Sie sind auf Seite 1von 13

BAB I

PENDAHULUAN

I.I. Latar Belakang

Nabi Muhammad saw. Tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang


akan menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat Islam setelah beliau
wafat. Beliau tampaknya menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum Muslimin
untuk menentukannya sendiri. Kaena itu, tidak lama setelah beliau wafat; belum
lagi jenazahnya dimakamkan, sejumlah tokoh Muhajirin dan Ashor Berkumpul
dibalai kota Bani Sadah, Madinah.
Mereka memusyawarahkan siapa yang akan menjadi pemimpin. Musyawarah
tersebut berjalan cukup alot karena masing-masing pihak, baik pihak Muhajirin
maupun Anshar merasa berhak menjadi pemimpin Umat Islam, namun dengan
semangat ukhuwah Islamiyah yang tinggi, akhirnya Abu Bakar terpilih melalui
musyawarah tersebut.[1]
Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib adalah Khalifah keempat setelah Khalifah
Usman Ibnu Affan. Nama lengkap beliau adalah Ali Ibnu Abi Thalib Ibnu Abdul
Muthalib Ibnu Hasyim Ibnu Abdi Manaf. Beliau lahir 32 tahun setelah kelahiran
Rosulullah Saw. Dan beliaupun termasuk anak asuh Nabi Muhammad Saw.
Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib boleh dibilang tangan kanan Nabi Muhammad Saw,
ketika di Madinah.
Proses pengangkatan beliau sebagai Khalifah yang mula-mula di tolak oleh
beliau karena situasi yang kurang tepat yang banyak terjadi kerusuhan disana sini.
Dan karena waktu itu masyarakat butuh pemimpin akhirnya karena desakan
masyarakat untuk menjadikan Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib menjadi pemimpin
pun akhirnya diterima. Pada tanggal 23 juni 656 Masehi, beliau resmi menjadi
Khalifah.[2]

1 Dr. Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II), PT Raja Grafindo Persada; Cet.
XXXII, Jakarta 2011
2 http://majlas.yn.lt Perkembangan%20Islam%20Masa%2 0Khalifah Ali%20bin%20Abi
Thalib.html, 6 juni 2012

1
Yang menjadi catatan bagi sosok khalifah seperti Ali Bin Abi Thalib adalah
pribadinya yang pernah menolak jadi Pemimpin Islam sebagaimana dikutif pada
uraian di atas. Olehnya itu, jika dibawa pada konteks kekinian, maka sangat sulit
kita mendapatkan sosok manusia yang menolak jadi pemimpin, bahkan yang
terjadi saat ini adalah kecenderungan untuk bersaing dan saling merebut
kekuasaan hingga pertumpahan dara atau menjual aqidah demi kekuasaan.

I.2. Rumusan Masalah


Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar dalam penulisan ini
penulis memperoleh hasil yang diinginkan, maka penulis mengemukakan
beberapa rumusan masalah. Rumusan masalah itu adalah:
1. Bagaimana model pemilihan Ali bin Abi thalib?
2. Bagaimana strategi kepemimpinan kholifah Ali bin Abi Thalib?
3. Bagaimana ibrah kepemimpinan kholifah Ali bin Abi Thalib?

I.3. Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dan manfaat dari latar belakng tersebut adalah :

1. Untuk mengetahui model pemilihan Ali bin Abi Thalib


2. Untuk mengetahui strategi kepemimpinan kholifah Ali bin Abi Thalib
3. Untuk mengetahui ibrah kepemimpinan kholifah Ali bin Abi Thalib

