Sie sind auf Seite 1von 72

1

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONTROL


TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS
KEDATON KOTA BANDAR LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh
INTAN SITI HULAIMA

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017

1
2

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONTROL


TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS
KEDATON KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh

INTAN SITI HULAIMA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar


SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017

2
ABSTRACT

FACTORS ASSOCIATED WITH BLOOD PRESSURE CONTROL IN


PATIENT WITH HYPERTENSION AT KEDATON PUBLIC HEALTH
CENTRE IN BANDAR LAMPUNG

By

INTAN SITI HULAIMA

Background: Hypertension is the most cause of morbidity and death in the world.
National Basic Health Research data in 2013 showed that 26.5% of indonesian
suffer from hypertension. There have been many attempts and actions taken, but
the management of hypertension has not been successful. According to the WHO,
only 1.56% of patient with hypertension reach the therapeutic targets blood
pressure. The aim of this study was to determine factors associated with blood
pressure control in patient with hypertension at Kedaton Public Health Centre in
Bandar Lampung.
Methods: This study is a quantitative observational type with cross sectional
approach. Samples was 116 subjects taken using consecutive sampling technique.
The data has been processed using analysis test with 0.05 confidence level.
Results: 62.9% subjects had controlled blood pressure, 37.9% were PROLANIS
member, 66.4% adherent to take medication, 67.2% with obessity, 86.2% had
moderate activity, and 13.8% were smoker. This study showed an association
between PROLANIS membership (p = 0.021; 95% CI: 1.107 to 3.674), smoking
behavior (p = 0.011; 95% CI: 1.388 to 3.325); there was no association between
medication adherence (p = 0.216; 95% CI: 0.891 to 2.269), nutritional status (p =
0.879; 95% CI: 0.597 to 1.644) and physical activity (p = 0.076; 95% CI: 0.178 to
4.523) with blood pressure control in patient with hypertension. This study also
showed smoking behavioural was the most associated factor with blood pressure
control (p = 0.043; 95% CI: 0.088 to 0.961; [OR]: 0.291).
Conclusion: PROLANIS and history of smoking are associated with the blood
pressure control in patient with hypertension at Kedaton Public Health Centre in
Bandar Lampung.

Keywords: adherence, blood pressure control, PROLANIS

3
ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONTROL


TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS
KEDATON KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh

INTAN SITI HULAIMA

Latar Belakang: Hipertensi merupakan penyebab angka kesakitan dan kematian


tertinggi di dunia. Data Riset Kesehatan Dasar 2013 menunjukkan bahwa 26.5%
orang Indonesia menderita hipertensi. Sudah banyak upaya dan tindakan yang
dilakukan namun tatalaksana hipertensi belum berhasil. Menurut WHO, hanya
1.56% pasien hipertensi yang mencapai tekanan darah target terapi. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kontrol
tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Kedaton Kota Bandar Lampung.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif observasional dengan jenis
pendekatan potong lintang. Sampel sebanyak 116 subjek diambil menggunakan
teknik consecutive sampling. Data diolah menggunakan uji analisis dengan tingkat
kepercayaan 0,05.
Hasil: 62,9% subjek memiliki tekanan darah terkontrol, 37,9% merupakan peserta
PROLANIS, 66,4% patuh mengonsumsi obat, 67,2% memiliki status gizi lebih,
86,2% memiliki aktivitas fisik sedang, 13,8% merupakan perokok. Penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kepesertaan PROLANIS (p = 0,021;
IK 95%: 1,107-3,674), perilaku merokok (p = 0,011; IK 95%: 1,388-3,325); tidak
terdapat hubungan antara kepatuhan minum obat (p = 0,216; IK 95%: 0,891-2,269),
status gizi (p = 0,879; IK 95%: 0,597-1,644), dan aktivitas fisik (p = 0,076; IK 95%:
0,178-4,523) dengan kontrol tekanan darah pasien hipertensi. Analisis multivariat
menunjukkan perilaku merokok merupakan faktor yang paling berhubungan
dengan kontrol tekanan darah (p = 0,043; IK 95%: 0,088-0,961; [OR]: 0,291).
Simpulan: Kepesertaan PROLANIS dan perilaku merokok berhubungan dengan
kotrol tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Kedaton Kota Bandar
Lampung.

Kata kunci: kepatuhan, kontrol tekanan darah, PROLANIS

4
8

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Batam pada tanggal 11 Mei 1995, sebagai anak ketiga dari

Bapak H. Suparno dan Ibu Hj. Safriah.

Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Negeri 001 Tanjung Riau pada

tahun 2007, Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di SMPN 3 Batam

pada tahun 2010, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMAN 1

Batam pada tahun 2013.

Tahun 2013, terdaftar sebagai mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas

Lampung melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri

(SBMPTN). Selama menjadi mahasiswi, penulis pernah menjadi asisten Clinical

Skills Laboratory (CSL) dan aktif pada organisasi Forum Studi Islam (FSI) Ibnu

Sina dan Perhimpunan Mahasiswa Pecinta Alam dan Tanggap Darurat (PMPATD)

Pakis Rescue Team.

8
i

PERSEMBAHAN SEDERHANA
UNTUK KELUARGA TERCINTA


SESUNGGUHNYA SEGALA URUSAN ITU DI TANGAN ALLAH

(QS. ALI IMRAN 3:154)

SAAT MELIBATKAN ALLAH DALAM SETIAP IMPIANKU

AKU PERCAYA TIDAK ADA YANG TIDAK MUNGKIN

i
ii

SANWACANA

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kontrol

Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Kedaton Kota Bandar

Lampung adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di

Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Penghargaan dan ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis haturkan

kepada semua pihak yang telah beperan atas dorongan, bantuan, saran, kritik dan

bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan antara lain kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin selaku Rektor Universitas Lampung.

2. Dr. dr. Muhartono, S.Ked., M.Kes., Sp.PA, selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Bandar Lampung: Universitas Lampung.

3. dr. Diana Mayasari, S.Ked., M.K.K. selaku pembimbing pertama atas

kesediaannya untuk memberikan bantuan, bimbingan, saran dan kritik dalam

proses penyelesaian skripsi ini.

4. dr. M. Yusran, S.Ked., M.Sc., Sp.M selaku pembimbing kedua atas

kesediaannya untuk memberikan bantuan, bimbingan, saran dan kritik dalam

proses penyelesaian skripsi ini.

5. dr. TA Larasati, S.Ked., M. Kes selaku pembahas atas kesediaannya untuk ilmu,

saran-saran yang telah diberikan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

ii
iii

6. Bu Soraya Rahmanisa, S.Si., M. Sc selaku pembimbing akademik atas semua

bimbingan, saran dan nasehat selama perkuliahan dan proses penyelesaian

skripsi ini.

7. Bapak (H. Suparno R.) dan Ibu (Hj. Safriah) tercinta yang selalu mencintai,

menyayangi, mengasihi, mendukung, membantu, membimbing, mendoakan dan

memotivasi saya untuk menjadi lebih baik.

8. Kakak (Prio Sudarmo, Retno Tri Utami, Era Junra Buana Damanik, Tri

Maryanti) dan keponakan (M. Imbalo Amanullah Damanik, Faiha Anisa Rifdah,

M. Komarul Arifin, Khairina Aida Damia, Latifa Aqila Azzahra) tercinta yang

juga telah menghibur, membantu, mendoakan dan memotivasi hingga saat ini.

9. Seluruh staf Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Lampung yang telah

memberikan ilmu dan motivasi dalam menjalani pendidikan kedokteran.

10. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung yang

telah membantu dalam penyelenggaraan seminar proposal hingga ujian skripsi.

11. Sahabat-sahabat penelitian skripsi yang telah membantu dalam proses penelitian

dan seminar serta terus menyemangati dan mendoakan: Ade Oktariatas Kesuma

Yuda, kak Nico Aldrin Avesina, kak Abdul Rois, Analia, Putri Adelina Shazari,

Victoria Hawarima, kak Agus Fathul Muin Farid

12. Sahabat-sahabat genk jomblo yang telah memberikan semangat, dukungan

dan canda tawa selama menjalani masa-masa preklinik: Analia Refsi, Anita

Rahayu, Fitri Wijayanti, Rosi Indah Pratama, Sutria Nirda Syati

13. Sahabat-sahabat watcom yang tak henti-hentinya menyemangati untuk segera

menyelesaikan skripsi dan wisuda: Agfiana Berliani, Anggita Wulansari, Della

iii
iv

Mustika Putri, Firda Saufika, Fitria Dewi Lestari, Mutiara Yulanda Adha, Nimas

Disri Putri, Rahayu, dan Rosyita Alifia.

14. Sahabat-sahabat lainnya yang telah memberikan bantuan, semangat dan doa

selama perkuliahan: Vermitia, Diah Ayu Larasati, Nada Ismalia, M. Azzaky

Bimandama, kak Annisa Ratya, kak Sheba Denisica, kak Suci Widya Prima,

Meti Destryana, Eka Endah Lestari, Rika Partika, Nuzulutfiana, Siti Masruroh,

mbak Ria Arisandi

15. Teman-teman angkatan 2013 yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah

berjuang bersama dan memotivasi satu sama lain dari awal mulai masuk

kedokteran hingga sekarang dan seterusnya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan. Oleh karena

itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi

perbaikan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pembacanya.

Bandarlampung, Januari 2017

Penulis

Intan Siti Hulaima

iv
v

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. x

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 3
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................... 4
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................. 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Hipertensi ........................................................................................... 6
2.1.1. Definisi Hipertensi ................................................................. 6
2.1.2. Etiologi ................................................................................... 6
2.1.3. Patofisiologi Hipertensi.......................................................... 7
2.1.4. Klasifikasi Hipertensi ............................................................. 9
2.1.5. Kontrol Tekanan Darah ........................................................ 10
2.1.6. Diagnosis Hipertensi ............................................................ 10
2.1.7. Komplikasi Hipertensi ......................................................... 12
2.1.8. Penatalaksanaan Hipertensi.................................................. 12
2.1.9. Faktor yang Mempengaruhi Penatalaksanaan Hipertensi .... 20
2.2. PROLANIS ...................................................................................... 22
2.2.1. Definisi ................................................................................. 22
2.2.2. Tujuan .................................................................................. 22
2.2.3. Sasaran ................................................................................. 23

v
vi

2.2.4. Bentuk Pelaksanaan ............................................................. 23


2.2.5. Penanggungjawab ................................................................ 23
2.2.6. Langkah Pelaksanaan ........................................................... 23
2.3. Kerangka Teori ................................................................................ 30
2.4. Kerangka Konsep ............................................................................. 31
2.5. Hipotesis .......................................................................................... 31

BAB 3 METODE PENELITIAN


3.1. Desain Penelitian ............................................................................. 33
3.2. Populasi dan Sampel ........................................................................ 33
3.2.1. Populasi Penelitian ............................................................... 33
3.2.2. Sampel Penelitian ................................................................. 33
3.3. Pengumpulan Data ........................................................................... 35
3.4. Identifikasi Variabel Penelitian ....................................................... 35
3.5. Definisi Operasional Variabel Penelitian ........................................ 36
3.6. Instrumen Penelitian ........................................................................ 38
3.6.1. Morisky Medication Adherence Scale (MMAS) .................. 38
3.6.2. Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) ................ 38
3.6.3. Glover Nilsson-Smoking Behavioural Questionnaire (GN-
SBQ)..................................................................................... 40
3.6.4. Alcohol Use Disorder Identification Test (AUDIT) ............ 41
3.7. Prosedur dan Cara Penelitian ........................................................... 41
3.8. Analisis Data dan Pengolahan Data ................................................. 43
3.8.1. Analisis Data ........................................................................ 43
3.8.2. Pengolahan Data .................................................................. 45
3.9. Etika Penelitian ................................................................................ 46

