Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
MAKALAH
Oleh:
KELOMPOK XI (Sebelas)
PTN B
MAKALAH
Oleh:
KELOMPOK XI (Sebelas)
PTN B
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis bisa menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu.
Adapun judul dari makalah ini adalah Antraks yang merupakan salah
satu syarat untuk dapat mengikuti praktikum di Laboratorium Ilmu Kesehatan
Ternak Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen
matakuliah yaitu Ir. Armyn Hakim Daulay, MBA dan Ir. Tri Hesti Wahyuni,
M.Sc serta kepada abang dan kakak asisten yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu penulis
mengaharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan penulisan makalah ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima
kasih.
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang .........................................................................................................1
BAB II ISI
Etiologi .....................................................................................................................3
Penyebab, Sifat dan Penularan Penyakit ..................................................................5
Tanda Klinis Penyakit ..............................................................................................6
Pengobatan ...............................................................................................................7
Pencegahan, Pengendalian, dan Pemberantasan, .....................................................8
DAFTAR PUSTAKA
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
2
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
berdarah panas termasuk unggas dan manusia (bersifat zoonosis). Satwa liar yang
pernah terserang penyakit ini antara lain red deer (Cervus elaphus), wapiti
(Cervus elaphus spp), moose (Alces alces) dan fallow deer (Dama dama). Secara
sporadik penyakit antraks pernah terjadi pada bison liar Bison bison maupun
Nabi Musa. Penyakit ini menyerang keledai, kuda, unta, sapi dan domba. Pada
tahun 1613 di Eropa 60.000 orang meninggal diduga akibat antraks dan tahun
(Dharmojono, 2000).
oleh bakteri Bacillus anthracis, yaitu bakteri berbentuk batang (basil) dengan
ujung siku-siku bersifat Gram positif. Secara in vitro, basil berbentuk rantai
namun secara in vivo berbentuk tunggal atau berpasangan. Bila tardedah di udara,
kuman antraks dapat membentuk spora yang tahan hidup puluhan tahun di tanah.
Apabila suhu rendah, maka basil antraks akan membentuk spora secara perlahan-
Hewan herbivora atau pemamah biak sangat rentan terhadap penyakit antraks,
sedangkan karnivora, burung dan reptile (hewan berdarah dingin) lebih tahan
terhadap penyakit ini. Infeksi biasanya akut pada ternak yang mengakibatkan
1
2
kematian dalam waktu satu sampai tiga hari. Antraks banyak terdapat di daerah
kehilangan produksi daging, susu, kulit, penurunan harga jual dan larangan
seluruh dunia, baik negara yang beriklim tropis maupun sub tropis. Daerah antraks
di benua Asia antara lain negara Saudi Arabia, Tiongkok, Iran, Irak, Indonesia,
Jepang, Pakistan, Siberia dan Tibet; di benua Afrika hampir seluruh negara
merupakan daerah antraks; di benua Eropa antara lain negara Inggris, Jerman dan
tahun, namun lokasi terbatas hanya pada daerah tertentu yang disebut Daerah
yang pertama kali terserang adalah Sulawesi Utara-Sulut (1832), kemudian Jawa
Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB), terjadi antara
tahun 1906 dan 1957, sementara itu yang terakhir terjadi di Daerah Istimewa
Etiologi
sudut-sudut tersusun berderet sehingga nampak seperti ruas bambu atau susunan
bata, membentuk spora yang bersifat gram positif. Basil bentuk vegetatif bukan
merupakan organisme yang kuat serta tidak tahan hidup untuk berkompetisi
dengan organisme saprofit. Basil antraks tidak tahan terhadap oksigen, oleh
karena itu apabila sudah dikeluarkan dari badan ternak dan jatuh di tempat
terbuka, kuman menjadi tidak aktif lagi, kemudian melindungi diri dalam bentuk
Apabila hewan mati karena Antraks dan suhu badannya antara 28-30 C,
basil antraks tidak akan didapatkan dalam waktu 3-4 hari, tetapi kalau suhu antara
5-10 C pembusukan tidak terjadi, basil antraks masih ada selama 3-4 minggu.
Basil Antraks dapat keluar dari bangkai hewan dan suhu luar di atas 20C,
kelembaban tinggi basil tersebut cepat berubah menjadi spora dan akan hidup.
