Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
18)
Paket Keahlian : TEKNIK ENERGI BIOMASSA (062)
Mata Pelajaran : BAHAN BAKAR NABATI
Disusun oleh:
Deddy Misdarpon, S.Pd., MT
Drs. Hadi Prasetyo, MT
Editor:
Dodi Nuryahya, S.Pd., M.Pd
Didukungi oleh:
Dikembangkan oleh:
Modul ini berjudul Proses Pembuatan dan Pengujian Biobriket dan Asap
Cair. Modul ini disusun untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran mandiri atau
tatap muka sebagai pegangan siswa, sehingga siswa dapat mempelajari dan
memahami tentang biobriket dan asap cair
Proses Pembuatan dan Pengujian Biobriket dan Asap Cair, sangat penting
dalam dunia energi baru dan terbarukan/ renewable energy. khususnya yang terkait
dengan bio energi. Dalam modul ini akan dibahas mengenai pembuatan dan
pengujian biobriket dan asap cair, terutama dalam hal:
a. penyiapan bahan baku (tempurung kelapa, dan bahan penunjang lainnya)
b. pemrosesan pembuatan briket dan asap cair
c. pengujian hasil
Kompetensi yang diharapkan pada penyusunan modul ini adalah setelah modul
ini dipelajari, dikaji dan ditelaah, siswa/ peserta didik dapat mengaplikasikan proses
pembuatan dan pengujian biobriket dan asap cair dengan efisien, sehingga
terwujud hasil kerja yang baik berupa biobriket dan asap cair yang berpangsa pasar
besar dan bernilai jual tinggi.
Tim Penyusun:
i
DAFTAR ISI
Halaman
ii
C. KEGIATAN BELAJAR 3. PENGUJIAN BIO BRIKET
1. Uraian Materi ..................................................................... 59
2. Tugas Latihan ..................................................................... 67
3. Rangkuman ........................................................................ 69
4. Evaluasi Materi ................................................................. 71
5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ........................................... 72
iii
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
A. Umum
1. Modul ini terdiri atas Kegiatan Belajar, Uraian Materi, dan Soal-soal Latihan.
2. Pelajari dahulu seluruh materi yang ada dari setiap Kegiatan Belajar,
kemudian pelajari juga dari refferensi yang lain, sesuai dengan yang
disarankan.
3. Anda diwajibkan untuk mengikuti seluruh Kegiatan Belajar yang ada pada
Modul ini sebagai Kompetensi minimal, dari program diklat yang
diselenggarakan.
4. Untuk mempertajam pemahaman, anda diwajibkan mengerjakan soal-soal
yang telah disediakan pada bagian akhir dari setiap kegiatan belajar setelah
anda selesai mempelajari bagian dimaksud.
5. Untuk dapat melanjutkan kegiatan, anda harus mampu menjawab dengan
benar minimal 80 persen dari soal-soal yang ada.
6. Penguasaan /kompetensi anda akan diukur lebih lanjut melalui Post-Test
secara terpisah oleh Instruktor/Pembimbing.
iv
C. Peran Instruktur/ Guru
a. Membantu peserta diklat dalam menyusun rencana belajar.
b. Menjelaskan para peserta diklat tentang hal-hal yang harus dilakukan
diantaranya : pelaksanaan latihan dan tugas-tugas, test/ujian dan tata
cara penilaian secara mandiri.
c. Merencanakan proses penilaian dan menyiapkan perangkat yang
diperlukan, serta melakukan penilaian hasil kerja peserta diklat
d. Merencanakan asistensi/pendampingan instruktur untuk membantu
sewaktu diperlukan.
e. Mengatur kegiatan belajar kelompok jika diperlukan sewaktu-waktu.
f. Mencatat hasil kemajuan belajar peserta diklat.
D. Petunjuk Pembelajaran
a. Bahan ajar ini terdiri atas Kegiatan Belajar, Uraian Materi, dan Soal-soal
Latihan, diakhiri oleh Post Test
b. Pelajari dahulu seluruh materi yang ada dari setiap Kegiatan Belajar,
kemudian pelajari juga dari refferensi yang lain, sesuai dengan yang
disarankan.
c. Anda diwajibkan untuk mengikuti seluruh Kegiatan Belajar yang ada pada
Bahan ajar ini sebagai Kompetensi minimal, dari program diklat yang
diselenggarakan.
d. Untuk mempertajam pemahaman, anda diwajibkan mengerjakan soal-soal
yang telah disediakan pada bagian akhir dari setiap kegiatan belajar setiap
anda selesai mempelajari bagian dimaksud.
e. Untuk dapat melanjutkan kegiatan anda harus mampu menjawab dengan
benar minimal 80 persen dari soal-soal yang ada.
f. Penguasaan /kompetensi anda akan diukur lebih lanjut melalui Tugas dan
Post-Test yang akan disiapkan oleh instruktu
v
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Data Asia Pasific Coconut Community (APCC) menunjukkan bahwa konsumsi
kelapa segar penduduk Indonesia sekitar 36 butir/kapita/tahun atau 7,92 miliar butir
(51,1%). Bila produksi buah kelapa nasional sebanyak 15,5 miliar butir/tahun, maka
buah kelapa yang dapat diolah di sektor industri adalah 7,57 miliar butir (48,9%).
Jumlah ini dapat memenuhi kebutuhan 29 unit industri dengan kapasitas 1 juta
butir/hari.
Produk-produk turunan daging buah selain (OC) yang sangat prospektif untuk
berkembang adalah VCO, DC, CM dan CC. Keempat produk ini memiliki konteks
1
pengembangan yang sangat baik. VCO memiliki konteks produk yang dapat
meningkatkan kesehatan (daya imunitas tubuh terhadap berbagai penyakit
degeneratif) dan bahan baku kosmetik alami yang bernilai tinggi. DC adalah produk
campuran makanan yang higienis dan praktis. CM adalah minuman kesehatan yang
dapat mensubstitusi susu dan CC adalah bahan yang praktis dan hiegenis untuk
keperluan memasak pengganti santan parut manual.
Produk-produk turunan sabut yang prospektif untuk bahan jok mobil mewah,
springbed, dan geotextile (GT). Produk-produk turunan tempurung yang prospektif
adalah AC, CCL, tepung tempurung (CP) dan kerajinan. Activated carbon antara lain
dapat digunakan untuk industri minyak dan gas, pemurnian air, pengolahan pulp,
pupuk dan tambang emas.
Ada empat komponen dasar dari buah kelapa, yaitu sabut, tempurung, daging buah
dan air yang dapat diolah menjadi berbagai macam produk.
Dalam modul ini yang akan dibahas hanya yang berhubungan dengan
tempurungnya saja.
B. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari dan mengikuti semua petunjuk kegiatan pembelajaran dalam
modul ini, peserta diharapkan mampu memahami prinsip dan melaksanakan :
1) Pembuatan briket arang tempurung
2) Pembuatan asap cair
3) Pengujian biobriket arang tempurung
4) Pengujian asap cair
2. Membuat asap cair dari 2.1. Menyiapkan peralatan utama dan alat batu
proses pengarangan 2.2. Menyiapkan bahan baku
tempurung 2.3. Melaksanakan proses pembuatan asap cair
3. Melakukan pengujian hasil bio 3.1. Menyiapkan peralatan utama dan alat batu
briket arang tempurung 3.2. Menyiapkan bahan baku
3.3. Melakukan pengujian hasil bio briket tempurung
2
kelapa
4. Melakukan pengujian hasil 4.1. Menyiapkan peralatan utama dan alat batu
asap cair/ pyrolisis 4.2. Menyiapkan bahan baku
4.3. Melakukan pengujian hasil asap cair dari proses
pengarangan tempurung kelapa
D. Indikator Keberhasilan
Terlaksananya pembelajaran siswa/peserta didik meliputi pemahaman prinsip
dan melaksanakan :
1. Membuat Bio Briket Arang Tempurung
1.1. Menyiapkan peralatan utama dan alat batu
1.2. Menyiapkan bahan baku
1.3. Melaksanakan proses pembuatan bio briket
2. Membuat Asap Cair dari Proses Pengarangan Tempurung
2.1. Menyiapkan Peralatan utama dan alat batu
2.2. Menyiapkan Bahan Baku
2.3. Melaksanakan proses pembuatan asap cair
3. Melakukan Pengujian hasil Bio Briket Arang Tempurung
3.1. Menyiapkan Peralatan utama dan alat batu
3.2. Menyiapkan bio briket sebagai specimen benda uji
3.3. Melakukan pengujian hasil bio briket tempurung kelapa
4. Melakukan Pengujian Hasil Asap Cair/ Pyrolisis
4.1. Menyiapkan Peralatan utama dan alat batu
4.2. Menyiapkan asap cair grade 1,2, dan 3 debagai specimen benda uji
4.3. Melakukan pengujian hasil asap cair dari proses pengarangan
tempurung kelapa
3
BAB II. KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Uraian Materi
Tempurung
Tempurung kelapa yang dulu hanya digunakan sebagai bahan bakar,
sekarang sudah merupakan bahan baku industri cukup penting. Produk yang
dihasilkan dari pengolahan tempurung adalah arang, arang aktif, tepung
tempurung, dan barang kerajinan. Arang aktif dari tempurung kelapa memiliki
daya saing yang kuat karena mutunya tinggi dan tergolong sumber daya yang
terbarukan. Selain digunakan dalam industri farmasi, pertambangan, dan
penjernihan, arang aktif sekarang sudah dibuat untuk penyaring atau
penjernih ruangan untuk menyerap polusi dan bau tidak sedap dalam
ruangan. Berdasarkan data ekspor tahun 2003, Indonesia ternyata lebih
banyak mengekspor dalam bentuk arang tempurung (56%), sedangkan
negara lain dalam bentuk arang aktif.
4
sekarang ini mengingat harga jual nya yang cukup tinggi sehingga banyak
orang yang beralih untuk lebih memilih gas elpiji.
Hal ini bisa dijadikan sebagai peluang bisnis briket arang yang mana
memberikan keuntungan yang cukup menjanjikan nantinya jika diolah dengan
tangan yang benar. Kenaikan harga bbm yang berlangsung belakangan ini
nyatanya dapat memberikan efek yang cukup penting untuk penduduk
kelompok kalangan bawah.
5
Peluang bisnis ini menyasar karena Kenaikan harga minyak tanah
yang melambung tinggi sampai meraih empat kali lipat, ditambah lagi tingkat
kecenderungan pemakaian bbm yang makin hari semakin merangkak naik,
mendorong beberapa besar penduduk untuk mulai berpaling dari bahan bakar
minyak ke pemakaian bahan bakar alternatif.
6
Gambar 1.3. Arang Tempurung dan Briket
7
TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEMPURUNG
TEMPURUNG
8
Gambar 1.5. Tungku Pengarangan Sederhana
9
Beberapa keuntungan pembuatan arang dengan metode modern
dibandingkan metode sederhana yaitu jumlah arang yang dihasilkan lebih
banyak, proses karbonisasi lebih cepat, asap yang dihasilkan selama proses
karbonisasi dapat dijadikan asap cair sehingga mengurangi pencemaran
lingkungan.