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil Penelitian ................................................................................ 47
4.1.1. Gambaran Umum Responden .............................................. 47

vi
vii

4.1.2. Analisis Univariat ................................................................ 48


4.1.3. Analisis Bivariat ................................................................... 52
4.1.4. Analisis Multivariat.............................................................. 57
4.2. Pembahasan ..................................................................................... 59
4.2.1. Gambaran Umum Responden .............................................. 59
4.2.2. Analisis Univariat ................................................................ 60
4.2.3. Analisis Bivariat ................................................................... 64
4.2.4. Analisis Multivariat.............................................................. 75
4.2.5. Keterbatasan Penelitian ........................................................ 78

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan ...................................................................................... 79
5.2. Saran ................................................................................................ 79

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 81


LAMPIRAN

vii
viii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan WHO. ....................................................... 10


2. Kekuatan Rekomendasi Berdasarkan Grade (James et al, 2013) ..................... 18
3. Evidence-Based Dosing for Antihypertensive Drugs (James et al, 2013) ........ 18
4. Definisi Operasional Variabel ........................................................................... 36
5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Jenis Kelamin dan
Usia ....................................................................................................................... 48
6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kontrol Tekanan Darah ........... 48
8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kepatuhan Minum Obat .......... 49
9. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Gizi ................................ 50
10. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Aktivitas Fisik ........................ 51
11. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Merokok .................. 51
12. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Mengonsumsi Alkohol
............................................................................................................................... 52
13. Hubungan Kepesertaan PROLANIS dengan Kontrol Tekanan Darah Pada
Pasien Hipertensi di Puskesmas Kedaton ............................................................. 53
14. Hubungan Kepatuhan Minum Obat dengan Kontrol Tekanan Darah Pada
Pasien Hipertensi di Puskesmas Kedaton ............................................................. 54
15. Hubungan Status Gizi dengan Kontrol Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi
di Puskesmas Kedaton .......................................................................................... 55
16. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kontrol Tekanan Darah Pada Pasien
Hipertensi di Puskesmas Kedaton ......................................................................... 55
17. Hubungan Perilaku Merokok dengan Kontrol Tekanan Darah Pada Pasien
Hipertensi di Puskesmas Kedaton ......................................................................... 56
18. Hasil Analisis Multivariat ............................................................................... 57

viii
ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat Izin Penelitian 89


2. Surat Persetujuan Etik Penelitian 90
3. Kuesioner Penelitian 91
4. Hasil Analisis Data Penelitian 98
5. Foto-Foto Kegiatan 104

ix
x

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Hipertensi ................................. 7


2. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Pada Kontrol Tekanan Darah. ...................... 9
3. Algoritma Diagnosis Hipertensi ........................................................................ 11
4. Algoritma Pedoman Manajemen Hipertensi 2014 ............................................ 14
5. Alur Penelitian .................................................................................................. 43

x
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hipertensi merupakan penyebab angka kesakitan dan kematian tertinggi di

dunia dan penyebab terbanyak kunjungan ke pusat pelayanan kesehatan primer

pada tahun 2006, yakni sejumlah 13,1% (Peltzer, 2013). Data hasil Riset

Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2013 menunjukkan bahwa

66.812.982 dari 252.124.458 orang Indonesia menderita hipertensi. Prevalensi

hipertensi di Provinsi Lampung adalah 24,0% pada 2013 (National Institute for

Health Research & Development, 2013). Menurut Laporan Dinas Kesehatan

Kota Bandar Lampung sejak Januari hingga Agustus 2016, 19.327 kasus

hipertensi menempati peringkat pertama dari 36.166 kasus (Dinas Kesehatan

Kota Bandar Lampung, 2016).

Selain tatalaksana farmakologis, tatalaksana nonfarmakologis seperti

menurunkan berat badan bagi pasien yang obesitas, olahraga, berhenti

mengonsumsi alkohol, dan berhenti merokok, terbukti dapat menurunkan

tekanan darah (PERKI, 2015; Arif et al, 2013). Laju kontrol tekanan darah

pasien hipertensi yang tidak obesitas lebih cepat dibandingkan dengan yang

obesitas dan pasien yang tidak merokok memiliki kecenderungan untuk

terkontrol 8.1 kali lebih besar dibandingkan dengan yang merokok (Hadiyah et

al, 2006). Aktifitas fisik aerobik reguler dapat menurunkan 4-9 mmHg tekanan

1
2

darah. Berhenti mengonsumsi alkohol dapat menurunkan 2-4 mmHg tekanan

darah (Departemen Kesehatan, 2006).

Telah banyak upaya dan tindakan yang dilakukan untuk mengatasi hipertensi

antara lain kerjasama pemerintah dengan Indonesian Society of Hypertension

(InaSH) dan pembentukan Direktoral Pengendalian Penyakit Tidak Menular

(Dewi, 2013). Namun tatalaksana hipertensi masih belum berhasil. Menurut

Badan Kesehatan Dunia (WHO), dari 50% pasien hipertensi yang terdeteksi,

hanya 25% yang mendapat pengobatan dan hanya 12,5% bisa diobati dengan

baik (Muhammadun, 2010; Hiroh, 2012).

Keberhasilan terapi penyakit kronis ditentukan oleh kepatuhan pasien. Menurut

laporan WHO pada tahun 2003, kepatuhan rata-rata pasien pada terapi jangka

panjang di negara berkembang kurang dari 50% (WHO, 2003b). Keikutsertaan

dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) turut mempengaruhi

kepatuhan berobat pasien hipertensi (Mutmainah et al, 2010). Pasien yang

tidak mengikuti Program JKN meningkatkan risiko kegagalan kontrol tekanan

darah sebesar 1,23-2,89 kali dibandingkan dengan pasien yang mengikuti

Program JKN (Sari & Listya, 2016). Namun demikian, masih ditemukan pasien

hipertensi yang berobat dengan biaya mandiri (Niska, 2011). Hanya

172.174.401 dari 255.461.686 jiwa penduduk Indonesia yang telah terdaftar

sebagai peserta BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, 2016).

Pada tahun 2004 dikeluarkan Undang-Undang No.40 tentang Sistem Jaminan

Sosial Nasional (SJSN) yang mengamanatkan bahwa jaminan sosial wajib bagi

seluruh penduduk termasuk JKN melalui suatu Badan Penyelenggara Jaminan

2
3

Sosial (BPJS). Implementasinya dimulai pada 1 Januari 2014 (Kemenkes RI,

2013). Dalam meningkatkan kualitas dan memudahkan akses pelayanan

kesehatan, BPJS melakukan optimalisasi implementasi Program Rujuk Balik

dengan mengadakan Program Pengelolaan Penyakit Kronis (PROLANIS)

(BPJS Kesehatan, 2015a). PROLANIS adalah suatu sistem pelayanan

kesehatan dan pendekatan proaktif dilaksanakan secara terintegrasi melibatkan

peserta, fasilitas kesehatan dan BPJS Kesehatan dalam pemeliharaan kesehatan

peserta BPJS yang menderita hipertensi dan diabetes melitus untuk mencapai

kualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif

dan efisien (BPJS Kesehatan, 2015b).

Puskesmas Kedaton merupakan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama mitra

BPJS penyelenggara PROLANIS dengan 2.004 kasus hipertensi yang tertinggi

dan 4.585 kunjungan yang juga tertinggi di Kota Bandar Lampung dari Januari

hingga Agustus 2016. Untuk itu peneliti ingin mengetahui faktor-faktor yang

berhubungan dengan kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi di

Puskesmas Kedaton Kota Bandar Lampung.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, masalah yang dapat dirumuskan adalah

faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kontrol tekanan darah pada

pasien hipertensi di Puskesmas Kedaton Kota Bandar Lampung?

3
4

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kontrol tekanan

darah pada pasien hipertensi Puskesmas Kedaton Kota Bandar Lampung.

1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.2.1. Mengetahui hubungan kepesertaan PROLANIS dengan kontrol

tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Kedaton.

1.3.2.2. Mengetahui hubungan kepatuhan minum obat dengan kontrol

tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Kedaton.

1.3.2.3. Mengetahui hubungan status gizi dengan kontrol tekanan darah

pada pasien hipertensi di Puskesmas Kedaton.

1.3.2.4. Mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan kontrol tekanan

darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Kedaton.

1.3.2.5. Mengetahui hubungan perilaku merokok dengan kontrol tekanan

darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Kedaton.

1.3.2.6. Mengetahui hubungan perilaku mengonsumsi alkohol dengan

kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas

Kedaton.

1.3.2.7. Mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap kontrol

tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Kedaton

4
5

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :

1.4.1 Manfaat bagi peneliti

Peneliti dapat mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan

kontrol tekanan darah pasien hipertensi serta menambah pengetahuan,

wawasan dan pengaplikasiannya dalam pengembangan ilmu kesehatan.

1.4.2 Manfaat bagi tenaga kesehatan instansi terkait

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan kepada para tenaga

kesehatan dalam penyusunan program maupun kebijakan dalam

penanggulangan penyakit hipertensi.

1.4.3 Manfaat bagi masyarakat

Dapat memberi informasi kepada masyarakat tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan kontrol tekanan darah pasien hipertensi.

1.4.4 Manfaat bagi peneliti lain

Dapat menjadi salah satu referensi bagi penelitian selanjutnya.

5
6

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hipertensi

2.1.1. Definisi Hipertensi

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik sama dengan atau

di atas 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik sama dengan atau di

atas 90 mmHg (Black dan Hawks, 2013). Hipertensi merupakan kondisi

yang dapat ditemukan pada fasilitas pelayanan kesehatan primer dan

berkembang menjadi infark miokard, stroke, gagal ginjal, dan kematian

jika tidak didiagnosis dan diterapi dengan tepat (James et al, 2013; Price

dan Wilson, 2002).

2.1.2. Etiologi

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi hipertensi primer

(esensial) dan hipertensi sekunder. Pada pasien dengan hipertensi primer

(esensial) penyebabnya tidak diketahui sedangkan pasien dengan

hipertensi sekunder mempunyai penyebab khusus baik endogen maupun

eksogen (Departemen Kesehatan, 2006).

Faktor genetik memegang peranan penting pada patofisiologi hipertensi

primer (esensial) dikarenakan hipertensi ini memiliki kecenderungan

terjadi secara turun temurun. Ditemukan gambaran bentuk disregulasi

monogenik dan poligenik. Banyak dari gen-gen ini yang mempengaruhi

6
7

keseimbangan natrium, tetapi juga ditemukan mutasi-mutasi genetik

yang mengubah ekskresi kallikrein urine, pelepasan nitrit oksida,

ekskresi aldosteron, steroid adrenal, dan angiotensinogen. Hipertensi

sekunder dapat disebabkan penyakit komorbid seperti disfungsi renal

akibat gagal ginjal kronis atau penyakit renovaskular dan juga dapat

disebabkan oleh konsumsi obat-obatan tertentu yang dapat meningkatkan

tekanan darah seperti kortikosteroid, estrogen, OAINS, dan lain-lain

(Departemen Kesehatan, 2006).

