Sie sind auf Seite 1von 15

BAB 1

PENDAHULUAN

Herpes genital merupakan salah satu penyakit menular seksual yang sering ditemui dan
telah berhasil mempengaruhi kehidupan jutaan pasien beserta pasangannya. Kebanyakan
individu mengalami gangguan psikologi dan psikososial sebagai akibat dari nyeri yang timbul
serta gejala lain yang menyertai ketika terjadi infeksi aktif. Oleh karena penyakit herpes genital
tidak dapat disembuhkan serta bersifat kambuh-kambuhan, maka terapi sekarang difokuskan
untuk meringankan gejala yang timbul, menjarangkan kekambuhan, serta menekan angka
penularan sehingga diharapkan kualitas hidup dari pasien menjadi lebih baik setelah dilakukan
penanganan dengan tepat.1
Herpes genital berkenaan dengan sekelompok virus yang menulari manusia. Serupa
dengan herpes zoster, herpes genital menyebabkan luka-luka yang sangat sakit pada kulit. Gejala
pertama biasanya gatal-gatal dan kesemutan diikuti dengan lepuh yang membuka dan menjadi
sangat sakit. Infeksi ini dapat dorman (tidak aktif) dalam sel saraf selama beberapa waktu namun
tiba-tiba infeksi menjadi aktif kembali. Herpes dapat aktif tanpa gejala.2
Herpes genitalis merupakan penyakit menular seksual dengan prevalensi yang tinggi di
berbagai negara dan penyebab terbanyak penyakit ulkus genitalis. Insiden herpes genitalis tidak
dapat dilaporakan secara pasti tetapi diestimasikan ada 500.000 kasus baru terjadi tiap
tahun.3Sebuah penelitian menunjukkan jumlah kunjungan penderita baru herpes genitalis di
Divisi IMS RSUD Dr. Soetomo Surabaya tahun 20052007 (3 tahun) mempunyai
kecenderungan mengalami peningkatan, wanita lebih banyak daripada laki-laki dengan rasio
1,96:1. Umur terbanyak adalah 2534 tahun, lebih banyak pada penderita yang sudah menikah.
Pasangan seksual terbanyak adalah suami/istri penderita sendiri. Waktu coitus suspectus
terbanyak 17 hari.2

1
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi
Infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes simpleks (virus herpes hominis) tipe I
atau tipe II yang ditandai oleh adanya vesikel berkelompok diatas kulit yang sembab dan
eritematosa pada daerah mukokutan, sedangkan infeksi dapat berlangsung primer maupun
rekurens.3
Herpes simpleks adalah penyakit kulit/selaput lendir yang disebabkan oleh virus herpes
simpleks.Virus ditularkan melalui udara (aerogen) dan sebagian kecil melalui kontak kulit
langsung (termasuk disini melalui hubungan badaniah/koitus).2

2.2 Epidemiologi 2
Data- data di beberapa RS di Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi herpes genital
rendah sekali pada tahun 1992 di RSUP dr.Moewardi yaitu hanya 10 kasus dari 9983 penderita
IMS. Namun, prevalensi di RSUD Dr.Soetomo agak tinggi yaitu sebesar 64 dari 653 kasus IMS
dan lebih tinggi lagi di RSUP Denpasar yaitu 22 kasus dari 126 kasus IMS.
Di Amerika sekitar 1 dari 6 orang berusia 14 49 tahun menderita infeksi oleh HSV-2.
Penularan infeksi lebih sering terjadi dari laki-laki ke pasangan wanitanya, dibanding dari wanita
ke pasangan laki-laki. Karenanya, infeksi HSV-2 lebih sering ditemukan pada wanita (kira-kira
satu dari 5 wanita berusia 14 49 tahun) dibandingkan laki-laki (kira-kira satu dari sembilan pria
usia 14 49 tahun).
Infeksi herpes simpleks dapat terjadi di seluruh dunia. Hal ini telah terdokumentasi dari
studi seroepidemiologi dengan berbagai uji (assay). Keadaan laten yang lama setelah infeksi
primer sangat mungkin terjadi. Infeksi HSV terjadi tidak tergantung musim atau cuaca, di mana
virus ini dapat bertahan dalam fase laten dalam tubuh hospes dan kemungkinan adanya infeksi
ulangan. Eksresi virus tertinggi pada pasien dengan lesi aktif, tetapi eksresi virus juga dapat
terjadi pada 15% pasien yang asimptomatik atau keadaan subklinik. Prevalensi antibodi HSV-2
tinggi pada seseorang dengan tingkat sosio-ekonomi rendah dan diantara kelompok orang
dengan banyak partner seksual. Penyebab frekuensi kekambuhan pada pasien infeksi HSV