2
BAB II
ISI

II.I. Model Pemilihan Ali bin Abi Thalib Sebagai Khalifah


Ali bin Abi Thalib termasuk Assabiqunal Awwalun, bahkan ia remaja
pertama yang masuk islam. Ia anak paman Rasulullah sekaligus menantu
Rasulullah dikawinkan dengan Fatimah. Dan dari dialah mempunyai keturunan
Hasan dan Husen.
Ali bin Abi Thalib dipilih dan diangkat oleh jamaah kaum Muslimin di
Madinah dalam suasana yang sangat kacau, dengan pertimbangan jika khalifah
tidak segera dipilih dan diangkat, maka keadaan akan semakin bertambah kacau.
Meskipun ada golongan yang diangkat mejadi khalifah karena Ali masih ada. Dia
adalah bintangnya Bani Hasyim.
Pemilihan Ali Bin Abi Thalib sebagai Khulafaurrasyidin yang keempat
berbeda pula dengan tiga pendahulunya, yaitu Ali Bin Abi Thalib dipilih dalam
suasana ummat Islam sedang dalam kekacauan dan penuh fitnah sebagai akibat
dari terbunuhnya Khalifah Usman Bin Affan. Pemilihannya dilakukan oleh
ummat Islam Madinah, namun mendapat protes dari Gubernur Damaskus yaitu
Muawiyah Bin Abi Sufyan yang kelak mendirikan Khalifah Bani umayyah. Protes
Muawiyah tersebut bukan karena tidak setuju dengan diri peribadi Ali Bin Abi
Thalib sebagai khalifah, akan tetapi Muawiyah meminta diusut terlebih dahulu
siapa pembunuh khalifah Usman Bin Affan, barulah kemudian dipilih dan
diangkat khalifah. Hal ini menjadi pemicu konflik berkepanjangan antara
pendukung Ali Bin Abi Thalib dengan pendukung Muawiyah Bin Abi Sufyan.
Secara umum dasar pemilihan Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah sama
dengan pemilihan Ustman bin Affan, hanya saja calon pada masa ini hanya Ali
yang menjadi calon tunggal dari dewan pemilihan khalifah.

3
Adapun proses awal terjadinya pemilihan Ali bin Abi Thalib adalah
sebagai berikut:

Pada awalnya Ali menolak untuk diangkat menjadi khalifah, karena melihat
dari berbagai sisi dan berbagai pertimbangan pada akhirnya beliau
menyutujuinya.
Namun demikian, terpilihnya Ali sebagai khalifah menyisakan beberapa
kelompok pemberontak, yang menuntut agar pembunuhan Ustman bin
Affan diusut dan pembunuhnya dihukum.
II.2. Strategi Kepemimpinan Ali bin Thalib
Jasa-jasa Ali dalam segi non fisik, antara lain :
a. Mengembalikan fungsi Baitul Mal untuk kepentingan golongan lemah
b. Berusaha menempatkan penguasa sesuai kemampuan dan kepribadiannya
c. Mengembangkan ilmu Bahasa Arab
Diantara strategi Ali Bin Abi Thalib dalam menegakkan kekhalifaan
adalah memerangi Khawarij. Untuk kepentingan agama dan negara, Ali bin Abi
Thalib juga menggukan potensi dalam usaha pengembangan Islam, baik
perkembangan dalam bidang sosial, politik, militer, dan ilmu pengetahuan.
Berikut ini akan diuraikan tentang strategi tersebut;
Ali bin Abi Thalib Memerangi Khawarij
Semula orang-orang yang kelak dikenal dengan khawarij ini turut
membaiat Ali. Ali tidak menindak mereka secara langsung mengingat kondisi
umat belumlah kembali stabil, di samping para pembuat makar yang berjumlah
ribuan itu pun telah berbaur di Kota Madinah, hingga dapat mempengaruhi hamba
sahaya dan orang-orang Badui. Jika Ali bersegera mengambil tindakan, maka
bisa dipastikan akan terjadi pertumpahan darah dan fitnah yang tidak kunjung
habisnya. Karenanya Ali memilih untuk menunggu waktu yang tepat, setelah
kondisi keamanan kembali stabil, untuk menyelesaikan persoalan yang ada
dengan menegakkan qishash. Kaum khawarij sendiri pada akhirnya menyempal
dari Pasukan Ali setelah beliau melakukan tahkim dengan Muawiyah setelah
beberapa saat terjadi perbedaan ijtihad di antara mereka berdua (Ali dan