AME = apparent mineralocorticoid excess; CNS = central nervous system; GRA =


glucocorticoid-remediable aldosteronism.

Gambar 1. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Hipertensi


(Departemen Kesehatan, 2006)

2.1.3. Patofisiologi Hipertensi

Terdapat tiga sistem yang sangat berperan dalam peningkatan tekanan

darah yakni sistem saraf simpatis, sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron

7
8

(RAA), dan keseimbangan antara natrium dan cairan tubuh terkait

hormon aldosteron. Hal lain yang terlibat dalam peningkatan tekanan

darah ialah resistensi insulin disebabkan peningkatan produksi

angiotensinogen oleh jaringan adiposa viseral yang resisten terhadap

insulin, penurunan kadar nitrit oksida (NO) karena resistensi insulin yang

dapat menyebabkan disfungsi endotel, peningkatan reseptor antitrombin-

1 (AT-1) dan ekspresi endotelin-1, peningkatan reabsorpsi natrium di

tubulus proksimal, serta peningkatan aktivitas simpatik (Tedjasukmana,

2012).

Beberapa faktor yang mendukung peningkatan hipertensi diantaranya

gangguan saraf, reseptor adrenergik atau baroreseptor, abnormalitas

ginjal, abnormalitas humoral, defisiensi sintesis substansi vasodilator

pada endotelium vaskuler seperti prostasiklin, bradikinin, dan nitrit

oksida, atau peningkatan produksi substansi vasokontriktor seperti

angiotensin II dan endotelin-1 (Tyashapsari dan Zulkarnain, 2012)

Beberapa faktor yang mendorong timbulnya hipertensi biasanya tidak

berdiri sendiri, tetapi secara bersama-sama sesuai dengan teori mozaik

pada hipertensi esensial (Nuraini, 2015).

8
9

Asupan Jumlah Stres Perubahan Obesitas Bahan-bahan


garam nefron genetis yang berasal
berlebih berkura dari endotel
ng

Retensi Penurunan Aktivitas Renin Perubahan Hiperinsulin-


natrium permukaan berlebih angiotensin membran sel emia
ginjal filtrasi saraf berlebih
simpatis

Volume Kontriksi
cairan vena

Konstriksi Hipertrofi
Preload Fungsional struktural
Kontraktilitas

Tekanan Darah = Curah Jantung x Tahanan Perifer

Gambar 2. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Pada Kontrol Tekanan Darah


(Yogiantoro, 2009)

2.1.4. Klasifikasi Hipertensi

Menurut World Health Organization (WHO)/International Society of

Hypertension (ISH) klasifikasi tekanan darah tinggi terbagi menjadi

kelompok optimal, normal, normal tinggi, hipertensi derajat 1 (ringan),

hipertensi derajat 2 (sedang), hipertensi derajat 3 (berat), dan hipertensi

9
10

sistolik yang terisolasi (WHO, 2003a). Pembagian derajat keparahan

hipertensi menurut WHO/ISH dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan WHO


Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Optimal <120 dan <80
Normal 120 - 129 dan/atau 80 - 84
Normal tinggi 130 - 139 dan/atau 84 - 89
Hipertensi derajat 1 140 - 159 dan/atau 90 - 99
Subgrup: Borderline 140 - 159 dan/atau 90 - 94
Hipertensi derajat 2 160 - 179 dan/atau 100 - 109
Hipertensi derajat 3 180 dan/atau 110
Hipertensi terisolasi 140 dan <90
Subgrup: Borderline 140 - 149 dan <90

2.1.5. Kontrol Tekanan Darah

Faktor-faktor yang mendorong timbulnya hipertensi adalah (Yogiantoro,

2009; Anggara dan Prayitno, 2013; Kementerian Kesehatan RI, 2014) :

1. Faktor risiko, seperti umur, jenis kelamin, diet dan asupan garam,

konsumsi lemak jenuh, kurang aktifitas fisik, stres, ras, obesitas,

merokok, penggunaan estrogen serta genetis.

2. Sistem saraf simpatis yaitu tonus simpatis dan variasi diurnal.

3. Keseimbangan antara modulator vasodilator dan vasokontriktor.

4. Pengaruh sistem otokrin setempat yang berperan pada sistem Renin-

Angiotenasi-Aldosteron (RAA).

2.1.6. Diagnosis Hipertensi

Dalam menegakkan diagnosis hipertensi, diperlukan beberapa tahapan

pemeriksaan yang harus dijalani sebelum menentukan terapi atau

tatalaksana yang akan diambil. Algoritma diagnosis ini diadaptasi dari

10
11

Canadian Hypertension Education Program The Canadian

Recommendation for The Management of Hypertension 2014 (Dasgupta

et al, 2014; PERKI, 2015).

HBPM : Home Blood Pressure Monitoring


ABPM : Ambulatory Blood Pressure Monitoring

Gambar 3. Algoritma Diagnosis Hipertensi (Dasgupta et al, 2014;


PERKI, 2015)

11
12

2.1.7. Komplikasi Hipertensi

Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara

langsung maupun tidak langsung. Kerusakan organ-organ target yang

umum ditemui pada pasien hipertensi adalah (Kumar et al, 2007;

Sherwood, 2010):

1. Jantung

a. Hipertrofi Ventrikel Kiri

b. Angina atau Infark Miokardium

c. Gagal Jantung

2. Otak

a. Stroke atau Transient Ischemic Attack

3. Penyakit Ginjal Kronis

4. Penyakit Arteri Perifer

5. Retinopati

Selain mempengaruhi kesehatan fisik, hipertensi juga mempengaruhi

kesehatan mental. Pengaruh pada kesehatan mental terlihat pada stadium

lanjut (Mollaolu et al, 2015).

2.1.8. Penatalaksanaan Hipertensi

Pengobatan hipertensi bersifat individualistis dan sepanjang masa

dengan tetap memperhatikan gaya hidup. Pengobatan hipertensi terdiri

dari terapi nonfarmakologi dan farmakologi. Target dari terapi hipertensi

adalah menjaga hipertensi tetap terkontrol seumur hidup pasien

(Mollaolu et al, 2015).

12
13

Ketika hipertensi terdeteksi, intervensi terapetik dapat mengurangi

perjalanan dan keparahan penyakit ini. Pengaturan diet, termasuk

penurunan berat badan, disertai berbagai obat yang memanipulasi

penanganan air dan garam atau aktivitas otonom pada sistem

kardiovaskular dapat digunakan untuk mengobati hipertensi. Selain itu,

olahraga secara teratur dapat dilakukan untuk membantu mengurangi

tekanan darah tinggi (Sherwood, 2010; PERKI, 2015; Weber et al, 2010).

2.1.8.1. Tatalaksana Farmakologi

Terapi farmakologi dimulai pada pasien hipertensi derajat 1

yang tidak mengalami penurunan setelah >6 bulan menjalani

pola hidup sehat dan pada pasien hipertensi derajat 2. Salah

satu prinsip dasar terapi farmakologi yang perlu diperhatikan

untuk menjaga kepatuhan dan meminimalisasi efek samping

adalah dengan melakukan pemantauan efek samping obat secara

teratur (PERKI, 2015). Pada tahun 2013, Joint National

Committee (JNC) 8 mengeluarkan guideline terbaru mengenai

tatalaksana hipertensi. Secara umum, JNC memberikan 9

rekomendasi terkait target tekanan darah dan rekomendasi

golongan obat hipertensi (James et al, 2013).

13
14

Gambar 4. Algoritma Pedoman Manajemen Hipertensi (James et al, 2013)

14
15

Rekomendasi 1. Pada populasi yang secara umum berusia 60

tahun, terapi farmakologi inisiasi dimulai untuk menurunkan

tekanan darah pada saat sistolik 150 mmHg atau diastolik 90

mmHg menjadi sistolik <150 mmHg dan diastolik <90 mmHg

(Strong recommendation-Grade A).

Corollary Recommendation. Pada populasi yang umumnya

berusia 60 tahun, jika terapi farmakologi untuk tekanan darah

tinggi mencapai sistolik yang lebih rendah (missal <140 mmHg)

dan terapi masih ditoleransi dengan baik dan tanpa efek samping

terhadap kesehatan dan kaulitas hidup, terapi tidak perlu

disesuaikan (Expert opinion-Grade E).

Rekomendasi 2. Rekomendasi kedua dari JNC 8 adalah

pada populasi umum berusia 60 tahun, terapi farmakologi

dimulai ketika diastoliknya 90 mmHg untuk untuk

menurunkan tekanan darah diastolik <90 mmHg. (Untuk pasien

berusia 30-59 tahun, Strong recommendation-Grade A; Untuk

pasien berusia 18-29 tahun, Expert opinion-Grade E).

Rekomendasi 3. Pada populasi <60 tahun, terapi farmakologi

inisiasi dimulai saat sistolik 140 mmHg untuk mencapai

sistolik <140 mmHg (Expert opinion-Grade E).

Rekomendasi 4. Pada populasi berusia 18 tahun dengan Gagal

Ginjal Kronis (GGK), terapi farmakologi inisiasi untuk

15
16

menurunkan tekanan darah dari sistolik 140 mmHg atau

diastolik 90 mm Hd menjadi sistolik <140 mmHg dan diastolik

<90 mmHg (Expert opinion-Grade E).

Rekomendasi 5. Pada populasi berusia 18 tahun dengan

diabetes, terapi farmakologi inisiasi untuk menurunkan tekanan

darah dari sistolik 140 mmHg atau diastolik 90 mmHg

menjadi sistolik <140 mmHg dan diastolik <90 mmHg (Expert

opinion-Grade E).

Rekomendasi 6. Pada populasi umum non kulit hitam

(negro), termasuk pasien dengan diabetes, terapi antihipertensi

inisial sebaiknya menyertakan diuretic tipe tiazid, Calcium

Channel Blocker (CCB), Angiotensin-Converting Enzyme

Inhibitor (ACEI) atau Angiotensin Receptor Blocker (ARB)

(Moderate recommendation-Grade B).

Rekomendasi 7. Pada populasi kulit hitam, termasuk mereka

dengan diabetes, terapi inisial hipertensi sebaiknya

menggunakan diuretik tipe tiazid atau CCB. (Rekomendasi

untuk populasi kulit hitam secara umum: Moderate

recommendation-Grade B; sedangkan populasi kulit hitam

dengan diabetes: Weak recommendation-Grade C).

Rekomendasi 8. Pada populasi berusia 18 tahun dengan GGK,

ACEI atau ARB sebaiknya digunakan dalam terapi inisial atau

16
17

terapi tambahan untuk meningkatkan outcome pada ginjal. Hal

ini berlaku pada semua pasien GGK dalam semua ras maupun

status diabetes (Moderate recommendation-Grade B).

