Sie sind auf Seite 1von 58

Anna Zukiaturrahmah

Blog mahasiswa Universitas Brawijaya

Home
Materi Kuliah

Type and h

MEKANISME BERANGKAI DAN


PINDAH SILANG PADA ALEL
Posted by Anna Zukiaturrahmah

May 5

MAKALAH DASAR GENETIKA

MEKANISME BERANGKAI DAN PINDAH SILANG PADA ALEL

Dosen Pengampu :

drh. Dyah Ayu Octaviani, M.Biotech

Oleh :
ANNA ZUKIATURRAHMAH

115130101111065

PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunianya sehingga
penulis bisa menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul Mekanisme Berangkai dan
Pindah Silang pada Alel.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat bantuan dan arahan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada drh. Dyah Ayu Octaviani, M.Biotech yang telah membimbing dan memberikan
arahan tentang makalah ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
makalah ini.

Malang, 07 Desember 2011

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul
.. i

Kata Pengantar
. ii
Daftar Isi
iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang . 4

1.2 Rumusan Masalah .. 4

1.3 Tujuan 4

1.4 Manfaat 4

BAB II. PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Berangkai dan Pindah Silang pada Alel .. 5

2.2. Mekanisme Berangkai dan Pindah Silang pada Alel 5

A. Pindah Silang . 5

B. Berangkai .. 8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .. 11

Daftar Pustaka
.. 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Percobaan-percobaan persilangan pada kacang ercis yang dilakukan oleh Mendel, baik
monohibrid maupun dihibrid, telah menghasilkan dua hukum Mendel, yakni hukum segegasi
dan hukum pemilihan bebas.

Pindah silang adalah suatu peristiwa pertukaran segmen-segmen dari kromatid-kromatid


bukan kakak beradik (non sister chromatids). Berangkai (linkage) adalah suatu peristiwa
terdapatnya dua atau lebih gen

dalam sebuah kromosom. Peristiwa berangkai dapat terjadi pada kromosom tubuh (autosom)
maupun pada kromosom kelamin (gonosom). Gen-gen jumlahnya hingga ribuan pada tiap
kromosom. Peristiwa terdapatnya dua atau lebih banyak gen pada sebuat kromosom yang
sama disebut berangkai/Linkage. Gen-gennya dinamakan gen-gen terangkai.

Saat ini kita telah mengetahui bahwa banyaknya gen pada kacang ercis, dan juga pada setiap
spesies organisme lainnya, jauh lebih banyak daripada jumlah kromosomnya. Artinya, di
dalam sebuah kromosom tertentu dapat dijumpai lebih dari sebuah gen. Gen-gen yang
terdapat pada kromosom yang sama dinamakan gen-gen berangkai (linked genes), sedang
fenomenanya sendiri dinamakan berangkai (linkage).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian berangkai dan pindah silang pada alel?


2. Bagaimana mekanisme berantai dan pindah silang pada alel?

1.3 Tujuan

1. Mempelajari pengertian berangkai dan pindah silang pada alel


2. Mempelajari mekanisme berangkai dan pindah silang pada alel

1.4 Manfaat

1. Untuk mempelajari pengertian berangkai dan pindah silang pada alel


2. Untuk mempelajari mekanisme berangkai dan pindah silang pada alel
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Berangkai dan Pindah Silang pada Alel

Berangkai (linkage) adalah suatu peristiwa terdapatnya dua atau lebih gen dalam sebuah
kromosom. Berangkai ada 2 macam yaitu berangkai sempurna dan berangkai tidak sempurna.
Berangkai sempurna terjadi apabila tidak ada pindah silang antara gen-gen pada satu
kromosom, sedangkan berangkai tidak sempurna terjadi bila ada pindah silang (crossing
over) antara gen-gen dalam satu kromosom.

Pindah silang adalah suatu peristiwa pertukaran segmen-segmen dari kromatid-kromatid


bukan kakak beradik (non sister chromatids). Pindah silang dibedakan atas pindah silang
tunggal yang terjadi pada satu tempat dan pindah silang ganda yang terjadi di dua tempat.
Peristiwa pindah silang dapat terjadi pada saat profase I meiosis I dan akan menghasilkan
gamet tipe parental (berasal dari kromatid yang tidak mengalami pindah silang) dan gamet
tipe rekombinasi (berasal dari kromatid yang yang mengalami pindah silang).

Pindah silang dipengaruhi beberapa faktor antara lain :

1. Temperatur

Temperatur yang kurang atau lebih dari temperature biasanya dapat memperbesar
kemungkinan terjadinya pindah silang

1. Umur

Semakin tua suatu individu, maka pindah silang yang terjadi semakin berkurang

1. Zat kimia tertentu


2. Penyinaran dengan sinar-X
3. Jarak antara gen-gen yang berangkai
Makin jauh letak satu gen dengan gen lainnya, maka makin besar kemungkinan terjadi pindah
silang.

2.2 Mekanisme Berangkai dan Pindah Silang pada Alel

1. Pindah Silang

Peristiwa pindah silang umum terjadi pada setiap gametogenesis (peristiwa pembentukan
gamet) pada kebanyakan makhluk hidup, seperti tumbuhan, hewan dan manusia.

Pindah silang terjadi ketika meiosis I (akhir profase I atau permulaan metafase I), yaitu ketika
kromosom telah mengganda menjadi dua kromatid. Pada waktu kromosom-kromosom
hendak memisah (yaitu pada anafase I), kromatid-kromatid yang bersilang itu melekat dan
putus dibagian kiasma, kemudian tiap potongan itu melekat pada kromatid sebelahnya secara
timbal balik. Berhubung dengan itu gen-gen yang terletak pada bagian yang pindah itu akan
berpindah pula tempatnya ke kromatid sebelahnya (homolognya).

Jadi Pindah silang Kejadiannya berlangsung pada tahap akhir profase dan metaphase pada
pembelahan meiosis I. Tempat persilangangan 2 kromatid disebut chiasma. Kromatid-
kromatid yang bersilangan itu akan melekat dan putus di bagian chiasma, kemudia tiap
potongan akan melekat pada kromatid sebelahnya secara timbal balik.
Gambar 1

Proses Pindah Silang pada Profase-Meiosis 1

Gambar 2

Pindah Silang dan recombinasi selama meiosis

Pindah silang terjadi pasca duplikasi kromosom


Pada profase I meiosis kedua kromosom homolog akan mengalami duplikasi menjadi empat
buah kromatid. Selanjutnya, keempat kromatid ini akan membentuk sinapsis yang dinamakan
tetrad. Pada saat terbentuknya konfigurasi tetrad inilah pindah silang terjadi.

Bukti bahwa pindah silang terjadi sesudah kromosom homolog mengalami duplikasi
diperoleh dari hasil analisis genetik pada percobaan menggunakan kapang Neurospora
crassa. Kapang ini sangat cocok untuk keperluan analisis genetik terutama karena dalam fase
reproduksi aseksualnya terdapat askosopra haploid yang akan mengalami pembelahan mitosis
sehingga berkecambah dan tumbuh menjadi miselium multisel yang juga haploid. Dengan
adanya miselium haploid inilah, keberadaan gen-gen resesif dapat dideteksi karena
ekspresinya tidak tertutup oleh gen dominan.
Pada gambar 5.2 a) Pindah silang terjadi sebelum kromosom mengalami duplikasi. Ternyata
dilihat dari kedelapan askospora hasil pembelahan mitosis gamet dapat dipastikan bahwa
keempat gamet yang dihasilkan seluruhnya merupakan gamet tipe rekombinasi atau sama
sekali tidak ada gamet tipe parental. Hal ini jelas sesuatu yang tidak mungkin terjadi karena
dari penjelasan sebelumnya kita mengetahui bahwa persentase gamet tipe rekombinasi
berkisar dari 0 hingga 50%.

Sebaliknya, pada Gambar 5.2.b) pindah silang terjadi sesudah kromosom mengalami
duplikasi. Tampak bahwa kedelapan askospora yang terbentuk terdiri atas dua macam, yaitu
askospora yang berasal dari gamet tipe parental dan askosopra yang berasal dari gamet tipe
rekombinasi. Di antara askospora tipe parental masih dapat dibedakan lagi askopora dari
parental pertama (AB) dengan askospora dari parental kedua (ab). Oleh karena kemungkinan
pada Gambar 5.2.b) ini masuk akal, maka dapat disimpulkan bahwa pindah silang terjadi
setelah kromosom mengalami duplikasi.

Macam macam pindah silang :

1. Pindah Silang Tunggal terjadi pada satu tempat. Terbentuk 4 gen, 2 tipe parental dan
2 tipe rekombinan . Tipe parental terbentuk lebih banyak dibandingkan dengan tipe
rekombinan.
2. Pindah Silang Ganda terjadi pada dua tempat. Terjadi pada dua en yang berangkai
maka terjadi pindah ssilang ganda yang akan nampak dalam fenotip. gen yang
terbentuk dapat tipe perental, rekombinan atau keduanya.

