Sie sind auf Seite 1von 33

1 ASTRI NOOR M SGD 4 MODUL KB INFERTILITAS

LBM 2

Mengapa saya belum hamil

STEP 2

1. Mengapa suami istri sudah menikah 4 tahun belum mempunyai keturunan?


a. BMI 30 pada laki-laki Obesitas , BMI 29 pada waita preobess

Obesitas merupakan penyebab akar beberapa komplikasi medis. Oleh karena itu,
pengobatan untuk infertilitas terkait obesitas pada pria dan wanita harus mencakup
pendekatan yang difokuskan pada mengobati obesitas itu sendiri. Salah satu faktor yang
tergantung gaya hidup penting yang merugikan mempengaruhi spermatogenesis adalah
obesitas. Sebuah BMI lebih dari 25 terkait dengan rata-rata 25 persen pengurangan
jumlah sperma dan motilitas sperma.
b. Suami perokok berat
efek berbahaya dari asap pasif pada kesuburan pasangan perempuan dan bukti
bahwa merokok berdampak buruk pada kualitas sperma menunjukkan bahwa
merokok pada pria dianggap sebagai faktor risiko infertilitas.
c. Konsumsi alkohol
Alkohol dapat merusak sel Leydig sehingga menurunkan kadar testosteron
intratestikular. Testosteron berfungsi dalam proses pematangan sperma pada
spermatogenesis, selain itu alkohol dapat juga menurunkan Luteinizing Hormon (LH) dan
Follicle Stimulating Hormon (FSH) (Emanuele dan Nicholas, 1998). LH berfungsi
menstimulasi sel Leydig untuk menghasilkan testosteron sedangkan FSH dapat
mempengaruhi sel Sertoli untuk membentuk androgen binding protein (ABP) yang
berfungsi untuk mengikat testosteron intratestikular yang dihasilkan sel Leydig (Foa et
al., 2006) .

d. Kebiasaan berendam air panas


Produksi aktif sperma membutuhkan suhu sekitar 3-4 C lebih rendah dari suhu
normal tubuh.
Penurunan spermatogenesis telah ditemukan dalam prevalensi tinggi di antara
pengemudi profesional, serta 42, 43). Velez de la Calle et al. 44) menyelidiki
faktor infertilityisk dalam populasi militer Perancis dan menemukan paparan
panas sebagai faktor risiko independen untuk infertilitas pria.
e. Urethritis GO 3 th yang lalu (tp udah berobat)
f. Usia istri 29 tahu
Tahun Seorang wanita terbaik reproduksi dalam usia 20-an. Kesuburan secara bertahap
menurun di usia 30-an, terutama setelah usia 35. Setiap bulan ia mencoba, sebuah
Wanita 30 tahun yang sehat, subur memiliki peluang 20% untuk hamil.

1
2 ASTRI NOOR M SGD 4 MODUL KB INFERTILITAS

g. Program KB Pil diawal tahun menikah


Wanita yang berhenti dari kontrasepsi oral memiliki interval untuk kelahiran yang lebih
panjang dibandingkan wanita yang menggunakan metoda lain. Perbedaan ini
menghilang 30 sampai 42 bulan setelah menghentikan pil.
Buku Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan Infertilitas.

h. Istri terinfeksi Toxo, Rubella, CMV

INFERTILITAS adalah masalah yang dihadapi pasutri yang telah menikah selama
minimal 1 tahun, melakukan hubungan senggama teratur, tanpa menggunakan alat
kontrasepsi, tetapi belum berhasil memperoleh kehamilan.
SUMBER : BUKU AJAR ILMU KANDUNGAN

Beda infertilitas dengan sterilitas


Sterilitas ketidakmampuan yg lengkap dan permanen untuk menjadi hamil dan
menghamili, meskipun telah diberikan terapi.
Keluarga Berencana dan kontrasepsi, dr. Hanafi Hartanto, Pustaka Sina Harapan, 2002

2. Faktor apa saja yang menyebabkan pasangan suami istri belum mempunyai keturunan?
Di Indonesia, kasus infertiliias cukup tinggi. Diperkirakan sebanyak 10 persen dari jumlah
penduduk Indonesia merupakan pasutri, dan dari jumlah tersebut 200.000 mengalami
gangguan infertilitas. Ada 5 faktor yang menyebabkan injertililas, yakni sperma yang tidak
dapat dikoreksi, sumbatan pada kedua saluran telur, endomelrosis (kista cokelat) derajat
sedang dan berat, gangguan pematangan sel telur yang tidak dapat dikoreksi, serta faktor
yang tidak dapat dijelaskan

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFERTIL

Berbagai gangguan yang memicu terjadinya infertilitas antara lain :


1. Pada Perempuan
a. Hormonal
Gangguan glandula pituitaria, thyroidea, adrenalis atau ovarium yang
menyebabkan :

1. Kegagalan ovulasi.
2. Kegagalan endometrium uterus untuk berproliferasi dan sekresi.
3. Sekresi vagina dan cervix yang tidak menguntungkan bagi sperma.
4. Kegagalan gerakan ( motilitas ) tuba falopii yang menghalangi spermatozoa
mencapai uterus.
b. Sumbatan

2
3 ASTRI NOOR M SGD 4 MODUL KB INFERTILITAS

Tuba falopii yang tersumbat bertanggung jawab untuk kira kira sepertiga dari
penyebab infertilitas. Sumbatan tersebut dapat disebabkan

1. Kelainan kongenital.
2. Penyakit radang pelvis umum, misalnya apendisitis dan peritonitis.
3. Infeksi tractus genitalis yang naik, misalnya gonore.
c. Faktor Lokal
Keadaan keadaan seperti :

1. Fibroid uterus, yang menghambat implantasi ovum.


2. Erosi cervix yang mempengaruhi pH sekresi sehingga merusak sperma.
3. Kelainan kongenital vagina, cervix atau uterus yang menhalangi
pertemuan sperma ayau ovum.

2. Pada Laki Laki


a. Gangguan Spermatogenesis
Analisis cairan seminal dapat mengungkapkan :

1. Jumlah spermatozoa kurang dari 20 juta per mililiter cairan seminel.


2. Jumlah spermatozoa yang abnormal lebih dari 40% yang berupa defek
kepala ( caput ) atau ekor ( cauda ) yang spesifik. Keadaan ini mungkin
karena adanya aplasia sel germinal, pengelupasan, atau suatu defek
kongenital, atau beberapa penyebab yang tidak dapat ditetapkan.
3. Cairan seminal yang diejakulasikan kurang dr 2 ml.
4. Kandungan kimia cairan seminal tidak memuaskan, misalnya kadar
glukosa, kolesterol, atau enzim hialuronidase abnormal dan pH nya
terlalu tinggi atau terlalu rendah.
b. Obstruksi
1. Sumbatan ( oklusi ) kongenital duktus atau tubulus.
2. Sumbatan duktus atau tubulus yang disebabkan oleh penyakit peradangan
(inflamasi ) akut atau kronis yang mengenai membran basalais atau dinding
otot tubulus seminiferus, misalnya orkitis, infeksi prostat, infeksi
gognokokus. Penyakit ini merupakan penyebab yang paling umum pada
infertilitas pria.
c. Ketidakmampuan Koitus atau Ejakulasi

3
4 ASTRI NOOR M SGD 4 MODUL KB INFERTILITAS

1. Faktor faktor fisik, misalnya hipospadia, epispadia, deviasi penis sperti


pada priapismus atau penyakit Peyronie.
2. Faktor faktor psikologis yang menyebabkan ketidakmampuan untuk
mencapai atau mempertahankan ereksi.
3. Alkoholisme kronik.
d. Faktor Sederhana
Kadang kadang faktor faktor sederhana seperti memakai celana jeans ketat,
mandi dengan air terlalu panas, atau berganti lingkungan ke iklim tropis dapat
menyebabkan keadaan luar ( panas ) yang tidak menguntungkan untuk produksi
sperma yang sehat.
Faktor apa saja pada wanita pengaruh pada fertilitas dna juga pada pria

Pada Wanita
a. Gangguan organ reproduksi:
Infeksi vagina sehingga meningkatkan keasaman vagina yang akan membunuh
sperma dan pengkerutan vagina yang akan menghambat transportasi sperma ke
vagina
Kelainan pada serviks akibat defesiensi hormon esterogen yang mengganggu
pengeluaran mukus serviks. Apabila mukus sedikit di serviks, perjalanan sperma ke
dalam rahim terganggu. Selain itu, bekas operasi pada serviks yang menyisakan
jaringan parut juga dapat menutup serviks sehingga sperma tidak dapat masuk ke
rahim
Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi uterus yang
mengganggu pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi uterus yang menyebabkan
terjadinya gangguan suplai darah untuk perkembangan fetus dan akhirnya terjadi
abortus berulang
Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang mengakibatkan adhesi tuba falopii dan
terjadi obstruksi sehingga ovum dan sperma tidak dapat bertemu
b. Gangguan ovulasi Gangguan ovulasi ini dapat terjadi karena ketidakseimbangan
hormonal seperti adanya hambatan pada sekresi hormon FSH dan LH yang memiliki
pengaruh besar terhadap ovulasi. Hambatan ini dapat terjadi karena adanya tumor
kranial, stress, dan penggunaan obat-obatan yang menyebabkan terjadinya disfungsi
hipothalamus dan hipofise. Bila terjadi gangguan sekresi kedua hormon ini, maka folicle
mengalami hambatan untuk matang dan berakhir pada gengguan ovulasi.
c. Kegagalan implantasi Wanita dengan kadar progesteron yang rendah mengalami
kegagalan dalam mempersiapkan endometrium untuk nidasi. Setelah terjadi
pembuahan, proses nidasi pada endometrium tidak berlangsung baik. Akiatnya fetus
tidak dapat berkembang dan terjadilah abortus.
d. Endometriosis

