Sie sind auf Seite 1von 33

Baca: Matius 15:21-28

"Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: 'Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti
yang kaukehendaki.' Dan seketika itu juga anaknya sembuh." Matius 15:28

Menjalani hidup sebagai orang percaya bukanlah pekerjaan ringan, butuh ketekunan dan iman yang harus
berakar kuat di dalam Tuhan. Jika tidak, kita akan mudah mengalami kekecewaan dan kepahitan saat
menghadapi tantangan dan ujian. Tentunya kita pun tahu bahwa selama hidup di dunia ini kita tidak
pernah luput dari apa yang dinamakan masalah.

Tokoh-tokoh besar dalam Alkitab juga mengalami banyak tantangan (ujian) dalam kehidupannya.
Contohnya Yusuf dan Yosua. Sebelum janji Tuhan benar-benar terealisasi dalam hidupnya, Yusuf harus
melewati tantangan demi tantangan. Yosua, sebelum berhasil membawa bangsa Israel masuk ke Tanah
Perjanjian, suatu negeri yang berlimpah susu dan madu, dia harus melewati rintangan dari bangsa-bangsa
lain yang berusaha untuk menghadangnya.

Hari ini kita perlu belajar dari seorang wanita Kanaan yang anaknya sedang kerasukan setan. Ibu ini
berhasil 'mengetuk pintu' hati Yesus dan beroleh belas kasihan dariNya sehingga anaknya diselamatkan.
Untuk menjangkau Yesus ibu ini harus menghadapi tantangan yang sangat berat, namun tidak
membuatnya putus asa dan menyerah begitu saja. Dia terus berseru-seru kepada Yesus,"Kasihanilah aku,
ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita." (ayat 22).
Murid-murid Yesus merasa terganggu dengan teriakan wanita itu dan berniat mengusirnya. Sebenarnya
wanita Kanaan ini punya alasan untuk kecewa dan mundur, apalagi mendengar perkataan kasar Yesus
kepadanya "Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada
anjing." (ayat 26). Tapi dia tidak peduli, imannya tidak menjadi lemah dan sama sekali tidak terpengaruh
keadaan dan situasi yang ada; dia percaya dengan iman bahwa Yesus berkuasa melakukan segala sesuatu.
Dan karena ketekunannya ia beroleh jawaban " '...maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki.'
Dan seketika itu juga anaknya sembuh." (ayat 28).
Jangan pernah menyerah! Pandang saja Yesus karena Dia mahasanggup!

Matius 15:21-28

Perempuan Kanaan yang percaya

21 Lalu Yesus pergi dari situ dan menyingkir ke daerah Tirus dan Sidon.

22 Maka datanglah seorang perempuan Kanaan dari daerah itu dan berseru: "Kasihanilah aku, ya Tuhan,
Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita."

23 Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Lalu murid-murid-Nya datang dan meminta kepada-
Nya: "Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak."

24 Jawab Yesus: "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel."
25 Tetapi perempuan itu mendekat dan menyembah Dia sambil berkata: "Tuhan, tolonglah aku."

26 Tetapi Yesus menjawab: "Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan
melemparkannya kepada anjing."

27 Kata perempuan itu: "Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja
tuannya."

28 Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: "Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu
seperti yang kaukehendaki." Dan seketika itu juga anaknya sembuh.

Kecantikan Sejati

edisi - 141 Kecantikan Batiniah

Budaya kita mendorong perempuan untuk menumbuhkan kecantikan yang hanya terletak di permukaan.
Namun, Allah memerintahkan kita untuk mengejar kecantikan batin yang sangat berharga. Seorang
wanita yang menumbuhkan kecantikan batin, yang takut akan Allah dan hidup untuk melayani orang lain,
akan membuat perbedaan dalam kehidupan masyarakat. Kecantikannya akan membuat dampak yang
abadi pada kehidupan yang disentuhnya.

Kecantikan yang mana yang kita usahakan untuk bertumbuh? Apakah kita dengan sengaja menumbuhkan
kecantikan batin, atau kita lebih memperhatikan penampilan luar? Cara kita memikirkan dan mengurus
penampilan pribadi kita benar-benar menjadi cermin dari hati kita. Dengan mencerminkan, baik motivasi
yang saleh atau motivasi egois, kita mengungkapkan apakah prioritas kita adalah untuk menumbuhkan
kecantikan batin atau kecantikan luar.

Berikut ini adalah "cek hati", yaitu tes untuk tujuan pemeriksaan diri yang berisi pertanyaan-pertanyaan
untuk membantu kita membedakan pikiran, motif, dan tujuan kita, yang berkaitan dengan masalah
kecantikan.

Apakah sehari-hari saya menghabiskan lebih banyak waktu merawat penampilan pribadi saya daripada
melakukan studi Alkitab, doa, dan ibadah?

Apakah saya menghabiskan uang yang berlebihan pada pakaian, rambut, dan riasan, atau semua itu
adalah sesuatu yang memuat penghormatan kepada Allah?

Apakah saya ingin menurunkan berat badan agar "merasa lebih baik dengan diri sendiri", atau apakah
saya ingin melakukan disiplin diri bagi kemuliaan Allah?

Apakah saya ada dalam pencarian untuk menjadi langsing demi mengesankan orang lain, atau apakah
saya berusaha untuk menumbuhkan kebiasaan makan yang menghormati Allah?

Apakah saya berolahraga untuk mencoba membuat atau mempertahankan "sosok yang baik", atau apakah
saya berolahraga untuk menguatkan tubuh saya untuk melakukan pelayanan kepada Allah?

Apakah ada sesuatu tentang penampilan saya yang saya harapkan bisa berubah, atau apakah saya
sungguh-sungguh bersyukur kepada Tuhan atas cara-Nya menciptakan saya?
Apakah saya iri dengan penampilan orang lain, ataukah saya benar-benar senang ketika saya mengamati
perempuan lain yang lebih menarik secara fisik daripada saya?

Apakah saya menginginkan isi lemari orang lain, atau apakah saya benar-benar bersukacita ketika wanita
lain mampu membayar dan membeli pakaian baru?

Ketika saya menghadiri sebuah acara atau kegiatan, apakah saya dengan berdosanya membandingkan diri
dengan orang lain, atau apakah saya pergi dengan meminta Tuhan untuk menunjukkan siapa yang saya
cintai dan bagaimana saya melakukannya?

Apakah saya pernah berpakaian tidak sopan dengan maksud untuk menarik perhatian pada diri sendiri,
atau apakah saya selalu berpakaian dengan cara yang menyenangkan Tuhan?

Mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini secara konsisten dapat membantu kita menyaring nilai-nilai
duniawi dan menumbuhkan hati untuk melakukan prioritas Allah. (t/N. Risanti)
Pemulihan: Mengatasi Rasa Bersalah Untuk Bangkit

27th August 2011

Mazmur 51:3-12

3. Kasihanilah aku, ya, Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu
yang besar! 4. Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku! 5. Sebab
aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku. 6. Terhadap Engkau,
terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kau anggap jahat, supaya ternyata
Engkau adil dalam putusan-Mu, bersih dalam penghukuman-Mu. 7. Sesungguhnya, dalam kesalahan aku
diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku. 8. Sesungguhnya, engkau berkenan akan kebenaran
dalam batin, dan dengan diam-diam Engkau memberitahukan hikmat kepadaku. 9. Bersihkanlah aku dari
pada dosaku dengan hisop, maka aku menjadi tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari
salju! 10. Biarlah aku mendengar kegirangan dan sukacita, biarlah tulang yang Kau remukkan bersorak-
sorai kembali! 11. Sembunyikanlah wajahMu terhadap dosaku, hapuskanlah segala kesalahanku! 12.
Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh!

Apakah saudara merasa bersalah hari ini atau pada hari-hari yang sudah berlalu ? Minggu ini saya merasa
bersalah karena tidak melakukan sesuatu yang seharusnya dapat saya lakukan, tidur terlalu larutsehingga
membuat kepala saya pusing, saya telah batal mengunjungi seseorang yang sedang berada di rumah sakit.
Rasa bersalah itu dapat saja terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari karena kita tidak melakukan sesuatu
yang seharusnya, misalnya telah berbicara menyinggung/menyakiti hati orang lain, telah marah secara
berlebihan, tidak mengendalikan lidah, terlalu curiga, terlalu khawatir, tidak terbuka, tidak jujur, telah
mencemaskan sesuatu yang tidak terjadi, tidak belajar ketika akan menghadapi ujian sekolah dan lain-
lain.
*courtesy of PelitaHidup.com
Apakah rasa bersalah itu ?

Rasa bersalah adalah sebuah perasaan yang tidak merasa bahagia,tidak merasa ada damai dan tidak
tentram. Perasaan yang buruk, salah, tidak berharga, merasa gagal, merasa malu dan kalah karena sesuatu
perbuatan yang telah dilakukan. Para ahli psikologi berpendapat bahwa perasaan bersalah itu muncul
karena kegagalan untuk mencapai standar-standar perilaku yang telah kita tetapkan sendiri. Misalnya
ketika kita telah mengecewakan atau menyakiti hati seseorang, itu merupakan suatu perilaku yang buruk
atau dosa.

Maka solusinya adalah kita belajar cara hidup yang baik agar tidak merugikan oranglain atau siapapun.
Jika ini kita lakukan tentunya kita tidak akan merasa bersalah. Pandangan seperti ini melihat bahwa dosa
itu adalah masalah horizontal saja, yaitu hubungan sesama antar manusia.Berbeda dengan pandangan
Alkitab,bahwa dosa itu juga memiliki dimensi vertikal, yaitu hubungan manusia dengan Allah.
Rasa bersalah itu sebagaimana yang telah dilakukan oleh Daud, adalah merupakan suatu dosa.Dosa itu
menyakiti hati Allah.Alkitab mengatakan bahwa pada dasarnya kita semua bersalah.Tidak ada yang
benar, seorangpun tidak, (Roma 3:10).Artinya kesalahan itu sifatnya universal atau umum.Di mata Allah
semua manusia bersalah, karena manusia cenderung tidak mau dipimpin oleh Allah dan memberontak
terhadap-Nya.

Apa yang Daud telah ungkapkan dalam Mazmur 51 ini, adalah sebuah pengakuan dosa dari Daud. Nabi
Natan telah diutus Tuhan datang kepada Daud supaya membeberkan dosa perjinahan yang telah
dilakukan Daud dan pembunuhan yang telah direncanakan/dilakukan oleh Daud, dalam kisah 2 Sam.12 :
1-13. Dalam kisah ini, Daud telah melakukan perjinahan dengan istri Uria bernama Batsyeba, dan karena
hendak mengambilnya menjadi istrinya maka Daud dengan sengaja merencanakan dan membiarkan Uria
mati dalam peperangan.
*courtesy of PelitaHidup.com
Ditulisnya dalam surat itu, demikian: Tempatkanlah Uria dibarisan depan dalam pertempuran yang
paling hebat, kemudian kamu mengundurkan diri dari padanya, supaya ia terbunuh mati, 2 Sam 11:15.
Ini merupakan sebuah rencana pembunuhan yang dibuat oleh Daud terhadap Uria dan Uriapun mati
dalam pertempuran. Maksudnya ialah supaya ia dapat memiliki Batsyeba, mengambilnya menjadi
isterinya.

Terima ayat Alkitab melalui Facebook. Ayo gabung dengan lebih dari 54.000 member di Facebook Page
Pelita Hidup. Klik like berikut ini:

Nabi Natan kepada Daud, dan ia menceriterakan kepada Daud tentang seorang kaya yang mengambil
anak domba satu-satunya kepunyaan orang miskin untuk menjamu tamu orang kaya tersebut,maka
marahlah Daud, agar supaya orang kaya itu dihukum mati karena tidak mengenal belas kasihan. Melalui
cerita itu Natan menegur Daud bahwa Daudlah orang itu.
*courtesy of PelitaHidup.com
Mengapa engkau menghina Tuhan dengan melakukan apa yang jahat di mataNya?, 2 Samuel 12: 9a.
Akhirnya Daud sadar akan apa yang telah diperbuatnya, keadaan itu membuat Daud menjadi gelisah dan
tidak tenang, hidupnya diliputi oleh rasa bersalah. Apa yang tidak berkenan dan yang jahat bagi Allah
telah ia perbuat. Daud merasa hidupnya sudah tidak nyaman lagi karena ia terus dibayang-bayangi oleh
perbuatannya yang berdosa itu. Ia merasa bersalah, dan hatinya tidak tentram. Daud menginginkan
ketenangan itu kembali dalam hidupnya, namun hal tersebut tidak akan diperolehnya sebelum ia membuat
pengakuan yang jujur dengan sepenuhnya kepada Allah. Bagaimanakah Daud mengatasi rasa bersalahnya
untuk bangkit kembali ?