Nilai pindah silang (prosentase rekombinasi) adalah angka yang menunjukkan


besarnya prosentase kombinasi baru yang dihasilkan oleh pindah silang. Rumusnya
adalah sebagai berikut :

Jumlah individu tipe rekombinasi

Nps = X 100%

Jumlah individu seluruhnya


1. Berangkai.

Dua Gen Berangkai

Adanya perbedaan jumlah di antara macam gamet yang terbentuk tersebut disebabkan oleh
kecenderungan gen-gen berangkai untuk selalu berada bersama-sama. Jadi, kalau gen-gen
yang berangkai adalah sesama dominan dan sesama resesif, maka gamet yang mengandung
gen-gen dominan dan gamet yang mengandung gen-gen resesif akan dijumpai lebih banyak
daripada gamet dengan kombinasi gen dominan-resesif. Demikian pula, dalam keadaan gen
dominan berangkai dengan gen resesif, gamet yang mengandung kombinasi gen dominan-
resesif akan lebih banyak jumlahnya daripada gamet dengan kandungan gen sesama dominan
dan sesama resesif.

Tiga Gen Berangkai

Di antara tiga buah gen berangkai, misalnya gen-gen dengan urutan AB-C, dapat terjadi tiga
kemungkinan pindah silang. Pertama, pindah silang terjadi antara A dan B atau pindah silang
pada interval I. Ke dua, pindah silang terjadi antara B dan C atau pindah silang pada interval
II. Ke tiga, pindah silang terjadi antara A dan B sekaligus antara B dan C. Kemungkinan yang
terakhir ini dinamakan pindah silang ganda (double crossing over).

Sesuai dengan banyaknya macam pindah silang yang terjadi, gamet tipe rekombinasi yang
dihasilkan ada tiga macam, yaitu gamet tipe rekombinasi hasil pindah silang pada interval I,
gamet tipe rekombinasi hasil pindah silang pada interval II, dan gamet tipe rekombinasi hasil
pindah silang ganda

Ada dua macam susunan berangkai (baik berangkai sempurna maupun


berangkai tidak sempurna), yaitu :

1. Berangkai secara coupling phase dengan susunan SIS (CIS) yaitu apabila gen-gen
dominan berangkai-berangkai pada suatu kromosom, sedangkan alel-alelnya yang
resesif berangkai pada kromosom homolog. Genotip yang umum digunakan adalah
AB

Ab

Letak gen-gen tersebut boleh bolak-balik dan ada dominansi.

Berangkai sempurna secara coupling phase susunan cis

Contoh persilangan pada lalat Drosophila melanogaster dengan gen-gen sebagai berikut :

C adalah gen yang menentukan sayap normal


c adalah gen yang menentukan sayap keriput

S adalah gen yang menentukan thorax polos (normal)

s adalah gen yang menentukan thorax bergaris

Gen-gen tersebut terdapat di autosom.

P CS x cs

CS cs

(sayap normal, (sayap keriput,

thorax normal) thorax bergaris)

Gamet CS cs

F1 CS

cs

(sayap normal, thorax normal)

(F1 x F1)

Gamet CS CS

cs cs

F2

1. CS sayap normal, thorax normal

CS

1. CS sayap normal, thorax normal

cs

1. cs sayap normal, thorax normal

CS
1. cs sayap keriput, thorax bergaris

Cs

Perbandingan fenotip = 3 sayap normal : 1 thorax bergaris

(Bandingkan dengan pewarisan Mendel dihibrid dominansi penuh)

1. Berangkai secara repulsion phase dengan susunan TRANS yaitu apabila gen dominan
berangkai pada satu kromosom dengan gen resesif dari agen yang bukan alelnya,
sedangkan alel resesif dari gen yang disebut peratma tadi berangkai pada kromosom
homolognya dengan alel dominan dari gen yang disebut kedua. Genotip umum yang
digunakan adalah Ab

Ab

Letak gen-gen tersebut boleh bolak-balik dan ada dominansi.

Berangkai sempurna secara repulsion phase susunan trans

Contoh persilangan pada lalat Drosophila melanogaster dengan gen-gen yang berangkai
sempurna secara repulsion phase susunan trans adalah sebagai berikut :

P Cs x cS

Cs cS

(sayap normal, (sayap keriput,

thorax normal) thorax bergaris)

Gamet CS cs

F1 Cs

cS

(sayap normal, thorax normal)


(F1 x F1)

Gamet Cs Cs

cS cS

F2

1. Cs sayap normal, thorax bergaris

Cs

1. Cs sayap normal, thorax normal

cS

1. cS sayap normal, thorax normal

Cs

1. cS sayap keriput, thorax normal

cS

Perbandingan fenotip :

1 sayap normal, thorax bergaris : 2 sayap normal, thorax normal : 1 sayap keriput, thorax
normal

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pindah silang terjadi ketika meiosis I (akhir profase I atau permulaan metafase I), yaitu ketika
kromosom telah mengganda menjadi dua kromatid. Pindah silang berlangsung pada tahap
akhir profase dan metaphase pada pembelahan meiosis I. Tempat persilangangan 2 kromatid
disebut chiasma. Kromatid-kromatid yang bersilangan itu akan melekat dan putus di bagian
chiasma, kemudia tiap potongan akan melekat pada kromatid sebelahnya secara timbal balik.
DAFTAR PUSTAKA

Fera, Rezqi. 2009. Berangkai dan Pindah Silang.


http://fheeyraredzqiiy.wordpress.com/2009/12/08/berangkai-dan-pindah-silang/. Diakses
pada tanggal 05 Desember 2011. Pukul 09.35 WIB.

Muhaimin. 2010. Cross Over. Http://www.muhaimin.blogspot.com/2010/cross-over.html.


Diakses pada tanggal 04 Desember. Pukul 19.10 WIB.

Saraswati, Srikandhi. 2011. The Genetic Review.


http://dc345.4shared.com/doc/060Z6T0y/preview.html. Diakses Pada tanggal 04 Desember
2011. Pukul 20.05 WIB.

Suryanti, Ari. 2007. Berangkai dan Pindah Silang.


http://dysasaja.blogspot.com/2011/08/genetic-review.html. Diakses pada tanggal 05
Desember 2011. Pukul 11.10 WIB.

Filed under: Uncategorized


RSS feed for comments on this post
TrackBack URI

No comments

Leave a Reply

Name (required)

Mail (will not be published)

Website

CAPTCHA Code*

Type and h

Motto

Hidup Untuk Cita Dan Cinta

Recent Posts

Kunjungan KUD Batu KERTAS Kedokteran Hewan


Seminar Creativepreneurship INFOKOM Kedokteran Hewan UB
Perangkat Replikasi
PARKIT 1 MENDAPAT SOROTAN POSITIF DARI BERBAGAI KALANGAN
IMUNOHISTOKIMIA

Archives

May 2013
June 2012
Time Is Money
May 2013
S M T W T F S
Jun
1 2 3 4
5 6 7 8 9 10 11
12 13 14 15 16 17 18
19 20 21 22 23 24 25
26 27 28 29 30 31
Recent Comments

aYfnTIAsAZ on Aliran Darah Dalam Sistem Sirkulasi di Tubuh Manusia


BOWLbYwdxA on Aliran Darah Dalam Sistem Sirkulasi di Tubuh Manusia
XafQDLioEP on Aliran Darah Dalam Sistem Sirkulasi di Tubuh Manusia
Anna Zukiaturrahmah on Aliran Darah Dalam Sistem Sirkulasi di Tubuh Manusia
Biblio Globus on Aliran Darah Dalam Sistem Sirkulasi di Tubuh Manusia

Categories

Uncategorized

Meta

Register
Log in
Entries RSS
Comments RSS
WordPress.org

Who's Online

2016 Anna Zukiaturrahmah.


Theme by Adazing

Laporan Genetika Dasar crossing over


I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pindah silang adalah proses yang menyebabkan bagian kromosom homolog saling bertukar,
menghasilkan rekombinasi baru gen-gen pada kromosom yang sama. Pindah silang dan asortasi
bebas merupakan mekanisme untuk menghasilkan kombinasi baru gen. Seleksi alam kemudian
bertindak untuk melestarikan kombinasi baru tersebut yang menghasilkan mahluk hidup dengan
kesesuaian maksimum, yaitu peluang maksimum pelestarian genotipe tersebut. Pindah silang
terjadi sewaktu sinapsis kromosom homolog pada profase I (zigoten dan pakhiten) meiosis.

Sebelumnya kita harus memahami bahwa lokasi gen pada kromosom disebut lokus yang tersusun
dalam sekuen linier. Lokus juga berarti lokasi serangkaian gen yang berurutan dengan fungsi yang
berkaitan. Kedua alel pada suatu gen heterozigot menempati posisi yang sama dalam kromosom
homolog, yaitu alel A pada kromosom homolog yang satu dan alel a menempati posisi yang sama
pada kromosomhomolog yang lainnya. Pindah silang terjadi pada tahap tedtrad sesudah replikasi
kromosom sewaktu interfase, yaitu sesudah kromosom mengganda sehingga terdapat empat
kromatid untuk setiap kromosom homolog. Pindah silang melibatkan pematahan masing-masing
kedua kromosom homolog (kromatid) dan patahan tersebut saling bertukaran. Peluang terjadinya
pindah silang diantara dua lokus meningkat dengan meningkatnya jarak antara dua lokus tersebut
pada kromosom.

