Sie sind auf Seite 1von 6

“KOSALA” JIK. Vol. 3 No.

1 Maret 2015

EFEKTIVITAS ELEVASI EKSTREMITAS BAWAH TERHADAP


PROSES PENYEMBUHAN ULKUS DIABETIK
DI RUANG MELATI I RSUD DR. MOEWARDI
TAHUN 2014

Oleh :
Dwi Ariani Sulistyowati, S.Kep.,Ns.M.Kep *

Abstract

Introduction: People with Diabetes Mellitus have poor circulation, especially in


areas far from heart, these causing the length of time of wounds healing. One of
the interventions to improve the peripheral tissue perfusion of patients with
Diabetic Ulcer is lower extremity elevation.
Purpose: The purpose of this research is describe the characteristics of
respondents, knowing Diabetic Ulcer healing process without lower extremity
elevation, knowing Diabetic Ulcer healing process with lower extremity elevation
and knowing the effectiveness of Diabetic Ulcer healing without lower extremity
elevation and with lower extremity elevation.
Research Methods: This research is to design an quasy experiment non
equivalent control group design and analysis data used Independent T Test
Research Results: Results of this research is the elevation of lower extremities
more effectively to increased Ulcers Diabetic healing process. It’s evidenced by
Independent T Test obtained p = 0,000
Conclusion: Elevation of lower extremities more effectively to increased
Diabetic Ulcer healing in patients with Diabetic Ulcer in Melati I RSUD Dr.
Moewardi.
Advice: Lower extremity elevation expect can be applied in patients with
Diabetic Ulcer.

Key Words: Lower Extremity Elevation, Diabetic Ulcer Healing Process

PENDAHULUAN kebutuhan nutrisi dan oksigen


Prevalensi penderita ulkus diabetik maupun pemberian antibiotik tidak
di Indonesia sekitar 15% dengan mencukupi atau tidak dapat
risiko amputasi sebesar 30%, angka mencapai jaringan perifer dan atau
mortalitas 32% dan Ulkus diabetik untuk kebutuhan metabolisme pada
merupakan penyebab terbesar lokasi tersebut sehingga
perawatan di rumah sakit yakni membutuhkan perawatan ulkus
sebanyak 80%. Penderita ulkus diabetik yang benar (Suriadi, 2004).
diabetik di Indonesia kurang lebih
memerlukan biaya perawatan Dasar dari perawatan ulkus diabetik
sebesar 1,3 juta sampai 1,6 juta meliputi 3 hal yaitu debridement, off
rupiah setiap bulannya dan sekitar loading dan kontrol infeksi (Kruse,
Rp 43,5 juta per tahun (Ridwan, 2006). Menurut Frykberg (2002),
2011). Penurunan perfusi ke perifer elevasi ekstremitas bawah
menyebabkan nekrosis jaringan dan merupakan manajemen ulkus
iskemik perifer sehingga berisiko diabetik tambahan yang bisa
terjadi ulkus diabetik. Gangguan diterapkan. Elevasi ekstremitas
perfusi tersebut akan menyebabkan bawah bertujuan agar sirkulasi
abnormalitas aliran darah dimana perifer tidak menumpuk di area distal

