Sie sind auf Seite 1von 13

BAB 2.

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang biasanya menyerang organ
parenkim paru (Brunner & Suddarth, 2002). Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksius
yang menyerang paru-paru biasanya ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan
nekrosis jaringan. Penyakit ini bersifat menahun dan dapat menular dari penderita kepada
orang lain (Santa, dkk, 2009).
Menurut Depkes (2007) Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
Tuberkulosis (TB) paru adalah infeksi pada paru-paru dan kadang pada struktur-
struktur disekitarnya, yang disebabkan oleh Mycrobacterium tuberculosis (Saputra, 2010).
Sedangkan menurut Rubenstein, dkk (2007), Tuberkulosis (TB) adalah infeksi bakteri
berbentuk batang yang tahan asam-alkohol (acid-alcohol-fast bacillus/AAFB)
Mycrobacterium tuberkulosis terutama mengenai paru, kelenjar getah bening, dan usus.
TB paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis
suatu basil yang tahan asam yang menyerang parenkim paru atau bagian lain dari tubuh
manusia melalui droplet (bersin, batuk dan berbicara) yang dapat menyerang lewat udara dari
penderita ke orang lain.
Menurut Depkes (2007), klasifikasi penyakit TB paru, diantaranya:
1. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena
a. Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan (parenkim) paru.
tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.
b. Tuberkulosis Ekstra Paru
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput
otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usus,
ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
2. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis pada TB Paru
a. Tuberkulosis paru BTA positif
1) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
2) satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan
gambaran tuberkulosis.
3) Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif.
4) satu atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS
pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah
pemberian antibiotika non OAT.
b. Tuberkulosis paru BTA negative
Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:
1) Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif.
2) Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis.
3) Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
4) Ditentukan atau dipertimbangkan oleh dokter untuk diberi pengobatan.
3. Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit
a. TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan
penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto toraks
memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses far
advanced), dan atau keadaan umum pasien buruk.
b. TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu:
1) TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral,
tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.
2) TB ekstra-paru berat, misalnya: meningitis, milier, perikarditis, peritonitis,
pleuritis eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kemih dan
alat kelamin.
4. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya, dibagi menjadi beberapa tipe
pasien, yaitu :
a. Kasus Baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan
OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
b.Kasus Kambuh (relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis
kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur).
c. Kasus setelah putus berobat (default)
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA
positif.
d.Kasus setelah dating (failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi
positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
e. Kasus pindahan (transfer in)
Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk
melanjutkan pengobatannya.
f. Kasus lainnya
semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam kelompok ini termasuk
Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah
selesai pengobatan ulangan.
2.2 Anatomi Fisiologi
Paru-paru terletak pada rongga dada, berbentuk kerucut yang ujungnya berada di atas
tulang iga pertama dan dasarnya berada pada diafragma. Paru terbagi menjadi dua yaitu, paru
kanan dan paru kiri. Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus sedangkan paru-paru kiri
mempunyai dua lobus. Kelima lobus tersebut dapat terlihat dengan jelas. Setiap paru-paru
terbagi lagi menjadi beberapa subbagian menjadi sekitar sepuluh unit terkecil yang disebut
