Sie sind auf Seite 1von 14

Tugas Individu Manajemen Pemasaran

Dosen : Dr. Indrianty Sudirman, S.E, M.Si

TUGAS FINAL
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
FLUKTUASI HARGA JUAL TELUR AYAM RAS
(Kasus Di PT Bawakaraeng Mitra Abadi, Makassar)

OLEH :

ASTRINI PADAPI
P1000213017

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


PROGRAM MAGISTER PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini dengan ini menyatakan bahwa :


1. Tugas ini adalah tugas hasil karya saya sendiri,
2. Apabila dikemudian hari diketahui bahwa yang saya susun tersebut
merupakan hasil juplikan/ salinan karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi Dinyatakan tidak lulus pada Mata Kuliah yang ibu bimbing
ini

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesunguhnya dan unutk
dipergunakan sebagaimana mestinya.

Makassar, 13 Januari 2014

Yang Membuat Pernyataan

ASTRINI PADAPI, S.PT


(P1000 213 017)
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Menurut Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No


948/Kpts/OT.210/10/97, usaha peternakan adalah suatu usaha pembibitan dan atau
budidaya peternakan dalam bentuk perusahaan peternakan atau peternakan rakyat
yang diselenggarakan secara teratur dan terus-menerus pada suatu tempat dan
dalam jangka waktu tertentu untuk tujuan komersial atau sebagai usaha sampingan
untuk menghasilkan ternak bibit/ternak potong, telur, susu serta menggemukan
suatu jenis ternak termasuk mengumpulkan, mengedarkan dan memasarkan. Modal
dalam usahatani yang didalamnya termasuk usaha peternakan ayam petelur dapat
diklasifikasikan sebagai bentuk kekayaan, baik berupa uang maupun barang yang
digunakan untuk menghasilkan sesuatu baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam suatu proses produksi.

Usaha peternakan semakin berkembang seiring dengan perkembangan


zaman. Pembangunan sektor peternakan bertujuan untuk meningkatkan pendapatan
dan taraf hidup masyarakat petani peternak, selain itu membuka lapangan kerja dan
kesempatan untuk berusaha, oleh karena itu pembangunan sektor peternakan perlu
untuk dilanjutkan dan ditingkatkan melalui kemampuan pengelolahaan dan
penerapan teknologi yang tepat (Murtidjo,1992).

Telur merupakan sumber protein hewani yang cukup banyak digemari saat ini.
Kebutuhan akan telur selalu saja meningkat dari waktu ke waktu. Mulai dari anak-
anak hingga dewasa menyukai telur. Selain mudah proses membuatnya, harga yang
relatif terjangkai juga merupakan salah satu daya tarik telur masih mempunyai
pangsa pasar yang cukup menjanjikan dewasa ini. Memang telur tidak hanya terdiri
dari satu macam saja, di samping telur ayam ras kita juga mendapati telur ayam
kampung, telur ayam arab yang kenyataannya sama dengan telur ayam ras, telur
itik, telur angsa, dan telur puyuh.

Dalam Harian Online Portal Bisnis Makassar, Tanggal 6 Juli 2013 dikutip
berita bahwa Harga telur ayam ras melonjak dari Rp28 ribu per rak menjadi Rp33
ribu per rak menjelang bulan suci Ramadhan. Dari beberapa sembako yang
harganya naik, telur ayam ras dan ayam potong yang harganya melonjak drastis,
kata salah seorang pedagang Hj Nurhaedah di Pasar Pannampu, Makassar, Sabtu.
Menurut dia, kenaikan harga telur ayam ras tersebut karena dipengaruhi kenaikan
biaya transportasi pasca kenaikan harga Bahan Bakar Minyak pada akhir Juni 2013.
Akibatnya, lanjut dia, pihak distributor menaikkan harga telur ayam ras karena
alasan kenaikan biaya angkut dari daerah sentra produksi. Jadi, kami pedagang
pengecer hanya menyesuaikan harga saja ditengah-tengah tingginya permintaan
telur ayam ras jelang Ramadhan, katanya. Menanggapi kenaikan harga dua jenis
sembako tersebut, salah seorang pembeli di Pasar Pannampu, Makassar Subaedah
mengatakan, hendaknya pemerintah segera turun ke lapangan melakukan stabilisasi
harga.