Bila suhu rendah maka basil antraks akan membentuk spora secara perlahan -
3
4
spora terletak di sentral sel bila cukup oksigen. Dalam jaringan tubuh penderita
ataupun bangkai yang tidak dibuka, bakteri selalu berselubung dan tidak pernah
berspora karena tidak cukup oksigen. Penyakit berlangsung per akut (kematian
mendadak) dan akut, menyerang berbagai jenis hewan pemamah biak, hewan liar
maupun manusia tetapi hewan-hewan berdarah dingin sama sekali tidak terinfeksi
(Todar, 2009).
pakan/minum masuk pencernaan tubuh hewan dengan masa tunas berkisar 1-3
hari dan kadang-kadang 20 hari. Antraks tidak lazim ditularkan dari hewan satu ke
lainnya dengan kontak langsung, tetapi vektor lalat penghisap darah dapat
berperan misalnya Tabanus sp. terinfeksi dari hewan melalui permukaan kulit
yang terluka terutama pada orang-orang yang banyak berhubungan dengan hewan,
atau terjadi melalui pernapasan pada pekerja penyortir bulu domba. Infeksi
melalui saluran pencernaan dapat terjadi pada orang yang makan daging asal
3 bentuk yaitu per akut, akut dan kronis serta kutan (Pohan, 2005) :
karena perdarahan otak. Bentuk per akut sering terjadi pada domba dan kambing
5
mati hanya beberapa menit setelah darah keluar dari lubang kumlah. Kasus lain
Tanda penyakit bermula demam (pada kuda mencapai 41,5 derajat dan
pada sapi 42 derajat Celcius), gelisah, depresi, sesak nafas, detak jantung cepat
tetapi lemah, hewan kejang kemudian mati. Pada sapi tanda umum adalah
pembengkakan sangat cepat di daerah leher, dada, sisi perut, pinggang dan
kelamin luar. Dari lubang kumlah (telinga, hidung, anus, kelamin) keluar cairan
darah encer merah kehitaman. Kematian terjadi antara 1-3 hari setelah tampak
gejala klinis.
Terlihat lesi/luka lokal yang terbatas pada lidah dan tenggorokan, biasanya
menyerang ternak babi dan jarang pada sapi, kuda dan anjing. Penyakit berakhir
setelah 10-36 jam atau kadang-kadang mencapai 2-5 hari tetapi pada sapi dapat
berlangsung 2-3 bulan. Pada ternak babi dapat mati karena Antraks akut tanpa
Terdapat pada sapi dan kuda, bila luka-luka atau lecet-lecet kulit dicemari oleh
kuman.
berkembang cepat dan luas, bila diraba panas konsistensinya lembek atau keras,
Kulit di daerah tersebut normal atau terdapat luka yang mengeluarkan eksudat cair
waktu eksplorasi rectal atau pengosongan isi usus (Subronto dan Tjahajati, 2008).
invaginasi, dengan tidak disertai akumulasi feses dan gas. Sering juga disertai
busung di daerah leher, dada, bahu, dan faring. Busung tersebut berbeda dengan
pembengkakannya cepat, ada rasa nyeri, ada demam tinggi dan perbedaan
lokalisasinya. Gejala gelisah jarang terjadi tetapi selalu mengalami sesak nafas
dan kebiruan. Penyakit tersebut biasanya berakhir 8-36 jam atau kadang-kadang
Pada sapi gejala permulaan kurang jelas kecuali demam tinggi sampai 42
Dalam keadaan seperti itu sapi dapat mendadak mati di kandang, di padang
dapat diikuti dengan gejala-gejala penyakit umum seperti hewan menjadi lemah,
panas tubuh tidak merata, paha gemetar, nafsu makan hilang sama sekali, sekresi
susu menurun atau terhenti, tidak ada ruminasi, dan perut nampak agak kembung.