Ada 4 hal yang dilakukan oleh Daud, yaitu:

Bergumul melawan dosa

Daud tidak langsung bertobat ketika ia berselingkuh dengan Batsyeba. Memerlukan beberapa waktu
lamanya sampai hal yang telah dilakukannya itu menjadi suatu pergumulan dalam hatinya. Setelah nabi
Natan datang kepada Daud dan menceriterakan kisah tentang seorangkayayang mencuri domba dari
seorang miskin, barulah Daud mengerti tentang kesalahannya. Mendengar kisah ini Daud baru sadar akan
kejahatan yang telah ia perbuat itu.
Untuk memperoleh pengampunan dan pembaharuan dari Allah atas kesalahan dan dosa yang telah
diperbuat itu tidaklah mudah. Apalagi jika seseorang itu telah mengalami keselamatan dan kemudian
terjerumus ke dalam suatu kesalahan atau dosa maka akan mungkin mengalami pergumulan rohani yang
panjang untuk mengalami pertobatan dan pemulihan. Pengampunan selalu ada pada Allah, yang Ia
kehendaki ialah supaya kita belajar untuk menjadi lebih baik lagi.

Dari Daud kita dapat belajar bahwa betapa menakutkan melukai hati Allah yang kudus setelah kita
diberkati oleh Allah. Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan
dosaku, ayat 5. Ini merupakan suatu kesadaran tentang tanggungjawab pribadi atas kesalahannya. Kata
yang sering muncul dalam bacaan Firman Tuhan di atas ialah pelanggaranku, kesalahanku, dan dosaku.

Daud tidak mencari-cari alasan atau pembelaan, dan pembenaran terhadap dirinya mengapa iasampai
berbuat dosa. Daud juga tidak menyalahkan pada keadaan yang membuat kesempatan itu terjadi, juga dia
tidak mempersoalkan ketidak-pengetahuan, atau karena kebutuhan, karena godaan, juga dia tidak
melibatkan Batsyeba yang harus ikut menanggung kesalahan dalam perjinahannya, sehingga pembunuhan
itupun terjadi.

Kesalahan yang dilakukan Daud itu adalah tanggungjawab Daud sendiri. Pengakuan yang sejati itu ialah
mengakui kesalahannya dengan tidak mencoba berdalih. Daud tidak mau tinggal terus menerus dalam
dosanya, karena itu ia datang kepada Allah untuk memohon pengampunan supaya dipulihkan. Jika kita
mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan
menyucikan kita dari segala kejahatan, 1 Yohanes 1:9

Kita harus bergumul melawan dosa, sebab dosa itu melawan Tuhan.Jangan biarkan dosa itu tetap tinggal
dalam hidup kita tapi lawan dan perangilah itu.Hadapi dosa itu,dengan bersikap terbuka dan jujur
dihadapan Allah.Jangan ada yang disembunyikan akuilah semua kesalahan dan dosa itu kepada
Allah.Allah pasti mendengarkan semua beban kita, karena Ia selalu setia terhadap kita. Ia mengasihi kita.
*courtesy of PelitaHidup.com
Membiarkan dosa dan tidak mengakuinya, ini mencegah kita untuk menikmati hubungan dan persekutuan
dengan Allah dan dengan sesama. Orang yang menyangkal dosanya atau berusaha menyembunyikannya,
tidak mau mengakuinya, tidak menyesali dan meninggalkannya, tidak akanmerasa tenang dalam hidupnya
dan tidak akan bertumbuh secara rohani. Pengampunan dan kemurahan Allah itu tersedia bagi semua
orang yang mau datang kepadanya dengan sungguh hati untuk menerima pemulihan. Siapa
menyembunyikan pelanggarannya tidak akan beruntung, tetapi siapa mengakuinya dan meninggalkannya
akan disayangi, Amsal 28:13.

2. Mengakui bahwa dosa itu melawan Tuhan

Setelah Daud menyadari kesalahanyang telah ia perbuat kepada manusia, ia juga menyadari bahwa
terutama dosanya itu ialah kepada Allah. Firman Tuhan mengatakan bahwa dosa itu adalah perbuatan
yang jahat dimata Allah.Mengapa engkau menghina Tuhan dengan melakukan apa yang jahat di
mataNya?Uria, orang Het itu, kau biarkan ditewaskan dengan pedang; isterinya kau ambil menjadi
isterimu, dan dia sendiri telah kau biarkan dibunuh oleh pedang bani Amon, 2 Samuel 12:9.

Terlepas dari perbuatan Daud terhadap Batsyeba dan Uria suaminya, maka tindakan Daud itu pada
akhirnya adalah menentang Allah. Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan
melakukan apa yang Kau anggap jahat, supaya ternyata Engkau adil dalam putusan-Mu, bersih dalam
penghukuman-Mu, ayat 6. Daudpun membuat sebuah pengakuan kepada Allah yang tanpa tersembunyi
tentang kesalahan yang telah diperbuatnya. Dosaku kuberitahukan kepadaMu dan kesalahanku tidaklah
kusembunyikan; aku berkata: Aku akan mengaku kepada Tuhan pelanggaran-pelanggaranku, dan
Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku, Mazmur 32:5.

Mengakui dan memberitahukan dosa dengan hati yang tulus dan sungguh-sungguh akan menghasilkan
pengampunan.Dengan pengakuan tersebut apabila Allah menjatuhkan hukumanNya atas orang berdosa
Allah tidak boleh dituduh kejam.Daud mengakui bahwa Allah itu adil dalam segala keputusanNya.Resiko
akibat dosa yang telah diperbuatnya itu dapat diterima oleh Daud sebagai maksud baik Allah.

Ada resiko yang harus diterima oleh Daud akibat dari perbuatan dosanya itu, yaitu anaknya yang
dikandung oleh Batsyeba itu ditulahi oleh Allah sehingga sakit dan akhirnya mati. Sekalipun Daud telah
berpuasa dan menangis untuk berdoa minta belaskasih Allah agar anak itu tetap hidup tetapi keputusan
Allah tetap terlaksana. Allah mau menunjukkan keadilanNya walaupun hati Daud terluka oleh kematian
anak tersebut, karena itu Daud sangat menyadari bahwa keputusan Allah adalah baik apapun juga.
Sekalipun Daud bersedih tetapi ia tidak bisa menolak kehendak Allah dan Daud merima keputusan Allah
itu sebagai sesuatu yang baik.

Sebab itu ketika anaknya itu mati, Daud bangkit dan menyembah Tuhan.Daud tetap menyembah Tuhan
disaat luka dihatinya masih ada akibat kesalahannnya itu.Lalu Daud bangun dari lantai, ia mandi dan
berurap dan bertukar pakaian; ia masuk ke dalam rumah Tuhan dan sujud menyembah, 2 Samuel 12:20a.

Kesalahan itu mengandung resiko yang harus ditanggung. Saudaraku, bila saat ini engkau sedang
mengalami suatu sakit, luka atau derita akibat kesalahan yang telah diperbuat di masa yang lampau
anggaplah itu sebagai bentuk perhatian dan kasih Allah. Terimalah luka atau penderitaan yang wajar kita
tanggung itu karena akibat dosa atau kesalahan kita, tapi jangan pandang itu sebagai hukuman yang
berkelanjutan, namun pandanglah itu sebagai sebuah proses penyembuhan yang akan terjadi kemudian
setelah kita mengalami perubahan dalam hidup kita. Jika kita menyadari bahwa sesuatu beban yang kita
terima/pikul saat ini adalah sebagai akibat dari kesalahan dan dosa yang telah kita perbuat, maka hal itu
harus kita terima sebagai sesuatu keputusan yang adil dari Tuhan. Jadikan hal itu sebagai suatu
peringatan atau sebagai kenangan indah untuk kita merasakan kasih Allah.

Jangan kecewa, jangan putus asa, tetaplah menyembah Dia. Dia mengasihi, sangat mengasihi sekalipun
kita orang berdosa. Sebab tidak selamanya kita dibiarkan menderita. Justru dengan resiko yang diterima
itu kita dapat merasakan betapa besar kasih dan keadilanNya.Ia pasti menyediakan yang terbaik lagi di
masa yang akan datang sesuai proses perubahan hidup yang kita jalani. Dia akan mengubahkan keadaan
yang buruk untuk menjadi sebuah kebaikan.

3. Menyadari orang berdosa memerlukan pengampunan Allah

Daud mengakui bahwa sejak dari kandungan atau lahir dia memiliki kecenderungan untuk berbuat dosa.
Daud menyatakan bahwa manusia itu sifatnya berdosa, dengan kata lain setiap orang itu sejak dari lahir
memiliki suatu kecenderungan untuk melakukan suatu kesenangan dan keiinginan diri sendiri, yang
bahkan dapat menyebabkan orang lain menderita.
Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku, ayat 7. ..
hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmatMu yang besar!, ayat 3. Hapuskan artinya dikikis
dibersihkan seperti sebuah tulisan dihapuskan, sehingga tidak kelihatan lagi. Bersihkanlah aku
seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku!, ayat 4. Dosa dilihat sebagai sesuatu yang
berurat berakar secara dalam yang memerlukan pengobatan intensif, yaitu dengan membuang habis dosa
sehingga menjadi tampak bersih.
*courtesy of PelitaHidup.com
Kecenderungan berdosa ini hanya dapat dibersihkan dari kehidupan kita melalui penebusan di dalam
Yesus Kristus yang telah membayar, menebus kita dengan kematiannya di kayu salib dan oleh tuntunan
Roh Kudus.Kita membutuhkan pertolongan Tuhan, sebab usaha kita hanyalah sia-sia jika bukan karena
Tuhan yang menolong untuk membebaskan kita.Pengampunan yang diberikan Tuhan itu akan
memulihkan keadaan kita. Bersyukurlah kepada Tuhan yang telah menyediakan pertolongan itu melalui
kematianNya di kayu salib. Oleh sebab itu siapa yang datang dan percaya kepadaNya akan diselamatkan.

4. Penyerahan diri kepada Allah untuk dibaharui

Kita sebagai orang percaya sangat memerlukan Roh Allah mendiami kita untuk menciptakan di dalam diri
kita hati yang selalu menjauhi dan membenci dosa. Roh Kudus itu akan membaharui kita untuk selalu
merindukan dan melakukan kehendak Allah dalam hidup kita. Hanya Allah saja yang dapat membuat
kita menjadi ciptaan baru dan memulihkan kehidupan kita. Jadikanlah aku tahir, ya Allah, dan
perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh!, Mazmur 51: 12.

Kita harus datang kepada Allah dan meminta pengampunanNya karena terhadap Allah kita telah berdosa.
Daud mengakui kedalaman yang sebenarnya dari kesalahannya itu sebagai keadaan manusia sejak
dilahirkan.Hanya Allah yang dapat membersihkan, hanya Allah pula yang dapat melaksanakan pemulihan
jiwa dan tubuh secara sempurna dari kehancuran dan akibat dosa.Bersihkanlah aku dari pada dosaku
dengan hisop, maka aku menjadi tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari salju! Biarlah aku
mendengar kegirangan dan sukacita, biarlah tulang yang Kauremukkan bersorak-sorak kembali! (ayat 9-
10).

Daud tidak akan merasa tenang sebelum ia mengutarakan segala dosanya dihadapan Allah. Perasaannya
perih oleh penyesalannya atas keterlibatannya dalam pembunuhan terhadap Uria, Daud membawa
jiwanyayang hancur itu kepada Allah sebagai persembahan yang sejati. Korban sembelihan kepada
Allah ialah jiwa yang hancur , hati yang patah dan remuk tidak akan Kau pandang hina ya Allah,
Mazmur 51:19. Tanpa jiwa yang hancur tampaknya segala korban itu tidak bermakna.Setelah Daud
membuat pengakuan dosanya, maka nabi Natan langsung mengumumkan pengampunan dari Allah. Allah
mengampuni Daud dan Daud sadar tentang keajaiban kasih dan pengampunan yang begitu indah
diberikan Allah kepadanya atas kesalahannya yang sangat besar itu.