2
menunjukkan infeksi secara individual, yang mungkin dipicu oleh keadaan atau paparan tertentu,
seperti infeksi lain, paparan matahari, demam, menstruasi, stres fisik atau emosional, penekanan
sistem kekebalan, obat-obatan atau makanan tertentu, bahkan trauma secara umum. Reaktivasi
infeksi genital HVS -2 lebih banyak dibandingkan HVS-1 dan umumnya karena kekambuhan
herpes genital. Diperkirakan 30% pasien mengalami kekambuhan lebih dari 8-9 kali tiap tahun.
Herpes neonatal terjadi sekitar 1 dalam 5.000 kelahiran di amerika, pada beberapa daerahlain
bahkan lebihtinggi. Sebagian besar anak (75%) terinfeksi dalam proses persalinan selama
melewati traktus genitalis. Tingkat bertanya penyakit tidak tergantung pada tipe HSV. Tetapi
tergantung pada keadaan prematuritas dan persalinan dengan intervensi instrumen. Banyak
penelitian juga menunjukkan tidak ada hubungan antara HSV dan kanker pada serviks.
Pada umumnya infeksi HSV lebih sering dan lebih awal di dapatkan dibandingkan
dengan infeksi HSV-2. Lebih dari 90% orang dewasa memiliki antibodi terhadap HSV-1 pada
usia 50 tahun, sedangkan pada populasi dengan status sosial ekonomi rendah kebanyakan
mendapat infeksi sebelum usia 30 tahun. Survei serologik menunjukkan bahwa 20% populasi di
amerika serikat memiliki antibodi terhadap HSV-2 pada pemeriksaan obstetrik secara rutin dan
klinik keluarga berencana, di dapatkan 25% wanita memiliki antibodi terhadap HSV-2 walaupun
hanya 10% melaporkan riwayat adanya lesi genital. Sebanyak 50% orang dewasa heteroseksual
yang menghadiri klinik penyakit menular seksual mempunyai antibodi terhadapa HSV-2.
Berbagai survei serologi telah menunjukkan seroprevalensi serupa atau bahkan lebih tinggi dari
HSV-2 di sebagian besar eropa tengah, amerika serikat, dan afrika. Prevalensi antibodi tersebut
rata-rata 5% lebih tinggi pada wanita di bandingkan dengan pria, dan beberapa studi
menunjukkan bahawa banyak dari pasien tersebut tanpa gejala atau asimptomatik.
Transmisi infeksi HSV akibat kontak langsung dapat lewat ciuman atau sentuhan, yang
sebagian besar merupakan infeksi primer tanpa gejala.

2.3 Etiologi dan morfologi


Virus herpes simpleks merupakan golongan alphaherpesvirinaesebagai sub family dari
human herpes viruses bersama dengan virus varisella-zoster yang sering di sebut human herpes
viruse 3. Semua virus herpes pada manusia mempunyai karakteristik envelope double stranded
DNA viruses. HSV merupakan virus bentuk besar dengan inti berisi double stranded DNA yang
dilapisi oleh icosahedron dengan 162 capsomeres. Partikel lengkap diameter nya sekitar 120-200