Tujuan

1. Memahami dasar genetika pindah silang (crossing over)sebagai mekanisme penting dalam kombinasi
baru gen,

2. Melakukan simulasi berbagai bentuk pindah silang


II. TINJAUAN PUSTAKA

Peristiwa pindah silang umum terjadi pada setiap gametogenesis pada semua mahluk hidup. Pindah
silang ialah proses penukaran segmen dari kromatid, terjadi antara kromatid yang bukan
pasangannya dari kromosom homolong dan berlangsung pada saat kromosom mengganda menjadi
2 kromatid berpasangan (bersinapsis) dan yang homolog bergandeng pada bidang ekuator.
Kejadiannya berlangsung pada tahap akhir profase dan metaphase pada pembelahan meiosis I.
Tempat persilangangan 2 kromatid disebut chiasma. Kromatid-kromatid yang bersilangan itu akan
melekat dan putus di bagian chiasma, kemudia tiap potongan akan melekat pada kromatid
sebelahnya secara timbal balik. (Didjosepoetro, 1974 )

Akibat pindah silang adalah tertukarnya materi kromosom. Pindah silang dibedakan atas :

1. Pindah silang tunggal ialah pindah silang yang terjadi pada satu tempat dan menyebabkan
terbentuknya 4 macam gamet, yaitu CF dan cf yang disebut tipe gamet tetua/tipe parental karena
memiliki gen seperti yang dimiliki induk/parentalnya dan Cf dan cF yang disebut tipe gamet
rekombinasi karena merupakan gamet tipe baru sebagai hasil adalanya pindah silang. Gamet tipe
parental dibentuk dalam jumlah yang lebih banyak karena tidak mengalami gangguan pindah silang
sedangkan gamet tipe rekombinasi dibentuk lebih sedikit. Akibatnya keturunan yang mempunyai
sifat seperti parental selalu berjumlah lebih banyak dibandingkan dengan keturunan tipe
rekombinasi (lihat gambar).

Gambar Proses pindah silang tunggal

Jika individu hasil pindah silang ini ditestcross (disilangkan dengan ccff) maka hasil persilangannya
adalah 79,4 & fenotipe tetua dan 20,6 % fenotip rekombinasi

2. Pindah silang ganda ialah pindah silang yang terjadi di dua tempat (double crossing over).
Biasanya terjadi pada 3 buah gen yang berangkai pada satu kromosom (lihat gambar).
Gambar Proses pindah silang ganda

(Nio, 1990 )

Pindah silang ganda dua faktor


1. Pindah silang ganda dua strand terjadi bila kedua pindah silang melibatkan dua kromatid yang sama

2. Pindah silang ganda tiga strand terjadi bila pindah silang yang kedua melibatkan satu kromatid yang
sama dengan pindah silang yang pertama dan kromatid tersebut berpindah silang dengan kromatid
ketiga.

3. Pindah silang ganda empat strand terjadi bila pindah silang pertama dan pindah silang kedua
melibatkan pasangan kromatid yang berbeda. (Suryo.1984 )

Gen-gen yang terletak pada kromosom yang sama cenderung untuk tetap bersama (berpautan)
waktu diwariskan kepada turunannya. Pindah silang terjadi antara kromatid pada sebuah tetrad
yang melibatkan dua atau lebih kromatid. Peristiwa pindah silang menghasilkan kombinasi baru
(rekombinasi) gen, yang berlainan dengan susunan gen pada induk. Apabila jarak antara dua atau
lebih gen yang berpautan itu panjang maka kemungkinan terjadinya pindah silang pun menjadi
besar. Selain itu pula pindah silang pada kromosom yang panjang, dapat terjadi sekali (tunggal) atau
ganda. (Ayala and Kiger, 1984)
Faktor yang mendasari pindah silang adalah jarak antar gen. Karena , jarak ini mempengaruhi
kemampuan suatu gen untuk saling berpindah tempat dengan alel pada gamet diseberangnya.
Suhu yang ekstrim pun merupakan faktor dari pindah silang karena suhu tinggi atau rendah
mempengaruhi meiosis dan juga mempengaruhi rekombinan . Penggunaan bahan kimia atau radiasi
dapat meningkatkan pindah silang. Dan juga kontrol gen, beberapa lokus gen telah diidentifikasi
meningkatkan atau menurunkan frekuensi rekombinan. Beberapa lokus ini mempengaruhi pada
waktu kromosom berpasangan ketika meiosis, yang lainnya sesudah kromosom berpasangan. (
Anonim A. 2009 )

III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan

Pindah Silang Tunggal

Gambar Keterangan
Pp x Mm

Pindah Silang Ganda

Gambar Keterangan
3.2 Pembahasan

Pindah silang adalah proses yang menyebabkan bagian kromosom homolog saling bertukar,
menghasilkan rekombinasi baru gen-gen pada kromosom yang sama. Terjadinya segregasi dan
rekombinasi dua buah gen berangkai tidak lain karena mereka mengalami peristiwa yang dinamakan
pindah silang (crossing over), yaitu pertukaran materi genetik (gen) di antara kromosom-kromosom
homolog. Dari pengertian pindah silang tersebut kita dapat menyederhanakan batasan tentang
gamet tipe parental dan gamet tipe rekombinasi. gamet tipe parental adalah gamet dengan susunan
gen yang sama dengan susunan gen pada individu, sedang gamet tipe rekombinasi adalah gamet
yang susunan gennya merupakan rekombinasi susunan gen pada individu. gamet tipe parental
adalah gamet bukan hasil pindah silang, sedang gamet tipe rekombinasi adalah gamet hasil pindah
silang.

Peristiwa pindah silang, bersama-sama dengan pemilihan bebas (hukum Mendel II), merupakan
mekanisme penting yang mendasari pembentukan keanekaragaman genetik karena kedua-duanya
akan menghasilkan kombinasi baru di antara gen-gen yang terdapat pada individu sebelumnya.
Selanjutnya, seleksi alam akan bekerja untuk mempertahankan genotipe-genotipe dengan
kombinasi gen yang adaptif saja. Oleh karena itulah, banyak ilmuwan yang menganggap bahwa
pindah silang dan pemilihan bebas sangat penting bagi berlangsungnya proses evolusi.

Pindah silang terjadi pascaduplikasi kromosom

Pada profase I meiosis kedua kromosom homolog akan mengalami duplikasi menjadi empat buah
kromatid Selanjutnya, keempat kromatid ini akan membentuk sinapsis yang dinamakan tetrad. Pada
saat terbentuknya konfigurasi tetrad inilah pindah silang terjadi.

Bukti bahwa pindah silang terjadi sesudah kromosom homolog mengalami duplikasi diperoleh dari
hasil analisis genetik pada percobaan menggunakan kapang Neurospora crassa. Kapang ini sangat
cocok untuk keperluan analisis genetik terutama karena dalam fase reproduksi aseksualnya terdapat
askosopra haploid yang akan mengalami pembelahan mitosis sehingga berkecambah dan tumbuh
menjadi miselium multisel yang juga haploid. Dengan adanya miselium haploid inilah, keberadaan
gen-gen resesif dapat dideteksi karena ekspresinya tidak tertutup oleh gen dominan.

Secara skema bukti yang menujukkan bahwa pindah silang terjadi pascaduplikasi kromosom dapat
dilihat pada Gambar di bawah ini.

Pola askus
A b 100%

A B
A b A b A b

a b

a B a B a B

a B

Meiosis I
Meiosis II,

Mitosis

a)
Pola askus

parental

A B A B A B

A B A B
A b A b rekombinasi

a b

a b a B a B

a b a b a b

parental

Meiosis I
Meiosis II,

Mitosis

b)
Gambar. Hasil pindah silang dilihat dari pola askus pada

Neurospora crassa

Pada Gambar a pindah silang terjadi sebelum kromosom mengalami duplikasi. Ternyata dilihat
dari kedelapan askospora hasil pembelahan mitosis gamet dapat dipastikan bahwa keempat gamet
yang dihasilkan seluruhnya merupakan gamet tipe rekombinasi atau sama sekali tidak ada gamet
tipe parental. Sebaliknya, pada Gambar b pindah silang terjadi sesudah kromosom mengalami
duplikasi. Tampak bahwa kedelapan askospora yang terbentuk terdiri atas dua macam, yaitu
askospora yang berasal dari gamet tipe parental dan askosopra yang berasal dari gamet tipe
rekombinasi. Di antara askospora tipe parental masih dapat dibedakan lagi askopora dari parental
pertama (AB) dengan askospora dari parental kedua (ab). Oleh karena kemungkinan pada Gambar b
ini masuk akal, maka dapat disimpulkan bahwa pindah silang terjadi setelah kromosom mengalami
duplikasi.