4
5 ASTRI NOOR M SGD 4 MODUL KB INFERTILITAS

Kondisi menebalnya lapisan endometrium di tuba falopii atau ovarium. Kondisi ini sering
menimbulkan kista. Kista dapat mengganggupematangan folikel dan pelepasan sel telur.
e. Abrasi genetis
Translokasi Robertsonian menyebabkan aborsi spontan atau infertilitas primer
f. Faktor immunologis
Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu memberikan
reaksi sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi ini dapat menyebabkan abortus
spontan pada wanita hamil.
g. Lingkungan
Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas ananstesi, zat kimia, dan pestisida
dapat menyebabkan toxic pada seluruh bagian tubuh termasuk organ reproduksi yang
akan mempengaruhi kesuburan.
h. Usia
Dengan bertambahnya usia perempuan, kesuburan menurun karena normal,
perubahan yang berkaitan dengan usia yang terjadi di ovarium. Saat lahir ada
sekitar satu juta folikel. Dengan pubertas jumlah itu akan turun menjadi sekitar
300.000.
Yang tersisa saat pubertas folikel, hanya sekitar 300 akan ovulasi selama tahun-
tahun reproduksi. Mayoritas folikel tidak digunakan oleh ovulasi, tetapi melalui
proses bertahap berkelanjutan kerugian disebut atresia. Atresia adalah proses
degeneratif yang terjadi terlepas dari apakah Anda sedang hamil, memiliki siklus
menstruasi yang normal, menggunakan kontrol kelahiran, atau sedang menjalani
pengobatan infertilitas. Perokok tampaknya mengalami menopause sekitar 1
tahun lebih awal dari non-perokok.
KESUBURAN WANITA DI PENUAAN
Tahun Seorang wanita terbaik reproduksi dalam usia 20-an. Kesuburan secara bertahap
menurun di usia 30-an, terutama setelah usia 35. Setiap bulan ia mencoba, sebuah
Wanita 30 tahun yang sehat, subur memiliki peluang 20% untuk hamil. Itu berarti
bahwa untuk setiap 100 wanita subur 30 tahun mencoba untuk hamil dalam 1 siklus, 20
akan berhasil dan yang lainnya 80 harus mencoba lagi. Pada usia 40, peluang seorang
wanita kurang dari 5% per siklus, sehingga lebih sedikit dari 5 dari setiap 100 wanita
diharapkan untuk menjadi sukses setiap bulan.
Pada Pria
Ada beberapa kelainan umum yang dapat menyebabkan infertilitas pada pria yaitu :
Abnormalitas sperma; morfologi, motilitas
Abnormalitas ejakulasi; ejakulasi rerograde, hipospadia
Abnormalitas ereksi
Abnormalitas cairan semen; perubahan pH dan perubahan komposisi kimiawi
Infeksi pada saluran genital yang meninggalkan jaringan parut sehingga terjadi
penyempitan pada obstruksi pada saluran genital
Lingkungan; Radiasi, obat-obatan anti cancer
Abrasi genetik

- Faktor stress : kortisol pengaruhi reproduksi

5
6 ASTRI NOOR M SGD 4 MODUL KB INFERTILITAS

Laki-laki
Bisa dibilang lebih perhatian adalah gaya hidup dan faktor pekerjaan yang
menyebabkan orang untuk menghabiskan waktu yang lama dalam posisi
menetap, sesuatu yang telah menjadi umum bagi banyak orang yang bekerja di
negara-negara Barat hari ini (gambar 2). Ketika duduk, udara tidak beredar
begitu mudah di sekitar skrotum dan oleh karena itu ada pendinginan kurang
efisien, efek mungkin diperburuk jika memakai celana ketat atau celana.
(Http://rstb.royalsocietypublishing.org/content/365/1546/1697.full.pdf)

Perempuan
Stres menyebabkan sekresi meningkat dari hipotalamus faktor corticotropin-
releasing, peningkatan hipofisis pelepasan hormon adrenokortikotropik, dan
sekresi ditambah hormon korteks adrenal, termasuk kortisol. Oleh karena itu,
dapat diasumsikan bahwa stres memiliki efek langsung pada tingkat produksi
kortisol dan oleh karena itu, efek negatif pada kesuburan.
Hormon stres yang beredar tinggi dapat mengganggu waktu ovulasi dan
memperpendek fase luteal. Ketersediaan progesteron berkurang fase luteal
pasca-konsepsi mengurangi kemungkinan terjadinya implantasi sukses; 12-hari
phaseand luteal 8 mm ketebalan endometrium telah diajukan sebagai minimum
untuk kesuburan. Oleh karena itu, peredaran peningkatan kadar hormon stres
selama periode antara pra-konsepsi dan awal kehamilan dapat mencegah
implantasi dan pemeliharaan kehamilan dini dengan mekanisme cacat fase
luteal.

3. Apa hubungan pasien dengan riwayat perokok berat, mengkonsumsi alkohol, dan kebiasaan
berendam di pemandian air panas bila lelah banyak kerjaan?
Alkohol
Alkohol jika dikonsumsi mempunyai efek toksik pada tubuh baik secara langsung maupun
tidak langsung (Panjaitan, 2003). Penelitian yang dilakukan (Foa et al., 2006) menyebutkan
bahwa etanol berpengaruh pada beberapa metabolisme organ dan jaringan tubuh, termasuk
organ reproduksi pria berupa keterlambatan pubertas, atrofi testis, disfungsi ereksi,
ginekomastia, gangguan proses spermatogenesis hingga infertilitas.
Selanjutnya konsumsi alkohol pada pria dapat menyebabkan disfungsi ereksi, infertilitas, dan
yang tak kalah pentingnya bersifat mengurangi ciri-ciri seksual sekunder pria. Alkohol dapat
merusak sel Leydig di dalam testis, dan produksi sekresi hormon testosteron dan terjadinya
feminisasi (Emanuele, 1998; Panjaitan, 2003).
Konsumsi alkohol adalah faktor yang sangat berperan penyebab kesehatan masyarakat
pemakainya tersebar luas dan meningkat di banyak negara. Pemberian alkohol pada hewan
percobaan diketahui dapat menurunkan konsentrasi hormon steroid, menghambat ovulasi
dan mengganggu transportasi sel sperma sampai ke tuba falopi. Pemberian alkohol pada
tikus dan monyet menurunkan berat ovarium dan menyebabkan amenorhoe (Jensen et al.,
1998). Rees (1993) melaporkan bahwa pemberian etanol dengan dosis 5 - 6% pada tikus
menyebabkan penekanan pada kadar testosteron dalam darah dan penyusutan testis (atrofi

6
7 ASTRI NOOR M SGD 4 MODUL KB INFERTILITAS

testis) (Emanuelle, 1998). Konsumsi alkohol dalam waktu lama mempengaruhi disfungsi
ereksi, menurunkan libido, dan ginekomastia.
Penelitian lain menyatakan bahwa konsumsi alkohol akut berlebihan dapat berefek
merugikan fertilitas pria dan menyebabkan berkurangnya konsentrasi serum testosteron.
(Fabio et al., 2004).
Alkohol dapat merusak sel Leydig sehingga menurunkan kadar testosteron
intratestikular. Testosteron berfungsi dalam proses pematangan sperma pada
spermatogenesis, selain itu alkohol dapat juga menurunkan Luteinizing Hormon (LH) dan
Follicle Stimulating Hormon (FSH) (Emanuele dan Nicholas, 1998). LH berfungsi menstimulasi
sel Leydig untuk menghasilkan testosteron sedangkan FSH dapat mempengaruhi sel Sertoli
untuk membentuk androgen binding protein (ABP) yang berfungsi untuk mengikat
testosteron intratestikular yang dihasilkan sel Leydig (Foa et al., 2006) .

Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa penyalahgunaan alkohol pada pria dapat
menyebabkan gangguan produksi testosteron dan penyusutan testis (yaitu, atrofi testis)
(Adler 1992). Perubahan tersebut dapat mengakibatkan impotensi, infertilitas, dan
mengurangi karakteristik seksual sekunder pria (misalnya, wajah dan dada rambut,
pembesaran payudara, dan pergeseran penumpukan lemak dari perut ke daerah pinggul
berkurang).
Atrofi ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk efek merusak (1) alkohol
pada testis; (2) efek alkohol pada LH dan FSH (lihat bagian "Efek Alkohol di dalam Anterior
Pituitary Gland," pp.199-200), yang antara faktor-faktor lain, merangsang pertumbuhan
testis; dan (3) berbagai faktor pembaur, seperti mal-nutrisi, pengobatan bersamaan dengan
berbagai obat, dan penyalahgunaan obat selain alkohol oleh subyek. Atrofi testis hasil
terutama dari hilangnya sel sperma dan penurunan diameter tubulus seminiferus.
Efek alkohol pada Leydig Sel dan Testosteron Metabolisme
Efek samping alkohol pada fungsi sel Leydig dan produksi testosteron. Para peneliti
disebabkan penurunan testosteron penurunan tingkat produksi dan peningkatan kerusakan
dan penghapusan testosteron dari darah (yaitu, tingkat metabolisme meningkat izin).

Mekanisme lain di mana alkohol dapat menurunkan kadar testosteron adalah konversi testosteron
atau salah satu prekursor ke dalam estrogen melalui proses yang disebut aromatisasi.

Misalnya, testosteron dapat dimetabolisme menjadi estrogen disebut estradiol. Demikian pula,
prekursor langsung testosteron-androstenedion-dapat diubah menjadi estrogen kurang kuat disebut
estron. Proses konversi ini dapat ditingkatkan pada pria yang secara teratur mengkonsumsi alkohol.
Beberapa studi menemukan bahwa beberapa orang dengan penyakit hati alkoholik telah
meningkatkan kadar estrogen dalam darah (Van Thiel et al 1974, 1978;. Gordon et al 1978.).
Peningkatan ini tampaknya tidak disebabkan oleh kerusakan estrogen menurun dan karena itu harus
berasal dari produksi estrogen meningkat (Gordon et al. 1978).

Peneliti telah menyarankan bahwa produk pemecahan alkohol, asetaldehida, mungkin menjadi
faktor, karena dalam beberapa penelitian asetaldehida lebih kuat daripada alkohol dalam menekan
pelepasan testosteron (misalnya, Badr dkk 1977;. Cobb et al 1978.).

7
8 ASTRI NOOR M SGD 4 MODUL KB INFERTILITAS

Mungkin, bagaimanapun, asetaldehida tidak sendiri menekan testosteron pro-produksi. Sebaliknya,


enzim yang menengahi pemecahan alkohol menjadi asetaldehida menggunakan tertentu molekul
(yaitu, kofaktor) yang juga dibutuhkan oleh enzim yang terlibat dalam produksi testosteron,
sehingga mencegah generasi testos-terone (Ellingboe dan Varanelli 1979;. Gordon et al 1980).

Penelitian lain telah mencatat peningkatan kadar -endorphin dalam cairan testis setelah paparan
alkohol akut (Adams dan Cicero 1991). Seperti dijelaskan sebelumnya, testis -endorphin
menghambat produksi testosteron dan / atau pelepasan.

Para peneliti baru-baru ini menegaskan peran -endorphin melalui studi di mana tikus diobati
dengan zat yang menghambat aktivitas -endorphin (yaitu, nal-trexone) (Emanuele et al. 1998).

Sebagai contoh, adrenal hormon kortisol (pada manusia) dan kortikosteron (pada tikus) dapat
menekan sistem reproduksi dengan menghambat kemampuan sel-sel Leydig untuk memproduksi
dan melepaskan testosteron. Studi pada manusia dan hewan menemukan bahwa paparan alkohol
meningkatkan kadar hormon adrenal, sehingga mengganggu fungsi reproduksi (Rivier dan Vale
1988).

Konsumsi alkohol moderat (yaitu, 40 sampai 80 gram, atau sekitar 3,5-7 minuman standar, per hari)
dikaitkan dengan kematangan perubahan insperm sedikit. Akhirnya, riwayat konsumsi alkohol berat
(lebih dari 80 gram, atau lebih dari 7 minuman, per hari) menyebabkan perkembangan sperma
ditangkap di 20 persen dari kasus. Studi pada pecandu alkohol yang belum dikembangkan kerusakan
hati yang parah (fungsi testis yaitu, di antaranya kerusakan hati itu sendiri tidak terpengaruh)
menemukan bahwa 40 persen dari orang-orang yang diteliti telah mengurangi jumlah sperma, 45
persen menunjukkan bentuk sperma yang abnormal, and50 persen dipamerkan diubah sperma
motilitas (Villalta et al. 1997).

