Sie sind auf Seite 1von 9

Efek Paparan Streptococcus Mutans Terhadap Jumlah Sel PMN, Limfosit dan

Makrofag Pada Pulpa Gigi

Junti Rosa Veryani1, Nadie Fatimatuzzahro2, Rendra Chriestedy P2


1Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember1
2Bagian Biomedik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember2

Korespondensi: Junti Rossa Veryani. Jalan Kalimantan 37 Kampus Tegalboto Jember, Jawa
Timur. Email: juntir@yahoo.com

ABSTRACT
Background. Dental pulp inflammation was progress of the caries process. The
most common of pulp inflammation was caused by penetration of Streptococcus mutans.
Streptococcus mutans will colonize and cause injury to the pulp tissue by infiltrating
inflammatory cells. Currently, very less experimental studies talked about pulp
inflammation. Objective. This research aimed to analyze the increase number of
inflammatory cells PMN, macrophages and lymphocytes in mice exposed Streptococcus
mutans in the pulp. Method. This study used experimental laboratory, the sample divided
into three groups, control group (left molar RB rats were intact without treatment), P1 group
(left molar RB rats were prepared to pulp perforation), and P2 group (molar RB rats were
prepared to pulp perforation and induced Streptococcus mutans in the pulp chamber).
Results. The highest average number of PMN inflammatory cells, lymphocytes and
macrophages was in P2 group. PMN cells and lymphocytes found in both treatment
groups (P1 and P2), whereas macrophage cells found only in P2 group. Inflammatory cells
were not found in the control group. Conclusion. it could be concluded that
Streptococcus mutans exposure could increase the number of inflammatory cells such as
PMN, lymphocytes and macrophages.

Keywords: Lymphocyte, Macrophage, PMN, Pulp inflammation, Streptococcus mutans.

Pendahuluan adalah proses inflamasi pada


Angka kejadian masalah jaringan pulpa gigi yang umumnya
kesehatan gigi dan mulut di merupakan kelanjutan dari proses
Indonesia tergolong masih tinggi. karies, dan apabila tidak dirawat
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar dapat menyebabkan kematian
(Riskesdas) Nasional Tahun 2013, pulpa (nekrosis). Penyebab paling
prevalensi masalah gigi dan mulut umum inflamasi pada pulpa adalah
nasional sebesar 25,9%. Menurut penetrasi bakteri karies, seperti
Profil Kesehatan Indonesia Tahun Streptococcus mutans, Actinomyces
2010, penyakit pulpa gigi menduduki spp dan bakteri golongan lainnya.2
urutan ketujuh dari sepuluh penyakit Streptococcus mutans merupakan
terbanyak pasien rawat jalan di mikroorganisme utama penyebab
rumah sakit di Indonesia. Dari data terjadinya karies. Streptococcus
tersebut diketahui bahwa penyakit mutans memiliki struktur antigenik
pulpa gigi merupakan penyakit di pada dinding selnya, antara lain
Indonesia yang sering diderita oleh peptidoglikan, polisakarida spesifik,
penduduk Indonesia.1 lipotheicoic acid (LTA), antigen
Penyakit pulpa gigi yang protein (antigen I, II, I/II, III, antigen A,
banyak terjadi yaitu pulpitis. Pulpitis B, C, D, PI, Spa A) yang dapat

