Sie sind auf Seite 1von 27

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Zat-zat yang ada dalam kehidupan kita sehari-hari kebanyakan tidak dalam
keadaan murni, melainkan bercampur dengan dua atau lebih zat
lainnya.Campuran suatu zat akan tetap mempertahankan sifat-sifat unsurnya. Oleh
karena itu, suatu bahan kimia akan dipengaruhi oleh sifat, kegunaan, atau efek
dari zat-zat yang menyusunnya. Kekuatan pengaruh sifat masing-masing zat
bergantung pada kandungan zat dalam bahan yang bersangkutan. Banyak ragam
bahan kimia yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Namun, pada makalah ini
hanya akan dibahas beberapa kelompok bahan kimia saja diantaranya
Pewangi,ditergen dan sabun.

Polusi atau pencemaran adalah keadaan dimana suatu lingkungan sudah


tidak alami lagi karena telah tercemar oleh polutan. Misalnya air sungai yang
tidak tercemar airnya masih murni dan alami, tidak ada zat-zat kimia yang
berbahaya, sedangkan air sungai yang telah tercemar oleh detergen misalnya,
mengandung zat kimia yang berbahaya, baik bagi organisme yang hidup di sungai
tersebut maupun bagi makhluk hidup lain yang tinggal di sekitar sungai
tersebut.Polutan adalah zat atau substansi yang mencemari lingkungan.
Lingkungan perairan yang tercemar limbah deterjen kategori keras dalam
konsentrasi tinggi akan mengancam dan membahayakan kehidupan biota air dan
manusia yang mengkonsumsi biota tersebut.Selain itu banyak dari kita yang
belum tahu bahaya atau dampak yang ditimbulkan dari bahan-bahan kimia yang
sering kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatasa dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
a. Apa itu Surfaktan ?
b. Apa saja jenis jenis Surfaktan ?
c. Apa saja sifat sifat dari Surfaktan ?

SURFAKTAN 22
d. Bagaimana cara pembuatan Surfaktan?
e. Dimana saja Surfaktan itu dipergunakan ?

C. Tujuan Penulisan
a. mengetahui apa itu Surfaktan beserta jenis-jenisnya .
b. mengetahui sifat sifat dari Surfaktan .
c. mengetahui cara-cara pembuatan Surfaktan.
d. mengetahui cara penggunaan Surfaktan .

D. Manfaat Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini, selain sebagai syarat untuk menyelesaikan
tugas Kosmetologi dan Teknologi kosmetik, juga diharapkan untuk memberi
manfaat bagi kami, dan para pembaca khususnya mahasiswa agar lebih mengerti
tentang materi Surfaktan .

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Surfaktan
Surfaktan merupakan suatu molekul yang sekaligus memiliki gugus
hidrofilik dan gugus lipofilik sehingga dapat mempersatukan campuran yang
terdiri dari air dan minyak. Surfaktan adalah bahan aktif permukaan. Aktifitas
surfaktan diperoleh karena sifat ganda dari molekulnya. Molekul surfaktan

SURFAKTAN 22
memiliki bagian polar yang suka akan air (hidrofilik) dan bagian non polar
yang suka akan minyak/lemak (lipofilik). Bagian polar molekul surfaktan dapat
bermuatan positif, negatif atau netral. Sifat rangkap ini yang menyebabkan
surfaktan dapat diadsorbsipada antar muka udara-air, minyak-air dan zat padat-
air, membentuk lapisan tunggal dimana gugus hidrofilik berada pada fase air
dan rantai hidrokarbon ke udara, dalam kontak dengan zat padat ataupun
terendam dalam fase minyak. Umumnya bagian non polar(lipofilik) adalah
merupakan rantai alkil yang panjang, sementara bagianyang polar (hidrofilik)
mengandung gugus hidroksil.

Gambar A. Surfaktan

Gugus hidrofilik pada surfaktan bersifat polar dan mudah bersenyawa


dengan air, sedangkan gugus lipofilik bersifatnon polar dan mudah bersenyawa
dengan minyak. Didalam molekul surfaktan, salah satu gugus harus lebih
dominan jumlahnya. Bila gugus polarnya yang lebih dominan, maka molekul-
molekul surfaktan tersebut akan diabsorpsi lebih kuat oleh air dibandingkan
dengan minyak. Akibatnya tegangan permukaan air menjadi lebih rendah
sehingga mudah menyebar dan menjadi fase kontinu. Demikian pula
sebaliknya, bila gugus non polarnya lebih dominan, maka molekulmolekul
surfaktan tersebut akan diabsorpsi lebih kuat oleh minyak dibandingkan
dengan air. Akibatnya tegangan permukaan minyak menjadi lebih rendah
sehingga mudah menyebar dan menjadi fase kontinu. Penambahan surfaktan

SURFAKTAN 22
dalam larutan akan menyebabkan turunnya tegangan permukaan larutan.
Setelah mencapai konsentrasi tertentu, tegangan permukaan akan konstan
walaupun konsentrasi surfaktan ditingkatkan. Bila surfaktan ditambahkan
melebihi konsentrasi ini maka surfaktan mengagregasi membentuk misel.
Konsentrasi terbentuknya misel ini disebut Critical Micelle Concentration
(CMC). Tegangan permukaan akan menurun hingga CMC tercapai. Setelah
CMC tercapai, tegangan permukaan akan konstan yang menunjukkan bahwa
antar muka menjadi jenuh dan terbentuk misel yang berada dalam
keseimbangan dinamis dengan monomernya.

Surfaktan dapat digolongkan menjadi dua golongan besar berdasarkan


kelarutannya, yaitu surfaktan yang larut dalam minyak dan surfaktan yang
larut dalam air.
1) Surfaktan yang larut dalam minyak
Ada tiga yang termasuk dalam golongan ini, yaitu senyawa polar berantai
panjang, senyawa fluorokarbon, dan senyawa silikon.
2) Surfaktan yang larut dalam air
Golongan ini banyak digunakan antara lain sebagai zat pembasah, zat
pembusa, zat pengemulsi, zat anti busa, detergen, zat flotasi, pencegah
korosi, dan lain-lain. Ada empat yang termasuk dalam golongan ini, yaitu
a) surfaktan anion yang bermuatan negative
b) surfaktan yang bermuatan positif
c) surfaktan nonion yang tak terionisasi dalam larutan
d) surfaktanamfoter yang bermuatan negatif dan positif bergantung
pada pH-nya.
Surfaktan juga diklasifikasikan lagi dalam beberapa bagian, yaitu:
a) Surfaktan Anionik
Surfaktan Anionik (negatif). Surfaktan ini memiliki bagian hidrofobik
yang memiliki ionnegatif. Dalam medium air berpisah dengan kation
positif menjadi ion negatif. Contoh : AlkylBenzene Sulfonate (ABS) ABS
merupakan surfaktan yang lebih efektif karena memberikanbusa yang

SURFAKTAN 22
banyak, harga murah, dan kualitas yang baik. contoh lainnya: Alkohol
sulfat danEster Sulfonat.