Mekanisme yang mendasari efek alkohol pada sel-sel Sertoli belum dijelaskan secara penuh.
Tampaknya, bagaimanapun, bahwa alkohol dapat merusak beberapa protein yang dibutuhkan untuk
produksi sel sperma yang menyediakan sel Sertoli (Zhu et al. 1997).

Efek pada Produksi LH, Sekresi dan Kegiatan


Dapat dibayangkan, alkohol dapat mengganggu fungsi reseptor GnRH atau interaksi dengan GnRH,
sehingga menyebabkan pelepasan LH berkurang. Untuk saat ini, bagaimanapun, para ilmuwan telah
menemukan bukti yang menunjukkan bahwa interaksi GnRH dengan reseptornya terganggu.

Oleh karena itu, alkohol mungkin mengganggu satu atau lebih peristiwa yang terjadi dalam sel
setelah GnRH telah melekat pada reseptor. Para peneliti telah mengidentifikasi satu reaksi tersebut.
Untuk GnRH untuk merangsang produksi dan pelepasan LH efektif, enzim yang disebut protein
kinase C harus bergerak dari dalam sel LH-memproduksi ke permukaan sel. Alkohol telah terbukti
untuk mencegah gerakan ini protein kinase C (Steiner et al. 1997).

Rantai peristiwa dari pengikatan GnRH ke sel hipofisis pelepasan LH, bagaimanapun, adalah sangat
kompleks. Akibatnya, alkohol mungkin juga mengganggu langkah-langkah lain dalam proses ini.
Identifikasi langkah-langkah akan mengarah pada pemahaman yang lebih lengkap tentang
bagaimana alkohol mengganggu fungsi hipofisis.

Perokok Berat

8
9 ASTRI NOOR M SGD 4 MODUL KB INFERTILITAS

Dampak merokok pada reproduksi pada pria: Pria yang merokok memiliki jumlah sperma
lebih rendah dan motilitas dan peningkatan kelainan pada bentuk sperma dan fungsi. Efek
merokok pada kesuburan pria, bagaimanapun, adalah lebih sulit untuk membedakan karena
sulit untuk membuat penelitian untuk menjawab pertanyaan itu. Meskipun efek dari
merokok pada kesuburan pria tetap tidak meyakinkan, efek berbahaya dari asap pasif pada
kesuburan pasangan perempuan dan bukti bahwa merokok berdampak buruk pada kualitas
sperma menunjukkan bahwa merokok pada pria harus dianggap sebagai faktor risiko
infertilitas.
Merokok dan infertilitas

Sejumlah penelitian telah mengidentifikasi efek khusus merokok ibu selama kehamilan, termasuk
keterbelakangan pertumbuhan janin, kematian neonatal, komplikasi kehamilan, persalinan prematur
dan efek yang mungkin pada laktasi dan jangka panjang efek pada hidup anak-anak. Selanjutnya, ada
indikasi bahwa merokok menurunkan kesuburan pada wanita, meningkatkan frekuensi gangguan
menstruasi dan mengurangi usia menopause spontan [12] dan [13]. Pada laki-laki, telah
menyarankan bahwa merokok negatif mempengaruhi setiap sistem yang terlibat dalam proses
reproduksi. Spermatozoa dari perokok telah mengurangi daya pembuahan, dan embrio
menampilkan implantasi rendah [14] dan [15].

Merokok dan semen parameter (Tabel 1, Tabel 2 dan Tabel 3)

Artikel yang berbeda telah menunjukkan dampak negatif dari merokok pada parameter air mani
manusia, berkorelasi dengan rokok yang dihisap / hari dan durasi merokok. Kebanyakan makalah
berpendapat bahwa perokok menunjukkan volume semen yang lebih rendah, jumlah sperma,
motilitas sperma dan viabilitas dibandingkan dengan non-perokok. Selain itu, perokok menunjukkan
peningkatan leukosit mani, persentase sperma oval, kepala-piece cacat spermatozoa persentase dan

9
1
ASTRI NOOR M SGD 4 MODUL KB INFERTILITAS
0

spermatozoa dengan tetesan sitoplasma [16], [17], [18], [19], [20], [21], [22 ], [23], [24], [25], [26],
[27], [28], [29], [30], [31], [32], [33], [34], [35], [36] dan [37].

Merokok dan kromosom kerusakan

Sejumlah makalah yang berhubungan dengan merokok laki-laki telah menyarankan bahwa
kerusakan DNA yang parah, yang dapat mencegah pembuahan oosit atau perkembangan embrio,
bisa menjadi penyebab infertilitas. Kerusakan Kromosom diamati pada Golgi-fase atau cap-fase
spermatid, menunjukkan frekuensi dari 1,15% pada perokok subur dan 0,82% pada subur non-
perokok [38]. Berkurang penyubur kapasitas di tingkat kromosom, dengan rasio yang jauh lebih
tinggi dari / untai ganda DNA spermatozoa untai tunggal, ditemukan juga pada perokok [39].
Peningkatan persentase spermatozoa dengan DNA terfragmentasi pada perokok laki-laki
dibandingkan dengan non-perokok telah diperkirakan 4,7% vs 1,1% dalam satu penelitian [40] dan
32% vs 25,9% dalam satu lagi [41]. Analisis fragmentasi DNA sperma setelah kapasitasi mendeteksi
efek yang merugikan yang dihasilkan oleh tembakau, mengubah proses sperma berenang-up seleksi
pada perokok [42]. Di sisi lain, orang lain tidak menemukan hubungan antara merokok dan
fragmentasi DNA pada sperma cahaya yang sehat dan perokok berat dibandingkan dengan non-
perokok, meskipun tren negatif yang jelas diamati, khususnya dalam hal gangguan plasma membran
fosfolipid asimetri [ 43] dan [44].
Merokok telah ditunjukkan untuk meningkatkan spermatozoa disomic [45] di mana peningkatan
risiko aneuploidi diamati, meskipun hanya untuk frekuensi disomy 13 [46]. Selain itu, Horak et al.
[47] melaporkan bahwa perbedaan yang signifikan terjadi antara perokok dan non-perokok
(peningkatan 1,7 kali lipat) dengan korelasi negatif antara aduk DNA dan jumlah sperma dan
motilitas sperma pada pasien subur.

Merokok dan acrosin

Perokok telah ditemukan untuk menunjukkan aktivitas acrosin lebih rendah dengan adanya jumlah
sperma normal dan motilitas [48]. Reaksi akrosom terbukti secara signifikan lebih rendah dalam
sampel semen dari perokok daripada kelompok yang subur, sedangkan perbedaan yang tidak
bermakna ditunjukkan pada spermatozoa dari pasien terkait dengan varikokel. Kedua persentase
spermatozoa dengan halo halo pembentukan dan diameter jauh lebih rendah pada varikokel terkait
kasus dibandingkan dengan laki-laki subur [49].
Merokok dan bahan beracun dalam air mani
Nikotin memiliki pengaruh yang signifikan terhadap morfologi sperma dan jumlah sperma [50].
Perokok telah terbukti memiliki cotinine mani dan kadar trans-3'-hydroxycotinine mirip dengan
serum, sedangkan nikotin mani meningkat secara signifikan dibandingkan dengan serum. Total
motilitas sperma berkorelasi negatif dengan cotinine mani dan trans-3'-hydroxycotinine tingkat, di
mana ke depan motilitas sperma berkorelasi dengan tingkat cotinine mani [51]. Juga, paparan pasif
asap tembakau lingkungan telah terbukti menghasilkan mani nikotin dan cotinine tingkat terukur
berkorelasi dengan tingkat eksposur yang dilaporkan [52].
Kadmium mani Peningkatan (Cd) pada perokok telah diamati jika> 20 batang / hari dikonsumsi,
dengan korelasi negatif yang signifikan antara Cd dalam darah dengan rokok-tahun dan kepadatan
sperma [23] dan [53]. Cd mani dalam normozoospermics terbukti lebih tinggi pada perokok

10
1
ASTRI NOOR M SGD 4 MODUL KB INFERTILITAS
1

dibandingkan dengan non-perokok, yang berkorelasi dengan jumlah rokok yang dikonsumsi / hari
[54]. Juga, memimpin dalam plasma mani telah terbukti lebih tinggi pada perokok subur
dibandingkan dengan laki-laki subur dan tidak subur non-perokok [55].
Zenzes et al. [56] menunjukkan bahwa benzo (a) pyrene adduct diol epoksida-DNA dalam sel sperma
meningkat merokok, dengan tingkat yang relatif lebih tinggi pada perokok dibandingkan non-
perokok, menunjukkan bahwa paparan lingkungan juga besar. Pembentukan adduct pada
spermatozoa merupakan sumber potensial dari kerusakan DNA pra-zigotik menular.

Hormon merokok dan reproduksi

Nikotin dapat mengubah aksis hipotalamus-hipofisis melalui stimulasi dari hormon pertumbuhan,
kortisol, dan vasopressin dan oksitosin rilis, yang pada gilirannya menghambat LH dan PRL rilis [57].
Ochedalski et al. [58] melaporkan bahwa rata-rata 17 beta-estradiol (E) tingkat lebih tinggi dan
tingkat rata-rata LH, FSH dan PRL lebih rendah pada perokok dibandingkan dengan non-perokok,
sedangkan tingkat rata-rata T dan dehydroepiandrosterone (DHEA) tidak berbeda. Trummer et al.
[30] ditemukan peningkatan serum T bebas dan total dan penurunan PRL pada perokok.
Jurasovi et al. [59] menunjukkan bahwa merokok secara signifikan terkait dengan penurunan mani
PRL. Ramlau-Hansen et al. [35] mengamati hubungan dosis-respons positif antara merokok dan T, LH
dan rasio T bebas LH /. Namun, Pasqualotto et al. [60] dievaluasi tingkat hormon dalam 889 pria
subur dibagi menjadi perokok ringan, sedang dan berat, dengan perbedaan tidak bermakna kadar
FSH, LH dan jumlah T.

Merokok dan kelenjar seks aksesori

Fungsi kelenjar seks aksesori pada perokok telah dinilai dengan menentukan isi ejakulasi berbagai
penanda kelenjar: N-asetil gula amino, fosfat total (vesikula seminalis) seng, asam fosfatase (kelenjar
prostat), dan alpha-1,4-glukosidase (epididimis). Kedua parameter vesikular dan prostat berkurang
secara signifikan pada perokok [61].
Merokok dan konstituen normal mani
Terpisah jumbai silia (DCTs) yang diamati dalam air mani laki-laki yang berhubungan dengan
tingginya insiden merokok [62]. Telah mendalilkan bahwa DCTs berasal dari epitel epididimis,
mungkin gudang sebagai bagian dari keterlibatan epididimis sebagai akibat patologi testis
disebabkan oleh beberapa agen. Selain itu, El-Karaksy et al. [63] menunjukkan bahwa sel-sel mast
mani yang terdeteksi pada frekuensi yang lebih tinggi di kalangan perokok

Merokok dan varikokel

Kombinasi merokok dan varikokel telah terbukti sangat terkait dengan kejadian oligozoospermia.
Perokok laki-laki dengan varikokel memiliki kejadian oligozoospermia 10 kali lebih besar
dibandingkan non-perokok dengan varikokel dan lima kali lebih besar daripada laki-laki yang
merokok tetapi bebas varikokel [70]. Dasar patofisiologis interaksi ini mungkin disebabkan oleh
peningkatan sekresi katekolamin dari medula adrenal, yang disebabkan oleh merokok, mencapai
testis melalui aliran retrograde ke vena spermatika internal. Faktor tambahan adalah seiring
bertambahnya stres oksidatif dihilangkan dengan merokok dan varikokel [68], [71], [72] dan [73].

