Sie sind auf Seite 1von 31

DAFTAR ISI

Kata Pengatar....................................................................................................i
Daftar Isi...........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang........................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah...................................................................................1

1.3. Tujuan......................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1. Definisi....................................................................................................3
2.2. Etiologi....................................................................................................3
2.3. Manifestasi Klinis...................................................................................5
2.4. Patofisiologi............................................................................................5
2.5. WOC........................................................................................................6
2.6. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................7
2.7. Penatalaksanaan......................................................................................7
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Asuhan Keperawatan...............................................................................9
3.2. Diagnosa Keperawatan............................................................................20
3.3. Intervensi.................................................................................................20
BAB IV PENUTUP

1
4.1. Kesimpulan..............................................................................................23
4.2. Saran........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri


berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur terjadinya infeksi korioamnionitis
sampai sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan
menyebabkan infeksi pada ibu. Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai
pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Hal ini dapat terjadi pada akhir
kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan, pada keadaan normal 8-
10% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini (Prawirohardjo,
2008).

Ketuban pecah dini (KPD) di Indonesia secara global menyebabkan 80%


kematian ibu. Pola penyebab langsung dimana-mana yaitu perdarahan (25%)
biasanya perdarahan pasca persalinan,sepsis (15%) hipertensi dalam kehamilan
(12%), partus macet (8%) komplikasi abortus tidak aman (13%), ketuban pecah
dini (4%) dan sebab-sebab lainnya (8%) (Wikjosastro, 2008).

Menurut Wahyuni (2009) kejadian ketuban pecah dini di indonesia


sebanyak 35,70% - 55,30% dari 17.665 kelahiran. Dalam keadaan normal 8-10%
perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini. Kejadian KPD
berkisar 5-10% dari semua kelahiran, dan KPD preterm terjadi 1% dari semua
kehamilan. 70% kasus KPD terjadi pada kehamilan cukup bulan. KPD merupakan
penyebab kelahiran prematur sebanyak 30%.

1.2 Rumusan Masalah

1
a. Apa definisi dari KPD?

b. Apa penyebab dari KPD?

c. Apa manifestasi klinis dari KPD?

d. Bagaimana patofisiologi dari KPD?

e. Bagaimana penatalalaksanaan dari KPD?

f. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien KPDL?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Tujuan Umum

Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang ketuban pecah sebelum waktunya


pada masa kehamilan.
b. Tujuan Khusus

Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang ketuban pecah sebelum waktunya


pada masa kehamilan, seperti :

a. Definisi KPD

b. Etiologi KPD

2
c. Patofisiologis KPD

d. Manifestasi klinik KPD

e. Pemeriksaan penunjang KPD

f. Penatalaksanaan KPD

g. Asuhan keperawatan KPD

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi proses
persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang
waktu(Cunningham, McDonald, Gant, 2003). Ketuban Pecah Dini adalah
rupturnya membran ketuban sebelum persalinan berlangsung(Manuaba, 2003).
Ketuban pecah dinyatakan dini jika terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu.
Suatu proses infeksi dan peradangan dimulai di ruanganyang berada diantara
amnion korion(Constance Sinclair, 2010).

4
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ketuban pecah dini
(KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat
terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD
preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang
adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.

2.2 Etiologi

Penyebab ketuban pecah dini tidak diketahui atau masih belum jelas, maka
preventif tidak dapat dilakukan, kecuali dalam usaha menekaninfeksi(Mochtar,
2002).

Penyebab ketuban pecah dini karena berkurangnya kekuatan membranatau


meningkatnya tekanan intra uterin atau kedua faktor tersebut. Berkurangnya
kekuatan membran disebabkan adanya infeksi yang dapatberasal dari vagina dan
servik(Saifudin, 2000).

Menurut Manuaba (2009), penyebab ketuban pecah dini antara lain :

1. Servik inkompeten yaitu kelainan pada servik uteri dimana kanalis servikalis
selalu terbuka.

2. Ketegangan uterus yang berlebihan, misalnya pada kehamilan ganda dan


hidroamnion karena adanya peningkatan tekanan pada kulit ketuban di atas
ostium uteri internum pada servik atau peningkatan intra uterin secara
mendadak.

3. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetik)

5
4. Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut fase laten.

a. Makin panjang fase laten, makin tinggi kemungkinan infeksi

b. Makin muda kehamilan, makin sulit upaya pemecahannya tanpa


menimbulkan morbiditas janin

c. Komplikasi ketuban pecah dini makin meningkat

5. Kelainan letak janin dalam rahim, misalnya pada letak sunsang dan letak
lintang,karena tidak ada baganterendah yang menutupi pintu atas panggul
yang dapat menghalangitekanan terhadap membrane bagian
bawah.kemungkinan kesempitan panggul, perut gantung,
sepalopelvik,disproporsi.

6. Infeksi, yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupunasenden


dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkanterjadinya
ketuban pecah dini.

Menurut Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UI


RSCM(2012), penyebab terjadinya ketuban pecah dini meliputi hal-hal berikut:

1. Serviks inkompeten

2. Ketegangan rahim berlebihan seperti pada kehamilan ganda, hidramnion

3. Kelainan letak janin dalam rahim seperti letak sungsang, letak lintang

6
4. Kemungkinan kesempitan panggul seperti perut gantung, bagian terendah
belum masuk PAP (pintu atas panggul), disproporsi sefalopelvik

5. Kelainan bawaan dari selaput ketuban

6. Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban


dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.

KPD terjadi akibat mekanisme sebagai berikut:


1. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi.
2. Jika terjadi pembukaan servik, selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah
dengan mengeluarkan air ketuban.

Penyebab umum ketuban pecah dini adalah grandemulti, overdistensi


(hidramnion, kehamilan ganda), disproporsi sevalopervik, kehamilan letak
lintang, sunsang, atau pendular abdomen(Manuaba, 2009).

2.3 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinik KPD menurut Mansjoer (2002) antara lain :

a. Keluar air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau
kecoklatan, sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.

b. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi

c. Janin mudah diraba

d. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering

7
e. Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan air
ketuban sudah kering.

Menurut Manuaba (2009) mekanisme klinik ketuban pecah dini, antara lain:

1. Terjadi pembukaan prematur servik

2. Membran terkait dengan pembukaan terjadi:

a. Devaskularisasi

b. Nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan

c. Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban, makin berkurang

Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan infeksi yang


mengeluarkan enzim preteolitik dan kolagenase.

2.4 Patofisiologi

Menurut Taylor (2009),ketuban pecah dini ada hubungannya dengan hal-hal


berikut:

a. Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah.
Penyakit-penyakit seperti pieronetritis, sistitis,servisitis terdapat bersama-
sama dengan hipermotilitas Rahim
b. Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban)
c. Infeksi (amniotitis atau korioamnionitis)

8
d. Faktor-faktor lain yang menyerupai predisposisi ialah: multipara-malposisi
disproprosi servik incompeten

e. Ketuban pecah dini artitisial (amniotomi)dimana ketuban pecah terlalu dini.


Kadang-kadang agak sulit atau meragukan kita apabila ketuban benar sudah
pecah/belum, apalagi bila pembukaan kenalis servikalis belum ada atau kecil.

9
2.5. Woc KPD

K
S
F

L
A
D
T
R
M
P
G
IS
K
H

10
2.5 Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis ketuban pecah dini tidak sulit ditegakkan dengan keterangan
terjadi pengeluaran cairan mendadak disertai bau yang khas. Selain keterangan
yang disampaikan pasien dapat dilakukan beberapa pemeriksaan yang
menetapkan bahwa cairan yang keluar adalah air ketuban, diantaranya tes ferning
dan nitrazine tes.
Langkah pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis ketuban pecah dini
dapat dilakukan:
a. Pemeriksaan spekulum, untuk mengambil sampel cairan ketuban di froniks
posterior dan mengambil sampel cairan untuk kultur dan pemeriksaan
bakteriologis.
b. Melakukan pemeriksaan dalam dengan hati-hati, sehingga tidak banyak
manipulasi daerah pelvis untuk mengurangi kemungkinan kemungkinan
infeksi asenden dan persalinan prematuritas (Manuaba, 2008)
Menurut Nugroho (2010), pemeriksaan penunjang ketuban pecah dini dapat
dilakukan dengan pemeriksaan ultrasonografi (USG):
a. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam
kavum uteri.
b. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering
terjadi kesalahan pada penderita oligohidramnion.