10
Pada pembuatan briket arang, arang terlebih dahulu dijadikan serbuk,
kemudian serbuk arang dicampur perekat dan dicetak. Bentuk dan ukuran
briket arang dapat dimodifikasi sehingga lebih praktis dalam penggunaannya
sebagai bahan bakar rumah tangga ( Hartoyo dkk, 1978).
Penyusun
Jumlah ( % )
Tempurung
Lignin 36,51
Selulosa 33,61
Hemiselulosa 19,27
(Woodroof, 1970)
11
MENYIAPKAN TEMPURUNG KELAPA SEBANYAK +/- 250kg, DENGAN
KRITERIA : BERSIH, BERASAL DARI KELAPA YANG TUA, DAN KERING
PEMROSESAN
Proses Pengarangan :
1. Siapkan tungku pembakaran dan tempurung yang akan dipakai
2. Bersihkan tempurung dari kotoran dan sabut
3. Keringkan tempurung dengan cara dijemur, hingga kadar airnya kira-
kira 15%
12
4. Pengarangan dapat dilakukan dengan cara pengarangan langsung
pada tungku tertutup, dengan bahan bakar dibawah tungku tersebut
5. atau pembakaran tempurung yang akan dijadikan arang pada tungku,
kemudian pada saat semua tempurung sudah terbakar, lalu ditutup
dengan debu sisa pembakaran atau pasir, sihingga terjadi proses
pengarangan. Cara ini tidak memakai bahan bakar tersendiri.
6. Selanjutnya arang tempurung disortir dari bagian pengarangan yang
tidak sempurna/ masih mentah.
7. Untuk menghasilkan kualitas arang yang baik, diperlukan pengalaman
dan cara-cara yang sesuai dengan cara pengarangan modern.
13
tetapi untuk menguapkan air yang berada di dinding sel diperlukan suhu
sampai 200oC.
14
Hemiselulosa terdekomposisi pada suhu 200o C - 250o C, selulosa mulai
280oC dan berakhir pada 300o C–350o C, sementara lignin mulai
terdekomposisi pada suhu 300o C-350o C dan berakhir pada suhu 400o C
– 450o C.
Pada permulaan pirolisis dihasilkan gas-gas yang mudah terbakar seperti
CO, metana, metanol, formaldehid dan asam asetat. Proses pirolisis
selanjutnya menghasilkan tar, termasuk di dalamnya adalah furfural dan
derivatif furan sebagai hasil dekomposisi dari pentosan, kemudian glukosa
sebagai hasil dekomposisi selulosa dan berbagai macam senyawa
aromatik (fenol, xilenol) sebagai hasil dekomposisi lignin. Semua hasil
dekomposisi menguap bersamaan dengan meningkatnya suhu pirolisis
dan residu yang tertinggal adalah arang.
Setelah proses pirolisis selesai kemudian bahan arang tempurung yang
didapat digunakan sebagai bahan pembuatan briket arang tempurung.
Proses pembuatan briket arang tempurung dapat menggunakan cara
berikut.
15
Gambar 1.12. Proses Penepungan Arang Tempurung
Komposisi antar bahan pencampur dapat diamati dari skema dibawah ini:
16
TEPUNG
KANJI/TAPIOKA
(1kg)
TEPUNG
Air (8 liter)
ARANG (25 kg)
PASTA
BIOBRIKET
Gambar 1.14. Mesin Pengaduk/ Mixer Adonan Briket dan Tepung Arang
e. Pencetakan Briket
Setelah adonan briket jadi, kemudian adonan dimasukkan ke dalam alat
cetak briket,
17
o Kemudian dipadatkan dengan tangan, sehingga permukaan atas
adonan briket, sama tinggi dengan permukaan bagian atas cetakan
o Mengatur meja cetakan briket, sehingga bagian pin pengepres tepat
berada dibagian tengah (senter) silinder rongga cetakan briket,
kuncikan kedudukan meja cetakan pada posisi yang seharusnya
o Memutar roda torak cetakan, sehingga pin pencetak menekan
seluruh permukaan adonan briket, sehingga terjadi kepadatan
tertentu
o Mengeluarkan briket yang telah selesai dicetak, simpan pada loyang
dan siap untuk dikeringkan
Gambar 1.15. Mesin Pengaduk/ Mixer Adonan Briket dan Tepung Arang
f. Pengeringan Briket
Setelah dicetak, selanjutnya biobriket dikeringkan. Pengeringan dapat
dilakukan secara alamiah/manual dijemur dibawah terik matahari, atau
dimasukkan pada alat pengering khusus (oven). Proses pengeringan
secara manual di bawah terik matahari dilakukan selama 3-4 hari, atau
kalau dengan menggunakan oven, dikeringkan pada suhu oven 60oC
selama 24 jam. sebelum dimasukkan oven, briket diangin-anginkan
terlebih dahulu minimal 12 jam, agar tidak terjadi pengeringan yang
mendadak, yang dapat menyebabkan pecah-pecah.
18
Gambar 1.16. Pengeringan Bio Briket Pada Oven Khusus Pada Temp. 60O C
Gambar 1.17. Pengeringan Bio Briket Pada Oven Khusus Pada Temp. 60O C
19
Gambar 1.18. Bio Briket yang sudah jadi selanjutnya di packing
20
2. Tugas Latihan
Tugas Latihan ke 1:
Tugas Latihan ke 2:
a) ………………………………………………………………………
b) …………………………………………………………….……….
c) ………………………………………………………………………
d) ………………………………………………………………………
e) ………………………………………………………………………
2.2. Jelaskan apa kelebihan tempurung kelapa sebagai bahan baku bio briket !
………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………….
21
2.3. Jelaskan fungsi potensi arang tempurung, terkait dengan energy !
………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………….
2.4. Identifikasikan fungsi karbon aktif hasil dari arang tempurung !
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
2.5. Identifikasikan fungsi briket arang tempurung (bio briket) !
………………………………………………………………….
………………………………………………………………….
2.6. Jelaskan pembuatan arang dengan cara metode sederhana !
………………………………………………………………….
………………………………………………………………….
2.7. Identifikasikan keuntungan pembuatan arang dengan metode modern !
………………………………………………………………….
………………………………………………………………….
Tugas Latihan ke 3:
(Setelah anda menyimak uraian materi PENYIAPAN BAHAN BAKU di atas dan
mungkin anda mendapat informasi serupa yang lebih luas dari media lain,
selanjutnya jawab pertanyaan dibawah ini):
3.1. Apa yang menjadi patokan untuk menentukan jumlah bahan baku yang akan
disiapkan ?
3.2. Apakah tempurung yang akan dipilih termasuk sabut yang menempel pada
tempurung tersebut? * Ya Tidak, alasannya adalah ……………………
3.3. Berapa persen kadar air tempurung maksimum yang akan dipakai langsung
dalam pengarangan ?
3.4. Apabila pengarangan memakai tempurung yang kotor dan mengandung
banyak sabut menempel pada tempurung tersebut, bagaimana kualitas hasil
arangnya?
3.5. Tuliskan beberapa persyaratan tempurung yang baik untuk dijadikan biobriket!
22
3. Rangkuman Kegiatan Belajar 1.
Kegiatan Belajar 1 ini membahas tentang:
Membuat Bio Briket Arang Tempurung, dengan sub pokok bahasan sebagai
berikut :
1. Menyiapkan peralatan utama dan alat batu
2. Menyiapkan bahan baku
3. Melaksanakan proses pembuatan bio briket
o Proses Pengarangan :
1. Siapkan tungku pembakaran dan tempurung yang akan dipakai
2. Bersihkan tempurung dari kotoran dan sabut
3. Keringkan tempurung dengan cara dijemur, hingga kadar airnya kira-kira
15%
4. Pengarangan dapat dilakukan dengan cara pengarangan langsung pada
tungku tertutup, dengan bahan bakar dibawah tungku tersebut
5. atau pembakaran tempurung yang akan dijadikan arang pada tungku,
kemudian pada saat semua tempurung sudah terbakar, lalu ditutup
dengan debu sisa pembakaran atau pasir, sihingga terjadi proses
pengarangan. Cara ini tidak memakai bahan bakar tersendiri.
6. Selanjutnya arang tempurung disortir dari bagian pengarangan yang tidak
sempurna/ masih mentah.
7. Untuk menghasilkan kualitas arang yang baik, diperlukan pengalaman dan
cara-cara yang sesuai dengan cara pengarangan modern
23
o Pembuatan Pasta Briket
Pasta briket dibuat dengan mencampur bahan perekat pati dengan serbuk
arang tempurung menggunakan perbandingan 1 : 25. Perekat pati dibuat
dengan campuran pati dan air dengan perbandingan 1 : 8. Campuran
dipanaskan sampai matang. Setelah perekat pati matang kemudian
dicampurkan dan diaduk secara merata dengan serbuk arang tempurung
secara manual ataupun menggunakan mesin pengaduk
Pencetakan Briket
Setelah adonan briket jadi, kemudian adonan dimasukkan ke dalam alat cetak
briket,
o Masukkan adonan briket pada moulding cetakan, sehingga memenuhi
seluruh rongga silinder cetakan, volume adonan briket, seperti halnya
volume silinder cetakan
o Kemudian dipadatkan dengan tangan, sehingga permukaan atas adonan
briket, sama tinggi dengan permukaan bagian atas cetakan
o Mengatur meja cetakan briket, sehingga bagian pin pengepres tepat berada
dibagian tengah (senter) silinder rongga cetakan briket, kuncikan kedudukan
meja cetakan pada posisi yang seharusnya
o Memutar roda torak cetakan, sehingga pin pencetak menekan seluruh
permukaan adonan briket, sehingga terjadi kepadatan tertentu
o Mengeluarkan briket yang telah selesai dicetak, simpan pada loyang dan
siap untuk dikeringkan
Pengeringan Briket
Setelah dicetak, selanjutnya biobriket dikeringkan. Pengeringan dapat dilakukan
secara alamiah/manual dijemur dibawah terik matahari, atau dimasukkan pada
alat pengering khusus (oven). Proses pengeringan secara manual di bawah
terik matahari dilakukan selama 3-4 hari, atau kalau dengan menggunakan
oven, dikeringkan pada suhu oven 60oC selama 24 jam.
24
4. Evaluasi Materi
o Post Test
Kerjakan soal dibawah ini pada lembar jawaban yang telah disediakan.
1. Jelaskan persyaratan tempurung kelapa yang baik untuk
dijadikan bio briket
2. Buatlah gambaran proses pengarangan tempurung kelapa cara
sederhana
3. Jelaskan manfaat pengarangan tempurung dilakukan secara
modern
4. Jelaskan prosedur dan cara membuat adonan briket
5. Jelaskan cara melakukan pencetakan adonan briket menjadi
briket yang bentuknya stándar dan padat
6. Jelaskan kriteria oven pengering yang memenuhi persyaratan
untuk mengeringkan bio briket
7. Jelaskan cara mengeringkan bio briket pada oven, agar
hasilnya memenuhi standard kekeringan dan kualitasnya baik
8. Jelaskan mengapa kadar air bio briket tidak boleh lebih dari
10% ?
o Tugas Praktek
Kerjakanlah Tugas Praktek Pembuatan Briket Arang Tempurung
berikut ini menurut tatacara standard (SOP) yang tepat:
1. Pembuatan Arang Tempurung, cara tradisional atau cara
modern.
