Sie sind auf Seite 1von 7

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD

TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP


SISWA PADA MATERI LISTRIK STATIS DI SMP

Nafisatul Choiroh
Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Jember
Email: nafiszach@gmail.com

Abstract
Using literature review of books and the research results of some relevant
journals, writing this article aims to identify and analyse the concepts and models of
learning material on Physics static electricity in junior high. In the process of learning
SCIENCE particularly physics, problems that often happen is weak learning in the
classroom that the students in general tend to be passive. So, students of less
developed his thinking skills. Static electricity on the material should students have a
strong learning motivation so that the concept of the material is easily embedded in
students. Based on the results of the study showed that the process of learning
through learning models Numbered Head Together (NHT) showed a significant
improvement against the results of student learning. The learning model Numbered
Head Together (NHT) is a model of effective learning, the learning materials used in
static electricity in junior high in comparison with the application of the Cooperative
learning model type of Jigsaw, model Inkuiri learning, and the learning model
MURDER (Mood, Understand, Recall, Digest, Expand, Review).
Key Word : motivation, static electricity, Numbered Head Together (NHT)

langsung dengan keterampilan siswa dalam


PENDAHULUAN pemecahan masalah (Problem Solving).
Hasil penelitian menunjukkan
Menurut I Ketut Mahardika, et al., bahwa materi Kelistrikan merupakan salah
(2012) bahwa fisika merupakan disiplin satu pokok bahasan yang belum dikuasai
ilmu yang mempelajari gejala alam dan oleh siswa. Pokok bahasan lain yang
menerangkan bagaimana gejala tersebut berpotensi menimbulkan kesulitan adalah
terjadi. Fisika merupakan mata pelajaran Kemagnetan, Getaran-Gelombang, dan
yang tidak hanya berisi teori dan rumus Optik (Rusilowati, 2006).
untuk dihafal, tetapi fisika memerlukan Ruang lingkup konsep fisika materi
pengertian dan pemahaman konsep yang listrik statis di SMP meliputi:
dititik beratkan pada proses terbentuknya a. Muatan listrik
pengetahuan melalui suatu penemuan, b. Hukum Coulomb
penyajian data. Permasalahan yang sering c. Medan listrik
terjadi di dalam pembelajaran fisika adalah a. Muatan Listrik
lemahnya proses pembelajaran di kelas. Thales dari Milete (540 546 SM)
Pada umumnya siswa cenderung pasif adalah ahli pikir Yunani purba, yang
sehingga membuat siswa kurang menurut sejarahnya bahwa gejala listrik
mengembangkan keterampilan berfikirnya. statis terjadi pada batu ambar yang
Keterampilan berfikir akan berhubungan digosok dengan bulu. Ternyata batu