Tidak mudah bagi Daud mengakui dosanya itu kepada Allah, namun ia berjuang melawan ungkapan hati
terdalamnya itu kepada Allah sekalipun diliputi oleh rasa malu, direndahkan dan dipatahkan oleh rasa
bersalahnya. Namun akhirnyaia ditolong dari keputus-asan itu oleh iman penyesalannya di dalam kasih
Allah.

Dampak dari rasa bersalah itu memang sangat dalam seperti perasaan ditolak, ketidakmampuan untuk
mengatakan tidak, munculnya depresi, kecemasan, dan kehilangan keintiman rohani dengan Allah. Kita
bukanlah sebagai orang yang pertama merasakannnya. Jangan lari dan menghukum diri menjadi korban
rasa bersalah, sebab jika ini dibiarkan maka keputus-asaan dan kegagalan akan mendatangi kita. Alkitab
telah mencatat dalam kitab Mazmur, tentang gambaran keputus-asaan itu, Sebab kesalahanku telah
menimpa kepalaku; semuanya seperti beban berat yang menjadi terlalu berat bagiku, Mazmur 38:5.

Saudaraku, Allah mengerti beban berat itu, dan Ia menyediakan jalan untuk mengatasinya. Oleh
kematian Yesus Kristus di kayu salib, Ia menyatakan kita tidak bersalah dan ditebus dari dosa. Jika kita
terus saja berpegang pada rasa bersalah itu, maka kita seolah-olah lebih tahu dari pada-Nya, dan kita
menyia-nyiakan pengorbananNya yang rela mati buat kita.Tuhan meminta kita untuk memperbaharui
pikiran kita dengan kebenaran FirmanNya untuk membantu kita supaya terhindar dari ganjaran yang tidak
menyenangkan.Keadaan memang tidak berubah tapi Allah akan memperbaharui kita dengan memberi
kekuatan yang baru serta ia akan mengubah hidup kita menjadi manusia yang baru bagiNya, karena
walaupun kita berdosa tapi dapat dibenarkan olehNya karena iman kita kepadaNya kepada kasihNya.

Secara emosional kita mungkin hidup begitu lama dibawah rasa bersalah sehingga menghukum diri
sendiri dan tidak merasa ada kebebasan lagi untuk menjadi baik. Bangkitlah, hadapi rasa bersalah itu,
akui dihadapan Tuhan dengan terbuka, dengan jujur dan minta pengampunan dari Tuhan dan bertobat.
Jangan berhentimencoba untuk dipulihkan, buang putus asa itu dan rasa ketidakbergunaan itu, datanglah
kepadaNya sebab Allah selalu menunggu kita dengan setia.Berserahlah dan minta pengampunan dari
Allah. Curahkan semua isi hati, tekanan-tekanan dan beban-beban berat yang menghimpit
itu.Meraunglah, menangislah, menjeritlah kepada Tuhan, Dia menunggu dan mendengarkan. Bawalah
seluruh jiwa dan hati yang hancur itu kepada Tuhan. Tuhan pasti meringankan beban itu dan
memberikelegaan serta bebaskan dari semua beban berat yang menindih itu. Allah tidak ingin
membinasakan umatNya, Ia selalu menawarkan pengampunan jika kita mau bertobat. Pengampunan itu
disediakan bagi semua orang , yang sekalipun telah berbuat dosa. Sekalipun dosamu merah seperti
kermizi, akan menjadi putih seperti salju, sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi
putih seperti bulu domba, Yesaya 1:18.

Jika ini sudah datang mengakui kesalahan itu kepada Tuhan dengan rendah hati yang tulus, rasakan
betapa besar pengampunan yang diberikanNYa itu, rasakan betapa besar kasihNya itu. Allah adalah
kasih.Dia Allah mengasihi, mengasihi orang berdosa. Dia merindukan orang berdosa datang kepadaNya
untuk dipulihkan. Iblis memang suka mematahkan semangat, dan mengintimidasi kitasebagai orang tidak
berguna orang berdosa, sekarang katakan kepada iblis bahwa engkau telah dibebaskan dan dipulihkan
Allah.Engkau sudah dibebaskan, sudah dimerdekakan oleh kasih karunia Tuhan.

Hiduplah sebagai seorang anak Allah yang telah diampuni. Buang rasa malu itu karena hanya membuat
jurang pemisah dalam hubungan kita dengan sesama dan Allah.Terimalah kebebasan dari rasa bersalah itu
dalam kasih Allah yang telah dikaruniakanNya melalui pengampunanNya. Bangkitlah sebagai
seorangpemenang yang telah dibebaskan dan dibaharui dalam kasihNya. Berjalanlah dalam terang Firman
Allah dan Roh Kudus, sebab di dalam Tuhan, masa depan itu sungguh ada. Karena masa depan sungguh
ada, dan harapanmu tidak akan hilang, Amsal 23:18. Tuhan mengasihimu.

Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan
yang menuruti apa yang ada tertulis didalamnya, sebab waktunya sudah dekat, Wahyu 1:3.
Siapa yang Terbesar?

(Luk 9:46-48)

Ibu-ibu yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, orang yang pantas mendapat label atau predikat
terbesar menurut ukuran dunia, adalah mereka yang punya kedudukan, punya banyak uang, punya
kekuasaan yang besar, atau yang punya banyak anak buah atau pengawal. Tidak jarang kita lihat atau
mungkin alami, seseorang dipuja dan dituruti segala kemauannya karena posisinya yang tinggi dalam
perusahaan, masyarakat, atau bahkan gereja. Atau orang yang menuntut untuk dihormati, dituruti
segala perintahnya, ditanya pendapatnya karena posisinya. Tapi hari ini, firman Tuhan menunjukkan
bahwa orang yang terbesar menurut Allah tidaklah sama dengan criteria dunia. Orang yang terbesar
dalam Kerajaan Allah adalah mereka yang rela menjadi yang terkecil diantara sesama (ay. 48).
Bagaimana ciri orang yang rela menjadi yang terkecil itu? Lukas mencoba menerangkan lewat 3
peristiwa di 3 perikop selanjutnya.

Pertama, mereka adalah orang yang tidak melawan Allah (ay. 50). Saat itu murid2 Yesus sedang sibuk
meributkan siapa yang terbesar di antara mereka yang layak memangku sebuah jabatan penting saat
Yesus memerintah sebagai Mesias. Karena mereka berpikir, kalau Yesus adalah Mesias, maka Yesus akan
mengusir penjajah romawi dari Israel, dan membangun kerajaan baru. Dan kalau Yesus jadi raja, pastilah
akan ada yang jadi perdana menteri, dan orang ini tidak mungkin dari luar kelompok murid. Pasti dari
antara mereka. Karena itu, murid-murid Yesus merasa superior, lain dari yang lain, paling benar, dan
istimewa. Karena superioritas itu, murid2 Yesus merasa perlu untuk mencegah orang lain melayani
pengusiran setan sekalipun dengan nama Yesus. Mungkin sewaktu mereka lapor sama Yesus kalau
mereka mencegah orang lain di luar murid2 untuk mengusir setan, mereka mengharapkan pujian dari
Yesus. tapi ternyata jangankan dipuji, mereka justru ditegur oleh Yesus. Barangsiapa tidak melawan
kamu, ia ada di pihak kamu. Seringkali kita seperti murid-murid. Karena kita aktif dalam pelayanan,
atau kita punya talenta, atau kita punya kedudukan dalam masyarakat atau bahkan gereja. Kita mulai
melarang orang lain untuk melayani Tuhan. Kita mulai menghakimi gereja A sesat, persekutuan B sesat,
dll. Waktu kita lakukan itu mungkin kita merasa kita benar, tapi lihatlah murid2 Yesus, bukan pujian yang
mereka dapat, melainkan teguran. Kalau kita mau jadi yang terbesar dalam kerajaan Allah, jangan lawan
orang yang melayani demi nama Tuhan Yesus, karena bisa jadi kita melawan Tuhan sendiri, tetapi
bekerjasamalah membangun kerajaan Allah.

Kedua, orang yang terbesar dalam Kerajaan Allah adalah mereka yang tidak membalas kejahatan
dengan kejahatan (ay. 54-55). Dalam perjalanan ke Yerusalem untuk disalib, Tuhan Yesus beserta murid-
muridNya harus melewati daerah Samaria. Orang Samaria dan orang Israel bermusuhan karena orang
Samaria kawin campur dan menyembah allah lain. Sebelum Tuhan Yesus sampai di desa Samaria,
utusan-utusan yang dikirim oleh Yesus, kembali dan memberitahu bahwa mereka ditolak oleh orang
Samaria. Secara manusia, wajar kalau kemudian murid-murid Yesus murka dan mau mengirim api dari
langit. Karena mereka teringat kisah Elia yang meminta api dari langit untuk membakar 2 orang perwira
dan 100 anak buah mereka yang diutus raja Ahazia untuk menolak Elia sebagai hamba Tuhan. Lagi-lagi,
bukannya dipuji karena keinginan mereka untuk membela Yesus, Yesus berpaling dan menegur
murid2Nya. Bagaimana dengan kita ? bukankah kita juga sering mengutuk orang lain yang menolak kita?
Mungkin bukan dengan terus terang bilang saya kutuk kamubla..blabla Tapi mungkin kutukan itu
keluar dari mulut kita dalam bentuk doa. Familier dengan bunyi doa begini? Tuhan saya mengampuni si
A, biar Tuhan saja yang balas perbuatannya sama saya. Ibu-ibu, itu adalah kutukan yang tersamar. Tapi
tetap saja kutuk. Orang yang terbesar dalam kerajaan Allah tidak boleh seperti itu. Melainkan harus
mengampuni dan mengasihi sepenuh dan setulus hati.

Orang yang terbesar dalam kerajaan Allah yang ketiga adalah orang yang mengasihi Tuhan dengan
segenap hati, jiwa dan akal budi (ay. 58, 60, 62). Dalam perikop terakhir pasal 9 ini ada 3 orang yang
mau mengikut Tuhan tapi terkendala dengan berbagai hal. Orang pertama, mau mengikut Tuhan tapi
pikir2 tentang untung rugi meninggalkan kenyamanan hidup dan segala materi yang mengikutinya.
Orang kedua, mau mengikut Tuhan tapi pikir2 tentang bakti kepada orang tua. Orang ketiga, mau
mengikut Tuhan tapi masih pikir2 tentang masa lalunya. Untuk ketiga orang ini, teguran Tuhan sangat
jelas. Orang yang mau mengikut Tuhan tapi masih sering lihat2 dan membanding2kan hidup sebelum
dan sesudah bersama Yesus, tidak pantas untuk ikut Tuhan. Pertanyaan buat kita hari ini. Apakah
dalam mengikut dan melayani Tuhan kita masih sering pikir2 hal-hal lain yang bisa memberatkan kita
untuk total ikut Tuhan? Matius 10:37 mengatakan, Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari
pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari
pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku. Kalau kita mau jadi yang terbesar dalam kerajaan Allah kasihilah Tuhan
dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi kita.

Jadi ibu-ibu, siapa yang terbesar dalam kerajaan Allah? Dia adalah orang yang tidak melawan
pelayan Allah, yang tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, dan yang mengasihi Allah dengan
segenap hati, jiwa, dan akal budinya. Selamat menjadi yang terbesar. Tuhan Yesus memberkati. Amin.
Bangun Tembokmu

(Neh 2:11-20)

Nehemia adalah seorang Yahudi yang hidup di pembuangan, dan menduduki jabatan juru minuman raja
yang kemudian diangkat menjadi gubernur Yehuda oleh raja Persia. Dalam menduduki jabatan barunya
ini, hal pertama yang Nehemia lakukan adalah dengan membangun tembok Yerusalem yang sudah
runtuh. Ketahanan dan keamanan suatu kota pada masa perjanjian lama, ditentukan oleh ada atau tidak
adanya tembok yang mengelilingi kota itu. Kota yang tidak memiliki tembok akan dengan mudah
diserang oleh kota/negara lain. Karena itulah, ketika menjabat jabatan sebagai Gubernur, Nehemia tidak
membangun perumahan, atau rumah sakit, atau bahkan dia tidak memilih wakil gubernur, dan staff-
staffnya, melainkan merencanakan pembangunan tembok kota Yerusalem. Maksudnya adalah agar
diketahui oleh bangsa-bangsa lain, dan orang-orang Israel yang masih berada di pembuangan, bahwa
Yerusalem masih ada, dan masih kuat. Namun, sekalipun biaya dan bahan-bahan pembangunan tembok
ditanggung oleh Raja Persia (Arthasasta), Nehemia tidak begitu saja bangun tembok. Ibu-ibu, dalam
kehidupan kita, kita juga perlu membangun tembok. Tembok apa saja? Tembok dalam keluarga, tembok
dalam pekerjaan, tembok dalam pelayanan. Tembok ini harus dapat melindungi kita dari serangan-
serangan musuh yaitu setan. Yang dapat berupa berbagai macam hal. Kekuatiran, perkelahian, aturan-
aturan yang mengikat, adat istiadat, kekurangan, dll. Prinsip pembangunan tembok itu harus sama
dengan yang Nehemia lakukan. Ada 4 hal yang Nehemia lakukan.