2. Pembuatan Tepung Arang Tempurung.
3. Pembuatan Pasta briket.
4. Pencetakan biobriket.
5. Pengeringan /oven biobriket
25
5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
o Progres Pembelajaran :
Proses Pembuatan dan Pengujian Biobriket dan Asap cair
Nama Peserta : …………………………………………
Sekolah Asal : …………………………………………
Standar Kompetensi Dasar Skor Skor yang Keterangan
Kompetensi Standar dicapai (L/ TL)
1. Membuat 1.4. Menyiapkan Peralatan 30 …………….
Bio Briket utama dan alat batu
Arang
1.5. Menyiapkan Bahan
Tempurung 30 …………….
Baku
40 …………….
1.6. Melaksanakan proses
pembuatan bio briket
…………………………………………………………..
NIP. ……………………………………………………
26
B. KEGIATAN BELAJAR 2. PEMBUATAN ASAP CAIR
1. Uraian Materi
a. Pendahuluan
Pengasapan telah lama dikenal sebagai salah satu tahapan
dalam pengolahan produk pangan. Tujuan semula dari pengasapan
adalah menghambat laju kerusakan produk. Namun dalam
perkembangannya tujuan pengasapan tidak hanya itu, tetapi lebih
ditujukan untuk memperoleh kenampakan tertentu pada produk
asapan dan citarasa asap pada bahan makanan. Astuti (2000)
mengemukakan bahwa penggunaan asap cair lebih menguntungkan
daripada menggunakan metode pengasapan lainnya karena warna
dan citarasa produk dapat dikendalikan, kemungkinan menghasilkan
produk karsinogen lebih kecil, proses pengasapan dapat dilakukan
dengan cepat dan bisa langsung ditambahkan pada bahan selama
proses. Pengasapan diperkirakan akan tetap bertahan pada masa
yang akan datang karena efek yang unik dari citarasa dan warna yang
dihasilkan pada bahan pangan.
27
Lebih dari 400 senyawa kimia dalam asap telah berhasil
diidentifikasi. Komponen-komponen tersebut ditemukan dalam jumlah
yang bervariasi tergantung jenis kayu, umur tanaman sumber kayu,
dan kondisi pertumbuhan kayu seperti iklim dan tanah. Komponen-
komponen tersebut meliputi asam yang dapat mempengaruhi
citarasa, pH dan umur simpan produk asapan; karbonil yang bereaksi
dengan protein dan membentuk pewarnaan coklat dan fenol yang
merupakan pembentuk utama aroma dan menunjukkan aktivitas
antioksidan (Astuti, 2000).
Selain itu Fatimah (1998) menyatakan golongan-golongan
senyawa penyusun asap cair adalah air (11-92 %), fenol (0,2-2,9 %),
asam (2,8-9,5 %), karbonil (2,6-4,0 %) dan tar (1-7 %).
Kandungan senyawa-senyawa penyusun asap cair sangat
menentukan sifat organoleptik asap cair serta menentukan kualitas
produk pengasapan. Komposisi dan sifat organoleptik asap cair sangat
tergantung pada sifat kayu, temperatur pirolisis, jumlah oksigen,
kelembaban kayu, ukuran partikel kayu serta alat pembuatan asap
cair (Girard, 1992).
28
Kandungan senyawa fenol dalam asap sangat tergantung pada
temperatur pirolisis kayu. Menurut Girard (1992), kuantitas fenol pada
kayu sangat bervariasi yaitu antara 10-200 mg/kg Beberapa jenis fenol
yang biasanya terdapat dalam produk asapan adalah guaiakol, dan
siringol.
HO HO
H3CO H3CO
Guaiakol Siringol
o Senyawa karbonil
Senyawa-senyawa karbonil dalam asap memiliki peranan pada
pewarnaan dan citarasa produk asapan. Golongan senyawa ini mepunyai
aroma seperti aroma karamel yang unik. Jenis senyawa karbonil yang
terdapat dalam asap cair antara lain adalah vanilin dan siringaldehida.
OCH3
HO HO
O O
C C
H3CO H3CO
H H
Vanilin Siringaldehida
29
o Senyawa asam
Senyawa-senyawa asam mempunyai peranan sebagai anti bakteri
dan membentuk citarasa produk asapan. Senyawa asam ini antara lain
adalah asam asetat, propionat, butirat dan valerat.
o senyawa benzo(a)pirena
Benzo(a)pirena mempunyai titik didih 310 oC dan dapat
menyebabkan kanker kulit jika dioleskan langsung pada permukaan kulit.
Akan tetapi proses yang terjadi memerlukan waktu yang lama
(Winaprilani, 2003).
30
Mesin produksi biobriket dan asap cair ini merupakan satu unit
mesin pengolah limbah tempurung kelapa secara terpadu sehingga
diharapkan dalam sekali proses kita mendapatkan hasil secara terpadu
pula. Dengan demikian kita peralatan ini dapat berfungsi secara optimal
dengan memberikan keuntungan ganda disamping tentu saja
pertimbangan komponen bahan yang ekonomis.
31
Secara umum proses pembuatan biobriket dan asap cair seperti alur pada bagan
berikut:
32
Proses Pirolisis
Pirolisis adalah degradasi limbah organik secara thermal dalam kondisi tanpa
oksigen untuk menghasilkan arang karbon, minyak dan gas yang dapat dibakar.
Besarnya produk yang akan dihasilkan dipengaruhi kondisi proses, terutama
temperatur dan laju pemanasan. Perbedaan utama pirolisis, gasifikasi dan
insinerasi: jumlah oksigen yang disuplai ke rekator thermal.
Temparatur relatif rendah, yaitu dalam rentang 400-800C. Kondisi proses yang
bervariasi mengakibatkan perbedaan produk arang, gas atau minyak yang
dihasilkan.
Panas disuplai melalui pemanasan tidak langsung, seperti pembakaran dari gas
atau minyak, atau pemanasan langsung menggunakan transfer gas panas.
Pirolisis memiliki kelebihkan dalam menghasilkan gas atau produk minyak dari
limbah yang dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk proses pirolisis itu
sendiri.
33
b. Pyrolisis dengan laju pemanasan yang lambat terhadap limbah ban akan
menghasilkan:
Arang hingga 50%
kadar abu sekitar 10%
Pemanfaatan arang:
Digunakan langsung sebagai bahan bakar
Dipadatkan menjadi briket bahan bakar
Digunakan sebagai bahan adsorpsi seperti karbon aktif .
Proses Pirolisis
Proses pembakaran bahan baku tempurung kelapa menjadi arang tempurung
dan asap cair dengan menggunakan tungku pirolisis, adapun langkah-langkah
adalah sebagai berikut:
Pada waktu pengisian bahan baku diusahakan tempurung kelapa terisi penuh
di dalam reaktor dengan menggunakan balok kayu untuk memadatkan
tempurung di dalam reaktor pirolisis.
Reaktor ditutup rapat setelah terisi penuh dengan tempurung kelapa. Untuk
mencegah asap keluar dari reaktor pirolisis.
Untuk proses pembakaran disediakan bahan bakar sekitar 40 – 50 kg
tempurung untuk membakar 120 kg tempurung yang akan dijadikan briket.
Pada saat proses pembakaran suhu pirolisis dikontrol melalui alat kontrol
temperatur yang terpasang diatas reaktor pirolisis. Selama proses
pembakaran suhu dijaga sekitar 300-400 o C.
Kran pada separator / penampung tar harus dibuka 5-10 menit per jam
karena untuk mencegah cairan tar mengeras didalam pipa. Disamping itu
untuk mencegah terjadinya tekanan tinggi pada reaktor pirolisis.
Setelah 5 – 6 jam dimana asap cair tidak keluar dari kondensor maka proses
pirolisis dianggap sudah selesai.
Setelah proses pirolisis selesai tempurung (sisa pembakaran) yang
digunakan sebagai bahan bakar kemudian dapat dikeluarkan dan dimatikan
dengan menggunakan air.
Arang hasil pirolisis yang ada didalam reaktor didiamkan terlebih dahulu
selama 2 jam kemudian dikeluarkan dan digiling.
34
Proses Pembuatan Asap Cair
35
larutan asap cair akan semakin bening dan kadar tar sudah habis begitu juga
dengan kadar benzoapyrene/Polycyclic Hidrocarbon Aromatic (PHA).
Pengemasan dan Pemanfaatan Asap Cair
Asap Cair kemudian disimpan dalam penampungan untuk siap dikemas
sesuai dengan gradenya masing-masing.
Tungku Pirolisis
Alat yang digunakan untuk pembakaran tempurung (pengarangan)
menggunakan tungku pirolisis, agar hasil arang karbon bisa sempurna dan
juga bisa didapatkan hasil lain berupa asap cair, dan gas methan. Untuk
lebih jelasnya , Anda perhatikan pembahasan berikut ini.
Detail sambungan
garis sambung knee dia. 2"
flange 2"-304-JIS
garis asli
pipa
Detail sambungan s/s d reducer 2-1/2"
ia.2"
knee dia. 2" flange 2"-304-JIS drain out s/s dia. 1/2"
plate s/s JIS-304 3mm
drum dia.60
flange 1/2"-304-JIS besi dia 12
s/s 1/2"
fire exhaust s/s
dia. 4"
tutup outlet s/s dia. 4"
Gambar 2.3. Bagan Dapur Pirolisis Arang Tempurung dan Kondensasi Asap Cair
36
Gambar 2.4. Metode Recycling Gas Metan untuk Pembakaran
Keterangan Gambar:
37
cair sehingga mempermudah dalam penyimpanan.
(7) Blower
Blower berfungsi untuk mendorong agar asap dapat mengalir secara cepat
dan lancar dalam tempat penampungan.
(8) Penampung tar
Penampung tar adalah alat yang digunakan untuk menampung tar yang
keluar selama proses pengarangan mengggunakan pirolisis.
(9) penampung bio-oil
Penampung bio-oil adalah tempat untuk menampung asap cair yang
dihasilkan dalam proses pengarangan dengan pirolisis.
(10) Pengukur tekanan
Pengukur tekanan merupakan peralatan yang mendukung dalam
pengarangan menggunakan tabung pirolisis, berfungsi untuk mengukur
tekanan agar tetap stabil.
(11) pipa gas recycle
Pipa gas recycle merupakan alat pendukung tabung pirolisis, berfungsi untuk
merecycle semua bahan gas yang dihasilkan selama proses pengarangan
dan digunakan sebagai tambahan bahan bakar.
(12) pipa bio-oil
Pipa bio-oil merupakan alat pendukung tabung pirolisis, berfungsi untuk
mengalirkan bio-oil yang diperoleh selama proses pengarangan dalam
pirolisis.
38
b. Proses kondensasi untuk menghasilkan tar, gas methan dan asap cair
grade C yang dilakukan dengan menggunakan tabung kondensator
dengan air bersuhu 23-250 C yang disirkulasi menggunakan pompa air.
c. Proses destilasi untuk merubah asap cair grade C menjadi grade lebih
tinggi dilakukan proses dehidrasi menggunakan zeolit aktif untuk
menyerap air. Setelah itu asap cair tersebut dimurnikan menjadi grade B
atau grade B menjadi grade A dengan menggunakan tabung destilator
yang suhunya dapat diatur antara 120-250oC.
