Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Dari gambar diatas didapatkan bahwa sebagian besar warga berjenis kelamin perempuan
dengan jumlah 748 orang (50,6%) dan 730 orang berjenis kelamin laki-laki (49,4%).
Perbandingan tersebut seimbang.
c.
Distribusi Warga Berdasarkan Umur
Dari gambar diatas, diadapatkan bahwa sebagian besar wrga berada pada usia
produktif yaitu 22-55 tahun dengan jumlah 757 orang (51,2%). Selain itu, terdapat data yang
mencolok yaitu jumlah usia lanjut yang menduduki peringkat ke-4, yaitu sejumlah 142 orang
(9,61%), hal ini memberikan dampak pada peningkatan derajat kesehatan masyarakat dengan
memerlukan tinakan yang lebih terhadap kelompok khusus ini.
d.
c. Lantai rumah:
K Keramik : 34.6%
K Tegel : 13,29%
K Semen : 42,52%
K Tanah : 9,6%
d. Keberadaan ventilasi:
K Terdapat ventilasi di masing-masing kamar : 51,9%
K Tidak terdapat ventilasi di masing-masing kamar : 48,1%
i. Jamban/WC:
K Ada : 97%
K Tidak ada : 3%
m. Pembuangan sampah:
K Bak sampah & diangkut petugas : 4,6%
K Ditimbun : 2,6%
K Dibakar : 91,4%
K Lain-lain : 1,3%
K Ada : 39,4%
K Tidak ada : 60,6%
K Sehat : 77,5%
K Sakit : 22,5%, dengan keluhan pegal linu, sesak, darah tinggi, kembung, diare dan lain-
lain.
d. Tindakan yang dilakukan bila lansia sakit:
K Puskesmas : 83,7%
K Dukun : 0%
K Dokter : 14,7%
K Rumah Sakit : 0,8%
K Lain-lain : 0,8%, yaitu klinik dan bidan
K Organisasi : 16,7%
K Usaha produktif : 16,7%
K Senam/OR : 3,3%
K Tanpa kegiatan : 63,3%
K Ada : 6,3%
K Tidak ada : 93,7%
K 1 : 52,9%
K 2 : 35,3%
K 3 : 11,8%
K >4 : 0%
d. Usia kehamilan:
e. Pemeriksaan kehamilan:
K Memeriksakan : 100%
K Tidak memeriksakan : 0%
K Rutin : 100%
K Tidak rutin : 0%
K Puskesmas : 17,6%
K Posyandu : 0%
K RS/Klinik : 23,5%
K Dokter/bidan : 58,8%
K Ada : 20% yaitu mual, pusing terutama yang usia kehamilan muda
K Tidak ada : 80%
K Sudah : 76,5%
K Belum : 23,5%
a.
b.
Akseptor KB
Dari gambar 4.6 diatas, didapatkan data bahwa dari 356 KK, terdapat 76% dari isteri
menjadi akseptor KB.
K Polio:
4 kali : 38%
3 kali : 22,8%
2 kali : 15,2%
1 kali : 9,8%
Tidak imunisasi : 14,1%
K Hepatitis B:
3 kali : 47,7%
2 kali : 13,6%
1 kali :16%
Tidak imunisasi : 22,7%
K DPT:
3 kali : 48,9%
2 kali : 9,1%
1 kali : 18,2%
Tidak imunisasi :23,9%
K BCG:
1 kali : 75,3%
Tidak imunisasi : 24,7%
K Campak:
1 kali : 60,2%
Tidak imunisasi : 39,8%
e. Tempat penimbangan
K Posyandu : 56,2%
K Puskesmas : 25%
K Lain-lain : 18,8%
f. Waktu penimbangan
K Ada : 36,4%
K Tidak ada : 63,6%
K DHF : 0%
K Campak : 0%
K TBC : 0%
K Thypoid : 2,4%
K Lain-lain : 97,6%, yaitu batuk, pilek, pegal linu, darah tinggi, sesak, darah
tinggi/hypertensi, dan lain-lain.