Dalam sebuah transaksi jual beli tentu saja harus ada standar harga yang
anda gunakan. Karena harga bisa kita katakan murah atau mahal itu bisa diketahui
dari standar harganya. Fluktuasi harga telur sangat banyak faktor yang bisa
mempengaruhi, sulit sekali kita memprediksi harga yang akan terjadi. Tetapi sebagai
pelaku bisnis dalam bidang perteluran ini, baik pedagang atau peternak, yang
terpenting adalah harus segera mengetahui perkembangan harga telur terkini yang
terjadi. Perubahan harga tersebut juga terjadi di salah satu perusahaan peternakan
yang bergerak di bidang jual telur ayam ras di Makassar. Berikut ini adalah data 3
bulan terakhir fluktuasi harga telur ayam ras di PT Bawakaraeng Mitra Abadi,
Makassar:

Tabel 1. Fluktuasi harga telur ayam ras pada bulan Oktober Desember 2013, di PT Bawakaraeng
Mitra Abadi, Makassar.
No. Bulan (2013) Harga (Rp/kg)
1 Oktober 13.700
2 November 13.500
3 Desember 15.000
Sumber: Data Primer yang telah diolah, 2013.

Berdasarkan data pada tabel 1 dapat terlihat fluktuasi tersebut. Apa saja factor yang
mempengaruhi terjadinya keadaan tersebut. Bagaimana keadaan bulan sebelum
nya dalam tahun yang sama? Strategi apa yang digunakan penjual unutk
memperoleh keuntungan? Hal tersebutlah yang melatarbelakangi dibuatnya
makalah ini.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang sehingga dapat diperoleh rumusan masalah


sebagai berikut:

1. Bagaimana keadaan harga telur ayam di tahun 2013?


2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi harga jual telur ayam ras tersebut?
3. Bagaimana cara dan tujuan penetapan harga yang dilakukan produsen, grosir
dan pengecer?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 GAMBARAN UMUM HARGA TELUR AYAM RAS

Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain
daging, ikan dan susu. Umumnya telur yang dikonsumsi berasal dari jenis-jenis
burung, seperti ayam, bebek, dan angsa, akan tetapi telur-telur yang lebih kecil
seperti telur ikan kadang juga digunakan sebagai campuran dalam hidangan
(kaviar).

Harga merupakan jumlah yang dibayarkan oleh pembeli atas barang dan jasa
yang ditawarkan oleh penjual.Sebenarnya konsep tersebut terlalu sederhana.Harga
juga disebut nilai. Menurut teori ekonomi, nilai adalah ungkapan secara kuantitatif
tentang kekuatan barang untuk dapat menarik barang lain dalam pertukaran. Tetapi
kondisi masyarakat sekarang sudah lain. Untuk mengukur nilai suatu barang dalam
pertukaran dapatlah digunakan uang.Sehingga istilah yang dipakai adalah harga.
Secara singkat, harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa produk kalau
mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan
pelayanannya (Swastha, 2000).

Menetapkan harga memang mudah, tetapi menetapkan harga yang tepat


itulah persoalannya. Banyak faktor yang perlu dipertimbangkan dan banyak pihak
yang berkepentingan dengan harga.Bagi perusahaan, harga jelas mempengaruhi
keuntungan.Jelasnya harga tidak boleh lebih rendah dari biaya rata-rata perproduk
kalau perusahaan ingin memperoleh keuntungan (Simamora, 2002).

Harga jual ditetapkan oleh pembeli dan penjual dalam suatu proses tawar
menawar. Penjual akan meminta harga jual yang lebih tinggi dari yang diharapkan
akan diterimanya, sedangkan pembeli akan menawar lebih rendah dari yang
diharapkan akan dibayarnya. Dengan tawar menawar mereka akan sampai pada
suatu kesepakatan tentang harga (Swastha, 2000).
Berikut ini adalah perkembangan harga rata-rata telur ayam ras tingkat
nasional, 2010 Mei 2013:

Gambar 1. Perkembangan harga rata-rata telur ayam ras di Tingkat Nasional, 2010
Mei 2013 (Sumber : Deptan, 2013).

