Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
UNIVERSITAS RIAU
Nadia
1505114608
Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP
Universitas Riau, Pekanbaru 28293
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Burung merupakan salah satu bagian dari keanekaragaman hayati yang harus dijaga
kelestariaannya dari kepunahan maupun penurunan keanekaragaman jenisnya. Burung
memiliki banyak manfaat dan fungsi bagi manusia, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Manfaat dan fungsi burung secara garis besar dapat digolongkan dalam nilai
budaya, estetik, ekologis, ilmu pengetahuan dan ekonomis, burung juga memiliki peranan
penting dari segi penelitian, pendidikan, dan untuk kepentingan rekreasi dan pariwisata
(Alikodra, 2002).
Penggunaan ruang pada profil hutan maupun penyebaran secara horizontal pada berbagai
tipe habitat, menunjukkan adanya kaitan yang erat antara burung dengan lingkungan
hidupnya terutama dalam pola adaptasi dan strategi untuk memperoleh sumber pakan.
Penyebaran vertikal pada jenis-jenis burung dapat dilihat dari stratifikasi ruang pada profil
hutan. Berdasarkan stratifikasi profil hutan maka dapat diperoleh gambaran mengenai burung
dalam memanfaatkan ruang secara vertikal, yang terbagi dalam kelompok burung penghuni
bagian paling atas tajuk hutan, burung penghuni tajuk utama, burung penghuni tajuk
pertengahan, penghuni tajuk bawah, burung penghuni semak dan lantai hutan, selain itu juga
terdapat kelompok burung yang sering menghuni batang pohon (Ratna, 2017).
Indonesia memiliki keanekaragaman burung yang cukup tinggi. Alikodra (1980)
menyatakan bahwa tingginya keanekaragaman jenis burung di suatu wilayah didukung oleh
tingginya keanekaragaman habitat karena habitat bagi satwa liar secara umum berfungsi
sebagai tempat untuk mencari makan, minum, istirahat, dan berkembang biak. Berdasar pada
fungsi tersebut, maka keanekaragaman jenis burung juga berkaitan erat dengan
keanekaragaman tipe habitat serta beragamnya fungsi dari setiap tipe habitat yang ada di
hutan kota. Kelestarian burung dapat dipertahankan dengan melakukan konservasi jenis yang
didahului dengan berbagai studi atau penelitian tentang satwa tersebut, antara lain mengenai
populasi, habitat dan lingkungan yang mempengaruhinya (Haditono, 2012). Eco Edupark
merupakan bagian Arboretum Universitas Riau yang merupakan suatu kawasan yang
memiliki banyak fungsi salah satunya adalah sebagai habitat burung. Dengan
keanekaragaman jenis tumbuhan yang ada, kawasan Eco Edupark diharapkan dapat
mendukung kehidupan berbagai jenis burung
METODOLOGI
Penelitian ini dilakukan di kawasan Eco Edupark Universitas Riau. Penelitian dilakukan
pada hari Sabtu tanggal 25 November 2017 pukul 06.00-07.00 WIB. Pengamatan dilakukan
oleh 8 kelompok pengamat yang masing-masing menjelajah daerah yang berbeda disesuaikan
dengan kondisi di Eco Edupark Universitas Riau.
H = - pi ln pi
dimana :
H = Indeks keanekaragaman jenis
pi = ni/N
ni = Jumlah individu dari jenis ke i
N = Jumlah total individu dari semua jenis
Ni
KR =
N
dimana:
KR= Kelimpahan Relatif
Ni = Jumlah individu jenis ke-i
N = Jumlah individu seluruh jenis
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa indeks keberagaman burung di kawasan Eco
Edupark mempunyai nilai 3,02. Kriteria keanekaragaman menurut Shanon-Wiener adalah
H<1 adalah rendah, 1<H<3 adalah sedang, dan H>3 adalah tinggi. Sehingga
keanekaragaman burung di kawasan Eco Edupark tergolong tinggi dengan jumlah 119 ekor
burung dari 31 spesies. Spesies yang paling banyak ditemukan adalah burung walet
(Aerodramus fuciphagus) yang berjumlah 14 ekor dan burung layang-layang (Hirundo sp)
yang berjumlah 11 ekor.