bronchopulmonary segments. Paru-paru kanan dan kiri dipisahkan oleh ruang yang disebut
mediastinum (Sherwood, 2001)
Paru-paru dibungkus oleh selaput tipis yaitu pleura. Pleura terbagi menjadi pleura viseralis
dan pleura pariental. Pleura viseralis yaitu selaput yang langsung membungkus paru,
sedangkan pleura parietal yaitu selaput yang menempel pada rongga dada. Diantarakedua
pleura terdapat rongga yang disebut kavum pleura (Guyton, 2007).
Paru manusia terbentuk setelah embrio mempunyai panjang 3 mm. Pembentukan paru di
mulai dari sebuah Groove yang berasal dari Foregut. Pada Groove terbentuk dua kantung
yang dilapisi oleh suatu jaringan yang disebut Primary Lung Bud. Bagian proksimal foregut
membagi diri menjadi 2 yaitu esophagus dan trakea. Pada perkembangan selanjutnya trakea
akan bergabung dengan primary lung bud. Primary lung bud merupakan cikal bakal bronchi
dan cabang-cabangnya. Bronchial-tree terbentuk setelah embrio berumur 16 minggu,
sedangkan alveoli baru berkembang setelah bayi lahir dan jumlahnya terus meningkat hingga
anak berumur 8 tahun. Alveoli bertambah besar sesuai dengan perkembangan dinding toraks.
Jadi, pertumbuhan dan perkembangan paru berjalan terus menerus tanpa terputus sampai
pertumbuhan somatic berhenti (Evelyn, 2009).
Adapun bagian paru paru terdiri dari beberapa organ sebagai berikut :
1. Bronkus
Bronkus adalah saluran yang terdapat pada rongga dada dan merupakan hasil dari
percabangan trakea (tenggorokan) yang menghubungkan paru-paru bagian kiri dengan paru-
paru bagian kanan.
Bronkus bagian sebelah kanan bentuknya lebih lebar, pendek serta lebih lurus, sedangkan
bronkus bagian sebelah kiri memiliki ukuran lebih besar yang panjangnya sekitar 5cm. Jika
dilihat dari asalnya bronkus dibagi menjadi dua, yaitu bronkus premier dan bronkus sekunder.
2. Bronkiolus
Bronkiolus adalah bagian dari percabangan saluran udara dari bronkus yang ada di paru-paru.
Letaknya tepat di ujung bronkus.
Bronkiolus mempunyai diameter kurang lebih 1mm atau bisa lebih kecil. Ukuran diameter
bronkiolus ini bisa berubah-ubah, menyesuaikan tekanan udara yang masuk.
Bronkiolus berguma umtuk menghantarkan udara dari bronkus masuk menuju ke alveoli serta
juga sebagai pengontrol jumlah udara yang akan nantinya akan di distribusikan melalui paru-
paru oleh konstriksi dan dilatasi
3. Alveolus ( jamak Alveoli )
Alveolus adalah kantung kecil yang terletak di dalam paru-paru yang memungkinkan oksigen
dan karbon dioksida untuk bisa bergerak di antara paru-paru dan aliran darah.
Di dalam tubuh manusia terdapat kurang lebih hampir 300 juta alveoli untuk menyerap
oksigen yang berasal dari udara. Alveolus berfungsi untuk pertukaran karbon dioksida (CO2)
dengan oksigen (O2).
4. Pleura
Pleura adalah selaput yang fungsinya membungkus paru-paru serta melindungi paru-paru dari
gesekan-gesekan yang ada selama proses terjadinya respirasi. Ada dua lapisan pada Pleura
paru-paru manusia diantarnya adalah :
Pleura visceral. Pleura ini adalah Pleura bagian dalam yang membungkus langsung paru-
paru
Pleura parietal. Pleura ini adalah selaput pleura bagian luar yang menempel di rongga dada
5. Trakea
Trakea (tenggorokan) adalah bagian paru-paru yang berfungsi menghubungkan larynk
dengan bronkus. Trakea pada manusia teridiri dari jaringan tulang rawan yang dilapisi oleh
sel bersilia. Silia yang terdapat pada trakea ini berguna untuk menyaring udara yang akan
masuk ke dalam paru-paru.
6. Diafragma
Diafragma adalah struktur yang berbentuk seperti kubah yang memisahkan antara rongga
toraks dengan rongga abdomen dan terletak tepat di bawah dasar paru-paru.
Diafragma berguna sekali untuk pernapasan. Ketika menarik napas, rongga dada akan
mengembang serta diafragma akan berkontraksi menjadi lebih datar. Ini lah yang
memudahkan udara (oksigen) bergerak masuk ke dalam paru-paru karena tekanan pada
rongga dada turun mendadak. ketika menghembuskan ataupun mengeluarkan napas, otomatis
diafragma akan mengendur sehingga menjadikan ukuran paru-paru ikut mengecil. Ini yang
membuat Tekanan udara dalam rongga dada meningkat dan udara mengalir keluar.
2.3 Epidemiologi
Menurut WHO sepertiga penduduk dunia telah tertular TB, tahun 2000 lebih dari 8 juta
penduduk dunia menderita TB aktif. Penyakit TB bertanggung jawab terhadap kematian
hampir 2 juta penduduk setiap tahun, sebagian besar terjadi di negara berkembang. World
Health Organization memperkirakan bahwa TB merupakan penyakit infeksi yang paling