Rekomendasi 9. Tujuan utama terapi hipertensi adalah untuk

mencapai dan mempertahankan target tekanan darah. Jika target

tekanan darah tidak tercapai dalam waktu satu bulan pengobatan,

meningkatkan dosis obat awal atau menambahkan obat kedua

dari satu kelas direkomendasi sesuai rekomendasi 6. Seorang

klinisi harus terus mengontrol tekanan darah dan menyesuaikan

rejimen pengobatan sampai target tekanan darah tercapai. Jika

target tekanan darah tidak dapat tercapai dengan 2 obat,

menambah dan titrasi obat ketiga dari daftar yang tersedia

diperbolehkan. Jika target tekanan darah tidak tercapai karena

pasien memiliki kontraindikasi terhadap obat yang sesuai

rekomendasi 6, obat antihipertensi dari kelas lain dapat

dipergunakan. Rujukan ke spesialis diindikasikan untuk pasien

yang tidak dapat mencapai target tekanan darah dengan strategi

di atas atau untuk manajemen pasien yang rumit dan

memerlukan konsultasi tambahan (Expert opinion-Grade E).

17
18

Tabel 2. Kekuatan Rekomendasi Berdasarkan Grade (James et al, 2013)


Grade Kekuatan Rekomendasi
A Strong recommendation. Terdapat tingkat keyakinan yang tinggi berbasis bukti
bahwa hal yang direkomendasikan tersebut memberikan manfaat atau keuntungan
yang substansial.
B Moderate recommendation. Terdapat keyakinan tingkat menengah berbasis bukti
bahwa rekomendasi yang diberikan dapat memberikan manfaat secara moderat.
C Weak recommendation. Terdapat setidaknya keyakinan tingkat moderat berbasis
bukti bahwa hal yang direkomendasikan memberikan manfaat meskipun hanya
sedikit.
D Recommendation against. Terdapat setidaknya keyakinan tingkat moderat bahwa
tidak ada manfaat atau bahkan terdapat risiko atau bahaya yang lebih tinggi
dibandingkan manfaat yang bisa didapat.
E Expert opinion. Bukti-butki belum dianggap cukup atau masih belum jelas atau
terdapat konflik (misal karena berbagai perbedaan hasil), tetapi direkomendasikan
oleh komite karena dirasakan penting untuk dimasukan dalam guideline.
N No recommendation for or against. Tidak ada manfaat yang jelas terbukti.
Keseimbangan antara manfaat dan bahaya tidak dapat ditentukan karena tidak ada
bukti-bukti yang jelas tersebut.

Tabel 3. Evidence-Based Dosing for Antihypertensive Drugs (James et al, 2013)


Antihypertensive Initial Daily Target Dose in No. of Doses per
Medications Dose (mg) RCTs Reviewed Day
(mg)
ACE inhibitor
Captopril 50 150-200 2
Enalapril 5 20 1-2
Lisinopril 10 40 1
Angiotensin receptor blockers
Eprosartan 400 600-800 1-2
Candesartan 4 12-32 1
Losartan 50 100 1-2
Valsartan 40-80 160-320 1
Irbesartan 75 300 1
-Blockers
Atenolol 25-50 100 1
Metoprolol 50 100-200 1-2
Calcium Channel Blockers
Amlodipine 2.5 10 1
Diltiazem extended 120-180 360 1
release
Nitrendipine 10 20 1-2
Thiazide-type diuretics
Bendroflumethiazide 5 10 1
Chlorthalidone 12.5 12.5-25 1
Hydrochlorthiazide 12.5-25 25-100a 1-2
Indapamide 1.25 1.25-2.5 1
a Current recommended evidence-based dose that balances efficacy and safety is 25-50 mg daily.

18
19

2.1.8.2. Tatalaksana Nonfarmakologi

Terapi nonfarmakologi harus dilaksanakan oleh semua pasien

hipertensi dengan tujuan menurunkan tekanan darah dan

mengendalikan faktor-faktor risiko serta penyakit penyerta

lainnya (Yogiantoro, 2009; Hadiyah dan Setiawan, 2006).

Terapi nonfarmakologi dapat dilakukan dengan menjalani pola

hidup sehat diantaranya dengan :

a. Menurunkan berat badan dapat dilakukan dengan mengganti

makanan tidak sehat dengan memperbanyak asupan sayur

dan buah (PERKI, 2015).

b. Mengurangi asupan garam dengan menghindari makanan

cepat saji, makanan kaleng, daging olahan dan sebagainya.

Dianjurkan asupan garam tidak melebihi 2 gram per hari

(PERKI, 2015; Hikmaharidha, 2011).

c. Olahraga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30 60

menit per hari minimal 3 hari per minggu dapat membantu

menurunkan tekanan darah. Bila pasien tidak dapat

melakukan olahraga secara khusus, dianjurkan untuk

berjalan kaki, mengendarai sepeda atau menaiki tangga

dalam aktivitas rutin sehari-hari (PERKI, 2015).

d. Mengurangi konsumsi alkohol sangat membantu dalam

penurunan tekanan darah. Konsumsi alkohol lebih dari 2

gelas per hari pada pria atau 1 gelas per hari pada wanita

dapat meningkatkan tekanan darah (PERKI, 2015).

19
20

e. Merokok merupakan salah satu faktor risiko penyakit

kardiovaskular, pasien hipertensi dianjurkan untuk berhenti

merokok. Penting juga untuk cukup istirahat (6-8 jam) dan

mengendalikan stress (PERKI, 2015; Kementerian

Kesehatan RI, 2014a).

2.1.9. Faktor yang Mempengaruhi Penatalaksanaan Hipertensi

a. Sikap

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara sikap dengan

upaya pengendalian hipertensi. Faktor yang mempengaruhi

pembentukan sikap manusia antara lain pengaruh orang lain yang

dianggap penting. Orang penting yang dimaksud adalah petugas

kesehatan yang memberikan informasi tentang pentingnya

pengendalian dan pencegahan terhadap penyakit hipertensi.

Pembentukan sikap juga dapat dipengaruhi oleh faktor emosional

pasien (Dalyoko, 2010).

b. Pengawasan Keluarga

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara

pengawasan keluarga dengan upaya pengendalian hipertensi. Adanya

pengawasan keluarga dalam pengendalian hipertensi merupakan

bentuk dukungan keluarga agar responden tetap dalam kondisi yang

sehat. Bentuk dukungan tersebut dapat berupa anjuran asupan

makanan yang baik seperti masakan yang tidak banyak garam, anjuran

berolahraga seperti jalan sehat ataupun senam, anjuran minum obat

secara teratur (Dalyoko, 2010).

20
21

c. Pengetahuan

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan

dengan upaya pengendalian hipertensi. Pengetahuan berperan penting

dalam membentuk perilaku atau tindakan seseorang. Pengetahuan

dapat diperoleh baik dari diri pasien sendiri berdasarkan pengalaman

hidup sehari-hari dan dari orang lain (Dalyoko, 2010).

d. Faktor fisiologis dan psikologis.

Faktor fisiologis yaitu pemakaian obat jangka panjang yang dapat

menyebabkan timbulnya efek samping hingga kerusakan organ.

Faktor psikologis yaitu pemakaian obat jangka panjang membuat

pasien hipertensi merasa tertekan. Hal ini dikarenakan pasien

diwajibkan untuk mengonsumsi obat setiap hari dan adanya efek

samping yang ditimbulkan dari obat yang dikonsumsi. Masalah-

masalah ini menyebabkan pasien hipertensi cenderung banyak yang

tidak mematuhi proses pengobatan seusai anjuran (Evadewi dan

Sukmayanti, 2013).

e. Kepatuhan minum obat.

Kepatuhan minum obat dipengaruhi oleh faktor pasien, faktor sistem

kesehatan, faktor lingkungan dan faktor sosial ekonomi (Asti, 2006).

Faktor sistem kesehatan meliputi sikap tenaga kesehatan, pembiayaan

kesehatan, mudah tidaknya mendapatkan obat yang diresepkan di

apotek, informasi yang diberikan kepada pasien, kepemilikan asuransi

kesehatan, distribusi obat, dan hubungan yang terjalin antara pasien

dan dokter (Amartiwi, 2012).

21
22

Selain kepatuhan minum obat, diagnosa yang tepat, pemilihan obat,

pemberian obat yang benar dari tenaga kesehatan juga sangat

mempengaruhi terkontrolnya tekanan darah pasien (Mutmainah dan

Rahmawati, 2010; Asti, 2006; WHO, 2003). Banyak obat-obat untuk

hipertensi yang harganya cukup mahal dan tidak terjangkau oleh

sebagian besar masyarakat (Budisetio, 2007). Selain itu kemampuan

pasien untuk mengikuti perawatan secara optimal, sering terganggu

oleh beberapa penghalang diantaranya: faktor sosial ekonomi, sistem

perawatan kesehatan, karakteristik penyakit, terapi penyakit dan

faktor yang terkait dengan pasien (Mutmainah dan Damayanti, 2014).

2.2. PROLANIS

2.2.1. Definisi

PROLANIS adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan

proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan peserta,

fasilitas kesehatan dan BPJS Kesehatan dalam rangka pemeliharaan

kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan yang menderita penyakit kronis

untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayanan

kesehatan yang efektif dan efisien (BPJS Kesehatan, 2015b).

2.2.2. Tujuan

Mendorong peserta penyandang penyakit kronis mencapai kualitas hidup

optimal dengan indikator 75% peserta terdaftar yang berkunjung ke

Fasilitas Kesehatan (Faskes) Tingkat Pertama memiliki hasil baik pada

pemeriksaan spesifik terhadap penyakit Diabetes Melitus (DM) Tipe 2

22
23

dan Hipertensi sesuai Panduan Klinis terkait sehingga dapat mencegah

timbulnya komplikasi penyakit (BPJS Kesehatan, 2015b).

2.2.3. Sasaran

Seluruh Peserta BPJS Kesehatan penyandang penyakit kronis (Diabetes

Melitus Tipe 2 dan Hipertensi) (BPJS Kesehatan, 2015b).

2.2.4. Bentuk Pelaksanaan

Aktifitas dalam PROLANIS meliputi aktifitas konsultasi medis/edukasi,

home visit, reminder, aktifitas klub dan pemantauan status kesehatan

(BPJS Kesehatan, 2015b).

2.2.5. Penanggungjawab

Penanggungjawab adalah Kantor Cabang BPJS Kesehatan bagian

Manajemen Pelayanan Primer (BPJS Kesehatan, 2015b).