72 | PROSIDING THE 3th DENTISTRY SCIENTIFIC MEETING OF JEMBER 
memberikan respons imun terhadap dengan persetujuan layak etik dari
karies gigi. Protein-protein tersebut Unit Etik dan Advokasi Fakultas
digunakan sebagai antigen untuk Kedokteran Universitas Jember.
menstimulasi terbentuknya antibodi Penelitian ini menggunakan 12 ekor
terhadap S. mutans.3 tikus wistar jantan (Rattus norvegicus)
Spesies bakteri S. mutans dengan berat badan 200-250 gram
akan berkoloni dan menimbulkan dan umur 3-4 bulan yang dibagi ke
cedera jaringan pulpa yang lebih dalam 3 kelompok, yaitu kelompok
luas dan dalam, serta mengubah kontrol (gigi molar pertama kiri
sistem mikrosirkulasi jaringan pulpa. rahang bawah tikus dibiarkan utuh
Diawali dengan vasodilatasi sistem tanpa perlakuan), kelompok P1 (gigi
mikrovaskularisasi yang molar pertama kiri rahang bawah
menyebabkan sirkulasi darah tikus dipreparasi hingga perforasi
menjadi statis kemudian terjadi pulpa) dan kelompok P2 (gigi molar
mobilisasi leukosit, sel-sel pertama kiri rahang bawah tikus
polimorfonuklear (PMN) dipreparasi hingga perforasi pulpa
mengadakan marginasi yang dan diinduksi S. mutans).
dilanjutkan dengan emigrasi ke Perlakuan pada tikus terlebih
jaringan sekitarnya, disebut keadaan dahulu dilakukan pembiusan secara
inflamasi akut. Apabila proses intramuscular menggunakan
berlanjut menjadi kronik, tampak ketamin (®KTM-100 Tangerang-
gambaran mikroskopik berupa Indonesia) dengan dosis sebanyak 1
penyebaran sel-sel radang kronik ml/kg BB (0,2 ml/ekor tikus). Tikus
seperti limfosit, sel plasma, histiosit difiksasi menggunakan Rat Dental
yang aktif, dan makrofag. Sel-sel Chair6 dan dibuat kavitas klas I
tersebut muncul oleh karena proses (Klasifikasi Black) pada permukaan
inflamasi dan berperan dalam oklusal gigi molar pertama kiri
mekanisme pertahanan tubuh rahang bawah menggunakan low
terhadap jejas yang masuk.2,4 speed (®dentamerika-USA) dengan
Penelitian eksperimental bur intan long-shank round end
mengenai inflamasi pulpa saat ini (d=0,5 mm) hingga mencapai
masih sedikit, lebih banyak berasal pulpa. Streptococcus mutans
dari hasil penelitian epidemiologi disuntikkan perlahan pada pulpa
dan observasional. Penelitian gigi sebanyak 0,05ml dengan
Sakinah (2015) mengidentifikasi lesi konsentrasi 0,5 McFarland (1,5 x 108
aterosklerotik koroner pada pulpa CFU/ml) menggunakan jarum insulin
gigi tikus yang dipapar S. mutans 26G (®Terumo-Jepang) sebanyak
dengan melihat gambaran klinis dan tiga kali seminggu selama empat
radiografis, namun pada penelitian minggu. Pada minggu ke-5, tikus
tersebut belum dilaporkan dikorbankan dan diambil tulang
bagaimana gambaran sel-sel rahang daerah interdental gigi molar
inflamasi pada pulpa secara pertama kiri mandibula, selanjutnya
histologis.5 Berdasarkan hal tersebut, jaringan difiksasi (formalin 10%)
maka peneliti tertarik untuk kemudian didekalsifikasi
mengetahui apakah model pulpitis menggunakan asam formiat 10%.
dengan diinduksi S. mutans Pemrosesan jaringan diawali
berpengaruh terhadap peningkatan dengan dehidrasi menggunakan
jumlah sel-sel inflamasi. alkohol bertingkat, kemudian
clearing menggunakan xylol,
Metode Penelitian selanjutnya dilakukan penanaman
Penelitian yang dilakukan dalam parafin dan pemotongan
adalah eksperimental laboratoris jaringan gigi menggunakan

73 | PROSIDING THE 3th DENTISTRY SCIENTIFIC MEETING OF JEMBER 
mikrotom dengan ketebalan ± 5 dilanjutkan dengan Uji lanjutan LSD
mm.7 Pengecatan Haematoksilin (Least Significant Difference)
Eosin (H&E) digunakan untuk melihat dilakukan untuk mengetahui
jumlah sel inflamasi. Pengamatan perbedaan jumlah PMN, makrofag,
dilakukan dari hasil preparat semua dan limfosit antar kelompok.
kelompok secara histologis
menggunakan mikroskop cahaya Hasil Penelitian
dengan pembesaran 400x. Hasil penelitian eksperimental
Dilakukan penghitungan jumlah sel laboratoris menunjukkan bahwa
PMN, makrofag dan limfosit pada terjadi pulpitis setelah dilakukan
ruang pulpa dan saluran akar pada preparasi dan injeksi S. mutans pada
3 lapang pandang oleh 3 pengamat gigi molar pertama kiri rahang
serta diambil reratanya. bawah tikus yang diamati secara
Analisis data menggunakan klinis dan radiografis. Terbukanya
Uji normalitas Kolmogorov-smirnov kavitas pulpa secara klinis ditandai
dilakukan untuk mengetahui distibusi dengan adanya perdarahan pada
data, selanjutnya dilakukan Levene’s oklusal gigi tikus dan jarum miller
Test untuk menguji homogenitas masuk ke dalam kavitas hingga
variasi populasi. Data yang kedalaman ± 2 mm (Gambar 1
diperoleh terdistribusi normal dan A&B). Hasil gambaran radiologis
homogen (p>0,05), analisis tampak jarum miller masuk
dilanjutkan dengan uji parametrik mencapai ruang pulpa (Gambar
One-Way ANOVA untuk mengetahui 1C).
perbedaan rerata populasi dan