1
ambar tersebut dapat menarik benda- elektrostatis atau gaya coulomb. Hasil
benda ringan yang lain misalnya bulu penyelidikan Coulomb diperoleh bahwa
ayam. Dalam bahasa Yunani batu ambar besarnya gaya tarik-menarik atau tolak-
sering disebut elektron. Sesuai dengan menolak antara muatan listrik
pengamatan pada kegiatan di atas berbanding terbalik dengan kuadrat
ternyata benda-benda tertentu yang telah jarak (r) kedua muatan. Selanjutnya
digosok dapat menarik benda-benda Coulomb juga yakin bahwa besar gaya
kecil yang ada di sekitarnya. Benda tersebut sebanding dengan besar muatan
benda yang telah digosok dan dapat masingmasing benda (Widodo dkk,
menarik benda kecil yang ada di 2009: 127).
sekitarnya ini disebut benda yang telah Coulomb mengemukakan
bermuatan listrik (Ganawati dkk, 2008: hukumnya secara lengkap sebagai
157-158). berikut. Gaya tarik atau gaya tolak
Untuk menerangkan pengertian antara dua muatan itu berbanding lurus
adanya sifat kelistrikan pada suatu dengan besar muatan masing-masing
benda, perlu dipahami adanya konsep dan berbanding terbalik dengan kuadrat
atom yang dimunculkan oleh para ahli di jaraknya. Jika hukum Coulomb tersebut
antaranya, teori atom Dalton, dinyatakan dalam suatu persamaan
Thompson, Rutherford dan Bohr. diperoleh:
.
F = K 12 2
Keterangan:
F = gaya elektrostatis atau gaya coulomb
(dalam newton)
Q1 dan Q2 = besar muatan listrik (dalam
coulomb)
Secara umum dapat dijelaskan bahwa:
r = jarak kedua muatan (dalam meter)
1. Benda terdiri atas atom-atom
K = konstanta pembanding
sejenis.
(Widodo dkk, 2009: 127)
2. Setiap atom terdiri atas sebuah inti
yang dikelilingi oleh satu atau lebih c. Medan Listrik
Medan listrik adalah daerah di
elektron.
sekitar benda bermuatan listrik. Medan
3. Inti atom bermuatan positif,
listrik dapat dinyatakan dengan
elektron bermuatan negatif.
kerapatan garis-garis gaya listrik.
4. Inti atom terdiri atas proton yang
Medan listrik antara muatan negatif dan
bermuatan positif dan netron yang
muatan positif terjadi sangat besar
tidak bermuatan listrik (Ganawati
karena adanya kerapatan garis-garis
dkk, 2008: 158).
gaya listrik. Medan listrik yang terjadi
Satuan muatan listrik dalam SI
antara muatan positif dengan muatan
dinyatakan dengan Coulumb disingkat
positif kecil karena tidak adanya
C, satuan tersebut diambill dari nama
kerapatan garis-garis gaya listrik. Jadi,
seorang fisikawan Perancis Charles
makin banyak garisgaris gaya listrik di
Augustin Coulumb (1736-1806) yang
suatu tempat antara dua muatan makin
telah banyak berjasa pada bidang fisika
besar medan listriknya (Sarwono dkk,
terutama pada listrik statis.
2009: 135).
1 C = 10-6 C
(Sarwono dkk, 2009: 132)
b. Hukum Coulomb
Gaya tarik-menarik atau gaya Besar kuat medan listrik pada
tolak-menolak dua muatan listrik yang muatan Q1 yang terletak dalam daerah
diam disebut juga dengan gaya muatan Q2 yang dilukiskan seperti
gambar di atas, adalah:

2
kooperatif tipe jigsaw. Metode
E=
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
Dimana: mampu meningkatkan logika berpikir
F = Gaya Coulumb satuannya Newton sains pada siswa (Iin Setiani dkk,
Q = Muatan satuannya Coulumb 2014).
E = Kuat medan satuannya N/C Model pembelajaran Jigsaw dalam
(Sarwono dkk, 2009: 136). penelitian ini menggunakan langkah-
HASIL DAN PEMBAHASAN langkah adalah sebagai berikut: (a)
Siswa dikelompokkan ke dalam 4
Listrik statis merupakan bagian anggota tim, (b) Tiap orang dalam tim
fisika yang mempelajari tentang gejala diberi bagian materi yang berbeda, (c)
alam, khususnya tentang daerah medan Tiap orang dalam tim diberi bagian
listrik, jenis muatan listrik dan sebagainya. materi yang ditugaskan, (d) Anggota
Kebanyakan soal-soal tentang listrik statis dari tim yang berbeda yang telah
erat kaitannya dengan penggunaan Hukum mempelajari bagian/ sub bab yang
Coulomb sekaligus sebagai pemecahannya. sama bertemu dalam kelompok baru
Namun juga ada beberapa rumus atau (kelompok ahli) untuk mendiskusikan
hukum yang dapat menyelesaikan sub bab mereka, (e) Setelah selesai
persoalan tentang listrik statis. Meskipun diskusi sebagai tim ahli tiap anggota
demikian tetap ada juga siswa yang banyak kembali ke kelompok asal dan
mengalami kesulitan tentang listrik statis ini bergantian mengajar teman satu tim
(Silaban,2014). mereka tentang sub bab yang mereka
Berdasarkan hasil analisis yang kuasai dan tiap anggota lainnya
telah dilakukan pada beberapa buku dan mendengarkan dengan sungguh-
jurnal, ada empat model atau cara sungguh (Rejeki, 2009).
pembelajaran yang dapat diterapkan pada Berdasarkan hasil penelitian Iin
siswa SMP pada pokok bahasan listrik Setiani dkk (2014), diketahui bahwa
statis. Model atau cara pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe
tersebut antara lain : jigsaw mampu meningkatkan
a. Model pembelajaran kooperatif tipe pemahaman konsep pada siswa dan
Jigsaw strategi pembelajaran kooperatif tipe
b. Model Pembelajaran inkuiri jigsaw lebih cocok untuk siswa dengan
c. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe tingkat penalaran formal yang tinggi,
MURDER (Mood, Understand, model pembelajaran kooperatif tipe
Recall, Digest, Expand, Review) jigsaw mampu meningkatkan motivasi
d. Model pembelajaran kooperatif tipe belajar pada siswa, dan mampu
numbered head together (NHT) meningkatkan logika berpikir sains
Adapun langkah-langkah dari pada siswa.
model atau cara pembelajaran tersebut b. Model Pembelajaran Inkuiri
sebagai berikut : Menurut Sanjaya (2011) dalam
a. Penerapan Model Pembelajaran Verawati (2013), Model pembelajaran
Kooperatif tipe Jigsaw inkuiri adalah rangkaian kegiatan
Strategi pembelajaran kooperatif pembelajaran yang menekankan pada
tipe jigsaw lebih tepat digunakan untuk proses berpikir secara kritis dan
siswa dengan kemampuan penalaran analitis untuk mencari dan
formal yang tinggi dibandingkan siswa menemukan sendiri jawaban dari suatu
dengan kemampuan penalaran formal masalah yang dipertanyakan. Karena
yang rendah. Adanya peningkatan di dalam pembelajaran inkuiri
motivasi belajar pada siswa setelah menggunakan penyelidikan, inkuiri
diberikan model pembelajaran