Gambar a. Contoh surfaktan anionik

b) Surfaktan Kationik
Surfaktan Kation (positif). Sama halnya dengan surfaktan anion, surfaktan
kation juga memisahkan diri dalam medium air. Kepala (bagian hidrofilik)
sebagai kation yang manamemiliki sifat surface active . Contoh: Senyawa-
senyawa Ammonium

SURFAKTAN 22
Gambar b. Contoh surfaktan kationik

c) Surfaktan Nonionik
Surfaktan Non-ionik (tak bermuatan). Surfaktan non ionik tidak
memisahkan diri padamedium air. Surfaktan ini memiliki kutub polar
seperpolyglycol eter atau sebuah polyol. Contoh surfaktan anionic biasa
disebut sabun (sabun asam lemak), garam asam alkil sulfonat
(komponen utama deterjen sintetis, seperti alkil benzene sulfonat (LAS) )
lemakalcohol sulfat (komponen utama shampoo atau deterjen netral) dan
lain-lain.

.
Gambar c. Representasi surfaktan nonionik.

d) Surfaktan Amfoterik / zwiterionik


Surfaktan Amfoterik (positif atau negatif) Surfaktan ini memiliki ion
positif dan negatif. Rantai hidrofobik mengikat rantai hidrofilik sehingga
tersusun dari ion positif dan negatif. Perlakuannya tergantung pada kondisi
medium atau nilai pH . Contoh: Alkil betains.

Gambar d. Contoh surfaktan amfoter

B. Mekanisme Kerja Surfaktan

SURFAKTAN 22
Pada aplikasinya sebagai bahan pembersih untuk material kain, tanah
dan sejenisnya, surfaktan dapat bekerja melalui tiga cara yang berbeda,
yakni roll up, emulsifikasi dan solubilisasi.
a. Roll up
Pada mekanisme ini, surfaktan bekerja dengan menurunkan tegangan
antarmuka antara minyak dengan kain atau material lain yang terjadi dalam
larutan berair.

b. Emulsifikasi
Pada mekanisme ini surfaktan menurunkan tegangan antarmuka
minyak-larutan dan menyebabkan proses emulsifikasi terjadi.
c. Solubilisasi
Melalui interaksi dengan misel dari surfaktan dalam air (pelarut),
senyawa secara simultan terlarut dan membentuk larutan yang stabil dan
jernih.

Gambar B. Mekanisme kerja surfaktan (a) roll up dan (b)


emulsifikasi

C. Struktur Pembentuk dan Pembuatan Surfaktan

Surfaktan (surfactant = surfactive active agent) adalah zat seperti detergent


yang ditambahkan pada cairan utuk meningkatkan sifat penyebaran atau

SURFAKTAN 22
pembasahan dengan menurunkan tegangan permukaan caira khususnya air.
Sufaktan mempunyai struktur molekul yang terdiri dari gugus hydrophobic dan
hydrophilic. Gugus hydrophobic merupakan gugus yang sedikit
tertarik/menolak air sedangkan gugus hydrophilic tertarik kuat pada molekul
air. Sturktur ini disebut juga dengan struktur amphipatic. Adanya dua gugus ini
menyebabkan penurunan tegangan muka dipermukaan cairan. Gugus hidrofilik
pada surfaktan bersifat polar dan mudah bersenyawa dengan air, sedangkan
gugus lipofilik bersifat non polar dan mudah bersenyawa dengan minyak. Di
dalam molekul surfaktan, salah satu gugus harus lebih dominan jumlahnya.
Bila gugus polarnya yang lebih dominan, maka molekul-molekul surfaktan
tersebut akan diabsorpsi lebih kuat oleh air dibandingkan dengan minyak.
Akibatnya tegangan permukaan air menjadi lebih rendah sehingga mudah
menyebar dan menjadi fase kontinu. Demikian pula sebaliknya, bila gugus non
polarnya lebih dominan, maka molekul molekul surfaktan tersebut akan
diabsorpsi lebih kuat oleh minyak dibandingkan dengan air. Akibatnya
tegangan permukaan minyak menjadi lebih rendah sehingga mudah menyebar
dan menjadi fase kontinu.
Penambahan surfaktan dalam larutan akan menyebabkan turunnya
tegangan permukaan larutan. Setelah mencapai konsentrasi tertentu, tegangan
permukaan akan konstan walaupun konsentrasi surfaktan ditingkatkan. Bila
surfaktan ditambahkan melebihi konsentrasi ini maka surfaktan mengagregasi
membentuk misel. Konsentrasi terbentuknya misel ini disebut Critical Micelle
Concentration (CMC). Tegangan permukaan akan menurun hingga CMC
tercapai. Setelah CMC tercapai, tegangan permukaan akan konstan yang
menunjukkan bahwa antar muka menjadi jenuh dan terbentuk misel yang
berada dalam keseimbangan dinamis dengan monomernya.

D. Cara Kerja Surfaktan dalam Menurunkan Tegangan Muka Cairan

Cara kerja dari surfaktan sangatlah unik karena bagian yang hidrofilik
akan masuk kedalamlarutan yang polar dan bagian yang hirdrofilik akan masuk
kedalam bagian yang non polar sehinggasurfaktan dapat menggabungkan

SURFAKTAN 22
(walaupun sebenarnya tidak bergabung) kedua senyawa yangseharusnya tidak
dapat bergabung tersebut. Namun semua tergantung pada komposisi
darikomposisi dari surfaktan tersebut. Jika bagian hidrofilik lebih dominan dari
hidrofobik maka ia akan melarut kedalam air, sedangkan jika ia lebih banyak
bagian hidrofobiknya maka ia akan melarutdalam lemak dan keduanya tidak
dapat berfungsi sebagai surfaktan.Bagian liofilik molekul surfaktan adalah
bagian nonpolar, biasanya terdiri dari persenyawaanhidrokarbon aromatik atau
kombinasinya, baik jenuh maupun tidak jenuh. Bagian hidrofilik merupakan
bagian polar dari molekul, seperti gugusan sulfonat, karboksilat, ammonium
kuartener,hidroksil, amina bebas, eter, ester, amida.Biasanya, perbandingan
bagian hidrofilik dan liofilik dapat diberi angka yang disebutkeseimbangan
Hidrofilik dan Liofilik yang disingkat KHL, dari surfaktan.