3
nm. Sedangkan naked virion ukuran nya sekitar 100 nm. Virus masuk ke sel melalui fusi
membran sel setelah menempel pada reseptor spesifik yaitu pembungkus glikoprotein. Virus
herpes simpleks mempunyai siklus replikaso dalam kurun waktu 18 jam. 1,4
Virus Herpes Simpleks tipe I dan II merupakan virus herpes hominis yang merupakan
virus DNA. Pembagian tipe I dan II berdasarkan karakteristik pertumbuhan pada media kultur,
antigenic marker, dan lokasi klinis (tempat predileksi).3
HVS -1 merupakan penyebab luka di bibir (herpes labiales) dan luka kornea mata (herpes
keratitis), biasanya dapat ditularkan melalui kontak langsung dari sekresi dari atau di sekitar
mulut. HVS-2 merupakan penyebab herpes genitalis, terutama di tularkan melalui kontak
langsung dengan luka selama melakukan hubungan seksual. Oleh karena itu herpes tersebut
dianggap sebagai salah satu penyakit menular seksual (PMS). 1
Secara serologik, biologik dan fisikokimia, keduanya hampir tidak dapat dibedakan.
Namun menurut hasil penelitian, HSV tipe 2 merupakan tipe dominan yang ditularkan melalui
hubungan seksual genito-genital. HSV tipe 1 justru banyak ditularkan melalui aktivitas seksual
oro-genital atau melalui tangan.

Berdasarkan struktur antigeniknya dikenal 2 tipe virus herpes simpleks:2


1. Virus herpes simpleks tipe 1 (HSV 1)
Penyakit kulit /selaput lendir yang ditimbulkan biasanya disebut herpes simpleks saja
atau dengan nama lain herpes labialis, herpes febrilis. Biasanya penderita terinfeksi virus
ini pada usia kanak-kanak melalui udara dan sebagian kecil melalui kontak langsung.
Lesi umumnya dijumpai pada tubuh bagian atas. Termasuk mata dan rongga mulut;
selain itu, dapat juga dijumpai di daerah genitalia yang penularannya lewat koitus
orogenital (oral sex)

2. Virus herpes simpleks tipe 2 (HSV II), virus of love


Penyakit ditularkan melalui hubungan seksual. Tetapi dapat juga terjadi tanpa koitus,
misalnya dapat terjadi pada dokter/dokter gigi dan tenaga medis. Lokalisasi lesi
umumnya adalah bagian tubuh di bawah pusat, terutama daerah genitalia. Lesi ekstra
genital dapat pula terjadi akibat hubungan seksual orogenital

4
2.4 Patogenesis
Gejala awalnya mulai timbul pada hari ke 4-7 setelah terinfeksi. Gejala awal biasanya
berupa gatal, kesemutan dan sakit. Lalu akan muncul bercak kemerahan yang kecil, yang diikuti
oleh sekumpulan lepuhan kecil yang terasa nyeri. Lepuhan ini pecah dan bergabung membentuk
luka yang melingkar. Luka yang terbentuk biasanya menimbulkan nyeri dan membentuk
keropeng.
Penderita bisa mengalami nyeri saat berkemih atau disuria dan ketika berjalan akan
timbul nyeri. Luka akan membaik dalam waktu 10 hari tetapi bisa meninggalkan jaringan parut.
Kelenjar getah bening selangkangan biasanya agak membesar. Gejala awal ini sifatnya lebih
nyeri, lebih lama dan lebih meluas dibandingkan gejala berikutnya dan mungkin disertai dengan
demam dan tidak enak badan.
Pada pria, lepuhan dan luka bisa terbentuk di setiap bagian penis, termasuk kulit depan
pada penis yang tidak disunat. Pada wanita, lepuhan dan luka bisa terbentuk di vulva dan leher
rahim. Jika penderita melakukan hubungan seksual melalui anus, maka lepuhan dan luka bisa
terbentuk di sekitar anus atau di dalam rektum. Pada penderita gangguan sistem kekebalan
(misalnya penderita infeksi HIV), luka herpes bisa sangat berat, menyebar ke bagian tubuh
lainnya, menetap selama beberapa minggu atau lebih dan resisten terhadap pengobatan dengan
asiklovir.
Infeksi Virus Herpes Genital berlangsung dalam 3 tingkat : 3
1. Infeksi primer
2. Fase laten
3. Infeksi rekurens