Gambar 1. Gambaran Klinis dan Radiografis Kavitas Gigi Molar Pertama Kiri
Rahang Bawah Tikus Kelompok Perlakuan
A. Adanya perdarahan sesaat setelah dilakukan preparasi pada oklusal gigi. B. Terdapat kavitas yang
dalam hingga terjadi perforasi pulpa yang ditunjukkan dengan masuknya jarum miller. C. Terlihat
jarum miller masuk mencapai ruang pulpa yang menunjukkan terjadinya perforasi pulpa.

74 | PROSIDING THE 3th DENTISTRY SCIENTIFIC MEETING OF JEMBER 
Peningkatan Rata-rata Jumlah Pmn, Limfosit dan
Makrofag
4
3.5
3.38
3
PMN
2.5
Jumlah Sel
Limfosit
2
1.83 1.8 Makrofag
1.5
1.33
1
0.5 0.66

0 0 0
K P1 P2
Kelompok

Gambar 2. Diagram Peningkatan Rata-Rata Jumlah PMN, Limfosit dan Makrofag


pada Gigi Molar Pertama Rahang Bawah Tikus Wistar Jantan antara Kelompok
Kontrol, Kelompok P1 dan Kelompok P2.

Tabel 2. Hasil Uji One Way ANOVA


Sel PMN Limfosit Makrofag
Sig. .001* .000* .000*

Keterangan:
* : beda signifikan (p<0,05)

Tabel 3. Hasil Uji LSD


Sig.
Kelompok
PMN Limfosit Makrofag
K-P1 .010* .006* 1.000
K-P2 .010* .000* .000*
P1-P2 .513 .015* .000*

Keterangan:
* : beda signifikan (p<0,05)

Hasil penelitian menunjukkan jumlah sel inflamasi dapat dilihat


bahwa rerata jumlah sel inflamasi lebih jelas pada Gambar 2.
PMN, limfosit dan makrofag tertinggi Data yang diperoleh terlebih
pada kelompok P2. Sel PMN dan dahulu dilakukan uji normalitas
limfosit dijumpai pada kedua Kolmogorov-Smirnov dan
kelompok perlakuan (P1 & P2), homogenitas Levene’s. Hasil analisis
sedangkan sel makrofag hanya menunjukkan bahwa data jumlah sel
ditemukan pada kelompok P2. Pada PMN, limfosit dan makrofag adalah
kelompok kontrol sel-sel inflamasi normal serta homogen (p>0,05).
tidak dijumpai. Peningkatan rerata Semua data kemudian dilanjutkan

75 | PROSIDING THE 3th DENTISTRY SCIENTIFIC MEETING OF JEMBER 
dengan analisis statistik parametrik (p<0,05) jumlah makrofag antara
One Way ANOVA. kelompok kontrol dengan P2 serta
Hasil uji One Way ANOVA kelompok P1 dengan P2, sedangkan
(Tabel 2) menunjukkan bahwa kelompok kontrol dengan P1 tidak
terdapat perbedaan signifikan berbeda signifikan (p>0,05).
(p<0,05) jumlah sel PMN, limfosit dan Gambaran histologis pulpa
makrofag antar kelompok. Untuk gigi tikus dengan perbesaran 40x
mengetahui kelompok mana yang menunjukkan adanya perbedaan
berbeda signifikan maka data diuji antar kelompok. Pada kelompok P2
lanjutan dengan LSD. terdapat gambaran lesi periapikal
Hasil uji lanjutan LSD (Tabel 3) pada semua sampel (100%).
menunjukkan bahwa terdapat Perbedaan gambaran histologis
perbedaan signifikan (p<0,05) jumlah antar kelompok dapat dilihat jelas
PMN pada kelompok kontrol dengan pada Gambar 3. Hasil pengamatan
kelompok perlakuan (P1 & P2), tetapi dengan perbesaran 1000x, pada
tidak berbeda signifikan (p>0,05) kelompok perlakuan (P1 dan P2)
antar kelompok perlakuan. Terdapat menunjukkan pada jaringan yang
perbedaan signifikan (p<0,05) jumlah tersisa didapati sel-sel inflamasi,
sel limfosit antar semua kelompok. sedangkan pada kelompok kontrol
Terdapat perbedaan signifikan tidak ditemukan (Gambar 4).