11
1
ASTRI NOOR M SGD 4 MODUL KB INFERTILITAS
2

Merokok dan sperma ultrastruktur

Perubahan jumlah dan susunan mikrotubulus axonemal dan kelainan axonemal telah dicatat dalam
perokok berat dibandingkan dengan non-perokok [74]. Persentase sperma melingkar telah diamati
berkorelasi dengan merokok berat. Mikroskop elektron mengungkapkan melingkar filamen ekor
dalam membran plasma [75].

Merokok dan hasil IVF

Rokok merokok perempuan telah disarankan sebagai memiliki efek yang merugikan pada hasil IVF
dimediasi melalui cadangan ovarium berkurang dan keguguran meningkat. Joesbury et al. [83]
meneliti efek dari merokok laki-laki pada kualitas kolektif embrio yang dipilih untuk transfer rahim,
dan kemungkinan mencapai kehamilan yang sedang berlangsung pada 12 minggu, dari 498 siklus
pengobatan IVF berturut-turut. Pria merokok ditunjukkan untuk berinteraksi dengan usia laki-laki,
yang menunjukkan penurunan dari 2,4% pada kemungkinan mencapai 12 minggu kehamilan / tahun.
Mereka menyimpulkan bahwa tingkat kehamilan yang menurun berhubungan dengan pria yang
merokok mungkin melalui kerusakan genetik pre-zigotik.
Selain itu, Waylen et al. [84] disediakan dalam bukti meta-analisis mereka untuk efek negatif dari
merokok pada hasil klinis keberhasilan injeksi sperma intracytoplasmic (kehamilan klinis) pada
wanita dengan merokok dan mitra non-merokok (22% vs 38%). Hasil yang sama terlihat juga untuk
IVF (18% vs 32%) [85]. Di sisi lain, beberapa laporan membantah efek merugikan dari merokok dan
potensi kesuburan pria dan parameter air mani, terutama ketika mempertimbangkan fakta bahwa
banyak laki-laki yang subur adalah perokok (Tabel 4).

pemandian air panas

Produksi aktif sperma membutuhkan suhu sekitar 3-4 C lebih rendah dari suhu normal
tubuh. Fakta ini didukung oleh jumlah sperma menurun terlihat pada patologi seperti
varikokel dan kriptorkismus, serta dalam kasus sauna berkepanjangan paparan dan pada
pasien lumpuh terbatas pada kursi roda. Pengaruh pajanan kronis suhu tinggi telah
diperiksa, di samping dalam profesi pengelasan, dalam industri keramik 41). Penurunan
spermatogenesis telah ditemukan dalam prevalensi tinggi di antara pengemudi profesional,
serta 42, 43). Velez de la Calle et al. 44) menyelidiki faktor infertilityisk dalam populasi
militer Perancis dan menemukan paparan panas sebagai faktor risiko independen untuk
infertilitas pria (OR 4,5, 95% CI 1,9-10,6), dengan menggunakan analisis multivariat.
(Http://www.jniosh.go.jp/en/indu_hel/pdf/IH41_09.pdf)

Penurunan testis ke dalam skrotum biasanya terjadi dengan kelahiran anak laki-laki dan
kegagalan penurunan testis, terutama ketika hal ini meluas ke pubertas dan dewasa-kap,
menghasilkan tidak adanya spermatogenesis. Testis turun ke dalam skrotum agar suhu
mereka dapat disimpan 3 - 4 C di bawah suhu tubuh inti, seperti pemeliharaan pada suhu

12
1
ASTRI NOOR M SGD 4 MODUL KB INFERTILITAS
3

tubuh normal tidak sesuai dengan spermatogenesis (Mieusset & Bujan 1995b; Setchell
1998).

Serta posisi testis, dua elemen penting lainnya dalam memastikan pendinginan testis adalah
adanya bergelombang permukaan skrotum kaya pembuluh darah yang melalui kehilangan
panas dapat terjadi dan kehadiran pleksus arteri-vena (pleksus pampiniformis) di kabel
spermatika dan yang berfungsi sebagai penukar panas untuk mendinginkan darah yang
masuk ke testis dengan pertukaran panas dengan darah vena dingin yang keluar dari testis
(Maddockset al 1993.; Pineret al. 2002). Fungsi normal dari pleksus ini penting untuk
menjaga kesejukan testis, dan itu berpotensi rentan terhadap gangguan oleh bahan kimia
atau obat-pembuluh darah aktif (Pineret al. 2002) atau dengan gangguan seperti varikokel di
mana pembuluh darah di pleksus yang varicosed (Turner 2001). Namun, bahkan jika pleksus
pampiniformis berfungsi normal, tidak dapat mendinginkan darah arteri masuk ke testis
kecuali darah meninggalkan testis sudah sendiri dingin, dan ini membutuhkan kehilangan
panas melalui permukaan skrotum dan transmisi untuk testis yang mendasari. Ada-kedepan,
apa pun yang menghambat skrotum kehilangan panas akan mempengaruhi suhu testis dan
pada gilirannya setiap peningkatan suhu testis akan memiliki efek yang merugikan pada
spermatogenesis. Secara umum, semakin lama adalah elevasi suhu testis, maka akan
semakin besar efek yang merugikan pada spermatogenesis (Mieusset & Bujan 1995b;
Setchell 1998).

Berdasarkan studi eksperimental pada hewan laboratorium, 30 menit berendam dalam bak
panas sedang (40 - 428C) merusak spermatogenesis (Setchell 1998) dan, yang lebih penting,
dapat menginduksi apoptosis sel germinal, kerusakan DNA pada sperma dan merusak
perkembangan embrio dan kesuburan ketika 'terpengaruh' laki-laki yang dikawinkan dengan
betina normal.

Ini menunjukkan bahwa paparan panas menyebabkan respon hipoksia dan stres oksidatif
pada sel-sel germinal, bermanifestasi sebagai peningkatan ekspresi hipoksia faktor diinduksi
1a, heme oxygenase 1, glutathione peroxidase 1 dan Gluta-thione-S-transferase-a, yang
mendorong sel-sel germinal terhadap apoptosis (Paulet al. 2009). Mungkin lebih perhatian
adalah jika kerusakan DNA oksidatif ringan diinduksi sehingga sel-sel germinal melanjutkan
pembangunan mereka menjadi sperma, karena hal ini terkait dengan meningkatnya waktu
untuk sperma tersebut untuk memulai kehamilan pada manusia (Loftet al. 2003).

Apa saja yang dinilai dari sperma laki2 dalam menilai kemampuan utk fertilisasi??

Beda stress oksidatif dan stress psikis pada kemampuan fertilisasinya, apakah
mekanismenya sama?

13
1
ASTRI NOOR M SGD 4 MODUL KB INFERTILITAS
4

Stress oksidatif merupakan kondisi dimana terjadi peningkatan ROS yang aka
menyebabkan kerusakan sel, jaringan atau organ (Moller et all., 1996;
Sharma dan Agarwal, 1996; Saleh et all., 2003). Pada kondisi stres oksidatif, radikal bebas
akan menyebabkan terjadinya peroksidasi lipid membran sel dan merusak organisasi
membran sel. Membran sel ini sangat penting bagi fungsi reseptor dan fungsi enzim,
sehingga terjadinya peroksidasi lipid membran sel oleh radikal bebas dapat mengakibatkan
hilangnya fungsi seluler secara total (Evans, 2000; Singh, 1992). Stress oksidatif
menyebabkan infertilitas melalui efek negatifnya ke spermatozoa seperti peningkatan
hilangnya motilitas, peningkatan kerusakan membran, penurunan morfologi, viabilitas, dan
kemampuan spermatozoa (Twig et all., 1998).
Sebuah studi menyatakan bahwa merokok meningkatkan ROS dan menurunkan
antioksidan di cairan semen (Saleh et all., 2003) sehingga seorang perokok lebih rentan
mengalami infertilitas karena meningkatnya produksi radikal bebas di dalam sperma
(Agarwal dan Said, 2005), menyebabkan kerusakan deoxyribonucleic acid (DNA) dan
apoptosis sel sperma (Vine et all., 1996). Radikal bebas yang berasal dari partikel gas rokok
juga menyebabkan terjadinya aglutinasi sperma sehingga berakibat terhadap menurunnya
motilitas sperma (Agarwal et all., 2003).

4. Apa hubungan BMI suami 30, dan BMI istri 29kg/m2 dg keluhan pasien yg blm punya
keturunan?

Salah satu faktor yang tergantung gaya hidup penting yang merugikan mempengaruhi
spermatogenesis adalah obesitas. Sebuah BMI lebih dari 25 terkait dengan rata-rata 25 persen
pengurangan jumlah sperma dan motilitas sperma.

Berbagai penjelasan telah diajukan untuk menjelaskan hubungan ini. Bukti terkuat adalah bahwa
perubahan dalam produksi sperma yang sekunder terhadap perubahan hormon yang berubah.
Obesitas pada pria dikaitkan dengan penurunan kadar testosteron darah, penurunan ini menjadi
sebanding dengan tingkat obesitas (misalnya Tchernofet al.1995; Gouldet al.2007; Nielsen et
al.2007). Selain itu, mungkin ada peningkatan tingkat sirkulasi estradiol, yang menyebabkan
testosteron diubah: rasio estradiol (Hammoud et al 2006, 2008.). Sebagai pasien tersebut sering
menunjukkan penurunan kadar LH (dan FSH), ketika kenaikan mungkin diharapkan dalam
menghadapi penurunan kadar testosteron, salah satu interpretasi adalah bahwa ada penurunan
tingkat testosteron intratesticular dan dengan demikian mengurangi androgen drive
spermatogenesis. Bukti pendukung terbaik penafsiran ini adalah bahwa penekanan tingkat estradiol
pada pria obesitas dengan menggunakan inhibitor aromatase menormalkan testosteron: rasio
estradiol dan meningkatkan kualitas air mani (Raman & Schlegel 2002), dan ada hasil yang sama
untuk anjing oligozoospermic (Kawakamiet al 2004.). Namun, ada juga mungkin efek intratesticular
yang tidak berhubungan dengan tingkat Gonadotrophin berubah karena penurunan kadar inhibin B
pada pria obesitas tidak proporsional lebih besar dari perubahan tingkat FSH, menunjukkan mungkin
ada efek langsung dari peningkatan obesitas pada fungsi Sertoli (Jensen et al 2004a, b;. Winterset
al.2006;. Hammoudet al 2008). Atau, bisa mengindikasikan berkurangnya jumlah sel Sertoli dalam
obesitas (muda) laki-laki (Winterset al.2006). Yang terakhir adalah kemungkinan yang jauh lebih

14
1
ASTRI NOOR M SGD 4 MODUL KB INFERTILITAS
5

serius mengurangi jumlah sel Sertoli akan jumlah sperma secara permanen lebih rendah seperti yang
dibahas sebelumnya; tidak jelas bagaimana, atau kapan, obesitas akan menyebabkan penurunan
jumlah sel Sertoli.