Infeksi Primer
Tempat predileksi tipe I di daerah pinggang ke atas terutama didaerah mulutdan hidung,
biasanya dimulai pada usia anak-anak inokulasi dapat terjadi secara kebetulan, misalnya kontak
kulit pada perawat, dokter gigi atau orang yang sering menggigit jari (herpetic whit-low). Tipe II
tempat predileksi adalah didaerah pinggang ke bawah, terutama daerah genital.
Infeksi primer berlangsung lebih lama dan berat, kira-kira 3 minggu dan disertai gejala
sistemik misalnya demam, malaise, dan anoreksia, dan dapat ditemukan pembengkakan kelenjar

5
getah bening regional. Klinis berupa vesikel yang berkelompok diatas kulit yang sembab dab
eritematosa, berisi cairan jernih kemudian menjadi seropurulen, dapat menjadi krusta dan
ulserasi, biasanya sembuh tanpa sikatriks.

Fase Laten
Fase ini berarti pada penderita tidak ditemukan gejala klinis, tetapi VHS dapat ditemukan
dalam keadaan tidak aktif pada ganglion dorsalis.

Infeksi rekurens
Infeksi ini berarti VHS pada ganglion dorsalis yang dalam keadaan tidak aktif, dengan
mekanisme pacu menjadi aktif dan mencapai kulit sehingga menimbulkan gejala
klinis.Mekanisme pacu itu dapat berupa trauma fisik ( demam,infeksi,kurang tidur,hubungan
seksual,dan sebagai nya),trauma psikis ( ganggguan emosional,menstruasi), dan dapat pula
timbul akibat jenis makanan dan minuman yang merangsang.
Gejala klinis yang timbul lebih ringan dari pada infeksi primer dan berlangsung kira-kira
7 sampai 10 hari.Sering ditemukan gejala prodromal local sebelum timbul vesikel berupa rasa
panas,gatal, dan nyeri.Infeksi rekurens ini dapat timbul pada tempat yang sama (loco) atau
tempat lain/tempat disekitarnya (non loco).

2.5 Gambaran Klinis 2,4


Herpes simples khas ditandai dengan erupsi berupa vesikel yang menggerombol, diatas dasar
kulit yang kemerahan. Timbulnya mendadak dan bersifat self limited. Lesinya dapat soliter atau
multipel dan paling sering timbul pada atau dekat daerah perbatasan muko-kutan. Sebelum
timbul, biasanya erupsi didahului oleh rasa gatal atau seperti terbakar yang terlokalisasi dan
kemerahan pada daerah kulit.
Lesi yang diesebabkan oleh HSV I biasanya ditemukan pada bibir, rongga mulut
tenggorokan dan jari tangan.
Lokalisasi lesi yang disebabkan HSV II umumnya adalah di bawah pusar, terutama di
area sekitar genital. Pada pria sering dijumpai di pangkal/ batang/kepala penis,
preputium, sekitar dubur, bokong dan paha bagian atas.

6
Ada 2 kelompok manifestasi klinis penyakit ini, berdasakan pernah tidaknya penderita berkontak
dengan virus ini sebelumnya.
1. Bila penderita belum pernah berkontak dan tidak mempunyai imunitas akan terjadi
infeksi primer, yang khas ditandai dengan rasa sakit serta vesikel-vesikel serta erosi pada
kulit dan selaput lendir yang terkena. Infeksi primer ini dapat berlngsung selama 2
sampai 6 minggu hingga terjadi penyembuhan secara spontan.
2. Bila penderita sebelumnya telah pernah berkontak dengan virus ini sebagai infeksi
primer, kebanyakan penderita akan mengalami infeksi kambuh (rekuren). Lesi pada
infeksi kambuh ini biasanya lebih kecil dan lebih sedikit, tidak begitu sakit dan waktu
berlangsungnya lebih pendek (5 sampai 7 hari).

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kekambuhan ini antara lain


a. Keletihan fisik
b. Stres psikis
c. Minum alkohol
d. Menstruasi
e. Trauma waktu koitus
f. Dll

Penderita yang mengabaikan penyakitnya dapat mengalami infeksi sekunder oleh kuman-
kuman lain sehingga gambaran klinis berubah menjadi luka kotor, berbau dan disertai
pembesaran kelenjer getah bening regional. Infeksi sekunder dapat pula disertai oleh gejala
sistemik seperti demam, skait kepala, muntah, badan lemas.

