Sie sind auf Seite 1von 3

"ANTIEMESIK / ANTIMUNTAH"

muntah merupakan keadaan yang potensi berbahaya bagi ibu dan janinnya. ibu hamil
yang sedang mengalami muntah tidak boleh dibiarkan sendirian.
idealnya, tidak ada satupun sediaan antiemetic yang boleh diberikan pada ibu hamil
dan laktasi. tindakan non farmakologis harus dilakukan untuk mengurangi muntah,
jika tindakan ini tidak berhasil, pasien harus dikonsultasikan kepada dokter SpOG
untuk mendapatkan saran medik.
bila obat-obatan anti emetic diberikan, bidan harus mengupayakan pemantauan pasien
menurut jenis obat yang diberikan

penggolongan obat antiemetic :

1. antagonis dopamin (D2) : metoklopramid, haloperidol, domperidon dan fenotiazi


(klorpromazin, proklorperazin, pemberian obat ini harus disertai dengan melakukan
pamantauan.
2. antihistamin :

golongan antihistamin yang menimbulkan sedasi ; bromfenitamin, sinarizin,


meklozin, trimeptazin, siklizin, prometazin, klordeniramin.
golongan antihistamin yang tidak menimbulkan sedasi atau nonsedasi : setirizin,
tarfenadin, akrivastin dan loratadin. golongan ini tidak disarankan untuk pemakaina
pada masa kehamilan dan laktasi.

efek antiemetic yang dimiliki oleh obat-obat ini terjadi karena kerjanya pada reseptor taminic
dan muskarinik dalam pusat muntah.

3. anti emetic lainnya :

obat-obat antimuskarinik : atropine, hiosin/hyoscine (skopolamin), merupakan


antiemetic pilihan kedua sesudah antihistamin
antagonis serotonin : ondranseton, granisetron
piridoksin, merupakan preparat yang aman serta selektif untuk pemakaian pada
kehamilan dini

pemberian metilprednisolon oral pernah dilakukan dengan hasil yang baik pada hiperemesis
gravidarum (safari et al, 1998)

Muntah (emesis) merupakan reflek lambung berupa gerakan antiperistaltik untuk mengeluarkan isi lambung
melalui mulut.

Mual dan muntah adalah suatu sensasi muntah yang mendahului proses muntah, Mual dan muntah adalah
gejala penyakit yang dapt ditimbulkan oleh bermacam macam penyebab antara lain :

1. Karena gerakan (motion sickness) : mabuk perjalanan.

2. Infeksi dan gangguan ssaluran pencernaan.

3. Intoleransi makanan.

4. Gangguan atau cidera persyarafan.


5. Pembiusan dan pembedahan.

6. Kehamilan.

7. ESO dari penggunaan obat tertentu.

8. Gangguan metabolism.

9. Gejala dari penyakit tertentu sehingga merangsang pusat muntah.

Antiemetik hanya berperan menutupi gejala muntah,sehingga untuk pengobatan yang tuntas perlu dicari
penyebabnya.Ada 2 pusat yang berkaitan dengan muntah pada spp yaitu:

1. Chemoreseptor trigger Zone (CTZ) menerima kebanyakan rangsang dari obat, toksin dan vestibuler serta
meneruskan ke pussat muntah, pada medulla.

2. Pusat muntah,Berada pada medulla yang apabila terangsang akan menjadi reflek muntah. Dopamin dan
Levodopa merupakan neurotransmitter yang merangsang CTZ dan diteruskan kepusat muntah, beberapa impuls
sensori diteruskan kepusat muntah, misalnya Bau, Rasa dan Iritasi mukosa lambung.

Obat obat yang berkhasiat anti muntah:

1. Antihistamin (dimenhidrinat,Siklizin,Meklisin, Difenhidramin) dapat dibeli tanpa resep, digunakan untuk


mual,Muntah dan Vertigo karena mabuk. ESO: mengantuk, Mulut kering dan kontipasi. Obat antihistamin
antiemetic yang tidak dapat diperoleh dengan bebas (harus diresepkan) adalah: Hidrosisin : Untuk mual paska
operasi dan vertigo, kadang diberikan bersama premedikasi. Prometasin untuk digunakan untuk mual,Muntah
paska operasi.Vertigo .

2. Larutan Karbohidrat hiperosmolar,menurunkan mual dan muntah dengan mengubah PH lambung, Contoh
emetrol.

3. Antikolinergik (Skopolamin), digunakan untuk mabuk perjalanan, dipasang dibelakang (Patch)


telinga,efektif selama tiga hari.

4. Antiemetik Fenotiazin (Perpenazin, Klorpromasin,Proklorperasin,Flufenasin,Tietilperasin,Triflupromasin)


digunakan untuk mual dan muntah berat,paska pembedahan,anestasi, tetapi antepsikotik yang berefek anti
emetic dengan dosis lebih rendah. Klorpromasin (Largactil) dan Proklorperasin merupakan trangulizer pertama
yang digunakan untuk antispikotik sekaligus anti emetic. Obat ini bekerja dengan cara menghambat CTZ. Obat
Fenotiazin berintraksi dengan obat antihipertensi,alcohol,nitrat, akan menyebabkan hipotensi, sedative-hipnotik,
anestesi umum akan menyebabkan depresi SSP berat. Penggunaan bersama antihistamin,antikolinergik
membuat efek antikolinergik berlebih. Dalam pemeriksaan enzim hati, Jantung, Kolesterol, dan gula akan
menjadi peningkatan.

ESO: Sedasi sedang, Hipotensi, gejala extrapiramidal (Parkinsonisme), Efek SPP (gelisah, lemah, distonik,
agitasi), dan efek antikolinergik ringan (Mulut kering,retensi urine, konstipasi)

5. Kannabioid : kandungan aktif mariyuana, disetujui penggunaannya tahun 1985, untuk menghilangkan
mual, muntah, karna pengobatan antineoplastik, Obat digunakan apa bila dengan antiemetic lain tidak berefek.
Ada 2 kannabioid yang direkomandasikan yaitu Dronabinol dan Nabilon.

6. Aanti emitik lain (Benzquinamid, Metoklopramid,Difenidol, Trimetobenzamid), Efek anti emetic tidak
sekuat antihistamin, antikolergik maupun fenotiazin, Bekerja dengan menekan impuls CTZ.

ESO : meningkatkan curah jantung, tekanan darah, dan gejala antikolinergik lain.
Ondansetron,Tropisetron,Granisetron,adalah obat obat yang digunakan untuk anti muntah dan mual terutama
karena efek pengobatan antikanker.

Perawatan Pasien dengan pengobatan antiemetic :

1. Kaji dengan cermat riwayat muntah dan dapatkan kemungkinan factor penyebabnya.

2. Kaji riwayat penakit yang diderita saat ini terutama yang berhubungan dengan efek pengobatan
antiemetic.

3. Periksa tanda vital dasar sebagai evaluasi.

4. Pantau ESO obat.

5. Hindarkan diwaktu hamil trimester 1 untuk untuk tidak minum obat anti emetic.

6. Hati hati penggunaan Fenotiazin pada gangguan hati.

7. Sebelum penggunaan obat usahakan mengatasi muntah dengan cara nonfarmakologik, Misalnya dengan
meminumkan the encer.

Contoh Obat beredar:

Dimenhidrinat : Antimab, Antimo, Stop-mun.

Difenhidramin : Wisatamex.

Metoklopropamid : Damaben drops, Impram, Gavistal, Lexapram, Mepramid, Nilatika, Naveren, Dll.

Das könnte Ihnen auch gefallen