E.Sifat-sifat Surfaktan

Larutan surfaktan dalam air menunjukkan perubahan sifat fisik yang


mendadak pada daerah konsentrasi yang tertentu. Perubahan yang mendadak
ini disebabkan oleh pembentukan agregat atau penggumpalan dari beberapa
molekul surfaktan menjadi satu, yaitu pada konsentrasi kritik misel.
Pada konsentrasi kritik misel terjadi penggumpalan atau agregasi dari
molekul-molekul surfaktan membentuk misel. Misel biasanya terdiri dari 50
sampai 100 molekul asam lemak dari sabun Sifat-sifat koloid dari larutan
elektrolit sodium dedosil sulfat.

F. Jenis - Jenis Surfaktan


Jenis surfaktan yang biasanya digunakan pada produk-produk kosmetika
dan pangan adalah lemak/asam lemak yang berasal dari minyak kelapa, dan
saat ini seluruhnya diimpor dari negara lain. Surfaktan alkanolamida yang
berasal dari minyak kelapa contohnya coconut dietanolamida. Coconut
dietanolamida dimanfaatkan sebagai penstabil busa, bahan pendispersi, dan

SURFAKTAN 22
viscosity builder pada produk-produk toiletries dan pembersih seperti shampo,
emulsifier, bubble bath, detergen bubuk dan cair, stabilizer skin conditioner dan
sebagainya. Bahkan, aplikasi surfaktan sangat luas, tak terbatas dalam industri
pembersih tapi juga pada industri cat, pangan, polimer, tekstil, dan lain-lain.

1. Sampo

Dalam sampo modern, sabun telah diganti dengan bahan aktif yang
disebut surfaktan. Surfaktan adalah senyawa yang molekul-molekulnya
mempunyai dua ujung yang berbeda interaksinya dengan air, yakni ujung
satu (biasa disebut kepala) yang suka air dan ujung satunya (yang disebut
ekor) yang tidak suka air.
Berdasarkan muatan kepalanya, surfaktan dibagi atas surfaktan
anionik, kationik, nonionik, dan amfoterik. Surfaktan akan berbusa dengan
baik di segala jenis air dan akan dapat dibilas dengan mudah dan
sempurna.
Sebagian besar sampo kini dalam kemasan 2 in 1, bahan pembersih
sekaligus conditioner. kandungan sampo 2 in 1 utamanya adalah bahan
pembersih dan conditioner. Lebih lengkapnya, kandungan sampo yang
beredar di pasar kini umumnya adalah, pertama, bahan pembersih,
umumnya berupa sistem surfaktan. Kadang selain surfaktan, ditambahkan
pula sedikit booster busa untuk mengubah sifat busa yang dihasilkan
surfaktan. Bahan surfaktan yang umum digunakan adalah surfaktan
anionik, seperti natrium lauril eter sulfat (juga sering disebut natrium
lauret sulfat), natrium lauril sulfat, dan senyawa amonium.
Kedua, bahan conditioner, biasanya digunakan bahan berupa
surfaktan kationik, seperti olealkonium klorida, distearildimonium klorida,
dan isostearil etildimonium etosulfat. Ketiga, bahan aditif fungsional,
termasuk di dalamnya bahan yang dapat mengontrol viskositas sampo.
Bahan yang umum digunakan adalah surfaktan amfoterik, seperti
kokamidopropil betain atau kokamidopropil hidroksisultain.

2. Detergen

SURFAKTAN 22
Detergen adalah salah satu senyawa yang memudahkan proses
pembersihan. Istilah detergen, kini dipakai untuk membedakan antara
sabun dengan surfaktan jenis lainnya.Produk yang disebut detejen ini
merupakan pembersih yang terbuat dari bahan-bahan turunan minyak
bumi. Dibandingkan dengan sabun, detergen mempunyai keunggulan
antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh
oleh kesadahan air.
Detergen pun mengandung bahan surfaktan. Pada detergen, jenis
muatan yang dibawa surfaktan adalah anionik. Kadang ditambahkan
surfaktan kationik sebagai bakterisida atau pembunuh bakteri. Bahan aktif
ini berfungsi sama, yaitu menurunkan tegangan permukaan air, sehingga
dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan,
termasuk racun pestisida yang menempel pada sayur dan
buah.Kemampuan detergen untuk menghilangkan berbagai kotoran yang
menempel pada tangan, kain, dan bahan lain mengurangi keberadaan
kuman dan bakteri, yang menyebabkan infeksi dan meningkatkan umur
pakai kain, karpet, alat rumah tangga, dan peralatan rumah lainnya sudah
tidak diragukan lagi.

3. Kosmetika

Pada kosmetik dan personal care, surfaktan juga memiliki syarat-


syarat. Syarat syaratnya sebagai surfaktan :
Anti alergi
Anti iritasi
Bau dan warna berlebihan tidak anjurkan
Reaksi yang merugikan diminimalkan
Bebas dari kotoran dan tidak toksik
Untuk meminimalkan risiko medis, pembuat kosmetik cenderung
menggunakan surfaktan polimer. Selain itu surfaktan anionik, kationik,
nonionik, dan amfoterik juga dapat digunakan. Beberapa penelitian
menggunakan surfaktan alami karena lebih aman untuk aplikasi.