Perkembangan harga rata-rata telur ayam ras di tingkat nasional selama


tahun 2010 Mei 2013 berfluktuasi namun cenderung meningkat. Rata-rata
peningkatan harga telur ayam ras pada tahun 2010 sebesar 0,90%, tahun 2011
sebesar 0,36% dan tahun 2012 sebesar 0,27%. Peningkatan harga telur ayam ras
terjadi pada bulan Juni, Juli dan Agustus di mana hal ini terkait dengan menjelang
puasa dan Idhul Fitri. Pada periode Januari - Mei 2013 harga rata-rata telur ayam
ras terlihat fluktuatif. Dari bulan Pebruari hingga April 2013 harga mengalami
penurunan namun kembali meningkat di bulan Mei menjadi sebesar Rp. 17.540,-/kg
(Gambar 1).

Berikut ini adalah perkembangan harga rata-rata telur ayam ras di


Perusahaan Peternakan PT Bawakaraeng Mitra Abadi, Makassar, 2013:

Tabel 2. Fluktuasi harga jual telur ayam ras pada tahun 2013, di PT Bawakaraeng Mitra Abadi,
Makassar.
No. Bulan (2013) Harga (Rp/kg)
1 Januari 16.900
2 Februari 15.450
3 Maret 12.300
4 April 13.200
5 Mei 16.200
6 Juni 15.200
7 Juli 17.200
8 Agustus 16.600
9 September 14.200
10 Oktober 13.700
11 November 13.500
12 Desember 15.000
Sumber: Data Primer yang telah diolah, 2013.
Berdasarkan data pada tabel 2, dapat diketahui bahwa memang terjadi fluktuasi
harga jual telur ayam ras di tahun 2013. Apa-apa saja yang mempengaruhi
terjadinya keadaan tersebut berikut akan dibahas pada sub bab selanjutnya.

2.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA JUAL TELUR AYAM


RAS

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi harga jual telur ayam ras adalah
sebagai berikut:

1. Harga Pakan

Penelitian Yunus (2009) dalam Nuryati dan Nur (2012) menyatakan bahwa
biaya pakan pada ayam pedaging maupun petelur mencapai 60% dari total biaya
produksi. Sementara hasil penelitian lain menyatakan bahwa biaya pakan pada
ayam pedaging maupun petelur adalah 58,13-61,22% dari total biaya produksi
(Sumartini, 2004 dalam Nuryati dan Nur 2012). Sedangkan hasil penelitian Sutawi
(1999) dalam Nuryati dan Nur (2012) biaya pakan dari total produksi mencapai 61,75
- 82,14%. Kenaikan harga pakan berdampak terhadap naiknya harga telur. Namun
demikian, seringkali kenaikan harga telur ayam tidak meningkat signifikan seiring
dengan kenaikan harga pakan sehingga banyak peternak telur yang menutup
usahanya. Di lain pihak, konsumsi telur ayam dalam masyarakat cenderung naik
sehingga ketika pasokan telur ayam di pasar tidak mencukupi maka mereka
kesulitan mendapatkan telur ayam akibatnya harga jual melambung tinggi. Kenaikan
harga pakan selama tahun 2011, berdampak pada harga telur ayam selama periode
tersebut naik mencapai kisaran Rp 12.000,00 - Rp 15.000,00 per kg dimana
sebelumnya harga telur ayam hanya mencapai kisaran Rp 8.000,00 - Rp 9.500,00
per kg.

2. Harga DOC

Faktor kedua adalah harga Day One Chick/bibit (DOC) ayam petelur. Dalam
struktur produksi peternak telur ayam, DOC atau anak ayam merupakan komponen
kedua setelah pakan. Harga DOC ayam cenderung naik dan tidak stabil, dimana
harga terendah DOC adalah Rp 1.500,00 per ekor. Namun sejak tahun 2008 harga
DOC naik menjadi Rp 5.500,00 per ekor. Selama tahun 2011 harga DOC ternak
layer cukup tinggi, bulan September 2011 harga DOC layer mencapai Rp 6.500,00-
Rp 7.000,00 per ekor. Permasalahan pada pasar DOC adalah harga DOC
ditentukan oleh Gabungan Pengusaha Peternak Unggas (GPPU) yang
beranggotakan pengusaha-pengusaha ternak ayam. Struktur pasar pakan dan DOC
yang cenderung oligopoly menyebabkan stabilitas harga telur ayam menjadi
terganggu atau harga DOC cenderung meningkat.

3. Harga Ayam Afkir


Faktor ketiga adalah banyaknya ayam petelur yang sudah tua (ayam afkir).
Fluktuasi harga telur ayam juga dipengaruhi oleh perilaku peternak ayam petelur.
Ketika harga telur menurun, banyak peternak yang menjual ayam tua untuk
mengkompensasi harga telur yang turun sementara harga pakan terus naik.
Akibatnya populasi ayam afkir menjadi berkurang sehingga produksi telur pun
menjadi kurang.