2.6 Penatalaksanaan
Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas, infeksi
dalam rahim terhadap ibu maupun janin yang cukup besar dan potensiil. Oleh
karena itu, tatalaksana ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci
sehingga dapat menurunkan kejadian persalinan prematuritas dan infeksi dalam
rahim.
Memberikan profilaksis antibiotika dan membatasi pemeriksaan dalam
merupakan tindakan yang perlu diperhatikan. Di samping itu makin kecil umur
kehamilan, makin besar peluang terjadi infeksi dalam rahim yang dapat memacu
terjadinya persalinan prematuritas bahkan berat janin kurang dari 1 kg.

11
Sebagai gambabaran umum untuk tatalaksana ketuban pecah dini dapat
dijabarkan sebagai berikut:
a. Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur khususnya maturitas paru
sehingga mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang sehat.
b. Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi peicu sepsis,
meningitis janin, dan persalinan prematuritas.
c. Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan
berlangsung dalam waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid, sehingga
kematangan paru janin dapat terjamin(Manuaba, 2009).

12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian
Dokumentasi pengkajian merupakan catatan hasil pengkajian yang
dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data dasar
tentang klien dan membuat catatan tentang respon kesehatan klien (Hidayat,
2000).
1. Identitas atau biodata klien
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register,
dan diagnosa keperawatan.
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu

Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung, hipertensi, DM,
TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.

b. Riwayat kesehatan sekarang

Riwayat pada saat sebelun inpartus didapatkan cairan ketuban yang keluar
pervagina secara spontan kemudian tidak diikuti tanda-tanda persalinan.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC,
penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada
klien

d. Riwayat psikososial

Riwayat klien nifas biasanya cemas bagaimana cara merawat bayinya, berat
badan yang semakin meningkat dan membuat harga diri rendah.
3. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tata leksana hidup sehat

13
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara
pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga kebersihan
tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya.

b. Pola nutrisi dan metabolisme

Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari
keinginan untuk menyusui bayinya.

c. Pola aktifitas

Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya,
terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah,
pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami kelemahan
dan nyeri.

d. Pola eleminasi

Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah kencing
selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari trigono, yang
menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena
penderita takut untuk melakukan BAB.

e. Pola istirahat dan tidur

Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena adanya
kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan

f. Pola hubungan dan peran

Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan
orang lain.

g. Pola penagulangan sters

Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas.

h. Pola sensori dan kognitif

14
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan dan
nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi
kurangnya pengetahuan merawat bayinya

i. Pola persepsi dan konsep diri

Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih


menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri
antara lain dan body image dan ideal diri

j. Pola reproduksi dan sosial

Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi
dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas.

k. Pola tata nilai dan kepercayaan

Biasanya pada saat menjelang persalinan dan sesudah persalinan klien akan
terganggu dalam hal ibadahnya karena harus bedres total setelah partus sehingga
aktifitas klien dibantu oleh keluarganya.

1. Pemeriksaan fisik
a. Kepala

Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat adanya


cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan

b. Leher

Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tiroid, karena adanya


proses menerang yang salah.

c. Mata

15
Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva, dan
kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan
yang mengalami perdarahan, sklera kuning.

d. Telinga

Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya, adakah


cairan yang keluar dari telinga.

e. Hidung

Adanya polip atau tidak dan apabila pada pos partum kadang-kadang
ditemukan pernapasan cuping hidung

f. Dada

Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya hiperpigmentasi areola mamae


dan papila mamae.

g. Abdomen

Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri.
Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.

h. Genitalia

Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat


pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan
menandakan adanya kelainan letak anak.

i. Anus

Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur.

j. Ekstermitas

Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena membesarnya


uterus, karena preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.

16
k. Muskulis skeleta

Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan gerak karena adanya luka
episiotomi.

l. Tanda-tanda vital

Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi cepat,
pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.