Pertama, mencari tahu/menyelidiki hal-hal yang rusak/kurang (Ay. 13). Nehemia berkeliling melihat
kerusakan yang terjadi atas tembok Yerusalem. Apakah Nehemia tidak tahu? Dia tahu! Pada pasal 1:3,
Hanani salah satu kerabatnya sudah memberitahukan kepada Nehemia apa yang terjadi. Tapi Nehemia
tidak mau terima begitu saja, tanpa melakukan pengecekan sendiri. Hal ini dia lakukan agar dia dapat
tahu persis apa dan berapa dana yang dibutuhkan untuk memperbaiki tembok. Dengan memeriksa
langsung kerusakan yang terjadi, Nehemia dapat menyusun rencana pembangunan dengan lebih
terarah. Sebelum kita membangun tembok keluarga kita, pastikan kita tahu hal apa yang kurang/rusak
dalam keluarga kita. Apakah itu rasa percaya terhadap pasangan? Ataukah itu komunikasi? Ataukah itu
keterbukaan terhadap pasangan? Ataukah itu hubungan kita dan pasangan dengan Tuhan? Supaya kita
tahu apa yang harus kita benahi, yang mana yang harus diperbaiki.

Kedua, menjaga kerahasiaan rencananya (ay. 12, 16). Ketika Nehemia pergi keliling, memeriksa
kerusakan secara langsung, hanya beberapa orang yang ikut serta dengan dia. Setelah itupun,
rencananya tidak diberitahukan kepada siapapun. Bahkan binatang yang dia gunakan untuk berkeliling
pun hanya yang dia tunggangi, artinya beberapa orang yang berjalan bersama dia, kemungkinan besar
tidak menggunakan kendaraan apapun (jalan kaki). Yang tahu rencananya hanya dia dengan Allah.
Setelah dia pulang dari berkeliling, hanya pemerintah dan imam yang tahu tentang rencananya (ay.16).
Hal ini dia lakukan agar rencananya tidak dapat digagalkan oleh orang lain. Dengan menjaga rencananya
tetap rahasia dan diketahui hanya oleh orang-orang yang dapat dipercaya (lingkup dalam), Nehemia
sudah meminimalisasi campur tangan negatif, intimidasi, atau provokasi dari orang lain. Setelah kita
tahu apa yang rusak dalam keluarga kita, jaga kerahasiaan masalah kita dengan pasangan atau dengan
anak, hanya dalam keluarga. Tidak perlu cerita kemana-mana. Kalau pun kita mau cerita, ceritakan
hanya pada-orang-orang yang dapat dipercaya. Karena waktu kita menceritakan masalah dalam
keluarga kita ke orang lain, kita membuka pintu untuk setan, menggunakan situasi itu untuk
menghancurkan rumah tangga kita.

Ketiga, memotivasi rekan-rekan kerja (ay. 17,18). Tidak hanya mencari tahu kerusakan, dan
merahasiakan rencananya, Nehemia memotivasi orang-orang yang akan bekerja bersama-sama dengan
dia untuk membangun tembok. Motivasi dalam mengerjakan sesuatu sangat diperlukan. Survey
membuktikan bahwa orang-orang yang bekerja dengan motivasi tinggi, akan menghasilkan hal-hal yang
maksimal dan luar biasa. Kenapa? Karena salah satu kebutuhan manusia adalah untuk diakui
pekerjaannya. Dengan memotivasi rekan kerjanya, Nehemia mengakui bahwa dia tidak bisa bekerja
sendiri, dan rekan-rekannya pun merasa dihargai. Dari motivasi yang tinggi akan menghasilkan
pengakuan dan akhirnya kesetiaan. Dalam membangun tembok rumah tangga kita, biasakan mendorong
dan memberi pujian bagi pasangan dan anak kita untuk melakukan sesuatu atau setelah mereka berhasil
melakukan sesuatu. Dengan demikian, pasangan dan anak kita akan menyadari dan merasakan bahwa
mereka dikasihi dan diperhatikan.

Terakhir dan yang paling penting, menaruh segala rancangannya di dalam kehendak dan control Allah
(ay. 20). Sekalipun rencananya hanya diberitahukan pada orang-orang yang dapat dipercaya, Nehemia
tetap mendapat tantangan berupa ejekan dari sekelompok orang (ay 19). Tapi Nehemia mengerti dan
percaya bahwa rencananya adalah rencana yang ditaruh Tuhan dalam hatinya (tidak dia buat sendiri, ay
12) sehingga dia memiliki kepercayaan penuh bahwa Allah yang akan membuat pembangunan tembok
Yerusalem berhasil. Nehemia tidak melakukan pembangunan tembok dengan berdasarkan kepercayaan
dirinya atau berdasarkan perlindungan raja, atapi berdasarkan kepercayaannya kepada Allah. Di pasal
3:1 dikatakan, pembangunan itupun ditahbiskan dahulu. Artinya, Allah dilibatkan secara langsung dalam
pembangunan tembok Yerusalem. Demikian juga dalam membangun tembok keluarga kita, sekalipun
kita tahu di mana kerusakannya, kita sudah menjaga kerahasiaan keluarga, kita sudah memotivasi, tapi
tanpa menyerahkan kehidupan rumah tangga kita setiap harinya kepada Tuha, usaha apapun yang kita
lakukan akan sia-sia. Itulah pentingnya kita membangun mezbah keluarga. Bentuk persekutuan doa
keluarga, setiap hari pada jam yang sudah ditentukan, hanya untuk keluarga/seisi rumah kita bersekutu
bersama-sama dengan Allah. Dengan demikian dasar/pondasi tembok kehidupan kita akan kokoh dan
tahan terhadap goncangan sekuat apapun.

Jadi ibu-ibu, bangunlah tembok dalam kehidupan kita secara khusus dalam rumah tangga. Temukan apa
yang salah dalam rumah tangga, rahasiakan kehidupan rumah tangga hanya di dalam rumah, berikan
dorongan dan pujian bagi anggota keuarga kita, dan sertakan Allah dalam setiap hari kehidupan rumah
tangga kita. Selamat membangun tembok. Tuhan Yesus memberkati. Amin
Menjadi Orang yang Mengenal Allah

Titus 1:16

Ibu-ibu yang terkasih dalam Tuhan Yesus, pembacaan kita hari ini bicara tentang orang yang
munafik. Mereka mengatakan mereka mengenal Allah, tapi perbuatan mereka tidak seperti orang yang
mengenal Allah. Seperti apa orang yang tidak mengenal Allah itu?

Pertama, mereka tidak tertib (Ay. 10). Orang-orang yang tidak tertib adalah orang yang tidka mau
mentaati peraturan, baik dari manusia maupun peraturan yang berasal dari Allah. Misalnya, dia tahu
bahwa tidak boleh ada Allah lain, tapi waktu ada masalah, dia tidak berdoa tapi datang ke dukun atau
orang lain untuk minta bantuan. Dia tahu harus mengasihi, tapi tetap menghina orang lain. Tidak hanya
itu, orang yang tidak tertib adalah orang yang TIDAK melakukan hal yang dia tahu itu baik, tetapi malah
melakukan hal yang dia tahu tidak baik. Misalnya dia tahu kalau mandi 2 kali sehari baik bagi kesehatan,
tapi jangankan 2 kali, 1 kali saja tidak. Atau, dia tahu merokok itu dapat merusak kesehatan, tapi rokok
habis 1 bungkus 1 hari.

Kedua, mereka seperti binatang buas (ay. 12). Artinya, mereka memperlakukan sesamanya sesuka
hatinya. Tidak pernah peduli dengan perasaan orang lain; mementingkan diri sendiri, dan merupakan
orang yang suka memaksakan kehendaknya. Misalnya, dia tahu kalau dia menghina orang, orang itu
akan sakit hati, tapi dia tetap menghina, yang penting hatinya puas.

Ketiga, mereka pemalas (ay. 12). Orang jenis ini adalah orang yang membiarkan orang lain yang
bekerja, tapi dia yang ambil keuntungannya. Sehingga, orang yang bekerja itu tidak dapat apa-apa.
Misalnya, anak kita yang kerja susah payah, tapi uang gajinya kita ambil semua untuk kita, sementara
anak kita itu tidak dapat apa-apa.

Keempat, mereka mendahulukan adat dan tradisi daripada Tuhan. Orang jenis ini akan ikut apa
kata mama, kata nenek, kata kakek yang semua itu cuma kebiasaan dari dulu, dan ternyata dilarang oleh
Firman Tuhan. Tapi mereka tidak peduli dengan Firman Tuhan, mereka tetap buat kebiasaan itu.

Orang-orang yang tidka tertib, seperti binatang buas, pemalas, dan mendahulukan adat disebut
menyangkal bahwa mereka mengenal Allah. Kenapa? Karena orang-orang yang sungguh mengenal
Allah akan hidup seperti Allah tidak angkuh, bukan pemberang, bukan peminum, bukan pemarah, tidak
serakah, suka memberi tumpangan, suka akan yang baik, bijkasana, adil, saleh, dapat menguasai diri,
berpegang pada Firman Tuhan (ay. 7-9). Tuhan tidak butuh orang yang rajin ke gereja kalau dia tidak
pernah melakukan Firman Tuhan. Yang Tuhan perlu adalah orang-orang yang setia melakukan
FirmanNya. Kalau kita sudah setia melakukan Firman Tuhan, orang lain akan melihaat kita sudah
berubah dan Allah dimuliakan. Selamat mengenal Allah. Tuhan Yesus Memberkati. Amin.
RENEWED

Kolose 3:12, 14

Ibu-ibu yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, banyak orang sewaktu memasuki memasuki tahun
baru, hal pertama yang mereka lakukan adalah sebuah rencana-rencana baru. Mereka bertekad kalau
tahun baru harus lebih baik dari tahun ini. Tapi sayangnya bayak orang uang memperhatikan hal-hal
yang lahiriah, seperti gajinya naik atau tidak, pendapatannya makin banyak atau tidak, penampilannya
semakin baik atau tidak, dipandang dan dihormati orang atau tidak, semua hal yang bersifat
sementara.hampir tidak ada yang memikirkan soal hidu[ rohaninya. Apakah imannya akan lebih baik?
Apakah ia akan lebih mengenal Tuhan, bagaimana agar dia bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan,
bagaimana dia melayani Tuhan dengan apa yang ada? Sebagai orang percaya kita harus sadar, waktu
kita masuk dalam tahun yang baru, semuanya hanya karena anugerah Tuhan. Karena itu kita juga harus
menghargai anugerah itu dengan melakukan kehendak Tuhan.

Kehendak Tuhan yang pertama adalah, agar kita hidup dengan belas kasihan dan kemurahan.
Kemurahan adalah adalah suatu rasa belas kasih terhadap orang Kristen yang menderita masalah fisik,
mental atau emosional dan mewujudkannya dalam perbuatan yang dilakukan dengan senang hati yang
mencerminkan kasih Kristus, merigankan penderitaan orang-orang yang dilayani. Jadi, orang yang hidup
dengan belas kasihan dan kemurahan tidak mungkin menaruh dendam terhadap orang-orang yang
bersalah kepada mereka. Mereka tidak mugnkin, menjauhi dan memandang rendah orang-orang yang
secara fisik, keuangan, maupun mental tidak lebih baik dari mereka. Melainkan, mereka akan berdoa,
memperhatikan dan menolong orang-orang ini.