Penjelasan lain untuk mengurangi spermatogenesis pada pria obesitas bisa menjadi timbunan lemak
di sekitar pembuluh darah skrotum, yang menyebabkan gangguan pendinginan darah dan suhu
testis dinaikkan Olfat 1981); kehidupan yang lebih menetap pria obesitas mungkin akan
memperburuk kenaikan suhu.

Kelenjar endokrin
Kelainan endokrin yang berhubungan dengan obesitas pada wanita yang terkenal dengan
peningkatan kadar estrogen metabolisme andelevated androgen. sama, pria obesitas telah terbukti
menunjukkan hipogonadisme hipogonadotropik relatif hypoestrogenic, dengan BMI yang berkorelasi
negatif dengan konsentrasi testo-sterone dan inhibin dan berkorelasi positif dengan tingkat
estrogen. Inhibin, yang disekresikan dari sel Sertoli, memiliki efek langsung pada kelenjar pituitari
dalam menekan produksi hormon merangsang fol-licular. Inhibin B mungkin impor-tant seperti yang
dikenal untuk mempengaruhi spermatogenesis dan laki-laki sangat gemuk telah terbukti telah
mengurangi tingkat inhibin B.

Alasan mengapa obesitas menyebabkan hypoandrogenism dianggap multifaktorial. Obesitas,


diketahui bahwa tingkat sirkulasi estrogen meningkat karena peningkatan aromatisation dari testis
dan adrenal androgen dalam jaringan adiposa. Memang ketika letrozole aromatase inhibitor
diberikan kepada orang-orang obesitas, kadar testosteron meningkat dan tingkat estradiol serum
menurun.
Tingkat estrogen yang tinggi ini menyebabkan penekanan inappro-priate dari aksis hipotalamus-
hipofisis-gonad, sehingga produksi testosteron menurun. Hal ini juga mungkin bahwa tingkat
estrogen tinggi memiliki pengaruh yang merugikan pada spermatogenesis langsung meskipun sifat
ini yang belum ditentukan. Namun, apakah penurunan dalam kadar testosteron bertanggung jawab
atas penindasan spermatogenesis masih harus dibuktikan. Dalam sebuah studi observasional baru-
baru ini, meskipun menunjukkan relatif hipogonadisme hypoandro-genism pada pria obesitas,
parameter analisis air mani tidak terpengaruh, sementara yang lain telah menunjukkan obesitas
berhubungan dengan penurunan testosteron dan jumlah sperma. Hasil ini berlawanan,
menunjukkan bahwa efek dari penurunan testoster-satu di infertilitas pria mungkin sederhana dan
bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memberikan jawaban yang pasti. Sebaliknya telah
menyarankan bahwa daripada obesitas menyebabkan gangguan fungsi testis, spermatogenesis rusak
menyebabkan obesitas, dengan beberapa bukti pendukung, seperti lemak tubuh meningkat pada
pria yang menerima terapi untuk mengurangi testosteron selama pengobatan untuk kanker prostat.
Resistensi insulin diketahui terkait dengan obesitas dan telah berkorelasi negatif dengan kadar
testosteron. Menariknya dalam meta-analisis dari 80 artikel, pria dengan diabetes tipe 2 telah
terbukti memiliki tingkat yang lebih rendah dari testoster-satu dari kontrol.
Selain itu, spermatozoa pria dengan diabetes tipe 2 memiliki tingkat signifikan lebih tinggi dari
fragmentasi DNA. Mekanisme lain untuk perubahan endokrin ini berhubungan dengan tidur apnea,
yang lebih sering terjadi pada orang obesitas. Tampaknya untuk mengurangi kenaikan nokturnal

15
1
ASTRI NOOR M SGD 4 MODUL KB INFERTILITAS
6

testosteron, sehingga kadar testosteron yang lebih rendah pagi, yang dapat dibalik dengan
penurunan berat badan.

(Jensen et al. 2004a,b; Nielsen et al. 2007).


Environmental/lifestyle effects on spermatogenesis Richard M. Sharpe* MRC Human Reproductive
Sciences Unit, Centre for Reproductive Biology, The Queen's Medical Research Institute, 47 Little
France Crescent, Edinburgh EH16 4TJ, UK
*
r.sharpe@hrsu.mrc.ac.uk

5. Adakah hubungan toxoplasma + dengan keluhan belum mempunyai keturunan?


Tampaknya bahwa infeksi gondii T. pada wanita hamil dapat menyebabkan hasil obstetri
yang buruk seperti aborsi spontan, mola hidatidosa, masih lahir, teras dan sterilitas. Wanita
yang memiliki riwayat hasil obstetri yang buruk memiliki seroprevalensi dari 14,2% menjadi
33,9% yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kehamilan normal di Cina. Sebuah survei
infeksi gondii T. di 68 kasus sterilitas oviducal mengungkapkan prevalensi 44,1%, yang secara
signifikan berbeda dari yang pada wanita hamil normal (3,3%), menunjukkan bahwa
Toxoplasma Infeksi dapat mengakibatkan kemandulan oviducal.
Infeksi T. gondii juga ditemukan berhubungan dengan kemandulan pria. Studi zoopery
terbaru mengungkapkan bahwa parameter reproduksi termasuk motilitas sperma dan
konsentrasi sperma secara signifikan menurun pada T. gondiiinfected tikus, dan peningkatan
yang ditandai dalam kelainan sperma juga ditemukan pada tikus jantan yang terinfeksi. Hasil
yang sama juga ditemukan pada tikus jantan eksperimental terinfeksi T. gondii. Zhou (2002)
menemukan infeksi thatToxoplasma pada pasangan manusia subur lebih tinggi dibanding
pasangan usia subur, kemungkinan terkait dengan antibodi antisperm yang pasangan
inToxoplasma terinfeksi lebih tinggi. Sebuah penyelidikan yang infeksi gondii T. 100 pria
dengan sterilitas mengungkapkan bahwa 16% dari mereka adalah IgM positif dan 13%
adalah Cag-positif, jauh lebih tinggi dari pada laki-laki yang sehat. Seroprevalensi infeksi
Toxoplasma dalam kasus kemandulan pria adalah 19,8% di Luoyang, provinsi Henan,
menjadi 22,8% di Yan'an, Provinsi Shaanxi, jauh lebih tinggi dari pada laki-laki yang sehat.
Berdasarkan sejumlah studi yang relevan dan penyelidikan di Cina, dapat disimpulkan bahwa
infeksi gondii T. dapat mengakibatkan kemandulan pria.

Toxoplasma pda pria


Penularan T. gondiioccurs melalui kekalahan lisan, transmisi bawaan, transplantasi organ
dan jarang melalui transfusi darah (3). Dalam studi yang berbeda T. gondiide-dideteksi dalam
air mani dan organ reproduksi eksperimental terinfeksi tikus jantan (27), kelinci (28, 29),
anjing (30), kambing (31, 32), domba (33-37), sapi ( 38) dan babi (39). Ada beberapa bukti
mengusulkan bahwa T. gondiican mengirimkan dengan semen untuk hewan betina (28, 30,
36). Dalam hal ini, data yang diperoleh Arantes et al. telah jelas menunjukkan bahwa T. gon-
diiis ditularkan melalui air mani anjing betina (30). Dalam studi mereka, T. gondii terdeteksi
dalam testis, epididimis dan sampel mani anjing jantan eksperimental terinfeksi. Selain itu,
sampel mani yang terinfeksi disuntik ke Toxoplasma-negatif anjing betina dengan buatan
insemi-bangsa. Mereka mengamati semua anjing betina yang menginfeksi-ed. Dalam dua
anjing betina reabsorpsi janin terjadi pada awal kehamilan, juga banyak kista otak Toxo-
plasmic diisolasi dari empat anak anjing dari anjing (30).
Dalam kelinci, kehadiran T. gondii DNA dalam air mani dan darah laki-laki eksperimental

16
1
ASTRI NOOR M SGD 4 MODUL KB INFERTILITAS
7

terinfeksi telah diamati pada 7-88 hari setelah infeksi (28). Infeksi pada beberapa kelinci
betina Toxo-plasma negatif yang dihasilkan dari inseminasi buatan dari semen yang
terinfeksi telah dilaporkan oleh Liu et al. (29). Sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh de
Moraes et al. menunjukkan bahwa pada domba inseminasi buatan dari semen
eksperimental terkontaminasi dengan T. gondiitachyzoites mampu menginfeksi domba yang
menyarankan kemungkinan penularan kelamin T. gondiiin domba (36, 37). Bulu-thermore,
anestrus gigih, hydrometra, mucometra dan kista folikel bersama dengan lesi histopatologi
pada plasenta yang diamati pada domba betina yang terinfeksi dengan air mani yang
terkontaminasi (36, 37).

6. Apa hubungan riwayat uretritis gonorea dengan keluhan?

Genitourinari (GU) infeksi adalah penyebab potensial infertilitas pria. Gallegos et al. menemukan
bahwa infeksi GU meningkatkan sperma fragmentasi DNA dan menurunkan konsentrasi sperma,
morfologi, dan motilitas. Pengobatan antibiotik yang tepat dari infeksi GU telah terbukti secara
signifikan mengurangi fragmentasi DNA sperma dan meningkatkan konsentrasi sperma dan
motilitas.

https://www.clevelandclinic.org/reproductiveresearchcenter/docs/agradoc446.pdf

Cervicitis GO - infertilitas

Erosi serviks uteri (cervicitis) adalah perubahan yang terjadi di mulut rahim dan biasanya di
diagnosis pada saat pemeriksaan dalam vagina (pemeriksaan ginekologi). Beberapa keluhan
yang dialami adalah keputihan berbau atau gatal, nyeri pinggang, nyeri perut bagian bawah,
infeksi saluran kencing berulang, nyeri saat hubungan seksual, sampai infertilitas. Keluhan
keputihan bisa sangat mengganggu dan bisa sampai bertahun-tahun.

Pasien dengan erosi serviks hampir selalu disertai dengan keputihan yang kental, dan berbau.
Cairan ini berisi sel-sel darah putih, sel mati, sekresi peradangan, bakteri, jamur, parasit atupun

17
1
ASTRI NOOR M SGD 4 MODUL KB INFERTILITAS
8

virus. Cairan ini sangat tidak sehat bagi kehidupan sperma, dan akan sangat menyulitkan
sperma untuk bergerak.

SUMBER : http://bloginfertilitas.wordpress.com/2012/01/20/erosi-serviks-uteri-dan-
infertilitas/
7. Apa hubungan pekerjaan suami dengan keluhan?

8. Apakah KB pil dapat menyebabkan infertilitas?

Hubugnungan keluhan saat ini denga riwayat pemakaian pil kb

Wanita yang berhenti dari kontrasepsi oral memiliki interval untuk kelahiran yang lebih panjang
dibandingkan wanita yang menggunakan metoda lain. Perbedaan ini menghilang 30 sampai 42
bulan setelah menghentikan pil.
Buku Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan Infertilitas.