Reaktor pirolisis berdiameter 750 mm, tinggi 1040 cm dan kerucut dengan
ketinggian 323 mm serta ketebalan plat 3 mm stainless steel. Konstruksi pirolisis
ini dilengkapi dengan exhaust valve untuk menjaga tekanan dalam reaktor dan
39
fire exhaust dengan diameter 4 inchi dan tempat termometer untuk mengukur
suhu dalam reaktor. Dibawah reaktor ditempatkan ruang untuk pembakaran
dengan ukuran kaki reaktor yang terbuat dari siku 5/5 dan tinggi 440 mm, lebar
750mm.
Proses pirolisis berlangsung selama 4-6 jam pada suhu 300-400o C yang
diukur dengan termometer payung. Pengaturan suhu dilakukan dengan
mengontrol cara pembakaran dengan bahan tempurung kelapa. Hasil yang
diperoleh dari proses pirolisis ini adalah arang tempurung kelapa, asap cair dan
gas methan.
Untuk mengalirkan gas asap cair ke drum kondensor menggunakan pipa
diameter 2 Inchi dengan kemiringan 300 pada lekukan separator. Pipa ini
menggunakan flange 2” unruk menghubungkan antara reaktor dengan drum
kondensor dan juga flange 0.5” untuk menghubungkan dengan pipa separator.
Separator dibuat dari bahan stainless diameter 4” denan ketinggian 200 mm
yang dilengkapi dengan stop kran diameter 0.5” untuk mengeluarkan tar.
Pengolahan asap cair grade C dilakukan dengan menggunakan drum
kondensator dengan air yang bersirkulasi. Untuk memisahkan tar dilakukan
menggunakan sparator yang dipasang pada saluran sebelum masuk tabung
kondensator.
Kondensator terbuat dari bahan stainless dengan ukuran diameter 600
mm dan tinggi drum 880 mm. Dengan pipa kondensor diameter 0.5” tempat
mengalirnya asap cair dan drum kondensor ini dilengkapi dengan pipa sirkulasi
keluar masuknya air. Drum ini didukung dengan kaki yang terbuat dari besi siku
5/5 lebar kaki 667 mm dan tinggi 420 mm.
Untuk memisahkan dan memanfaatkan gas methan dilakukan dengan
menyambung saluran keluar tabung kondensator dengan pipa yang mengarah
ke atas dan kemudian menghubungkannya dengan tabung pirolisis melalui
blower. Asap cair grade C diperoleh dengan memasang penampung asap cair
pada saluran keluar tabung kondensator yang mengarah ke bawah.
Penampungan asap cair terbuat dari bahan stainless dengan kapasitas 60 liter.
40
Proses Destilasi
Distilasi adalah suatu proses yang di dalamnya suatu cairan atau uap
campuran dari dua atau lebih substansi dipisahkan ke dalam fraksi-fraksi
komponennya dengan kemurnian yang diinginkan melalu pemakaian atau
pelepasan kalor.
41
a. Penangkapan Asap Cair
b. Pemisahan Tar
Pada saluran pipa asap cair ini tar berupa larutan hitam pekat yang mirip
dengan oli di tangkap melalui separator kemudian ditampung pada bak
penampungan tar. Yang dibuka 5 - 10 menit setiap satu jam proses.
42
Pemurnian Asap Cair Grade C menjadi Grade A dan B (proses destilasi).
Pada proses detilasi diusahakan suhu awal mencapai 250 C selama 3 jam
(grade B) dengan warna agak kecoklatan dan kadar PHA yg masih cukup
tinggi. Kemudian perlahan lahan diturunkan sampai dengan 120 C. Selama
suhu 120 C proses destilasi sebaiknya dipertahankan selama 5 jam (grade A)
dengan warna coklat muda agak bening dengan kadar PHA yang sangat
sedikit. Kedua proses diatas dilakukan untuk volume asap cair sebanyak 55
liter, pada penurunan temperatur hasil asap cair akan semakin baik dimana
larutan asap cair akan semakin bening dan kadar tar sudah habis begitu juga
dengan kadar benzoapyrene/Polycyclic Hidrocarbon Aromatic (PHA).
Proses destilasi dilakukan menggunakan alat destilasi yang terdiri dari tabung
destilasi berukuran diameter 50 cm dan tinggi 60 cm dengan bahan stainless
steel dan kolom destilasi setinggi kira-kira 200 cm dengan pendinginan udara.
43
Temperatur pemanasan pada tabung destilasi antara 120 – 250o C. Kolom
destilasi dengan pipa diameter 3" dan 4“, kapasitas 20-25 liter asap cair,
sistem destilasi batch, model kolom bertingkat dengan refluks, bahan besi
galvalis, dilengkapi dengan timer
o Tempurung kelapa .
o Berbagai jenis kayu, sekam padi, ampas tebu, dan lain-lain.
44
PEMROSESAN ASAP CAIR
Pemrosesan asap cair bersamaan dengan proses pembakaran tempurung
kelapa pada pembuatan arang tempurung. Proses utama pada pembuatan
asap cair adalah menggunakan proses pirolisis dan destilasi.
o Pyrolisis
Pirolisis adalah proses pemanasan suatu zat tanpa adanya oksigen
sehingga terjadi penguraian komponen-komponen penyusun tempurung
kelapa
Istilah lain dari pirolisis adalah penguraian yang tidak teratur dari bahan-
bahan organik yang disebabkan oleh adanya pemanasan tanpa
berhubungan dengan udara luar. Hal tersebut mengandung pengertian
bahwa apabila tempurung kelapa dipanaskan tanpa berhubungan dengan
udara dan diberi suhu yang cukup tinggi, maka akan terjadi reaksi
penguraian dari senyawa-senyawa kompleks yang menyusun tempurung
dan menghasilkan zat dalam tiga bentuk yaitu padatan, cairan dan gas
(Widjaya, 1982).
Tempurung kelapa dan kayu mempunyai komponen-komponen yang
hampir sama. Kandungan selulosa, hemiselulosa dan lignin dalam kayu
berbeda-beda tergantung dari jenis kayu. Pada umumnya kayu
mengandung dua bagian selulosa dan satu bagian hemiselulosa, serta
satu bagian lignin. Pada proses pirolisis terjadi dekomposisi senyawa-
senyawa penyusunnya, sebagai berikut:
o Pirolisis selulosa
Selulosa adalah makromolekul yang dihasilkan dari kondensasi linear
struktur heterosiklis molekul glukosa. Selulosa terdiri dari 100-1000 unit
glukosa (Fengel dan Wegener, 1995). Selulosa terdekomposisi pada
temperatur 280 oC dan berakhir pada 300-350 oC
Girard (1992), menyatakan bahwa pirolisis selulosa berlangsung dalam dua
tahap, yaitu :
i. Tahap pertama adalah reaksi hidrolisis menghasilkan glukosa.
ii. Tahap kedua merupakan reaksi yang menghasilkan asam asetat dan
homolognya, bersama- sama air dan sejumlah kecil furan dan fenol.
45
o Pyrolisis hemiselulosa
Hemiselulosa merupakan polimer dari beberapa monosakarida seperti
pentosan (C5H8O4) dan heksosan (C6H10O5). Pirolisis pentosan
menghasilkan furfural, furan dan derivatnya beserta satu seri panjang
asam-asam karboksilat. Pirolisis heksosan terutama menghasilkan asam
asetat dan homolognya. Hemiselulosa akan terdekomposisi pada
temperatur 200-250 oC.
o Pyrolisis lignin
Lignin merupakan sebuah polimer kompleks yang mempunyai berat molekul
tinggi dan tersusun atas unit-unit fenil propana. Senyawa-senyawa yang
diperoleh dari pirolisis struktur dasar lignin berperanan penting dalam
memberikan aroma asap produk asapan. Senyawa ini adalah fenol, eter fenol
seperti guaiakol, siringol dan homolog serta derivatnya (Girard,1992). Lignin
mulai mengalami dekomposisi pada temperatur 300-350 oC dan berakhir
pada 400-450 oC.
o Proses Destilasi
Destilasi merupakan proses pemisahan komponen dalam campuran
berdasarkan perbedaan titik didihnya, atau pemisahan campuran berbentuk
cairan atas komponennya dengan proses penguapan dan pengembunan
sehingga diperoleh destilat dengan komponen-komponen yang hampir murni.
46
tertampung mempunyai kadar komponen yang lebih ringan dibandingkan
destilat yang lain.
Tabel 2.1. Titik didih senyawa pendukung sifat fungsional asap cair
- Diasetil
- Formaldehid
Asam
- Asam asetat 118
162
- Asam butirat 141
176
- Asam propionat
- Asam Isovalerat
Sumber : Buckingham dalam Astuti (2000)
Keterangan : *adalah titik leleh
47
Pada proses pirolisis ini berlaku hukum kekekalan massa dimana massa
sebelum dan sesudah reaksi adalah tetap. Gas yang tidak dapat
terkondensasi ini terhitung sebagai massa yang hilang yaitu data yang
diperoleh dari perhitungan berat awal tempurung kelapa dikurangi dengan
berat arang dan cairan. Hasil pirolisis ditampilkan pada tabel berikut.
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pirolisis dengan empat tingkat
temperatur pirolisis yang berbeda menghasilkan arang, cairan dan gas dalam
jumlah yang berbeda pula.
Arang
Proses pembuatan asap cair ini menghasilkan arang sebagai bahan sisa
pirolisis. Grafik yang memperlihatkan hubungan temperatur pirolisis dengan
rendemen arang dapat dilihat pada gambar berikut.
48
Gambar 2.7. Grafik Rendemen Arang Hasil Pirolisis
Cairan
Cairan yang dihasilkan pada pirolisis ini terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan
atas adalah asap cair sedangkan lapisan bawah adalah tar. Hasilnya
ditampilkan dalam grafik pada gambar berikut.
49
Gambar 2.8. Grafik Rendemen Cairan Hasil Pirolisis
50
Cairan yang merupakan campuran asap cair dan tar ini memiliki perbedaan
berat jenis yaitu asap cair sebesar 1,0357 g/mL dan tar sebesar 1,0465 g/mL.
Sebelum dilakukan destilasi, cairan ini didekantasi untuk memisahkan tar.
Proses dekantasi dilakukan selama seminggu dan diharapkan dapat
mengurangi kandungan tar pada asap cair.
51
2. Tugas Latihan:
Tugas Latihan 1:
Tugas Latihan 2:
Tugas Praktek 1:
Kerjakanlah Tugas berikut ini dengan cara yang sistematis, aman dan efisien :
1. Pembuatan Asap Cair grade C
2. Penyulingan Asap Cair grade C menjadi grade B
3. Penyulingan Asap Cair grade B menjadi grade A
52
3. Rangkuman
Proses destilasi terhadap asap cair juga dapat menghilangkan senyawa yang
tidak diinginkan dalam asap cair seperti hidrokarbon karsinogen dan residu
tar.
53
Asap cair mengandung berbagai senyawa yang terbentuk karena terjadinya
pirolisis tiga komponen material kayu yaitu selulosa, hemiselulosa dan lignin.
Lebih dari 400 senyawa kimia dalam asap telah berhasil diidentifikasi.
Komponen-komponen tersebut ditemukan dalam jumlah yang bervariasi
tergantung jenis kayu, umur tanaman sumber kayu, dan kondisi pertumbuhan
kayu seperti iklim dan tanah. Komponen-komponen tersebut meliputi asam
yang dapat mempengaruhi citarasa, pH dan umur simpan produk asapan;
karbonil yang bereaksi dengan protein dan membentuk pewarnaan coklat dan
fenol yang merupakan pembentuk utama aroma dan menunjukkan aktivitas
antioksidan.