Kedua, Tuhan berkehendak supaya kita hidup dengan kerendahan hati dan kelemahlembutan. Rendah
hati artinya tidak sombong atau angkuh, tidak meninggikan diri sendiri dan merendahkan orang lain.
Sehingga, orang yang rendah hati dan lemah lembut akan mampu mengampuni orang lain. Bagi dia
mengampuni adalah sebuah kebiasaan. Kalau dia tidak mengampuni, dia akan merasa sakit atau ada
yang kurang atau salah. Dia juga bersedia ditegur. Dia akan menerima kesalahannya tanpa banyak
alasan ini dan itu. Orang yang rendah hati kuga adalah orang yang akan menjaga perkataannya agar
tidak menyakiti orang lain dan tidak mudah bersumpah. Karena dia tahu bahwa dia hanya manusia biasa
hasil ciptaan Tuhan sehingga tidak layak untuk bersumpah atas apapun juga. Dia akan selalu
mendahulukan Tuhan di atas tradisinya, di atas pekerjaannya, di atas keluarganya, bahkan di atas dirinya
sendiri.

Ketiga, Tuhan berkehendak supaya kita hidup dalam kesabaran. Orang yang sabar bukan hanya dapat
mengendalikan amarahnya, tapi juga orang yang tekun dan rajin dalam segala hal. Terutama dalam
berdoa dan bersaat teduh. Dia tidak akan cepat bosan dan menyerah samapi doanya dikabulkan oleh
Tuhan. Sampai keinginannya dipenuhi oleh Tuhan. Dia tidak akan hitung-hitung waktu yang sudah dia
berikan untuk berdoa dan bersaat teduh.

Dan kesemuanya ini baru dapat dilakukan apabila pertama-tama kita punya kasih (ayat 14). Kasih adalah
kekuatan luar bisa yang membuat keluarga semakin hangat dan harmonis. Kasih menutupi kesalahan
siapapun, termasuk pasangan dan anak-anak kita. Karena seseorang punya kasih, maka dia bisa hidup
dalam belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan, dan kesabaran.

Rasul Paulus dalam pembacaan kita sore ini mengatakan bahwa kita dalah orang-orang yang dipilih,
dikuduskan dan dikasihi Allah. Kita adalah orang-orang yang dibaharui oleh Allah dan menjadi ciptaan
yang baru. Tahun baru dan ibadah perdana ini adalah kesempatan kita untuk melihat kembali diri kita.
Apakah kita benar-benar sudah hidup sebagaimana ciptaan baru harus hidup? Atau hidup kita sama saja
dengan orang-orang yang tidak mengenal Allah? Kita harus meningkatkan kualitas hidup kita sebagai
pengikut Yesus, janagn biarkan dosa masa lalu menguasai kita. Mungkin tahun lalu kita belum bisa idup
dalam kasih yang memampukan kita untuk berbelas kasih, lemah lembut, rendah hati, murah hati dan
sabar. Kita masih sering kalah dengan pancingan dosa. Tapi tahun ini kita harus menang dari dosa.
Milikilah cara hidup orang yang dipilih, dikuduskan dan dikasihi Allah, yaitu penuh kasih yang
memampukan kita untuk hidup dengan belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan,
dan kesabaran. Kemenangan Tuhan menyertai kita semua. Selamat menjalani hidup sebagai ciptaan
baru. Tuhan Yesus memberkati Amin.
Kunci Keberhasilan

(Ezra 7:6-10)

Ibu-ibu yang terkasih dlm Tuhan Yesus Kristus, Barrack Obama adalah seorang presiden Amerika.
Sebagai seorang presiden, dia adalah orang yang sangat sibuk. Siang hari ada di negaranya, mungkin
sore hari harus terbang ke negara yang lain. Malam harinya, harus kembali lagi ke negaranya.
Dibandingkan dengan dia, kesibukan kita jadi tidak ada artinya. Tapi ternyata, dalam kesibukannya yang
luar biasa itu, ada satu kebiasaan yang selalu dia lakukan secara teratur dan tidak pernah dia lupakan,
yang menurutnya membuat dia dapat menjadi pemimpin yang bijaksana. Kebiasaannya itu adalah
bersaat teduh di pagi hari. Setiap pagi, sebelum melakukan aktivitasnya, bahkan sebelum mandi, Barrack
Obama selalu berdoa pagi, membaca Alkitab, dan merenungkannya. Tidak hanya Obama, Abraham
Lincoln, presiden Amerika yang lain juga pernah berkata, keberhasilanku dalam satu hari ditentukan
oleh satu jam pertamaku bersama Tuhan hari itu. Kedua presiden Amerika ini hanya dua contoh dari
banyak presiden Amerika yang mengutamakan persekutuannnya dengan Allah dan menjadi pemimpin
yang berhasil. Hari ini kita belajar dari seorang pemimpin yang berhasil seperti Obama dan Abraham
Lincoln bernama Ezra.

Ezra adalah seorang imam dari keturunan Zadok. Ia termasuk di antara bangsa Yahudi yang
dibuang di Babel pada masanya. Dikatakan dalam ayat 6 Allah melindungi Ezra dan raja memberikan
segala apa yang diinginnya. Ungkapan segala di sini sangat luas artinya. Dapat juga disamakan dengan
semua atau terserah yang diinginkan. Ezra punya kebebasan dalam hal-hal yang ia inginkan, bahkan
kalau kita baca pasal-pasal selanjutnya, kita akan menemukan bahwa Ezra adalah orang yang disegani
dan dihormati oleh seluruh rakyat Israel bahkan di Persia. Apa yang menyebabkan dia dapat
melakukannya?

Pertama, mari kita perhatikan ayat 6. Dikatakan bahwa Ezra ahli kitab dan ia mahir dalam Taurat
Musa. Ezra dapat berhasil karena dia ahli dan mahir Firman Tuhan. Dia dapat menjadi seorang ahli
kerena dia mempelajarai sungguh-sungguh kitab Taurat, bukan hanya sekedar baca, tapi dia menyelidiki,
mempelajari Taurat itu dan diadapat menjadi mahir karena dia menjadikan Taurat sebagai santapan
rohani yang tiap-tiap waktu harus ia baca dan renungkan. Tidak ada seorangpun yang menjadi ahli dan
mahir dalam kitab Taurat tanpa ia mau membaca dan menelitinya. Dan ini adalah salah satu kunci
bagaimana Ezra akhirnya dilindungi Allah dan memperoleh kasih dari raja yang berasal dari bangsa yang
tidak mengenal Allah. Belajar dari Ezra, kita juga harus membaca Firman Tuhan agar kita dapat mengerti
kehendak Allah. Bukan hanya sekedar membaca, tapi mempelajarinya, menelitinya, merenungkannya.
Sehingga saat ada ajaran-ajaran yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan, kita bisa tahu dan tidak
terpengaruh. Jadikan Firman Tuhan makanan yang harus kita baca dan renungkan tiap hari.

Kunci kedua keberhasilan Ezra terletak pada ayat 10. Dikatakan bahwa Ezra telah bertekad untuk
meneliti Taurat Tuhan dan melakukannya serta mengajar ketetapan dan peraturan di antara orang
Israel. Tekad adalah suatu kemauan yang kuat yang tidak dapat dipengaruhi oleh apapun. sekalipun
tidak punya uang, tidak punya makanan, dimusuhi orang, dihina orang, apapun. Dia tetap meneliti,
melakukan, dan mengajar Taurat Tuhan. Ezra tidak berhenti samapi merenungkan Firman Tuhan tapi
juga melakukannya. Yakobus 1:22 mengatakan hendaklah kamu menjadi pelaku Firman dan bukan
hanya pendengar saja, sebab jika demikian kamu menipu diri sendiri. Jangan berhenti sampai
membaca. Jangan katakan hari ini saya sudah baca Alkitab, sudah selesai. Tapi harus dilakukan juga,
karena kita semua adalah surat Kristus. Orang mengenal Kristus bukan dari apa yang kita baca, tapi dari
apa yang kita lakukan (2 kor 3:3). Dan tidak berhenti sampai dilakukan, tapi juga harus diajarkan kepada
orang lain. Tapi Yakobus memberi peringatan bagi kita bahwa seorang guru akan dihakimi dengan lebih
berat. Karena itu kita harus meneliti dan mengerti dengan benar lebih dulu tentang Firman Tuhan
sebelum mengajarkannya kepada orang lain. Ketiga hal ini, yaitu meneliti, melakukan dan mengajarkan
harus didasari oleh tekad yang kuat, yang tidak dapat dipengaruhi oleh apapun.

Jadi ibu-ibu, kalau kita mau berhasil dalam setiap hal dalam hidup kita, dan terlebih kalau kita
mau disenangi Allah dan manusia, jadilah ahli dan mahir dalam firman Tuhan, dengan menjadikannya
makanan kita setiap hari. Dan milikilah tekad yang kuat untuk meneliti, melakukan dan mengajarkan
Firman itu setiap hari. Selamat meneliti Firman dan menjadi berhasil. Tuhan Yesus memberkati. Amin.
Penyembahan yang Benar

(Yoh 4:23-24)

Ibu-ibu yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, perkataan ini dikatakan oleh Tuhan Yesus,
sewaktu Dia bertemu seorang wanita Samaria di sumur Yakub di daerah Samaria. Wanita ini bingung.
Orang Samaria bilang, kalau menyembah Allah, harus di Gunung Gerizim. Tapi orang Israel bilang kalau
menyembah Allah harus di Bait Allah, di Yerusalem. Setelah Tuhan Yesus membongkar masa lalunya
yang buruk, dia sadar bahwa Tuhan Yesus adalah seorang nabi. Jadi, dia memutuskan untuk bertanya
kepada Tuhan Yesus. Bagaimana dan di mana cara menyembah Allah yang benar. Apa di Gunung
Gerizim seperti orang Samaria? Atau di Bait Allah di Yerusalem? Mungkin wanita ini berpikir, kalau
Tuhan bilang di Gerizim berarti dia selama ini benar, orang Israel yang salah. Mungkin dia berharap
supaya Tuhan Yesus membela Samaria. Tapi ternyata, Tuhan Yesus tidak membenarkan orang Samaria,
dan tidak membenarkan Israel juga. Malahan, Tuhan berkata bahwa penyembah-penyembah benar
akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran (ay. 23). Tuhan Yesus ternyata tidak mempedulikan
mau di mana dan bagaimana orang beribadah. Mau di gubuk, di gereja, di mall, di hotel, mau duduk,
berdiri, tepuk tangan, lompat-lompat, menangis, Tuhan tidak lihat itu semua. Yang penting buat Tuhan
Yesus adalah sikap hati. Ayat 24 mengatakan, bahwa siapapun yang menyembah Allah, harus
menyembah dalam roh dan kebenaran. Bukan boleh, tapi HARUS! Alasannya cuma satu, yaitu karena
Allah adalah Roh! Apa artinya menyembah dalam roh dan kebenaran? Pertama, kita akan melihat dulu
apa artinya menyembah dalam roh.