9. Bagaimana interpretasi dr pemeriksaan penunjang pd skenario?

interpretasi pemeriksaan dari skenario

TORCH (toxoplasmosis, other infections, rubella, cytomegalovirus (CMV)


ToRCH merupakan kelompok penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dan
parasit Toxoplasma gondii, Rubella, Cyto Megalo Virus (CMV), Virus Herpes
Simplek (HSV1 - HSV2).
ToRCH menyebabkan kelainan dan berbagai keluhan yang bisa menyerang
anak-anak, orang tua, dan ibu hamil. ToRCH menyerang semua jaringan
organ tubuh yang termasuk system saraf pusat dan perifer yang

18
1
ASTRI NOOR M SGD 4 MODUL KB INFERTILITAS
9

mengendalikan fungsi gerak, penglihatan, pendengaran, system


kardiovaskuler serta metabolisme tubuh.
Pada waktu pertama kali terinfeksi (infeksi primer), tubuh manusia akan
membentuk senyawa protein IgM (Immunoglobulin M) sebagai reaksi
terhadap masuknya mahluk asing ke dalam tubuh. Senyawa protein ini
dalam waktu relatif singkat langsung terbentuk begitu tubuh terkena infeksi.
Antibodi IgM akan muncul di minggu pertama terjadinya infeksi, mencapai
puncak pada satu bulan, kemudian mengalami penurunan. Pada beberapa
individu, IgM dapat tetap terdeteksi beberapa tahun setelah infeksi primer.
Namun, secara perlahan-lahan, IgM ini akan menghilang dalam waktu 1-24
bulan kemudian dan bisa timbul lagi bila yang bersangkutan terinfeksi
kembali.
Kira-kira 4 minggu setelah terjadinya infeksi primer akan terbentuk pula
IgG (Immunoglobulin G) yang merupakan suatu zat penangkis atau
kekebalan tubuh. IgG ini juga merupakan protein dengan berat molekul
besar. Adanya IgG menunjukkan bahwa dalam tubuh telah terbentuk
kekebalan. Jadi, bila titer/angkanya positif berarti tubuh telah membentuk
kekebalan terhadap mahluk penyebab infeksi. Secara teoretis IgG ini akan
menetap di dalam tubuh. Hanya, kadarnya dapat naik atau turun sesuai
kondisi kesehatan seseorang. Namun, pada kebanyakan kasus, IgG terus naik
dan IgM menetap.
IgG dan IgM yang positif menunjukkan adanya infeksi primer. Hal ini perlu
pengobatan dan evaluasi, baik pada ibu maupun bayinya.
Bila IgM positif sedangkan IgG negatif berarti menunjukkan adanya infeksi
baru. Jika pada pemeriksaan ulang hasil IgM kemudian menjadi negatif,
berarti IgM yang terdeteksi semula tidak spesifik.
Antibodi IgG yang muncul beberapa minggu setelah respons IgM akan
mencapai maksimum 6 bulan kemudian. Angka yang tinggi dapat bertahan
selama beberapa tahun, tetapi akhirnya terjadi penurunan sedikit demi
sedikit, menghasilkan kadar yang rendah dan stabil yang mungkin bertahan
seumur hidup. Jadi, ibu yang pernah terinfeksi toksoplasmosis di masa lalu,
titer IgG-nya tidak pernah nol ataupun negatif.

Dugaan terhadap infeksi TORCH biasanya memang dibuktikan melalui


pemeriksaan darah dengan pengukuran titer IgG, IgM, atau sekaligus keduanya.
Kalau IgM dapat terdeteksi sekitar seminggu setelah infeksi akut dan menetap
selama beberapa minggu atau bulan, IgG bisa saja tidak muncul sampai beberapa
minggu kemudian setelah angka IgM meningkat.

10. Apa pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan?

Tahap pemeriksaan laboratorium

Pria

19
2
ASTRI NOOR M SGD 4 MODUL KB INFERTILITAS
0

Analisis sperma untuk mengetahui mutu air mani dan spermatozoanya, meliputi
jumlah sperma/ml, bentuk, gerakan, jumlah dan persentase yang hidup serta pencairan
air mani.

Wanita

Pemantauan ovulasi, untuk menentukan apakah ovarium menghasilkan sel telur


yang matang. Pemantauan ovulasi ini dapat dilakukan dengan beberapa cara :
Riwayat siklus haid: siklus haid yang teratur dan normal, nyeri per-tengahan
siklus, perdarahan atau peningkatan luah atau cairan va-gina (vaginal discharge),
mastalgia prahaid menandakan ovulasi telah terjadi.
Uji pakis: pemeriksaan pada hari ke-23-28 siklus haid, istri diminta datang untuk
pengambilan getah serviks dari kanal endoserviks ke-mudian dikeringkan pada
gelas objek dan diperiksa pengaruh estro-gen. Jika tidak terdapat pola daun
pakis dan kristal getah serviks berarti ovulasi telah terjadi.
Suhu Basal Badan (SBB): SBB diperiksa setiap bangun pagi hari se-belum
melakukan aktivitas apapun. Nilainya ditandai pada kertas grafik. Jika wanita
berovulasi, grafik akan memperlihatkan pola bifasik dengan tukik pada
pertengahan siklus.
Sitologi vagina atau sitologi endoserviks: memantau perubahan pada sel-sel
yang tereksfoliasi selama fase luteal (pengaruh progesteron).
Biopsi endometrium (mikrokuretase): dapat dilakukan secara poliklinis dengan
pembiusan ringan atau tanpa pembiusan. Dengan memakai kuret kecil.
Dilakukan pada 5-7 hari sebelum hari haid berikutnya.
Laparoskopi diagnostik : melihat secara langsung adanya bintik ovu-lasi atau
korpus luteum sebagai hasil ovulasi.
Peneraan hormon: menentukan kadar hormon dalam darah, urin mau-pun liur
(saliva). Kadar normal dalam satu siklus :

Jenis Satuan Fase siklus haid


hormon Praovulasi Ovulasi Pasca ovulasi
FSH mUI/ml 5-20 15-45 5-12
LH mUI/ml 5-15 30-40 5-15
PRL ng/ml - 5-25 -
E2 pg/ml 25-75 200-600 100-300
P ng/ml <5 5-8 10-30

Histeroskopi: dapat memperlihatkan lukisan endometrium yang bening


kekuningan, yang sesuai dengan fase luteal.
Ultrasonografi: dapat memantau perkembangan folikel dan menentukan saat
ovulasi. Pemeriksaan dilakukan secara serial.

20
2
ASTRI NOOR M SGD 4 MODUL KB INFERTILITAS
1

Penilaian rahim dan saluran telur dapat dilakukan dengan beberapa cara :
Biopsi endometrium: selain untuk penilaian ovulasi, juga dapat untuk
pemeriksaan histologik lain, misalnya biakan terhadap tuberkulosis, menilai
adanya hiperplasia endometrium. Terkadang dijumpai adanya hiperplasia fokal
meskipun siklus berovulasi berdasarkan peneraan homon P plasma pada
pertengahan fase luteal. Oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksan rasio P/E2
dan PRL/E2 bersamaan dengan biopsi endometrium.
Uji insuflasi/pertubasi: CO2 ditiupkan melalui kanal serviks dan dibuat rekaman
kymograf terhadap tekanan uterus, perubahan tekanan ber-arti tuba Falloppii
paten. Gas ini juga dapat didengar dengan stesto-skop atau dilihat dengan sinar
X.
Hidrotubasi: prinsipnya sama dengan pertubasi hanya yang diguna-kan adalah
cairan yang mengandung antibiotika Kanamycin 1 gram, deksametason 5 mg
dan antipasmodik cair.
Histerosalpingogram: dilakukan pada paro-pertama siklus haid, larutan
radioopak disuntikkan melalui kanal serviks ke dalam rahim dan saluran telur.
Perjalanan larutan tersebut dipantau di layar dengan penguat bayangan.
Histeroskopi : melihat secara langsung keadaan permukaan endome-trium.
Laparoskopi : melihat secara langsung dan menguji patensinya de-ngan
menyuntikkan larutan biru metilen atau indigokarmin, dan de-ngan melihat
pelimpahannya ke dalam rongga peritoneal. Laparoskopi juga dapat
memperlihatkan perlekatan pelvis, endometriosis, dan patologi ovarium tetapi
tidak dapat menggambarkan keadaan rongga uterus.
Ultrasonografi atau endosonografi: menilai bentuk, ukuran, serta patologi uterus
maupun tebal endometrium.
Analisis infeksi TORSH-KM (toksoplasma, rubella, sitomegalus, herpes sim-pleks,
klamidia, mikoplasma).
Uji pasca-sanggama (UPS) untuk melihat apakah air mani sudah memancar dengan
baik ke puncak vagina selama sanggama. UPS dilakukan 2-3 hari sebelum perkiraan
ovulasi. Pasien diminta datang 2-8 jam setelah sangga-ma normal. Getah serviks
diisap dari kanal endoserviks dan diperiksa de-ngan mikroskop, jika terdapat 20
spermatozoa per lapang pandang besar (LPB= x400) maka kemungkinan hamil cukup
besar, antara 1-20 spermatozoa per LPB sudah memuaskan.

Pemeriksaan Lanjutan

Pemeriksaan endoskopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan alat teleskop


(teropong) yang dimasukkan ke dalam rongga tubuh melalui saluran alami (kanal
serviks: pada histeroskopi; kanal servik-rongga rahim, mulut saluran telur: pada
tuboskopi/Falloposkopi), suatu pembedahan kecil (di daerah pusar atau umbilikus:

21
2
ASTRI NOOR M SGD 4 MODUL KB INFERTILITAS
2

pada laparoskopi; di puncak cekungan vagina belakang atau forniks posterior: pada
hidrolaparoskopi). Ada 4 (empat) macam endoskopi dalam bidang ginekologi:

Histeroskopi atau teropong rongga rahim


Laparoskopi atau teropong rongga perut
Tuboskopi/Falloposkopi atau teropong rongga salutan telur
Hidrolaparoskopi atau teropong rongga panggul disertai penggenangan cairan

Histeroskopi digunakan untuk:

melihat keadaan saluran mulut rahim, rongga rahim, mulut dalam saluran
telur, besarnya rongga rahim, warna atau kejernihan selaput rahim,
untuk membedakan polip endometrium dan leiomiom submukosum;
untuk memastikan perlekatan dalam rahim dan kelainan bawaan dalam rahim;
untuk me-ngenali kelainan-kelainan pada histerogram;
untuk penatalaksanaan operasi pada sekat rahim yang menyebabkan
keguguran berulang. Laparoskopi digunakan untuk melihat berbagai kelainan
di dalam rongga panggul (pelvis) atau rongga perut (abdomen) misalnya kista
(tumor) indung telur (ova-rium), tumor rahim (miom uterus), perlekatan di
rongga panggul akibat infeksi atau endometriosis, bintil-bintil (lesi)
endometriosis yang tidak terlihat dengan alat ultrasonografi, pembengkakan
saluran telur (hidrosalpinks), dan juga bebe-rapa kelainan bawaan rahim
seperti rahim dua-tanduk (uterus bikornis) atau tiadanya indung telur
(agenesis ovarii).
Tuboskopi atau Falloposkopi digunakan untuk melihat bagian dalam saluran telur,
baik permukaannya maupun rongganya, misalnya adakah perlekatan akibat infeksi,
penyempitan bawaan, dan hilangnya bulu getar (silia) selaput lendir (mu-kosa) saluran
telur.