Golongan-golongan senyawa penyusun asap cair adalah air (11-92 %), fenol
(0,2-2,9 %), asam (2,8-9,5 %), karbonil (2,6-4,0 %) dan tar (1-7 %).
54
terdapat dalam tempurung tersebut. Arang yang dihasilkan pada temperatur
400 oC adalah sebesar 31,80 % dan pada temperatur 250 oC diperoleh
arang dengan rendemen yang cukup tinggi yaitu sebesar 42,17 %.
o Cairan pirolisis
Cairan yang dihasilkan pada pirolisis ini terdiri dari dua lapisan yaitu
lapisan atas adalah asap cair sedangkan lapisan bawah adalah tar. Hasil
ditampilkan dalam grafik pada gambar berikut.
Cairan yang merupakan campuran asap cair dan tar ini memiliki
perbedaan berat jenis yaitu asap cair sebesar 1,0357 g/mL dan tar
sebesar 1,0465 g/mL. Sebelum dilakukan destilasi, cairan ini didekantasi
untuk memisahkan tar. Proses dekantasi dilakukan selama seminggu dan
diharapkan dapat mengurangi kandungan tar pada asap cair.
55
Proses Destilasi
Distilasi adalah suatu proses yang di dalamnya suatu cairan atau uap
campuran dari dua atau lebih substansi dipisahkan ke dalam fraksi-fraksi
komponennya dengan kemurnian yang diinginkan melalu pemakaian atau
pelepasan kalor.
56
perlu dimurnikan lagi untuk mendapatkan grade B dan A. Adapun langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Penangkapan Asap Cair
b. Pemisahan Tar
Pada saluran pipa asap cair ini tar berupa larutan hitam pekat yang mirip
dengan oli di tangkap melalui separator kemudian ditampung pada bak
penampungan tar. Yang dibuka 5 - 10 menit setiap satu jam proses.
Asap cair ditampung pada tabung pemurnian untuk diproses menjadi asap
cair murni grade A dan B (tidak mengandung gas metan dan tar). Hal ini
dapat dilakukan melalui proses pengendapan asap cair grade C selama
minimal satu minggu, untuk mengendapkan tar. Asap cair yang telah
terpisah dengan tar disaring menggunakan Zeolit aktif, proses selanjutnya
asap cair grade C dilakukan proses destilasi untuk pemurnian.
57
Pemurnian Asap Cair Grade C menjadi Grade A dan B (proses destilasi).
Pada proses detilasi diusahakan suhu awal mencapai 250 C selama 3 jam
(grade B) dengan warna agak kecoklatan dan kadar PHA yg masih cukup
tinggi. Kemudian perlahan lahan diturunkan sampai dengan 120 C. Selama
suhu 120 C proses destilasi sebaiknya dipertahankan selama 5 jam (grade A)
dengan warna coklat muda agak bening dengan kadar PHA yang sangat
sedikit. Kedua proses diatas dilakukan untuk volume asap cair sebanyak 55
liter, pada penurunan temperatur hasil asap cair akan semakin baik dimana
larutan asap cair akan semakin bening dan kadar tar sudah habis begitu juga
dengan kadar benzoapyrene/Polycyclic Hidrocarbon Aromatic (PHA).
58
4. Evaluasi Materi 2
59
5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Progres Pembelajaran : Proses Pembuatan dan Pengujian Biobriket dan Asap
cair
Nama Peserta : …………………………………………
Sekolah Asal : …………………………………………
Standar Kompetensi Dasar Skor Skor yang Keterangan
Kompetensi Standar dicapai (L/ TL)
1. Membuat Bio 1.1. Menyiapkan Peralatan 30 …………….
Briket Arang utama dan alat batu
Tempurung
1.2. Menyiapkan Bahan Baku
30 …………….
1.3. Melaksanakan proses
40 …………….
pembuatan bio briket
…………………………………………………………..
NIP. ……………………………………………………
60
C. KEGIATAN BELAJAR 3. PENGUJIAN HASIL BIO BRIKET
1. Uraian Materi
Pengujian Bio Briket
Rendemen
Rendemen briket arang merupakan berat arang yang dihasilkan dibagi
berat bahan baku yang dihitung dalam persen. Hasil pengukuran dan
data rendemen dapat dilihat pada tabel berikut.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa rendemen arang pada suhu 250
oC yaitu 42,81% masih cukup besar dan arang yang dihasilkan belum
sempurna. Rendemen yang cukup tinggi menunjukkan adanya
proses yang tidak sempurna sehingga sebagian fraksi bahan masih
dalam wujud semula.
Data rendemen arang (%) secara lebih jelas dapat dilihat pada Grafik
berikut:
45
Rendemen (%)
40
35 Series1
30
25
250 300 350 400
o
Suhu pirolisis ( C)
61
Dari Grafik hubungan suhu (oC) dengan rendemen arang (%) dapat dilihat
penurunan rendemen arang dengan semakin naiknya suhu pirolisis. Arang
yang dihasilkan pada suhu pirolisis 350 oC dan arang yang dihasilkan pada
suhu pirolisis 400 oC menunjukkan sifat arang yang baik yaitu arang yang
dihasilkan berwarna hitam merata dan pada bagian ujung pecahan
arangnya bercahaya. Arang yang dihasilkan dari suhu pirolisis 250 oC dan
300 oC belum baik karena arang yang dihasilkan masih ada bagian yang
berwarna coklat dan arang yang dihasilkan belum sempurna. Rendemen
arang yang terkecil sebesar 31,77 % dihasilkan pada suhu pirolisis 400 oC
merupakan arang yang paling baik.
Kadar air
Suhu untuk analisis kandungan air adalah 130 oC 2 oC sehingga air
yang lepas merupakan air terikat yang berada di dinding sel. Data kadar
air briket arang tempurung kelapa dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel Rata-rata hasil pengujian kadar air (%) briket arang tempurung kelapa
Data pada tabel di atas menunjukkan kenaikan atau penurunan nilai yang
tidak terlalu besar baik karena pengaruh suhu pirolisis maupun persentase
perekat. Kadar air briket arang hasil penelitian sudah memenuhi standar
Jepang (6%), di mana kadar air terendah yaitu 2,65 % dan kadar air
tertinggi yaitu 4,11%. Kadar air briket arang tempurung kelapa yang
paling baik didapat pada suhu pirolisis 400 oC dengan persentase perekat
3 % yaitu sebesar 2,65%.
62
Data kadar air (%) secara lebih jelas dapat dilihat pada Grafik berikut:
4.5
4
Kadar air (%) 3%
3.5 5%
3 7%
9%
2.5
2
250 300 350 400
Suhu pirolisis ( o C)
Dari Grafik hubungan suhu pirolisis (oC) terhadap kadar air (%) dengan
berbagai persentaseperekat terlihat bahwa pengaruh suhu pirolisis
terhadap kadar air menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu pirolisis maka
kadar air briket arang semakin kecil, sedangkan pengaruh persentase
perekat menunjukkan semakin besar persentase perekat kadar air briket
arang semakin besar. Kadar air briket arang yang terkecil didapat pada
suhu pirolisis 400 oC dengan persentase perekat 3 % dan merupakan
briket arang dengan kadar air yang paling baik.
Kadar abu
Abu yang terkandung dalam bahan bakar padat adalah mineral yang
tidak dapat terbakar yang tertinggal setelah proses pembakaran Data
kadar abu (%) dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel Hasil pengujian kadar abu (%) briket arang tempurung kelapa
63
Data pengujian kadar abu menunjukkan kenaikan atau penurunan nilai
yang tidak terlalu besar baik karena pengaruh suhu pirolisis maupun
persentase perekat. Kecenderungan naiknya kadar abu disebabkan
faktor persentase perekat menunjukkan semakin banyaknya perekat
yang digunakan untuk membuat briket arang akan menaikkan kadar
abunya. Kadar abu yang terbesar dimiliki oleh briket arang dengan
persentase perekat 9 % pada suhu pirolisis 400 oC.
Data kadar abu (%) secara lebih jelas dapat dilihat pada Grafik berikut:
2.5
Kadar abu (%)
2 3%
5%
1.5
7%
1 9%
0.5
250 300 350 400
Suhu pirolisis ( o C)
Dari Grafik hubungan suhu pirolisis (oC) terhadap kadar abu (%)
dengan berbagai persentase perekat dapat dilihat bahwa suhu
pirolisis memberikan nilai kadar abu yang bervariasi, sedangkan
dengan semakin besarnya persentase perekat kadar abu briket arang
cenderung untuk mengalami kenaikan, sehingga pada persentase
perekat 9 % nilai kadar abu briket arang menunjukkan nilai yang
paling besar.
Kadar abu yang terkecil dihasilkan pada suhu pirolisis 250 oC dengan
persentase perekat 7% yaitu sebesar 1,08 % dan kadar abu terbesar
pada suhu 400 oC dengan persentase perekat 9% yaitu sebesar
1,98%. Secara keseluruhan nilai kadar abu briket arang masuk dalam
standar Jepang, sehingga briket arang yang dihasilkan sudah baik.
64
Kadar zat mudah menguap
Kadar zat mudah menguap berkaitan dengan proses pirolisis yang
berlangsung. Besarnya kadar zat mudah menguap dipengaruhi oleh
suhu maksimum pembuatan arang. Data hasil pengujian kadar zat
mudah menguap (%) diberikan pada tabel 5.4 berikut ini.
65
Kadar zat mudah
47
menguap (%)
3%
42 5%
37 7%
95%
32
27
250 300 350 400
Suhu pirolisis ( o C)
Grafik hubungan suhu pirolisis (oC) terhadap kadar zat mudah menguap (%) dengan
berbagai persentase perekat.
Berat jenis
Berat jenis merupakan salah satu sifat senyawa yang penting. Briket
arang dengan berat jenis yang tinggi akan memberikan nilai kalor yang
lebih tinggi dibandingkan dengan briket arang dengan nilai berat jenis
66
yang lebih rendah. Data hasil pengujian berat jenis dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
Dilihat dari data pada tabel Hasil pengujian berat jenis briket arang
tempurung kelapa yang didapat maka nilai berat jenis briket arang
sudah baik dan hampir semuanya memenuhi standar buatan Jepang.
Data hasil pengujian berat jenis menunjukkan kenaikan atau
penurunan yang tidak terlalu besar karena pengaruh suhu pirolisis
maupun persentase perekat. Akan tetapi kisaran angka untuk standar
berat jenis yaitu 1 – 1,2, menyebabkan kenaikan atau penurunan yang
kecil dari nilai berat jenis akan sangat berpengaruh terhadap mutu dari
briket arang yang dihasilkan. Nilai berat jenis yang tertinggi didapat
pada suhu pirolisis 400 oC dengan persentase perekat 5 %, sedangkan
nilai berat jenis yang terkecil didapat pada suhu pirolisis 250 oC
Data berat jenis secara lebih jelas dapat dilihat pada Grafik
berikut :
1.2
1.15
3%
Berat jenis
1.1
5%
1.05
7%
1
9%
0.95
0.9
250 300 350 400
o
Suhu pirolisis ( C)
67
Dari Grafik hubungan suhu pirolisis (oC) terhadap berat jenis dengan
berbagai persentase perekat terlihat bahwa pengaruh suhu pirolisis
terhadap berat jenis menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu pirolisis
maka berat jenis semakin besar, sedangkan semakin besar persentase
perekat maka berat jenis cenderung semakin turun. Turunnya berat
jenis disebabkan faktor persentase perekat menunjukkan semakin
banyaknya perekat yang digunakan untuk membuat briket akan
menurunkan nilai berat jenisnya. Nilai berat jenis terbesar didapat pada
suhu pirolisis 400 oC dengan persentase perekat 5 %.