Menyembah dalam roh berarti, mari kita buka Mat 22:37, pertama dikatakan mengasihi Allah
dengan segenap hati. Artinya, waktu kita menyembah Tuhan, lakukan itu dengan segenap hati kita,
bukan hanya di mulut saja. Jadi, waktu kita mau ibadah, hati kita harus siap dulu untuk menyembah
Tuhan. Jangan merasa bahwa kalau datang ibadah tidak perlu persiapan hati, karena raja Daud menulis
dalam mazmurnya, dia katakan hatiku siap ya Allah, hatiku siap. Aku mau bernyanyi, aku mau
bermazmur (Mzm 57:8). Artinya, hati kita harus siap dulu sebelum menghadap Allah, kita sudah harus
mengampuni orang-orang yang mengecewakan kita, kita harus menghilangkan amarah kita, kita harus
menghilangkan rasa curiga kita pada orang lain. Kita harus murni mau menyembah Allah. Bukan karena
kurang enak hati, bukan karena terpaksa, bukan karena disuruh, bukan karena mau sesuatu, bukan
karena sudah mau dekat Natal, bukan karena mau mengambil hati dan dipandang rajin, tapi karena, kita
sudah benar-benar siap untuk menyembah Tuhan. Nah, kalau hati kita sudah siap untuk menyembah
Allah, otomatis kita akan masuk dalam langkah kedua, yaitu menyembah Allah dengan segenap jiwa.
Jiwa kita harus dibangunkan, kalau jiwa kita sudah bangun, kita akan mudah untuk bertepuk tangan,
menari, mengangkat tangan, tanpa perlu disuruh, karena jiwa kita dikendalikan oleh hati kita, oleh roh
kita. Kalau hati kita sudah siap, jiwa kita sudah bangun, kita akan menyembah Allah dengan segenap akal
budi. Pikiran kita tidak lari ke mana-mana, tidak memikirkan hal lain selain mau menyembah Tuhan dan
memberikan yang terbaik buat Tuhan. Pikiran kita fokus kepada Allah. Jadi kalau orang menyembah
Allah dalam roh, hatinya murni mau menyembah Allah, jiwanya akan rela bertepuk tangan bahkan
menari untuk Allah, dan pikirannya fokus kepada Allah.
Kedua dikatakan bahwa penyembah yang benar harus menyembah Allah dalam kebenaran. Yoh
14:6 mengatakan bahwa Yesus adalah jalan dan kebenaran dan hidup. Artinya menyembah Allah dalam
kebenaran pertama-tama harus dilakukan di dalam Yesus, bukan di dalam gereja, bukan di dalam
gedung. Tapi di dalam Yesus. Tidak peduli gerejanya apa, tidak peduli liturginya bagaimana,
penyembahan harus dilakukan dalam Yesus. Bukan karena takut gereja, bukan karena posisi atau
jabatan, tapi karena Yesus yang adalah kebenran itu sudah mengasihi kita lebih dulu. Kedua,
menyembah Allah dalam kebenaran berarti harus jujur. Pada Allah, pada diri sendiri, baru pada orang
lain. Tidak munafik. Kelihatannya nyanyinya semangat, doanya bagus, tapi hatinya menjauh daripada
Allah, itu sama dengan membohongi Allah, diri sendiri dan orang lain. Beribadahnya rajin, semua jenis
ibadah diikuti, datangnya tepat waktu, tapi kerjanya setiap hari gossip, ngomongin orang, mencela
orang, mengeluh, itu membohongi Allah, diri sendiri, dan orang lain.

Ibu-ibu, Bapa kita di surga tahu isi hati kita, Dia tahu waktu kita benar-benar memuji Dia atau
tidak. Dia tahu sikap hati kita. Dan Tuhan Yesus memberi peringatan dalam Mat 7:21,
Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga,
melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Apa kehendak Bapa yang harus kita
lakukan? Banyak! Salah satunya adalah menyembah Dia dalam roh dan kebenaran. Saya mengajak kita
semua saat ini, coba cek bagaimana keadaan hati kita waktu kita datang beribadah di tempat ini?
Apakah kita sudah menyembah Allah dalam roh dan kebenaran? ataukah banyak kemunafikan dalam
hati dan hidup kita? Allah kita setia dan adil, Dia akan mengampuni segala dosa kita apabila kita
mengakuinya dihadapan Tuhan. Saya undang ibu-ibu sekarang untuk mengakui semua kesalah yang ibu-
ibu sudah lakukan, katakan, dan pikirkan, termasuk apabila ibu-ibu belum menyembah Allah dalam roh
dan kebenaran. Katakan semuanya di hadapan Bapa, sebut satu persatu. Tuhan Yesus sedang membuka
tanganNya menunggu kita bertobat. Tuhan Yesus sudah mengampuni segala dosa kita dan
menyucikan kita dari segala kejahatan. Tapi ingat, Gal 6:7 mengatakan, Jangan sesat! Allah tidak
membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya..
Mulai hari ini, sembahlah Allah dalam roh dan kebenaran, karena Bapa menghendaki penyembah-
penyembah yang demikian. Tuhan Yesus memberkati Amin.
Tetap Tiap-Tiap Hari

(Kel 29:38-46)

Ibu-ibu yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, Dua minggu yang lalu,, kita belajar dari Daud
tentang doa. Minggu lalu kita belajara dari Tuhan Yesus sendiri, juga tentang doa. Hari ini kita mau
belajar lagi tentang doa. Kita sering mendengar bahwa doa adalah nafas hidup orang percaya. Tapi
seberapa sering kita berdoa hingga kita bisa bilang bahwa doa adalah nafas hidup kita? Pembacaan kita
hari ini mengisahkan tentang Firman Tuhan yang datang pada Musa di Gunung Sinai tentang korban
persembahan yang sudah ditetapkan oleh Tuhan untuk dilaksanakan oleh Israel sebagai umat Allah. Ada
3 syarat pemberian korban yang Tuhan perintahkan.

Syarat pertama korban itu harus diberikan tiap-tiap hari (ay. 38). Bukan sekali-sekali. Bukan kalau ingat.
Bukan kalau sempat. Tapi tiap-tiap hari.

Syarat kedua, korban itu harus diberikan pada waktu pagi dan pada waktu senja (ay. 39). Bukan hanya
kalau mau makan. Bukan hanya kalau ada perlu. Bukan hanya kalau ada masalah. Bukan hanya kalau
mau tidur. Tapi pada waktu pagi-dan senja.

Syarat ketiga, korban itu harus dilakukan turun temurun (ay. 40). Bukan hanya dilakukan oleh kita, tapi
juga oleh seluruh keluarga kita secara turun temurun. Tidak boleh berhenti hanya pada generasi kita.

Syarat keempat, semua persembahan itu hanya tertuju pada Tuhan Allah pencipta langit dan bumi, dan
bukan pada ciptaanNya (ay. 41, bagi TUHAN). Bukan untuk kesenangan dan kepuasan kita, tapi
untuk kemuliaan Tuhan. Untuk menyenangkan hati Tuhan.

Ibu-ibu, Allah tidak menuntut kita untuk memberikan korban berupa anak domba, karena Kristus telah
memberikan diriNya mati di kayu salib demi manusia. Tetapi Allah menghendaki supaya kita
mempersembahkan hidup kita untuk Dia. Dan itu dimulai dengan mempersembahkan waktu kita untuk
bersekutu dengan Tuhan sesuai dengan syarat yang sudah Tuhan berikan pada Musa. Yaitu, tiap hari,
pagi dan malam, secara turun temurun dan hanya berpusat pada Allah. Ketika kita berdoa dan
merenungkan firman Tuhan itu setiap hari, pagi dan malam, melakukannya secara turun temurun
dengan melibatkan seluruh anggota keluarga kita, dan melakukannya atas dasar untuk menyenangkan
hati Tuhan, maka kita benar-benar menunjukkan pada orang-orang disekitar kita bahwa doa itu benar-
banar nafas hidup kita. Dan Allah berjanji 3 hal bagi setiap orang yang memberikan waktunya untuk
bersekutu dengan Allah sesuai syaratAllah.

JanjiNya yang pertama, Allah akan menemui dia (ay. 42-43). Bagaimana Allah menemui kita? Pertama-
tama, Dia menemui kita lewat firman yang kita baca. Dan setelah kita semakin rajin berdoa dan
merenungkan firmanNya, Dia akan memberikan kepada kita kepekaan untuk mengetahui kehendakNya
dan rencanaNya, bahkan untuk mendengar suaraNya.

JanjiNya yang kedua, Allah akan menguduskan dia (ay. 43). Kita akan dibuatNya merasa jijik terhadap
dosa dan pelanggaran. Karena kita bergaul akrab dengan firmanNya dan selalu berdoa, maka kita akan
merasa aneh dan janggal ketika kita mau berbuat dosa.
JanjiNya yang ketiga, dia akan diam bersama Tuhan (ay. 45). Allah akan selalu menyertai dia di mana pun
dia berada, apapun yang dia lakukan, dan memberikan apapun yang dia minta. Sehingga pada akhirnya,
dia akan tinggal bersama-sama dengan Tuhan di dalam kerajaanNya.

Jadi ibu-ibu, jangan berdoa dan membaca firman hanya ketika kita dalam masalah atau hanya ketika kita
ada perlu dengan Tuhan. Tapi lakukan itu tiap-tiap hari, pagi dan senja, secara turun temurun dan demi
menyenangkan hati Allah. Dan nikmatilah janji-janjiNya. Selamat berdoa. Tuhan Yesus memberkati.
Amin.
Berdoa

(Mrk 1:35-39)

Ibu-ibu yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, minggu lalu kita belajar dari Daud bahwa ketika
ada masalah datang, yang pertama-tama harus kita lakukan adalah berseru kepada Tuhan. Hari ini kita
diminta untuk tetap berdoa. Kenapa?

Pertama, karena Tuhan Yesus juga berdoa. Ibu-ibu, Tuhan Yesus adalah seorang pribadi yang
sibuk sekali. Setiap hari Dia jalan dari satu kota ke kota lain. Setiap ada di satu kota, Dia harus mengajar
di Bait Allah. Setelah mengajar, Dia masih harus menyembuhkan orang-orang yang sakit dan kerasukan
setan yang banyak sekali. Bahkan kalau kita baca di Markus 1:32, semua orang yang sakit dan kerasukan
setan itu dibawa kepada Yesus setelah malam, setelah matahari terbenam. Kalau seandainya satu desa
oeltua ini datang kepada Yesus untuk disembuhkan dan dipulihkan, maka kira-kira Tuhan Yesus baru
selesai pelayanan sekitar jam 1 malam. Tapi hebatnya ibu-ibu, Markus mencatat, Tuhan Yesus bisa tetap
bangun pagi-pagi ketika hari masih gelap untuk berdoa. Alkitab mencatat, tidak hanya saat itu Yesus
berdoa. Tapi sebelum memilih murid-muridNya, Dia berdoa (Luk 6:12). Sebelum ditangkap, Dia berdoa
(Luk 22:39-46). Bahkan saat di atas kayu salibpun Dia tetap berdoa. Tapi Tuhan Yesus tidak hanya
berdoa pada saat-saat tertentu. Dia berdoa setiap saat. Berdoa pagi-pagi sudah menjadi kebiasaanNya
sehingga ketika orang banyak mencari Dia, murid-muridNya sudah tahu harus mencari Tuhan Yesus ke
mana. Dengan berdoa, Tuhan Yesus menunjukkan bahwa hubunganNya dengan Bapa sangat intim.
Selelah apapun, sesibuk apapun, kebersamaan dengan Bapa tidak akan Dia lewatkan.

Kedua, karena berdoa memberi kekuatan. Ibu ibu, sewaktu Tuhan Yesus di taman Getsemani, Dia
menyuruh murid-muridNya untuk berdoa dan berjaga. Tapi tidak ada satupun dari mereka yang berdoa.
Dan apa yang mereka dapatkan? Petrus menyerang utusan Imam Besar, Markus melarikan diri, semua
murid ketakutan, semua murid meninggalkan Yesus, Petrus menyangkal Yesus, dan murid-murid takut
dan bersembunyi. Sementara Tuhan Yesus mendapat kekuatan baru dan sanggup menghadapi
penderitaan bahkan kematian di kayu salib. Kekuatan Tuhan Yesus dalam pelayananNya, Dia dapatkan
dari hubungannya dengan Bapa. Sebagai manusia, Dia bergantung penuh pada Allah. Kehadiran dan
kuasa Allah itulah yang Dia nyatakan ketika menyelesaikan berbagi masalah, memenuhi kebutuhan
pelayanan dan mengubah keadaan sekitar.

Ibu-ibu, seperti lampu yang memerlukan kabel sebagai sarana penghubung dengan sumber listrik
agar dapat berfungsi sebagimana mestinya, begitu jjuga manusia memerlukan doa sebagai sarana
penghubung dengan Sumber Hidup agar dapat hidup sesuai dengan kehendakNya. Karena iblis tahu
bahwa ketika kita terhubung dengan Bapa, kita akan mendapat kekuatan untuk tetap taat melakukan
kebenaran, seberat apapun resikonya.

Jadi ibu-ibu, tetaplah berdoa karena Tuhan Yesus juga berdoa, dan karena dalam doa kita mendapatkan
kekuatan yang baru. Mari hidup dengan berjaga-jaga dan berdoa. Selamat berdoa. Tuhan Yesus
memberkati.
Menyelesaikan Masalah dengan Cara Tuhan

(Mzm 57:1-12)

Ibu-ibu yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, waktu menulis Mazmur ini, Daud sedang dikejar
oleh Saul dan akan dibunuh karena dianggap mengancam kedudukan Saul sebagai Raja. Dalam
pelariannya itu, kalau kita baca 1 Sam 20:22, kita akan melihat bahwa Daud tidak punya makanan
sehingga dia harus makan roti persembahan milik imam. Dia juga seorang panglima perang tapi tidak
punya senjata apapun sehingga harus menggunakan pedang Goliat. Dia hampir ditangkap oleh Raja
Akhis dari kota Gat sehingga dia harus pura-pura gila. Tidak cukup hanya itu, dia juga harus menghidupi
400 orang yang mencari perlindungan pada Daud. Pembacaan kita hari ini menunjukkan pada kita apa
yang Daud lakukan dalam masa sulit itu dan apa yang akhirnya ia dapatkan. Untuk itu, ada 3 pribadi
yang perlu kita perhatikan.