4
Muawiyah). Orang-orang khawarij menolak tahkim seraya mengumandangkan
slogan:
Tidak ada hukum kecuali hukum Allah. Tidak boleh menggantikan hukum
Allah dengan hukum manusia. Demi Allah! Allah telah menghukum penzalim
dengan jalan diperangi sehingga kembali ke jalan Allah.Ungkapan mereka:
Tiada ada hukum kecuali hukum Allah, dikomentari oleh Ali: Ungkapan benar,
tetapi disalah pahami. Pada akhirnya Ali memerangi khawarij dan berhasil
menghancurkan mereka di Nahrawan, di mana hampir seluruh dari orang
Khawarij tersebut berhasil dibunuh, sedangkan yang terbunuh di pihak Ali hanya
9 orang saja.[3]

Upaya Pengembangan dalam Bidang Pemerintahan


Situasi ummat Islam pada masa pemerintahan Khalifah Ali Ibnu Abi
Thalib sudah sangat jauh berbeda dengan masa-masa sebelumnya. Ummat Islam
pada masa pemerintahan Abu Bakar dan Umar Ibnu Khattab masih bersatu,
mereka memiliki banyak tugas yang harus diselesaikannya, seperti tugas
melakukan perluasan wilayah Islam dan sebagainya. Selain itu, kehidupan
masyarakat Islam masih sangat sederhana karena belum banyak terpengaruh oleh
kemewahan duniawi, kekayaan dan kedudukan.[4]
Namun pada masa pemerintahan Khalifah Usman Ibnu Affan keadaan
mulai berubah. Perjuangan pun sudah mulai terpengaruh oleh hal-hal yang bersifat
duniawi. Oleh karena itu, beban yang harus dipikul oleh penguasa berikutnya
semakin berat. Usaha-usaha Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib dalam mengatasi
persoalan tersebut tetap dilakukannya, meskipun ia mendapat tantangan yang
sangat luar biasa. Semua itu bertujuan agar masyarakat merasa aman, tentram dan
sejahtera. Usaha-usaha yang dilakukannya diantaranya :

3 http://alkamilok.wordpress.com/2008/09/16/ringkasan-keutamaan-ali-bin-abi-thalib/
4 http://majlas.yn.lt/ perkembangan Islam masa Khalifah Ali bin Abu Tholib. Mei 2012

5
Mengganti Para Gubernur yang diangkat Khalifah Usman Ibnu Affan
Semua gubernur yang diangkat oleh Khalifah Usman Ibnu Affan terpaksa
diganti, karena banyak masyarakat yang tidak senang. Menurut pengamatan
Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib, para gubernur inilah yang menyebabkan timbulnya
berbagai gerakan pemberontakan terhadap pemerintahan Khalifah Usman Ibnu
Affan. Mereka melakukan itu karena Khalifah Usman pada paruh kedua masa
kepemimpinannya tidak mampu lagi melakukan kontrol terhadap para penguasa
yang berada dibawah pemerintahannya. Hal itu disebabkan karena usianya yang
sudah lanjut usia, selain para gubernur sudah tidak lagi banyak yang memiliki
idealisme untuk memperjuangkan dan mengembangkan Islam. Pemberontakan ini
pada akhirnya membuat sengsara banyak rakyat, sehingga rakyatpun tidak suka
terhadap mereka. Berdasarkan pengamatan inilah kemudian Khalifah Ali Ibnu Abi
Thalib mencopot mereka. Adapun para gubernur yang diangkat Khalifah Ali Ibnu
Abi Thalib sebagai pengganti gubernur lama yaitu; Sahl Ibnu Hanif sebagai
gubernur Syria, Sahl Ibnu Hanif sebagai gubernur Syriah, Usman Ibnu Affan
sebagai gubernur Basrah, Umrah Ibnu Syihab sebagai gubernur kuffah, Qais Ibnu
Sa'ad sebagai gubernur Mesir, Ubaidah Ibnu Abbas sebagai gubernur Yaman.