Hidrolaparoskopi merupakan suatu teknik mutakhir untuk melihat suatu gangguan


fungsi dan anatomik ujung saluran telur atau cekungan di belakang rahim (kavum
Douglas), misalnya perlekatan ujung saluran telur (fimbria), endometriosis, miom
uterus subserum di bagian belakang rahim atau kista ovarium.

Pemeriksaan endoskopi tidak dilakukan begitu saja pada semua wanita, melainkan
harus dengan dasar yang jelas, misalnya pada wanita infertil yang telah melaku-kan
pemeriksaan infertilitas dasar sebelumnya tetapi belum diketahui penyebab
infertilnya, dan pada wanita yang diduga adanya endometriosis, miom, tumor atau
kanker rahim.

Sumber : http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/19/kesuburan-fertilitas/

22
2
ASTRI NOOR M SGD 4 MODUL KB INFERTILITAS
3

anamnesa

1. umur wanita
2. siklus haidirreguler ovulasi tdk teratur
3. riwayat medis pasutri parotitis suami, abortus berilang, PID, pembedahan pelvis,
kehamilan ektopik, problrm medis serius lainnya pada istri
4. dismenore/ dispreunia berat dan progresif endometriosis, dll
5. riwayat penggunaan IUD, infeksi pelvis, pembedahan ovarium, tuba, uterus penilaian
dini keadaan; termasuk tindakan laparoskopi
6. penggunaan DES

Pemeriksaan

DARAH dilakukan tepat 8 hari setelah ovulasiuntuk mendapatkan hasil kadar progesteron yg
optimal

1. Pemeriksaan Pria

Secara umum :

Pemeriksaan laboratorium bagi pria yang umumnya dilakukan:

Analisa sperma yang harus dilakukan pertama kali


Folicle-stimulating hormone (FSH)
Luteinizing hormone (LH)
Testosteron
Prolaktin

Sementara pemeriksaan ultrasound bagi pria yaitu transrectal and scrotal ultrasound. Pemeriksaan
ini dapat membantu dokter untuk melihat adanya retograde ejaculation dan kerusakan pembuluh
ejakulator.

Masalah air mani

- analisa semen
Warna Putih keruh
Bau Bunga akasia
PH 7,2 8,0 . jika < 7 menandakan adanya peradangan kronik, tetapi jika > 8
menandakan peradangan akut
Volume 2 - 5 ml
Viskositas , waktu untuk menjatuhkan air mani dari pipet nrmal 1-2 detik
Jumlah sperma 20 juta / ml
Sperma motil kategori A dan B > 50%
Bentuk normal > 30%
Kecepatan gerak sperma 0,18-1,2 detik

23
2
ASTRI NOOR M SGD 4 MODUL KB INFERTILITAS
4

Aglutinasi Tidak ada


Sel sel radang Sedikit,tidak ada
Uji fruktosa (dihasilkan oleh vesica seminalis) 150-650 mg/dl

- pemeriksaan endokrin
Pemeriksaan ini berguna untuk menilai kembali fungsi hipothalamus,
hipofisis jika kelainan ini diduga sebagai penyebab infertilitas. Uji yang
dilakukan bertujuna untuk menilai kadar hormon tesrosteron, FSH, dan LH.

- USG
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat struktur kelenjar prostat, vesikula
seminalis, atau seluran ejakulatori.

- Biopsi testis
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel jaringan testis memakai
metoda invasif untuk mengidentifikasi adanya kelainan patologi.

2. Pemeriksaan Wanita

Pemeriksaan laboratorium bagi wanita yang umumnya dilakukan:

Thyroid-stimulating hormone (TSH)


Prolaktin
Luteinizing hormone (LH)
Folicle-stimulating hormone (FSH)
Progesteron

Sementara pemeriksaan ultrasound bagi wanita yaitu:

Hysterosalpingography (HSG) untuk melihat kondisi uterus dan tuba falopi.


Laparoscopy untuk memeriksa indung telur, tuba falopi dan uterus terkait masalah penyakit
seperti jaringan parut dan endometriosis.

Penjelasan dan yang lain :

- deteksi ovulasi
1. Meliputi pengkajian BBT (basal body temperature ), suhu badan
sangat dipengaruhi oleh progesterone. Suhu paling rendah saat terjadi
lonjakan LH, kemudia meningkat setelah ovulasi

2. Uji lendir serviks metoda berdasarkan hubungan antara pertumbuhan


anatomi dan fisiologi serviks dengan siklus ovarium untuk mengetahui
saat terjadinya keadaan optimal getah serviks dalam menerima
sperma
Pada fase proliferasi sampai ovulasi, di bawah pengaruh hormone
estrogen, konsentrasi protein berkurang, tetapi konsentrasi air dan
musin bertambah viskositas berkurang sperma mudah
menembus getah serviks.

24
2
ASTRI NOOR M SGD 4 MODUL KB INFERTILITAS
5

Sesudah ovulasi, getah serviks menjadi lebih kental dan keruh.


Tes yang dipakai ada 2 : Spinbarkeit dan Fern Test

- analisa hormon
Mengkaji fungsi endokrin pada aksis ovarium hipofisis
hipotalamus. Dengan pengambilan specimen urine dan darah pada
berbagai waktu selama siklus menstruasi.
FSH : bila rendah kelainan di aksis hipofisis-hipotalamus ; bila
tinggi kelainan di ovarium
LH : LH paling efektif jika diperiksa setiap hari untuk mengetahui
masa ovulasi. Masa ovulasi akan terjadi peninggian kadar LH yang
tajam
Estrogen : dapat digunakan untuk penentuan saat ovulasi dan
aktivitas ovarium
Kadar estrogen urin <10 mikrogram tidak ada aktivitas ovarium
>15 mikro aktivitas folikuler
Progesteron : menunjukkan adanya ovulasi.

- sitologi vagina
Pemeriksaan usap forniks vagina untuk mengetahui perubahan
epitel vagina

- uji pasca senggama (sims-huhner) 2-4 jam pasca senggama


Mengetahui ada tidaknya spermatozoa yang melewati serviks
Abstinen 2 hari sanggama 2 jam sebelum ke dokter ambil
lender serviks px mikroskop
tepat 1 hr sebelum ovulasi beberapa klinikus melakukan test ini
10-12 jam pasca senggama

yang dinilai:

1. lendir serviks
a. jumlah
b. viskositas
c. ferning
d. spinnbarkeit
e. selularitas
f. ph
2. spermatozoa
a. jumlah per LPB
b. kuantitas spermatozoa motil
c. kualitas pergerakan spermatozoa
d. arah gerakan spermatozoa

- biopsi endometrium terjadwal

25
2
ASTRI NOOR M SGD 4 MODUL KB INFERTILITAS
6

dilakukan dg paracervical block, dilakukan pada hari ke-26 siklus


haid-28-hari atau hari ke-12 post ovulasi mengetahui perubahan
endometrium seraggam dg efek sekretoris yg diharapkan
Mengetahui pengaruh progesterone terhadap endometrium dan
sebaiknya dilakukan pada 2-3 hr sebelum haid.

- Histerosalfingografi
Radiografi kavum uteri dan tuba dengan pemberian materi kontras.
Disini dapat dilihat kelainan uterus, distrosi rongga uterus dan tuba
uteri, jaringan parut dan adesi akibat proses radang. Dilakukan
secara terjadwal.
dilakukan pada fase dini dari siklus haid- setelah perdarahan per
vaginam berhenti-tetapi sebelum terjadi ovulasi

- Laparoskopi
Standar emas untuk mengetahui kelainan tuba dan peritoneum.
dapat dilakukan pada hari ke-26 dari siklus haid-28-hari

- pemeriksaan pelvis ultrasound


Untuk memvisualisasi jaringan pelvis, misalnya untuk identifikasi
kelainan, perkembangan dan maturitas folikuler, serta informasi
kehamilan intra uterin.

Dr. Budi Wiweko SpOG ( Divisi Imunoendokrinologi Reprodiksi Departemen obstetric dan Ginekologi
FKUI/RSCM )

11. DD? Cara mendiagnosis?


INFERTILITAS
1. Definisi infertilitas
Pasangan usia subur yang tidak mampu melakukan konsepsi (pembuahan) setelah satu tahun
melakukan hubungan seksual bisa dikatakan tidak subur (infertile). Sedangkan pasangan di atas usia
35 tahun dikatakan infertile bila tidak mampu melakukan konsepsi setelah melakukan hubungan
seksual selama 6 bulan.

26
2
ASTRI NOOR M SGD 4 MODUL KB INFERTILITAS
7

2. Penyebab

Masalah infertilitas/ketidaksuburan bukan hanya dialami oleh wanita, namun kemungkinan besar
juga dialami oleh pria.

INFERTILITAS adalah masalah yang dihadapi pasutri yang telah menikah selama
minimal 1 tahun, melakukan hubungan senggama teratur, tanpa menggunakan alat
kontrasepsi, tetapi belum berhasil memperoleh kehamilan.
SUMBER : BUKU AJAR ILMU KANDUNGAN

PRIMER

Belum pernah mengalami


kehamilan dalam waktu 1 tahun

INFERTILITAS
SEKUNDER

Gagal memperoleh kehamilan


setelah 1 tahun pasca
persalinan/pasca abortus, tanpa
menggunankan kontrasepsi apapun

Masalah ketidaksuburan pada pria penyebabnya bisa bermacam-macam. Berikut 12 penyebab


infertilitas (ketidaksuburan) pria:
12 penyebab umum yang sering menimbulkan masalah infertilitas pada pria

a) Masalah hormonal
Gangguan hormonal biasanya merupakan faktor utama penyebab
infertilitas/ketidaksuburan. Produksi sperma laki-laki diatur oleh hormone seksual pria.
Apabila terjadi gangguan atau masalah hormonal maka hormone gonadotrofin akan turun
dan produksi sperma pun juga akan menurun. Sperma yang sedikit jumlahnya biasanya juga
disebabkan karena kekurangan hormone testosterone.
b) Penyakit menular seksual
Penyakit menular seksual (PMS) akan mempengaruhi kemampuan pria dalam menghasilkan

27
2
ASTRI NOOR M SGD 4 MODUL KB INFERTILITAS
8

sperma yang sehat. Infeksi kelamin seperti gonore dan chlamidia menurunkan motilitas
(kemampuan gerak) sperma dan juga memengaruhi organ-organ reproduksi pria. Selain itu,
PMS juga dapat menyebabkan tersumbatnya saluran sel sperma dan peradangan pada
prostat dan saluran kencing pria.
c) Varikokel
Varikokel merupakan kondisi terjadinya pembengkakan/pelebaran pembuluh darah sekitar
buah zakar pria, yang disebabkan karena suhu testis yang tidak normal. Suhu testis yang
meningkat tersebut akan menurunkan jumlah produksi dan kualitas sel sperma pria.
d) Kriptorkismus
Kriptorkismus adalah kondisi ketika seorang pria memiliki testis yang tidak turun.
Normalnya, testis bergerak turun ke dalam skrotum/buah zakar.