3
juga terkadang disebut sebagai memiliki keterampilan proses
penyelidikan ilmiah. sains dengan kategori baik, 17%
Eggen dan Kauchak (2012) dlam peserta didik dengan kategori
Verawati (2013) memberikan langkah- kurang baik 8% peserta didik
langkah model pembelajaran inkuiri dengan kategori sangat kurang
sebagai berikut: baik (jelek). Adapun untuk tiap
1. Mengidentifikasi pertanyaan. komponen keterampilan proses
Peserta didik dalam hal ini siswa sains, seperti yang ditunjukkan
mengidentifikasi satu pertanyaan data hasil penelitian, peserta didik
yang akan coba dijawab. nampak kesulitan dalam
Pertanyaan ini berfungsi untuk melakukan analisis data dengan
menarik perhatian siswa dan skor 59,8 namun baik dalam
menarik mereka kedalam melaksanakan eksperimen dengan
pelajaran, serta memberikan fokus skor 70,5.
untuk pelajaran. Untuk metode inkuiri
2. Membuat hipotesis. sendiri dalam pelaksanaannya
Siswa membuat hipotesis yang memiliki beberapa keunikan atau
berusaha menjawab pertanyaan. kecenderungan yang selanjutnya
Hipotesis memberikan kerangka merupakan temuan dalam
referensi bagi mahasiswa untuk penelitian tersebut, antara lain:
mengumpulkan data. a. Pelaksanan inkuiri
3. Mengumpulkan dan menganalisis membutuhkan waktu yang
data. relatif lama.
siswa mengumpulkan data terkait b. Pelaksanan inkuiri
dengan hipotesis dan menyusun membutuhkan persiapan yang
serta menampilkannya supaya data baik dalam pelaksanaannya,
itu bisa dianalisa. Pada fase ketiga mulai dari persiapan waktu,
ini memberikan mahasiswa prosedur percobaan yang
pengalaman menguji hipotesis tepat, serta persiapan alat dan
dengan bukti. bahan percobaan.
4. Menilai hipotesis dan membuat c. Pembelajaran inkuiri
generalisasi. membutuhkan pengetahuan
Kegiatan ini bisa dilakukan awal dari materi yang akan
dengan suatu diskusi tentang hasil diinkuirikan.
dan sejauh mana hasil-hasil itu c. Model Pembelajaran Kooperatif
mendukung hipotesis. Siswa juga tipe MURDER (Mood, Understand,
melakukan generalisasi terhadap Recall, Digest, Expend, Review)
hasil berdasarkan assessmen Menurut Ayunani (2013),
terhadap hipotesis. Dalam fase ke Pembelajaran MURDER merupakan
empat ini, memberikan siswa pembelajaran yang diadaptasi dari
pengalaman tambahan untuk buku karya Bob Nelson The Complete
menggunakan metode ilmiah. Problem Solver yang merupakan
Mengembangkan kemampuan gabungan dari beberapa kata yang
untuk membuat kesimpulan meliputi: (1) Mood (Suasana Hati), (2)
berdasarkan bukti, dan mendorong Understand (Pemahaman), (3) Recall
pengalihan penerapan (transfer) ke (Pengulangan), (4) Digest
situasi-situasi baru. (Penelaahan), (5) Expand
Hasil penelitian Verawati (Pengembangan), (6) Review (Pelajari
(2013) menunjukkan bahwa Kembali).
sebanyak 75% peserta didik