Gambar 3. Gambaran Histologis Pulpa Gigi Tikus dengan Pewarnaan H&E dan
Perbesaran 40x.
A. Kelompok kontrol (tanpa perlakuan), terlihat pulpa dan saluran akar gigi normal dan utuh. B.
Kelompok P1 (preparasi hingga perforasi), pulpa terbuka dengan jaringan tersisa setengah akar gigi.
C. Kelompok P2 (preparasi serta diinduksi S. mutans), pulpa terbuka dengan jaringan tersisa kurang
dari setengah akar gigi dan terlihat gambaran lesi periapikal (tanda kotak).

76 | PROSIDING THE 3th DENTISTRY SCIENTIFIC MEETING OF JEMBER 
Gambar 4. Gambaran Histologis Pulpa Gigi Tikus dengan Pewarnaan H&E dan
Perbesaran 1000x.
Kelompok kontrol (A), tidak dijumpai sel inflamasi. Kelompok P1 (B) dan kelompok P2 (C), dijumpai sel
PMN (tanda panah kuning), limfosit (tanda panah merah) dan makrofag (tanda panah hijau).

Pembahasan terinfeksi.10 Respon imun pulpa


Penelitian ini bertujuan untuk menggunakan reseptor untuk
membuktikan gambaran pulpitis mendeteksi pola molekul bakteri
dengan induksi S. mutans pada melalui Toll-Like Receptors (TLRs)
pulpa gigi tikus terhadap yang diekspresikan salah satunya
peningkatan jumlah sel inflamasi oleh odontoblas. TLR berperan untuk
PMN, limfosit dan makrofag. Hasil mengenali iritan maupun komponen
penelitian menunjukkan bahwa antigen bakteri S. mutans seperti
kelompok P2 memiliki jumlah sel Lipoteichoic acid, lipopetida, dan
inflamasi lebih banyak dibanding peptidoglikan. Odontoblas yang
kelompok lain. Jumlah sel inflamasi teraktivasi memproduksi sitokin pro-
yang tinggi disebabkan oleh inflamasi untuk mengaktifkan leukosit
tingginya derajat keparahan dalam pembuluh darah. Sitokin
inflamasi pada kelompok P2, oleh seperti Interleukin 8 (IL-8), Interleukin
karena penetrasi S. mutans menuju 1β (IL-1β) dan Tumor Necrosis Factor
saluran akar, sehingga tubuh (TNF-α) berinteraksi dengan sel
merespon dengan mensekresikan endotel pembuluh darah untuk
sel-sel inflamasi untuk memfagosit menginduksi ekspresi molekul adhesi
bakteri dalam melindungi pulpa. Hal Intercellular Adhesion Molecule 1
ini sesuai dengan penelitian yang (ICAM-1) dan Vascular Cell Adhesion
melaporkan bahwa terdapat Molecule 1 (VCAM-1) dan kemudian
hubungan antara S. mutans dengan mendorong ekstravasasi PMN ke
lesi karies8, serta keparahan lesi jaringan.11,12
karies terhadap peningkatan jumlah Hasil penelitian jumlah sel
sel immunokompeten.9 PMN menunjukkan bahwa pada
Sel PMN paling banyak kelompok P2 tidak berbeda
ditemukan pada kelompok P2. signifikan dibanding kelompok P1.
Keadaan ini terjadi karena pada Hal tersebut diduga disebabkan oleh
kelompok P2, ruang pulpa terbuka karena pada penelitian, kelompok
dan dipapar S. mutans (3 kali perlakuan diamati pada hari ke-29
seminggu dalam kurun waktu 4 sehingga kemungkinan keadaan
minggu). Hal tersebut membuat inflamasi sudah menjadi kronis.
tubuh merespon setiap adanya Sesuai dengan penelitian Galli et al.
bakteri dengan menginfiltrasi PMN (2011) yang mengevaluasi secara in
untuk memfagosit, sehingga secara vitro masa hidup PMN pada mencit
langsung sel ini akan meningkat dan manusia beredar pada 5-10
jumlahnya pada keadaan jam, sedangkan menurut Phillay et

