Sie sind auf Seite 1von 4

Mengenal Energi Baik, Energi Gas Bumi

Riska Awalia Lestari, Universitas Hasanuddin

(sumber gambar : si.nergi.id)

Dua tahun belakangan, seringkali saya merasa khawatir dengan sektor per-energi-an Indonesia. Terhitung
sejak harga minyak dunia turun drastis dikarenakan (salah satunya) boomingnya shale gas di Amerika
Serikat serta cadangan dan produksi minyak Indonesia makin menurun. Ditambah dengan
ditandanganinya Paris Agreement oleh 195 negara dengan salah satu poin kesepakatannya adalah
mengurangi emisi karbon secara transparan, yang artinya bahan bakar fosil akan terus dikurangi. Sadar
akan hal tersebut, pikiran saya menjadi liar, berpikir macam-macam, mulai dari masa depan industri
minyak itu sendiri, masa depan kendaraan yang saat ini masih menggunakan bahan bakar fosil, masa
depan dapur ibu ibu yang saat ini masih menggunakan LPG (Liquified Petroleum Gas), dan masa depan
mahasiswa Geofisika yang berencana meniti karir di industri migas hehe.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Minyak bumi hingga kini masih menjadi sumber pasokan energi nasional, termasuk bahan bakar bagi
masyarakat dan bahan baku bagi industri. Namun tak dapat dipungkiri bahwa dalam beberapa tahun terakhir
produksi minyak nasional mengalami penurunan sekitar 2% per tahun yang mengakibatkan tidak
terpenuhinya konsumsi energi yang mencapai 7% dalam 10 tahun terakhir. Disisi lain, penemuan cadangan
minyak nasional nyatanya tidak cukup untuk menutupi produksi tahunan. Dengan kondisi demikian,
apakah masa depan energi kita akan semakin bergantung pada pasokan luar negeri ?
Idealnya, Indonesia tentu harus memenuhi konsumsi energinya sendiri, tanpa harus mengimport dari luar
negeri. Jika saat ini eyang Habibie tengah berupaya untuk mewujudkan pesawat R80 sebagai antisipasi jika
SDM dimasa depan habis, Indonesia tidak perlu terus terusan mengimport pesawat dari luar, melainkan
harus membuat sendiri. Begitupun dengan energi. Indonesia harus bergerak cepat untuk mencari sumber
energi pengganti minyak bumi, agar tidak terus terusan mengimport dari luar. Salah satu dari sekian banyak
yang dapat dijadikan alternatif adalah gas bumi.

Jika ditelisik sejarah energi Indonesia, Indonesia pernah menjadi pelopor ekspor Liquefied Natural Gas
(LNG) di tahun 1970-an dan memproduksi gas yang melebihi konsumsi nasional. Ini mengindikasikan
bahwa gas bumi bukan hal baru bagi perjalanan energi di Indonesia. Tapi masih banyak yang kadangkala
salah menafsirkan gas bumi itu sendiri, gas ya elpiji atau LPG. Hal tersebut sangat bisa dimaklumi,
mengingat yang banyak dipasarkan dan digunakan oleh masyarakat adalah LPG.

Mengenal Gas Bumi

Mirip dengan minyak bumi dan batubara, gas bumi adalah bahan bakar fosil yang berasal dari sisa tanaman,
hewan, mikroorganisme yang terendapkan selama jutaan tahun. Gas bumi ini dapat ditemukan di lapangan
minyak, lapangan gas bumi dan juga tambang batu bara. Komponen utama gas bumi adalah metana (CH4),
yakni molekul hidrokarbon rantai terpendek dan teringan. Lantas, mengapa saya menyebut gas bumi
sebagai energi alternatif untuk memenuhi permintaan konsumsi energi di Indonesia ? Padahal gas bumi
juga termasuk bahan bakar fosil ? Berikut adalah alasan mendasar mengapa gas bumi patut diperhitungkan.

Potensi Gas Bumi

Fyi guys, Gas bumi ini merupakan sumber daya alam dengan cadangan terbesar ketiga di dunia setelah batu
bara dan minyak bumi. Bayangin, cadangan terbesar ketiga. Meski pada awalnya gas bumi tidak dikonsumsi
sebagai sumber energi karena sulitnya media transportasi, sekarang gas bumi sudah dimanfaatkan tidak
hanya untuk bahan bakar transportasi dan rumah tangga saja, melainkan juga untuk sektor industri.

Potensi gas bumi Indonesia terbilang besar, yakni mencapai 144,06 TCF (Trillion cubic feet) yang terdiri
dari cadangan terbukti 101,22 TCF dan potensial 42,84 TCF. Sedangkan produksinya baru mencapai 7.754
MMSCFD (SKK Migas, 2017). Dengan nilai yang seperti diatas, peluang Indonesia untuk menjadikan gas
bumi sebagai sumber energi alternatif sangat besar.