4
Hasil penelitian Ayunani (2013) pemahaman mereka terhadap isi
pada siklus I, observasi aktivitas guru pelajaran tersebut.
berada pada kategori baik dengan rata- Dalam Delismar (2012), Trianto
rata persentase sebesar 80,6% dan (2007: 48-49) dalam mengajukan
aktivitas siswa berada pada kategori pertanyaan kepada seluruh kelas, guru
cukup dengan rata-rata persentase menggunakan struktur empat fase
sebesar 76,4%. Hasil penelitian pada sebagai sintaks NHT :
siklus II, observasi aktivitas guru a. Fase 1: Penomoran. Dalam fase ini
berada pada kategori sangat baik guru membagi siswa ke dalam
dengan rata-rata persentase sebesar kelompok 3-5 orang dan kepada
91,7% dan aktivitas siswa berada pada setiap anggota kelompok diberi
kategori sangat baik dengan rata-rata nomor antara 1 sampai 5.
persentase sebesar 90,3%. Hasil b. Fase 2: Mengajukan pertanyaan.
wawancara siklus I dan II Guru mengajukan sebuah
menunjukkan bahwa siswa senang pertanyaan kepada siswa.
dengan penerapan model pembelajaran Pertanyaan dapat amat spesifik
kooperatif tipe MURDER. Hasil dan dalam bentuk kalimat tanya.
belajar siklus I diperoleh kentutasan c. Fase 3: Berfikir bersama. Siswa
belajar klasikal yakni 61,8% dengan menyatukan pendapatnya terhadap
jumlah yang tuntas sebanyak 21 orang jawaban pertanyaan itu dan
siswa dan yang belum tuntas 13 orang meyakinkan tiap anggota dalam
siswa. Pada siklus II ketuntasan belajar timnya mengetahui jawaban tim.
klasikal sebanyak 82,4% dengan d. Fase 4: Menjawab. Guru
rincian 28 orang siswa tuntas dan 6 memanggil suatu nomor tertentu,
orang siswa yang masih belum tuntas. kemudian siswa yang nomornya
Berdasarkan hasil tersebut dapat sesuai mengacungkan tangannya
disimpulkan bahwa dengan penerapan dan mencoba menjawab
model pembelajaran kooperatif tipe pertanyaan untuk seluruh kelas.
MURDER dapat meningkatkan hasil Berdasarkan hasil penelitian
belajar fisika siswa kelas VIIIC SMP Delimar (2012), bahwa model NHT dapat
Negeri 16 Palu. meningkatkan kerjasama, keaktifan,
d. Model Pembelajaran Kooperatif ketepatan waktu dan hasil belajar siswa
tipe Numbered Head Together dalam pembelajaran Fisika di kelas VII B
(NHT) SMP Negeri 5 Kota Jambi dengan adanya
Dalam Delismar (2012) Trianto peningkatan hasil belajar sebesar 3,25
(2007:62) mengatakan, NHT atau dengan rata-rata peningkatan menjadi 75,38
penomoran berfikir bersama adalah poin dari siklus I.
merupakan jenis pembelajaran Sedangkan dalam penelitian
kooperatif yang dirancang untuk Karmila dkk (2014), berdasarkan hasil
mempengaruhi pola interaksi siswa pengolahan data, untuk kelas eksperimen
dan sebagai alternatif terhadap struktur diperoleh rerata skor tes awal adalah 5,33
kelas tradisional. Sedangkan Ibrahim dan untuk tes akhir adalah 10,13. Untuk
dkk. (2000:28) mengatakan, kelas kontrol diperoleh rerata skor tes awal
Numbered head together adalah suatu 5,08 dan untuk tes akhir adalah 7,13.
pendekatan yang dikembangkan oleh Berdasarkan Hasil pengujian N-Gain kedua
Spencer Kagen (1993) untuk kelas masing-masing berada dalam kategori
melibatkan lebih banyak siswa dalam berbeda yaitu kelas eksperimen berada
menelaah materi yang tercakup dalam dalam kategori sedang dengan nilai N-Gain
suatu pelajaran dan mengecek sebesar 49,78 dan kelas kontrol berada
dalam kategori rendah dengan nilai N-Gain