83
“KOSALA” JIK. Vol. 3 No. 1 Maret 2015

ulkus dan menyebabkan aliran darah HASIL PENELITIAN


akan cenderung menuju perifer
terutama kaki yang mengalami 1. Karakterisitik Responden
ulkus. Edema akan meningkatkan
tekanan area distal dan mengurangi Tabel 1
perfusi akibat penekanan arterial, Karakterisitik Responden Berdasar
dengan elevasi ekstremitas bawah Jenis Kelamin
tekanan tersebut dapat dikurangi
(Seeley, 2004). Penambahan Intervensi Kontrol
JK
manajemen Ulkus diabetik dengan F % F %
elevasi ekstremitas bawah Pria 10 55,6 9 50
diharapkan mampu mempercepat Wanita 8 44,4 9 50
proses penyembuhan ulkus diabetik
yang jumlah penderitanya besar di Dari tabel di atas dapat diketahui
dunia. bahwa pada kelompok intervensi
lebih banyak responden dengan
Ruang Melati I RSUD Dr. Moewardi jenis kelamin laki-laki yakni sebesar
belum menambahkan elevasi 55,6% daripada perempuan,
ekstremitas bawah sebagai sedangkan pada kelompok kontrol
manajemen perawatan ulkus jumlah antara responden laki-laki
diabetik. Oleh karena itu, penulis dan perempuan sama.
tertarik untuk mengambil judul
penelitian “Efektivitas Elevasi Tabel 2
Ekstremitas Bawah terhadap Proses Karakterisitik Responden Berdasar
Penyembuhan ulkus diabetik di Usia
RSUD Dr. Moewardi Tahun 2014”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk Intervensi Kontrol
Usia
mengetahui efektivitas elevasi F % F %
ekstremitas bawah pada proses <50 th 6 33,3 6 33,3
>50 th 12 66.7 12 66,7
penyembuhan ulkus diabetik di
ruang Melati I RSUD Dr. Moewardi.
Dari tabel di atas dapat diketahui
METODE PENELITIAN bahwa pada kelompok intervensi
Penelitian ini merupakan penelitian lebih banyak responden dengan usia
quasy experiment atau eksperimen ≥ 50 tahun yakni sebesar 66,7%,
semu dengan rancangan penelitian begitu pula dengan kelompok kontrol
non equivalent control group design responden dengan usia ≥ 50 tahun
dimana penelitian menggunakan pre lebih banyak dibandingkan
test – post test dimana kelompok responden dengan usia < 50 tahun
intervensi maupun kelompok kontrol yakni sebesar 66,7%.
tidak dipilih secara acak. Populasi
dalam penelitian ini adalah pasien 2. Penyakit Diabetes Mellitus (DM)
dengan ulkus diabetik di ruang
Melati I RSUD Dr. Moewardi, Tabel 3
dengan jumlah sampel sebanyak 36 Lama Responden Menderita DM
pasien yang dibagi 18 pasien untuk
Intervensi Kontrol
kelompok perlakuan dan 18 pasien Lama
F % F %
untuk kelompok kontrol. Data
< 8 th 6 33,3 4 22,2
dianalisis dengan Independent T test > 8 th 12 66,7 14 77,8
dengan bantuan program SPSS seri
18. Dari tabel di atas dapat diketahui
bahwa pada kelompok intervensi