banyak menyebabkan kematian pada anak dan orang dewasa. Kematian akibat TB lebih
banyak daripada kematian akibat malaria dan AIDS. Pada wanita kematian akibat TB lebih
banyak dari pada kematian karena kehamilan persalinan, dan nifas. Menurut perkiraan antara
tahun 20002020 kematian karena TB meningkat sampai 35 juta orang. Setiap hari
ditemukan 23.000 kasus TB aktif dan TB menyebabkan hampir 5000 kematian. Total
insidens TB selama 10 tahun, dari tahun 1990-1999 diperkirakan 88,2 juta dan 8 juta di
antaranya berhubungan dengan infeksi HIV. Pada tahun 2000 terdapat 1,8 juta kematian
akibat TB 226.000 di antaranya berhubungan dengan HIV.1,2 Setiap tahun didapatkan
250.000 kasus TB baru di Indonesia dan kira-kira 100.000 kematian karena TB.
Tuberkulosis merupakan penyebab kematian nomor satu diantara penyakit infeksi dan
menduduki tempat ketiga sebagai penyebab kematian pada semua umur setelah penyakit
kardiovaskuler dan penyakit infeksi saluran napas akut. Pasien TB di Indonesia terutama
berusia antara 15-5 tahun, merupakan kelompok usia produktif. Menurut perkiraan WHO
pada tahun 1999, jumlah kasus TB baru di Indonesia 583.000 orang per tahun dan
menyebabkan kematian sekitar 140.000 orang per tahun.10, 11 Tahun 1989, WHO
memperkirakan jumlah kasus baru TB 1,3 juta kasus dan 450.000 kematian karena TB pada
anak usia <15 tahun di dunia.12 Tahun 1994 diperkirakan insidensi global TB pada anak usia
014 tahun akan mencapai 1 juta kasus di tahun 2000, setengah dari jumlah kasus tersebut
berada di Afrika. Berarti ada peningkatan 36% dari perkiraan tahun 1990.13 Pada tahun
1990, jumlah kematian karena TB di dunia diperkirakan hampir 3 juta dan hampir 90%
kematian tersebut terjadi di negara berkembang. Pada tahun 2000 jumlah kematian
diperkirakan 3,5 juta, kasus baru meningkat setiap tahun. Pada tahun 1990 dilaporkan 7,5 juta
kasus (143 kasus per 100.000 penduduk) menjadi 8,8 juta kasus (152 kasus per 100.000
penduduk) pada tahun 1995, 10,2 juta kasus (163 kasus per 100.000 penduduk) pada tahun
2000, dan mencapai 11,9 juta kasus pada tahun 2005.1, 2 Di negara berkembang,TB pada
anak berusia <15 tahun adalah 15% dari seluruh kasus TB, sedangkan di negara maju, lebih
rendah yaitu 5%-7%. Pada survei nasional di Inggris dan Wales yang berlangsung selama
setahun pada tahun 1983, didapatkan bahwa 452 anak berusia <15 tahun menderita TB.14
Laporan mengenai TB anak di Indonesia jarang didapatkan, diperkirakan jumlah kasus TB
anak adalah 5%-6% dari total kasus TB. Berdasarkan laporan tahun 1985, dari 1261 kasus TB
anak berusia <15 tahun, 63% di antaranya berusia <5 tahun. Hasil penelitian di dua
kecamatan di Kotamadya Bandung tahun 19992001, didapatkan 4,3% (63/1482) anak usia
659 bulan, menderita TB.15 Data seluruh kasus TB anak dari tujuh rumah sakit Pusat
Pendidikan Indonesia selama 5 tahun (1998-2002) dijumpai 1086 kasus TB dengan angka
kematian bervariasi dari 0%-14,1%. Kelompok usia terbanyak 12-60 bulan (42,9%),
sedangkan bayi <12 bulan didapatkan 16,5%.16 Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2007, didapatkan prevalensi 12 bulan TB paru klinis di Indonesia 1%
dengan kisaran 0,3% (Lampung) sampai 2,5% (Papua). Berdasarkan kelompok umur
dijumpai prevalensi TB, kurang dari 1 tahun 0,47%, 14 tahun 0,76% dan antara 514 tahun
0,53% Pada tahun 2005, diperkirakan kasus TB naik 58% dari tahun 1990, 90% di antaranya
terjadi di negara berkembang. Di Amerika Serikat dan Kanada, peningkatan TB pada anak
berusia 0-4 tahun 19%, sedangkan pada usia 5-15 tahun 40%. Di Asia Tenggara selama 10
tahun, diperkirakan jumlah kasus baru 35,1 juta, 8% di antaranya (2,8 juta) disertai infeksi
HIV. Menurut WHO (1994), Indonesia menduduki peringkat ketiga dalam jumlah kasus baru
TB (0,4 juta kasus baru), setelah India (2,1 juta kasus) dan Cina (1,1 juta kasus), 10% dari
seluruh kasus terjadi pada anak berusia <15 tahun.18,19 Peningkatan jumlah kasus TB di
berbagai tempat pada saat ini, diduga disebabkan oleh berbagai hal, yaitu (1) diagnosis tidak
tepat, (2) pengobatan tidak adekuat, (3) program penanggulangan tidak dilaksanakan dengan
tepat, (4) infeksi endemik HIV, (5) migrasi penduduk, (6) mengobati sendiri (self treatment),
(7) meningkatnya kemiskinan, dan (8) pelayanan kesehatan yang kurang memadai.
Tuberkulosis anak merupakan faktor penting di negara berkembang karena jumlah anak
berusia <15 tahun adalah 40%-50% dari jumlah seluruh populasi