Menarik Kembali Tanah Milik Negara


Pada masa pemerintahan Khalifah Usman Ibnu Affan banyak para
kerabatnya yang diberikan fasilitas dalam berbagai bidang, sehingga banyak
diantara mereka yang kemudian merongrong pemerintahan Khalifah Usman Ibnu
Affan dan harta kekayaan negara. Oleh karena itu, ketika Khalifah Ali Ibnu Abi
Thalib menjadi Khalifah, ia memiliki tanggung jawab yang besar untuk
menyelesaikannya. Beliau berusaha menarik kembali semua tanah pemberian
Usman Ibnu Affan kepada keluarganya untuk dijadikan milik negara.
Usaha itu bukan tidak mendapat tantangan. ketika Khalifah Ali Ibnu Abi
Thalib banyak mendapat perlawanan dari para penguasa dan kerabat mantan
Khalifah Usman Ibnu Affan. Salah seorang yang tegas menentang ketika Khalifah
Ali Ibnu Abi Thalib adalah Muawiyah Ibnu Abi Sufyan. Karena Muawiyah
sendiri telah terancam kedudukannya sebagai gubernur Syria. Untuk menghambat

6
gerakan Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib, Muawiyah menghasut kepada para sahabat
lain supaya menentang rencana Khalifah, selain menghasut para sahabat
Muawiyah juga mengajak kerjasama dengan para mantan gubernur yang dicopot
oleh Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib. Kemudian terjadi perang Jamal, perang Shiffin
dan sebagainya.
Semua tindakan Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib semata bertujuan untuk
membersihkan praktek Kolusi, korupsi dan Nepotisme didalam pemerintahannya.
Tapi menurut sebagian masyarakat kalo situasi pada saat itu kurang tepat untuk
melakukan hal itu, yang akhirnya Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib pun meninggal
ditangan orang-orang yang tidak menyukainya. Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib
bekerja keras sebagai Khalifah sampai akhir hayatnya, dan beliau menjadi orang
kedua yang berpengaruh setelah Nabi Muhammad Saw.

Perkembangan di Bidang Politik Militer


Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib memiliki kelebihan, seperti kecerdasan,
ketelitian, ketegasan keberanian dan sebagainya. Karenanya ketika ia terpilih
sebagai Khalifah, jiwa dan semangat itu masih membara didalam dirinya. Banyak
usaha yang dilakukan, termasuk bagaimana merumuskan sebuah kebijakan untuk
kepentingan negara, agama dan umat Islam kemasa depan yang lebih cemerlang.
Selain itu, dia juga terkenal sebagai pahlawan yang gagah berani, penasihat yang
bijaksana, penasihat hukum yang ulung, dan pemegang teguh tradisi, seorang
sahabat sejati, dan seorang kawan yang dermawan.
Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib sejak masa mudanya amat terkenal dengan
sikap dan sifat keberaniannya, baik dalam keadaan damai mupun saat kritis.
Beliau amat tahu medan dan tipu daya musuh, ini kelihatan sekali pada saat
perang Shiffin. Dalam perang itu Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib mengetahui benar
bahwa siasat yang dibuat Muawiyah Ibnu Abi Sufyan hanya untuk memperdaya
kekuatan Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib menolak ajakan damai, karena dia sangat
mengetahui bahwa Muawiyah adalah orang yang sangat licik. Namun para
sahabatnya mendesak agar menerima tawaran perdamaian itu. Peristiwa ini
kemudian dikenal dengan istilah "Tahkim" di Daumatul Jandal pada tahun 34

7
Hijriyah. Peristiwa itu sebenarnya merupakan bukti kelemahan dalam system
pertahanan pada masa pemerintahan Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib. Usaha
Khalifah terus mendapat tantangan dan selalu dikalahkan oleh kelompok orang
yang tidak senang terhadap kepemimpinannya.
Karena peristiwa "Tahkim" itu, timbullah tiga golongan dikalangan umat
Islam, yaitu Kelompok Khawarij, Kelompok Murjiah dan Kelompok Syi'ah
(pengikut Ali). Ketiga kelompok itu yang pada masa berikutnya merupakan
golongan yang sangat kuat dan yang mewarnai perkembangan pemikiran dalam
Islam.