SURFAKTAN 22
Jenis-jenis dari surfaktan yang digunakan dalam kosmetik dan
personal care :
a. Surfaktan anionic :
Surfaktan anionik adalah memiliki muatan negatif pada kepala.
Termasuk pada kelompok-kelompok seperti asam karboksilat, sulfat,
asam sulfonat, asam fosfat dan turunannya, dan berguna untuk aplikasi
yang memerlukan pembersihan (perlengkapan mandi dan busa).

b. Surfaktan Asam Karboksilat :


Stearat berguna untuk produk seperti deodoran dan antiperspirant.
Garam (natrium stearat) membuat sabun yang sangat baik.
c. Sulfat :
Natrium lauril sulfat (SLS), amonium sulfat lauril (ALS), atau
teretoksilasi, natrium sulfat laureth (SLES) dalam penggunaan
pembuatan sabun. Surfaktan tersebut pembuat foam sangat baik, agen
pembersih, dan relatif murah.

d. Asam sulfonat :
Umumnya lebih ringan dibandingkan sulfat. Mereka termasuk
Taurates (berasal dari taurin), Isethionates (berasal dari asam
isethionic), sulfonat olefin, dan Sulfosuccinates. Alasan mereka tidak
digunakan lebih sering adalah bahwa mereka lebih mahal untuk
diproduksi.

e. Surfaktan kationik :
Surfaktan kationik memiliki muatan positif pada kepala. Termasuk
kationik yaitu seperti Amin, Alkylimidazolines, Amin Alkoxylated, dan
Senyawa Amonium Quaternized (atau Quats). Masalah dari surfaktan
kationik biasanya tidak kompatibel dengan surfaktan anionik. sulit
untuk menghasilkan produk yang secara bersamaan bersih. Surfaktan
kationik juga bisa menyebabkan iritasi sehingga ini harus
dipertimbangkan ketika menggunakan kosmetik dengan kationik.

f. Surfaktan amfoter :
Contohnya termasuk Lauriminodipropionate Natrium dan
Lauroamphodiacetate Dinatrium.Amphoterics terutama digunakan

SURFAKTAN 22
dalam kosmetik sebagai surfaktan sekunder. Amfoterik dapat
membantu meningkatkan busa,dan bahkan mengurangi iritasi. Juga
digunakan untuk shampoo bayi dan produk pembersih lain yang
memerlukan kelembutan. Kekurangan adalah bahwa mereka tidak
memiliki sifat pembersihan yang baik dan tidak berfungsi dengan baik
sebagai emulsifier.

g. Surfaktan Non ionik :


Surfaktan yang tidak bermuatan. Paling sering digunakan sebagai
emulsifier, bahan pendingin, dan agen pelarut. Nonionics utama yang
digunakan untuk kosmetik termasuk alkohol, alkanolamides, ester, dan
oksida amin.
G. Penggunaan Surfaktan
Dalam bidang kefarmasian surfaktan digunakan sebagai emulgator dalam
pembuatan sediaan obat emulsi. Dalam emulsi setiap emulgator dalam hal ini
surfaktan memiliki harga keseimbangan yang besarnya tidak sama. Harga
keseimbangan ini dikenal dengan istilah HLB ( Hydrophyl Lipophyl Balance),
yaitu angka yang menunjukkan perbandingan antara kelompok hidrofil dengan
kelompok lipofil. Semakin besar harga HLB, berarti semakin banyak kelompok
yang suka air, artinya emulgator tersebut lebih mudah larut dalam air
dandemikian sebaliknya

H. Aplikasi Surfaktan
a. Detergen
1. Pengertian produk deterjen dan manfaatnya
Detergen adalah pembersih sintetis campuran berbagai bahan, yang
digunakan untuk membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan
minyak bumi. Dibanding dengan sabun, detergen mempunyai keunggulan
antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh
kesadahan air.Kebersihan merupakan salah satu faktor penting bagi kesehatan
masyarakat. Untuk menjaga kebersihan badan, pakaian, tempat tinggal serta
tempat umum dibutuhkan produk pembersih atau sabun cuci yang dapat
diandalkan. Ibu rumah tangga, rumah sakit, sarana umum lain hingga hotel

SURFAKTAN 22
berbintang lima pasti menjadikan produk yang satu ini sebagai bagian
kehidupan sehari-hari untuk mencuci pakaian maupun peralatan rumah tangga.

2. Bahan-bahan detergen
Pada umumnya, detergen mengandung bahan-bahan berikut:
1) Surfaktan
Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang
mempunyai ujung berbeda yaitu hidrofil (suka air) dan hidrofob (suka lemak).
Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat
melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan. Secara garis
besar, terdapat empat kategori surfaktan yaitu
a. Anionik :
-Alkyl Benzene Sulfonate (ABS)
-Linier Alkyl Benzene Sulfonate (LAS)
-Alpha Olein Sulfonate (AOS)
b. Kationik : Garam Ammonium
c. Non ionik : Nonyl phenol polyethoxyle
d. Amphoterik : Acyl Ethylenediamines

2) Builder
Builder (pembentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan
dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air.
a. Fosfat : Sodium Tri Poly Phosphate (STPP)
b. Asetat :
- Nitril Tri Acetate (NTA)
- Ethylene Diamine Tetra Acetate (EDTA)
c. Silikat : Zeolit
d. Sitrat : Asam Sitrat
3) Filler
Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai
kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas. Contoh
Sodium sulfat.

SURFAKTAN 22
4) Aditif
Aditif adalah bahan suplemen / tambahan untuk membuat produk lebih
menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst, tidak berhubungan
langsung dengan daya cuci deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk
maksud komersialisasi produk. Contoh : Enzim, Boraks, Sodium klorida,
Carboxy Methyl Cellulose (CMC).

3. Jenis-Jenis Detergen
Kita tentu sudah akrab dengan detergen, selama ini kita mengenal
detergent sebagai bubuk pembersih pakaian. Sebenarnya deterjen adalah
senyawa organik, yang memiliki dua kutub dan bersifat non-polar karakteristik.
Ada tiga jenis deterjen yaitu anionic, kationik, dan non-ionik. Anionic dan
permanen kationik memiliki muatan negatif dan positif yang melekat pada non-
polar (hidrofobik) CC rantai. Detergen non-ionik tidak mempunyai muatan ion
tetap, hal ini terjadi karena mereka memiliki jumlah atom yang lemah
elektropositif dan elektronegatif yang disebabkan oleh kekuatan menarik
elektron atom oksigen.
Ada dua jenis karakteristik detergent yang berbeda yaitu fosfat deterjen
dan surfaktan deterjen. Pada umumnya deterjen yang mengandung fosfat akan
terasa panas ditangan, sedangkan surfaktan adalah jenis deterjen yang sangat
beracun. Perbedaan kedua jenis detergen itu adalah deterjen surfaktan lebih
berbusa dan bersifat emulsifying deterjen. Disisi lain fosfat detergent adalah
deterjent yang membantu menghentikan kotoran dalam air.Zat yang terkandng
didalam detergent juga digunakan dalam formulasi dalam pestisida. Degradasi
alkylphenol polyethoxylates (non-ion) dapat menyebabkan pembentukan
alkylphenols (terutama nonylphenols) yang bertindak sebagai endokrin
pengganggu jika limbah detergent bercampur dengan air limbah lain di saluran
air.Awalnya deterjen mesin cuci dikenal sebagai produk cuci pembersih
pakaian, namun kini meluas dalam bentuk produk-produk sabun cuci seperti:
a) Personal cleaning product, sebagai produk pembersih diri seperti sampo, sabun
cuci tangan, dll.

