwa beliau diutus di muka bumi untuk menyempurnakan akhlaq
yang mulia.
Orang islam dengan petunjuk agamanya, mengikat akhlaq dengan agama dengan
ikatan yang kukuh. Ia memandang akhlaq sebagai bagian yang tidak dapat
terpisah dari agama. Akhlaq yang baik yang menggambarkan kebaikan dalam
tingkah laku dan muammalah, sehingga ia menjadi sumber pokok bagi tingkah
laku yang utama dan akhlaq yang mulia dalam islam.
2. Menurut etimologi kata akhlak berasal dari bahasa Arab bentuk jamak dari
mufradnya khuluq yang berarti budi pekerti. Sedangkan menurut
terminologi, kata budi pekerti, budi adalah yang ada pada manusia,
berhubungan dengan kesadaran yang didorong oleh pemikiran, ratio. Budi
disebut juga karakter. Pekerti adalah apa yang terlihat pada manusia karena
didorong oleh perasaan hati yang disebut behaviour. Jadi, budi pekerti adalah
perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang bermanifestasi pada karsa dan tingkah
laku manusia
Manusia sebagai makhluk Allah mempunyai kewajiban terhadap dirinya sendiri.
Namun bukan berarti kewajiban ini lebih penting daripada kewajiban kepada
Allah. Dikarenakan kewajiban yang pertama dan utama bagi manusia adalah
mempercayai dengan keyakinan yang sesungguhnya bahwa Tiada Tuhan
melainkan Allah. Keyakinan pokok ini merupakan kewajiban terhadap Allah
sekaligus merupakan kewajiban manusia bagi dirinya untuk keselamatannya.
Manusia mempunyai kewajiban kepada dirinya sendiri yang harus ditunaikan
untuk memenuhi haknya. Kewajiban ini bukan semata-mata untuk mementingkan
dirinya sendiri atau menzalimi dirinya sendiri. Dalam diri manusia mempunyai dua
unsur, yakni jasmani (jasad) dan rohani (jiwa). Selain itu manusia juga dikaruniai
akal pikiran yang membedakan manusia dengan makhluk Allah yang lainnya. Tiap-
tiap unsur memiliki hak di mana antara satu dan yang lainnya mempunyai
kewajiban yang harus ditunaikan untuk memenuhi haknya masing-masing. [1]

Jadi ,Yang dimaksud dengan akhlak terhadap diri sendiri adalah[2] sikap seseorang
terhadap diri pribadinya baik itu jasmani sifatnya atau rohani . Kita harus adil
dalam memperlakukan diri kita , dan jangan pernah memaksa diri kita untuk
melakukan sesuatu yang tidak baik atau bahkan membahayakan jiwa.
Sesuatu yang membahayakan jiwa bisa bersifat fisik atau psikis. Misalnya kita
melakukan hal-hal yang bisa membuat tubuh kita menderita. Seperti; terlalu
banyak bergadang, sehingga daya tahan tubuh berkurang, merokok, yang dapat
menyebabkan paru-paru kita rusak, mengkonsumsi obat terlarang dan minuman
keras yang dapat membahyakan jantung dan otak kita. Untuk itu kita harus bisa
bersikap atau beraklak baik terhadap tubuh kita. Selain itu sesuatu yang dapat
membahayakan diri kita itu bisa bersifat psikis. Misalkan iri, dengki , munafik dan
lain sebagainya. Hal itu semua dapat membahayakan jiwa kita, semua itu
merupakan penyakit hati yang harus kita hindari.
Hati yang berpenyakit seperti iri dengki munafiq dan lain sebagainya akan sulit
sekali menerima kebenaran, karena hati tidak hanya menjadi tempat kebenaran,
dan iman, tetapi hati juga bisa berubah menjadi tempat kejahatan dan kekufuran.
Untuk menghindari hal tersebut di atas maka kita dituntut untuk mengenali
berbagai macam penyakit hati yang dapat merubah hati kita, yang tadinya
merupakan tempat kebaikan dan keimanan menjadi tempat keburukan dan
kekufuran. Seperti yang telah dikatakan bahwa diantara penyakit hati adalah iri
dengki dan munafik. Maka kita harus mengenali penyakit hati tersebut
Dengki, Orang pendeki adalah orang yang paling rugi. Ia tidak mendapatkan
apapun dari sifat buruknya itu. Bahkan pahala kebaikan yang dimilikinya akan
terhapus. Islam tidak membenarkan kedengkian. Rasulullah bersabda: Abu
Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. Bersabda, hati-hatilah pada
kedengkian kaerena kedengkian menghapuskan kebajikan, seperti api yang
melahapminyak.(H.R.AbuDawud).
Munafiq, Orang yang mereka ucapkanmunafiq adalah orang yang berpura-
pura atau ingkar. Apa tidak sama dengan apa yang ada di hati dan tindakannya.
Adapun tanda-tanda orang munafiq ada tiga. Hal ini dijelaskan dalam hadits, yaitu:
, , . :

Dari Abu hurairoh r.a. Rasulullah berkata: tanda-tanda orang munafiq ada tiga,
jika ia berbicara ia berdusta, jika berjanji ia mengingkari, dan jika diberi amanat ia
berkhianat. (H.R. Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan an-Nisai)

Das könnte Ihnen auch gefallen