2. Pemeriksaan Obstetri
a. Anamnesis
1) GPA
- Gravida: adalah jumlah kehamilan, termasuk, mola, kehamilan ektopik,
dan abortus
- Para : jumlah anak yang dilahirkan dengan berat lebih dari 500 gr
- Abortus : pengeluaran hasil konsepsi yang kurang dari 500 gr
Kepada pasien perlu ditanyakan berapa kali hamil, pernah melahirkan
janin aterm atau belum, dan berapa kali abortus.
Dari sini akan dilihat riwayat obstetrinya, baik atau tidak. Pasien yang
pernah melahirkan bayi cukup bulan, spontan dan anak hidup, setidak-
tidaknya mencerminkan bahwa panGgulnya baik. Dalam hal ini dikatakan
bahwa ibu tersebut mempunyai riwayat obstetri baik.
Pasien dengan riwayat forseps, apalagi janin yang lahir kemudian mati,
kita harus hati-hati, mungkin ada sesuatu tentang panggulnya. Apabila
dengan anamnesis diketahui bahwa ibu pernah mengalami operasi karena
jalan lahir yang sempit, maka dalam hal ini tindakannya sudah jelas yaitu
re-seksio sesaria atas indikasi panggul yang sempit atau DKP
Pasien dengan riwayat abortus yang berulang, juga harus ditangani
secara hati-hati, karena yang dikandungnya saat ini adalah anak yang
berharga
2) Umur Kehamilan
Kapan berhenti haid. Dalam obstetri, umur kehamilan ditentukan
berdasarkan HPM/HPHT ( hari pertama menstruai terakhir), sedang pada

17
embriologi umur janin dihitung berdasarkan umur konsepsi. Dengan
diketahui HPM, maka selain umur kehamilan, hari perkiraan lahir (HPL)
juga dapat ditentukan .
Rumus Naegel : HPL = hari+7, bulan-3 dari HPM
Contoh : Seorang ibu HPM nya 3 Nopember 2008 Maka HPL nya adalah
10 Agustus 2009
Berdasarkan umur kehamilan maka dikenal
- Abortus; keluarnya hasil konsepsi dengan umur 0-20 minggu
- Partus imaturus; partus yang terjadi pada 21-27 minggu
- Partus prematurus; partus yang terjadi pada 28-36 minggu
- Partus maturus; partus yang terjadi pada 37-42 minggu
- Partus postmaturus; partus yang terjadi pada uk lebih dari 42 minggu
Hamil aterm menunjukkan umur kehamilan 37-42 minggu, sedang
kurang dari 37 minggu dapat disebut sebagai persalinan preterm, dan lebih
dari 42 minggu sebagai posterm.
Bila umur kehamilan tidak diketahui, maka jenis persalinan ditentukan
berdasarkan berat badan.
- Kurang dari 500 gr : abortus
- 500-999 gr : partus imaturus
- 1000-2499 gr : partus prematurus
- Lebih dari 2500 gr : partus matures
Konsep ini tidak lagi tepat. Karena janin dengan BB < 2500 gr, belum
tentu prematur, tetapi hanya BBLR ( Bayi Berat Lahir Rendah)
3) Umur Ibu
- Waktu reproduksi sehat adalah antara umur 20-35 tahun, ini berarti
bahwa umur ibu di luar batas tersebut merupakan kehamlan dengan
resiko tinggi (KRT).
- Kurang dari 20 tahun : panggul belum sempurna
- Lebih dari 35 tahun: ada kecenderungan mengalami perdarahan
- Post partum
4) PARITAS

18
Paritas yang ideal adalah 2-3 dengan jarak persalinan 3-4 tahun. Bila
lebih dari 5 tahun dan umur ibu lebih dari 35 tahun , ini disebut
grandemultigravida, yang memerlukan perhatian khusus
5) Riwayat Persalinan yang dulu
- Untuk mengetahui apakah panggul pernah dilewati janin ukuran normal
atau belum
- Apakah anak yang dilahirkan dalam keadaan baik atau tidak
- Pada seorang primigravida, perlu ditanyakan berapa tahun nikah, ini
menentukan apakah fertilitasnya baik atau tidak
- Pada presentasi bokong perlu ditanyakan apakah persalinan yang dulu
juga presbo. dll
6) Penyakit-Penyakit yang pernah diderita
- Diabetes melitus, penyakit jantung, asma, penyakit ginjal, dll
- Apakah pernah operasi alat kandungan atau tidak, dll
7) Kehamilan Sekarang
- Bagaimana antenatal care (ANC) nya, teratur atau tidak, pada siapa,dll
- Obat-obat yang diminum selama hamil
- Apakah pernah sakit bengkak, apakah pernah menderita tekanan darah
tinggi, kejang-kejang dll
- Apakah pernah mengeluarkan darah pada kehamilan 7 bulan
- Kalau presbo, apakah pernah dilakukan versi luar
- Apakah ada saudara kembar, dll
8) Tanda-tanda Persalinan
- Kapan terasa kenceng-kenceng, teratur apa belum, sejak jam berapa
- Apakah sudah keluar lendir darah, atau darah
- Apakah sudah mengeluarkan air ketuban, sejak kapan
- Apakah sebelum datang sudah mendapat pertolongan, misalnya apakah
sudah disuruh mengejan oleh dukun
b. Inspeksi
- Yang dicari adalah tanda-tanda persalinan, keadaan umum ibu, dan
keadaan janin