Nilai kalor
Nilai kalor menggambarkan nilai energi bahan yang merupakan jumlah
satuan panas yang dihasilkan persatuan bobot dari proses
pembakaran dengan oksigen dari suatu bahan yang mudah terbakar.
Data pengujian nilai kalor (kal/g) dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel . Hasil pengujian nilai kalor kal/g briket arang tempurung kelapa
Dari data tabel Hasil pengujian nilai kalor kal/g briket arang tempurung
kelapa nilai kalor yang didapat menunjukkan kenaikan nilai kalor
dengan semakin tinggi suhu pirolisis, sedangkan nilai kalor semakin
kecil dengan semakin besarnya persentase perekat. Nilai kalor yang
didapat sudah memenuhi standar buatan Jepang (6000 – 7000 kal/g)
dimana nilai kalor yang terkecil sebesar 6407,75 kal/g dan nilai kalor
terbesar 7150,14 kal/g.
Data nilai kalor (kal/g) secara lebih jelas dapat dilihat pada Grafik
berikut:
68
7200
6400
250 300 350 400
Suhu pirolisis ( o C)
Dari grafik hubungan suhu pirolisis (oC) terhadap nilai kalor dengan
berbagai persentase perekat secara umum dapat dilihat bahwa nilai
kalor semakin besar dengan semakin tingginya suhu pirolisis,
sehingga nilai kalor yang terbesar didapat pada suhu pirolisis 400 oC.
Persentase perekat menunjukkan pengaruh yang berkebalikan dari
pengaruh suhu pirolisis, di mana semakin besar persentase perekat
maka nilai kalornya semakin kecil, sehingga nilai kalor yang terbesar
didapat pada persentase perekat 3%. Nilai kalor briket arang
tempurung kelapa yang terbesar didapat pada suhu pirolisis 400 oC
dengan persentase perekat 3 %.
69
2. Tugas Latihan 3
3. Rangkuman
o Rendemen
Rendemen merupakan berat arang yang dihasilkan dibagi berat bahan
baku yang dihitung dalam persen. Besarnya rendemen arang dari jenis-
jenis kayu di Indonesia bervariasi cukup besar yaitu antara 21,1% - 40,8%
(Hartoyo dan Nurhayati, 1976). Rendemen arang yang dihasilkan
dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut:
a. Pemananasan dan tekanan dalam tanur.
b. Umur bahan baku briket.
c. Berat jenis bahan baku briket.
d. Komposisi kimia bahan briket.
o Nilai kalor
Nilai kalor merupakan jumlah satuan panas yang dihasilkan persatuan
bobot dari proses pembakaran dengan oksigen dari suatu bahan yang
mudah terbakar. Nilai kalor dinyatakan dalam satuan kal/g. Penelitian
Hartoyo dan Nurhayati (1976) besarnya nilai kalor untuk jenis-jenis kayu di
Indonesia berkisar antara 5059 – 7752 kal/g. Sedangkan dalam penelitian
70
Nurhayati dkk (1999) diperoleh nilai kalor arang tempurung kelapa
berkisar antara 4267,87 – 7512,62 kal/g.
o Berat jenis
Berat jenis adalah salah satu sifat fisika suatu senyawa yang paling
penting. Berat jenis berhubungan dengan kerapatan. Kerapatan akan
memberikan pengaruh terhadap nilai kalor suatu bahan, kerapatan yang
tinggi cenderung memberi nilai kalor yang tinggi dibandingkan yang
berkerapatan rendah.
o Kadar air
Keberadaan air dalam kayu dan produk olahannya berkaitan erat dengan
sifat higroskopis kayu, di mana kayu mempunyai sifat afinitas yang besar
terhadap air sehingga kayu tidak pernah kering sama sekali (Brown dkk,
1952). Kadar air didefinisikan sebagai berat air yang dinyatakan dalam
persen berat kering tanur. Semakin tinggi kadar air maka semakin besar
energi yang dibutuhkan untuk menguapkan air. Dalam proses ini terjadi
proses karbonisasi tidak sempurna sehingga kualitas air yang dihasilkan
jelek (Haygreen dan Bowyer, 1989).
o Kadar Abu
Salah satu bagian arang yang ada dalam sisa pembakaran adalah abu
yang merupakan mineral. Abu terdiri dari bahan mineral seperti lempung,
silika, kalsium serta magnesium oksida. Semakin besar kadar abu
berarti kualitasnya semakin jelek. Biasanya kadar abu briket arang antara
0,5 – 5% (Anonim, 1985).
71
Hartoyo dkk (1978) mengemukakan bahwa suhu yang digunakan
dalam proses pembuatan arang akan mempengaruhi besarnya kadar zat
mudah menguap. Pendapat ini juga didukung oleh Nurhayati dkk (1999)
yang menyatakan bahwa kadar zat mudah menguap dapat diperkecil bila
suhu pengarangan dinaikkan. Dalam penelitian Nurhayati dkk (1999)
dihasilkan kadar zat mudah menguap untuk briket arang tempurung
kelapa sebesar 6,54 – 72,33%.
4. Evaluasi Materi 3
Tugas Praktek 3:
72
5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Progres Pembelajaran : Proses Pengujian Hasil Biobriket Arang Tempurung
Nama Peserta : …………………………………………
Sekolah Asal : …………………………………………
Standar Kompetensi Dasar Skor Skor yang Keterangan
Kompetensi Standar dicapai (L/ TL)
1. Membuat 1.4. Menyiapkan Peralatan 30 …………….
Bio Briket utama dan alat batu
Arang
1.5. Menyiapkan Bahan Baku
Tempurung 30 …………….
1.6. Melaksanakan proses
40 …………….
pembuatan bio briket
…………………………………………………………..
NIP. ……………………………………………………
73
D. KEGIATAN BELAJAR 4. PENGUJIAN HASIL PIROLISIS
1. Uraian Materi
Pengujian Hasil
Pemisahan asap cair secara destilasi adalah berdasarkan volatilitas
komponen-komponennya. Asap cair didestilasi berdasarkan variasi
temperatur dengan maksud untuk memisahkan tar dan untuk
mendapatkan asap cair dengan sifat-sifat fungsional yang menonjol.
Dengan proses destilasi ini diharapkan asap cair yang dihasilkan memiliki
warna yang lebih jenih dari pada asap cair tanpa destilasi dan tetap
memiliki aroma asap.
Rendemen
Hasil destilasi asap cair menghasilkan rendemen yang berbeda tiap
fraksinya.
1 2,5 1,25
2 123 61,5
3 43 21,5
4 7,5 3,75
Dari tabel di atas diperoleh rendemen yang terbesar adalah pada fraksi
2 yaitu sebesar 61,5 %. Rendemen yang terkecil adalah pada fraksi 1
yaitu sebesar 1,25 .
74
Asap cair temperatur 300 oC
Hasil destilasi asap cair temperatur 300 oC disajikan pada tabel berikut
ini :
1 8,5 4,25
2 144 72
3 19,5 9,75
4 3 1,5
Rendemen
Fraksi Volume (mL)
(%)
1 5 2,5
2 158 79
3 15 7,5
4 3 1,5
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa hasilnya tidak terlalu jauh
berbeda dengan hasil destilasi asap cair temperatur 300 oC. Ini
diperkirakan pada temperatur pirolisis 300 dan 350 oC, diperoleh
komponen asap cair yang tidak terlalu jauh berbeda.
75
Asap cair temperatur 400 oC
Hasil destilasi asap cair temperatur 400 oC disajikan pada tabel berikut
ini:
Volume Rendemen
Fraksi
(mL) (%)
1 8 4
2 88,5 44,25
3 64 32
4 19,5 9,75
76
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa asap cair hasil destilasi pada
fraksi 2 memperlihatkan hasil yang paling banyak. Ini diperkirakan
bahwa pada fraksi 2 mengandung banyak senyawa yang memiliki titik
didih antara 100-125 oC. Jika dijumlahkan seluruh asap cair fraksi 1
hingga fraksi 4 diperoleh hasil bahwa asap cair yang dapat terdestilasi
adalah sebesar 89 % , dengan demikian asap cair yang tidak
terdestilasi adalah sebanyak 11 % , yaitu berupa tar dan senyawa-
senyawa dengan titik didih tinggi.
Warna
Asap cair sebelum didestilasi memiliki warna coklat kemerahan, ini
disebabkan karena masih mengandung tar yang pada dasarnya berwarna
hitam dan mengandung komponen dengan berat molekul tinggi. Asap cair
tanpa destilasi ini jika diaplikasikan pada bahan pangan akan
menghasilkan bahan pangan dengan warna yang gelap. Sedangkan
konsumen biasanya lebih menyukai bahan pangan dengan warna yang
tidak gelap, oleh sebab itu pada penelititan ini dilakukan destilasi terhadap
asap cair agar menghasilkan warna asap cair yang lebih jernih, sehingga
jika diaplikasikan pada bahan pangan akan menghasilkan warna produk
asapan yang lebih menarik.
Asap cair yang telah mengalami destilasi cenderung memiliki warna yang
berbeda tiap fraksinya. Perbedaan warna pada tiap fraksi dipengaruhi
adanya tar. Warna pada fraksi 1 adalah kuning kehijauan jernih, fraksi 2
berwarna kuning muda jernih sedangkan fraksi 3 berwarna kuning
keputihan jernih dan fraksi 4 berwarna coklat karena pada temperatur
destilasi yang tinggi kemungkinan tar akan ikut terdestilasi semakin besar.
Aroma
Aroma pada asap cair yang dihasilkan setelah proses destilasi ini berbeda
tiap fraksinya. Aroma asap cair pada berbagai temperatur pirolisis hasil
destilasi dapat dilihat pada tabel berikut.
77
Tabel 4.5. Aroma asap cair hasil destilasi
Dari tabel di atas terlihat bahwa asap cair pada berbagai fraksi
menghasilkan aroma yang berbeda. Asap cair yang memiliki aroma paling
lemah adalah asap cair fraksi 2, disusul dengan asap cair fraksi 3 dan
fraksi 4. Asap cair fraksi 1 memiliki aroma yang sangat kuat (menyengat).
Dapat disimpulkan bahwa asap cair hasil destilasi dengan urutan aroma
asap dari yang kuat hingga yang lembut adalah sebagai berikut : Asap cair
fraksi 1 > fraksi 4 > Fraksi 3 > fraksi 2.
78
Asap cair pada temperatur 250 oC
79
Pada fraksi satu terlihat puncak yang rapat pada waktu retensi 3 menit
yang diperkirakan adalah puncak dari air dan diperkirakan pada asap cair
fraksi 1 terdapat senyawa yang memiliki sifat yang hampir sama dengan
air yaitu memiliki titik didih dibawah 100 oC. Konsentrasi yang besar
dapat dilihat pada waktu retensi di bawah 4 menit. Sedangkan untuk
waktu retensi di atas 4 menit diperoleh kelimpahan yang kecil.