77 | PROSIDING THE 3th DENTISTRY SCIENTIFIC MEETING OF JEMBER 
al. (2010) secara in vivo masa hidup kelompok P1 makrofag tidak
PMN dapat bertahan hingga 5,4 ditemukan. Hal ini diduga terjadi
hari.13,14 Kemungkinan lain dapat karena sedikitnya mikroba yang
disebabkan karena jumlah sampel berperan, sehingga masih bisa
yang digunakan peneliti minimal, direspon oleh sel lainnya.19 Pada
dan sedikitnya jaringan pulpa gigi kelompok kontrol tidak ditemukan sel
tikus yang tersisa untuk diamati inflamasi. Hasil ini sesuai dengan
sehingga kurang mampu penelitian sebelumnya yang
menyimpulkan secara umum hasil menyebutkan bahwa pada pulpa
penelitian. normal yang diekstraksi dari gigi
Pada penelitian ini, limfosit yang telah mature tidak ditemukan
meningkat secara signifikan pada sel lain kecuali fiboblas dan serat
kelompok P2 dibanding kelompok kolagen.20
lain. Hal ini diduga oleh karena Hasil pengamatan histologis
penelitian dilakukan dalam kurun menunjukkan pada kedua kelompok
waktu 4 minggu, sehingga proses perlakuan (P1 & P2) ditemukan sel
inflamasi terjadi berkepanjangan PMN dan limfosit, sedangkan
dan berkelanjutan, akibatnya sel makrofag hanya ditemukan pada
limfosit berinfiltrasi ke tempat infeksi. kelompok P2. Sel tersebut
Teraktivasinya sel limfosit, terjadi merupakan sel inflamasi yang
setelah aktivitas PMN menuju terdapat pada keadaan akut (PMN)
jaringan dan memfagositosis bakteri. dan kronis (limfosit dan makrofag).
Limfosit keluar dari jaringan limfoid Keadaan inflamasi ini dapat terjadi
dan menyebabkan perubahan perubahan dari akut menjadi kronis,
sirkulasi pembuluh darah, kemudian kronis kembali menjadi akut, bahkan
bermigrasi menuju daerah yang bersamaan, bergantung pada
terinfeksi. Limfosit yang teraktivasi jumlah iritan dan waktu lama
memerlukan waktu beberapa hari terpaparnya iritan.21
untuk melakukan ekspansi dalam Polimorfonukleus (PMN) yang tidak
jumlah besar.15 Kovacevic et al. mampu menghilangkan patogen,
(2008) melaporkan bahwa pada dapat menyebabkan inflamasi
keadaan kronis dan nekrosis pulpa persisten yaitu respon akut
parsialis terjadi peningkatan jumlah berlangsung terus menerus
limfosit pada pulpa gigi anjing yang kemudian bersamaan menjadi
terbuka pada hari ke 20, 35 dan 50.16 inflamasi kronis.22 Hal ini didukung
Hasil pengamatan dengan penelitian Kovacevic et al.
menunjukkan sel makrofag hanya (2008), transisi dari pulpitis menjadi
ditemukan pada kelompok P2. periapikal periodontitis, pada lesi
Jumlah sel ini meningkat sesuai periapikal gigi anjing secara
dengan tingkat keparahan penyakit. histologis ditemukan gambaran
Sel makrofag memfagositosis bakteri makrofag, PMN, sel mast, limfosit
dan produknya setelah PMN tak yang muncul bersamaan.16
mampu lagi mengatasinya.17 Pergantian sel inflamasi akut dan
Monosit yang teraktivasi oleh toksin kronis pada penelitian ini belum
bakteri memproduksi berbagai diketahui secara pasti waktu
sitokin seperti Tumor Necrosis Factor terjadinya, hal ini kemungkinan
(TNF-α) dan Interleukin 1 (IL-1).18 karena tidak adanya variasi waktu
Sitokin tersebut memicu monosit dan dosis yang dilakukan peneliti
dalam pembuluh darah berinfiltrasi sehingga kurang mampu
menjadi makrofag menuju ke menyimpulkan hasil penelitian.
tempat terinfeksi.12 Hasil penelitian Hasil penelitian pada
menunjukkan bahwa pada kelompok P2 menunjukkan adanya