Beberapa spesies dari famili Nectaridae yaitu Burung Madu Sriganti (N. jugularis)
termasuk burung yang dilindungi. Spesies tersebut termasuk yang telah dilindungi oleh
Undang-undang No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya dan diperkuat oleh Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang
Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Terdapat spesies yang selain dilindungi oleh
peraturan perundangan tersebut di atas juga memiliki status keterancaman menurut badan
internasional yang bergerak dalam bidang konservasi alam/International Union for
Conservation of Nature anda Natural Resources (IUCN) serta status dalam perlindungan
perdagangan menurut konvensi internasional perdagangan spesies fauna dan flora yang
terancam punah/ Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna
and Flora (CITES) yaitu Rangkong Badak (Buceros rhinoceros). Spesies tersebut jumlahnya
sangat sedikit, hal ini dapat diduga karena kondisi habitat yang kurang memadai terutama
jenis vegetasi/ pohon dan banyaknya gangguan dari para pemburu.
Menurut IUCN bahwa Rangkong Badak (B. rhinoceros) termasuk dalam kategori
mendekati terancam (near threatened), hal ini berarti bahwa apabila tidak ada upaya
konservasi terhadap burung tersebut maka taksa ini akan menjadi status terancam. Dalam
CITES burung Rangkong Badak (B. rhinoceros) termasuk dalam Appendix II, artinya bahwa
jenis-jenis ini akan punah apabila kegiatan perdagangan terus dilakukan tanpa adanya
pengaturan. Jenis-jenis burung tersebut di atas jumlahnya sangat sedikit di hutan kota. Hal
ini perlu ada upaya serius dari pemerintah dalam rangka melestarikan jenis burung tersebut
dengan memperbaiki kondisi habitat di wilayah perkotaan.
Chart Title
0.14
0.12
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
Amaurornis
Aerodramus
Coturnix sp
Buceros Sp
Corvus enca
H
Oriolus chinensis
Hemipus picatus
Hirundo sp
Streptopelia chinensis
Nectarinia jugularis
HalcyonSmyrnensis
Pycnonotus sp
Pycnonotus aurigaster
Eurystomus orientalis
Dendrocopos sp
Prinia sp
Ficedula zanthopygia
Dicrurussp
Copsychus saularis
Pericrocotus flammeus
Centropussinensis
Ploceusmanyar
Pernis ptilorhynchus
E.roratus
Nectarinia jugularis
Pycnonotus zeylanicus
P.cinnamomeus
Passer montanus
Copsychus malabaricus
Dicrucus macrocercus
Copsychus malabaricus
Kelimpahan relatif jenis burung untuk keseluruhan lokasi didominasi oleh burung Wallet
(Aerodramus fuciphagus) sebesar 11,7% diikuti oleh Merbah (Pycnonotus sp) dan burung
Layang-layang sebesar 9,2%. Hal ini diduga karena di kawasan Eco Edupark banyak tersedia
pakan bagi burung walet dan juga burung merbah. Kelimpahan dapat dinyatakan juga sebagai
jumlah organisme per unit area (kepadatan absolut), atau sebagai kepadatan relatif, yaitu
kepadatan dari satu populasi terhadap populasi lainnya (Krebs 1978). Kelimpahan relatif
adalah perbandingan kelimpahan individu tiap jenis terhadap kelimpahan (jumlah) seluruh
individu dalam suatu komunitas (Krebs 1978). Kelimpahan burung pemakan buah mungkin
dapat dihubungkan dengan kelimpahan pohon yang sedang berbuah (Bibby et al. 2000).