2.2.6. Langkah Pelaksanaan

2.2.6.1. Persiapan Pelaksanaan PROLANIS

Persiapan dalam pelaksanaan PROLANIS antara lain (BPJS

Kesehatan, 2015b) :

1. Melakukan identifikasi data peserta sasaran berdasarkan:

a) Hasil Skrining Riwayat Kesehatan dan atau

b) Hasil Diagnosa DM Tipe 2 dan Hipertensi (pada

Faskes Tingkat Pertama maupun RS)

2. Menentukan target sasaran

23
24

3. Melakukan pemetaan Faskes Dokter Keluarga/ Puskesmas

berdasarkan distribusi target sasaran peserta

4. Menyelenggarakan sosialisasi PROLANIS kepada Faskes

Pengelola

5. Melakukan pemetaan jejaring Faskes Pengelola (Apotek,

Laboratorium)

6. Permintaan pernyataan kesediaan jejaring Faskes untuk

melayani peserta PROLANIS

7. Melakukan sosialisasi PROLANIS kepada peserta (instansi,

pertemuan kelompok pasien kronis di RS, dan lain-lain)

8. Penawaran kesediaan terhadap peserta penyandang DM

Tipe 2 dan Hipertensi untuk bergabung dalam PROLANIS

9. Melakukan verifikasi terhadap kesesuaian data diagnosa

dengan form kesediaan yang diberikan oleh calon peserta

PROLANIS

10. Mendistribusikan buku pemantauan status kesehatan

kepada peserta terdaftar PROLANIS

11. Melakukan rekapitulasi data peserta terdaftar

12. Melakukan entri data peserta dan pemberian flag peserta

PROLANIS

13. Melakukan distribusi data peserta PROLANIS sesuai

Faskes Pengelola

14. Bersama dengan Faskes melakukan rekapitulasi data

pemeriksaan status kesehatan peserta, meliputi

24
25

pemeriksaan GDP, GDPP, Tekanan Darah, IMT, HbA1C.

Bagi peserta yang belum pernah dilakukan pemeriksaan,

harus segera dilakukan pemeriksaan

15. Melakukan rekapitulasi data hasil pencatatan status

kesehatan awal peserta per Faskes Pengelola (data

merupakan luaran Aplikasi P-Care)

16. Melakukan Monitoring aktifitas PROLANIS pada masing-

masing Faskes Pengelola:

a) Menerima laporan aktifitas PROLANIS dari Faskes

Pengelola

b) Menganalisa data

17. Menyusun umpan balik kinerja Faskes PROLANIS

18. Membuat laporan kepada Kantor Divisi Regional/Kantor

Pusat.

2.2.6.2. Aktivitas PROLANIS

Adapun aktifitas PROLANIS antara lain (BPJS Kesehatan,

2015b) :

1. Konsultasi Medis Peserta PROLANIS: jadwal konsultasi

disepakati bersama antara peserta dengan Faskes Pengelola

2. Edukasi Kelompok Peserta PROLANIS

Edukasi Klub Risti (Klub PROLANIS) adalah kegiatan

untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan dalam upaya

memulihkan penyakit dan mencegah timbulnya kembali

penyakit serta meningkatkan status kesehatan bagi peserta

25
26

PROLANIS. Terbentuknya kelompok peserta (Klub)

PROLANIS minimal 1 Faskes Pengelola 1 Klub.

Pengelompokan diutamakan berdasarkan kondisi kesehatan

Peserta dan kebutuhan edukasi. Langkah langkah :

a) Mendorong Faskes Pengelola melakukan identifikasi

peserta terdaftar sesuai tingkat severitas penyakit DM

Tipe 2 dan Hipertensi yang disandang.

b) Memfasilitasi koordinasi antara Faskes Pengelola

dengan Organisasi Profesi/Dokter Spesialis

diwilayahnya.

c) Memfasilitasi penyusunan kepengurusan dalam Klub.

d) Memfasilitasi penyusunan kriteria Duta PROLANIS

yang berasal dari peserta. Duta PROLANIS bertindak

sebagai motivator dalam kelompok PROLANIS

(membantu Faskes Pengelola melakukan proses

edukasi bagi anggota Klub).

e) Memfasilitasi penyusunan jadwal dan rencana aktifitas

klub minimal 3 bulan pertama.

f) Melakukan monitoring aktifitas edukasi pada masing-

masing Faskes Pengelola: menerima laporan aktifitas

edukasi dari Faskes Pengelola dan menganalisis data.

g) Menyusun umpan balik kinerja Faskes PROLANIS.

26
27

h) Membuat laporan kepada Kantor Divisi

Regional/Kantor Pusat dengan tembusan kepada

Organisasi Profesi terkait diwilayahnya.

3. Reminder melalui SMS Gateway

Reminder adalah kegiatan untuk memotivasi peserta untuk

melakukan kunjungan rutin kepada Faskes Pengelola

melalui pengingatan jadwal konsultasi ke Faskes Pengelola

tersebut. Tersampaikannya reminder jadwal konsultasi

peserta ke masing-masing Faskes Pengelola. Langkah-

langkah:

a. Melakukan rekapitulasi nomor handphone peserta

PROLANIS/Keluarga peserta per masing-masing

Faskes Pengelola.

b. Entri data nomor handphone kedalam aplikasi SMS

Gateway.

c. Melakukan rekapitulasi data kunjungan per peserta per

Faskes Pengelola.

d. Entri data jadwal kunjungan per peserta per Faskes

Pengelola.

e. Melakukan monitoring aktifitas reminder (melakukan

rekapitulasi jumlah peserta yang telah mendapat

reminder).

f. Melakukan analisa data berdasarkan jumlah peserta

yang mendapat reminder dengan jumlah kunjungan.

27
28

g. Membuat laporan kepada Kantor Divisi

Regional/Kantor Pusat.

4. Home Visit

Home Visit adalah kegiatan pelayanan kunjungan ke rumah

Peserta PROLANIS untuk pemberian informasi/edukasi

kesehatan diri dan lingkungan bagi peserta PROLANIS dan

keluarga.

Kriteria sasaran peserta PROLANIS :

a. Peserta baru terdaftar.

b. Peserta tidak hadir terapi di Dokter Praktek

Perorangan/Klinik/Puskesmas 3 bulan berturut-turut.

c. Peserta dengan GDP/GDPP di bawah standar 3 bulan

berturut-turut (PPDM).

d. Peserta dengan Tekanan Darah tidak terkontrol 3 bulan

berturut-turut (PPHT).

e. Peserta pasca opname.

Langkah-langkah :

a. Melakukan identifikasi sasaran peserta yang perlu

dilakukan home visit.

b. Memfasilitasi Faskes Pengelola untuk menetapkan waktu

kunjungan.

c. Bila diperlukan, dilakukan pendampingan pelaksanaan

home visit.

28
29

d. Melakukan administrasi home visit kepada Faskes

Pengelola dengan berkas formulir home visit yang

mendapat tanda tangan Peserta/Keluarga peserta yang

dikunjungi dan lembar tindak lanjut dari home visit/lembar

anjuran Faskes Pengelola.

e. Melakukan monitoring aktifitas home visit (melakukan

rekapitulasi jumlah peserta yang telah mendapat home visit).

f. Melakukan analisa data berdasarkan jumlah peserta yang

mendapat home visit dengan jumlah peningkatan angka

kunjungan dan status kesehatan peserta.

g. Membuat laporan kepada Kantor Divisi Regional/Kantor

Pusat.

29
30

2.3. Kerangka Teori

Sumber : Modifikasi dari Penatalaksanaan hipertensi (PERKI, 2015; Weber et al, 2010; James et

al, 2013; Kementerian Kesehatan RI, 2014) dan Tujuan PROLANIS (BPJS Kesehatan, 2015b)

30
31

2.4. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari

hal-hal khusus.

Variabel Independen Variabel Dependen

Kepesertaan
PROLANIS

Kepatuhan
Minum Obat

Status Gizi Kontrol Tekanan


Darah

Aktivitas Fisik

Perilaku
Merokok

Perilaku
Mengonsumsi
Alkohol

2.5. Hipotesis

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara peneliti, patokan duga, atau

dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut.

Setelah melalui pembuktian dari hasil penelitian maka hipotesis ini dapat benar

dan salah, dapat diterima atau ditolak. Hipotesis dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

Ho :

1. Tidak terdapat hubungan kepesertaan PROLANIS dengan kontrol tekanan

darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Kedaton.

31
32

2. Tidak terdapat hubungan kepatuhan minum obat dengan kontrol tekanan

darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Kedaton.

3. Tidak terdapat hubungan status gizi dengan kontrol tekanan darah pada

pasien hipertensi di Puskesmas Kedaton.

4. Tidak terdapat hubungan aktivitas fisik dengan kontrol tekanan darah pada

pasien hipertensi di Puskesmas Kedaton.

5. Tidak terdapat hubungan perilaku merokok dengan kontrol tekanan darah

pada pasien hipertensi di Puskesmas Kedaton.

6. Tidak terdapat hubungan perilaku mengonsumsi alkohol dengan kontrol

tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Kedaton.

Ha :

1. Terdapat hubungan kepesertaan PROLANIS dengan kontrol tekanan darah

pada pasien hipertensi di Puskesmas Kedaton.

2. Terdapat hubungan kepatuhan minum obat dengan kontrol tekanan darah

pada pasien hipertensi di Puskesmas Kedaton.

3. Terdapat hubungan status gizi dengan kontrol tekanan darah pada pasien

hipertensi di Puskesmas Kedaton.

4. Terdapat hubungan aktivitas fisik dengan kontrol tekanan darah pada pasien

hipertensi di Puskesmas Kedaton.

5. Terdapat hubungan perilaku merokok dengan kontrol tekanan darah pada

pasien hipertensi di Puskesmas Kedaton.

6. Terdapat hubungan perilaku mengonsumsi alkohol dengan kontrol tekanan

darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Kedaton.

32
33

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif observasional dengan jenis

pendekatan potong lintang.

3.2. Populasi dan Sampel

3.2.1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2010). Populasi target pada penelitian ini adalah semua

pasien hipertensi. Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah pasien

hipertensi di Puskesmas Kedaton.

3.2.2. Sampel Penelitian

Sampel adalah objek yang dipilih dan dianggap mewakili semua

populasi (Notoatmodjo, 2010). Sampel diambil menggunakan teknik

consecutive sampling yaitu setiap pasien yang memenuhi kriteria

penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu

sehingga jumlah pasien yang diperlukan terpenuhi (Nasution, 2003).

Untuk menentukan besarnya jumlah responden atau sampel pada

penelitian ini, dengan sebesar 0.05 dan Z sebesar 1,960, proporsi

penyakit atau keadaan yang akan dicari menurut data prevalensi

33
34

hipertensi di Kota Bandar Lampung pada tahun 2013 sebesar 8,2%

(p=0.082) (Oemiati, 2013) dan tingkat ketepatan absolut yang

dikehendaki (ditetapkan peneliti) sebesar 0.05, maka dari hasil

perhitungan didapatkan sebagai berikut :

2
n= 2

2
n = (1.96) (0.082)(10.082)
(0.05)2

n = 3.8416 0.0025
0.082 0.918

0.289
n = 0.0025

n = 115.67

Maka dari hasil perhitungan sampel pada penelitian ini adalah sebanyak

116 sampel.

Pengambilan sampel didasarkan pada kriteria inklusi dan eksklusi.

Kriteri inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh

setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel. Sedangkan

kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat

diambil sebagai sampel.

Kriteria inklusi sampel pada penelitian ini adalah :

a. Memiliki data rekam medik yang mencantumkan identitas pasien

dan hasil pemeriksaan tekanan darah pasien hipertensi selama 3

bulan berturut-turut di Puskesmas Kedaton Kota Bandar Lampung.

34
35

Kriteria eksklusi sampel pada penelitian ini adalah :

a. Pasien hipertensi yang merupakan perokok pasif.