Pada fraksi 2, terdapat puncak pada waktu retensi 4,15 menit yang sama
dengan fraksi 1 tetapi konsentrasinya berbeda. Terjadi kenaikan
konsentrasi yaitu pada fraksi 1 sebesar 1,54 % sedangkan pada fraksi 2
sebesar 14,50 %. Begitu juga pada waktu retensi 4,50 menit, pada fraksi 1
konsentrasinya sebesar 1,63 %, sedangkan pada fraksi 2 terjadi kenaikan
yaitu menjadi 52,25 %. Pada fraksi 2 juga terdapat senyawa dengan waktu
retensi di atas 5 menit seperti pada waktu retensi 10,20 menit dengan
konsentrasi 7,71 %.
Pada fraksi 3, terdapat senyawa dengan waktu retensi 4,54 menit dengan
konsentrasi yang terbesar yaitu 82,91 %. Pada waktu retensi 10,63 menit
diperoleh senyawa dengan konsentrasi 5,96 %. Pada fraksi 4 terjadi
pemisahan yang signifikan dengan konsentrasi terbesar yaitu pada waktu
retensi 4,28 menit dengan konsentrasi 95,58 %.
80
Asap cair temperatur 300 oC
81
Berdasarkan pada gambar di atas dapat dilihat bahwa fraksi 1 dengan
tempratur kurang dari 100 oC memberikan 13 puncak, fraksi 2 dengan
temperatur 101-125 oC memberikan 18 puncak, fraksi 3 memberikan 4
puncak dan fraksi 4 memberikan 3 puncak.
Pada fraksi 1 terlihat banyaknya peak pada waktu retensi sekitar 3 menit
dengan kelimpahan yang besar yaitu antara 7-25 %. Pada fraksi ini
senyawa dengan waktu retensi di atas 4 menit diperoeh dengan
kelimpahan yang sedikit. Sedangkan pada fraksi 2 diperoleh senyawa
dengan waktu retensi yang berdekatan. Diperoleh juga senyawa dengan
waktu retensi di atas 5 menit. Pada fraksi 2 ini tidak terlihat adanya
pemisahan yang signifikan. Pada fraksi 3 terlihat tidak ada senyawa
dengan waktu retensi di atas 5 menit. Senyawa dengan waktu reetensi
4,25 menit memiliki konsentrasi yang paling besar yaitu 81,83 %. Pada
frakis 3 ini terlihat pemisahan yang signifikan. Sedangkan pada fraksi 4,
hanya terdapat satu puncak dengan kelimpahan yang besar yaitu pada
waktu retensi 4,20 menit yaitu sebesar 93,79 %.
82
Gambar 4.4. Kromatogram asap cair temperatur 350 oC setelah didestilasi
83
Pada fraksi 1 terlihat puncak yang muncul hanya pada waktu retensi
disekitar 3 menit, tidak diperoleh puncak pada waktu retensi di atas 4
menit. Pada fraksi 2 diperoleh puncak dengan waktu retensi di atas 4
menit hingga waktu retensi 12,36 menit. Pada waktu retensi 4,54 menit
diperoleh senyawa dengan konsentrasi sebesar 28,10 %. Pada waktu
retensi 10,32 menit diperoleh puncak dengan konsentrasi 7,72 %. Pada
fraksi 2 ini tidak terlihat adanya pemisahan yang signifikan.
Ini mungkin disebabkan banyaknya senyawa yang terdapat pada asap cair
yang memiliki titik didih yang hampir sama. Pada fraksi 3 terlihat
pemisahan yang signifikan, terdapat kenaikan konsentrasi pada senyawa
dengan waktu retensi 4,04 menit yang mana pada fraksi 1 dan 2
konsentrasinya sebesar 4,50 % sedangkan pada fraksi 3 konsentrasinya
menjadi 22,04 %.
Pada waktu retensi 10,45 menit terjadi penurunan konsentrasi dari fraksi 2
yang hanya sebesar 7,72 % menjadi 3,95 % pada fraksi 3. Pada fraksi 4
diperoleh senyawa dengan konsentrasi terbesar 74,47 % pada waktu
retensi 4,68 menit. Sedangkan senyawa dengan waktu retensi di atas 5
menit tidak diperoleh lagi. Pada fraksi 3 diperoleh pemisahan yang
signifikan.
84
Kromatogram Asap cair temperatur 400 oC
85
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa fraksi 1 dengan temperatur di
bawah 100 oC memberikan 5 puncak yang terpisah secara signifikan.
Pada fraksi 2 dengan temperatur 101-125 oC diperoleh 24 puncak. Pada
waktu retensi 4,53 menit memiliki konsentrasi 21,20 % sedangkan pada
waktu retensi di atas 9 menit diperoleh senyawa dengan kelimpahan yang
kecil. Pada fraksi 3 dengan temperatur 126-150 oC terdapat 19 puncak.
Pada fraksi 4 dengan temperatur 151-200 oC terdapat 10 puncak.
Tidak dapatnya senyawa asap cair dipisahkan secara tegas pada destilasi
ini diperkirakan karena penyusun asap cair memiliki titik didih yang hampir
sama atau berdekatan satu sama lain. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa penyusun asap cair mengandung senyawa yang
hampir sama tiap fraksinya, yang berbeda adalah konsentrasinya, dengan
demikian asap cair ini dapat digunakan untuk alternatif aplikasi pada
bahan pangan yang menginginkan warna yang bervariasi dengan tetap
mempertahankan aroma asap.
86
Sebagai pembanding dalam pengujian kualitas arang dan briket arang
sangat berpengaruh pada produk pyrolisis, maka biasanya menggunakan
standar kualitas Jepang.
Nilai kalor
Nilai kalor merupakan jumlah satuan panas yang dihasilkan persatuan
bobot dari proses pembakaran dengan oksigen dari suatu bahan yang
mudah terbakar. Nilai kalor dinyatakan dalam satuan kal/g (Syachry,
1983). Penelitian Hartoyo dan Nurhayati (1976) besarnya nilai kalor untuk
jenis-jenis kayu di Indonesia berkisar antara 5059 – 7752 kal/g.
Sedangkan dalam penelitian Nurhayati dkk (1999) diperoleh nilai kalor
arang tempurung kelapa berkisar antara 4267,87 – 7512,62 kal/g.
87
Kadar air
Keberadaan air dalam kayu dan produk olahannya berkaitan erat dengan
sifat higroskopis kayu, di mana kayu mempunyai sifat afinitas yang besar
terhadap air sehingga kayu tidak pernah kering sama sekali (Brown dkk,
1952).
Kadar air didefinisikan sebagai berat air yang dinyatakan dalam persen
berat kering tanur. Semakin tinggi kadar air maka semakin besar energi
yang dibutuhkan untuk menguapkan air. Dalam proses ini terjadi proses
karbonisasi tidak sempurna sehingga kualitas air yang dihasilkan jelek
(Haygreen dan Bowyer, 1989).
88
menyatakan bahwa kadar zat mudah menguap dapat diperkecil bila suhu
pengarangan dinaikkan. Dalam penelitian Nurhayati dkk (1999) dihasilkan
kadar zat mudah menguap untuk briket arang tempurung kelapa sebesar
6,54 – 72,33%.
Rendemen
Arang yang dihasilkan ditimbang kemudian disebut sebagai berat
arang (output) dan bahan awal ditimbang sebagai bahan baku (input).
Perhitungannya sebagai berikut:
Kadar Air
Pengujian kadar air dilakukan dengan mengambil contoh uji briket
arang dengan berat 1 gram sebagai berat mula-mula (a). Contoh uji
tersebut dikeringkan dalam oven pada suhu 130 2 oC selama kurang
lebih 2 jam. Sebelum ditimbang contoh uji dimasukkan ke dalam
desikator baru kemudian ditimbang. Penimbangan dilakukan sampai
beratnya konstan (b).
ab
Kadar air (%) x100%
a
89
Kadar zat mudah menguap
Prosedur penentuan kadar zat mudah menguap adalah dengan mengambil
contoh uji seberat 1 gram (a) kemudian dilakukan pemanasan di tanur listrik
pada suhu 900 oC. Setelah suhu mencapai 900 oC dibiarkan dingin terlebih
dahulu dalam tanur, baru dimasukkan dalam desikator dan ditimbang (d).
Apabila masih ada bagian yang berwarna putih pengujian harus diulangi.
a d
Kadar zat mudah menguap(%) x 100%
a
Nilai Kalor
Alat yang digunakan untuk menguji nilai kalor adalah kalorimeter bom
oksigen. Pengujiannya adalah sebagai berikut:
a) Tahap persiapan alat
1) Mengambil contoh uji briket arang dengan berat 1 gram kemudian
dimasukkan dalam mangkok pembakaran dan ditimbang sebagai
berat m1.
2) Memasang kawat nikel sepanjang 10 cm pada elektroda. Kawat
menyentuh contoh uji tetapi tanpa menyinggung mangkok
pembakaran.
b) Mengisi silinder bom dengan akuades setinggi 1 mm dan memasang
kepala bom pada silinder bom dan mengisi oksigen murni 99,5 % hingga
tekanannya mencapai 30 atm.
c) Panci silinder diisi dengan air sebanyak 2 liter dan dimasukkan dalam
mantel silinder.
d) Memasukkan bom silinder ke dalam panci silinder dan memasang 2 chop
beserta kabelnya untuk aliran listrik AC 23 volt yang terangkai pada tutup
mantel silinder.
e) Menutup mantel silinder dengan penutupnya sehingga pengaduk dapat
berputar secara bebas (ketelitian 0,01 oC) menghadap ke depan
pengukur. Untuk mengukur waktunya digunakan stopwatch.
f) Mempersiapkan tabel pengukuran.
90
Tahap pengukuran
o Menjalankan pengaduk sampai suhu konstan, dan setiap 30 detik dicatat
perubahan suhunya, untuk pengukuran nilai a, R1, Ta.
o Pada waktu a tercapai, saklar (23 volt) dihidupkan sesaat (3 detik),
kemudian nilai dicatat setiap 30 detik. Pengukuran suhu selang waktu
tersebut bertujuan untuk menentukan nilai 60% dari total pembakaran (b).
o Jika titik suhu tidak terjadi perubahan lagi maka setelah 5 menit dari titik
tersebut proses pengukuran dihentikan dengan cara menghentikan
putaran pengaduk. Titik suhu Tc dan titik waktunya adalah nilai c.
Tahap Pembongkaran
o Melepas sabuk pemutar dan membuka mantel silinder serta
mengeluarkan silinder bom dari dalam panci silinder.
o Membebaskan tekanan gas yang ada dalam silinder bom dan membuka
silinder bom dengan memutar dan mengangkat kepala bom
o Mencuci dengan aquades semua permukaan baja yang ada dalam
silinder bom dan kepala bom bagian dalam, air cucian ditampung dalam
gelas piala ( 50 mL). Air tampungan ini kemudian ditetesi dengan
larutan indikator methyl orange 3 tetes (warna cairan akan berubah
menjadi merah muda) dan dititrasi dengan larutan Na 2CO3 (0,03625 M)
yang terdapat dalam buret (50 mL) sampai warna merah muda menjadi
merah pucat/bening. Pada saat itu dilihat skala buretnya menunjukkan
berapa mL. Jumlah mL yang tercapai setara dengan jumlah kalor (1 mL =
1 kalori) sebagai koreksi asam (e1)
o Mengambil kawat pembakar yang tidak ikut terbakar dan meletakkan
pada skala pengukuran kalor yang telah dikonversi dari panjang kawat
(1cm = 2,3 kal) sebagai koreksi dari panjang sisa kawat yang tidak
terbakar (e2)
o Dengan langkah yang sama dilakukan pembakaran asam benzoat untuk
peneraan kondisi alat bom kalorimeter.