4. Perubahan Iklim

Faktor ke-empat adalah perubahan iklim yang ekstrim yang berdampak pada
penurunan ketahanan ayam peternak. Faktor kelima adalah penjualan telur ayam ke
luar wilayah sehingga harga di wilayah penghasil telur ayam justru tinggi seperti
yang terjadi di Makassar. Hal ini dimanfaatkan oleh para pedagang telur untuk
menimbun sehingga pasokan telur di pasar menjadi langka dan mendorong harga
menjadi naik. Pada saat harga telur ayam turun, peternak akan menutup
kerugiannya dengan menjual ayam afkir. Penjualan ayam afkir ini menyebabkan
produksi telur menjadi berkurang, sehingga harga telur kembali naik karena
permintaan telur tidak ada perubahan. Kondisi ini yang mengganggu kestabilan
harga telur, disamping adanya faktor-faktor struktural lainnya yang berkaitan dengan
sisi produksi. Masing-masing kota/propinsi mempunyai karakteristik harga yang
berbeda. Harga yang stabil ini menjadikan insentif bagi para petani dan pedagang
besar dalam mensuplai pasokan telur di wilayah-wilayah yang berbeda atau bahkan
terjadi perdagangan telur antarpulau.

Selama tahun 2013 fluktuasi harga yang terjadi di kota Makassar terutama
karena aspek penawaran. Pada saat jumlah persediaan telur sedikit, harga
meningkat. Namun, di saat harga naik, dalam rangka meningkatkan jumlah produksi
telur, para peternak menambah jumlah ayam petelur. Kemudian, pada saat jumlah
produksi telur melimpah, maka harga kembali turun. Sebaliknya, di saat harga turun,
peternak merasa kehilangan insentif untuk memproduksi telur dan sebagai upaya
untuk meminimalkan kerugian para peternak mengurangi populasi ayam afkir
dengan cara menjual. Dengan demikian, ayam yang dapat menghasilkan telur
menjadi berkurang yang berakibat pada penurunan suplai telur.

5. Rantai Tataniaga

Rantai tataniaga yang panjang berperan dalam akumulasi marjin di tingkat


konsumen akhir, sehingga harga yang dibayar konsumen menjadi tinggi. Biaya
marketing meliputi biaya yang diperlukan untuk melaksanakan semua aktifitas yang
diperlukan untuk penyaluran barang-barang tersebut secara fisik. Jika dipandang
dari segi marketing secara luas, maka biaya marketing adalah meliputi semua biaya
produksi kecuali biaya dalam penciptaan faedah. Sedang biaya penciptaan faedah
tempat, waktu dan milik yang ditambahkan kepada barang tersebut disebut biaya
marketing (Pangabean, 2009).

2.3 TUJUAN PENETAPAN HARGA JUAL

Dalam hubungannya dengan harga jual banyak perusahaan yang


mengadakan pendekatan dan menjadikan tujuan perusahaan sebagai tolak ukur
dalam menetapkan harga jual, serta mempertimbangkan faktor-faktor yang
pengaruhnya sangat kuat terhaadap keberadaan suatu produk di pasar. Menurut
Kotler (1994), menyatakan bahwa ada enam tujuan usaha yang utama
memungkinkan perusahaan melalui penetapan harga yaitu bertahan hidup,
memaksimalkan laba jangka pendek, memaksimalkan pendapatan jangka penjang,
pertumbuhan penjualan maksimum, penyaring pasar secara maksimal, dan unggul
dalam mutu produk.

Perusahaan memutuskan bahwa bertahan hidup akan dijadikan sebagai


tujuan utamanya, bila menghadapi kapasits yang tinggi, persaingan yang gencar
atau perubahan keinginan konsumen. Agar perusahaan bisa terus berprodukso
serta persedian terus berputar, maka perusahaan harus memegang harga jual yang
rendah dengan harapan bahwa pasar akan peka terhadap harga. Dalam hal ini
mampu bertahan hidup dianggap memiliki arti yang lebih besar daripada jumlah
keuntungan. Akan tetapi, bertahan hidup hanyalah jangka pendek. Dalam jangka
panjang perusahaan harus mencari agar produksinya mendapat nilai lebih di pasar
atau bangkit ke permukaan.

