Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Di luar anggota BPUPKI, dibentuk sebuah Badan Tata Usaha (semacam sekretariat)
yang beranggotakan 60 orang. Badan Tata Usaha ini dipimpin oleh R.P.Soeroso, dengan
wakil Abdoel Gafar Pringgodigdo dan Masuda (orang Jepang). Pada tanggal 7 Agustus 1945,
Jepang membubarkan BPUPKI dan membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia.
Ir. soekarno untuk sebagai ketua PPKI dan Drs. M. Hatta ditunjuk sebagai wakil ketuanya ,
sedangkan Mr.Ahmad Soerbadjo ditunjuk sebagai penasehatnya.
Pada tanggal 1 maret 1945 Letnan Jendral Kumakici Harada , pimpinan pemerintah
pendudukan jepang di jawa , mengumumkan pembentukan badan penyelidik Usaha-usaha
persiapan kemerdekan Indonesia (Dokuritsu Junbi Cosakai ). Pengangkatan pengurus ini di
umumkan pada tanggal 29 april 1945 . dr. K . R . T. Radjiman Wediodiningrat diangkat
sebagai Ketua, sedangkan yang duduk sebagai ketua muda (fuku kico ) pertama di jabat oleh
seorang jepang , Shucokai cirebon yang bernama Icibangase . R .P .Suroso diangkat sebagai
kepala sekertariat dengan di bantu oleh Toyohiti Masuda dan Mr. A. G . Pringodigdo pada
tanggal 28 mei 1945 dilangsungkan upacara peresmian badan penyelidik Usaha-Usaha
persiapan kemerdekaan bertempat di gedung Cuo sangi in, jalan pejambon (Sekarang
GedungDepartemen Luar negri ) ,jakarta. Upacara peresmian itu dihadiri pula oleh dua
pejabat jepang yaitu jendral Itagaki (panglima tentara ke tujuh yang bermarkas di singapura)
dan letnan jendral nagano (panglima tentara Keenam belas yang baru). Pada kesempatan itu
di kibarkan bendera jepang ,Hinomaru oleh Mr.A.G. pringgodigdo yang disusul dengan
pengibaran bendera merah putih oleh toyohiko Masuda. Pada tanggal 7 agustus 1945
BPUPKI di bubarkan sebagai penggantinya pemerintah pendudukan jepang membentuk
PPKI .Ir. soekarno untuk sebagai ketua PPKI dan Drs. Muh hata ditunjuk sebagai wakil
ketuanya , sedangkan Mr.Ahmad Soerbadjo ditunjuk sebagai penasehatnya
Rapat Pertama
Rapat pertama diadakan di gedung Chuo Sangi In di Jalan Pejambon 6 Jakarta yang
kini dikenal dengan sebutan Gedung Pancasila. Pada zaman Belanda, gedung tersebut
merupakan gedung Volksraad, lembaga DPR bentukan Belanda. Rapat dibuka pada tanggal
28 Mei 1945 dan pembahasan dimulai keesokan harinya 29 Mei 1945 dengan tema dasar
negara. Pada rapat pertama ini terdapat 3 orang yang mengajukan pendapatnya tentang dasar
negara.
Pada tanggal 29 Mei 1945, Mr. Muhammad Yamin dalam pidato singkatnya mengemukakan
lima asas yaitu:
peri kebangsaan
peri ke Tuhanan
kesejahteraan rakyat
peri kemanusiaan
peri kerakyatan
Pada tanggal 31 Mei 1945, Prof. Dr. Mr. Soepomo mengusulkan lima asas yaitu:
persatuan
mufakat dan demokrasi
keadilan sosial
kekeluargaan
musyawarah
Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno mengusulkan lima asas pula yang disebut Pancasila
yaitu:
kebangsaan Indonesia
internasionalisme dan peri kemanusiaan
mufakat atau demokrasi
kesejahteraan sosial
Ketuhanan yang Maha Esa
Kelima asas dari Soekarno disebut Pancasila yang menurut beliau dapat diperas menjadi
Trisila atau Tiga Sila yaitu:
Sosionasionalisme
Sosiodemokrasi
Ketuhanan yang berkebudayaan
Bahkan masih menurut Soekarno, Trisila tersebut di atas masih dapat diperas menjadi Ekasila
yaitu sila Gotong Royong. Selanjutnya lima asas tersebut kini dikenal dengan istilah
Pancasila, namun dengan urutan dan nama yang sedikit berbeda.
Sementara itu, perdebatan terus berlanjut di antara peserta sidang BPUPKI mengenai
penerapan aturan Islam dalam Indonesia yang baru.