SURFAKTAN 22
b) Laundry, sebagai sabun deterjen pencuci pakaian, merupakan produk deterjen
yang paling populer di masyarakat.
c) Dishwashing product, sebagai sabun cuci piring alat-alat rumah tangga baik
untuk penggunaan cuci piring manual maupun produk sabun mesin pencuci
piring.
d) Household cleaner, sebagai produk cuci rumah seperti produk sabun cuci
pembersih lantai, pembersih bahan-bahan porselen, plastik, metal, gelas, dll.

4. Bahaya Detergen
Tanpa mengurangi makna manfaat deterjen dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari, harus diakui bahwa bahan kimia yang digunakan pada deterjen
dapat menimbulkan dampak negatif baik terhadap kesehatan maupun
lingkungan. Dua bahan terpenting dari pembentuk deterjen yakni surfaktan dan
builders, diidentifikasi mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung
terhadap manusia dan lingkungannya.
Surfaktan dapat menyebabkan permukaan kulit kasar, hilangnya
kelembaban alami yamg ada pada permukan kulit dan meningkatkan
permeabilitas permukaan luar. Hasil pengujian memperlihatkan bahwa kulit
manusia hanya mampu memiliki toleransi kontak dengan bahan kima dengan
kandungan 1 % LAS dan AOS dengan akibat iritasi sedang pada kulit.
Surfaktan kationik bersifat toksik jika tertelan dibandingkan dengan surfaktan
anionik dan non-ionik. Sisa bahan surfaktan yang terdapat dalam deterjen dapat
membentuk chlorbenzene pada proses klorinisasi pengolahan air minum
PDAM. Chlorbenzene merupakan senyawa kimia yang bersifat racun dan
berbahaya bagi kesehatan.Pada awalnya surfaktan jenis ABS banyak digunakan
oleh industri deterjen. Namun karena ditemukan bukti-bukti bahwa ABS
mempunyai risiko tinggi terhadap lingkungan, bahan ini sekarang telah
digantikan dengan bahan lain yaitu LAS.
Builders, salah satu yang paling banyak dimanfaatkan di dalam deterjen
adalah phosphate. Phosphate memegang peranan penting dalam produk
deterjen, sebagai softener air. Bahan ini mampu menurunkan kesadahan air
dengan cara mengikat ion kalsium dan magnesium. Berkat aksi softenernya,

SURFAKTAN 22
efektivitas dari daya cuci deterjen meningkat. Phosphate yang biasa dijumpai
pada umumnya berbentuk Sodium Tri Poly Phosphate (STPP). Phosphate tidak
memiliki daya racun, bahkan sebaliknya merupakan salah satu nutrisi penting
yang dibutuhkan mahluk hidup. Tetapi dalam jumlah yang terlalu banyak,
phosphate dapat menyebabkan pengkayaan unsur hara (eutrofikasi) yang
berlebihan di badan air, sehingga badan air kekurangan oksigen akibat dari
pertumbuhan algae (phytoplankton) yang berlebihan yang merupakan makanan
bakteri.
Efek paling nyata yang disebabkan oleh limbah deterjen rumah tangga
adalah terjadinya eutrofikasi (pesatnya pertumbuhan ganggang dan enceng
gondok). Limbah deterjen yang dibuang ke kolam ataupun rawa akan memicu
ledakan pertumbuhan ganggang dan enceng gondok sehingga dasar air tidak
mampu ditembus oleh sinar matahari, kadar oksigen berkurang secara drastis,
kehidupan biota air mengalami degradasi, dan unsur hara meningkat sangat
pesat. Jika hal seperti ini tidak segera diatasi, ekosistem akan terganggu dan
berakibat merugikan manusia itu sendiri, sebagai contoh saja lingkungan
tempat pembuangan saluran selokan. Secara tidak langsung rumah tangga pasti
membuang limbah deterjennya melalui saluran selokan ini, dan coba kita lihat,
di penghujung saluran selokan begitu banyak eceng gondok yang hidup dengan
kepadatan populasi yang sangat besar.
Selain merusak lingkungan alam, efek buruk deterjen yang dirasakan tentu
tak lepas dari para konsumennya. Dampaknya juga dapat mengakibatkan
gangguan pada lingkungan kesehatan manusia. Saat seusai kita mencuci baju,
kulit tangan kita terasa kering, panas, melepuh, retak-retak, gampang
mengelupas hingga mengakibatkan gatal dan kadang menjadi alergi.
Deterjen sangat berbahaya bagi lingkungan karena dari beberapa kajian
menyebutkan bahwa deterjen memiliki kemampuan untuk melarutkan bahan
bersifat karsinogen, misalnya 3,4 Benzonpyrene, selain gangguan terhadap
masalah kesehatan, kandungan detergen dalam air minum akan menimbulkan
bau dan rasa tidak enak. Sedangkan tinja merupakan jenis vektor pembawa
berbagai macam penyakit bagi manusia. Bagian yang paling berbahaya dari
limbah domestik adalah mikroorganisme patogen yang terkandung dalam tinja,