5
sebesar 19,01. Hasil pengujian hipotesis DAFTAR PUSTAKA
diperoleh nilai thitung = 43,86 dan ttabel =
1,67. Ini berarti bahwa nilai thitung berada Ayunani, Muliawati. 2013. Penerapan
di luar daerah penerimaan H0. Dengan Model Pembelajaran Kooperatif
demikian dapat disimpulkan bahwa, model Tipe Murder (Mood, Understand,
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Recall, Degest, Expand, Review)
Head Together (NHT) Dengan Pendekatan untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Contextual Teaching And Learning (CTL) Fisika Siswa Kelas VIII SMP
dapat mempengaruhi hasil belajar fisika. Negeri 16 Palu. Jurnal Pendidikan
Diketahui dari hasil penelitian Fisika Tadulako. Vol.1 No.1
Irianingsih (2014), diperoleh ketuntasan
hasil belajar secara klasikal dari siklus I Delismar. 2012. Peningkatan Hasil Belajar
sebesar 10,5% dan siklus II sebesar 86.8%. Fisika Melalui Pendekatan
Berdasarkan kriteria ketuntasan hasil Numbered Head Together dengan
belajar di SMP Negeri 2 Sukowono, hasil Pemberian Reward di SMP Negeri
belajar pada siklus II sudah mencapai 5 Kota Jambi. Edu-Sains. Vol.1
ketuntasan belajar secara klasikal. Dengan No.1
ini dapat dikatakan bahwa pembelajaran Ganawati, Dewi. 2008. Pembelajaran Ilmu
IPA dengan menerapkan pembelajaran Pengetahuan Alam: Terpadu dan
kooperatif tipe NHT dengan metode PQ4R Kontekstual IX : untuk SMP/MTs.
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Jakarta: Departemen Pendidikan
Dari hasil penelitian tersebut diambil Nasional.
kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif
tipe NHT dengan metode PQ4R dapat Irianingsih, Rini T.. 2014. Penerapan
meningkatkan: minat baca siswa , aktivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe
siswa, dan hasil belajar siswa. Numbered Head Together (NHT)
dengan Metode Preview, Question,
PENUTUP Read, Reflect, Recite, and Review
a. Kesimpulan (PQ4R) untuk Meningkatkan Hasil
Berdasarkan kajian pustaka yang Belajar Siswa pada Materi Listrik
telah dilakukan dapat disimpulkan Statis Kelas IX A SMPN 2
sebagai berikut : Sukowono Tahun Pelajaran
1. Siswa harus memiliki motivasi kuat 2012/2013. Pancaran. Vol.3 No.2
untuk belajar materi listrik statis agar
J, Iin S. dkk,. 2014. Pengaruh Model
konsep materi mudah tertanam dan
Pembelajaran Kooperatif Tipe
mengendap pada benak siswa.
Jigsaw untuk Pengetahuan Awal
2. Proses pembelajaran melalui model
yang Berbeda terhadap
pembelajaran Numbered Head
Pemahaman Konsep Fisika pada
Together (NHT) merupakan model
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 9
yang paling efektif diterapkan dalam
Palu. Jurnal Pendidikan Fisika
pembelajaran materi listrik statis di
Tadulako.
SMP.
b. Saran Karmila, dkk. 2014. Pengaruh Model
1. Untuk penulis sebaiknya mencari Pembelajaran Kooperatif Tipe
jurnal atau artikel nasional maupun Numbered Head Together (NHT)
internasional yang mendukung agar dengan Pendekatan Contextual
kajian lebih baik. Teaching and Learning (CTL)
2. Untuk pembaca saran dan kritik terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa
yang membangun sangat diharapkan Kelas VIII SMP Negeri 2
untuk perbaikan selanjutnya.

6
Balaesang. Jurnal Pendidikan
Fisika Tadulako. Vol.2 No.2

Mahardika, I K. dkk,. 2012. Penggunaan


Model Pembelajaran Creative
Problem Solving disertai Lks
Kartun Fisika pada Pembelajaran
Fisika di SMP. Jurnal Pendidikan
Fisika. Vol.1 No.2

Rejeki, Ning E.S.. 2009. Meningkatkan


Hasil Belajar Matematika melalui
Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Jigsaw pada Siswa Kelas VIII
G Semester 2 SMP Negeri 2 Toroh
Grobogan. Jurnal LEMLIT. Vol.3
No.2

Rusilowati, Ani. 2006. Profil Kesulitan


Belajar Fisika Pokok Bahasan
Kelistrikan Siswa SMA di Kota
Semarang. Jurnal Pendidikan
Fisika Indonesia. Vol.4 No.2

Sarwono, dkk,. 2009. Ilmu Pengetahuan


Alam 3 : Untuk SMP/MTs Kelas 9.
Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.

Silaban, Bajongga. 2014. Hubungan Antara


Penguasaan Konsep Fisika dan
Kreativitas dengan Kemampuan
Memecahkan Masalah pada Materi
Pokok Listrik Statis. Jurnal
Penelitian Bidang Pendidikan.
Vol.20 No.1

Verawati, Ni Nyoman S.P.. 2013.


Meningkatkan Keterampilan
Proses Sains Mahasiswa melalui
Pengembangan Program
Pembelajaran Fisika menggunakan
Model Inkuiri. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Fisika Lensa. Vol.1
No.2

Widodo, Tri dkk,. 2009. IPATerpadu :


untuk SMP/MTs Kelas IX. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.

Das könnte Ihnen auch gefallen