Beberapa macam manifestasi klinis infeksi virus herpes simpleks:


a. Inokulasi kompleks primer. Infeksi primer herpes simples pada penderita usia muda
yang baru pertama kali terinfeksi virus ini dapat menyebabkan reaksi lokal dan sistemik
yang hebat. Manifestasinya dapat berupa herpes labialis. Dalam 24 jam saja penderita
sudah mengalami panas tinggi (39-40oC) disusul oleh pembesaran kelenjer getah limfe
submentalis, pembengkakan bibir dan leukositosis di atas 12.000/mm3, yang 70-80% nya
berupa sel polimorfonuklear. Terakhir, bentuk ini diikuiti rasa sakit pada tenggorokan.

7
Insidens tertinggi pda usia antara 1-5 tahun. Waktu inkubasinya 3-0 hari. Kelaianan akan
kambuh spontan setelah 2-6 minggu.

b. Herpes gingggivostomatitis. Kebanyakan bentuk ini terjadi pada anak-anak dan dewasa
muda. Manifestasi klinik berupa panas tinggi, limfadenopati regional dan malaise.lesi
berupa vesikel yang memecah terlihat sebagai bercak putih atau ulkus. Kelainan ini dapat
meluas ke mukosa bukal, lidah dan tonsil, sehingga mengakibatkan rasa sakit, bau nafas
yang busuk. Pada anak-anak dapat terjadi dehidrasi dan asidosi. Kelainan ini berlangsung
antara 2-4 minggu.

c. Infeksi herpes simples desiminata. Bentuk herpes ini terjadi pada anak-anak usia 6
bulan sampai 3 tahun, dimulai dengan herpes gingivostomatitis berat. Jenis ini dapat
mengenai paru-paru dan menimbulkan viremia masif, yang berakibat gastroenteritis
disfungsi ginjal dan kelenjer adrenal serta ensefalitis. Kematian banyak terjadi pada
stadium viremia yang berat.

d. Herpes genitalis (progenitalis). Infeksi primer terjadi setelah melalui masa tunas 3-5
hari. Penularan dapat melalui hubungan seksual secara genito-genital, oeogenital,
maupun anogenital. Erupsinya juga berupa vesikel tunggal atau bergerombol, bilateral
dan dasar kulit yang eritematosus, kemudian berkonfluensi, memecah, membentuk erosi
atau ulkus yang dangkal disertai rasa nyeri. 31 % penderita mengalami gejala konstitusi
berupa demam, malaise, mialgia dan sakit kepala dan 50% mengalami limfodenopati
inguinal. Gejala subjektif pada wanita jauh lebih berat dibanding pria. Pada
wanita,tempat predileksi utama adalah pada servik, vesikel timbul bergerombol diservik,
vaniga dan vulva. Sebagai infeksi primer, gejalanya disertai panas, disuria , leukorea,
sakit pada daerah genital dan limfadenitis ingunalis. Lesi vesikel tadi cepat berubah
menjadi erosi yang akan menjadi plak keputihan dan tertutup oleh membran mukosa
berwarna merah edema dan terasa nyeri. Gejala klinis pada kambuhan umunya
berlangsung singkat dan lebih ringan. Jumlah lesinya pun lebih sedikit dan unilateral.
Gejala konstitusi jarang, sedangkan limfodenopatin pada infeksi kekambuhannya hanya
10% penderita. Knox dd (1982), berdasarkan pengamatannya melaporkan bahwa