78 | PROSIDING THE 3th DENTISTRY SCIENTIFIC MEETING OF JEMBER 
gambaran nekrosis pulpa dan lesi Daftar Pustaka
periapikal. Keberadaan sel-sel 1. Badan Penelitian dan
inflamasi oleh invasi bakteri Pengembangan Kesehatan
menyebabkan perubahan histologis Kementrian Kesehatan Republik
pulpa. Invasi bakteri mengakibatkan Indonesia. Riset Kesehatan
kerusakan bahkan kematian Dasar.
(nekrosis) pulpa, terutama oleh http://www.depkes.go.id/resour
karena sitokin berupa IL-1 dan TNF-α ces/download/general/Hasil%20
yang diekspresikan makrofag.23,24 Riskesdas%202013.pdf 2013,
Interleukin-1 dan TNF-α pada diakses pada 14 Februari 2016.
odontoblas meregulasi ekspresi 2. Soerono Akbar SM. Penyakit
Matrix Metalloproteases-8 (MMP-8) Endodontik dalam
yang menyebabkan kerusakan Endodontologi, Kumpulan
jaringan konektif pulpa bahkan Naskah 1991-2003, Edisi 1. 2003.
dapat terjadi nekrosis pulpa.24,25 3. Taubman AM dan David AN.
Penyebaran IL-1 dan mediator pro- Tehe Nolecular Pathogenesis of
inflamasi lain menstimulasi fibroblas Dental Caries Associated with
untuk menghasilkan kolagenase Mutans Streptococi. Nature
serta merangsang terjadinya Reviews Immunology 2006; 6:
destruksi jaringan hingga terbentuk 555-563.
suatu lesi periapikal.17,26 Tagger dan 4. Fouad AF dan Huang TJG.
Massler (1975) dan Yamasaki et. al Inflammation and
(1994) menyatakan bahwa inflamasi Immunological Responses. 6th
pada pulpa gigi tikus berkembang ed. 2008.
secara cepat menjadi ulseratif 5. Sakinah NN. Identifikasi Lesi
pulpitis setelah 2-3 hari dan nekrosis Aterosklerosis Koroner Pada
pulpa setelah hari ke-7. Pada Model Tikus Pulpitis. Fakultas
penelitian tersebut juga Kedokteran Gigi Universitas
mengkonfirmasi adanya apikal Jember: Skripsi. 2015.
periodontitis berkembang sebelum 6. Putradjaka Agus Murdojohadi.
terjadi nekrosis pulpa totalis.27,28 Rat Dental Chair. Bagian
Laboratorium Biomedik Fakultas
Kesimpulan dan Saran Kedokteran Gigi Universitas
Berdasarkan penelitian yang Jember. 2014.
telah dilakukan, dapat disimpulkan 7. Sabir A. Respons Inflamasi pada
bahwa induksi Streptococcus Pulpa Gigi Tikus Setelah Aplikasi
mutans dapat meningkatkan jumlah Ekstrak Etanol Propolis. Makassar:
sel inflamasi berupa PMN, limfosit Majalah Kedokteran Gigi
dan makrofag. Perlu dilakukan (Dental Journal). 2005.
penelitian lebih lanjut dengan variasi 8. Thibodeau EA dan O’Sullivan
hari dan variasi dosis Streptococcus DM. Salivary mutans
mutans, sehingga dapat diketahui streptococci and Caries
sel-sel yang muncul paling dominan. Development in the Primary and
Mixed Dentitions of Children.
Ucapan Terima Kasih Community Dent Oral Epidemol.
Penulis mengucapkan terima 1999; 27(6): 406-12.
kasih kepada Proyek BOPTN 9. Izumi T, Kobayashi I, Okamura K
Kemenristek dan Dikti tahun 2013 dan Sakai H.
yang telah mendanai sebagian dari Immunohistochemical Study on
penelitian ini. the Immunocompetent Cells of
the Pulp in Human Non-Carious