19
- Keadaan umum ibu : baik, tampak menderita, tampak kesakitan, tampak
gelisah, kepayahan, dll
- Kesadaran : baik, koma, dll
- Anemis atau tidak
- Apakah muka dan ekstrimitas tampak edema
- Perut : membuncit, memanjang atau melintang, berapa besar
- Konfigurasi uterus : apakah telihat gambaran cincin Bandl
- Vulva : tenang, tampak lendir darah, air ketuban, edema, atau telah tampak
bagian janin yang menumbung
c. Palpasi
Pasien tidur terlentang, dengan kepala dan bahu sedikit lebih tinggi, dan
kedua tungkai ditekuk, dengan demikian otot-otot abdomen dalam keadaan
relaksasi. Operator berdiri disamping kanan pasien. Palpasi dilakukan secara
sistematik berdasarkan prasat Leopold
- LEOPOLD I : Menentukan berapa tinggi fundus uteri dan apa yang
terdapat pada fundus
- LEOPOLD II : Menentukan letak punggung dan bagian kecil janin
- LEOPOLD III : Menentukan the presenting part, yaitu apa yang ada di
bawah
- LEOPOLD IV : Pemeriksa menghadap ke kaki ibu, dengan maksud :
1) Menentukan dimana chepalic prominence
2) Menentukan apakah kepala masih floating atau sudah engaged
(keseimbangan kepala panggul dan engagement)
Bila kepala dalam sikap fleksi, maka tonjolan kepala adalah dahi yang
berada di pihak bagian-baian kecil, sedang dalam sikap defleksi, maka
tonjolan kepala adalah oksiput yang berada di pihak punggung. Dengan
menggunakan ujung ketiga jari pertama kedua tangan, pemeriksa melakukan
tekanan yang dalam searah dengan aksis punggung. Tangan yang tertahan
menunjukkan adanya tonjolan kepala, sedang tangan yang lain akan dengan
mudah masuk lebih jauh dalam panggul.
Bila kepala belum masuk ke dalam panggul, kepala dengan mudah dapat
digerakkan ke kanan dan kiri, dan teraba balotemen. Kedua jari tangan dapat

20
berada di antara kepala dan simfisis. Bila hanya sebagian kecil kepala dapat
teraba dan kepala fixed, maka ia sudah engaged.
Dengan menentukan tinggi fundus dua hal dapat dihitung, yaitu
- Umur kehamilan
Tinggi fundus diukur dari simfisis dengan pita lentur
Rumus Mc Donald : tinggi fundus uteri x 8 / 7 = umur (minggu)
- Rumus Johnson untuk TBJ
1) Kepala di atas spina iskiadika, atau setinggi spina
TBJ (gram) = TFU 12 x 155
2) Kepala di bawah spina
TBJ (gram) = TFU 11 x 155
Bila TBJ tidak sesuai dengan yang seharusnya, maka ada beberapa
kemungkinan. TBJ yang salah atau janin yang terlalu kecil karena mengalami
keterlambatan pertumbuhan intrauterin (intrauterine growth
retardation/IUGR), atau janin lebih besar dari yang seharusnya seperti pada
diabetes. Pada gemelli, setidaknya harus teraba 3 bagian keras/besar, yaitu
kepala kepala bokong, atau kepala bokong- bokong.
Kadang-kadang sukar sekali menentukan bagian-bagian janin dengan
palpasi, misal keadaan hidramnion, atau pada seorang primigravida dengan
dinding perut dan uterus yang tegang.
Bila pasien sudah dalam persalinan, palpasi harus dikerjakan di antara his,
kecuali jika memang sedang menilai his.
d. Auskultasi
Auskultasi denyut jantung janin (djj) dikerjakan tiap 15 menit pada kala I
dan tiap 3 5 menit pada kala II. Ada beberapa alat yang digunakan antara
lain stetoskop biaural, stetoskop monoaural (Laenec), fetal heart detector
(Doppler), atau dengan mencatat terus-menerus dengan CTG
Dengan mendengarkan djj, ada 2 hal penting yang didapat
- Keadaan umum janin dalam kandungan
- Presentasi dan posisi janin
1) Keadaan Umum Janin
a) Adanya djj menunjukkan janin masih hidup