8
kekambukan infeksi karena HSV II terjadi lebih dari 5 kali per tahun dan tidah ada
perbedaan antara pria dan wanita. Pada wanita atau suaminya yang menderita herpes
genitalis, perlu seringkali dilakukan pemeriksaan papanicolaou untuk mendeteksi dini
kanker mulit rahim, karena dilaporkan bahwa frekuensi kaker mulut rahim ini lebih tinggi
pada penderita herpes. Aplai herpes pada mulut rahim seringkali tidak memberkan gejala,
sehingga penderita tidak mengetahuinya. Pada wanita hamil dibulan-bulan pertama
kehamilan, tidak perlu dilakukan aborsi karena infeksi transplasenta jarang sekali.pada
trismester terkhir kehamilan dan waktu melahirkan, perlu dipikirkan kemungkinan
operasi caesar. Kalau terjadi juga infeksi transplasenta janin dalam kandunganakan
mengalami infeksi. Infeksi ini lebih banyak berakibat janin mati dalam kandungan dari
pada lahir cacat badan atau mental. Bayi baru lahir dapat terinfeksi melalui jalan lahir,
jika saat itu si ibu sedang menderita herpes genital pada jalan lahir. Kemungkinan infeksi
ini kira-kira 50%. Jika dilakukan opersi caesar sebelum proses kelahiran atau dalam
waktu tidak lebih dari 4 jam setelah ketuban pecah, kemungkinan disertai komplikasi
hidrosefali, mikrosefali dan retardasi mental.

Gambar 2.1 Klinis Dari Herpes Genital Primer 4

9
2.6 Pemeriksaan Diagnosis
Secara klinis ditegakkan dengan adanya gejala khas berupa vesikel berkelompok dengan
dasar eritema dan bersifat rekuren. Pemeriksaan laboratorium yang paling sederhana adalah tes
Tzank yang diwarnai dengan pewarnaan Giemsa dimana akan tampak sel dapat ditemukan sel
datia berinti banyak dan badan inklusi intranuklear berinti banyak. Cara terbaik dalam
menegakkan diagnosa adalah dengan melakukan kultur jaringan karena paling sensitif dan
spesifik. Namun cara ini membutuhkan waktu yang banyak dan mahal. 3
Pemeriksaan penunjang untuk diagnosis infeksi HSV dapat dilakukan secara serologik
dan virologik. Pemeriksaan serologic dengan ELISA untuk menentukan titer antibody IgM IgG
baik untuk HSV-1 maupun HSV-2,dalam rangka untuk menjawab apakah sudah terjadi infeksi
HSV primer atau reaktivasi. 1
Pemeriksaan yang lebih akurat adalah Tes Western Blot, mendeteksi infeksi HSV yang
merupakan metoda standar emas dalam pemeriksaan antibody. Tetapi tes ini hanya digunakan
sebagai referensi dan konfirmasi. Bila tes ELISA menunjukkan hasil yang meragukan.
Pemeriksaan virology, dengan berbagai cara seperti dengan menggunakan mikroskop cahaya,
imunofloresensi, PCR dan kultur virus. Pemeriksaan yang paling baik dengan sensitivitas dan
spesifitas tinggi adalah kultur virus dari cairan vesikel pada lesi kulit. Jika hasil tes positif, ini
menunjukkan hampir 100 % akurat, terutama bila cairan dari vesikel primer.1

2.7 Diagnosis Banding


Herpes simpleks didaerah sekitar mulut dan hidung harus dibedakan dengan impetigo
vesikobulosa.Pada derah genitalia harus dibedakan dengan ulkus durum, ulkus mole dan ulkus
mikstum, maupun ulkus yang mendahului penyakit limfogranuloma venereum.3

2.8 Pencegahan
Keberhasilan upaya untuk mengendalikan penyakit HSV-1 dalam populasi adalah
melalui terapi antivirus supresif dan atau program pendidikan yang terbatas.
Penggunaan kontrasepsi (terutama kondom) mengurangi kemungkinan penularan infeksi
HSV-1, khusus nya selama periode asimptomatik eksresi virus. Ketika lesi berupa vesikel,
infeksi HSV dapat di transmisikan dari kulit ke kulit menskipun menggunkan kondom. Namun
demikian, data yang tersedia menunjukkan bahwa penggunaan kondom yang konsisten adalah