3.3. Pengumpulan Data

Pengumpulan data mengacu dari sumber penelitian, yaitu data primer dan

sekunder. Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari

sumber asli (tidak melalui media perantara). Data sekunder merupakan data

yang diperoleh peneliti dari berbagai sumber yang telah ada. Data primer

yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepesertaan PROLANIS, status

gizi, kepatuhan minum obat, aktivitas fisik, perilaku mengonsumsi alkohol,

dan perilaku merokok. Data sekunder berupa data yang diambil dari dokumen

atau rekam medik yang tercatat dalam buku register tentang identitas dan

hasil pemeriksaan tekanan darah.

3.4. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang

dimiliki atau didapatkan untuk suatu penelitian tentang suatu konsep

pengertian tertentu. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu:

a. Variabel bebas (independen) adalah kepesertaan PROLANIS, kepatuhan

minum obat, status gizi, aktivitas fisik, perilaku merokok, perilaku

mengonsumsi alkohol.

b. Variabel terikat (dependen) adalah kontrol tekanan darah pada pasien

hipertensi.

35
36

3.5. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional mendefinisikan variabel-variabel secara operasional

berlandaskan karakteristik yang diamati. Definisi operasional dalam

penelitian ini :

Tabel 4. Definisi Operasional Variabel


Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
Variabel
Bebas
Kepesertaan Pasien hipertensi Wawancara Kuesioner 0 = bukan peserta Kategorik
PROLANIS yang mengisi form PROLANIS Nominal
kesediaan untuk 1 = peserta
bergabung dalam PROLANIS
PROLANIS
Kepatuhan Tingkat perhatian Wawancara Kuesioner 0 = tidak patuh Kategorik
Minum Obat pasien dalam MMAS (skor <6) Nominal
melaksanakan 1 = patuh (skor 6-
instruksi 8)
pengobatan (Morisky et al,
berdasarkan 2009)
Morisky Medication
Adherence Scale
(MMAS)
Status Gizi Kondisi gizi yang Pengukuran Timbangan 0 = Gizi Kurang Kategorik
diukur berdasarkan langsung injak (IMT = <18.4 Ordinal
indeks antropometri berat badan ketelitian 0.1 kg/m2)
meliputi berat badan dan tinggi kg 1 = Gizi Normal
dan tinggi badan. badan. terkalibrasi (IMT = 18.5-23
dan meteran kg/m2)
sepanjang 2 2 = Gizi Lebih
m ketelitian (IMT = >23
0.1 cm kg/m2)
terkalibrasi (Harahap et al,
2005)
Aktivitas fisik Setiap pergerakan Wawancara Kuesioner 0. Rendah : tidak Kategorik
tubuh akibat GPAQ memenuhi Ordinal
aktivitas otot-otot kriteria sedang
skeletal yang dan tinggi.
mengakibatkan 1. Sedang :
pengeluaran energi melakukan
untuk meningkatkan aktivitas kuat
kemampuan minimal 20
kardiorespi. menit/hari selama
3 hari atau
melakukan
aktivitas sedang
5 hari atau
berjalan paling
sedikit 30

36
37

menit/hari atau
melakukan
kombinasi
aktivitas fisik
yang berat,
sedang, berjalan
dalam 5 hari
dengan intensitas
minimal 600
MET-
menit/minggu.
2. Tinggi :
melakukan
aktivitas yang
berat minimal 3
hari dengan
intensitas
minimal 1500
MET-
menit/minggu
atau melakukan
kombinasi
aktivitas fisik
yang berat,
sedang, dan
berjalan dalam 7
hari dengan
internsitas
minimal 3000
Met-
menit/minggu
(World Health
Organization,
2010)
Perilaku Perilaku/kebiasaan Wawancara Kuesioner 0 = Bukan Kategorik
Merokok seseorang untuk GN-SBQ Perokok Nominal
menghisap rokok 1 = Perokok
sehari-hari (Glover et al,
2005)
Perilaku Perilaku/kebiasaan Wawancara Kuesioner 0 = Bukan Kategorik
mengonsumsi mengonsumsi Alcohol Use Pengonsumsi Nominal
alkohol minuman alkohol Disorders Alkohol
baik bermerk seperti Identification 1 = Pengonsumsi
bir, whiskey, vodka, Test Alkohol
anggur/ wine, dll (Babor et al,
maupun minuman 2001)
tradisional seperti
tuak, poteng.
Variabel
Terikat
Kontrol Tekanan darah Observasi Rekam 0 = Tidak Kategorik
Tekanan Darah pasien hipertensi Medis Terkontrol Nominal
sesuai target yang 1 = Terkontrol
direkomendasikan
oleh JNC VIII
selama 3 bulan
berturut-turut.

37
38

3.6. Instrumen Penelitian

Alat pengumpulan data mengenai kepesertaan PROLANIS adalah lembar

identitas yang yang tersedia dalam formulir kuesioner, status gizi diukur

menggunakan timbangan injak ketelitian 0.1 kg terkalibrasi dan meteran sepanjang

2 m ketelitian 0.1 cm terkalibrasi, serta data kontrol tekanan darah dilihat

melalui rekam medis.

3.6.1. Morisky Medication Adherence Scale (MMAS)

Kepatuhan minum obat diukur menggunakan kuesioner baku Morisky

Medication Adherence Scale (MMAS) yang terdiri dari 8 pertanyaan

yang sudah dialihbahasakan ke dalam bahasa indonesia. Penentuan

jawaban kuesioner menggunakan skala Guttman, yaitu jawaban

responden hanya terbatas pada dua jawaban, ya atau tidak. Variabel

kepatuhan mengadopsi dari interpretasi kuesioner asli oleh Morisky,

dimana kategori penilaian dibagi menjadi 2 cut of point, yaitu patuh dan

tidak patuh (Morisky et al, 2009)

3.6.2. Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ)

Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) merupakan instrumen

untuk mengukur aktivitas fisik yang dikembangkan oleh World Health

Organization (WHO) untuk kepentingan pengawasan aktivitas fisik di

negara berkembang. GPAQ terdiri dari 16 pertanyaan yang

mengumpulkan data dari partisipasi dalam aktivitas fisik pada tiga

ranah yaitu aktivitas fisik saat bekerja, aktivitas perjalanan dari tempat

ke tempat, dan aktivitas yang bersifat rekreasi atau waktu luang. GPAQ

38
39

mengukur aktivitas fisik dengan mengklasifikasikan berdasarkan

Metabolic Equivalent (MET) (World Health Organization, 2010).

MET adalah rasio laju metabolisme saat kerja dengan laju metabolisme

saat istirahat yang digambarkan dengan satuan kkal/kg/jam. Satu MET

didefinisikan sebagai energi yang dikeluarkan saat duduk tenang.

Perbandingan aktivitas dalam kategori sedang yaitu 4 kali lebih besar

dibandingkan dengan aktivitas duduk tenang, sehingga perhitungan

pada aktivitas kategori sedang dikalikan 4 MET. Aktivitas dalam

kategori berat mempunyai perbandingan 8 kali lebih besar dari duduk

tenang, sehingga perhitungan pada aktivitas dalam kategori berat

dikalikan 8 MET (Singh & Purohit, 2011).

GPAQ telah tervalidasi untuk mengukur aktivitas fisik pada rentang

usia 16-84 tahun dengan nilai reliabilitas kuat (Kappa 0,67 sampai 0,73)

dan hasil validitasnya baik (=0.65). Hasil ini menunjukkan bahwa

GPAQ adalah instrumen yang sesuai dan dapat diterima untuk

memantau aktivitas fisik dalam sistem surveilans kesehatan penduduk

(Bull et al, 2009).

Dalam perbaikan kualitas data yang diperoleh, GPAQ telah mengalami

pengembangan dengan adanya GPAQ versi 2. Rumus yang digunakan

untuk menghitung total volume aktivitas fisik dalam satuan MET-

menit/minggu adalah [(P2 x P3 x 8) + (P5 x P6 x 4) + (P8 x P9 x 4) +

(P11 x P12 x 8) + (P14 x P15 x 4)]. Menurut analysis guide yang

39
40

terlampir pada GPAQ versi 2 WHO (2010), tingkat dari total aktivitas

fisik akan dikategorikan menjadi tiga kategori sebagai berikut:

a. Tinggi

1) Melakukan aktivitas berat minimal 3 hari dengan intensitas

minimal 1500 MET-menit/minggu, atau atau

2) Melakukan kombinasi aktivitas fisik berat, sedang, dan berjalan

dalam 7 hari dengan intensitas minimal 3000 MET-menit/minggu

b. Sedang

1) Intensitas aktivitas kuat minimal 20 menit/hari selama 3 hari atau

lebih, atau

2) Melakukan aktivitas sedang selama 5 hari atau lebih atau berjalan

minimal 30 menit/hari, atau

3) Melakukan kombinasi aktivitas fisik berat, sedang, dan berjalan

dalam 5 hari atau lebih dengan intensitas minimal 600 MET-

menit/minggu

c. Rendah

1) Tidak memenuhi kriteria aktivitas tinggi atau aktivitas sedang.

3.6.3. Glover Nilsson-Smoking Behavioural Questionnaire (GN-SBQ)

Perilaku merokok diukur dengan menggunakan Glover Nilsson

Smoking Behavioral Questionnaire (GN-SBQ) untuk melihat kegiatan

atau aktivitas merokok yang dimulai dari membakar, menghisap sampai

menghembuskannya keluar sehingga menimbulkan asap rokok yang

diukur melalui persepsi dan aktivitas responden terhadap merokok.

Kuesioner ini bersifat unidimensional yang terdiri dari dua kategori.

40
41

Kategori pertama terdiri dari dua pertanyaan yang mencerminkan sikap

merokok individu. Kemudian kategori kedua terdiri dari sembilan

pertanyaan yang mencerminkan seberapa sering responden berperilaku

untuk merokok. Total pertanyaan dalam kuesioner ini adalah 11

pertanyaan. Dalam pengisian kuesioner ini menggunakan skala Likert

dengan rentangan empat poin, yaitu mulai dari satu (sangat tidak setuju-

sangat jarang) sampai empat (sangat setuju-sangat sering) (Glover et al,

2005). Validitasnya diukur dengan menggunakan rumus Alpha

Cronbach. Hasil validitas dari GN-SBQ sangat baik ( = 0,8). Sehingga

dapat disimpulkan bahwa mengukur dengan menggunakan GN-SBQ

memiliki konsistensi internal yang memadai (Rath et al, 2013).

3.6.4. Alcohol Use Disorder Identification Test (AUDIT)

AUDIT merupakan instrumen yang digunakan untuk menilai perilaku

konsumsi alkohol dan masalah kesehatan terkait konsumsi alkohol.

AUDIT dikembangkan oleh WHO dan terdiri dari 10 pertanyaan yang

terdiri dari dua versi, yakni versi wawancara dan self-report. AUDIT

telah divalidasi untuk kedua jenis kelamin dan dalam berbagai

kelompok ras/etnis. Sehingga AUDIT cocok untuk digunakan dalam

fasilitas pelayanan kesehatan primer (Babor et al, 2001).

3.7. Prosedur dan Cara Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada pasien hipertensi yang sebelumnya sudah

pernah berkunjung dan terdiagnosis hipertensi di Puskesmas Kedaton.

Pengambilan data pada responden dilakukan dengan mengukur berat badan

41
42

dan tinggi badan serta menanyakan kepatuhan minum obat antihipertensi,

aktivitas fisik, perilaku mengonsumsi alkohol, dan perilaku merokok secara

langsung. Data tentang identitas, hasil pemeriksaan tekanan darah dan obat

antihipertensi yang dikonsumsi diambil melalui rekam medis pasien.