91
Perhitungan:
Rumus 1:
t Tc Ta R 1 (b a) R 2 (c b)
Rumus 2:
(t.C p ) (m a .C a ) t (e1 e2 )
Q
m
Rumus 3:
(m b .Q b ) e1 e 2 - (m a .C a . t)
Cp
Δt
Keterangan:
Rumus 1: waktu pembakaran
Rumus 2: waktu yang diperlukan untuk mencapai 60% pembakaran total
diperoleh melalui interpolasi (menit)
Rumus 3: waktu yang ditunjuk saat tidak ada perubahan suhu setelah proses
pembakaran (menit)
92
Kadar air
Suhu untuk analisis kandungan air adalah 130 oC 2 oC sehingga air yang
lepas merupakan air terikat yang berada di dinding sel. Data kadar air
briket arang tempurung kelapa dapat dilihat pada Tabel berikut:
Data kadar air (%) secara lebih jelas dapat dilihat pada Grafik berikut:
4.5
4
Kadar air (%)
3%
3.5 5%
3 7%
9%
2.5
2
250 300 350 400
Suhu pirolisis ( o C)
Dari Grafik hubungan suhu pirolisis (oC) terhadap kadar air (%) dengan
berbagai persentase perekat terlihat bahwa pengaruh suhu pirolisis
terhadap kadar air menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu pyrolisis
maka kadar air pyrolisispun besar, sedangkan pengaruh persentase
perekat menunjukkan semakin besar persentase perekat kadar air briket
arang semakin besar. Kadar air briket arang yang terkecil didapat pada
suhu pirolisis 400 oC dengan persentase perekat 3 % dan merupakan
fase pyrolisis yang optimal.
93
Kadar zat mudah menguap
Kadar zat mudah menguap berkaitan dengan proses pirolisis yang
berlangsung. Besarnya kadar zat mudah menguap dipengaruhi oleh suhu
maksimum pembuatan arang. Data hasil pengujian kadar zat mudah
menguap (%) diberikan pada tabel 5.4 berikut ini.
94
Data kadar zat mudah menguap (%) secara lebih jelas dapat dilihat pada
Grafik berikut :
menguap (%)
3%
42 5%
37 7%
95%
32
27
250 300 350 400
Suhu pirolisis ( o C)
Kadar zat mudah menguap akan menunjukkan kualitas dari briket arang
yang dihasilkan, semakin kecil kadar zat mudah menguap maka briket
arang yang dihasilkan akan semakin baik. Dari Grafik hubungan suhu
pirolisis (oC) terhadap kadar zat mudah menguap(%) dengan berbagai
persentase perekat dapat dilihat bahwa semakin tinggi suhu pirolisis maka
kadar zat mudah menguapnya akan semakin kecil. Briket arang yang
dihasilkan pada suhu 400 oC menunjukkan nilai yang lebih kecil
dibandingkan pada suhu yang lain. Naiknya persentase perekat akan
menurunkan kadar zat mudah menguap tetapi penurunannya tidak besar.
Dari grafik dapat dilihat kadar zat mudah menguap yang terkecil yaitu
pada suhu pirolisis 400 oC dengan persentase perekat 9%, sehingga
briket arang yang dihasilkan merupakan briket arang yang paling baik.
95
Dari Grafik hubungan suhu pirolisis (oC) terhadap berat jenis dengan
berbagai persentase perekat terlihat bahwa pengaruh suhu pirolisis
terhadap berat jenis menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu pirolisis
maka berat jenis semakin besar, sedangkan semakin besar persentase
perekat maka berat jenis cenderung semakin turun. Turunnya berat jenis
disebabkan faktor persentase perekat menunjukkan semakin banyaknya
perekat yang digunakan untuk membuat briket akan menurunkan nilai
berat jenisnya. Nilai berat jenis terbesar didapat pada suhu pirolisis 400 oC
dengan persentase perekat 5 %.
Nilai kalor
Nilai kalor menggambarkan nilai energi bahan yang merupakan jumlah
satuan panas yang dihasilkan persatuan bobot dari proses pembakaran
dengan oksigen dari suatu bahan yang mudah terbakar. Data pengujian
nilai kalor (kal/g) dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.9. Hasil pengujian nilai kalor kal/g briket arang tempurung kelapa
Dari data tabel Hasil pengujian nilai kalor kal/g briket arang tempurung
kelapa nilai kalor yang didapat menunjukkan kenaikan nilai kalor dengan
semakin tinggi suhu pirolisis, sedangkan nilai kalor semakin kecil dengan
semakin besarnya persentase perekat. Nilai kalor yang didapat sudah
memenuhi standar buatan Jepang (6000 – 7000 kal/g) dimana nilai kalor
yang terkecil sebesar 6407,75 kal/g dan nilai kalor terbesar 7150,14 kal/g.
96
Data nilai kalor (kal/g) secara lebih jelas dapat dilihat pada Grafik berikut:
7200
6400
250 300 350 400
Suhu pirolisis ( o C)
Dari grafik hubungan suhu pirolisis (oC) terhadap nilai kalor dengan
berbagai persentase perekat secara umum dapat dilihat bahwa nilai kalor
semakin besar dengan semakin tingginya suhu pirolisis, sehingga nilai
kalor yang terbesar didapat pada suhu pirolisis 400 oC.
97
2. Tugas Latihan 4.a
Tugas Praktek 4:
Kerjakanlah Tugas berikut ini dengan cara yang sistematis, aman dan efisien :
4. Pembuatan Asap Cair grade C
5. Penyulingan Asap Cair grade C menjadi grade B
6. Penyulingan Asap Cair grade B menjadi grade A
98
3. Rangkuman
Hasil destilasi asap cair menghasilkan rendemen yang berbeda tiap fraksinya,
yaitu: asap cair temperatur 250 oC, asap cair temperatur 300 oC, asap cair
temperatur 350 oC dan asap cair temperatur 400 oC.
Tidak dapatnya senyawa asap cair dipisahkan secara tegas pada destilasi ini
diperkirakan karena penyusun asap cair memiliki titik didih yang hampir sama
atau berdekatan satu sama lain. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
penyusun asap cair mengandung senyawa yang hampir sama tiap fraksinya,
yang berbeda adalah konsentrasinya, dengan demikian asap cair ini dapat
digunakan untuk alternatif aplikasi pada bahan pangan yang menginginkan
warna yang bervariasi dengan tetap mempertahankan aroma asap.
99
4. Evaluasi Materi 4
100
5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Progres Pembelajaran:
Proses Pembuatan dan Pengujian Biobriket dan Asapcair
Nama Siswa : …………………………………………
Nama Sekolah : …………………………………………
Standar Kompetensi Dasar Skor Skor yang Keterangan
Kompetensi Standar dicapai (L/ TL)
1, Membuat 1.7. Menyiapkan Peralatan 30 …………….
Bio Briket utama dan alat batu
Arang
1.8. Menyiapkan Bahan Baku
Tempurung 30 …………….
1.9. Melaksanakan proses
40 …………….
pembuatan bio briket
…………………………………………………………..
NIP. ……………………………………………………
101
BAB III. PENUTUP
………………………………………
NIP. ……………………………….
102
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, I., 2000. Potensi Pencoklatan Asap Cair Kayu Karet. UGM, Yogyakarta.
Darmadji, P., 1999. Produksi Asap Cair Dari Limbah Kayu dan Inovasi
Pemanfaatannya, Prosiding Seminar Nasional II Masyarakat Peneliti Kayu
Indonesia, Kejasama Antara Fakultas Kehutanan UGM dan Masyarakat
Peneliti Kayu Indonesia (MAPEKI), Yogyakarta
Draudt, H.N., 1963. The Meat Smoking Process : A Review, Food Technology, 17
(12) : 85-126.
Girard, J. P., 1992. Smoking dalam Technology of Meat and Meat Products,
Clermont Ferrand Ellis Horwood, New York.P : 165-205
Idrous A. dan Arancon R., 2010. Perkembangan Industri Kelapa Asia dan Pasifik,
Makalah Disampaikan Pada Workshop Sains Dasar, Dewan Riset Nasional,
21-22 April 2010.
Maga, J. A., 1987. Smoke in Food Processing, CRC Press, Inc. Boca Raton, Florida,
p : 1-3; 113-138
Mahmud, Z. dan Ferry Y., 2005. Prospek Pengolahan Hasil Samping Buah Kelapa.
J. Perspektif, 4, 2, 55-63.
Palungkun, R., 2001. Aneka Produk Olahan Kelapa (Cetakan kedelapan), Penebar
Swadaya, Jakarta .
103
Tahir, I., 1992. Pengambilan Asap Cair Secara Destilasi Kering Pada Proses
Pembuatan Karbon Aktif Dari Tempurung Kelapa. UGM, Yogyakarta.
Tranggono, Suhardi, Setiaji, B., 1997. Produksi Asap Cair dan Penggunaannya pada
Pengolahan Beberapa Bahan Makanan Khas Indonesia. Laporan RUT III.
Wulandari, K. R., Darmadji, P. dan Santoso, U., 1999. Sifat Antioksidatif Asap Cair
Hasil Redestilasi Selama Penyimpanan, Prosiding Seminar Nasional Pangan
PAU-Pangan dan Gizi, UGM. Yogyakarta.
Winaprilani, A., 2003. Pemanfaatan asap cair Hasil Pirolisis Kayu Randu Alas
(Gossamphus hepta phyla) untuk Pengawetan Ikan Kembung (Scomber
negletus). UGM,Yogyakarta.
Yuwanti, S., 1999. Potensi Pencoklatan Fraksi-fraksi Asap Cair Tempurung kelapa.
UGM, Yogyakarta.
104
GLOSARIUM
AC Activated carbon
APCC Asia Pasific Coconut Community
aldehid
antioksidan
Arang aktif Arang sebagai bahan bakar yang dihasilkan dari
tempurung kelapa yang diarangkan
asam
Asap cair
benzo(a)pirena
Bio Briket Briket bahan bakar yang dibuat dari arang tempurung
briket arang
CCO coconut crude oil
cincin benzena
CM coconut milk
DC desiccated coconut
destilasi
eksotermis yaitu reaksi yang menghasilkan panas artinya panas
yang dihasilkan dari reaksi ini lebih besar dari yang
diterima
Endotermis, yaitu reaksi yang menyerap panas, artinya panas yang
dihasilkan dari reaksi tersebut lebih rendah dari panas
yang diterima
ester
fenol
GT geotextile
hemiselulosa
hidrokarbon
karbonil
karsinogen
keton
kondensasi
lignin.
OC oleokimia
oksigen
organoleptik
105
sabut kelapa
VCO virgin coconut oil
106