Pribadi pertama adalah Saul, musuh Daud. Daud menggambarkan Saul sebagai orang yang
menghancurkan (ay. 2). Apa yang dihancurkan oleh Saul? Saul menghancurkan rasa aman Daud,
hubungan Daud dengan Yonatan, kenyamanan hidup Daud dan reputasi Daud. Saul juga menginjak-injak
Daud (ay. 4). Saul melecehkan Daud, menghina Daud dan dengan demikian menghancurkan harga diri
Daud. Daud menggambarkan Saul seperti singa yang suka menerkam, yang giginya seperti tombak dan
panah dan yang lidahnya seperti pedang (ay. 5). Artinya, Saul itu berbahaya, keji, penuh dengan dendam
dan nafsu untuk membunuh. Bahkan juga memasang berbagai jebakan untuk Daud (ay. 7). Ibu-ibu, sifat-
sifat Saul ini menggambarkan sifat-sifat musuh, masalah dantantangan yang kita hadapi. Setiap masalah
dan tantangan yang kita hadapi, ketika kita biarkan atau justru sangat kita perhatikan (fokus), itu semua
akan menghancurkan rasa aman, hubungan kita dengan orang lain sehingga tidak ada kasih, harga diri
kita sehingga kita rela berbuat apa saja termasuk mencari dukun dan kuasa kegelapan untuk
menyelesaikan masalah kita. Lalu apa yang seharusnya kita lakukan?

Mari kita perhatikan pribadi yang kedua yaitu Daud. Dalam kesulitannya itu, Daud tidak fokus
pada besar dan beratnya masalah yang ia hadapi. Tapi pertama-tama yang ia lakukan adalah
menyerahkan jiwanya dalam perlindungan Tuhan (ay. 2). Lalu memohon belas kasihan Tuhan (ay. 2).
Dan dia berseru serta mengandalkan Tuhan (ay 2-3). Tidak hanya berdoa minta tolong. Tapi dia
mempersiapkan hati dan jiwanya kemudian memuji Tuhan dan menyatakan kemuliaan Tuhan. Dan
akhirnya, dia bersyukur dan bersaksi bagi Allah karena dia tahu Allah yang dia sembah selalu setia
berada di sisinya (ay. 10-11). Berapa banyak dari kita, sewaktu dalam masalah masih bisa memuji Tuhan
dan bilang Tuhan itu baik dan penuh kasih, anugerahNya luar biasa dan berkatNya melimpah? Mungkin
kita berkata, tidak ada uang kok bilang berkatNya melimpah? Berkat yang mana? Hampir setiap hari
bertengkar kok bilang Tuhan penuh kasih? Kasih yang mana? Sakit tidak sembuh-sembuh kok bilang
Tuhan itu baik? Baik apanya? Masalah satu belum selesai yang satu sudah datang kok bilang
anugerahNya melimpah? Melimpah apanya? Ketika masalah datang, kecenderungan kita adalah
menyalahkan keadaan, menyalahkan orang lain, dan akhirnya menyalahkan Tuhan. Tapi baiklah kita
mencontoh Daud yang bahkan dalam masalahnya yang banyak itu, tetap bisa mengandalkan Tuhan dan
mengatakan, Tinggikanlah diri-Mu mengatasi langit, ya Allah! Biarlah kemuliaanMu mengatasi seluruh
bumi! (ay. 6). Juga bersaksi kepada orang lain bahwa Allah yang kita sembah adalah Allah yang setia.
Apa kemudian yang Daud dapatkan?

Mari kita perhatikan pribadi yang ketiga yaitu Allah. Dalam pembacaan kita ini, Daud
menggambarkan Allah sesuai dengan apa yang telah ia rasakan dan alami. Pertama, Allah menyelesaikan
segalanya bagi Daud (ay. 3). Kedua, Dia mengirim utusan untuk menyelamatkan Daud (ay.4). Ketiga,
mempermalukan orang yang mempermalukan Daud (ay. 4) dan dengan demikian menunjukkan kasih
dan kesetiaanNya kepada Daud (ay.4). Kita bisa berkumpul hari ini di rumah ini adalah bukti kesetiaan
Allah atas ibu Hana dan keluarga. Allah mendengar semua seru doa ibu dan memberi jalan keluar untuk
ibu. Karena seluruh bumi ada di bawah kuasa dan kendaliNya (ay. 6 &12) termasuk segala masalah kita.

Jadi ibu-ibu, ketika ibu-ibu menghadapi masalah, sekalipun masalah itu begitu berat dan
berbahaya seperti singa, teladanilah Daud. Berdoalah, andalkanlah Tuhan, pujilah namaNya, bersyukur
pada Tuhan dan bersaksilah bagi Dia. Dan lihatlah Allah akan memberi kelepasan sesuai dengan
waktunya dan dengan caraNya sendiri. Selamat menghadapi masalah. Tuhan Yesus memberkati.
Ambisi yang Salah

Mat 20:26-28

Ibu-ibu yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, setiap manusia boleh saja memiliki ambisi dan
memang harus memiliki ambisi dalam hidupnya. Memiliki ambisi akan menjadi suatu dorongan atau
memacu seseorang untuk mengerjakan sesuatu dengan hasil yang lebih baik. Jika seseorang tidak
memiliki ambisi, ia tidak memiliki gairah dalam mengisi kehidupannya. Pada dasarnya memiliki ambisi
itu bagus selama masih bisa dikendalikan dengan baik. Jika tidak, ambisi tersebut akan menghasilkan
sikap ambisius. Ambisi yang positif mendorong seseorang untuk menghasilkan karya yang lebih baik dan
meraih prestasi lebih baik dari sebelumnya. Sebaliknya ambisi yang negatif adalah ambisi yang tidak
sebanding dengan potensi yang dimilikinya sehingga seseorang akan memakai segala cara untuk
mewujudkan ambisinya itu. Pembacaan kita sore ini menunjukkan salah satu ambisi yang salah dari
murid-murid Tuhan Yesus. Apa ambisi mereka? Hanya satu, yaitu mereka mau menjadi yang terkemuka
dalam Kerajaan Allah (ay 21). Kenapa ambisi ini adalah ambisi yang salah?

Pertama, karena keinginan mereka untuk menjadi yang terbesar dalam Kerajaan Allah, membuat
mereka melakukan segala cara, termasuk meminta ibu mereka membicarakannya dengan Yesus. Untuk
kepentingan mereka, mereka memanfaatkan orang lain bahkan ibu mereka sendiri. Mereka tidak
memikirkan bagaimana jika nanti ibu mereka malu atau bagaimana jika nanti ibu mereka dimusuhi
orang, yang penting keinginan mereka sudah terlaksana lebih dulu. Yang penting mereka dapat janji
Tuhan dulu bahwa mereka akan dapat kedudukan yang baik di Kerajaan Allah.

Kedua, keinginan mereka untuk menjadi yang terbesar dalam Kerajaan Allah, menunjukkan
bahwa mereka sombong. Yohanes dan Yakobus adalah dua dari tiga murid yang paling sering Tuhan
Yesus ajak ke mana-mana. Mereka dan Petrus ada waktu Tuhan Yesus dimuliakan di gunung bersama
dengan Elia dan Musa. Mereka juga ada waktu Tuhan Yesus berdoa di Taman Getsemani. Mereka juga
merupakan murid Tuhan Yesus yang pertama. Hal-hal ini membuat Yohanes dan Yakobus menjadi
sombong. Mereka beranggapan bahwa karena mereka adalah yang pertama dipilih, pasti mereka yang
akan mendapat kedudukan yang paling baik dalam pemerintahan Tuhan Yesus nanti.

Ibu-ibu, seringkali kita berlaku seperti Yohanes dan Yakobus. Kita mau dipandang hebat, kita mau
dihormati. Kita mau menjadi yang paling utama. Sehingga kita mulai menghalalkan segala cara. Kita
mulai mengatakan-hal-hal yang tidak benar tentang sesame kita supaya mereka dipandang jelek dan kita
dipandang baik. Kita mulai membenci orang lain, dan berusaha supaya orang yang kita benci itu juga
dibenci oleh orang lain.

Ibu-ibu, Tuhan tidak senang terhadap orang-orang yang punya keinginan untuk mencari hal-hal
besar bagi dirinya sendiri, sebab itu akan mendatangkan dosa. Karena orang yang mencari hal-hal besar
bagi dirinya sendiri tidak akan mau disaingi oleh orang lain, sehingga timbullah iri hati, kebencian, dan
fitnah. Tapi Tuhan mau supaya kita saling melayani satu dengan yang lain. Artinya, kita harus
menganggap bahwa sesama kita deraajatnya lebih tinggi dari kita. Tidak boleh ada kesombongan,
karena Tuhan Yesus yang kita sembah itu juga melayani kita. Bahkan Dia mencuci kaki murid-muridNya.
Artinya bahkan Yesus yang adalah Tuhan itu menganggap bahwa murid-muridNya lebih tinggi derajat
dan statusnya dari pada Dia.

Mat 23:12 mengatakan, Barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa
merendahkan diri, ia akan ditinggikan.

Jadi ibu-ibu, jika saat ini ada dalam hati kita keinginan untuk menjadi yang terhebat, bertobatlah.
Karena Allah mau kita saling melayani. Dan jika dengan saling melayani kita akan mendapat kedudukan
dan popularitas, biarlah itu terjadi karena kehendak Tuhan. Kalau Tuhan merencanakan tak seorangpun
dapat menggagalkannya. Tapi jika Tuhan merendahkan kita, siapa yang sanggup menghalangi Dia?
Selamat hidup dalam kerendahan hati. Selamat melayani. Tuhan Yesus memberkati. Amin
Bahagia dalam Masalah

(Yak 1:2-4, 12)

Ibu-ibu yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, waktu mendengar tema ini, mungkin ibu-ibu
berkata, apa mungkin saat dalam masalah, tetap bisa bahagia? Apa mungkin bisa berbahagia waktu kita
dipukuli oleh suami? Apa mungkin bisa bahagia waktu tidak bisa makan karena tidak punya uang? Apa
mungkin bisa bahagia kalau kita ditolak oleh keluarga? Apa mungkin bisa bahagia kalau kita dihina,
dibohongi, dimusuhi orang? Apa mungkin bisa bahagia kalau kita ditipu orang sehingga uang kita habis?
Menurut pembacaan kita, jawabannya bukan hanya MUNGKIN tapi HARUS! Kenapa? Ada 3 alasan,
kenapa kita HARUS tetap berbahagia sekalipun dalam begitu banya masalah.

Alasan pertama, karena masalah-masalah itu akan membuat kita tekun (ay. 3). Sewaktu Adam
dan Hawa belum jatuh ke dalam dosa, mereka hidup intim dengan Allah, setiap hari mereka bahagia dan
mengobrol dengan Allah. Tapi waktu mereka jatuh dalam dosa, hubungan mereka dengan Allah, rusak
dan cara mereka melihat Allah juga rusak. Dan bukan hanya mereka tapi juga semua orang di bumi ini
yang adalah keturunan mereka. Manusia tidak lagi melihat Allah sebagai sahabat dan Tuhan, tapi
manusia melihat Allah sebagai satpam dan pembantu, yang tugasnya hanya untuk melindungi dan
membantu manusia keluar dari masalah. Orang kusta, datang kepada Tuhan Yesus karena dia punya
masalah, yaitu kusta, dihindari orang, tidak bisa beribadah, harus tinggal di luar pintu gerbang,
disingkirkan. Orang buta datang kepada Tuhan Yesus karena dia punya masalah dengan penglihatannya,
pengangguran, disingkirkan orang. Pelacur, pemungut cukai, nelayan, orang kerasukan setan, semuanya
datang kepada Tuhan Yesus karena mereka punya masalah. Kebiasaan manusia, orang Kristen
khususnya, adalah waktu senang lupa Tuhan. Waktu sengsara baru ingat Tuhan. Sehingga Tuhan
menggunakan berbagai masalah untuk membuat manusia selalu dekat dengan Dia. Selalu tekun mencari
Dia.