Sebelum dilakukan pengambilan data, peneliti meminta izin kepada pasien

hipertensi apakah mereka bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian

ini. Setelah pasien hipertensi bersedia, peneliti mengisi identitas dan

melanjutkan dengan mengajukan pertanyaan terkait data-data pasien yang

dibutuhkan dalam penelitian.

42
43

Membuat surat izin penelitian di Fakultas Kedokteran Unila


untuk melakukan penelitian di Puskesmas Kedaton, Bandar
Lampung

1. Tahap Persiapan

Mendapatkan izin penelitian di Puskesmas Kedaton, Bandar


Lampung

Menjelaskan maksud dan tujuan penelitian dan pengisian lembar


informed consent kepada calon responden di Puskesmas
Kedaton, Bandar Lampung

2. Tahap Pelaksanaan

Setelah pasien hipertensi bersedia menjadi responden dalam


penelitian, maka dilakukan pengambilan data melalui
wawancara rekam medis pasien

Melakukan input dan pengolahan data

3. Tahap Pengolahan
Analisis dengan program komputer
Data

Interpretasi data

Gambar 5. Alur Penelitian

3.8. Analisis Data dan Pengolahan Data

3.8.1. Analisis Data

3.8.1.1. Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan untuk

menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian (Notoatmodjo,

2010). Analisis univariat dilakukan untuk memperoleh

43
44

gambaran setiap variabel, distribusi frekuensi berbagai

variabel yang diteliti baik variabel dependen maupun variabel

independen.

3.8.1.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat adanya hubungan

antara variabel independen kepesertaan PROLANIS,

kepatuhan minum obat, status gizi, aktivitas fisik, perilaku

merokok, dan perilaku mengonsumsi alkohol dengan variabel

dependen kontrol tekanan darah pasien hipertensi. Uji statistik

yang digunakan adalah uji Chi-square untuk tabel 2x2 dan uji

Kruskal-Wallis untuk tabel BxK (Dahlan, 2014).

Kemaknaan perhitungan statistika digunakan batas 0,05

terhadap hipotesis. Jika p value 0,05 maka Ho ditolak dan Ha

diterima, artinya ada hubungan antara variabel independen

dengan variabel dependen. Jika p value >0,05 maka Ho

diterima dan Ha ditolak, artinya tidak ada hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen yang diuji.

3.8.1.3. Analisis Multivariat

Analisis multivariat dilakukan untuk melihat variabel

independen yang paling berpengaruh terhadap variabel

dependen. Analisis multivariat yang digunakan adalah regresi

logistic.

44
45

3.8.2. Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data, selanjutnya

diteliti ulang dan diperiksa kesesuaian jawaban serta kelengkapannya.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut:

1. Editing Data

Editing adalah proses pengecekan dan perbaikan isian formulir atau

kuesioner. Pada proses ini dipastikan semua pertanyaan kuesioner

sudah terjawab, jawaban relevan dengan pertanyaan, dan jawaban

konsisten dengan jawaban pertanyaan lain.

2. Coding

Pemberian kode (mengubah data yang berbentuk huruf atau kalimat

menjadi data angka) pada atribut lembar observasi penelitian

memudahkan untuk dalam entri dan analisis data.

3. Data Entry atau Processing

Tahap ini dilakukan dengan memproses data agar dapat dianalisis

dan dilakukan dengan cara mengentri data dari lembar observasi

melalui program komputer.

4. Cleaning

Setelah semua data dimasukkan ke dalam program komputer, proses

selanjutnya adalah pembersihan data (data cleaning) yaitu

pengoreksian data sehingga tidak ada kesalahan kode atau

ketidaklengkapan

5. Transfering

45
46

Transfering adalah kegiatan memindahkan kode (data yang telah

berupa angka) ke dalam master sheet.

6. Tabulating

Tabulating adalah kegiatan menyusun dan meringkas data yang

masuk ke dalam bentuk table-tabel (dummy table) (Notoatmodjo,

2010).

3.9. Etika Penelitian

Standar etik penelitian kesehatan ini melibatkan subyek manusia dengan

mendapatkan informasi dari data primer dan data sekunder berupa rekam

medik. Dalam penelitian ini tidak dilakukan eksperimen atau pengobatan

yang dapat membahayakan subyek. Partisipasi dalam penelitian atau

informasi yang diberikan, tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang

merugikan subyek dalam bentuk apapun. Subyek mendapat informasi secara

lengkap tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak

untuk bebas berpartisipasi, atau menolak untuk menjadi responden. Informed

consent dilakukan dengan memberikan penjelasan tujuan penelitian, meminta

kesediaan menjadi responden, dan meminta responden menandatangani

formulir persetujuan setelah penjelasan jika bersedia menjadi responden.

Penelitian ini mendapat Keterangan Lolos Kaji Etik dari Komisi Etik

Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung pada

tanggal 05 Januari 2017 melalui surat nomor 055/UN26.8/DL/2017.

46
79

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Terdapat hubungan bermakna antara kepesertaan PROLANIS dan

perilaku merokok dengan kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi

di Puskesmas Kedaton Kota Bandar Lampung.

2. Tidak terdapat hubungan bermakna antara kepatuhan minum obat, status

gizi, dan aktivitas fisik dengan kontrol tekanan darah pada pasien

hipertensi di Puskesmas Kedaton Kota Bandar Lampung.

3. Perilaku merokok merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap

kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Kedaton Kota

Bandar Lampung.

5.2. Saran

1. Bagi Puskesmas Kedaton

Pihak Puskesmas diharapkan lebih intensif lagi dalam melakukan

penyuluhan tentang pentingnya mempertahankan tekanan darah normal

dengan materi faktor-faktor yang mempengaruhi kontrol tekanan darah

seperti ikut serta dalam program PROLANIS dan berhenti merokok.

2. Bagi penelitian selanjutnya

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut faktor-faktor lain yang dapat

mempengaruhi kontrol tekanan darah selain faktor-faktor yang sudah

79
80

diteliti tersebut antara lain tingkat stres, konsumsi alkohol, asupan zat

gizi makro dan hubungan antara karakteristik (umur, jenis kelamin,

tingkat pendidikan) dengan kontrol tekanan darah pasien hipertensi.

Apabila ingin melakukan penelitian yang sama, maka dilakukan

penelitian dengan menggunakan desain yang lebih tepat serta dengan

meminimalisir bias yang ada.

3. Bagi Pemerintah dan BPJS Kesehatan

Disarankan untuk mempermudah proses pendaftaran JKN,

menyelenggarakan sosialisasi tentang PROLANIS, memonitoring dan

mengevaluasi pelaksanaan PROLANIS serta memperkuat logistik dan

distribusi untuk deteksi dini penyakit hipertensi agar pasien hipertensi

dapat meningkatkan kualitas hidupnya salah satunya dengan cara ikut

serta menjadi anggota PROLANIS.

80
81

DAFTAR PUSTAKA

Amartiwi HA 2012. Evaluasi tingkat kepatuhan penggunaan obat pada pasien


hipertensi di instalasi rawat jalan. [tesis]. Surakarta: Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Anggraini AD, Waren S, Situmorang E, Asputra H, Siahaan SS. 2009. Faktor-faktor
yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada pasien yang berobat di
poliklinik dewasa puskesmas bangkinang periode januari sampai juni 2008.
[skripsi]. Pekanbaru: Universitas Riau.
Arif D, Rusnoto, Hartinah D. 2013. Faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian hipertensi pada lansia di pusling desa kumplit upt puskesmas gribig
kabupaten kudus. JIKK. 4(2):1834.
Asti TI. 2006. Kepatuhan pasien: faktor penting dalam keberhasilan terapi.
InfoPOM. 7(5):112.
Babor T, Higgins-Biddle JC, Saunders JB, Monteiro MG. 2001. The alcohol use
disorders identification test: guidelines for use in primary care. World Health
Organization:140.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. 2015a. Panduan praktis program rujuk balik
bagi peserta jkn.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. 2015b. Panduan praktis prolanis (program
pengelolaan penyakit kronis).
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. 2016. Peserta program jkn. Informasi Publik
[diunduh 6 Jnauari 2017]. Tersedia dari: https://bpjs-
kesehatan.go.id/bpjs/index.php/jumlahPeserta.
Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2014. Data sensus [diunduh 6 Januari
2017]. Tersedia dari: http://lampung.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/217.
Black JM, Hawks J. 2013. Medical surgical nursing: clinical management for
positive outcomes. Edisi ke-8. USA: Elsevier Saunders.
Bobrow K, Farmer AJ, Springer D, Shanyinde M, Yu LM, et al. 2016. Mobile
phone text messages to support treatment adherence in adults with high blood
pressure (star): a single-blind, randomized trial. Circulation, 133(6):592600.
Bowman TS, Gaziano JM, Buring JE, Sesso HD. 2007. A prospective study of
cigarette smoking and risk of incident hypertension in women. J Am Coll
cardiol. 50(21):20852092.
Budisetio, M. 2007. Pencegahan dan pengobatan hipertensi pada penderita usia

81
82

dewasa. Yrs. 2(2):101107.


Bull FC, Maslin TS, Armstrong T. 2009. Global physical activity questionnaire
(gpaq): nine country reliability and validity study. J Phys Act Health.
6(6):790804.
Dahlan MS. 2014. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Edisi ke-6. Jakarta:
Epidemiologi Indonesia.
Dalyoko DAP. 2010. Faktor-faktor yang berhubungan dengan upaya pengendalian
hipertensi pada lansia di posyandu lansia wilayah kerja puskesmas mojosongo
boyolali. [skripsi]. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Damayanti F. 2014. Hubungan tingkat kepatuhan penggunaan obat terhadap
keberhasilan terapi pada pasien hipertensi di rumah sakit x surakarta bulan
mei-juni 2014. [skripsi]. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Dasgupta K, Quinn RR, Zarnke KB, Rabi DM, Ravani P, et al. 2014. The 2014
canadian hypertension education program recommendations for blood
pressure measurement, diagnosis, assessment of risk, prevention, and
treatment of hypertension. Can J Cardiol, 30(5):485501.
Dewi M. 2014. Evaluasi pengaruh konseling farmasis terhadap kepatuhan dan hasil
terapi pasien hipertensi anggota program pengelolaan penyakit kronis
(prolanis) pada dokter keluarga di kabupaten kendal. [tesis]. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada.
Dewi TK. 2013. Gambaran pengetahuan warga tentang hipertensi di rw 02 sukarasa
kecamatan sukasari. [skripsi]. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Epri S. 2015. Hubungan status gizi dan asupan makan terhadap tekanan darah lansia
di uptd pelayanan sosial lanjut usia tresna werdha kecamatan natar kabupaten
lampung selatan. [skripsi]. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Evadewi PKR, Sukmayanti S. 2013. Kepatuhan mengonsumsi obat pasien
hipertensi di denpasar ditinjau dari kepribadian tipe a dan tipe b. JPU. 1(1):32
42.
Febrina A, Alfian R, Rachmawati. 2014. Hubungan kepatuhan minum obat dengan
tekanan darah pada pasien hipertensi rawat jalan di poliklinik penyakit dalam
rsud ulin banjarmasin. [skripsi]. Banjarmasin: Akademi Farmasi ISFI
Banjarmasin.
Glover ED, Nilsson F, Westin A, Glover PN, Laflin MT, Persson B. 2005.
Developmental history of the glover-nilsson smoking behavioral
questionnaire. Am J Health Behav. 29(5):443455.
Hadiyah DN, Setiawan. 2006. Analisis survival faktor-faktor yang mempengaruhi
ketahanan hidup penderita hipertensi dengan terapi tablet captopril. [skripsi].
Surabaya: Institut Negeri Sepuluh Nopember.
Hamzah PK. 2015. Hubungan kepatuhan minum obat antihipertensi, kualitas tidur
dengan tekanan darah pada penderita hipertensi esensial di kota salatiga tahun
2015. [tesis]. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