K Ada : 9,1%
K Tidak ada : 90,9%
K Ada : 74,7%
K Tidak ada : 25,3%
K RT 01 : 83 orang (15,6%)
K RT 02 : 80 orang (20,6%)
K RT 03 : 59 orang (17,5%)
K RT 04 : 29 orang (13%)
c. Kegiatan waktu luang
K Musik : 14,8%
K Olah raga : 34,7%
K Santai : 36,4%
K Lain-lain : 14,2%
d. Kebiasaan remaja
K Merokok : 10%
K Begadang : 10%
K Minum minuman keras : 0,4%
K Lain-lain : 22,7%
K Arisan : 2,4%
K Pengajian : 10,4%
K Karang taruna : 52,2%
K Lain-lain : 10%
f. Olah raga
K Badminton : 6%
K Sepak bola : 42,2%
K Bola volley : 8,4%
K Lain-lain : 13,4%
Rendahnya penggunaan
metode kontrasepsi
jangka panjang
diwilayah RW 2.
Dari
hasil survey diketahui 226 KK menjadi akseptor KB
Dari jumlah tersebut 39,3% mempergunakan metode suntik,
19,7% menggunakan metode PIL, dan hanya 3,1% dengan
IUD.
Resiko kenakalan remaja di RW II
Kelurahan Wiyung
jumlah
remaja 251 orang
25,5% tidak memi-liki kegiatan, 10% memiliki kebiasaan merokok,
10% me-miliki kebiasaan begadang 0,4% re-maja memiliki ke-
biasaan minum-minuman keras.
RW2 termasuk wilayah perkotaan, yang mana peredaran narkoba
marak.
3.1.3 Prioritas Masalah
KRITERIA PENAPISAN
Sesu
ai
Poten
deng Rele
MASA si Ters Ters Ters Ters Ters
an Re Re Inter van
LAH untu edia edia edia edia edia
N pera sik sik es Kemun den JUM
KESE k sum sum sum sum sum
O n o o kom gkinan gan LAH
HATA pendi ber ber ber ber ber
pera terj par unita diatasi pro
N dikan tem wak dan fasil SD
wat adi ah s gra
keseh pat tu a itas M
kom m
atan
unita
s
Resiko
terjangk
it
penyaki
t
demam
berdara
h
1. 5 4 3 5 4 5 5 5 4 3 4 4 51
(DHF)
diwilay
ah RW
II
Kelurah
an
Wiyung
Resiko
penurun
an
status
kesehat
an
2. lansia 5 4 4 5 5 4 5 5 5 3 4 4 53
di RW
II
Kelurah
an
Wiyung
Kurang
efektifn
3. ya 5 5 4 5 3 3 5 5 3 4 3 3 48
pemanf
aatan
posyan
du di
RW II
Kelurah
an
Wiyung
Rendah
nya
penggu
naan
metode
kontras
epsi
jangka
4. 5 3 2 5 3 3 5 5 3 3 3 3 43
panjang
diwilay
ah RW
II
Kelurah
ann
Wiyung
Resiko
tinggi
terjadin
ya
kenakal
an
remaja 5 4 3 5 4 4 5 5 5 4 4 4 52
5. di RW
II
Kelurah
an
Wiyung
Berdasarkan analisa data dan penapisan untuk menentukan prioritas masalah, maka
didapatkan diagnosa keperawatan komunitas sebagai berikut:
1) Resiko penurunan status kesehatan lansia di RW II Kelurahan Wiyung berhubungan dengan
belum adanya pembinaan kesehatan lansia di RW II Kelurahan Wiyung, ditandai dengan:
Informasi Kepala Puskesmas Wiyung bahwa pembinaan lansia di RW II Kelurahan Wiyung
belum berjalan
Dari survey yang dilaksanakan terhadap 356 KK, diketahui jumlah lansia 129 orang.