Kebanyakan perusahaan menentukan tingkat harga yang akan menghasilkan


keutungan setinggi mungkin. Mereka mempertimbangan bahwa permintaan dan
biaya ada hubungannya dengan tingkat harga, dan kemudian memutuskan satu
harga tertentu yang diharapkan akan menghasilkan keuntungan maksimal, arus kas
sebanyak mungkin. Dalam banyak hal perusahaan lebih menekankan prestasi
keuntungan jangka pendeknya daripada jangka panjang.

Beberapa perusahaan ingin menentukan tingkat harga yang nantinya dapat


memaksimumkan pendapatan dari penjualan. Kalau fungsi biaya sulit diperkirakan
karena adanya biaya-biaya gabungan dan biaya tidak langsung, maka tujuan
memaksimumkan pendapatan dalama jangka panjang pada gilirannya akan
memaksimumkan laba dan pertumbuhan pangsa pasar.

Suatu perusahaan dapat mengejar enam tujuan melalui penetapan harga


(Kotler, 2008), yaitu :

(1) Kelangsungan hidup

Perusahaan dapat mengejar kelangsungan hidup sebagai tujuan utamanya,


jika mengalami kapasitas lebih, persaingan ketat, atau perubahan keinginan
konsumen. Untuk menjaga agar pabrik tetap beroperasi dan persediaan dapat terus
berputar, mereka sering melakukan penurunan harga. Laba kurang penting
dibandingkan kelangsungan hidup. Selama harga dapat menutup biaya variabel dan
sebagian biaya tetap, perusahaan dapat terus berjalan. Tetapi kelangsungan hidup
hanyalah tujuan jangka pendek. Dalam jangka panjang, perusahaan harus dapat
meningkatkan nilainya.

(2) Laba sekarang maksimum

Banyak perusahaan menetapkan harga yang memaksimalkan labanya


sekarang. Mereka memperkirakan bahwa permintaan dan biaya sehubungan
sebagai alternatif harga dan memilih harga yang akan menghasilkan laba, arus kas,
atau pengembalian investasi yang maksimum.

(3) Pendapatan sekarang maksimum

Beberapa perusahaan menetapkan harga yang akan memaksimalkan


pendapatan dari penjualan. Maksimalisasi pendapatan hanya membutuhkan
perkiraan fungsi permintaan. Banyak manajer percaya bahwa maksimalisasi
pendapatan akan menghasikan maksimalisasi laba jangka panjang dan
pertumbuhan pangsa pasar.

(4) Pertumbuhan penjualan maksimum

Perusahaan lainnya ingin memaksimalkan unit penjualan. Mereka percaya


bahwa volume penjualan lebih tinggi akan menghasilkan biaya per unit lebih rendah
dan laba jangka panjang yang lebih tinggi. Mereka menetapkan harga terendah
dengan mengasumsikan bahwa pasar sensitif terhadap harga. Ini disebut penetapan
harga penetrasi pasar.

(5) Skimming pasar maksimum

Skimming pasar hanya mungkin dalam kondisi adanya sejumlah pembeli


yang memiliki permintaan tinggi, biaya per unit untuk memproduksi volume kecil
tidaklah sedemikian tinggi, sehingga dapat mengurangi keuntungan penetapan
harga maksimal yang dapat diserap pasar, harga yang tinggi tidak menarik lebih
banyak pesaing, harga tinggi menyatakan citra produk superior.

(6) Kepemimpinan mutu produk

Perusahaan mungkin mengarahkan untuk menjadi pemimpin dalam hal mutu


produk dipasar, dengan membuat produk yang bermutu tinggi dan menetapkan
harga yang lebih tinggi dari pesaingnya. Mutu dan harga yang lebih tinggi akan
mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dari ratarata industrinya.
Ada banyak cara penetapan harga sebuah produk berikut beberapa
pendekatan pokok produksi dalam penentuan harga jual antara lain:

1. Penetapan Harga Biaya Plus (Cost-Plus Pricing Method)

Cost plus pricing adalah metode penentuan harga suatu produk


atau jasa yang menggunakan biaya langsung, biaya tidak langsung dan
biaya tetap, baik yang terkait dengan produksi dan penjualan produk atau
jasa maupun yang tidak terkait. Biaya ini dikonversikan kebiaya per unit
untuk produk, kemudian suatu persentase yang telah ditentukan terlebih
dahulu ditambahkan untuk memberikan suatu margin laba. Harga yang
dihasilkan adalah biaya per unit plus persentase kenaikan harga jual
(mark up).