Alasan kedua, masalah-masalah itu membuat kita menjadi sempurna dan utuh (ay.4). Ayub
adalah seorang yang sempurna. Dia taat, ayah yang memperhatikan jasmani dan rohani anak-anaknya,
suami yang mengasihi istrinya, teman yang memperhatikan kawan-kawannya, orang kaya yang peduli
terhadap sesama. Tapi dia belum sempurna dan utuh. Kenapa? Karena dia hanya mendengar Allah dari
kata orang, belum mengalaminya sendiri. Baru setelah dia mengalami begitu banyak masalah, dia
mengalami dan mengenal Allah secara pribadi (Ayb 42:5). Sewaktu kita dalam masalah, kita akan tekun
berdoa, dan dalam proses penyelesaian masalah yang Tuhan berikan, kita akan mengenal Allah secara
pribadi. Bukan lagi berdasarkan kata orang. Kita menjadi manusia yang utuh dan sempurna. Bahkan bisa
menjadi berkat buat orang lain lewat kesaksian hidup kita.

Alasan ketiga, Allah menjanjikan sebuah mahkota kehidupan kekal bagi seorang pemenang (ay.
12). Surat Yakobus ini ditulis pada orang-orang Kristen yang pada saat itu berada dalam ancaman
kekaisaran Romawi. Orang Kristen tidak boleh berdagang ataupun berbelanja. Orang Kristen yang sakit
tidak boleh mendapat pelayanan rumah sakit. Orang Kristen tidak boleh bersekolah. Orang Kristen tidak
boleh bekerja di pemerintahan. Orang Kristen tidak boleh beribadah. Orang Kristen dikejar-kejar untuk
dibunuh dengan berbagai macam cara. Tapi mereka dituntut untuk tetap berbahagia dan menanggung
segala macam cobaan itu dengan setia. Dan untuk itu, Tuhan sudah menyediakan hidup kekal untuk
mereka nikmati. Mungkin mereka tidak dapat hidup di dunia dengan nyaman, tapi mereka akan hidup
bersama-sama dengan Tuhan dengan aman selamanya. Saya percaya, masalah-masalah kita sekarang
tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan orang-orang Kristen pada masa Alkitab. Tapi apabila kita
menang menghadapi segala masalah itu, seperti Ayub, seperti orang-orang Kristen zaman dulu, kita juga
akan menerima pemulihan dan kehidupan kekal.

Tapi ada satu syarat agar kita dapat berbahagia dalam menghadapi masalah dan menjadi seorang
pemenang. Syarat itu adalah SETIA! Setia untuk taat kepada Firman Tuhan. Setia mengatakan
kebenaran. Setia bersaat teduh. Setia mengampuni. Setia mengasihi. Setia dalam segala hal yang
menyenagkan hati Tuhan.

Jadi ibu-ibu, SETIALAH dalam kehidupan ibu-ibu setiap hari agar ibu-ibu dapat berbahagia dalam
berbagai masalah. Karena masalah-masalah itu ada agar kita semakin tekun, semakin sempurna dan
utuh, dan berhak atas mahkota kehidupan. Selamat berbahagia. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Sebuah Kehormatan

(Titus 2:3-8)

Sebuah kata bijak berkata, 100 tahun lagi, tidak akan ada yang peduli apa mobil yang anda kendarai
saat ini, seberapa besar rumah yang anda tinggali saat ini, berapa banyak uang yang ada di rekening
anda, seberapa indah baju yang anda pakai. Tapi 100 tahun lagi, dunia bisa jadi akan menjadi lebih baik,
karena anda telah membesarkan seorang anak dengan luar biasa.

Itulah luar biasanya mendapatkan anugerah menjadi seorang ibu. Tuhan memang tidak pernah
memerintahkan setiap wanita harus menjadi seorang ibu. Namun, menjadi seorang ibu adalah salah
satu peran yang diberikan khusu pada para wanita. Jika hari inikita mendapatkan kehoramatan dan
anugerah untuk menjadi seorang ibu, tentunya kita harus bisa menghargai hal ini dengan sebaik-
baiknya, termasuk dalam membesarkan anak-anak kita. Baik peremapuan maupun laki-laki.

Dalam budaya kita kadang menganggap anak perempuan sebagai sesuatu yang kurang dibandaingkan
anak laki-lakiaa, tapi renungkan hal ini. Dari anak-anak perempuanlah akan muncul suami-suami
ataupun pria-pria yang hebat. Baik anak perempuan maupun anak laki-laki harus dididik dengan sama
dan setara.

Itulah sebabnya firman Tuhan pun sangat memperhatikan peran seorang ibu. Sebuah kehormatan itu
tidak bisa disia-siakan, melainkan harus dihargai dengan berlaku sebagaimana rancangan Tuhan atas
seorang ibu.

Tuhan mau seorang ibu menjaga kehormatan dengan hidup sebagai orang-orang yang beribadah.
Beribadah di sini bukan hanya rajin ke gereja atau ke persekutuan. Dalam bahasa aslinya, beribadah
memiliki 3 arti.

Pertama, mengikatkan diri kepda Tuhan hidup dan mati. Artinya, setiap ibu harus benar-benar
bersandar pada Tuhan dalam setiap segi hidupnya. Tidak boleh kuatir, tidak boleh marah, harus benar-
benar mempercayakan segala kesusahan dan kegembiraannya pada Tuhan.

Kedua, beribadah berarti menaruh diri di bawah otoritas Tuhan. artinya, seorang ibu harus taat kepada
segala perintah Tuhan. apapun kata orang lain dalam segala situasi.

Ketiga, beribadah berarti mengekspresikan keterikatan dan ketundukkan itu dengan biasa melakukan
ritual dan memuliakan Tuhan melalui gaya hidup. Artinya, setiap ibu harus rajin bersekutu dengan
Tuhan baik secara pribadi maupun komunal. Dan setiap perkataan maupun tindakannya harus
mencerminkan Tuhan Yesus.

Tujuannya bukan supaya dia dapat puji, tapi supaya anak-anak mereka dapat meneladani mereka dan
mengasihi keluarga yang Tuhan karuniakan pada mereka pada waktuNya. Supaya keluarganya dapat
menjadi teladan bagi masyarakat di mana ia berada, dan nama Tuhan dimuliakan.
Tugas para ibu adalah lebih dari sekedar untuk sesuatu yang bernilai di hari ini saja, tapi tugas seorang
ibu adalah untuk menyiapkan sebuah generasi di masa depan. Karena itulah, jangan pernah
menganggap remeh hal ini. Di tangan andalah akan muncul anak-anak yang membangun sebuah
generasi, yaitu para, istri, ibu, suami, ayah yang luar biasa.

Selamat menjadi ibu. Tuhan Yesus memberkati


Mencari Tuhan

(Yesaya 55:6-7)

Ibu-ibu yang terkasih dalam Tuhan Yesus, ada sebuah kutipan yang berbunyi, Tuhan
menciptakan manusia dengan satu lubang dalam hidupnya yang hanya dapat diisi oleh Yesus. Kutipan
ini mengandung kebenaran yang sangat dalam. Kita dapat melihat disekitar kita atau mungkin kita
sendiri, banyak orang yang terikat dengan minuman keras, perjudian, perzinahan, kumpul kebo, kuasa
gelap, dukun hanya agar mendapat kebahagiaan. Ada juga orang yang sangat aktif melayani, aktif ikut
persekutuan-persekutuan doa, aktif berdoa di sana-sini bermaksud agar dapat merasakan kebahagiaan.
Tapi kalau mereka mau jujur pada diri mereka sendiri, mereka semua tetap merasa kosong, mereka
semua masih belum merasa bebas. Mereka semua masih tertekan. Kehidupan mereka terasa tanpa arti.
Mereka menjalani hari demi hari hanya sebagai rutinitas dan kewajiban saja. Tidak ada gairah. Tidak
bersemangat. Kenapa? Karena kekosongan dalam hidup mereka itu hanya dapat diisi oleh Tuhan Yesus.
Karena Allah sungguh sangat tahu akan hal itu, maka perintahNya dalam pembacaan kita hari ini adalah
untuk MENCARI TUHAN SELAMA IA BERKENAN DITEMUI. Artinya, ada suatu waktu dalam hidup kita di
mana Allah tidak lagi dapat ditemui sekalipun kita mencari dengan segenap usaha kita. Di bagian lain
Firman Tuhan, dikatakan bahwa akan tiba waktunya orang akan mencari ke seluruh penjuru bumi, tapi
tidak dapat menemukan Firman Allah (Am 8: 12). Kapan hal itu terjadi? Ada dua kemungkinan besar.
Pertama, saat waktu kita di bumi ini selesai dan kita harus menghadap Tuhan. Saat itu, segala
pembelaan atau alasan kita tidak berguna lagi. Kedua, saat masa aniaya di zaman akhir sewaktu antikris
berkuasa. Kita tidak tahu kapan persisnya, tapi pasti terjadi. Di kedua saat itu, berdoa saja sudah tidak
dapat kita lakukan. Tapi Tuhan itu baik, sebelum kita mengalami kedua waktu itu, Dia memperingatkan
kita hari ini untuk mencari Dia. Bagaimana caranya?

Pertama, dengan berseru (ay. 6b). Berseru di sini bukan berarti hanya berdoa atau memuji Tuhan.
Tapi memanggil sampai Tuhan datang menghampiri. Tidak berhenti selama belum Tuhan belum datang.
Tuhan mau kita terus bertekun dalam doa sampai tiba waktunya Tuhan datang. Artinya, bukan hanya
sekali atau dua kali berdoa atau sekali dua kali baca Alkitab tapi tiap hari, tiap saat, sampai waktunya
kita bertemu dengan Tuhan.

Kedua, dengan meninggalkan jalan (ay. 7a). Maksudnya, meninggalkan cara hidup kita yang
memperlakukan Tuhan hanya sebagai mesin ATM tempat kita minta berkat atau budak untuk kita suruh-
suruh. Meninggalkan cara hidup yang fasik. Yaitu yang bertindak, seakan-akan Tuhan tidak ada. Mungkin
di pagi hari berdoa dan baca Alkitab, tapi setelah itu bergosip lagi, memaki lagi, mengutuk lagi,
berbohong lagi, serakah lagi, iri hati lagi, sombong lagi, dll. Artinya bagi dia, Tuhan hanya ada waktu dia
baca Alkitab dan berdoa, setelah itu Tuhan pergi. Dengan bertindak seperti itu, dia sudah menghina
Tuhan. dan cara hidup seperti inilah yang Tuhan mau kita tinggalkan.

Ketiga, dengan meninggalkan rancangan (ay. 7b). Artinya, mengubah cara pikir kita terhadap
segala hal. Tidak lagi ragu tapi yakin akan janji Tuhan. Tidak lagi berpikir negatif terhadap orang lain.
Tidak lagi berpikir instan (mau sesuatu harus cepat dan gampang). Tapi berpikir sesuai dengan Firman
Tuhan, penuh dengan kepercayaan terhadap Tuhan dan sesama, serta tekun dan giat dalam
mengerjakan pekerjaan yang Tuhan percayakan.

Ibu-ibu, kita sudah masuk dalam tahun 2013. Tahun ini tidak akan lebih baik dari tahun lalu.
Keadaan akan semakin sulit. Karena Firman Tuhan sudah memperingatkan bahwa akan ada deru perang,
gempa bumi, dll tapi itu semua baru permulaan. Karena itu, hari ini Tuhan mengingatkan kita lagi untuk
mencari Dia yaitu dengan berseru setiap hari sampai Dia menjawab, dengan meninggalkan cara hidup
kita yang lama yang mengabaikan Tuhan, dan dengan meninggalkan pikiran-pikiran kita yang tidak benar
tentang Tuhan dan sesama. Karena ingatlah akan ada suatu masa, di mana Tuhan tidak lagi mau
ditemui. Manfaatkanlah hari-hari ini untuk semakin dekat dengan Tuhan dan menaati perintahnya.
Selamat mencari Tuhan. Tuhan Yesus memberkati. Amin.

Das könnte Ihnen auch gefallen