2.4 Etiologi
Penyebab tuberkulosis adalah bakteri mycrobacterium tuberculosis, sejenis kuman
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um (Amin dan Asril,
2007).Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri yang bersifat aerob sehingga sebagian
besar kuman menyerang jaringan yang memiliki konsentrasi tinggi oksigen seperti paru-paru.
Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada
pewarnaan, oleh karena itu disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Mycobacterium
tuberculosis rentan atau cepat mati terhadap paparan sinar matahari langsung, namun dapat
bertahan hidup sampai beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh
kuman ini bisa mengalami dorman atau inaktif (tertidur lama) selama beberapa tahun
Penyebaran mycobacterium tuberculosis yaitu melalui droplet nukles, kemudian dihirup oleh
manusia melalui udara dan menginfeksi organ tubuh terutama paru-paru. Diperkirakan, satu
orang menderita TB paru BTA positif yang tidak diobati akan menulari 10-15 orang setiap
tahunnya. (Depkes RI, 2002; Aditama, 2002).

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh infeksi kuman (basil)
Mycobacterium tuberculosis. Organisme ini termasuk ordo Actinomycetalis, familia
Mycobacteriaceae dan genus Mycobacterium. Genus Mycobacterium memiliki beberapa
spesies diantaranya Mycobacterium tuberculosis yang menyebabkan infeksi pada manusia.
Basil tuberkulosis berbentuk batang ramping lurus, tapi kadang-kadang agak melengkung,
dengan ukuran panjang 2 m-4 m dan lebar 0,2 m0,5 m. Organisme ini tidak
bergerak, tidak membentuk spora, dan tidak berkapsul, bila diwarnai akan terlihat berbentuk
manik-manik atau granuler. Sebagian besar basil tuberkulosis menyerang paru, tetapi dapat
juga menyerang organ tubuh lain. Mycobacterium tuberculosis merupakan mikobakteria
tahan asam dan merupakan mikobakteria aerob obligat dan mendapat energi dari oksidasi
berbagai senyawa karbon sederhana. Dibutuhkan waktu 18 jam untuk menggandakan diri dan
pertumbuhan pada media kultur biasanya dapat dilihat dalam waktu 6-8 minggu (Putra,
2010). Suhu optimal untuk tumbuh pada 37C dan pH 6,4-7,0. Jika dipanaskan pada suhu
60C akan mati dalam waktu 15-20 menit. Kuman ini sangat rentan terhadap sinar matahari
dan radiasi sinar ultraviolet. Selnya terdiri dari rantai panjang glikolipid dan phospoglican
yang kaya akan mikolat (Mycosida) yang melindungi sel mikobakteria dari lisosom serta
menahan pewarna fuschin setelah disiram dengan asam (basil tahan asam) (Herchline, 2013).
Mikobakteria cenderung lebih resisten terhadap faktor kimia daripada bakteri yang lain
karena sifat hidrofobik permukaan selnya dan pertumbuhannya yang bergerombol.
Mikobakteria ini kaya akan lipid., mencakup asam mikolat (asam lemak rantai-panjang C78-
C90), lilin dan fosfatida.Dipeptida muramil (dari peptidoglikan) yang membentuk kompleks
dengan asam mikolat dapat menyebabkan pembentukan granuloma; fosfolipid merangsang
nekrosis kaseosa.Lipid dalam batas-batas tertentu bertanggung jawabterhadap sifat tahan-
asam bakteri (Brooks, et al. 1996)