21
b) Frekuensi normal adalah 120-160 x/mnt. Djj menjadi lambat pada
puncak kontraksi, dan kembali normal bila his menurun. Djj di luar
batas tersebut pada saat tidak ada his menunjukkan fetal distress. Djj
yang lambat lebih menunjukkan / lebih mempunyai arti penting
daripada djj cepat
c) Iramanya teratur, bila tidak ada sesuatu pada janin
d) Kerasnya suara tidak mencerminkan kekuatan janin, tetapi tergantung
pada :
- Letak punggung janin terhadap dinding abdomen ibu. Pada posisi
anterior djj terdengar dekat dan keras. Sebaliknya pada posisi
posterior djj lemah dan jauh
- Pada ibu yang gemuk, djj sukar didengar
- Pada hidramnion, djj juga terdengar lebih lemah
e) Bunyi lain yang mungkin didengar adalah
- Bising yang sinkron dengan djj, yang disebabkan darah yang
mengalir dalam a.umbilikalis.
- Bising yang sesuai dengan djj, yang disebabkan oleh darah yang
mengalir dalam pembuluh darah uterus yang besar.
Bila sukar / tidak mendengar djj, mungkin karena
1) Kehamilan kurang dari 18 minggu
2) Janin mati
3) Obesitas
4) Polihidramnion
5) Bising maternal yang terlalu keras
6) Oksiput pada posisi posterior
7) Pada puncak his
8) Stetoskop jelek
9) Ruangan yang bising
Dalam keadaan tertentu djj perlu terus-menerus dimonitor dengan
menggunakan alat-alat yang canggih (continuous electronic fetal heart
monitoring, yaitu pada :
1) Djj yang secara klinis abnormal

22
2) Terdapat mekoneum dalam air ketuban
3) Partus prematurus
4) Persalinan yang majunya tidak seperti yang diharapkan
5) Terdapat kecenderungan insufisiensi uteroplacenta
- Riwayat janin mati pada persalinan sebelumnya
- Hipertensi dan preeklamsi
- IUGR
- Kehamilan posterm
- Presentasi abnormal
- Isoimunisasi Rh
- Kehamilan ganda
- Ketuban pecah dini (KPD), atau PROM (premature rupture of the
membrane)
e. Periksa Dalam
Dalam obstetri dikenal dua pendekatan, yaitu PD lewat rektum dan PD
lewat vagina. PD lewat vagina lebih mudah, kurang memberikan rasa sakit
dan lebih akurat, sehingga dewasa ini orang lebih menyukai PD vaginal.
Dalam praktek ini lebih dikenal dengan toucher (tusje) vagina.
Pada prinsipnya ada 4 hal yang harus dinilai, yaitu:
1) Keadaan Serviks
a) Mencucu, mendatar, tebal, tipis, kaku, lunak, tertutup atau terbuka,
bila terbuka berapa cm pembukaannya, adakah jaringan parut,
bagaimana selaput ketuban (tebal, tipis, mengantong apa tidak, apa
sudah pecah).
b) Pembukaan 10 cm adalah pembukaan lengkap.
b. Keadaan Janin
a) Apa presentasinya : kepala, bokong atau bahu, jika presentasinya
kepala ditentukan dimana ubun-ubun kecil, sutura sagitalis, ubun-
ubun besar, berapa jauh kepala sudah turun, jika kepala masih di atas
panggul, perkirakan apakah kepala bisa lewat.
b) Ada kaput suksedaneum apa tidak, besar/kecil.
c) Berapa jauh turunnya bagian terendah.