79 | PROSIDING THE 3th DENTISTRY SCIENTIFIC MEETING OF JEMBER 
and Carious Teeth. Arch Biol. Approach. Timisoara Medical
1995; 40: 609. Journal 2004; 54: 70-73.
10. Morison MJ. Manajemen Luka. 21. Rubin E dan Reisner HM.
Jakarta: EGC. 2003. Essentials of Rubin’s Pathology
11. Haniastuti T. Potential Role of Fifth Edition. Philadelphia:
Odontoblasts in the Innate Lippincott Williams and Wilkins,
Immune Response of the Dental 2009.
Pulp. Dental Journal 2008; 41(3): 22. Graves DT, Chen C, Douville C,
2-4. dan Jiang Y. Interleukin-1
12. Kumar Vinay, Cotran RS, dan Receptor Signaling rather than
Robbins SL. Buku Ajar Patologi. that of the Tumor Necrosis Factor
Edisi 7. Jakarta: EGC, 2007. is Critical in Protecting the Host
13. Galli SJ, Borregaard N, dan from the Severe Consences of a
Wynn TA. Phenotypic and Polymicroe Anaerobic Infection.
functional plasticity of cells of Infection and Immunity 2000;
innate immunity: macrophages, 68(8); 4746-4751.
mast cells and neutrophils. 23. Sasaki H, Okamatsu Y, Kawai T,
Nature Immunol. 2011; 12: 1035– Kent R, Taubman M, dan dan
1044. Stashenko P. The interleukin-10
14. Pillay J. In vivo labeling with Knockout Mouse is Highly
2H2O reveals a human Susceptible to Porphyromonas
neutrophil lifespan of 5.4 days. gingivalis Induced Alveolar Bone
Blood 2010; 116: 625–627. Loss. Journal of Periodontal
15. Rifai M. Imunitas Innate dan Research 2004; 39(6); 432-441.
Adaptif. 24. Tani-ishii N, Wang CY, dan
http://muhaiminrifai.lecture.ub.a Stashenko P. Immonolocalization
c.id/files/2011/01/BAB-V.- of Bone Reseortive Cytokines in
PRINSIP-UMUM-IMUNITAS-INNATE- Rat Pulp and Periodontal Lesions
DAN-ADAPTIF.pdf 2011. Diakses Following Surgical Pulp Exposure.
pada 22 Februari 2016. Oral Microbiol Immunol. 1995;
16. Kovacevic M, Tamarut T, Jonjic 10: 213-9.
N, Braut A, dan Kovacevik M. 25. Bergenholtz G. Evidence for
The Transition from Pulpitis to Bacterial Causation of Adverse
Periapical Periodontitis in Dog’s Pulpal Responses in Resin-Based
Teeth. Australian Endod Journal. Dental Restorations. Crit Rev
2008; 34: 12-18. Oral Biol Med. 2000; 11: 467–480.
17. Hargreaves KM dan Berman LH. 26. Torabinejad MWR dan Walton
Cohen’s Pathways of the Pulp. RE. Endodontics Principles and
Eleventh Edition. Philadelpia, Practice. ed t, editor: St.Louis
USA: Elsevier Inc. 2016. Missouri: Saunders Elsevier, 2009.
18. Bratawidjaja, Karen G, dan 27. Tagger M dan Massler M.
Rengganis I. Imunologi Dasar. Periapical tissue reactions after
Edisi ke 8. Jakarta : FKUI, 2009. pulp exposure in rat molars. Oral
19. Hargreaves KM dan Goodis HE. Surg. 1975; 39: 304–17.
Seltzer and Bender’s Dental 28. Yamasaki M, Kumazawa M,
Pulp. Quintessence Publishing Kohsaka Nakamura H, dan
Co, Inc. China, 2002. KameYama Y. Pulpal and
20. Nica LMD dan Raica M. Normal Periapical Tissue Reactions After
and Inflammatory Human Experimental Pulpal Exposure in
Dental Pulp: a Rats. J Endod. 1994; 20: 13–17.
Morphohistochemical

80 | PROSIDING THE 3th DENTISTRY SCIENTIFIC MEETING OF JEMBER 

Das könnte Ihnen auch gefallen