74,4% lansia tidak ada kegiatan yang terorganisir
22,48 lansia mengeluhkan sakit (hipertensi 5 orang, DM 4 orang, pusing-pusing 4 orang dan
sesak 3 orang)
Cera
mah
Nark
oba,
AIDS
dan
SE
Peny
uluha
n
imuni
-sasi
dan
pema
n-
faatan
Posya
ndu
5 Renda Tujuan jangka Sel KIE Ident 25 Ruma Verb Teriden Mhs,
. hnya panjang: uru MS ifikas -26 h ibu al tifikasi Pokja
pengg Meningkatkan h i Juli hamil Psiko penyeba kes
unaan ca-kupan ibu penye 20 tiap moto b dan
metod penggunaan alat ha- -bab 02 RT r dan rendahn kader
e kontrasepsi mil renda sikap ya
kontra jangka panjang di hnya penggun Mah
-sepsi (IUD / Kontap) RW peng- aan asisw
jangka Tujuan jangka II gunaa 29 metode a
panjan pendek: Kel n Juli kontap
g di- Masyarakat me- ura meto 20
wilaya ngetahui h- de 02
h RW keuntung-an an KB Balai Mah
II penggunaan Wi- jangk RW II Adanya asisw
kelura kontrasepsi yun a Ag dan koordin a
han jangka panjang g panja us- rumah asi dan
Wi- Masyarakat ng / tus Bumil kerjasa
yung dapat menerima konta 20 ma
IUD sebagai p 02 untuk
pilihan utama menunja
KB. Koor ng
dinasi penggun
lintas aan
progr kontap
am
dan Terlaks
lintas ana
sektor penyulu
al han dan
yang desimin
terkai asi
t secara
denga individu
n al pada
perm bumil
asala
h-an
terseb
ut
Desi
minas
i dan
pe-
nyulu
han
meto
de
konta
p/KB
jangk
a
panja
ng
3.3 Tahap Pelaksanaan
Setelah dilakukan pengkajian, perumusan masalah dan prioritas masalah, serta pada tahap
perencanaan oleh mahasiswa, Pokjakes dan warga RW II Wiyung, maka mulailah
dilaksanakan seluruh kegiatan yang direncanakan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan rencana tindakan, yaitu pendekatan
komunitas, pendekatan keluarga binaan, pendekatan kelompok khusus dan pendekatan
kepada instansi terkait.
Berikut ini tabel pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas:
Tabel 3.1 Tabel Pelaksanaan Rencana Tindakan dan Evaluasi Formatif
EVALUASI
DP TGL IMPLEMENTASI
FORMATIF
Resiko 13 Agus- Memfasilitasi terbentuk-nya Terbentuknya pokja
penurunan tus 2002 sarana pembinaan kesehatan lansia tiap RT dibawah
status lansia di RW2 (kelompok tanggungjawab Pokja-
kesehatan 1-19 / 8 / kerja lansia) kes dan ketua RT
lansia di RW 02
II Kelurahan Melakukan pembinaan Terdata status demo-grafi
Wiyung 16/8/02 kesehatan lansia, antara lain: lansia sejumlah 129
berhubungan Pendataan status de-mografi lansia
dengan 19/8/02 lansia Terscreening kesehatan
belum Screening kesehatan lansia 85 lansia
adanya 19/8/02 Posyandu lansia Terlaksana Posyandu,
pembinaan 19/8/02 Pemeriksaan dan peng- pemeriksaan dan peng-
kesehatan obatan lansia obatan lansia pukul
lansia di RW 15.00-18.00 WIB
II Kelurahan 13 Agus- Memfasilitasi penyusunan
Wiyung tus 2002 rencana kegiatan pembina-
an kesehatan lansia dengan Tersusun proposal
menyusunkan pro-posal dan kegiatan pembinaan
perencanaan pembinaan lansia pada 13/8/02
lansia untuk Pokjakes dan
12- Pokja Lansia
19/8/02
Memfasilitasi pelaksanaan
kegiatan pembinaan ke-
sehatan lansia. Terlaksananya koor-
dinasi intensif dengan
Pokjakes
PEMBAHASAN
c. Lantai rumah:
Dari seluruh rumah KK, didapatkan lantai rumah berupa keramik (34.6%), tegel
(13,29%), semen (42,52%) dan tanah (9,6%). Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian
besar rumah warga sudah memenuhi persyaratan rumah sehat, walaupun masihh terdapat
9,6% rumah warga yang berlantai tanah.