SURFAKTAN 22
karena dapat menularkan beragam penyakit bila masuk tubuh manusia, dalam 1
gram tinja mengandung 1 milyar partikel virus infektif, yang mampu bertahan
hidup selama beberapa minggu pada suhu dibawah 10 derajat Celcius.
Dalam jangka panjang, air minum yang telah terkontaminasi limbah
deterjen berpotensi sebagai salah satu penyebab penyakit kanker
(karsinogenik). Proses penguraian deterjen akan menghasilkan sisa benzena
yang apabila bereaksi dengan klor akan membentuk senyawa klorobenzena
yang sangat berbahaya. Kontak benzena dan klor sangat mungkin terjadi pada
pengolahan air minum, mengingat digunakannya kaporit (dimana di dalamnya
terkandung klor) sebagai pembunuh kuman pada proses klorinasi.
Pada percobaan tersebut dapat dianalisa bahwa deterjen itu memang
mempunyai dampak buruk terhadap berbagai lingkungan kehidupan kita. Baik
itu lingkungan terrestrial dimana kita hidup, kemudian lingkungan perairan
termasuk organisme yang hidup di dalamnya, atau bahkan juga lingkungan
kesehatan manusia sendiri yang sebenarnya tanpa kita sadari mulai perlahan-
lahan menyerang kesehatan kita.
Deterjen fosfat tinggi seperti tri-natrium fosfat (TSP) dapat dibeli di
beberapa toko cat dan perangkat keras. Pembersihan secara teratur dengan
deterjen fosfat tinggi telah terbukti efektif dalam mengurangi debu di yang
terdapat di jendela dan di sekitar pintu.Apa yang terjadi jika limbah deterjent
bercampur dengan air?Deterjent memiliki efek beracun dalam air. Semua
deterjent menghancurkan lapisan eksternal lendir yang melindungi ikan dari
bakteri dan parasit, selain itu detergent dapat menyebabkan kerusakan pada
insang. Kebanyakan ikan akan mati bila konsentrasi deterjent 15 bagian per
juta. Detergent dengan konsentrasi rendah pun sebanyak 5 ppm tetap dapat
membunuh telur ikan. Surfaktan deterjen pun tak kalah berbahaya karena jenis
detergent ini terbukti mengurangi kemampuan perkembangbiakan organisme
perairan.
Deterjen juga memiliki andil besar dalam menurunkan kualitas air. Bahan
kimia organik seperti pestisida dan fenol akan mudah diserap oleh ikan, dengan
konsentrasi deterjen hanya 2 ppm dapat diserap ikan dua kali lipat dari jumlah
bahan kimia lainnya.Detergent juga memberi efek negatif bagi biota air. Fosfat

SURFAKTAN 22
dalam deterjen dapat memicu ganggang air tawar bunga untuk melepaskan
racun dan menguras oksigen di perairan. Ketika ganggang membusuk, mereka
menggunakan oksigen yang tersedia untuk mempertahankan hidupnya.

5. Pencegahan Bahaya Detergen


Kesadaran masyarakat pengguna deterjen mesin akan dampak dibalik
manfaat deterjen mesin cuci perlu ditingkatkan. Peran serta masyarakat dalam
mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh penggunaan deterjen sangat
diharapkan. Banyaknya pilihan produk yang diinformasikan melalui iklan
memang bisa menguntungkan konsumen. Tetapi konsumen tetap perlu berhati-
hati, karena kesalahan memilih produk akan merugikan konsumen sendiri.
Sebaiknya konsumen memilih deterjen yang pada kemasannya mencantumkan
penandaan nama dagang, isi / netto, nama bahan aktif, nama dan alamat pabrik,
nomor ijin edar, nomor kode produksi, kegunaan dan petunjuk penggunaan,
juga tanda peringatan serta cara penanggulangan bila terjadi kecelakaan. Selain
itu dianjurkan bagi konsumen untuk memilih produk yang mencantumkan
bahan aktif yang lebih aman dan ramah lingkungan. Informasi mengenai
produk ramah lingkungan dapat dilihat pada label baik berupa logo hijau
maupun klaim ramah lingkungan. Selain itu produsen sebaiknya memberikan
informasi yang lebih lengkap mengenai produknya.
Hal lain yang perlu diperhatikan oleh konsumen dalam menggunakan
deterjen adalah cara penggunaan yang benar. Pada beberapa deterjen bubuk
ternyata terdapat petunjuk yang tidak tepat. Yaitu ketika konsumen dianjurkan
menggunakan takaran genggam. Hal ini sungguh berisiko karena deterjen
bersifat basa yang berarti korosif terhadap kulit. Apalagi jika kulit pengguna
bersifat sensitif, maka takaran deterjen yang menggunakan istilah genggam
tersebut akan langsung memberikan reaksi pada kulit berupa gatal, mengering
dan pecah-pecah. Selain itu, takaran genggam bukan ukuran yang bersifat
pasti, karena hanya berupa kira-kira yang sangat tergantung kepada ukuran
tangan seseorang. Jadi kecenderungan konsumen untuk menggunakan
berlebihan memang besar. Disamping itu, karena slogan-slogan pada iklan

SURFAKTAN 22
produk deterjen baik di media elektronik maupun media cetak, timbul persepsi
konsumen bahwa busa banyak bisa mencuci lebih bersih. Padahal busa yang
terlalu banyak bukan berarti deterjen menjadi lebih efektif, malah sebaliknya,
daya cucinya terhambat. Selain itu keberadaan busa-busa di permukaan badan
air menjadi salah satu penyebab kontak udara dan air terbatas sehingga
menurunkan oksigen terlarut. Dengan demikian akan menyebabkan organisme
air kekurangan oksigen dan dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu
sebaiknya konsumen menggunakan takaran khusus untuk deterjen dan
produsen menyediakan alat takar tersebut di dalam kemasan produknya.
Air yang tercemari detergen dapat mengancam kehidupan organisme
yang hidup di dalamnya, salah satunya adalah ikan. Selain ikan masih banyak
organisme lain, seperti fitoplankton, zooplankton/protozoa, cyanobacteria, dan
lain-lain. Jika organisme-organisme seperti fitoplankton mati, maka
zooplankton akan mati karena tidak ada makanan, ikan-ikan pun akan mati
karena zooplankton yang biasa dimakan tidak ada. Dengan kata lain detergen
dan polutan lainnya yang mencemari air dapat memusnahkan seluruh
organisme yang hidup di dalamnya.Besar tidaknya pengaruh detergen dan
polutan lainnya pada ikan dan makhluk hidup lain tergantung pada konsentrasi
polutan tersebut. Semakin tinggi konsentrasi polutan, semakin besar
pengaruhnya.
Kita perlu hati-hati dalam memilih bahan pembersih, bahan tersebut jangan
sampai menimbulkan pengaruh yang buruk terhadap lingkungan. Beberapa
jenis detergen sukar diuraikan oleh pengurai. Jika detergen ini bercampur
dengan air tanah yang dijadikan sumber air minum manusia atau binatang
ternak maka air tanah tersebut akan membahayakan kesehatan. Oleh karena itu,
kita sebaiknya memilih detergen yang limbahnya dapat diuraikan oleh
mikrorganisme (biodegradable). Pengaruh buruk yang dapat ditimbulkan oleh
pemakaian detergen yang tidak selektif atau tidak hati-hati adalah:
a. rusaknya keindahan lingkungan perairan;
b. terancamnya kehidupan hewan-hewan yang hidup di air; dan
c. merugikan kesehatan manusia.