2.5 Tanda Dan Gejala TB Paru


Gejala utama penderita TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih.
Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak
nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam
hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan.
Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain TB, seperti
bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain. Mengingat prevalensi TB di
Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang yang datang ke UPK dengan gejala
tersebut diatas, dianggap sebagai seorang tersangka (suspek) penderita TB, dan perlu
dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung. Pemeriksaan dahak untuk
penegakan diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan
dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS) (Depkes,
2007).
1. Demam
2. Batuk/batuk berdahak
3. Sesak napas
4. Nyeri dada
5. Malaise
(Tierney, 2002)
2.6 Patofisiologi
Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin,
penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali
batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Umumnya penularan terjadi dalam
ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi
jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat
bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.Daya penularan
seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya.
Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut.
Faktor yang kemungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi
percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak. Penderita TB
paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar dari
penderita TB paru dengan BTA negatif. Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan
dengan Annual Risk of Tuberculosis Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko
terinfeksi TB selama satu tahun. ARTI sebesar 1%, berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000
penduduk terinfeksi setiap tahun. ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3%. Infeksi TB
dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negative menjadi positif (Depkes, 2007).
Virus masuk melalui saluran pernapasan dan berada pada alveolus. Basil ini langsung
membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit memfagosit bakteri namun tdak membunuh,
sesudah hari-hari pertama leukosit diganti dengan makrofag. Alveoli yang terserang
mengalami konsolidasi. Makrofag yeng mengadakan infiltrasi bersatu menjadi sel tuberkel
epiteloid. Jaringan mengalami nekrosis keseosa dan jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa
dan membentuk jaringan parut kolagenosa, Respon radang lainnya adalah pelepasan bahan
tuberkel ke trakeobronkiale sehingga menyebabkan penumpukan sekret. Tuberkulosis
sekunder muncul bila kuman yang dormant aktif kembali dikarenakan imunitas yang
menurun (Price dan Lorraine, 2007; Amin dan Asril, 2007).
2.7 Pathway
Mycrobacterium Tuberculosis