d. Keberadaan ventilasi:
Terdapat ventilasi di masing-masing kamar keluarga sekitar 51,9%, namun masih ada
yang tidak berventilasi sebanyak 48,1%. Hal ini memberikan dampak pada tidak adanya
sirkulasi udara yang masuk ke kamar, sehingga pasokan udara bersih berkurang dan
mengakibatkan ruangan menjadi pengap, lembab dan kurang oksigen. Kondisi semacam ini
menjadi faktor predisposisi munculnya permasalahan kesehatan lingkungan, seperti penyakit
saluran pernafasan, resiko demam berdarah dengan memberikan media bagi nyamuk untuk
bersarang.
h. Air minum:
Sebagian besar warga (89,3%) telah mengkonsumsi air minum dari PDAM yang
sudah dimasak, air kemasan (2,9%). Namun masih terdapat 1,9% warga menggunakan air
PDAM yang tidak dimasak dan sumur (5,8%) yang tidak teridentifikasi cara pengolahannya.
Hal ini perlu diwaspadai untuk terjadinya diare, khususnya pada anak, balita dan usia lanjut.
i. Jamban/WC:
Masih terdapat 3% warga yang tidak mempunyai jamban, ini menunjukkan masih
adanya rumah yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan. Alasan tidak adanya jamban
adalah tidak ada biaya untuk membangunnya dan dari beberapa KK berada dalam satu
naungan dengan tetangga lain, jadi penggunaan sarana jamban digunakan bersama-sama.
m. Pembuangan sampah:
Sebagian besar warga membuang dan mengolah sampah melalui pembakaran
(91,4%). Hal ini akan berdampak pada kesehatan lingkungan dan menjadi faktor predisposisi
terjadinya penyakit saluran pernafasan. Namun, selagi sirkulasi udara tempat pembakaran
tersebut memadai, maka tidak dihawatirkan terjadi hal tersebut.
b. Jumlah lansia di RW II Kelurahan Wiyung: 129 orang (8,73%) dari 1478 penduduk.
Jumlah tersebut menunjukkan bahwa terdapat kelompok khusus di RW II yang
membutuhkan pembinaan lebih lanjut.
c. Status kesehatan:
Sebagian besar lansia dalam keadaan sehat (77,5%), keluhan sakit hanyalah pegal
linu, sesak, darah tinggi, kembung, diare dan lain-lain dengan jumlah 22,5% dari seluruh
lansia.
Delapan puluh tiga koma tujuh persen (83,7%) KK membawa lansia ke Puskesmas
untuk berobat, disusul dengan 14,7% ke dokter dan lainnya yaitu 0,8% ke klinik dan bidan.
Ini menunjukkan bahwa keluarga telah mampu untuk mengambil keputusan tindakan
kesehatan bagi anggota keluarganya yang sakit dan dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan
yang ada di masyarakat.
Masih terdapat 63,3% lansia yang tidak mempunyai kegiatan. Data tersebut
memberikan dampak pada status kesehatan lansia sehingga membutuhkan pembinaan
kesehatan lansia secara komperhensif dengan memanfaatkan sumber-sumber yang ada dan
bekerjasama lintas program dan lintas sektoral dengan instansi terkait.