84
“KOSALA” JIK. Vol. 3 No. 1 Maret 2015

responden dengan lama menderita mengakibatkan terjadinya ulkus


DM ≥ 8 tahun paling banyak yaitu diabetik adalah penyakit arteri
sebesar 66,7%, begitu pula dengan perifer. Prevalensi penderita
kelompok kontrol lebih banyak penyakit arteri perifer lebih
responden dengan lama menderita banyak terjadi pada laki-laki
DM ≥ 8 tahun yakni sebesar 77,8%. dibandingkan dengan
perempuan. Namun, hasil
Tabel 4 penelitian ini berbeda dengan
Efektivitas Elevasi Ekstremitas hasil penelitian Purwanti (2013)
Bawah Antara Kelompok Intervensi bahwa responden dengan jenis
dan Kelompok Kontrol(n = 36) kelamin perempuan lebih banyak
dibandingkan laki-laki yaitu
Klp
Nilai Penyembuahan P sebesar 64,7%. Menurut
Luka value Mayasari (2012) perubahan
Pos hormonal pada perempuan
Pre Std
t menopause akan meningkatkan
Interve 18, risiko DM. Hal ini disebabkan
21,56 3,12
nsi 11 0,00 karena perubahan hormonal
21, 0
Kontrol 22,28 1,80 dapat mempengaruhi sensitivitas
94
sel-sel tubuh terhadap insulin,
sehingga menopause dapat
Hasil uji normalitas data untuk nilai
memperburuk kadar gula darah
observasi akhir adalah berdistribusi
dan dapat menyebabkan
normal yaitu 0,21 untuk kelompok
komplikasi DM dari waktu ke
perlakuan dan 0,641 untuk kelompok
waktu.
kontrol, sehingga dapat dilakukan
dengan uji statistik independent T
Pada distribusi responden
Test. Hasil T Test dengan tingkat
berdasarkan usia kelompok
signifikan (α) = 0,05, diperoleh nilai p
intervensi lebih banyak
= 0,000, dengan nilai rata – rata
responden dengan usia ≥ 50
Photographic Wound Assessment
tahun yakni sebesar 66,7%,
Tool (PWAT) pada kelompok
begitu pula dengan kelompok
perlakuan paling rendah yaitu 18,11,
kontrol yakni sebesar 66,7%.
Hasil tersebut nilai < 0,05
Menurut Prastica (2013) ulkus
sehingga Ho ditolak yang berarti diabetikum dapat terjadi pada
bahwa pemberian elevasi usia ≥ 50 tahun, hal ini
ekstremitas bawah lebih efektif disebabkan karena fungsi tubuh
menurunkan keparahan ulkus fisiologis menurun seperti
diabetik dibandingkan dengan tanpa penurunan sekresi atau resistensi
diberikan elevasi ekstremitas bawah. insulin, sehingga kemampuan
fungsi tubuh terhadap
pengendalian glukosa darah yang
PEMBAHASAN tinggi kurang optimal. Kadar gula
1. Karakterisitik Responden darah yang tidak terkontrol akan
Berdasarkan jenis kelamin mengakibatkan komplikasi kronik
kelompok intervensi lebih banyak jangka panjang, baik
responden dengan jenis kelamin makrovaskuler maupun
laki-laki yakni sebesar 55,6%, mikrovaskuler salah satunya
sedangkan pada kelompok ulkus diabetik. Penelitian Sugiarto
kontrol jumlah antara responden (2013) juga menunjukkan bahwa
laki-laki dan perempuan sama. responden dengan usia ≥ 50
Menurut Nogren (2007), tahun lebih rentan terkena ulkus
penyebab yang sering diabetik. Dalam penelitian

85
“KOSALA” JIK. Vol. 3 No. 1 Maret 2015

tersebut terdapat 23 respoden 2. Efektifitas Elevasi Ekstremitas


(79,3%) berusia ≥ 50 tahun Bawah
menderita ulkus diabetik dan Hasil Independent T Test
terdapat hubungan yang diperoleh nilai p = 0,000 (< 0,05)
signifikan antara usia terhadap sehingga Ho ditolak yang berarti
terjadinya ulkus dengan risiko 18 bahwa pemberian elevasi
kali lebih besar menderita ulkus ekstremitas bawah lebih efektif
diabetik dibandingkan dengan menurunkan keparahan ulkus
usia < 50 tahun. diabetikum atau dengan kata lain
Sedangkan berdasarkan lamanya elevasi kaki lebih efektif untuk
menderita DM pada kelompok meningkatkan proses
intervensi responden dengan penyembuhan ulkus diabetik
lama menderita DM ≥ 8 tahun dibandingkan dengan tanpa
paling banyak yaitu sebesar diberikan elevasi ekstremitas
66,7%, sama halnya dengan bawah. Hasil tersebut terlihat juga
kelompok kontrol yakni sebesar dari perbandingan nilai rata – rata
77,8%. Menurut Bararbutar Photographic Wound Assessment
(2012), penderita dengan lama Tool (PWAT) pada kelompok
DM ≥ 8 tahun mempunyai risiko perlakuan menunjukkan
besar terjadinya komplikasi, salah penurunan yang lebih banyak
satunya adalah neuropati yaitu dari 21,56 menurun menjadi
diabetik. Neuropati sensorik 18,11 atau menurun 3,45 point.
menyebabkan kerusakan pada Sedangkan pada kelompok
saraf yang menyebabkan saraf kontrol walaupun juga
tidak dapat merespon menunjukkan penurunan, namun
rangsangan dari luar. Hilangnya hanya 1,72 point yaitu dari 22,28
sensasi perasa pada penderita menjadi 21,94.
DM menyebabkan penderita tidak Menurut Frykberg (2002), salah
dapat menyadari bawah satu hal yang sangat penting
ekstremitasnya terluka dan namun kurang mendapatkan
menimbulkan terjadinya ulkus. perhatian dalam perawatan ulkus
Hasil penelitian yang dilakukan kaki diabetik adalah mengurangi
Ira (2014) juga menunjukkan atau menghilangkan beban pada
adanya hubungan yang signifikan kaki. Metode sederhana yang
antara lama menderita DM dapat dilakukan adalah dengan
dengan risiko terjadinya ulkus elevasi ekstremitas bawah.
diabetik. Berdasarkan penelitian Tindakan tersebut akan
tersebut didapatkan bahwa memperbaiki sirkulasi darah pada
responden dengan lama perifer serta mengurangi edema
menderita DM ≥ 8 tahun pada ekstremitas bawah. Perfusi
mendominasi, yakni sebanyak 21 jaringan perifer yang maksimal
responden (58,3%). Dapat pada ulkus akan membuat proses
disimpulkan bahwa semakin lama penyembuhan ulkus lebih cepat.
menderita DM maka semakin
tinggi pula risiko terjadinya ulkus Menurut Seeley (2004), elevasi
diabetik, sehingga penderita DM ekstremitas bawah berguna untuk
harus melakukan mengembalikan aliran darah dan
penatalaksanaan DM dengan mengurangi tekanan di bagian
baik agar risiko tersebut dapat distal ekstremitas. Aktivitas lebih
diturunkan. dari 15 menit dapat meningkatkan
tekanan ke area distal sebesar
20%, dengan elevasi ekstremitas
bawah tekanan tersebut dapat