Persentase pindah silang menggambarkan jarak antara dua gen berangkai

Peristiwa pindah silang akan menyebabkan terbentuknya gamet tipe rekombinasi, gamet tipe
rekombinasi merupakan gamet hasil pindah silang. Sementara itu, persentase gamet tipe
rekombinasi sampai dengan batas tertentu (lebih kurang 20%) memperlihatkan korelasi positif
dengan jarak fisik antara dua gen berangkai. Dengan demikian, besarnya persentase pindah silang
juga menggambarkan jarak fisik antara dua gen berangkai.

Tiga Gen Berangkai

Di antara tiga buah gen berangkai, misalnya gen-gen dengan urutan A-B-C, dapat terjadi tiga
kemungkinan pindah silang. Pertama, pindah silang terjadi antara A dan B atau pindah silang pada
interval I. Ke dua, pindah silang terjadi antara B dan C atau pindah silang pada interval II. Ke tiga,
pindah silang terjadi antara A dan B sekaligus antara B dan C. Kemungkinan yang terakhir ini
dinamakan pindah silang ganda (double crossing over).

Sesuai dengan banyaknya macam pindah silang yang terjadi, gamet tipe rekombinasi yang
dihasilkan ada tiga macam, yaitu gamet tipe rekombinasi hasil pindah silang pada interval I, gamet
tipe rekombinasi hasil pindah silang pada interval II, dan gamet tipe rekombinasi hasil pindah silang
ganda. Kalau kita misalkan bahwa kedudukan ketiga gen berangkai tersebut seperti pada Gambar C,
maka gamet tipe rekombinasi yang dihasilkan adalah Abc dan aBC (hasil pindah silang I), ABc dan
abC (hasil pindah silang II), serta AbC dan aBc (hasil pindah silang ganda). Selain itu, ada juga gamet
tipe parental, yaitu ABC dan abc.
A B
C

a b
c

interval I interval II

A B
C

A B
C

a b
c

a b
c

A B
C

A b C

a
B c
a b
c

Gambar C Pindah silang di antara tiga gen berangkai

Dari delapan macam gamet yang dihasilkan tersebut, gamet tipe parental dengan sendirinya
paling besar persentasenya, sedang gamet yang paling kecil persentasenya adalah gamet tipe
rekombinasi hasil pindah silang ganda.

Faktor yang mendasari pindah silang adalah jarak antar gen. Karena , jarak ini mempengaruhi
kemampuan suatu gen untuk saling berpindah tempat dengan alel pada gamet diseberangnya.
Suhu yang ekstrim pun merupakan faktor dari pindah silang karena suhu tinggi atau rendah
mempengaruhi meiosis dan juga mempengaruhi rekombinan . Penggunaan bahan kimia atau radiasi
dapat meningkatkan pindah silang. Dan juga kontrol gen, beberapa lokus gen telah diidentifikasi
meningkatkan atau menurunkan frekuensi rekombinan. Beberapa lokus ini mempengaruhi pada
waktu kromosom berpasangan ketika meiosis, yang lainnya sesudah kromosom berpasangan.

Pada praktikum yang dilakukan banyaknya tipe pindah silang yang di lakukan adalah 2 tipe, adalah
pindah silang tunggal dan pindah silang ganda.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim A. 2009. Pindah Silang. http://id.wikipedia.org/wiki/Pindah_silang

Ayala, F.J. and Kiger, J.A. (1984). Modern Genetics. 2nd ed. Menlo Park: The Benjamin/Cunning
Publ.Co.,Inc.

Didjosepoetro.1974. Pengantar Genitika. Jakarta : DeptDikBud


Nio,Tjan kwiauw. 1990. Genetika Dasar. Bandung : ITB Press

Suryo. 1984. Genetika.Yogyakarta : UGM Press


IV. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari praktikum yang dilakukan adalah

1. Pindah Silang adalah peristiwa bertukarnya bagian berkas kromatid dengan bagian berkas kromatid
lain dari kromosom yang homolog.

2. Pindah silang terbagi menjadi 2 yaitu pindah silang tunggal dan pindah silang ganda.

3. Faktor yang mendasari pindah silang yaitu jarak antar gen, suhu yang ekstrim, penggunaan bahan
kimia atau radiasi, dan juga kontrol gen.

Pautan dan Pindah Silang

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Teori kromosom dari T. Boveri dan W.S. Sutton (1903) menyatakan bahwa kromosom
adalah bagian dari sel yang membawa gen-gen dan gen-gen ini selama meise mempunyai
kelakuan berdasarkan prinsip-prinsip Mendel, yaitu memisahkan secara bebes. Akan tetepi
prinsipMendel ini hanya berlaku apabila gen-gen letaknya lepas satu sama lain dalam
kromosom (Gb. X-1).
A A B
A a b
B
b
Gambar 1: gen-gen a,B,b letaknya lepas satu sama lainnya dalam kromosom (I).
Pada lalat buah drosophila sampai sekarang telah diketahui kira-kira 5000 gen,
sedangkan lalat ini hanya memiliki 4 pasang kromosom saja, yang sepasang bahkan kecil
sekali menyerupai dua buah titik. Berhubung dengan itu, maka pada sebuah kromosom tidak
terdapat sebuah gen saja melainkan puluhan bahkan ratusan gen-gen. Peristiwa bahwa
beberapa gen bukan alel terdapat pada suatu kromosom yang sama dinamakan berangkai
(dalam bahasa inggris: "linkage"). Gen-gennya dinamakan gen-gen terangkai.
Orang ke dua yang sangat berjasa dalam ilmu Genetika setelah Mendel ialah Thomas
Hunt Morgan (1866-1945). Morgan dan kawan-kawan lama sekali mengadakan penelitian
pada lalat Drosophil dan akhirnya dinyatakan bahwa gen-gen alel-alelnya yang terletak pada
sepasang kromosom homolok berkelompok, yang dinamakan kelompok berangkai (dalam
bahasa inggris: linkage group). Dari hasil penyelidikan pada berbagai macam makhluk
lainnya dapat diambil kesimpulan bahwa banyaknya kelompok berangkai pada suatu individu
itu ekuivalen dengan jumlah kromosom haploid dari individu yang bersangkutan .Misalnya
pada jagung (Zea mays, n=10) terdapat 10 kelompok berangkai, pada ercis (Pisum sativun,
n=7) terdapat 7 kelompok berangkai, pada lalat Drosophi (n= 4) terdapat 4 kelompok
berangkai, pada manusia (n= 23) terdapat 23 kelompok berangkai.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PAUTAN DAN PINDAH SILANG
Drosophila hanya mempunyai 4 pasang kromosom, kacang ercis hanya mempunyai
7 pasang, manusia hanya mempunyai 23 pasang kromosom dan demikian pula spesies lain
mempunyai jumlah pasangan kromosom yang terbatas. Tetapi jumlah gen pada kebanyakan
organisme dapat berpuluh-puluh, beratus-ratus, bahkan beribu-ribu, dan melebihi
jumlah pasangan kromosom yang jarang sekali mencapai 100 buah. Semua gen
bertempat pada kromosom, jadi setiap kromosom harus mengandung banyak gen-gen.
sedangkan gen-gen yang terletak pada kromosom yang sama itu tidak diturunkan secara
bebas, karena yang bersegregasi secara bebas. pada meiosis ialah kromosom yang utuh.
maka hanya gen-gen yang terletak pada kromosom-krornosom yang berlainanlah yang
dapat bersegregasi secara bebas.
Pada waktu Mendel mengadakan penyilangan dihibrida dan merumuskan hukumnya
yang ke II, ia sama sekali belum mengetahui apa-apa tentang adanya kromosom. Kebetulan
pula kedua pasang gen yang dipakai dalam eksperimennya itu masing-masing terletak pada
2 kromosom yang berlainan. Andaikan kedua pasang sifat yang digunakannya itu tidak
terletak pada kromosom yang berlainan, melainkan melainkan pada satu kromosom yang
sama, maka Mendel pasti tidak akan memperoleh rasio fenotipik : 9 : 3 : 3 : I pada F2, dan
hukum Pemisahan Bebas sudah tentu tidak berraku. Hal ini dapat dimengerti mengingat
bahwa 2 gen yang terletak pada kromospm yang sama, tidak dapat bersegregasi dengan bebas
dan cenderung untuk dituurnkan bersama. Dikatakan bahwa antara kedua gen tersebut ada
pautan (ulinkage"). Kekuatan pautan ini tergantung dari jarak antara gen-gen pautan itu.
Umpama : gen-gen A, B dan C dengan jarak sebagai berikut : terletak pada
kromosom yang sama dengan jarak sebagai berikut:
A B
C
Maka kekuatan pautan antara A - B iarah 2 kali lebih erat dari pada B - C, dan 3x
lebih erat dari pada A-C. Penemuan oleh Morgan ini menyebabkan timbulnya teori
susunan linier dari gen pada kromosom dan konstruksi pada peta genetik atau peta pautan.
Untuk mengetahui ada atau tidaknya pautan antara 2 gen, harus diadakan percobaan
uji silang, yaitu suatu persilangan yang menggunakan genotipe yang homozigotik resesif.
Bila kedua gen tersebut memang terpaut satu dengan yang lain maka rekombinasi parental
pasti melampaui 50%, sedangkan rekombinasi akan lebih kecil dari 50% dari hasil total.
Besar persentase rekombinasi menunukkan kuat lemahnya pautan antara gen-gen pada
kromosom yang sama, sehingga menunjukkan pula jarak antara kedua gen tersebut.
rekombinasi antara gen-gen dapat terjadi karena adanya pindah silang yang diikuti oleh
patahnya dan melekatnya kembali kromatida-kromatida sewaktu profase dalam
pembelahan meiosis.
Untuk mengetahui apakah dua gen terletak pada satu kromos yang sama, rnarilah
kita lihat contoh rlji silang yang berikut ini : pada jagung, biji yang berwarna disebabkan
oleh adanya gen c yang dominan terhadap c yang menyebabkan biji tak berwarna. Biji yang
tak keriput disebabkan karena adanya gen S yang dominan terhadap biji keriput, s
varietas jagung yang bijinya berwarna dan tak keriput disilangkan dengan varietas yang tak
berwarna dan keriput. Kemudian Fl-nya diuji silang.
Pautan pindah silang antara kromosom-kromosom jagung yang membawa gen-gen
untuk biji berwarna dan tak berwarna, keriput dan tak keriput.
Kita perhatikan selanjutnya rasio fenotipik F2 (Gambar 1).
Fcnotipe F2 : berwarna, tak keriput 4.032