Sebagian besar dari ibu hamil baru mengandung yang pertama kali yaitu sebanyak
52,9% dari 17 bumil. Dengan kehamilan yang pertama ini, maka upaya untuk memberikan
KIE pada ibu hamil merupakan hal yang sangat penting demi memberikan bekal pada ibu
hamil menghadapi kehamilan dan persalinannya kelak.
d. Usia kehamilan:
Usia kehamilan ibu hamil warga RW II 41,7% berusia 1-3 bulan, hal ini
mengharuskan kewaspadaan terhadap kondisi bumil, karena trimester III merupakan masa
rawan.
Dari 17 ibuh amil, hanya 20% saja yang mengeluh adanya mual, pusing terutama
yang usia kehamilan muda.
a. Akseptor KB
Dari gambar 4.6, didapatkan data bahwa dari 356 KK, terdapat 76% dari isteri
menjadi akseptor KB. Walau data ini telah menunjukkan keberhasilan program KB, tetapi
pelaku/yang menjadi akseptor barulah kaum wanita, sedangkan untuk menuju NKKBS dan
kesehatan reproduksi, diharapkan suami turut serta aktif menjadi akseptor KB.
a. Imunisasi Balita:
Pemberian ASI eksklusif sebagian besar telah diberikan, bahkan sampai balita
berumur 24 bulan (53,2%). Data tersebut dapat dinterpretasikan bahwa kebutuhan ASI bayi
terpenuhi.
Masih terdapat 46,9% memberikan makanan tambahan pada bayi setelah 4 bulan,
14,6% pada umur 2-3 bulan dan bahkan segera setelah lahir (3,1%). Hal ini menunjukkan
masih kurangnya pengetahuan pemberian makanan tambahan khususnya pada ketepatan
waktu. Selain itu, budaya orang Jawa masih lekat pada warga.
Terdapat 30% balita yang berada di garis kuning. Ini membutuhkan kewaspadaan
terhadap kondisi dan status gizi balita.
e. Tempat penimbangan
f. Waktu penimbangan
Rutin setiap bulan (78,7%), tidak rutin setiap bulan ( > 1 bulan) yaatu 21,3%. Namun
distribusi rutinitas penimbangan tidak normal, sebab peserta posyandu sebagian besar berasal
dari RT 01 dan 02. Alasan tidak rutin adalah letak posyandu yang jauh dari RT 03 dan 04,
malas, tidak ada teman untuk berangkat bersama, tidak adanya kegiatan di Posyandu selain
penimbangan dan pemberian makanan tambahan, dan langsung dibawa ke Puskesmas atau
bidan.
g. Tindakan bila anak sakit
Adanya anggota keluarga yang dakit sebanyak 36,4%, data ini kebanyakan adanya
keluhan dari lansia.
Lain-lain (97,6%) yaitu batuk, pilek, pegal linu, darah tinggi, sesak, darah
tinggi/hypertensi, dan lain-lain.
c. Anggota keluarga yang meninggal 1 tahun terakhir ada sejumlah 9,1% disebabkan
karena usia lanjut.
a. Remaja di keluarga
d. Kebiasaan remaja
Kegiatan sosial remaja sebagian besar di karang taruna (69,7%) ini memberikan
kemudahan bagi mahasiswa untuk memobilisasi remaja dalam melaksanakan kegiatan-
kegiatan.
f. Olah raga
Olah raga yang digemari remaja adalah sepak bola (65,4%), bagi remaja putri lebih ke
badminton dan volley di sekolahan. Olah raga lain-lain yang tidak tertulis adalah lari dll.
2) Analisa Data
Dilakukan analisa data dengan menggunakan analisa SWOT dan pengelompokan data dengan
masalah dan penyebabnya menggunakan akar masalah sebagaimana tertulis pada tabel
analisa masalah bab 3.