23
d) Letak sutura sagitalis: anteroposterior, oblik atau transverse
e) Ada sinklitisme atau tidak.
f) Tentukan uuk dan uub dimana posisinya.
g) Kepala fleksi atau defleksi.
h) Bila kepala ekstensi, tentukan presentasinya apakah puncak kepala,
dahi atau muka.
i) Bila presbo, tentukan apakah frankbreech, complete atau footling
breech
j) Apakah ada presentasi majemuk
k) Apakah ada prolaps tali pusat, dll
c. Keadaan Pelvis
a) Apakah promontorium teraba ? Bila ya, berapa konjugata diagonalis
b) Berapa bagian linea terminalis dapat teraba, simetris/tidak
c) Spina iskiadika menonjol/tidak
d) Insisura iskiadika: dalam/landau
e) Sakrum: panjang dan datar, atau pendek dan konkaf, bagaimana
inklinasinya
f) Dinding samping: paralel atau konvergen
g) Apakah ada tonjolan tulang mencuat kedalam rongga panggul
h) Simfisis pubis: berapa derajat arkusnya, permukaan dalam rata atau
tidak
i) Os koksigis mobil atau tidak
j) Distansia intertuberosum berapa centimetre
k) Bagaimana dengan jaringan lunak perineum, relaks-elastis atau keras
kaku
d. Hubungan Fetopelvik
a) Kepala engaged atau belum
b) Bila belum apakah kepala dapat masuk bila didorong dari fundus dan
suprapublik
c) Apakah bagian terendah menonjol di atas simfisis
d) Bagaimana dengan sudut MKM (Munro-Kerr-Muller), dll

24
f. Periksa Tambahan : laboratorium, rontgenologis, USG, amnioskopi, fetal
monitoring dengan Kardiotokografi
Pemeriksaan lain :
1) Laboratorium darah dan urin rutin sebagai skrining.
2) Pemeriksaan yang lebih canggih memerlukan indikasi tertentu dan sudah
diluar jangkauan partus normal.

3.2. Diagnosa Keperawatan


1. Risiko infeksi berhubungan denganketuban pecah dini.
2. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan denganketegangan ototrahim.
3. Defisiensi pengetahuan berhubungan denganpengakuan persalinan premature.
4. Ansietas berhubungan dengan persalinan premature dan neonatus berpotensi
lahir premature.

3.3. Intervensi
No. Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
1. Risiko infeksi Setelah dilakukan 1. Kaji 1. Untuk
berhubungan tindakan keperawatan tanda-tanda mengetahui
dengan selama 324 jam infeksi tanda-tanda
ketuban pecah diharapkan pasien 2. Pantau infeksi yang
dini tidak menunjukan keadaan muncul
tanda-tanda infeksi umum pasien 2. Untuk melihat
dengan kriteria hasil : 3. Bina perkembangan
hubungan kesehatan
1. Tanda-tanda saling percaya pasien
infeksi tidak tidak melalui 3. Untuk
ada. komunikasi memudahkan
terapeutik perawat
2. Tidak ada lagi
4. Berikan melakukan
cairan ketuban
lingkungan tindakan
yang keluar dari
yang nyaman 4. Agar istirahat
pervaginaan.
untuk pasien pasien terpenuhi
3. DJJ normal 5. Kolabora 5. Untuk proses
si dengan penyembuhan
4. Leukosit kembali dokter untuk pasien
normal memberikan

25
obat antiseptik
5. Suhu tubuh normal sesuai terapi
(36,5-37,5C)

2. Gangguan rasa Setelah dilakukan 1. Kali 1. Untuk


nyaman: nyeri tindakan keperawatan tanda-tanda mengetahui
berhubungan selama 324 jam di Vital pasien keadaan umum
dengan harapkan nyeri 2. Kaji pasien
ketegangan berkurang atau nyeri skala nyeri (1- 2. Untuk
ototrahim hilang dengan kriteria 10) mengetahui
hasil : 3. Ajarkan derajat nyeri
1. Tanda-tanda vital pasien teknik pasien dan
dalam batas relaksasi menentukan
normal. TD:120/80 4. Atur tindakan yang
mm Hg posisi pasien akan dilakukan
N: 60-120 X/ 5. Berikan 3. Untuk
menit. lingkungan mengurangi
2. Pasien tampak yang nyaman nyeri yang
tenang dan rileks dan batasi dirasakan
3. Pasien mengatakan pengunjung pasien
nyeri pada perut 4. Untuk
berkurang memberikan
rasa nyaman
5. Untuk
mengurangi
tingkat stress
pasien dan
pasien dapat
beristirahat
3. Defisiensi Setelah dilakukan 1. Kaji apa 1. Untuk
pengetahuan tindakan keperawatan pasien tahu mengetahui
berhubungan selama 324 jam di tentang tentang
dengan harapkan pasien tanda-tanda pemahaman
pengakuan memahami dan gejala pasien untuk
persalinan pengetahuan tentang normal tindakan
premature penyakitnya dengan selama selanjutnya
criteria hasil : kehamilan 2. Mencegah
1. Pasien terlihat tidak 2. Ajarkan terjadinya hal-
bingung lagi tentang apa hal yang tidak
2. Pengetahuan yang harus diinginkan
Pasien dan dilakukan jika terjadi yang bisa
keluarga dapat tanda KPD membahayakan
bertambah muncul ibu-janin