tak berwarna, keriput 4.035

berwarna, keriput 149

tak berwarna, tak keriput 152


Jumlah 8.368

-
C S
Rasio fenotipe F2 menunjukkan bahwa kombinasi parental berwarna, tak keriput
dan tak berwarna, keriput), jauh lebih besar
jumlahnya dibandingkan dengan rekombinasi (berwarna, keriput dan tak berwarna, tak
keriput). Bila c dan s tak terpaut satu dengan yang lain (bebas; maka hasil uji
silang seharusnya memberikan rasio fenotifik I : I : 1 : I atau Kombinasi parental =
Rekombinasi = 50% tetapi dalam hal ini:
c s

Kombinasi parental : 4,032

c s

c s

4,035

8,067 ialah 8,067/8,368 100% = 96,4%


c s

Rekombinasi C S 149

c s

c s 152

301 ialah 301/8,368 100% = 3,6%


Kombinasi parental lebih besar dari 50%, berarti bahwa gen c dan s terletak pada satu
kromosom yang sama, demikian pula c dan s. Rekombinasi sebanyak 36% menunjukkan
frekuensi pindah silang antara kromatid-kromarid yang terjadi pada waktu pembelahan
meiosis.
Dalam penggambaran peta genetis, l% rekombinasi disamakan dengan 1 unit peta atau
1 Morgan jadi Rekombinasi 3,6% yang didapat tadi menunjukkan bahwa jarak antara kedua
gen c dan s ialah 3,6 satuan peta.
C S
3,6 s-p
Dengan menguji silang sifat-sifar baru yang ditemukan dengan sifat-sifat yang sudah
diketahui rbtaknya pada kromosom, maka dapAt dikonstruksi peta genetik atau peta pautan
suatu organisme. Ternyata jarak yang didapatkan dari persen rekombinasi tidak selalu cocok
dengan jarak yang sebenarnya dari gen-gen pada peta sitologis Ini disebabkan oleh
beberapa hal, antara lain : pada daerah-daerah dekat contromer dan ujung-ujung dari
kromosom kurang terjadi crossing over dibandingkan dengan daerah-daerah ditengah-
tengah lengan. Pada Drosophila janatan sama sekali tak terjadi crossing over, yang sebab-
sebabnya tak diketahui, sedangkan pada hewan-hewan jantin lainnya terjadi seperti pada
yang betina.
Orang ke dua yang sangat berjasa dalam ilmu Genetika setelah Mendel ialah Thomas Hunt
Morgan (1866-1945). Morgan dan kawan-kawan lama sekali mengadakan penelitian pada
lalat Drosophil dan akhirnya dinyatakan bahwa gen-gen alel-alelnya yang terletak pada
sepasang kromosom homolok berkelompok, yang dinamakan kelompok berangkai (dalam
bahasa inggris: linkage group). Dari hasil penyelidikan pada berbagai macam makhluk
lainnya dapat diambil kesimpulan bahwa banyaknya kelompok berangkai pada suatu individu
itu ekuivalen dengan jumlah kromosom haploid dari individu yang bersangkutan .Misalnya
pada jagung (Zea mays, n=10) terdapat 10 kelompok berangkai, pada ercis (Pisum sativun,
n=7) terdapat 7 kelompok berangkai, pada lalat Drosophi (n= 4) terdapat 4 kelompok
berangkai, pada manusia (n= 23) terdapat 23 kelompok berangkai
Peristiwa berangkai tumbuh-tumbuhan unyuk pertama kali diketahui oleh G.N. couinl
dan J.H. Kelompok dalam tahun 1911 pada tanaman jagung. Dikatakan bahwa gen (wx)
untuk ,endosperm berlilin itu terangkai dengan gen (c) untuk warna aleuron (lapisan sel
terluar dari endosperm). Kemudian diketahui bahwa pada makhluk lain (termasuk manusia)
dapat dijumpai adanya peristiwa berangkai.
Untuk membedakan apakah gen-gen letaknya terpisah ataukah terangkai pada
kromosom yang sama, maka diadakan perbedaan dalam Cara penulisan genotip suatu
individu. Marilah kita ambil sebagai contoh suatu dihibrid dengan menggunakan pasangan
gen A dengan a dan B dengan b.
Apabila gen-gen tersebut letaknya terpisah (artinya tidak terangkai ), sehingga
memisah secara bebas diwaktu meiose, maka genotip dihibrid itu ditulis seperti yang lazim
kita kenal, yaiti AaBb.
Akan tetapi andikan gen-gen itu terangkai, maka ada 2 kemungkinan:
1. Gen-gen dominan terangkai pada suatu kromosom, sedang alel-alenya
resesip terangkai pada kromosom homolognya. Ada beberapa cara untuk menulis
genotipnya, ialah: (AB)
(ab),AB/ab,AB:ab AB , AB .

ab ab
Gen-gen yang terangkai secara demikian, dikatakan bahwa gen-gen terangkai dalam
keadaan coupling phase atau gen-gen mempunyai susun sis
2. Gen dominan terangkai dengan gen resesip yang bukan alelnya pada satu kromosom,
sedang alel resesip dari gen pertama den alel dominan dari gen ke dua terangkai pada
kromosomnya homolognya. Ada beberapa cara untuk menulis genotipnya, ialah: (Ab)(aB),
Ab/aB, Ab:aB, Ab Ab .
aB aB
Gen-gen yang terangkai secara demikian, dikatakan bahwa gen-gen terangkai dalam
keadaan "repulsion phase" atua gen-gen mempunyai susunan "trans".
Sekarang yang resmi adalah cara
penulisan yang terakhir Ab .
aB

Rangkai sempurna
Apabilap gan-gen yang berdekatan satu dengan lain, maka meiose selama gen-gen
tidak mengalami perubahan letak, sehingga gen-gen itu bersema-sama menuju ke
gamet.
Contoh: pada lalat Drosophila dekenal gen-gen yang terangkai, yaitu :
Cu = gen untuk sayap normal
cu = gen untuk sayap keriput (lalat tak dapat terbang)
Sr = gen untuk dada polos (normal)
sr = SCn untuk dada bergaris-garis
Lalat dihibrid dengan fenotip sayap normal dada normal ada kemungkinan
mempunyai dua macam genotip, ialah:
Cu Sr (gen-gen terangkai dalam susunan sis)
cu sr
Cu sr (gen-gen terangkai dalam susunan trans)
Marilah kita tinjau dua kemungkinan itu

1. Gen-gen terangkai sempurna dalam susunan sis.


Misalnya lalat jantan sayap keriput dada bergaris-geiis cu
sr
cu
sr

dikawinkan dengan lalat betina sayap normal (baik sayap maupun dadanya) tetapi
heterozigotik
Cu Sr . Oleh karena gen-gennya terangkai.
cu sr
sempurna, maka lalat dihibrid F1 ini akan membentukdua macam gemet saja, ialah gemat (Cu
Sr) dan gemet (cu sr). Berhubungan dengan itu, maka apabila lalat-lalat F1 ini dibiarkan
kawin sesamanya akan didapatkan lalat-lalat F2 dengan perbandingan = 3 lalat normal : 1
lalat sayap keriput pada garis-garis (Gb. X-2). Perbandingan ini jelas menyimpang dari
prinsip mendel, sebab andaikan gen-gen itu tidak terangkai, maka perkawinan dihibrid
menghasilkan kturunan dengan perbandingan 9:3:3:1.

P X

Sayap normal Sayap keriput


Dada normal Dada bergaris-garis

F1 ( Gen-gen dalam susunan sis )

Sayap normal
Dada normal

F2
Cu Sr Cu sr cu Sr cu sr
Tidak ada Tidak ada

Cu Sr - -

Sayap Sayap
normal normal
Dada Dada
normal normal
Cu sr - - - -
Tidak ada
cu Sr - - - -
Tidak ada
cu sr

Sayap Sayap
normal keriput,
Dada dada
normal bergaris-
garis

Diagram perkawinan pada lalat Drosophila dimana gen-gen terangkai sempurna dengan
susunan sis pada dihibridnnya. Berhubung dengan itu perkawinan dihibrid menghasilkan
keturunan dengan perbandingan fenotip 3:0:0:1 atau disingkat 3:1.