5.1 Kesimpulan
Praktik klinik keperawatan komunitas yang dilaksanakan 01 Juli 2002-23 Agustus 2002 oleh
mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Angkatan III Kelompok 3 Gerbong merupakan salah satu program profesi untuk
menghasilkan tenaga perawat yang profesional sesuai dengan kompetensi yang ditentukan.
Sebagai aplikasi nyata dari konsep keperawatan komunitas, maka diberikan asuhan
keperawatan komunitas kepada warga RW II Kelurahan Wiyung untuk meningkatkan status
kesehatan masyarakat.
Pendekatan dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas adalah pendekatan proses
keperawatan yang meliputi 4 tahap, yaitu pengkajian, perencanaan, tindakan dan evaluasi
yang dilaksanakan secara integral dan komperhensif dalam meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk mengenal masalah kesehatannya dan mampu menciptakan berbagai
alternatif dalam upaya meningkatkat derajat kesehatannya.
Dari keempat tahapan tersebut dapat dilaksanakan dengan baik oleh mahasiswa bersama
dengan Pokjakes, aparat, kader, karang taruna dan warga RW II Kelurahan Wiyung. Dalam
pelaksanaannya tidak pernah lepas dari aral dan rintangan, akan tetapi hal tersebut dapat
diatasi dengan baik tanpa mengganggu aktifitas praktik klinikk.
Secara umum tingkat keberhasilan pelaksanaan praktik klinik keperawtan komunitas adalah
90% dengan tingkat antusiasme warga, peran serta aktif dan bantuan dari brbagai pihak.
5.2 Saran-Saran
1) Pihak Puskesmas Wiyung
a. Agar lebih meningkatkan pembinaan terhadap kelompok-kelompok yang terdapat di
masyarakat khususnya di bidang kesehatan, sehingga apa yang menjadi upaya Puskesmas
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya dapat tercapai dengan
baik.
b. Terbukanya kerjasama lebih lanjut dengan Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga khususnya untuk program keperawatan komunitas dan
keluarga.
2) Pihak Pendidikan
a. Dalam proses persiapan memasuki program praktik klinik keperawatan komunitas yang
dibekalkan kepada mahasiswa hendaknya memiliki suatu konsep yang terstruktur dan
mengintegrasikan keseluruhan konsep keperawatan klinik dengan kondisi lapangan, sehingga
didapatkan kesamaan ide, pendapat, kesepakatan dan persepsi menuju peningkatan efektifitas
pelaksanaan praktik klinik di lapangan.
b. Untuk meningkatkan, memperluas dan mempermudah hubungan instansi yang terkait praktik
klinik keperawatan komunitas dengan mahasiswa, diharapkan adanya kerjasama antara
pendidikan dengan instansi terkait, baik berupa kontrak waktu atau dalam bentuk yang lain.
c. Berdasarkan atas saran pembimbing praktik klinik keperawatan komunitas untuk
dilakukannya evaluasi dan tindak lanjut terhadap wilayah yang telah dibina khususnya oleh
kelompok selanjunya, hendaknya disusun kembali/reorganisasi kembali rencana program
praktik klinik keperawatan komunitas khususnya konsep evaluasi keberhasilan dari
masyarakat sebagai suatu tindak lanjut.
3) Pihak LKMD
Dengan terbentuknya Kelompok Kerja Kesehatan SENTOSA di RW II Kelurahan Wiyung,
hendaknya diberikan bantuan, bimbingan, konseling dan supervisi berkala sebagai salah satu
program LKMD seksi 5 kesehatan.
Adina, M. Rienhardt. (1990). Family Community Nursing A Sosial Cultural Framework. The CV.
Mosby Company.
Ali Zaidin. (1998). Pengantar Asuhan Perawatan Kesehatan Pada Masyarakat Seri 4 Perawatan
Kesehatan Masyarakat (MA 213). Universitas Indonesia. Jakarta.