Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
perbandingan pemakaian H2SO4 pertama kali digunakan (P) dan yang kedua (M).
Jika : P = 0, lumpur tidak bisa dikontrol.
P = M, lumpur dalam keadaan stabil dan mengandung ion
OH-
2P = M, lumpur tidak stabil tetapi masih bisa dikontrol dan
mengandung ion CO3-2.
2P > M, lumpur stabil dan good condition dan mengandung
ion OH- & CO3-2
2P < M lumpur tidak stabil dan sulit dikontrol.
5.3. ALAT DAN BAHAN
5.3.1 Alat :
1. Labu titrasi 250 ml dan 100 ml
2. Buret mikro
3. Pengaduk
4. Pipet
5. pH paper
5.3.2 Bahan :
1. NaHCO 3 , NaOH, CaCO3, serbuk MgO, Khromat, Bentonite,
Gypsum, Aquadest, Quobracho.
2. Larutan H2SO4 0.02 N, Larutan EDTA 0.01 M, Larutan AgNO3,
Larutan KMnO4 0.1 N.
3. Indikator EBT, Phenolpthalein, Methyl jingga, Murexid, HCl
konsentrat, Hidrogen Peroxide 3%, larutan indikator besi, larutan
Buffer besi.
5.4. GAMBAR ALAT
Keterangan :
1. Labu Erlenmeyer
2. Batang Pengaduk
9
A - - - - 4.33 - 80 28.33 118.33
12
B 0.2 0.8 0.4 - 7.59 - 240.4 269.79 290.33
10
C 8 - 2 - 55.33 1586 880 - 2082.67
9
D 8 - - 4 51.75 1978.23 579.6 - 4496.67
9
E 0.4 0.2 0.2 2 4.14 168.36 207 41.4 2461.36
9
F 4 - 2 2 17.94 - 331.2 117.3 2603.33
5.6.2. Perhitungan
5.6.2.1 Analisa Kimia Alkalinitas :
Pemakaian H2SO4 yang pertama (P) = 0,5
ml
Pemakaian H2SO4 yang kedua (M) = 0,6
ml
Sehingga disimpulkan bahwa 2P<M, menunjukan adanya gugus ion
OH - dan CO3 -2.
1. Total Alkalinity (epm)
M x N H 2 SO 4 x 1000
Total Alkalinity =
ml filtrat
0.6 x 0.0207 x 1000
=
3
= 4.14 epm
2. CO3 - 2 Alkalinity (ppm)
Tidak ada OH-
Karena terdapat gugus ion CO3 - 2 , maka :
P x N H 2SO 4 x 1000
ppm CO3 2 = x BM CO32-
ml filtrat
0,5 x 0,0207 x 1000
= x 60
3
= 207 ppm
Ada OH-, maka:
(M - P) x N H 2 SO 4 x 1000
ppm CO3 2 = x BM CO32-
ml filtrat
(0.6 - 0,5) x 0,0207 x 1000
= x 60
3
= 41.4 ppm
3. HCO3-1 Alkalinity
Karena terdapat gugus ion HCO3-1, maka :
(M - 2P) x N H 2SO4 x 1000
ppm HCO3-1 = x BM HCO3-1
ml filtrat
(0.6 - 7) x 0,0207 x 1000
= x 61
3
= 168.36 ppm
4. ppm Alkalinity
(2P - M) x N H 2 SO 4 x 1000
ppm OH- = x BM OH-
ml filtrat
(1 - 0.6) x 0,0207 x 1000
= x 17
3
= 42.92 ppm
5.6.2.2 Menentukan Kandungan Chlorida :
Pemakaian AgNO3 = 12 ml
ml AgN03 x N AgNO x 1000
ppm Cl 1 = x BM Cl 1
ml filtrat
10.4x 0.02 x 1000
= x 35,5
2
= 2461.33 ppm
5.7. PEMBAHASAN
Pengontrolan kualitas lumpur bor yang disirkulasikan harus tetap
dilakukan pada waktu pengeboran. Kandungan zat kimia yang terikat dalam
lumpur yang telah disirkulasikan dapat mempengaruhi sifat-sifat lumpur
pemboran.