Sampai akhir rapat pertama, masih belum ditemukan kesepakatan untuk perumusan
dasar negara, sehingga akhirnya dibentuklah panitia kecil untuk menggodok berbagai
masukan. Panitia kecil beranggotakan 9 orang dan dikenal pula sebagai Panitia Sembilan
dengan susunan sebagai berikut:
1. Ir. Soekarno (ketua)
2. Drs. Moh. Hatta (wakil ketua)
3. Mr. Achmad Soebardjo (anggota)
4. Mr. Muhammad Yamin (anggota)
5. KH. Wachid Hasyim (anggota)
6. Abdul Kahar Muzakir (anggota)
7. Abikoesno Tjokrosoejoso (anggota)
8. H. Agus Salim (anggota)
9. Mr. A.A. Maramis (anggota)
Setelah melakukan kompromi antara 4 orang dari kaum kebangsaan (nasionalis) dan 4
orang dari pihak Islam, tanggal 22 Juni 1945 Panitia Sembilan kembali bertemu dan
menghasilkan rumusan dasar negara yang dikenal dengan Piagam Jakarta (Jakarta Charter)
yang berisikan:
Rapat Kedua
Rapat kedua berlangsung 10-17 Juli 1945 dengan tema bahasan bentuk negara,
wilayah negara, kewarganegaraan, rancangan Undang-Undang Dasar, ekonomi dan
keuangan, pembelaan negara, pendidikan dan pengajaran. Dalam rapat ini dibentuk Panitia
Perancang Undang-Undang Dasar beranggotakan 19 orang dengan ketua Ir. Soekarno, Panitia
Pembelaan Tanah Air dengan ketua Abikoesno Tjokrosoejoso dan Panitia Ekonomi dan
Keuangan diketuai Mohamad Hatta.
Pada tanggal 11 Juli 1945 Panitia Perancang UUD membentuk lagi panitia kecil
beranggotakan 7 orang yaitu:
2. Mr. Wongsonegoro
3. Mr. Achmad Soebardjo
6. H. Agus Salim
7. Dr. Soekiman
Pada tanggal 13 Juli 1945 Panitia Perancang UUD mengadakan sidang untuk
membahas hasil kerja panitia kecil perancang UUD tersebut.
Pada tanggal 14 Juli 1945, rapat pleno BPUPKI menerima laporan Panitia Perancang
UUD yang dibacakan oleh Ir. Soekarno. Dalam laporan tersebut tercantum tiga masalah
pokok yaitu: a. pernyataan Indonesia merdeka b. pembukaan UUD c. batang tubuh UUD
4. Ir. Soekarno
17. Soekiman
Pembentukan PPKI
Keanggotaan
Pada awalnya PPKI beranggotakan 21 orang (12 orang dari Jawa, 3 orang dari
Sumatra, 2 orang dari Sulawesi 1 orang dari Kalimantan, 1 orang dari Nusa Tenggara 1 orang
dari Maluku, 1 orang dari golongan Tionghoa). Susunan awal anggota PPKI adalah sebagai
berikut:
Tanggal 9 Agustus 1945, sebagai pimpinan PPKI yang baru, Soekarno, Hatta dan Radjiman
Wedyodiningrat diundang ke Dalat untuk bertemu Marsekal Terauchi Setelah pertemuan
tersebut, PPKI tidak dapat bertugas karena para pemuda mendesak agar proklamasi
kemerdekaan tidak dilakukan atas nama PPKI, yang dianggap merupakan alat buatan Jepang.
Bahkan rencana rapat 16 Agustus 1945 tidak dapat terlaksana karena terjadi peristiwa
Rengasdengklok.
Setelah proklamasi, pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI memutuskan antara lain:
Pada tanggal 19 Agustus 1945 PPKI mengadakan rapat lanjutan yang menghasilkan :
Pada tanggal 22 Agustus 1945 PPKI mengadakan rapat lanjutan yang menghasilkan:
Membentuk Badan Kemanan Rakyat ( BKR ) pada tanggal 22 Agustus 1945 yang berada di
bawah wewenang KNIP.
Karena datangnya pasukan Sekutu dan NICA yang silih berganti sehingga pemerintah
memutuskan dibentuknya Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pada tanggal 5 Oktober 1945.
Pada tanggal 1 Januari 1946 diubah menjadi Tentara Keselamatan Rakyat (TKR) lalu tanggal
26 Januari berubah menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI). Untuk menyempurnakan TRI
maka pemerintah membentuk Tentara Nasional Indonesia ( TNI ) tanggal 7 Juni 1947.
Berkaitan dengan UUD, terdapat perubahan dari bahan yang dihasilkan oleh BPUPKI, antara
lain:
(pustakasekolah.com)