SURFAKTAN 22
b. Sabun
1. Pengertian Prouk Sabun dan manfaatnya
Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan
membersihkan. Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut
batang karena sejarah dan bentuk umumnya. Penggunaan sabun cair juga telah
meluas, terutama pada sarana-sarana publik. Jika diterapkan pada suatu
permukaan, air bersabun secara efektif mengikat partikel dalam suspensi
mudah dibawa oleh air bersih. Di negara berkembang, deterjen sintetik telah
menggantikan sabun sebagai alat bantu mencuci atau membersihkan.
Sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam
lemak yang dapat diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan
dengan alkali (seperti natrium atau kalium hidroksida) pada suhu 80100 C
melalui suatu proses yang dikenal dengan saponifikasi. Lemak akan
terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Secara
tradisional, alkali yang digunakan adalah kalium yang dihasilkan dari
pembakaran tumbuhan, atau dari arang kayu. Sabun dapat dibuat pula dari
minyak tumbuhan, seperti minyak zaitun.
Sabun adalah salah satu senyawa kimia tertua yang pernah dikenal.
Sabun sendiri tidak pernah secara aktual ditemukan, namun berasal dari
pengembangan campuran antara senyawa alkali dan lemak/minyak.Bahan
pembuatan sabun terdiri dari dua jenis, yaitu bahan baku dan bahan
pendukung. Bahan baku dalam pembuatan sabun adalah minyak atau lemak
dan senyawa alkali (basa). Bahan pendukung dalam pembuatan sabun
digunakan untuk menambah kualitas produk sabun, baik dari nilai guna
maupun dari daya tarik. Bahan pendukung yang umum dipakai dalam proses
pembuatan sabun di antaranya natrium klorida, natrium karbonat, natrium
fosfat, parfum, dan pewarna.

2. Reaksi Kimia Pada Sabun


Sabun dibuat dengan reaksi penyabunan sebagai berikut:

SURFAKTAN 22
Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah
adalah reaksi trigliserida dengan alkali (NaOH atau KOH) yang menghasilkan
sabun dan gliserin. Reaksi penyabunan dapat ditulis sebagai berikut :
C3H5(OOCR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 NaOOCR
Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai
produk utama dan gliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk
samping juga memiliki nilai jual. Sabun merupakan garam yang terbentuk dari
asam lemak dan alkali. Sabun dengan berat molekul rendah akan lebih mudah
larut dan memiliki struktur sabun yang lebih keras. Sabun memiliki kelarutan
yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak larut menjadi partikel yang lebih kecil,
melainkan larut dalam bentuk ion.
Sabun pada umumnya dikenal dalam dua wujud, sabun cair dan sabun
padat. Perbedaan utama dari kedua wujud sabun ini adalah alkali yang
digunakan dalam reaksi pembuatan sabun. Sabun padat menggunakan natrium
hidroksida/soda kaustik (NaOH), sedangkan sabun cair menggunakan kalium
hidroksida (KOH) sebagai alkali. Selain itu, jenis minyak yang digunakan juga
mempengaruhi wujud sabun yang dihasilkan. Minyak kelapa akan
menghasilkan sabun yang lebih keras daripada minyak kedelai, minyak kacang,
dan minyak biji katun.

3. Bahan-bahan Pembuat Sabun


a. Bahan Baku: Alkali
Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah
NaOH, KOH, Na2CO3, NH4OH, dan ethanolamines. NaOH, atau yang biasa
dikenal dengan soda kaustik dalam industri sabun, merupakan alkali yang paling
banyak digunakan dalam pembuatan sabun keras. KOH banyak digunakan dalam
pembuatan sabun cair karena sifatnya yang mudah larut dalam air. Na2CO3 (abu
soda/natrium karbonat) merupakan alkali yang murah dan dapat menyabunkan
asam lemak, tetapi tidak dapat menyabunkan trigliserida (minyak atau lemak).
Ethanolamines merupakan golongan senyawa amin alkohol. Senyawa
tersebut dapat digunakan untuk membuat sabun dari asam lemak. Sabun yang
dihasilkan sangat mudah larut dalam air, mudah berbusa, dan mampu menurunkan

SURFAKTAN 22
kesadahan air. Sabun yang terbuat dari ethanolamines dan minyak kelapa
menunjukkan sifat mudah berbusa tetapi sabun tersebut lebih umum digunakan
sebagai sabun industri dan deterjen, bukan sebagai sabun rumah tangga.
Pencampuran alkali yang berbeda sering dilakukan oleh industri sabun dengan
tujuan untuk mendapatkan sabun dengan keunggulan tertentu.

b. Bahan Pendukung
Bahan baku pendukung digunakan untuk membantu proses
penyempurnaan sabun hasil saponifikasi (pegendapan sabun dan pengambilan
gliserin) sampai sabun menjadi produk yang siap dipasarkan. Bahan-bahan
tersebut adalah NaCl (garam) dan bahan-bahan aditif.
1) NaCl. NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan
sabun. Kandungan NaCl pada produk akhir sangat kecil karena
kandungan NaCl yang terlalu tinggi di dalam sabun dapat
memperkeras struktur sabun. NaCl yang digunakan umumnya
berbentuk air garam (brine) atau padatan (kristal). NaCl digunakan
untuk memisahkan produk sabun dan gliserin. Gliserin tidak
mengalami pengendapan dalam brine karena kelarutannya yang tinggi,
sedangkan sabun akan mengendap. NaCl harus bebas dari besi,
kalsium, dan magnesium agar diperoleh sabun yang berkualitas.

2) Bahan aditif. Bahan aditif merupakan bahan-bahan yang ditambahkan


ke dalam sabun yang bertujuan untuk mempertinggi kualitas produk
sabun sehingga menarik konsumen. Bahan-bahan aditif tersebut antara
lain : Builders, Fillers inert, Anti oksidan, Pewarna,dan parfum.