Data-data yang perlu diketahui meliputi tingkat alkalinitas, kesadahan
total, kandungan ion Cl, ion Ca, ion Fe, serta pH lumpur bor. Dalam hal ini yang
di analisa hanyalah filtrate lumpurnya, dengan demikian kita dapat
menginterpretasikan kondisi reservoir yang sebenarnya dengan konsentrasi zat
additive tertentu.
Reaksi kimia dipengaruhi oleh lingkungannya, yang pada prinsipnya
reaksi kimia ini di pengaruhi oleh karakteridtik pH lumpur. Penganalisaan kimia
alkalinitas meliputi penentuan total alkalinity,CO3-2 alkalinity, OH- alkalinity, dan
HCO3- alkalinity. Pada praktikum ini penganalisaan kimia ini menunjukkan
bahwa filtrate lumpur yang di uji mengandung adanya gugus ion OH - dan CO3-2.
Komposisi lumpur yang diuji adalah Lumpur Dasar dengan komposisi 350 ml
Aquadest + 22,5 gr Bentonite + 0,4 gr N4HCO3 + 0,2 gr NaOH + 0,2 gr CaCO3 +
2 gr NaCl. Lumpur yang menunjukkan adanya gugus ion OH- dan CO3-2 (2P > M)
termasuk kategori lumpur stabil dan good condition.
Dari percobaan didapat nilai total alkalinitas sebesar 4,14 epm, Alkalinitas
Co3-2 sebesar 207 ppm, alkalinitas HCO3- sebesar 168,36 ppm dan penentuan
kandungan Cl- dalam lumpur didapatkan nilai sebesar 2461,35 ppm. Dan nilai
pemakaian H2SO4 yang pertama (P) = 0,5 ml dan pemakaian H2SO4 yang kedua
(M) = 0,6 ml.
Aplikasi lapangannya adalah penentuan kandungan klorida dalam lumpur
berfungsi untuk mengimbangi salinitas formasi shale yang ditembus selama
pemboran. Analisis ion Cl- merupakan hal yang penting dilakukan, terutama jika
pemboran dilakukan di daerah yang kemungkinan terkontaminasinya ion oleh
garam NaCl sangat besar. Pada saat terjadi swelling, kandungan Cl - sebesar
35.000 40.000 gpm digunakan untuk mengimbangi swelling tersebut. Pada
percobaan penentuan alkalinitas digunakan untuk mengidentifikasi kandungan Mg
dan Ca. Alkalinitas ditunjukkan dengan harga pH-nya, tetapi karakteristik lumpur
dapat berfluktuasi meskipun harga pH-nya tetap. Hal ini berhubungan dengan
bervariasinya jenis dan jumlah ion-ion yang terdapat di dalam lumpur (filtrate
lumpur). Dan dalam penentuan kesadahan total digunakan untuk mengidentifikasi
kandungan ion Ca+2 dan Mg+2 yang tidak larut dalam air, atau mengidentifikasi
kandungan garam Ca dan Mg dalam lumpur.
5.8. KESIMPULAN
1. Hasil percobaan :
a. Total Alkalinitas = 4,14 epm.
2
b. CO 3 Alkalinity = 207 ppm.
c. HCO3- Alkalinity = 168,36 ppm
d. Ppm Alkalinity = 42,92 ppm
e. Ppm Cl- = 2461,35 ppm
2. Dengan mengetahui sifat-sifat lumpur maka dapat pula diketahui
karakteristik lumpur pemboran yang sesuai dengan kondisi
formasi.
3. Nilai pemakaian H2SO4
Pertama kali (P) = 0,5 ml
Kedua (M) = 0,6 ml
Jadi, hasil diatas menunjukkan bahwa lumpur yang kita uji
tergolong lumpur yang stabil dan good condition (2P > M).
4. Nilai 2P > M juga menunjukkan lumpur yang kita analisa
mengandung adanya gugus ion OH- & CO3-.
5. Aplikasi Lapangan :
a. Fungsi Cl-
Untuk mengimbangi salinitas formasi shale
b. Fungsi Alkanity
Mengidentifikasi kandungan Ca & Mg
c. Fungsi Kesadahan
Mengidentifikasi kandungan ion Ca dan Mg yang yang
ada di dalam lumpur bor (filtrate lumpur), ion Ca & Mg
yang tidak larut dalam air, atau garam Ca & garam Mg.