2. Gen-gen terangkai sempurna dalam susunan trans


Misalnya lalat jantansayap keriput dada normal homozigotik ( ) dikawinkan

dengan lalat betina sayap normal homozigotik dada bergaris-garis ( ). Lalat lalat F1

tentunya normal ( baik sayap maupun dadanya) tetapi heterozigotik ( ). Oleh karena gen-

gennya terangkai sempurna, maka lalat dihibrid F1 ini akan membentuk dua macam gamet
saja, ialah gamet ( Cu sr ) dan gamet ( cu Sr ). Bila lalat-lalat f1 ini dibiarkan kawin
sesamanya akan didapatkan lalat-lalat F2 dengan perbandingan = 2 lalat normal : 1 lalat
sayap normal dada bergaris-garis : 1 lalat sayap keriput dada normal. Jadi disini terdapat tiga
kelas fenotip, lalat yang dobel resesif tidak dijumpai sama sekali. Perbandingan lalat-lalat F2
sebagai hasil perkawinan dihibrid inipun jelas menyimpang dari prinsip mendel.
Setelah kita mempelajari dua macam perkawinan tersebut di atas jelaslah bahwa pada
peristiwa berangkai, keturunan dari perkawinan dihibrid ternyata menyimpang dari prinsip
mendel.

P X

Sayap normal Sayap keriput


Dada bergaris-garis Dada bergaris-garis
F1 ( Gen-gen dalam susunan trans )

Sayap normal
Dada normal

F2
Cu Sr Cu sr cu Sr cu sr
Tidak ada Tidak ada

Cu Sr - - - -
Tidak ada

Cu sr - -

Sayap normal Sayap


Dada bergaris- normal
garis Dada
normal
cu Sr - -

Sayap normal Sayap


Dada normal keriput
Dada
normal
cu sr - - - -
Tidak ada
Diagram perkawinan pada lalt Drosophila dimana gen-gen terngkai sempurna dengan
susunan trans pada dihibridnya. Berhubung dengan itu perkawinan dihibrid menghasilkan
keturunan dengan perbandingan fenotip 2:1:1:0 atau 2:1:1.
Rangkai tidak sempurna
Gen-gen yang terangkai pada satu kromosom biasanya letaknya tidak berdekatan satu
dengan yang lainnya, sehingga gen-gen itu dapat mengalami perubahan letak yang
disebabkan karena ada penukaran segmen dari kromatid-kromatid pada sepasang kromosom
homolog, peristiwa mana disebut pindah silang (dalam bahasa inggris: crossing over)
Contoh: Pada tanaman ercis (Pisum sativum) dikenal gen-gen terangkai, ialah:
+ ( = Pengganti huruf besar M) = gen untuk warna ungu pada bunga
m = gen untuk warna merah pada bunga
+ (= Pengganti huruf besar B) = gen untuk serbuk sari panjang
B= gen untuk serbuk sari bulat
Tanaman ercis dihibrid tentunya mempunyai dua kemungkinan genotip:
( Gen-gen terangkai sis ) = bunga ungu, serbuk sari panjang

( Gen- gen terangkai trans ) = bunga ungu, serbuk sari panjang

1. Gen-gen terangkai tak sempurna dalam susunan cis


Misalnya tanaman ercis berbunga merah, serbuk sari bulat ( ) dikawinkan dengan

tanaman berbunga ungu, serbuk sari panjang homozigotik ( ). Tanaman F1 berbunga

ungu, serbuk sari panjang heterozigotik ( ). Jika tanaman f1 ini diujisilangkan (ditestcross),

di dapatkan sekumpulan tanaman F2 yang terdiri dari :


192 tanaman berbunga ungu, serbuk sari panjang
23 tanaman berbunga ungu, serbuk sari bulat
30 tanaman berbunga merah, serbuk sari panjang
182 tanaman berbunga merah, serbuk sari bulat
Hasil uji silang ini cukup mengherankan, karena tidak memperlihatkan
perbandingan 1:1:1:1 seperti yang lazim kita peroleh pada waktu melakukan uji silang pada
dihibrid. Ini disebabkan akibat terjadinya pindah silang gen-gennya ( yaitu gamet + + dan
gamet m b) dibentuk paling banyak, sebaliknya gamet-gamet yang gen-gennya mengalami
pindah silang ( yaitu gamet + b dan m + ) dibentuk sedikit, sehingga menghasilkan keturunan
sedikit pula.
P1 X

Ungu, panjang Merah, bulat

F1

Ungu, panjang

Uji silang : x

Ungu, panjang Merah, bulat

F2 Genotip Fenotip Banyaknya Frekuensi Tipe

Ungu, panjang 192 0,4496 Parental

Ungu, bulat 23 0,0538 Rekombinasi

Merah,

panjang 30 0,0702 Rekombinasi


Merah,

bulat 182 0,4262 Parental

Jumlah 427 1,0000

Uji silang pada tanaman ercis dihibrid, dimana gen-gen terangkai tidak sempurna dan
tersusun dalam keadaan sis. Hasil uji silang memperlihatkan perbandingan n:1:1:n.
Apabila kita perhatikan baik-baik, maka hasil ujisilang yang jumlahnya banyak, mempunyai
fenotip seperti tanaman parental. Karena itu hasil yang jumlahnya banyak dinamakan
tipe parental. Tanaman-tanaman yang jumlahnya sedikit adalah hasil adanya pindah silang
gen-gen dan tanam-tanaman ini mempunyai fenotip yang baru sama sekali, artinya fenotip ini
tidak terdapat pada tanaman parental maupun pada tanaman dihidridnya. Berhubung dengan
itu hasil uji silang yang jumlahnya sedikit sebagai akibat adanya pindah silang gen-gen
dinamakan tipe rekombinasi.
Besarnya presentasi rekombinasi pada contoh di atas = x 100% = 12,41 % . Jadi

tipe parentalnya = 100% - 12,41% = 87,59%.


Jika hasil uji silang yang jumlahnya banyak dinyatakan dengan n, sedang yang jumlahnya
sedikit dinyatakan dengan 1, maka hasil uji silang pada dihibrid dimana gen-gen nya
terangkai tak sempurna dan berada dalam keadaan sis akan memperlihatkan perbandingan
n:1:1:n.
2. Gen-gen terangkai tak sempurna dalam susunan trans
Misalnya tanaman ercis berbunga merah, serbuk sari panjang homozigotik ( ) dikawinkan

dengan tanaman berbunga ungu homozigotik, serbuk sari bulat ( ). Tanaman F1 berbunga

ungu, serbuk sari panjang heterozigotik ( ),. Jika tanaman F1 ini diuji silangkan,

Didapatkan sekumpulan tanaman F2 yang terdiri dari :


192 tanaman berbunga ungu, serbuk sari panjang
23tanaman berbunga merah, serbuk sari panjang
30 tanaman berbunga merah, serbuk sari panjang
182 tanaman berbunga merah, serbuk sari bulat
Hasil uji silang ini cukup mengherankan, karena tidak memperlihatkan perbandingan
1:1:1:1 seperti yang lazim kita peroleh pada waktu melakukan ujjisilang pada dihibrid. Ini
disebabakan akibat terjadinya pindah silang gen-gen pada tanaman dihibrid. Gamet-gamet
yang tidak mengalami pindah silang gen-gennya (yaitu gamet + + dan gamet m b) dibentuk
paling banyak, sebaliknya gamet-gamet yang gennya mengalammi pindah silang (yaitu gamet
+ b dan m+) dibentuk sedikit sehingga mengalami keturunan sedikit pula.
Gambar 2: uji silang pada tanaman ercis dihibrid, dimana gen-gen terangkai tidak sempurna
tersusun dalam keadaan sis. Hasil uji silang memperlihatkan perbandingan n:1:1:n.

2.2 DASAR SITOLOGIS PINDAII SILANG


Sewaktu pernbelahan meiosis masing-masing kromosom mengalami
duplikasi dan membentuk z kromatida; kromosom-kromosom homolog bersinapsis dan
pindah silang terjadi antara 2 kromatid yang tak sejenis. Proses yang terakhir ini meriputi
pematahan dan penyambungan kembali kedua kromatida yang pindah silang itu,
sedangkan yang dua lainnya (yang terluar) tak mengalami perubahan. Di bawah ini adalah
digambarkan pindah silang yang terjadi antara loci A dan B.