86
“KOSALA” JIK. Vol. 3 No. 1 Maret 2015

dikurangi dan perfusi jaringan SARAN


perifer dapat diperbaiki. Diharapkan pada penelitian
Penambahan manajemen ulkus selanjutnya dapat melakukan
diabetik dengan elevasi penelitian yang lebih kompleks
ekstremitas bawah diharapkan seperti penambahan variabel-
mampu mempercepat proses variabel perancu misalnya status
penyembuhan ulkus diabetik yang nutrisi pasien, kadar glukosa dalam
jumlah penderitanya besar di darah, obat-obatan, status psikologis
dunia. pasien, jumlah sampel yang lebih
Hasil penelitian yang dilakukan banyak dan metode penelitian yang
oleh Wulandari et. al. (2010) berbeda. Elevasi ekstremitas bawah
tentang pengaruh elevasi ini diharapkan bisa menjadi salah
ekstremitas bawah terhadap satu metode perawatan pasien
penyembuhan ulkus diabetik dengan ulkus diabetik untuk
sependapat dengan hasil mempercepat proses penyembuhan
penelitian ini. Dari hasil observasi ulkus.
yang dilakukan menunjukkan
adanya perbaikan proses
penyembuhan ulkus yang lebih DAFTAR PUSTAKA.
cepat terutama pada kelompok Armstrong, D. G. (2008). The
intervensi, walaupun pada setiap Effectiveness of Footwear
kelompok mengalami perubahan and Offloading Interventions
skor healing index. to Prevent and Heal Foot
Penelitian Kurniawan (2011) juga Ulcers and Reduce Plantar
menunjukkan hasil yang Pressure in Diabetes : a
sependapat dengan penelitian ini. Systematic Review. Diabetes
Pada penelitian ini didapatkan Metabolism Research, 24.
nilai p = 0,001 dan α = 0,05 yang
menunjukkan adanya proses Clayton, W., dan Elasy, T.A. (2009).
penyembuhan luka signifikan. A Review of the
Lembar observasi yang Pathophysiology,
digunakan yaitu LUMT (Leg Classification, and Treatment
Ulcers Measurement Tool) dan of Foot Ulcers in Diabetic
penelitian ini tidak menggunakan Patients. Clinical Diabetes.
kelompok kontrol. Edema pada 27(2): 52-58.
ekstremitas bawah mengalami
penurunan dan penyembuhan Frykberg Robert G. (2002). Risk
ulkus mengalami banyak Factor, Pathogenesis and
kemajuan. Metode elevasi Management of Diabetic Foot
ekstremitas bawah ini dapat Ulcers, Des Moines
digunakan sebagai intervensi University, Iowa.
untuk mengurangi beban atau
tekanan pada ekstremitas bawah. Hidayat, A. dan Aziz, A. (2009).
Metode Penelitian
KESIMPULAN Keperawatan dan Teknik
Elevasi ekstremitas bawah lebih Analisis Data. Jakarta :
efektif terhadap peningkatan proses Salemba Medika.
penyembuhan ulkus diabetik
dibandingkan dengan tanpa Hodgkinson, Bowles, Gordy,
diberikan elevasi ekstremitas bawah, Parslow, Houghton. (2010).
dengan hasil Independent T Test p = Photograpic Wound
0,000. Assessment Tool – Revised.