82
83

Harahap H, Widodo Y, Mulyati S. 2005. Penggunaan berbagai cut-off indeks massa


tubuh sebagai indikator obesitas terkait penyakit degeneratif di indonesia. Gizi
Indon. 31(1):112.
Hernandez-Vila E. 2015. A review of the jnc 8 blood pressure guideline. Tex Heart
Inst J. 42(3):2268.
Hikmaharidha I. 2011. Pengaruh senam tai chi terhadap tekanan darah wanita
berusia 50 tahun ke atas. [skripsi]. Semarang: Universitas Diponegoro.
Hiroh A. 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya hipertensi pada
pasien rawat jalan di rsud kabupaten karanganyar. [skripsi]. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Irza S. 2009. Analisis faktor risiko hipertensi pada masyarakat nagari bungo
tanjung, sumatera barat. [skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara.
James PA, Oparil S, Carter BL, Cushman WC, Dennison-himmelfarb C, et al. 2013.
2014 evidence-based guideline for the management of high blood pressure in
adults report from the panel members appointed to the eighth joint national
committee (jnc 8). JAMA. 311(17):1809.
Jeanne B. 2016. Prevalensi konsumsi rokok pria usia 18 - 64 tahun dengan
hipertensi di desa susut, kabupaten bangli bali tahun 2014. DOAJ. 6(1):1622.
Kaplan NM. 1985. Non-drug treatment of hypertension. Ann Intern Med.
102(3):359373.
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Hipertensi. Jakarta.
Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. 2007. Robbins basic pathology. Edisi ke-8. New
York: W. B. Saunders Company.
Leone A. 2012. How and why chemicals from tobacco smoke can induce a rise in
blood pressure. World J Pharmacol. 1(1):1020.
Leone A. 2015. Smoking and Hypertension. J Cardiol Curr Res. 2(2):17.
Lumempouw DO, Wungouw HIS, Polii H. 2016. Pengaruh senam prolanis terhadap
penyandang hipertensi. Jurnal eBm. 4(1):1-14.
Lumoindong A, Umboh A, Masloman N. 2013. Hubungan obesitas dengan profil
tekanan darah pada anak usia 10-12 tahun di kota manado 1. Jurnal e-
Biomedik. 1(1):147153.
Mahan L, Escott S, Stump S. 2004. Krauses food nutrition and diet therapy. Edisi
ke-11. Philadelphia: Saunders.
Mayasari NF, Rosalina, Irawati H. 2015. Hubungan aktivitas fisik dengan tekanan
darah pada lansia penderita hipertensi di kelurahan banyumanik kota
semarang. Jurnal NWU. 35:18.
Mollaoglu M, Solmaz G. 2015. Adherence to therapy and quality of life in
hypertensive patients. Acta Clinica Croatica. 54(4):438444.

83
84

Morisky DE, Krousel-Wood M, Islam T, Webber LS, Re RN, Muntner P. 2009.


New medication adherence scale versus pharmacy fill rates in seniors with
hypertension. Am J Manag Care. 15(1):5966.
Mustamin. 2010. Asupan natrium, status gizi dan tekanan darah usia lanjut di
puskesmas bojo baru. MGP. 9(1):2026.
Mutmainah N, Rahmawati M. 2010. Hubungan antara kepatuhan penggunaan obat
dan keberhasilan terapi pada pasien hipertensi di rumah sakit daerah surakarta
tahun 2010. Pharmacon. 11(2):5156.
National Institute for Health Research & Development. 2013. Riset kesehatan dasar
2013.
Neunteufl T, Heher S, et al. 2002. Contribution of nicotine to acute endothelial
dysfunction in long-term smokers. J Am Coll Cardiol. 39(2):251256.
Niska RW. 2011. Blood pressure measurements at emergency department visits by
adults: united states, 2007-2008. NCHS Data Brief. (72):18.
Notoatmodjo S. 2010. Metodologi penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Novianingsih E, Kartini A. 2012. Hubungan antara beberapa indikator status gizi
dengan tekanan darah pada remaja. JNC. 1(1):169175.
Novitaningtyas T. 2014. Hubungan karakteristik (umur, jenis kelamin, tingkat
pendidikan) dan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada lansia di kelurahan
makamhaji kecamatan kartasura kabupaten sukoharjo. [skripsi]. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Nuraini B. 2015. Risk factors of hypertension. Juke Unila. 4(5):1019.
Oemiati R. 2013. Riskesdas dalam angka provinsi lampung. Jakarta.
Palmer, WJ. 2007. Introduce to food service. Edisi ke-11. New Jersey: Prentice
Hall.
Pandiangan CPP. 2016. Hubungan drug related problems (drps) kategori dosis obat
anti hipertensi dengan kondisi tekanan darah di poliklinik rawat jalan penyakit
dalam rsud jendral ahmad yani metro 2014. [skripsi]. Bandar Lampung:
Universitas Lampung.
Peltzer K. 2013. Hypertension and associated factors in older adults in south africa.
Cardiovasc J Afr. 24(3):6672.
Pertiwi VG. 2010. Pengaruh edukasi terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi
di rsup h. adam malik medan. [skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Praddono J, Sari P, Hapsari D, Suriani O, Lubis A, et al. 2004. Survei kesehatan
nasional 2004 skrt sudut pandang masyarakat mengenai status, cakupan,
ketanggapan, dan sistem pelayanan kesehatan. Jakarta.
Price SA, Wilson LM. 2002. Pathophysiology: clinical concepts of disease
processes. Edisi ke-6. New York: Elsevier Science Health Science.

84
85

Primahuda A. 2016. Hubungan antara kepatuhan mengikuti program pengelolaan


penyakit kronis (prolanis) bpjs dengan stabilitas gula darah pada penderita
diabetes melitus di puskesmas babat kabupaten lamongan. [skripsi].
Semarang: Universitas Diponegoro.
Puspita E. 2016. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan penderita
hipertensi dalam menjalani pengobatan. [skripsi]. Semarang: Universitas
Negeri Semarang.
Putri RA. 2012. Analisis efektivitas pemberian konseling dan pemasangan poster
terhadap tingkat kepatuhan dan nilai tekanan darah pada pasien hipertensi di
puskesmas bakti jaya kota depok. [skripsi]. Jakarta: Universitas Indonesia.
Rath JM, Sharma E, Beck KH. 2013. Reliability and validity of the glover-nilsson
smoking behavioral questionnaire. Am J Health Behav. 37(3):310317.
Rismayanthi C. 2011. Penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi melalui
senam aerobik low impact. Medikora. 7(1):1326.
Sari AN. 2014. Efektivitas pelaksanaan program pengelolaan penyakit kronis
(prolanis) dalam penanganan diabetes melitus tipe 2 oleh dokter keluarga di
kecamatan turi, kabupaten sleman. [skripsi]. Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada.
Sari DP, Listya MT. 2016. Pengaruh keikutsertaan pasien pada program jaminan
kesehatan terhadap keberhasilan kontrol tekanan darah pada penderita
hipertensi. eJKI. 4(2):125129.
Shaqina I. 2016. Hubungan keikutsertaan program jaminan kesehatan nasional (jkn)
dengan kepatuhan berobat penderita diabetes melitus tipe 2 di puskesmas
simpur bandar lampung. [skripsi]. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Sherwood L. 2010. Human physiology from cells to systems. Edisi ke-7. Singapore:
Cengage Learning.
Sigarlaki H. 2006. Karakteristik dan faktor berhubungan dengan hipertensi di desa
bocor, kecamatan bulus pesantren, kabupaten kebumen, jawa tengan, tahun
2006. Makara Kesehatan. 10(2):7888.
Singh A, Purohit B. 2011. Evaluation of global physical activity questionnaire
(gpaq) among healthy and obese health professionals in central india. Balt J
Health Phys Act. 3(1):3443.
Soenarta AA, Erwinanto, Mumpuni ASS, Barack R, Lukito AA, et al. 2015.
Pedoman tatalaksana hipertensi pada penyakit kardiovaskular.
Stewart MW. 2010. Diabetic Retinopathy. Diabetic Retinopathy: Evidence-Based
Management. 5(1):130.
Sudoyo AW. 2009. Hipertensi esensial. Dalam: M. Yogiantoro. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI: 610614.
Tawbariyah L. 2014. Hubungan konsumsi rokok dengan perubahan tekanan darah
pada masyarakat di pulau pasaran kelurahan kota karang kecamatan teluk

85
86

betung timur bandar lampung. [skripsi]. Bandar Lampung: Universitas


Lampung.
Tedjasukmana P. 2012. Tatalaksana hipertensi. CDK. 39(4):251255.
Tyashapsari MWE, Zulkarnain AK. 2012. Penguunaan obat pada pasien hipertensi
di instalasi rawat inap rumah sakit umum pusat dr. Kariadi semarang. Majalah
Farmaseutik. 8(2):145151.
Utami PAS, Sahar J, Widyastuti. 2013. Pengendalian faktor risiko hipertensi pada
agregat lansia melalui kunjungan rumah. JKI. 16(1):1117.
Wahyuni, Eksanoto D. 2013. Hubungan tingkat pendidikan dan jenis kelamin
dengan kejadian hipertensi di kelurahan jagalan di wilayah kerja puskesmas
pucang sawit surakarta. JIKI. 1(1):7985.
Wasilin ZI, Pramantara ID. 2011. Pengaruh konseling farmasis terhadap
pencapaian target terapi pada pasien hipertensi rawat jalan di rsud saras husada
purworejo wasilin. JMPF. 1(4):211215.
Wati MR, Mustofa, Puspitasari I. 2015. Pengaruh konseling apoteker komunitas
terhadap pasien hipertensi. JMPF. 5(1):1421. .
Weber MA, Schiffri E, White WB, Mann S, Lindholm LH, et al. 2010. A statement
by the american society of hypertension and the international society of
hypertension. J Clin Hypertens. 131(1):5363.
Widyaningrum T. 2014. Hubungan asupan natrium, kalium, magnesium dan status
gizi dengan tekanan darah pada lansia di kelurahan makamhaji kartasura.
[skripsi]. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
World Health Organization. 2003. 2003 world health organization
(who)/international society of hypertension (ish) statement on management of
hypertension. J Hypertens. 21(11):19831992.
World Health Organization. 2003. Adherence to long-term therapies.
World Health Organization. 2010. Global physical activity questionnaire. Ncd.
380(9838):282293.

86

Das könnte Ihnen auch gefallen