Gambar 2: Sinapsis dan Pindah Silang


2.3 PEMETAAN KROMOSOM
Peta kromosom ialah gambar skema sebuah kromosom yang dinyatakan sebagai
sebuah garis lurus dimana diperlihatkan lokus setiap gen yang terletak pada kromosom itu
sentomer dari kromosom biasanya dianggap sebagai pangkal, maka diberi tanda 0 (angka
nol). Pada lokus setiap gen dibubuhkan angka yang menunjukkan jarak antara gen itu
dengan sentromer atau jarak antara satu gen dengan yang lain (Gambar x-). Jarak itu diberi
ukuran unit dan I unit = l % pindah silang.
Misalnya pada lokus gen p tertulis angka 6,2. Ini berarti bahwa jarak antara
sentromer ke gen p ialah 6,2 unit. Pada lokus gen q tertulis.

6,2 10
0 p q
Gambar: Contoh peta kromosom
angka l0 berarti bahwa jarak antara sentromer dengan gen q ialah 10 unit. Dengan
sendirinya dapat diketahui jarak antara gen p dan q ialah 10-6,2= 3,8 unit. Jarak antara gen
p,dan gen q disebut jarak peta. peta krornosom tanpa menunjukkan letak sentromer
dinamakan peta relatipe.
Misalnya: 13 17,7 26,2
r s t
Gambar di atas memperlihatkan peta relatip. Jarak antara gen r - s : 4,7 unit; s-t =
8,5unit; r-t: 13,2 unit. Sekarang sudah dapat dibuat peta kromosom (walaupun belum
lengkap) dari lalat Droshophila tanaman tertentu seperti seperti jagung, hewan ternak dan
manusia. Saat dimulainya pembuatan peta peta kromosom dilakukan pada tahun 1920 oleh
para ahli genetika Drisophila seperti T.H Morgan, C.B. Bridges dan A.H. Strutevan.
Mernbuat peta kromosom dengan gen rangkap tiga
Di muka telah diketahui bahwa dengan menggunakan crua gen
yang rerangkai, adanya pindah s'ang ganda tidak dapat diketahui dari keturunan hasil uji
silang. Berhubung dengna itu untuk membuat peta kromosom seyogyanya kita menggunakan
gen rangkap tiga diwaktu dilakukan uji silang (dalam bahasa inggris: three-point cross).
Contohnya sebagai berikut:
Mula-mula kita mengawinkan lalat drosophila betina homozigotik untuk gen-gen
resesip cu(sayap berlekuk), sr (tubuh bergaris) dan e (tubbuh hitam) dengan lalat jantan tipe
liar (normal) homozigotik, yaitu Cu (sayap lurus), Sr (tubuh tak bergaris) dan E (tubuh
normal).
Gen-gen tersebut terdapat pada krosom no.III. lalat-lalat betina F1 (yang berbentuk
trihibrid) kemudian diuji silang dengan lalat-lalat jantan yang sama sekali reseseip, yaitu
sayap berlekuk, tubuh bergaris, tubuh hitam. hasilnya berupa lalat-lalat F2 yang dapat dilihat
pada gambar.
Setelah kita mendapatkan lalat-lalat F2 sebagai hasil ujisilang itu, kita mengambil
langkah sebagai berikut:
1) Tetapkan genotip-genotip parental dengan jalan:
a) Jika mungkin mengadakan rekonstruksi perkawinan lalat-lalat parental
b) Memperhatikan kelas fenotip yang paling banyak dalam keturunana. Akan tetapi cara ini
tidak cermat untuk

Gambar 3 : uji silang pada lalat Drosophila dengan gen rangkap tiga
Menetapkan genotip-genotip parental. Hanya berguna apabila data tentang parentalnya
tidak diketahui.
2) Tetapkanlah tipe-tipe rekombinasi yang dihasilkan oleh adanya pindah silang ganda.
Tipe-tipe ini ditandai oleh kelas-kelas fenotip yang paling sedikit.
Kemudian kita tetapkan urutan letak gen yang sebenarnya, dengan
membandingkan genotip tipe-tipe parental dengan genotip tipe-tipe rekombinan hasil pindah
silang ganda. Tentu ada satu gen yang ber beda dan gen inilah yang sebenarnya letak
ditengah. Pada contoh ini Cu Sr E dan cu sr e merupakan tipe-tipe parental. Tipe-
tipe rekombinasi hasil pindah silang ganda adalah Cu sr E dan cu Sr e. Disini nampak
bahwa letak gen sr pada tipe rekombinasi berbeda dengan pada tipe parental. Berhubung
dengan itu gen sr letaknya di tengah, yaitu diantara gen cu dan e urutan letak gen yang
benar iarah cu sr e atau e sr cu. Pada contoh ini kebetulan urutan letak gen itu sudah benar.
3) Setelah urutan letak gen yang sebenarnya diketahui, maka dicari jarak peta antara gen-gen
tersebut.
Pindah silang (disingkat: ps) antara gen cu dan sr menghasilkan kelas fenotip 3,4,7
dan 8. Jumlah tipe rekombinasi dari kelas-keias ini ialah 1O7 + 97 + I + 2 = 207. Karena itu
ps antara cu dan sr = 207/1926 = l0,7%
Ps antara gen sr dan e menghasilkan kelas fenotip 5,6,7 dan 8. Jumlah tipe
rekombinasi dari kelas-kelas ini iaiah 86 + 94 + 1+ 2 = 183.
Karena itu Ps antara sr dan e = 183/1926 = 9,50%.
Jadi : jarak antara gen cu sr = 0,75 unit
jarak antara gen sr e = 9,50 unit
4) Gambar peta kromosom relatip adalah sebagai berikut:

Cu 10,75 sr
9,50 e
Kita tidak melukiskan letak gen-gen itu sesungguhnya, karena tidak sisebutkan
tenrang letak titik 0 (sentromer), sehingga jarak salah satu gen itu dari sentromer pun tidak
diketahui. Untuk mendapatkan letak titik 0 diperlukan percobaan-percobaan dengan ribuan
macam perkawinan.
Penggunaan gen rangkap tiga ini hanya akan bermanfaat apabila letak gen satu
dengan yang terangkai tidak terlalu dekat sehingga masih dimungkinkan berlangsung pindah
silang ganda. Para ahli genetika Drosophila telah menetapkan bahwa batas minimum itu
adadalh 10 unit, jadi apabila jarak antara satu gen dengan lainnya kurang dari 10 unit, maka
tidak akan terjadi pindah silang ganda.
Biasanya untuk pembuatan peta genetis Drosophila dipergunakan three point test
cross, yang menggunakan 3 gen pada kromosom yang sama, bila jarak antara gen-gen
tersebut lebii dari l0 unit. Karena dalam hal ini dapat terjadi "double
crossing overo (Gambar 3).
Contoh :
Pada Drosophilla: b : tubuh black )
vg= sayap vestigial) pada kromsom II
cn = rnata cinnabar)
Kombinasi parental82,25% n.c.o

Lalat betina brack-cinnabar-vestigiar disirangften dengan jantan normal, kemudian Fl


betina yang heterozigotik ditest cross dengan jantan black-cinnabar-vestigial.
Hasilnya sebagai berikut + + + Normal 332
s.c.o
8,35% b---
cn

b cn vg Black-cinnabar-vestigial 326

b + + Black 35
+ cn vg Cinnabar-vestigial 31
s.c.o
8,75% Cn--
vg

b cri + Black-cinnabar 36
+ + vg vestigial 34
0,75% d.c.o

+ cn + Cinnaber 4
b + vg Black-vestigial 2
Total 800
Peta genetis beberapa mutasi yang diketahui pada kromosom X Drosophila melanogaster.
Ditunjukkan pula kolerasi antara peta genetis dan peta sitologis pada lokus-lokus tertentu.
Pindah silang ganda
Jarak antara b - cn : 8,25% + 0,75% = 9% atau 9 m.u
cn - vg : 8,75Vo + 0,75o% = 9,5% atau 9,5 m.u.
b -- vg = 9 m.u. + 9,5 m.u. = 18,5 m.u
Gambar peta: b cn vg
9 9,5
Dari hasil di atas dapat dilihat bahwa bila kita mengadakan penyilangan tanpa
menggunakan mutan cinnabar, maka jarak yang akan diperoleh ialah 17 unit dan bukan 18,5
unit, karena dideteksinya double cross_over yang sebetulnya terjadi.

2.4 KOINSIDENSI DAN INTERFERENSI


Bila dua gen letaknya sangat berdekatan, maka tak akan terjadi double crossing over
di antaranya. Dengan lain perkataan, crossing-over pada satu titik rupa-rupanya
menghalang-halangi crossing over dalam jarak tertentu pada kedua sisi. Efek penghalangan
ini disebut interferensi pada Drosophila interferens menghalangi terjadinya crossing over
yang ke-2 dalam jarak l0 unit, dan berangsur menjadi berkurang makin jauh jarak gen-
gen. Derajat kekuatan interferensi ini bervariasi : pada bermacam-macam bagian dari
kromosom yang berlainan dari spesies yang sama, dan dalam kromosom-kromosom dari
spesies yang berlainan. pada umumnya interferensi terbesar terdapat di dekat sentromer dan
pada ujung-ujung kromosom.
Derajat kekuatan interferensi ini dinyatakan dengan koefisien dari koinsidensi, jadi :
Koefisien dari Koinsidensi = D.co.yang
diamati = 0
D.c.o.yang diharapkan E
Dalam contoh diatas :
Persen crossing over antara b -- cn (+ d.c,o.) 9,00%
Persen crossing over antara cn -- vg (+ d.c.o.) 9,50%
D.c.o. yang diharapkan bila tak ada interferensi
(0,09 0,095) 0,86%
Jumlah d.g.o. yang diharapkan (E) (0,86% dari 800) 7,00
Jumlah d.c.o. yang diamati (dari data) (0) 6,00
Koefisien dari Koinsidensi 6 : 0.86.
7
Bila intererensi berkurang, koinsidensi meningkat. Konsidensi bervariasi antara 0, yang
berarti penghalangan secara total, sampai l, yang berarti tak ada penghalangan sama sekali.
Koinsidensi + Interferensi : 1,0.