87
“KOSALA” JIK. Vol. 3 No. 1 Maret 2015

Harrison. (2005). Prinsip-Prinsip Ilmu Tugas akhir. Malang :


Penyakit Dalam. Jakarta : Universitas Brawijaya.
EGC.
Purwanti, O.S. (2013). Analisis
Ferawati, Ira. (2014). Faktor-faktor Faktor-Faktor Risiko Terjadi
yang mempengaruhi Ulkus Kaki Pada Pasien
Terjadinya Ulkus Diabetikum Diabetes Melitus di RSUD
pada Pasien Diabetes Dr. Moewardi. Skripsi.
Melitus Tipe 2 di RSUD Prof. Jakarta : Universitas
Dr. Margono Soekarjo Indonesia.
Purwokerto. Skripsi.
Purwokerto: Universitas Shout, H. (2001). Wound Care for
Jenderal Soedirman. People Affected by Leprosy :
A Guide for Low Resource
Kruse I, Edelman S. (2006). Situation. Greenville :
Evaluation and Threatment of American Lerosy Missions.
Diabetic Foot Ulcer. Inggris : Smeltzer, Suzzanne C. (2002) .Buku
Clinical Diabetes Vol24, Ajar Keperawatan Medikal
Number 2. Bedah Brunner & Suddarth
Ed.8. Jakarta: EGC.
Mayasari, L. (2012). Wanita
Menopause lebih Berisiko Soegondo, S. (2008). Diabetes, The
Diabetes Mellitus. Silent Killer.

Misnadiarly. (2006). Diabetes Sugiarto, I. (2013). Faktor Resiko


Mellitus : Ulcer, Infeksi, yang berhubungan dengan
Ganggren. Jakarta : Populer Terjadinya Ulkus Diabetik
Obor. pada Pasien Diabetes
Mellitus Tipe 2 di RSUD Dr.
Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Margono Soekarjo
Penelitian Kesehatan. Purwokerto. Skripsi.
Jakarta : Rineka Cipta. Purwokerto: Universitas
Jenderal Soedirman.
Nursalam. (2008). Konsep dan
Penerapan Metodologi Suriadi. (2004). Perawatan Luka Ed
Penelitian Keperawatan. 1. Jakarta: Sagung Seto
Jakarta: Salemba Medika
Suyono. (2005). Patofisiologi
Potter, P.A., & Perry, A.G. (2006). Diabetes Melitus. Dalam
Buku Ajar Fundamental Soegondo, dkk.
Keperawatan : Konsep, Penatalaksanaan Diabetes
Proses, dan Praktik. Jakarta: Melitus Terpadu. Penerbit :
EGC. FKUI Jakarta.

Prastica, V.A. (2013). Perbedaan


Angka Kejadian Ulkus  Dosen Politeknik Kesehatan
Diabetikum Pada Pasien (Poltekes) Kemenkes Surakarta
Diabetes Melitus dengan dan Jurusan Keperawatan
tanpa Hipertensi di RSUD Dr.
Saifudin Anwar Malang.

88

Das könnte Ihnen auch gefallen