10
cara yang efektif untuk mengurangi resiko penularan HSV-2. Studi yang terbaru menunjukkan
bahwa terapi antivirus harian jangka lama dengan asiklovir juga dapat mengurangi infeksi HSV-
2, khusus nya dikalangan perempuan rentan. Pencegahan infeksi HSV neonatal memerlukan
pencegahan terutama pada ibuhamil trimester ketiga kehamilan. Identifikasi wanita atau
pasangan rentan terhadap akuisisi HSV pada kehamilan melalui pemeriksaan serologi adalah hal
yang perlu dilakukan. 1
Pencegahan Cara yang paling ampuh untuk menghidari transmisi penyakit infeksi
menular termasuk di antaranya herpes genital adalah
- tidak melakukan hubungan seksual atau memiliki hubungan monogami jangka
panjang dengan pasangan yang telah di tes dan diketahui tidak memiliki infeksi.
- Penggunaan kondom lateks secara benar dan konsisten dapat mengurangi resiko
terinfeksi herpes genital. Hal ini karena kondom mampu melindungi area kelamin
pria maupun wanita dari kemungkinan kontak yang menyebabkan timbulnya gejala
herpes. Akan tetapi outbreak mungkin terjadi di area yang tidak tertutup kondom.
- Orang dengan infeksi herpes yang bergejala, baik luka di kelamin maupun gejala lain,
sangat disarankan untuk tidak dulu berhubungan seks. Hal ini untuk mencegah
kemungkinan penularan. Sangat penting diingat bahwa orang dengan herpes yang
tidak menunjukkan gejala juga bisa menularkan infeksinya kepada pasangan seksnya.
- Sebagai pasangan seks dari orang yang terinfeksi herpes juga disarankan melakukan
tes HSV berkala untuk mengetahui statusnya.

2.9 Pengobatan
Sampai saat ini belum ada terapi yang memberikan penyembuhan radikal, artinya tidak ada
pengobatan yang dapat mencegah episode rekurens secara tuntas.Pada lesi yang dini dapat
digunakan obat topical berupa salap/krim yang mengandung preparat idoksuridin
(stoxill,viruguent, viruguent-p) dengan cara aplikasi,yang sering dengan interval beberapa
jam.Preparat asiklovir (zovirax) yang dipakai secara topical tampaknya memberikan masa depan
yang lebih cerah.Asiklovir ini cara kerjanya mengganggu replikasi DNA virus.Klinis hanya
bermanfaat bila penyakit sedang aktif.Jika timbul ulserasi dapat dilakukan kompres.Pengobatan
oral berupa preparat asiklovir tampaknya memberikan hasil yang lebih baik,penyakit

11
berlangsung lebih singkat dan masa rekurensnya lebih panjang.Dosisnya 5x200 mg sehari selama
5 hari.3
Pengobatan yang dapat dilakukan adalah: 5
1. Non spesifik
a. Analgetik dalam dosis yang adekuat pada masa serangan primer.
b. Kontrimoksazol dengan dosis 2x2 tab/ hari atau eritromisin berguna untuk
mencegah infeksi sekunder.
c. Zat pengering antiseptik seperti povidoniodine larutan garam faal sebagai
kompres.
d. Psikoterapi
2. Spesifik
a. Zovirax (asiklovir) dalam bentuk krem, tablet, injeksi (IV)
b. Isoprenosin bentuk tablet dan sirup
c. IDU (Iodo 2 deoksiuridin) dengan merek dagang stoxil, virunguent H dalam
bentuk kream, atau herplex dalam bentuk injeksi untuk imunisasi.
d. Askaridil (levamizole) bentuk tablet untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
e. Interferon dalam waktu singkat akan beredar.
f. Adenosin arabinosida/ Vidarabine. Menekan sintesa DNA hospes dan
polimerasi DNA virus.
g. Asikloguanosin. Obat ini spesifik untuk kelompok virus herpes. Tingkat
efektifitasnya untuk ulkus kornea. Toksisitasnya rendah dan dapat diharapkan
baik untuk pemberian secara sistemik terhadap virus yang berada pada
ganglion saraf sehingga bisa untuk mencegah timbulnya lesi kambuhan.