Sementara pada kasus testis yang tidak turun tidak bisa menghasilkan sperma karena masih
di dalam tubuh yang suhu/temperaturnya jauh lebih tinggi daripada di dalam skrotum.

e) Gangguan ereksi
Gangguan ereksi merupakan disfungsi seksual yang disebabkan karena berbagai faktor fisik
dan psikis. Gangguan ini dapat mengganggu kesuburan dan menyebabkan infertilitas
tentunnya karena ketidakmampuan dalam bereksi dan berejakulasi. Tentunya akan sangat
sulit mengharapkan terjadinya kehamilan dalam kondisi seperti ini.
f) Penyumbatan pembuluh sperma
Sperma diproduksi di dalam testis. Selama ejakulasi, sperma bergerak melalui sejumlah
saluran kecil yang disebut epididimis, dan kemudian bergerak melewati saluran yang lebih
besar, disebut vas deferens. Penyumbatan pembuluh/saluran sperma setelah seorang pria
menjalani vasektomi atau operasi misalnya dapat menimbulkan masalah ketidaksuburan
pada pria.
g) Orgasme kering
Orgasme kering adalah kasus tertentu dimana seorang pria mengalami orgasme tanpa
ejakulasi. Hal ini biasa disebut ejakulasi yang surut karena cairan semen/air mani justru
memasuki kandung kemih.
Penyebabnya bisa karena beberapa obat-obatan tertentu, operasi, kondisi tertentu seperti
diabetes, dan multiple sclerosis (peradangan jaringan saraf yang menimbulkan gangguan
pada otak dan sumsum tulang belakang).

28
2
ASTRI NOOR M SGD 4 MODUL KB INFERTILITAS
9

h) Antibodi
Kadang-kadang, infertilitas atau ketidaksuburan pada pria diakibatkan adanya antibodi yang
diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh untuk menonaktifkan aktivitas sperma. Hal ini sering
terjadi setelah vasektomi. Bila sperma kehilangan aktivitasnya, bagaimana bisa untuk
membuahi sel telur?
i) Operasi
Pasca opersi jaringan prostate sering timbul sejumlah masalah seperti masalah disfungsi
ereksi, ketidaksuburan, dan inkontinensia (tidak bisa menahan kencing).
j) Zat kimia berbahaya dan beracun
Zat-zat kimia berbahaya yang bisa menyebabkan ketidaksuburan atau infertilitas misalnya
timbal dan pestisida, benzene, zat yang terkandung dalam repelan obat anti nyamuk, dan
lain-lain yang tidak hanya mengganggu produksi sperma, tetapi juga dapat mengakibatkan
masalah kesehatan yang cukup serius.
k) Suhu testis yang terlampau panas
Kerja testis dapat terganggu bila terkena trauma pukulan, gangguan fisik, atau infeksi. Bisa
juga terjadi, selama pubertas testis tidak berkembang dengan baik, sehingga produksi
sperma menjadi terganggu. Dalam proses produksi, testis sebagai pabrik sperma
membutuhkan suhu yang lebih dingin daripada suhu tubuh, yaitu 3435 C, sedangkan suhu
tubuh normal 36,537,5 C. Bila suhu tubuh terus-menerus naik 23 C saja, proses
pembentukan sperma dapat terganggu. Oleh karena itu, hindari memakai celana dalam atau
celana panjang yang ketat. Usahakan tidak mengenakan celana dalam waktu tidur untuk
menjaga suhu di bagian tubuh tersebut tetap sejuk. Mandi air panas akan meningkatkan
suhu di skrotum, yang dapat menurunkan jumlah sperma. Bila jumlah sperma menurun
maka kemungkinan untuk membuahi sel telur juga akan semakin kecil.
l) Alkohol dan Merokok
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan seperti merokok atau obat-obatan dan
penggunaan tembakau memberikan pengaruh negatif terkait kesuburan pria. Penggunaan
ganja, tembakau dan heroin menyebabkan jumlah sperma berkurang dan meningkatkan
risiko memiliki sperma yang abnormal. Janganlah merokok, karena penelitian menunjukkan
bahwa perokok memiliki jumlah sperma lebih sedikit dibandingkan pria yang tidak merokok.
Jangan mengonsumsi alkohol karena dapat mempengaruhi fungsi liver, yang pada gilirannya
dapat menyebabkan peningkatan estrogen. Jumlah estrogen yang tinggi dalam tubuh akan
mempengaruhi produksi sperma.

29
3
ASTRI NOOR M SGD 4 MODUL KB INFERTILITAS
0

Beberapa hal yang bisa menghambat atau menganggu kesuburan seorang wanita :
1. Masalah hormonal
Kekurangan hormon lutein (LH) dan hormon perangsang folikel (FSH) dapat menyebabkan sel telur
tidak dapat dilepaskan (ovulasi). Kelainan kelenjar hipotalamus-pituitari juga dapat menyebabkan
anomali hormonal yang menghalangi ovulasi.

Kelebihan Prolaktin (Hiperprolaktinemia). Prolaktin adalah hormon yang merangsang produksi ASI.
Kelebihan hormon prolaktin dapat mengganggu ovulasi. Bila seorang wanita banyak mengeluarkan
ASI meskipun tidak sedang menyusui, kemungkinan dia menderita hiperprolaktinemia.

Kelainan kelenjar tiroid, menyebabkan kelebihan atau kekurangan hormon tiroid yang mengacaukan
siklus menstruasi.

2. Siklus haid yang tidak teratur atau terlambat


Seiring dengan bertambahnya usia masalah kesuburan wanita akan berkurang dan terganggu karena
berbagai hal seperti sel telur menjadi cepat mati, berkurangnya produksi lendir leher rahim, dan
masa sel telur berovulasi menjadi lebih pendek.

Siklus haid yang lebih panjang dari normal berhubungan erat dengan unovulatory (tidak adanya sel
telur yang dihasilkan indung telur). Sementara siklus haid yang tidak teratur bisa disebabkan karena
adanya gangguan kista ovarium atau penyakit lainnya, kondisi stress, kecapean, terganggunya
keseimbangan hormone. Haid yang normal memiliki siklus antara 26-35 hari, dengan jumlah darah
haid 80 cc dan lama haid antara 3-7 hari.

2. Berat badan yang tidak seimbang


Hampir sekitar 30 40 % wanita saat ini mengalami masalah kesuburan dan gangguan pembuahan
(konsepsi). Gangguan kesuburan tersebut biasanya disebabkan karena masalah berat badan yang
tidak seimbang, terlalu gemuk atau terlalu kurus. Idealnya, berat badan sebelum hamil (pada masa
pra konsepsi) tidak melebihi atau kurang dari 10 % berat badan normal sesuai tinggi badan.

Wanita usia subur tidak boleh terlalu kurus dan tentu harus memerhatikan asupan gizinya. Namun
kenyataannya, banyak wanita usia subur yang makan tidak teratur, tidak sarapan pagi misalnya atau
sering makan junk food yang kadar gizinya tidak seimbang. Status gizi selama masa prakonsepsi yaitu
sekitar 3 6 bulan sebelum berencana konsepsi (berencana untuk hamil) akan berdampak terhadap

30
3
ASTRI NOOR M SGD 4 MODUL KB INFERTILITAS
1

bayi dilahirkan nantinya. Terlalu gemuk akan menyebabkan terganggunya keseimbangan hormone-
hormon yang dapat menghambat kesuburan.

Diketahui bahwa tubuh membutuhkan 17 % lemak tubuh pada awal siklus haid, dan 22 % sepanjang
siklus haid tersebut. Lemak tubuh mengandung enzim aromatase, yaitu sejenis enzim yang
dibutuhkan untuk memproduksi hormone estrogen.

3. Polocycstic Ovary Syndrome (PCOS) dan Endrometriosis


Masalah ketidaksuburan pada wanita biasanya juga timbul akibat adanya sindrom ovarium polisistik
atau Polocycstic Ovary Syndrome (PCOS). Sindroma ini ditandai banyaknya kista ovarium dan
produksi androgen (hormon laki-laki) berlebihan, terutama testosteron. Akibatnya, sel telur sulit
matang dan terjebak di folikel (tidak ovulasi).

PCOS merupakan gangguan dimana folikel (kantung sel telur) tidak berkembang dengan baik,
sehingga tidak terjadi ovulasi (pematangan sel telur). Wanita yang mengalami PCOS ini menjadi
infertile (tidak subur) karena tidak ada sel telur yang matang, sehingga tidak akan terjadi
pembuahan. Gejala yang timbul dari PCOS ini biasanya adalah siklus haid yang tidak teratur
(terlambat, tidak haid, atau haid 2 3 kali dalam sebulan).

Endometriosis merupakan suatu keadaan patologi pada sistem reproduksi perempuan dimana
jaringan selaput lendir rahim (endometrium) yang seharusnya berada dalam rahim, malah tumbuh di
luar rongga rahim (saluran telur /tuba falopi, indung telur, atau pada rongga pinggul). Hal ini bisa
mengganggu kesuburan wanita sehingga akan menghambat terjadinya kehamilan. Diperkirakan
sekitar 30 40 % wanita dengan keluhan endometriosis sulit memiliki keturunan.

4. Adanya infeksi
Kerusakan ini biasanya disebabkan oleh salpingitis (peradangan tuba falopi). Selain membuat sulit
hamil, salpingitis juga dapat menyebabkan kehamilan di luar kandungan (ektopik). Infeksi TORCH
sering menimbulkan gangguan kesuburan wanita. Sel telur yang terinfeksi TORCH menjadi rusak,
mengecil dan tidak bisa dibuahi sehingga menjadi sulit hamil.

5. Rokok
Merokok tidak hanya akan mengganggu kesehatan, namun juga dapat menghambat dan
menimbulkan masalah pada kesuburan. Dalam asap rokok terdapat lebih dari 4000 zat racun seperti
karbon monoksida (CO), Nitrogen oksida, sianida, ammonia, asetilen, benzaldehide, methanol,

31
3
ASTRI NOOR M SGD 4 MODUL KB INFERTILITAS
2

nikotin, dan lain sebagainya. Pada wanita, merokok dapat menyebabkan penurunan produksi sel
telur sehingga dapat menganggu kesuburan.

Apabila perokok wanita tersebut hamil, akan timbul berbagai masalah pada kehamilan dan bayi yang
dilahirkan nanti. Misalnya, perkembangan janin terhambat, resiko keguguran kehamilan akan
semakin meningkat, kelahiran bayi premature dan Bayi Berat Lahir rendah.

6. Efek samping obat


Setiap obat pasti memiliki efek samping. Contohnya yaitu sulfasalazine, nitrofurantion, tetracycline,
phenothiazine, MAOI, TCA, Corticosteroid, anti kanker, cimetidine, allopuriol, ketokonazole,
methyldopa, propanolol, guaethidine, reserpine, cocaine, da cannabis.

Itulah beberapa masalah kesuburan yang sering terjadi pada wanita. Masalah-masalah tersebut
dapat menghambat atau mengganggu kesuburan , sehingga menjadi sulit hamil. Hal-hal tersebut
harus dipantang dan dihindari bila wanita segera (cepat) hamil. Siapkan kondisi kesehatan yang
benar-benar fit dan prima sebelum kehamilan, agar siap menjalani kehamilan selama sembilan bulan
ke depan dan bayipun akan tumbuh sehat.

12. Terapi :

morfologi spermatozoa

32
3
ASTRI NOOR M SGD 4 MODUL KB INFERTILITAS
3

33

Das könnte Ihnen auch gefallen