Manfaat Gas Bumi

Energi dan masyarakat memang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari hari. Sebagai salah satu
sumber energi, gas bumi selain dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar rumah tangga, gas bumi juga dapat
dimanfaatkan sebagai bahan bakar kendaraan. Misalnya bahan bakar kendaraan bermotor, bis hingga bahan
bakar untuk kapal para nelayan sebagai pengganti solar. Selain itu, gas bumi juga dapat dimanfaatkan
sebagai bahan baku dalam industri pengolahan plastik, kertas, tissue, serta pupuk buatan. Ini mengindikasin
bahwa semakin kenal masyarakat dengan gas bumi, maka semakin banyak pula serapan energi dan manfaat
yang dapat dirasakan.

5 Perbedaan Gas Bumi dan LPG

Mungkin ada beberapa atau mungkin banyak masyarakat diluar sana yang pemikirannya masih seperti saya
pada awalnya, mengira bahwa tabung gas LPG yang dipakai oleh ibu ibu rumah tangga adalah satu-satunya
bahan bakar gas yang dapat dipakai memasak. Seperti diawal saya bilang, gas ya elpiji. Nothing else. Tapi
setelah baca sana-sini akhirnya pemikiran kuno saya mulai terbuka sedikit, ternyata ada banyak kok bahan
bakar gas yang dapat dipakai memasak dan mungkin juga untuk memenuhi kebutuhan lainnya. Seperti LNG
dan CNG yang juga merupakan produk dari gas bumi.

Sebenarnya ada banyak perbedaan mendasar antara Gas bumi dan LPG, mulai dari komponen penyusunnya,
proses distribusi dan transportasinya hingga dampak penggunaannya. Perbedaan pertama adalah komponen
penyusunnya. Jika komponen utama dari LPG adalah propana dan butana, maka komponen utama dari Gas
bumi adalah metana. Molekul hidrokarbon paling pendek dan paling ringan. Oleh karenanya api yang
dihasilkan oleh gas bumi pun lebih baik kualitasnya dibanding dengan LPG serta bersih karena
komponennya yang pendek sehingga mudah terurai. Kedua, Lain halnya dengan LPG yang disalurkan
menggunakan tabung tabung gas dan berbentuk fase cair, Gas bumi disalurkan melalui jaringan pipa pipa
gas seperti PAM, bahkan sekarang sudah ada dalam bentuk meteran gas juga. Ini artinya teman teman tidak
perlu lagi repot mengangkat tabung gas jika gas dirumah habis karena supply gas akan terus mengalir. Jika
teman teman ingin mengukur pemakaian gas yang dipakai, bisa mengukurnya dengan meteran gas. Jadi
lebih terkontrol pemakaiannya. Ketiga, Mungkin dari teman teman penasaran juga bagaimana kalau
misalnya pipa gas bumi ini bocor ? Sangat wajar bertanya seperti ini karena bagaimanapun keselamatan
adalah hal yang utama. Ditambah fakta bahwa sejak awal penggunaan LPG di masyarakat, sudah banyak
kasus tabung gas bocor yang ujungnya berakibat fatal. Nah kalau misalnya pipa gas bumi ini bocor (tapi
mudah-mudahn tidak terjadi ya) gasnya akan menguap keatas dikarenakan berat jenisnya yang lebihb
ringan dari udara. Sangat berbeda dengan LPG yang gasnya akan menuju kebawah dikarenakan berat
jenisnya yang lebih berat dibanding udara. Artinya tidak akan ada akumulasi gas yang akan menyebabkan
terkumpulnya gas berbahaya. Keempat, Sebagaimana yang saya katakan diawal bahwa komponen utama
dari Gas bumi adalah metana, maka hasil pembakaran gasnya pun dapat dikatakan ramah lingkungan dan
memiliki efisiensi yang tinggi. Masakannya jadi, lingkungan pun bersih. Kelima, Salah satu hal yang
mungkin juga perlu diketahui jika menggunakan sebuah produk adalah harga. Harga 1 tabung 12 kg LPG
adalah Rp 140.000, sedangkan untuk gas bumi sekitar Rp 3.000 per m3 jadi jika dimisalkan penggunaannya
dalam sebulan adalah 15 m3 maka konsumen hanya perlu mengeluarkan Rp 45.000 per bulan. Bisa save
banyak kan ?

Jadi guys, yuk coba berkenalan lebih jauh lagi dengan gas bumi. Siapa tau dengan berkenalan, gas bumi
dapat kita jadikan sebagai teman dalam kehidupan sehari hari. Masa iya mau terus terusan berteman
dengan minyak bumi sampai sampai import dari luar negeri padahal sumber energi yang lain masih
berlimpah. Kalian bisa coba cari tahu mengenai gas bumi melalui http://www.pgn.co.id/ Yang sudah
berteman, yuk coba kenalin gas bumi ke teman yang lain, biar semakin banyak yang menjadikan gas bumi
sebagai teman dalam hidupnya. Saatnya bertansformasi ke energi yang lebih baik dan lebih ramah, energi
Gas Bumi!

Salam Energi Baik, Salam Gas Bumi!

Das könnte Ihnen auch gefallen