Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Oleh:
Penguji:
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. H
Umur : 53 tahun
Agama : Islam
Alamat : Batu Tengah, Baturetno, Wonogiri, Jawa Tengah
Tanggal Masuk : 14 Agustus 2017
Tanggal Diperiksa : 19 Agustus 2017
Nomor RM : 0138xxxx
II. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Benjolan di rahang bawah sebelah kanan
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan adanya benjolan di rahang bawah sebelah
kanan yang sudah dialami sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit.
Benjolan awalnya kecil, namun makin lama membesar terasa panas dan
nyeri. Pasien sempat mengeluhkan keluarnya nanah dari dalam mulut.
Pasien mengeluhkan mual muntah, demam, kesulitan untuk membuka
mulut dan terasa sakit saat menelan. Pasien mempunyai riwayat gigi kanan
bawah berlubang yang tidak pernah diperiksakan ke dokter gigi. Awalnya
gigi kanan bawah goyang dan nyeri, lalu pasien mencabut sendiri tanpa
bantuan tenaga medis. Bila pasien makan makanan yang manis nyerinya
bisa sampai kepala.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat alergi : disangkal
Penyakit jantung : disangkal
Penyakit kongenital : disangkal
Penyakit diabetes : disangkal
Penyakit astma : disangkal
III. ORAL STATUS
1. Ekstra Oral
Maxilla : simetris
Mandibula : di sebelah kanan terdapat benjolan dengan batas tidak
tegas, warna sama dengan kulit sekitar, fluktuasi (+)
Lips : simetris
2. Intra Oral
Palatum : tidak tampak kelainan
Lingua : tidak tampak kelainan
Upper ginggiva : tidak tampak kelainan
Lower ginggiva : tidak tampak kelainan
Left buccal : tidak tampak kelainan
Right buccal : tampak fistel yang mengeluarkan pus discharge
Gigi : gigi 4.8 mengalami impaksi
3. Objective
a. Gigi
1) Sondasi : tidak dilakukan
2) Palpasi : dilakukan pada jaringan lunak
3) Perkusi : tidak dilakukan
4) Chlor etile : tidak dilakukan
b. Jaringan Lunak
Palpasi : pada gusi tidak teraba pembesaran, tidak ada nyeri tekan,
warna merah muda.
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium tanggal 12 Agustus 2017
Nilai Satuan Rujukan
Hematologi Rutin
Hematokrit 30 % 33-45
Leukosit 13.5 ribu/uL 4.5-11.0
Hemostasis
INR 4.330
Kimia Klinik
Serologi
Hepatitis
HbsAg Non
reactive
Hematologi Rutin
Hematokrit 28 % 33-45
Hemostasis
PT 51.2 Detik 10-15.0
INR 6.640
Kimia Klinik
INR 1.660
Kimia Klinik
Hematologi Rutin
Hematokrit 24 % 33-45
Leukosit 12.3 ribu/uL 4.5-11.0
Hemostasis
INR 1.220
V. ASSESMENT
1. Diagnosa
Abses Submandibula dextra
2. Tatalaksana
a. Pro insisi drainase abses
b. Pro odontektomi gigi 4.8
3. Prognosa
Ad vitam : dubia
Ad sanam : dubia
Ad fungsionam : dubia
BAB II
PEMBAHASAN
1. Submandibula
Ruang submandibula terletak diantara mukosa dasar mulut (sebagai batas
superior) dan lapisan superficial pada fasia servikalis bagian dalam (sebagai
batas inferior). Di bagian inferiornya dibentuk oleh otot digastrikus. Batas
lateralnya berupa kulit, otot platysma, dan korpus mandibula. Sedangkan di
bagian medialnya berbatasan dengan hyoglosus dan milohioid. Di bagian
anteriornya, ruang ini berbatasan dengan otot digastrikus anterior dan
milohioid. Bagian posteriornya berbatasan dengan ligamentum submandibula
dan otot digastrikus posteriornya.
g. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan abses submandibula meliputi penatalaksanaan
terhadap abses dan penyebabnya. Antibiotik dosis tinggi terhadap kuman
aerob dan anaerob harus diberikan secara parenteral. Abses submandibula
sering disebabkan oleh infeksi gigi dan paling sering menyebabkan trismus.
Maka sesegera mungkin setelah trismus hilang, sebaiknya pengobatan
terhadap penyebab segera dilakukan.
Evakuasi abses dapat dilakukan dalam anastesi lokal untuk abses
yang dangkal dan terlokalisasi atau eksplorasi dalam narkosis bila letak
abses dalam dan luas. Insisi dibuat pada tempat yang paling berfluktuasi
atau setinggi os hyoid, tergantung letak dan luas abses. Pasien dirawat inap
sampai 1-2 hari gejala dan tanda infeksi reda.
h. Komplikasi
angina adalah infeksi berat yang melibatkan dasar mulut, ruang submental,
dan ruang submandibula. Penyebab dari Ludwig’s angina ini pun bisa
karena infeksi lokal dari mulut, karies gigi, terutama gigi molar dan
premolar, tonsilitis, dan karena trauma ekstraksi gigi. Dapat juga
disebabkan oleh kuman aerob maupun anaerob.
bagian superior ruang suprahioid. Ruang potensial ini berada antara otot-
otot yang melekatkan lidah pada tulang hioid dan otot milohioideus.
Peradangan ruang ini menyebabkan kekerasan yang berlebihan pada
jaringan dasar mulut dan mendorong lidah ke atas dan ke belakang.
Dengan demikian dapat menyebabkan obstruksi jalan nafas secara
potensial.
Gejalanya sangat cepat. Dapat menyebabkan trismus, disfagia, leher
membengkak secara bilateral berwarna kecoklatan. Dan pada perabaan
akan terasa keras. Yang paling berakibat fatal adalah Ludwig’s angina
j. Prognosis
Pasien dengan infeksi leher dalam yang diobati dapat sembuh
sempurna bila infeksi ditangani dengan baik dan tepat waktu. Pasien yang
mendapat pengobatan yang terlambat dapat mengakibatkan terjadinya
komplikasi dan penyembuhan yang lama. Sekali infeksi leher dalam
ditangani secara sempurna, maka tidak ada kecenderungan untuk kambuh
lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Lusher JM, Roth DA (2005). The safety and efficacy of B-domain deleted
recombinant factor VIII concentrates in patients with severe haemophilia A:
an update. Haemophilia 11(3):292–3.
Meechan JG, Greenwood M (2003). General medicine and surgery for dental
practitioners Part 9: haematology and patients with bleeding problems. Br
Dent J 195(6):305–10.
Pranjoto EH, Sjamsudin J (2005). Perawatan gigi impaksi anterior rahang atas
pada remaja. Dent J 38(3): 142-45.