2.5 PENENTUAN URUTAN GEN-GEN


Bila kita rnengadakan three-point test cross dan mendapatkan data dari fenotipe yang
diamati, masih harus kita tentukan apakah urutan gen-gen yang dipakai dalam
menggambarkan penyilangan itu sudah betul. Hal ini dapat dicek dengan mencocokkan a,
c,o dan d.c.o. yang secara berurutan memberikan data yang terbesar dan terkecil. Umpama:
Fenotipe yang diamati Jumlah individu
+ + + 30
+ + e 6
+ b + 339
+ b c 137
a + + 142
a + c 291
a b + 3
a b c 34

n.c.o. ialah , + b + 339 d.c.o. ialah: ++c 6


a+c 291 ab+ 3
Bila urutan di atas memang sudah betul maka .fenotipe d.c.o seharusnya + + + dan a b c,
tetapi nyatanya tidak; jadi posisi gen-gen harus dirubah sedemikian rupa sehingga seterah
terjadi a.o,maka gen c berada bersama-sama dengan + + , dan a b dengan +. Ini
didapatkan bira kita menukarkan a dan b, sehingga n.c.o. menjadi b + + dan t a c (fenotipe
tak berubah), dan setelah terjadi d.c.o. kedudukan gen menjadi + + c dan b a +. Data
menjadi :

b++ 339)
+ac 291) n.c.o

+++ 30)
ba c 34) s.c.o antara b-a

b+c 137)
+a+ 142) s.c.o antara a-c
+++ 6)
ba+ 3) d.c.o antara b-a-c

Contoh soal :
Pada tanaman jagung terdapat tiga gen resesif yang terletak pada satu kromosom yang
sama : va = variabie sterile; V= wirescent; dan gl= glossy. Dua tanaman homozigotik
disilangkan dan menghasilkan keturunan Fl yang semuanya normal. Hasil test cross
Fl adalah sebagai berikut; 60 virescent; 4g virescent, glossy ; 7 glossy; 270 variable ste-rile
virescent, glossy; 4 variabre sterile, virescent ; 40 variable sterile; 62 variable
stedile, glossy; 235 normal.
Pertanyaan:
a) Tentukanlah urutan gen
b) Bagaimanakah fenotipe dan genotipe parentalnya ?
c) Tentukgnlah konstitusi gen pada Fl
d) Gambarkan peta pautan dari ketiga gen tersebut.
e) hitunbglah koefisien dari koinsidensi.

Penyelesaian : Bila kita umpamakan bahwa urutan adalah va-v-gl


maka data F2 adalah :
+ v + 60.
+ v gl 48
t + gt 7
va v gl 270
va v + 4
va + + 40
va + g 162
+ + + 235

a) n.c.o , va v gl atau F1 : va v gl bila


terjadi d.c.o.
+++ +++
Hasilnya adalah : va + gl tidak cocok dengan d.c.o data.
+v+
Maka kedudukan (urutan) gen-gen tersebut harus diubah sedemikian rupa sehingga
hasil d.c.o. menjadi glossy dan variable sterile, virescent.
Bila urutan menjadi va - gl - v, maka Fl menjadi : va gl v
+++
Maka bila terjadi d.c.o. hasilnya adalah : va (fenotipe : variable sterile,
virescent dan glossy). Jadi urutan gen adalah va - gl - v.

b) Genotipe P : va gl v x + + +
va gl v +++
Fenotipe : variable sterile, x normal
Glossy, virescent

c) F1 : va gl v fenotipe : normal
+++

d) Data F2 menjadi :

v2 gl v 270
+ + + 235 nco

va + + 40
+ gl v 48 sco va - gl

Va gl + 62 sco gl - v
+ + v 60

Va + v 4
+ gl + 7 dco
725
Jarak va gl : 40+48+7+4 x 100 % = 13, 64 %
726
Jarak gl v : 62+60+7+4 x 100 % = 18,32 %
726
Peta genetis : va gl v
13,64 18,32
e) koefisien dari koinsidensi : 0 = 11
E 0,1364 x 0,1832 x 726
= 11 = 0,16
18

BAB III
KESIMPULAN
Kromosom adalah bagian dari sel yang membawa gen-gen dan gen-gen ini selama
meise mempunyai kelakuan berdasarkan prinsip-prinsip Mendel, yaitu memisahkan secara
bebeas.
Rangkai sempurna yaitu apabilap gan-gen yang berdekatan satu dengan lain, maka meiose
selama gen-gen tidak mengalami perubahan letak, sehingga gen-gen itu bersema-sama
menuju ke gamet.
Peta kromosom ialah gambar skema sebuah kromosom yang dinyatakan sebagai sebuah
garis lurus dimana diperlihatkan lokus setiap gen yang terletak pada kromosom itu sentomer
dari kromosom biasanya dianggap sebagai pangkal, maka diberi tanda 0 (angka nol).
Bila dua gen letaknya sangat berdekatan, maka tak akan terjadi double crossing over
di antaranya. Dengan lain perkataan, crossing-over pada satu titik rupa-rupanya
menghalang-halangi crossing over dalam jarak tertentu pada kedua sisi. Efek penghalangan
ini disebut interferensi pada Drosophila interferens menghalangi terjadinya crossing over
yang ke-2 dalam jarak l0 unit, dan berangsur menjadi berkurang makin jauh jarak gen-gen.

DAFTAR PUSTAKA
Edi, syahmi 2014. Genetika dasar. Medan : Universitas negeri

Suryo. 2004. Genetika. Yogyakarta: Gajah Mada University Press


Diposkan oleh Tirma Putri di 20.38
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Mengenai Saya

Tirma Putri
Lihat profil lengkapku
Entri Populer
Makalah Mikrobiologi Bakteri

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bakteri, berasal


dari kata Latin, bacterium (jamak, bacteria); merupakan
kelompok raksasa da...

Doa Bapa Kami Versi Katolik dalam Bahasa INggris

Doa Bapa kami Our father,who art in heaven. Hollowed be


Thy Name. Thy kingdome come. Thy will be done, on earth as
it is in Heaven....

MAKALAH SISTEM SARAF


Widget-Animasi-Blog
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seluruh
aktivitas didalam tubuh manusia diatur oleh sistem saraf.
Dengan kata lain, sistem s...

Total Tayangan Laman

162376

Arsip Blog
2015 (69)
o April (4)
o Maret (56)
Leptospirosis
Pewarnaan Mikroteknik
Fiksatif Tunggal
Haemositologi
Interaksi Antar Sel
Makalah Model Pembelajaran
MAkalah Bioremidiasi Tanah
Struktur Kimia Genetik
Mutasi Gen
Pautan dan Pindah Silang
Dominansi dan Gen Letal
Bagaimana sifat diwariskann
Sifat yang terpaut seks
Anatomi Jaringan Pengangkut
Anatomi Buah dan Biji
METABOLISME MIKROBA
Bakteri
SEL
Bakteri
BELAJAR
Test Tipikal Otak kanan dan Kiri
Makalah Rekayasa Genetika
Struktur Anatomi Kolenkim
Struktur Anatomi Bunga
Proses Perkecambahan
MAnfaat Unsur Hara bagi Tanaman
Kata - Kata Bijak untuk mengobati Kegagalan
Pengertian Psikologi Pendidikan
Standar Nasional Pendidikan
Pembelajaran PAKEM
Makalah Mikrobiologi Bakteri
Doa Bapa Kami Versi Katolik dalam Bahasa INggris
Fasilitas dan bahan - bahan di laboratorium
Metode - metode Belajar
Makalah Kesetaraan Gender
Manusia dan Peradaban
Manusia sebagai makhluk sosial
Video Ragam Budaya Di Indonesia
Makalah Konsep manusia dan Kebudayaan
Mengukur Kesehatan SPermatozoa
Enzim Pada Sistem Pencernaan Cyprinus carpio
Hematologi
Jenis Hewan berdasarkan Makanan
BELAJAR
MAKALAH KULTUR JARINGAN
BAGIAN - BAGIAN TELINGA
MAKALAH SISTEM SARAF
KARBOHIDRAT
ANJING LUCU
PLASMOLISIS
HABITUS
KAndungan Makanan
EVOLUSI SEL
Tabel Teori Sel
Tips Ampuh mengatasi rasa Rindu saat mengalami LDR...
Makalah Leptospirosis
o Februari (9)

2014 (5)

Das könnte Ihnen auch gefallen