Welty (1982) mengemukakan bahwa modifikasi lingkungan alami menjadi lahan pertanian,
perkebunan, kota, jalan raya dan kawasan industri berakibat buruk bagi burung. Walaupun
modifikasi tertentu habitat alami dapat membawa keberuntungan bagi spesies-spesies
tertentu, namun secara keseluruhan berakibat merusak kehidupan burung.
Suatu jenis burung biasanya memerlukan kondisi lingkungan dan jenis makanan yang
spesifik. Di sisi lain, setiap jenis pohon dan komposisi jenis pohon suatu komunitas (hutan
kota) dapat menciptakan berbagai kondisi lingkungan dan ketersediaan makanan yang
spesifik bagi jenis-jenis burung tertentu (niche atau relung ekologi). Menurut Suripto (2006)
bahwa komposisi vegetasi yang relatif heterogen menciptakan relung ekologi yang lebih
bervariasi mulai dari daratan yang yang relatif terbuka sampai daratan yang dipadati
pepohonan bagi burung. Dengan makin banyak jenis pohon berarti akan tercipta banyak
relung ekologi yang memungkinkan berbagai jenis burung dapat hidup secara bersama.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan keanekaragaman jenis burung di areal perkotaan,
perlu dilakukan penganekaragaman jenis pohon, terutama dengan pohon bebuahan. Menurut
Setio (2006) beberapa karakteristik tumbuhan yang cocok dan dapat dipelihara untuk
menyiapkan lingkungan alami bagi burung adalah : buahnya dapat dijadikan sumber pakan
burung; berbuah sepanjang tahun; memiliki percabangan lateral/horisontal; tajuk tidak harus
selalu tinggi dan juga tidak harus selalu lebat (terutama untuk pengaturan cahaya matahari);
dan bukan jenis tumbuhan berduri tajam, mengeluarkan getah lengket, atau beracun. Hal ini
berarti bahwa, untuk meningkatkan keanekaragaman jenis burung, jumlah individu masing-
masing jenis pohon begitu penting, dan yang lebih penting adalah jumlah jenisnya.
KESIMPULAN
Keanekaragaman jenis burung di kawasan Eco Edupark Universitas Riau tergolong
tinggi dengan nilai indeks keberagaman 3,02. Terdapat 31 speies dari 119 ekor burung yang
ditemukan. Sedangkan kelimpahan relatif jenis burung untuk keseluruhan lokasi didominasi
oleh burung Wallet (Aerodramus fuciphagus) sebesar 11,7% diikuti oleh Merbah
(Pycnonotus sp) dan burung Layang-layang sebesar 9,2%. Keanegaraman jenis burung dapat
ditingkatkan dengan meningkatkan jumlah spesies pohon tertutama pohon bebuahan sebagai
pakan burung dan juga habitatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Alikodra, HS. 2002. Pengelolaan Satwa Liar Jilid 1. Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan
IPB. Bogor.
MacKinnon, J., K. Philip dan V. Balen. 2010. Seri panduan Lapangan Burung-Burung
Sumatera, Kalimantan, Jawa dan Bali. Puslitbang Biologi LIPI. Bogor
Hasibuan, Ratna Sari., At, Mulyani., Majid, Ihsan Abdul. 2017. Keanekaragaman Jenis
Burung Di Resort Tapos Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. SenasPro2. 17
Oktober 2017.
Hadiono., Mulyadi, Aras., Siregar, Yusni Ikhwan. 2012. Keanekaragaman Jenis Burung Di
Hutan Kota Pekanbaru. Jurnal Ilmu Lingkungan. 6(1), 2012. ISSN: 1978-5283.
Setio, P. dan M. Takadjandji. 2007. Konservasi Ex Situ Burung Endemik Langka Melalui
Penangkaran. Prosiding Expose Hasil-hasil Penelitian, Pusat Litbang Hutan dan
Konservasi Alam BogorPusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam Bogor.