Pada puncak penyakit darah keluar melalui dubur, mulut, lubang hidung, dan urin
apopleksi sereberal, terlihat berputar-putar, gigi gemeretak, dan mati hanya dalam
beberapa menit setelah darah keluar dari lubang-lubang alami tubuh. Pada kasus
meningkat, feses dan urin bercampur darah, hipersalivasi, busung dan enteritis
kebengkakan pada daerah subparotidea dan larynx yang berlangsung dengan cepat
(antraks angina). Pembengkakan tersebut dapat meluas dari leher sampai ke dahi,
muka dan dada, menyebabkan kesulitan makan dan bernafas. Selaput lender
kebiruan, pada kulit terdapat bercak merah, diare, disfagia (paralisis otot pipi),
muntah dan sesak nafas menyebabkan hewan mati lemas (Subronto, 2008).
8
Setelah makan daging yang mengandung bakteri anthraks, bibir dan lidah menjadi
terjadi infeksi umum melalui erosi pada mukosa kerongkongan. (Subronto, 2008).
Pengobatan
Pengobatan tidak hanya terhadap hewan sakit tetapi juga hewan tersangka
Oxytetracycline atau derivatnya. Antraks pada hewan ternak sangat menular dan
dengan dosis 100-150 ml untuk hewan besar dan 50-100 ml untuk hewan kecil.
Penyuntikan serum homolog sebaiknya secara intra venous (IV) atau subkutan
(SC) bila sulit, sedangkan yang heterolog secara SC. Jika diperlukan penyuntikan
dapat diulangi secukupnya. Lebih dini dipakai serum setelah timbul gejala sakit,
maka lebih besar kemungkinan diperoleh hasil yang baik. Hewan yang tersangka
dengan serum sebanyak 30-50 ml untuk ternak besar dan 10- 15 ml untuk ternak
kecil. Kekebalan pasif timbul seketika dan berlangsung tidak lebih dari 2-3
Jika serum tidak tersedia dapat dicoba obat-obat seperti berikut ini:
9
Antraks stadium awal pada kuda dan sapi diobati dengan Procain
Penicilline G dilarutkan dalam air suling steril/ aquades dengan dosis untuk
hewan besar 6.000-20.000 IU/kg Berat Badan, IM tiap hari. Untuk hewan kecil
600 Kg BB, diberikan dalam dua dosis secara IM dianggap lebih efektif dari
gram/ekor, IM (atau IV), kemudian 1 gram/ekor/hari selama 3-4 hari atau sampai
Antibiotika lain yang dapat digunakan adalah Erythromycine atau sediaan sulfa
Hewan, 2012).
pada hewan ternak dapat dicegah dengan vaksinasi. Vaksinasi dilakukan pada
semua hewan ternak di daerah enzootic anthraks setiap tahun sekali disertai cara-
1. Hewan penderita antraks harus diisolasi agar tidak dapat saling kontak
dengan hewan sehat. Di dekat tempat isolasi digali lubang sedalam 2 meter
kandang atau tempat hewan diisolasi dan hewan-hewan lain tidak boleh
3. Jika diantara hewan yang tersangka dalam waktu 14 hari tidak ada yang
6. Kandang dari bamboo atau alang-alang dan semua alat-alat yang tidak
Kesimpulan
dan disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis, suatu bakteri berbentuk batang
Infeksi antraks pada manusia dapat melalui 3 jalur yaitu per akut, kutan,
dan kronis. Urutan manifestasi klinis antraks pada manusia dari yang tersering
gastrointestinal antraks.
dengan cara menghindari kontak dengan hewan tersangka beserta produknya serta
melakukan vaksinasi pada ternak yang rentan serta memusnahkan bangkai hewan
penderita.
11
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Kesehatan Hewan. 2012. Indeks Obat Hewan Indonesia Edisi VIII.
Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementrian
Pertanian RI, Jakarta Indonesia.
Plumb, DC. 1999. Veterinary Drug Handbook. 3rd Edition. Iowa State University
Press Ames.
Putra, A.A.G. 2011. Antrax di Nusa Tenggara. Direktorat Jendral Peternakan dan
Kesehatan Hewan, Kementrian Pertanian RI, Jakarta.
Subronto dan Tjahajati. 2008. Ilmu Penyakit Ternak III (Mamalia) Farmakologi
Veteriner: Farmakodinami dan Farmakokinesis Farmakologi
Klinis.Gadjah Mada Unversity Press. Yogyakarta Indonesia.
Diperiksa Oleh:
Asisten
Diketahui Oleh:
Dosen Penanggung Jawab