12
Antiviral yang Digunakan untuk Pengobatan Infeksi Virus Herpes Simpleks
Jenis Infeksi Nama Obat
HSV Non genital ( awal atau rekuren ) Asiklovir (200 mg oral 5 kali/hari, selama 5-10
hari) atau
Asiklovir (5% topikal 5 kali/ hari ) (herpes labialis
) atau
Asiklovir (3% zalf mata 5 kali/hari selama 14
hari) ( keratitis HSV )
HSV Genital (awal ) Asiklovir (200 mg oral 5 kali/hari selama 5-10
hari) atau
Valasiklovir (500 mg oral dua kali/hari selama 5-
10 hari)
HSV Genital (episode rekuren ) Seperti untuk awal HSV atau Famsiklovir (125 mg
oral 2 kali/hari selama 5 hari)
HSV Genital (supression of Asiklovir (200 mg oral 3 kali/hari atau 400 mg
recurrences) oral dua kali/hari selama > 6 bulan ) atau
Valasiklovir (500 mg oral 1-2 kali/hari selama > 6
bulan ) atau
Famsiklovir (250 mg oral dua kali/hari selama > 6
bulan)
HSV awal berat, Ensefalitis HSV atau Asiklovir (5-10 mg/kg intravena 3 kali/ hari
penyebaran VZV selama 7-21 hari )
Asikovir jangka panjang mungkin diperlukan utuk
ensefalitis rekuren
Tabel 2.1 Pengobatan infeksi virus herpes simpleks 1

2.10 Prognosis
Quo ad vitam Baik. Meskipun tidak ada pengobatan yang memuaskan untuk mencegah
kekambuhan. Selama pencegahan rekurens masih merupakan problem, hal tersebut secara
psikologik akan memberatkan penderita.Pengobatan secara dini dan tepat memberi prognosis
yang lebih baik, yakni masa penyakit berlangsung lebih singkat dan rekurens lebih jarang.2
Pada orang dengan gangguan imunitas,misalnya pada penyakit-penyakit dengan tumor di
system retikuloendotelial, pengobatam dengan imunosupresan yang lama atau fisik yang sangat
lemah, menyebabkan infeksi ini dapat menyebar ke alat-alat dalam dan dapat fatal.Prognosis
akan lebih baik seiring dengan meningkatnya usia seperti pada orang dewasa.3

13
BAB 3
KESIMPULAN

Herpes genital adalah Infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes simpleks (virus
herpes hominis) tipe I atau tipe II yang ditandai oleh adanya vesikel berkelompok diatas kulit
yang sembab dan eritematosa pada daerah mukokutan, sedangkan infeksi dapat berlangsung
primer maupun rekurens. 3
Infeksi primer terjadi setelah melalui masa tunas 3-5 hari. Penularan dapat melalui
hubungan seksual secara genito-genital, oeogenital, maupun anogenital. Erupsinya juga berupa
vesikel tunggal atau bergerombol, bilateral dan dasar kulit yang eritematosus, kemudian
berkonfluensi, memecah, membentuk erosi atau ulkus yang dangkal disertai rasa nyeri. 31 %
penderita mengalami gejala konstitusi berupa demam, malaise, mialgia dan sakit kepala dan 50%
mengalami limfodenopati inguinal.2

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Sudoyo Aru W, Setiati S, Alwi I, Simadibrata M, Setiyohadi B. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Herpes Simpleks. Hal 739-745. Edisi VI. Jilid I. Jakarta. Interna Publishing. 2014.
2. Sumaryo S, Hartadi. Ilmu Penyakit Kulit. Infeksi virus. Bab 8. Hal 88- 93
3. Linuwih S, Bramono K, Indriatmi W. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi VII.
Herpes Simpleks. Hal 478-480. FK UI. 2015.
4. LeGoff J, Pere H, Belec L. Diagnosis Of Genital Herpes Simplex Virus Infection in the
Clinical Laboratory. BioMed Central. Virology Journal. 2014
(http:www.virologyyj.com/diakses tanggal 28 Januari 2016)
5. Gunawan GS, Nafrialdi RS, Elysabeth. Farmakologi dan Terapi. Antivirus. Hal 638-663.
Edisi 5. 2009. FK UI.

15

Das könnte Ihnen auch gefallen