Kalau menggunakan metode ini, anda menentukan harga jual per unit produk
anda dengan menghitung jumlah seluruh biaya per unit ditambah jumlah tertentu
untuk menutup laba yang anda kehendaki pada unit tersebut, atau disebut marjin.
Harga jual produk dapat anda hitung dengan rumus :

Biaya Total + Marjin = Harga Jual

Berikut ini adalah aplikasi metode penetapan harga biaya plus yang dilakukan
oleh Pedagang Grosir:

Pedagang Grosir
Perhitungan harga per rak = Rp. 13.300 x 1,8 kg = Rp 23.940/ rak
sedangkan dijual dengan harga Rp. 25.000 , (keuntungan naik Rp. 1.060/
rak). Hal ini hanya perhitungan 1 rak. Bila penjualan mencapai 2000 rak
perharinya, keuntungan mencapai Rp. 2.120.000/ hari/ 2000rak.
Biaya total = 23.940
Marjin = 1.060
Harga Jual = 25.000

2. Penetapan Harga Mark-Up (Mark-Up Pricing Method)

Pada intinya, penetapan harga mark-up ini hampir sama dengan penetapan
harga biaya plus. Para pedagang atau perusahaan perdagangan lebih banyak
menggunakan penetapan harga mark-up ini. Caranya lebih sederhana. Anda
membeli barang- barang dagangan kemudian harga jualnya anda tentukan setelah
menambah harga beli dengan sejumlah mark-up, seperti rumus di bawah ini:

Harga Beli + Mark Up = Harga Jual


Berikut ini adalah aplikasi metode penetapan harga Mark up yang dilakukan
oleh pedagang eceran:

Pedagang Eceran
Pedagang eceran membeli telur dari pedagang grosir Rp. 25.000/ rak
dengan menaikkan harga jual kembali (dijual eceran per butir) menjadi Rp.
1.300/butir sehingga menghasilkan keuntungan : Per rak Rp 25.000/ 30 butir =
Rp.835 kemudian dijual Rp. 1.300 sehingga keuntungannya Rp. 467/ butir nya,
atau setara Rp 14.010 per rak nya.
Harga beli = 25.000
Mark up = 14.010 (56%)
Harga Jual = 28.000
BAB III
PENUTUP

Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa:

1. Harga telur terendah terendah pada bulan Maret 2013 yaitu Rp12.300 dan yang
tertingi terjadi pada bulan Juli 2013 yaitu Rp 17.200.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga jual telur ayam ras adalah harga pakan,
harga DOC, harga ayam afkir, perubahan iklim dan rantai tataniaga.
3. Tujuan perusahaan melalui penetapan harga yaitu bertahan hidup,
memaksimalkan laba jangka pendek, memaksimalkan pendapatan jangka
penjang, pertumbuhan penjualan maksimum, penyaring pasar secara maksimal,
dan unggul dalam mutu produk. Melalui cara (1) Penetapan Harga Biaya Plus
dan (2) Penetapan Harga Mark-Up.
DAFTAR PUSTAKA

Deptan. 201. http://www/pusdatin.deptan.go.id. Buletin Analisis Perkembangan


Harga : Juni 2013. (Diakses 12 Januari 2014).

Kotler, P. 1994. Manajemen Pemasaran; Analisis Perencanaan, Implementasi dan


Pengendalian. Edisi keenam. Jilid 2. Erlangga, jakarta.

Kotler, P., Armstrong, G. 2008. Prinsip-prinsip Pemasaran. Penerbit Erlangga.


Jakarta.

Murtidjo, B. A, 1992. Mengelolah Ayam Buras. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Nuryati, Y., Nur, Y, H. 2012. Variabilitas harga telur ayam ras di Indonesia (The
Variability of Price of Ras Chicken Eggs in Indonesia). Buletin ilmiah litbang
perdagangan, vol.6 no.2, desember 2012. Jakarta Pusat.

Panggabean, G. 2009. Analisis Pemasaran dan Marjinal Telur Ayam Ras di Kota
Medan. Visi (2009) 17 (2) 176 189. Jakarta.

Simamora, H. 2002. Akuntansi manajemen. Penerbit Salemba Empat. Jakarta

Swastha, B. 2000. Manajemen Penjualan. PT. BPFE, Yogyakarta.

Das könnte Ihnen auch gefallen