Alveolus

Respon radang

Leukosit Demam Pelepasan bahan tuberkel


memfagosit bacteri dari dinding kavitas

Leukosit digantikan
Trakeobronkial
oleh makrofag

Makrofag mengadakan Bersihan jalan


Penumpukan sekret
infiltrasi napas tidak efektif

Terbentuk Sel tuberkel Anoreksia, mual,


Batuk
epiteloid muntah

Nekrosisi kaseosa Nyeri droplet

Granulasi Gangguan keseimbangan


Resiko tinggi
nutrisi kurang dari kebutuhan
penyebaran
Jaringan parut kolagenosa infeksi

Kerusakan membran Sesak Gangguan pola tidur


alveolar nafas

Inadekuat oksigen untuk


Gangguan
pertukaran beraktivitas
Gas Intoleransi aktivitas

Sumber: Sylvia dan Lorraine, 2007; Amin dan Asril, 2007; NANDA, 2011;Wilkinson, 2007;
Carpenito, 2007; Doenger, 2005.
2.8 Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan sputum BTA
pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnosis TB paru, namun pemeriksaan ini
tidak sensitif karena hanya 30-70 persen pasien TB yang dapat didiagnosis
berdasarkan pemeriksaan ini
2. Tes PAP (peroksidase anti peroksidase)
merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen imunoperoksidase
staning untuk menentukan adanyan IgG spesifik terhadap basil TB
3. Teknik polymerase chain reaction
deteksi DNA kuman secara spesifik melalui aplifikasi dalam berbagai tahap sehingga
dapat mendeteksi meskipun hanya ada 1 mikroorganisme dalam spesimen. Juga dapat
mendeteksi adanya retensi
4. Becton Dickinson Diagnostik Instrumen System (BACTEC)
deteksi grouth index berdasarkan CO2 yang di hasilkan dari metabolisme asam lemak
oleh M. Tuberculosis
5. Enzyme Linked Immunosorbent Assay
deteksi respon humoral memakai antigen-antibody yang terjadi. Pelaksanaannya rumit
dan antibody dapat menetap dalam waktu lama sehingga menimbulkan masalah
6. MYCODOT
Deteksi antibody memakai antigen lipoarabinomannan yang di rekatkan pada suatu alat
berbentuk seperti sisir plasti, kemudian dicelupkan dalam serum pasien. Bila terdapat
antibody spesifik dalam jumlah memadai maka warna sisir akan berubah.

2.9 Penatalaksanaan
Tujuan Pengobatan TB paru yaitu untuk menyembuhkan penderita, mencegah
kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya
resistensi kuman terhadap OAT (Obat Anti Tuberkulosis). Jenis OAT terdiri dari Isoniazid
(H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z), Etambutol (E) dan Streptomisin (S). Pengobatan TB
diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan, Pada tahap intensif (awal)
penderita mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah
terjadinya resistensi obat, bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat,
biasanya penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu, sebagian
besar penderita TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan. Pada tahap
lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih
lama, tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2006. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberculosis. Jakarta:Depkes RI.

Depkes RI. 2007. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberculosis. Jakarta:Depkes RI.

Doenges E Marilyn.1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk perencanaan dan


pendokumentasian perawatan pasien. Ed3. Jakarta: EGC.

Irman Somantri, S,Kp. M. Kep. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
pada Sistem Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.

Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam edisi ketiga. Balai Penerbit FKUI : Jakarta.

PPTI.2011. BukuSaku TBC BagiMasyarakat.Denpasar:PPTI.

Price & Wilson. 2012. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC.

Smeltzer c Suzanne.2002. Buku Ajar Keperawatan medical Bedah, Brunner and Suddarths,
Ed8. Vol.1, Jakarta:EGC.

Susan Martin Tucker.1998. Standar perawatan Pasien: proses keperawatan, diagnosis,


dan evaluasi. Ed5. Jakarta:EGC.

Das könnte Ihnen auch gefallen