26
kembali 3. Untuk
3. Libatkan membantu
keluarga agar merencanakan
memantau tindakan
kondisi pasien berikutnya
4. Ansietas Setelah dilakukan 1. Kaji 1. Mengetahui
berhubungan tindakan keperawatan tingkat tingkatan
dengan selama 324 jam di kecemasan kecemasan yang
persalinan harapkan ansietas pasien dialami pasien
premature dan pasien teratasi dengan 2. Dorong 2. Untuk
neonatus kriteria hasil : pasien untuk mempercepat
berpotensi 1.Pasien tidak cemas istirahat total proses
lahir premature lagi 3. Berikan penyembuhan
2.Pasien sudah suasana yang 3. Untuk
mengetahui tentang tenang dan memberikan
penyakit ajarkan rasa nyaman
keluarga dan menurunkan
untuk kecemasan
memberikan pasien
dukungan
emosional
pasien.

27
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Penyebab ketuban pecah dini karena berkurangnya kekuatan membranatau
meningkatnya tekanan intra uterin atau kedua faktor tersebut.Berkurangnya
kekuatan membran disebabkan adanya infeksi yang dapatberasal dari vagina dan
serviks(Saifudin, 2000).
Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas, infeksi
dalam rahim terhadap ibu maupun janin yang cukup besar dan potensiil. Oleh
karena itu, tatalaksana ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci
sehingga dapat menurunkan kejadian persalinan prematuritas dan infeksi dalam
rahim.
Pemeriksaan dalam dengan jari meningkatkan resiko infeksi dan tidak perlu
dilakukan pada wanita dengan pecah ketuban dini, karena ia akan diurussesuai
kebutuhan persalinan sampai persalinan terjadi atau timbul tanda dangejala
korioamninitis. Jika timbul tanda dan gejala korioamnionitis,diindikasikan untuk
segera berkonsultasi dengan dokter yang menanganiwanita guna menginduksi
persalinan dan kelahiran. Pilihan metode persalinan(melalui vagina atau SC)
bergantung pada usia gestasi, presentasi dan beratkorioamnionitis.

4.2. Saran
Ketuban Pecah Dini dapat menimbulkan kecemasan pada wanita dan
keluarganya. Perawat harus membantu wanita mengeksplorasi rasa takut yang
menyertai perkiraan kelahiran janin premature serta risiko tambahan
korioamnionitis. Rencana penatalaksanaan yang melibatkan kemungkinan periode
tirah baring dan hospitalisasi yang memanjang harus didiskusikan dengan wanita
dan keluarganya. Pemahaman dan kerja sama keluarga merupakan hal yang
penting untuk kelanjutan kehamilan.

28
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, I.B.G. (2009). Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta: EGC


Manuaba, I.B.G.(1998).Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
www.obgyn-rscmfkui.com, di unduh pada tanggal 27 Maret 2014, Pukul 14.26
WIB
Prawirohardjo, Sarwono.(2008).Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka
Saifuddin, A.B.(2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal.Jakarta: YBP-SP
Asrining, Surasmi., Handayani, Siti., Kusuma,Nur,.(2003), Perawatan Bayi
Risiko Tinggi. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif.(2008).Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid I.Jakarta :
Media Aesculapius
Saifudin, A.B. SPOG, MPHD (2003).Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Material & Neonatal. Jakarta : EGC.
Hidayat, A.A.A. (2000).Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan ed.2.
Jakarta:Salemba Medika
International, NANDA.(2012).Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi
2012-2014.Jakarta:EGC

29

Das könnte Ihnen auch gefallen