4. Dampak Limbah Sabun dan Pencegahannya


Sabun antibakteri yang menjanjikan dapat membunuh kuman
tampaknya sudah tidak asing lagi di masyarakat. Tetapi sudah banyak pula
penelitian yang menyatakan bahwa sabun antibakteri yang mengandung

SURFAKTAN 22
triclosan dan triclocarban dapat membahayakan kesehatan manusia dan juga
lingkungan terutama menyebabkan polusi air dan tanah. Sebuah sisi lain dari
keuntungan penggunaan sabun yang menjanjikan dapat membunuh kuman
tersebut.limbah triclosan dan triclocarban yang terbawa oleh air akan
bercampur dengan tanah dan lingkungan air alami. Limbah triclosan dan
triclocarban ini berbahaya karena tidak dapat terurai selama berbulan-bulan
bahkan hingga tahunan. Bahan kimia dari senyawa ini terdiri dari struktur
cincin benzena yang terklorinasi, sehingga membuatnya sangat sulit untuk
dipecah atau terurai. Selain itu, kedua senyawa ini juga menolak air atau
hidrofobik, cenderung menempel pada partikel, sehingga mengakibatkan
penurunan ketersediaan proses dan merusak fasilitasi transportasi jangka
panjang dalam air dan udara.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa sabun antibakteri yang
mengandung triclosan dan triclocarban diduga dapat merusak organ reproduksi,
menurunkan kualitas sperma, serta produksi tiroid dan hormon seks.Triclosan
dan triclocarban telah dikaitkan dengan gangguan endokrin, dengan dampak
potensial yang merugikan perkembangan seksual dan saraf.Selain dalam sabun
antibakteri, triclosan juga sering dipakai dalam pasta gigi dan kosmetik.
Bahkan saat pertama kali ditemukan 50 tahun lalu, senyawa ini juga digunakan
untuk membersihkan permukaan kulit saat operasi.
Penelitian lain menemukan bahwa kandungan triclosan pada pasta gigi
yang seharusnya dapat mencegah pertumbuhan bakteri, malah dapat
menyebabkan kuman-kuman makin kebal terhadap antibiotik.Penelitian
laboratorium menunjukkan senyawa Triclosan dapat menyebabkan mutasi gen
pada beberapa jenis bakteri, di antaranya E coli, salmonella dan listeria.
Dikhawatirkan mutasi itu akan membuat pengobatan infeksi menjadi tidak
efektif.Tak hanya itu, penelitian terbaru juga menemukan bahwa triclosan dan
triclocarban dapat merusak lingkungan, terutama menyebabkan polusi air dan
tanah.Bahkan sebuah studi menemukan bahwa akumulasi triclosan di air
menyebabkan pencemaran di pantai yang akhirnya mengancam kehidupan
lumba-lumba.

SURFAKTAN 22
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Surfaktan merupakan suatu molekul yang sekaligus memiliki gugus
hidrofilik dan gugus lipofilik sehingga dapat mempersatukan campuran yang
terdiri dari air dan minyak. Surfaktan adalah bahan aktif permukaan. Aktifitas
surfaktan diperoleh karena sifat ganda dari molekulnya. Molekul surfaktan
memiliki bagian polar yang suka akan air (hidrofilik) dan bagian non polar
yang suka akan minyak/lemak (lipofilik).
Detergen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk
membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi.
detergen mengandung bahan-bahan Surfaktan (surface active agent), Builder
(pembentuk), Filler (pengisi), dan aditif. Ada tiga jenis deterjen yaitu anionic,
kationik, dan non-ionik. Ada dua jenis karakteristik detergent yang berbeda
yaitu fosfat deterjen dan surfaktan deterjen. Surfaktan dapat menyebabkan
permukaan kulit kasar, hilangnya kelembaban alami yamg ada pada permuk
an kulit dan meningkatkan permeabilitas permukaan luar. Builders,
salah satu yang paling banyak dimanfaatkan di dalam deterjen adalah
phosphate. Bahan ini mampu menurunkan kesadahan air dengan cara mengikat
ion kalsium dan magnesium. Efek paling nyata yang disebabkan oleh limbah
deterjen rumah tangga adalah terjadinya eutrofikasi (pesatnya pertumbuhan
ganggang dan enceng gondok). Selain merusak lingkungan alam, efek buruk
deterjen yang dirasakan tentu tak lepas dari para konsumennya. Dampaknya
juga dapat mengakibatkan gangguan pada lingkungan kesehatan manusia.Kita
perlu hati-hati dalam memilih bahan pembersih, bahan tersebut jangan sampai

SURFAKTAN 22
menimbulkan pengaruh yang buruk terhadap lingkungan. Beberapa jenis
detergen sukar diuraikan oleh pengurai. Jika detergen ini bercampur dengan air
tanah yang dijadikan sumber air minum manusia atau binatang ternak maka air
tanah tersebut akan membahayakan kesehatan. Oleh karena itu, kita sebaiknya
memilih detergen yang limbahnya dapat diuraikan oleh mikrorganisme
(biodegradable).
Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan
membersihkan. Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut
batang. Sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam
lemak yang dapat diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan
dengan alkali (seperti natrium atau kalium hidroksida) pada suhu 80100 C
melalui suatu proses yang dikenal dengan saponifikasi. sabun antibakteri yang
mengandung triclosan dan triclocarban dapat membahayakan kesehatan
manusia dan juga lingkungan terutama menyebabkan polusi air dan tanah.
sabun antibakteri yang mengandung triclosan dan triclocarban diduga dapat
merusak organ reproduksi, menurunkan kualitas sperma, serta produksi tiroid
dan hormon seks.

SURFAKTAN 22
DAFTAR PUSTAKA

Ahya M Salman. 1993. Pencemaran Lingkungan. Jakarta : Dekdibud


http://hend-learning.blogspot.com/2009/04/pencemaran-tanah.html
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-lingkungan/pencemaran
air
http://lananewakatobi.blogspot.com/2012/04/biografi-la-nane-
wakatobi.html (jam 1 pagi, la nane wakatobi)
Bird, Tony. 1993. Kimia Fisika Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga
Day.R.A dan Underwood.1981. Analisis Kimia Kualitatif. Edisi ke-
4. Jakarta: Erlangga
P.W Atkins. 1994. Kimia Fisika. Edisi ke-4. Jakarta: Erlangga
Buku Applied surfactant: principles dan application oleh penulis Prof. Dr.
Tharwat F. Tadros tahun 2005 WILEY-VCH Verlag GmbH & Co. KGaA,
Weinheim

SURFAKTAN 22

Das könnte Ihnen auch gefallen