Perkembangan di Bidang Ilmu Bahasa


Pada masa Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib, wilayah kekuasaan Islam telah
sampai Sungai Efrat, Tigris, dan Amu Dariyah, bahkan sampai ke Indus. Akibat
luasnya wilayah kekuasaan Islam dan banyaknya masyarakat yang bukan berasal
dari kalangan Arab, banyak ditemukan kesalahan dalam membaca teks Al-Qur'an
atau Hadits sebagai sumber hukum Islam.
Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib menganggap bahwa kesalahan itu sangat
fatal, terutama bagi orang-orang yang akan mempelajari ajaran islam dari sumber
aslinya yang berbahasa Arab. Kemudian Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib
memerintahkan Abu Al-Aswad Al-Duali untuk mengarang pokok-pokok Ilmu
Nahwu (Qawaid Nahwiyah).
Dengan adanya Ilmu Nahwu yang dijadikan sebagai pedoman dasar dalam
mempelajari bahasa Al-Qur'an, maka orang-orang yang bukan berasal dari
masyarakat Arab akan mendaptkan kemudahan dalam membaca dan memahami
sumber ajaran Islam.

Perkembangan di Bidang Pembangunan


Pada masa Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib, terdapat usaha positif yang
dilaksanakannya, terutama dalam masalah tata kota. Salah satu kota yang
dibangun adalah kota Kuffah.

8
Semula pembangunan kota Kuffah ini bertujuao politis untuk dijadikan
sebagai basis pertahanan kekuatan Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib dari berbagai
rongrongan para pembangkang, misalnya Muawiyah Ibnu Abi Sufyan. Akan
tetapi, lama kelamaan kota tersebut berkembang menjadi sebuah kota yang sangat
ramai dikunjungi bahkan kemudian menjadi pusat pengembangan ilmu
pengetahuan keagamaan, seperti perkembangan Ilmu Nahwu, Tafsir, Hadits dan
sebagainya.[5]
Pembangunan kota Kuffah ini dimaksudkan sebagai salah satu cara
Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib mengontrol kekuatan Muawiyah yang sejak semula
tidak mau tunduk terhadap perintahnya. Karena letaknya yang tidak begitu jauh
dengan pusat pergerakan Muawiya Ibnu Abi Sufyan, maka boleh dibilang kota ini
sangat strategis bagi pertahanan Khalifah.

II.3. Ibrah Kepemimpinan Ali bin Abi Thalib

Ibrah atau keteladanan yang dapat diambil dari kepemimpinan Khulafaur


Rasyidin adalah meneladani prestasi yang dicapai. Kholifah Ali bin Abi Thalib
adalah seorang pemimpin yang disiplin, tegas,keras dalam membela kebenaran.
Dalam kondisi tertentu, Khalifah Ali bin Abi Thalib lebih mengutamakan
kebenaran yang diyakininya, dari pada persatuan.
Khalifah Ali bin Abi Thalib juga sangat menjunjung tinggi keputusan yang
sudah menjadi kesepakatan. Ilmu nahwu yang menjadi cabang dari bahasa Arab
bersumber dari ilmu yang dikembangkan oleh Ali. Kalender tahun Hijriyah yang
diberlakukan pada masa khalifah Umar sesungguhnya karya dari Ali bin Abi
Thalib
Prestasi-prestasi Khalifah Ali bin Abi Thalib.
1. Membersihkan para pejabat yang korup.
2. Memadamkan pemberontakan-pemberontakan di kalangan umat islam.

5 http://majlas.yn.lt/ perkembanga Islam masa Khalifah Ali bin Abu Tholib. Mei 2012

9
Ibrah dari prestasi-prestasi yang dicapai oleh Khulafaurrasyidin .
Beliau semua telah membuktikan pengabdiannya yang mulia kepada umat dan
agama islam. Mereka memerintah dengan penuh rasa tanggung jawab, tegas,
demokratis, kharismatik, dan selalu disertai dengan mengedepankan kepentingan
umat dan agama dari pada kepentingan pribadi.
Khulafaurrasyidin telah berhasil menyelamatkan islam, mengonsolidasikan,
dan meletakkan dasar-dasar kehidupan bagi agama islam dan umatnya. Menjadi
motivasi bagi para pemimpin selanjutnya untuk meningkatkan kemajuan
peradapan umat islam dalam berbagai bidang.
Untuk pemimpin islam masa kini dan yang akan datang, banyak ibrah yang
dapat kita ambil dalam menyejahterakan dan memajukan masyarakat,
mencurahkan kemampuan dan perhatiannya kepada kemajuan masyarakat yang
dipimpin, tidak mementingkan diri sendiri dan keluarga, tetapi juga kemajuan
masyarakat luas (bangsa dan negara) diatas kepentingannya pribadi dan
keluarganya.

10
BAB III.

PENUTUP

III.I. Kesimpulan

Khulafaur Rasyidin adalah empat orang khalifah (pemimpin) pertama


agama Islam, yang dipercaya oleh umat Islam sebagai penerus
kepemimpinan Nabi Muhammad setelah ia wafat. Mereka ialah Abu Bakar
As Shiddiq, Umar Bin Khattab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.
Ali bin Abu Thalib, paman Nabi saw, bin Abdul Muththalib, bin Hasyim,
bin Abdi Manaf, bin Qushayy. Ibunya adalah: Fathimah binti Asad, bin
Hasyim, bin Abdi Manaf. Saudara-saudara kandungnya adalah: Thalib,
Uqail, Jafar dan Ummu Hani.
Ali adalah orang yang pertama kali masuk Islam dari kalangan anak-
anak.Sebagian riwayat mengatakan bahwa saat masuk Islam, beliau baru
berumur 10 tahun
Ali adalah salah satu dari 3 orang sahabat yang melakukan perang tanding
satu lawan satu melawan 3 tokoh kafir Quraisy saat Perang Badar. Ali ra.
berkata: Utbah bin Rabiah (dari Kafir Quraisy) maju diikuti putra (Al-
Walid) dan saudaranya (Syaibah)
Ali diangkat menjadi khalifah ke-4. Awalnya beliau menolak, namun
akhirnya beliau menerimanya
Pada akhirnya Ali ra. memerangi khawarij tersbut dan berhasil
menghancurkan mereka di Nahrawan, di mana hampir seluruh dari orang
Khawarij tsb berhasil dibunuh, sedangkan yang terbunuh di pihak Ali
hanya 9 orang saja.
Ada 3 orang pemuka Khawarij (setelah peristiwa Nahrawan) yaitu
AbdurRahman Ibnu Muljam, Al-Barak bin AbduLlah dan Amr bin Bakar
At-Tamimy yang berkumpul di Makkah. Mereka berembug dan membuat
kesepakatan bersama untuk membunuh tiga orang, yaitu Ali bin Abu
Thalib, Muawiyah bin Abi Sofyan. dan Amr bin Al-Ash. Dari tiga orang

11
tersebut, hanya Ibnu Muljam yang berhasil melaksanakan rencana busuk
tersebut. Ali terbunuh sebagai syahid saat beliau sedang keluar untuk
Shalat Subuh.
Berkata Ali bin Abi Thalib: Ambillah lima nasehat dariku:

1. Janganlah sekali-kali seseorang takut kecuali atas dosa-dosanya.


2. Janganlah menggantungkan harapan kecuali kepada Tuhannya.
3. Janganlah orang yang tidak berilmu merasa malu untuk belajar.
4. Janganlah seseorang yang tidak mengerti sesuatu merasa malu untuk
mengatakan Allahu Alam saat dia tidak bisa menjawab suatu
masalah.
5. Sesungguhnya kedudukan sabar bagi iman laksana kedudukan kepala
pada jasad. Jika kesabaran hilang, maka akan lenyap pula keimanan,
dan jika kepala hilang maka tidak akan ada artinya jasad.
(Diriwayatkan oleh Said bin Manshur dalam Sunannya)

III.2. Saran

Berdasarkan penjelasan di atas, pelajaran yang dapat diambil dari khalifah


Ali bin Abi Thalib adalah menjadi seorang pemimpin yang disiplin, tegas,keras
dalam membela kebenaran dan mengutamakan kebenaran yang diyakini dari pada
persatuan dan menjunjung tinggi keputusan yang sudah menjadi kesepakatan

12
DAFTAR PUSTAKA

http://harismubarak.blogspot.com

http://jizuna.blogspot.com
http://restuandrian.blogspot.com

http://riau1.kemenag.go.id

13

Das könnte Ihnen auch gefallen